Anda di halaman 1dari 2

Resensi buku Pintu

Judul : Pintu
Pengarang : Fira Basuki
Editor : A . Ariobimo Nusantara
Penerbit : PT Grasindo
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku : 155 halaman
Novel ini menceritakan petualangan seorang lelaki, Djati Suryo Wibowo yang
selalu dikatakan anak istimewa. Djati Suryo Wibowo yang akrab disapa Bowo, Bo atau
B, terlahir sebagai bayi kuning pada saat weton Sabtu Pahing, dan memiliki neptu Jawa
tertinggi ini konon tandanya Bowo bukanlah orang biasa. Anda percaya semua ini?
Tidak mudah juga mengelak anggapan orang bahwa ia memang anak yang istimewa.
Bagaimana tidak, ketika berumur setahun kepandaiannya sudah menyamai anak
berumur tiga tahun. Hal-hal yang tak kasat mata pun sudah dialaminya sampai-sampai
ia mempunyai teman yang berbeda dunia bernama Jelintang pada usia tiga tahun.
Sosok Bowo tidak akan terlepas adanya sosok Yangti. Walaupun Bowo
mempunyai adik (June) yang sangat cantik dan ceria serta adanya Mama dan Papa
yang bijaksana, tetapi pengalaman hidup Bowo tidak akan lengkap tanpa adanya sosok
Yangti. Tentu saja Yankti juga mempunyai pengalaman batin yang luar biasa. Sosok
nenek ini selalu menasehati Bowo dengan menembang seakan suaranya merasuk
seiring dengan maknanya sendiri.
Pengalaman batin yang Bowo alami mengantarkan ia pada pengalaman yang
beragam. Perjalanannya pada usia 18 tahun, yaitu dengan mengikuti arti mimpi yang
menuntunnya hingga ahkirnya dapat melihat semua orang diselimuti warna. Ya, aura!
Dari perjalanan itu ia pun dapat melihat warna-warna aura. Pada saat memasuki
kuliah, ia hampir saja berurusan dengan pihak kepolisian akibat pembunuhan salah
satu seniornya. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan, karena alasan itulah Bowo
akhirnya melanjutlan kuliahnya di Chicago, Amerika Serikat.
Sejak dahulu Yangti berpesan jika orang yang mendapatkan kelebihan seperti
Bowo, biasanya hidupnya penuh cobaan. Benar saja, kehidupan yang dialami di luar
negeri tidak berjalan dengan mulus. Mulai dari krisis keuangan yang Bowo alami,
skripsi yang sempat tertunda, berurusan dengan hukum akibat penipuan, sampai
masalah percintaannya yang begitu rumit. Bagaimana tidak rumit, percinataannya
dengan Erna, gadis yang sangat mencintainya harus berujung dengan kematian. Lain
Erna lain juga Paris, Bowo mengalami cinta terlarang dengannya karena Paris masih
memiliki suami. Tak jauh berbeda dengan Erna, Paris pun harus berujung dengan
kematian akibat ulah sang suami. Begitu terpukulnya Bowo mengatahui sang kekasih
kala itu harus meninggal ditangan orang yang selalu menyiksa kekasihnya.
Sosok putri tidak kalah menariknya. Putri adalah seorang gadis Jawa ningrat
yang cantik dan jelita. Putri menjadi wanita yang pertama kali membuat Bowo benar-
benar jatuh cinta. Putri dan Bowo saling mencintai, namun cobaan datang begitu saja
hingga mereka terpisah karena pihak ketiga. Walaupun begitu, sosok Putri tidak akan
terlepas begitu saja dari ingatan Bowo walaupun ia telah bersama orang lain. Begitu
pula dengan Putri, ia tetap menjaga cinta dan kesetiannya hanya untuk Bowo. Rahasia
ini terungkap tepat pada hari pernikahan Bowo dengan wanita lan, Aida dan hari
dimana Yangti dinyatakan telah tiada.
Novel ini adalah salah satu karya Fira Basuki selain Jendela-jendela. Judul ini
sangat menarik pembaca, pembaca akan merasa penasaran dan berkeinginan besar
untuk membacanya. Mulai dari pintu gerbang, pintu batin sampai pintu hati
menggambarkan secara jelas mengenai cerita pada masing-masing makna pintunya.
Pada bagian-bagian yang dilengkapi dengan dialog, pembaca dapat merasakan
kehangatan dan kehidupan cerita. Tapi tak kalah pula di bagian yang tanpa dialog,
pembaca juga dapat merasakan emosi yang mengalir. Novel ini dikemas dengan alur
campuran, diawali dengan alur maju sedangakan berikutnya diceritakan dengan alur
mundur. Sisi yang berbeda diceritakan dunia leluhur Jawa, misalnya adat istiadat,
keturunan, peninggalan dan segala kehidupannya bisa ditelusuri melalui pengalaman
hidup, tembang maupun cerita Yangti. Tak lupa adanya sentuhan bahasa Jawa yang
kental dan bahasa Asing. Namun adapula kalimat-kalimat Jawa yang tidak diberikan
terjemahannya sehingga sulit mengetahui artinya, selain itu masih terdapat kesalahan
dalam penulisan EYD.
Penulis Resensi: Maulana Achsan (16) , Ryan Raafi Q (23) , Yudha Wiradika (28)

Anda mungkin juga menyukai