Anda di halaman 1dari 4

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar belakang


Budidaya ikan hias adalah salah satu sektor akuakultur yang pada dewasa ini telah
banyak mendapat perhatian oleh berbagai pembudidaya, karena prospeknya yang
luas dan menjanjikan dalam segi bisnis. Selain itu, masih banyak spesies ikan hias
yang perlu mendapatkan peningkatan dan pengembangan teknologi budidaya
untuk pelestariannya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan
budidaya organisme akuatik terutama ikan, mulai beralih dari sistem
tradisional ke sistem intensif (Sidik dkk, 2002 dalam Efendi dkk, 2008).
Budidaya perikanan intensif menggunakan padat penebaran dan dosis pakan
yang tinggi. Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan peningkatan hasil
jika dalam keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang cukup. Padat tebar
ikan dan pertukaran air akan sangat mempengaruhi pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan efisiensi pakan (Asyari dan Gaffar, 1993 dalam
Efendi dkk, 2008).
Peningkatan produksi ikan hias Balashark dapat dilakukan melalui peningkatan
persiapan wadah, prosedural pemeliharaan, regulasi manajemen pemberian pakan,
pengelolaan kualitas air dan pencegahan hama penyakit ikan serta pengembangan
teknologi pasca panen. Dengan demikian permintaan pasar dan ketersediaan ikan
hias Balashark yang selama ini menjadi masalah mampu terpenuhi, sehingga
dengan adanya upaya tersebut menjadikan suatu peluang usaha di sektor
perikanan budidaya khususnya ikan hias bagi masyarakat.

1.2. Tujuan
Memperkenalkan biota akuakulur ikan Balashark sebagai suatu usaha budidaya
dari tinjauan teori dan teknis serta analisis usaha yang berorientasi peningkatan
dan pengembangan teknologi budidaya perairan serta analisis usahanya.


BAB II
Isi dan Pembahasan


2.1. Ikan Balashark (Balantheocheilus melanopterus Blkr.)
Merupakan jenis ikan hias air tawar yang hidup di perairan umum dan masih
termasuk ke dalam jenis golongan Cyprinidae. Ikan ini banyak di jumpai di
perairan pulau Sumatra dan Kalimantan, beberapa diantaranya juga terdapat di
perairan pulau Jawa (Sudarto, 2009). Penggolongan ini di dalam taksonomi adalah
sebagai berikut:
Ordo : Cypriniformes -minnows, suckers
Famili : Cyprinidae -minnows and carps
Genus : Balantiocheilos (Bleeker, 1851)
Nama Ilmiah : Balantiocheilos melanopterus (Bleeker, 1851)
Nama dagang : Tricolour sharkminnow, silver shark, Balashark, Tricolor Shark.
Bala Sharkminnow.
Nama daerah : Puntung anyut, ridik angus, ketutung, tutung, gatata, aru
pendiyem, ridi, telidi.
Menurut Sudarto (2009), Ikan ini diicirikan dengan ukuran sisik yang besar, diberi
nama shark karena penampakan sirip punggung yang unik dan mencolok. Sirip
punggung, sirip ekor, sirip dubur, dan sirip dada berwarna kuning pucat dan
diikuti dengan warna hitam yang mengikuti lengkung sirip, oleh karena itu ikan
ini diberi nama juga tricolor shark. Ikan silver-shark yang mempunyai sisik besar,
sebenarnya ikan-ini ikan air tawar, tetapi diberi nama "shark = cucut" karena
penampiian yang unik dan punggung yang lancip hampir menyerupai ikan cucut.
Walaupun ikan ini relatif besar untuk _ikan hias, tetapi banyak disenangi karena
ikan yang ramah dan sangat cocok dipelihara sebagai ikan hias di dalam
akuarium. Ikan jantan lebih langsing sedangkan ikan betina mempunyai tubuh
yang lebih tinggi ibandingkan dengan ikan laih dari famili Cyprinidae.
Pada Habitat aslinya ikan ini dapat mencapai ukuran 12 -14 inci, tetapi data yang
terdokumentasi mampu tumbuh mencapai 24 inci, sedangkan ikan yang
dibudidayakan tidak leih dari 12 inci panjangnya, pada ukuran kecil dijual sebagai
ikan hias. lkan ini dikenal sebagai ikan Omnivora, bisa makan segala, mau diberi
pakan buatan (pelet), dan disarankan berbagai sayuran segar. Untuk kisaran
kualitas air yang mampu mendukung ikan balashark tumbuh dan perkembangbiak
perairan dengan hardness soft-medium (dH 5 -12), dengan kadar pH antara 6 -8
dan temperatur antara 22 -28 C (Sudarto, 2009).

2.2. Persiapan
2.2.1. lokasi
Untuk lokasi budidaya ikan balashark pada awalnya dilakukan di alam
2.2.2. wadah

2.2.3. alat dan bahan

2.3. Seleksi induk

2.4. Pemijahan

2.5. Penetasan larva

2.6. Pemeilharaan benih

2.7. Pembesaran

2.8. Manajemen pemberian pakan

2.9. Manajemen kualitas air

2.10. Pencegahan dan penanggulangan hama penyakit

2.11. Pemanenan

2.12. Analisis usaha

BAB III
Penutup

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Sudarto. 2009. Laporan Akhir: Studi Produksi Benih Ikan Hias Balashark. Balai
Riset Budidaya Ikan Hias. Depok.

Anda mungkin juga menyukai