Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia telekomunikasi belakangan ini semakin pesat,
diikuti dengan meningkatnya jumlah pengguna dan tuntutan akan jaringan
telekomunikasi yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk
menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi.
Terwujudnya performa jaringan yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak di tengah semakin tingginya tingkat persaingan antar operator
penyedia layanan seluler, dengan semakin bagusnya performa jaringan itu
diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.
Saat ini pada jaringan 2G GSM trafik yang ada dilayani oleh dua jenis
jaringan, yaitu GSM 900 dan GSM 1800. Pelayanan trafik saat ini lebih
diprioritaskan untuk dilayani oleh GSM 1800, baik dalam kondisi idle (kondisi
sebelum pengguna melakukan panggilan) maupun dedicated (kondisi ketika
pengguna sedang melakukan panggilan) sehingga trafik dilayani oleh jaringan
yang lebih baik dan secara umum akan berdampak pada meningkatnya performa
jaringan dalam melayani trafik.
Performa jaringan 2G GSM dijaga dan ditingkatkan dengan kegiatan
optimasi pada masing-masing operator seluler, tolok ukur performa jaringan atau
key performance indicator (KPI) ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu
Accessibility, Retainability dan Integrity. Accessibility adalah kemampuan user
untuk memperoleh servis sesuai dengan layanan yang disediakan oleh pihak

2

penyedia jaringan. Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan
untuk mempertahankan layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh
sampai batas waktu layanan tersebut dihentikan oleh user. Integrity adalah
derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh user [6].
Kegiatan optimasi yang sudah dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan performa jaringan saat ini meliputi optimasi secara fisik,
perubahan pengaturan parameter dari planning awal, atau perpaduan dari
keduanya. Optimasi kombinasi perubahan parameter & fisik yang sudah
dilakukan, diantaranya dengan mengoptimasi cell-cell berdasarkan dengan
performa per KPI paling buruk dalam suatu wilayah, keluhan pelanggan, dan
detail data statistik performa cell dan drive test. Optimasi dilakukan dengan cara
mengaudit semua parameter terkait dengan cell, audit tersebut mencakup
neighbour list audit, BCCH dan frequency hoping audit, radio performance
audit, sites physical parameter dan RF parameter audit [1][2]. Kendala yang
dihadapi dalam optimasi ini adalah dibutuhkan waktu yang lebih lama,
dikarenakan langkah-langkah optimasi yang sangat banyak dan informasi data
pada awal optimasi melibatkan tiga variabel [1][2].
Optimasi dengan perubahan parameter saja yang sudah dilakukan
berdasarkan data keluhan pelanggan, analisis data drive test, dan performa cell
yang paling buruk. Optimasi dilakukan dengan cara mengubah beberapa
parameter dan frekuensi cell, merekomendasikan cell baru, dan
merekomendasikan perubahan arah dan derajat kemiringan antena. Fokus
optimasi meningkatkan KPI call success rate [3]. Kendala yang dihadapi adalah

3

KPI yang dijadikan patokan hanya 1 saja, dan menjadi mahal dan lama apabila
sampai terjadi rekomendasi cell baru dan mengubah posisi antenna [3][4].
Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada kegiatan optimasi
sebelumnya, maka diperlukan suatu terobosan optimasi baru yang bersifat
global, memperhatikan peningkatan atau penurunan semua KPI yang ada, dapat
dieksekusi secara cepat dan hemat biayanya. Salah satu strategi optimasi yang
dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan optimasi sebelumnya adalah strategi
global layering.
Strategi global sendiri adalah sebuah penerapan strategi yang menyeluruh
atau melibatkan semua cell dalam suatu BSC atau cluster baik cell tersebut
memiliki performa yang buruk ataupun performa yang bagus, hal ini diharapkan
dapat memberikan hasil yang signifikan karena cell yang memiliki performa
bagus juga akan dioptimasi dengan harapan rata-rata KPI dalam suatu daerah
bisa terangkat. Pengukuran tingkat keberhasilannya mencakup semua KPI yang
dijadikan acuan dalam pengukuran harian, dengan demikian terdapat
kemungkinan strategi ini mengalami peningkatan pada suatu KPI dan
mengalami penurunan pada KPI lainya.
Secara konsep layering adalah suatu optimasi yang memprioritaskan
trafik ke jaringan GSM 1800 daripada ke jaringan GSM 900 baik dalam kondisi
idle (kondisi sebelum pengguna melakukan panggilan) maupun dedicated
(kondisi ketika pengguna sedang melakukan panggilan) sehingga trafik dilayani
oleh jaringan yang lebih baik dan secara umum akan berdampak pada
meningkatnya performa jaringan dalam melayani trafik. Hal tersebut di atas

4

dilakukan karena interferensi frekuensi pada jaringan GSM 1800 yang lebih
sedikit dibanding jaringan GSM 900 sehingga hal ini berbanding lurus dengan
kualitas uplink/downlink (UL/DL) yang lebih bagus dan berimbas terhadap
meningkatnya kualitas jaringan secara keseluruhan dan key performance
indicator (KPI) secara signifikan.
Strategi ini dipilih karena penerapan layering tidak memerlukan
tambahan biaya, penambahan perangkat keras atau perangkat lunak dan hanya
mengandalkan sumber daya yang telah ada. Selain itu eksekusi perubahan
parameter juga dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, dan jika terjadi
degradasi performa di suatu cell maka perubahan pengaturan parameter ke
pengaturan sebelumnya dapat dilakukan dalam waktu yang cepat, sehingga jika
terjadi suatu masalah akibat dari implementasi layering dapat segera diatasi dan
menghindarkan kerugian yang besar bagi pihak operator maupun konsumen
pengguna jasa telekomunikasi.
Strategi global layering dilakukan dengan cara mengubah beberapa
parameter dari semua cell yang ada dan akan berdampak pada trend pelayanan
trafik diantara jaringan GSM 900 & GSM 1800 yang selama ini cenderung
merata atau terlalu agresif salah satunya, jika ada prioritas penempatan trafik
pada GSM 1800 hal itu dilakukan di cell level yang dilakukan karena isu
blocking atau unbalance traffic. Strategi ini juga dapat berguna untuk
memaksimalkan penggunaan jaringan GSM 1800 yang mempunyai kelebihan
pada konfigurasi maksimal yang lebih besar dan frekuensi yang lebih lebar
dibandingkan dengan GSM 900, sedangkan GSM 900 dapat digunakan untuk

5

menangani trafik dengan jarak yang lebih jauh dari BTS atau di dalam gedung
dengan memanfaatkan penetrasi yang lebih kuat dibandingkan GSM 1800.
Pengamatan terhadap berhasil atau tidaknya strategi ini dilakukan dengan
pengamatan data statistik harian yang dikumpulkan dalam suatu rentang waktu
tertentu untuk diamati apakah memberikan dampak yang positif dan memiliki
performa yang lebih stabil. Hal ini dianggap lebih menguntungkan
dibandingkan optimasi secara fisik yang membutuhkan waktu yang panjang
dalam implementasinya dan biaya yang sangat besar dalam pengerjaannya.
1.1.1 Perumusan Masalah
Strategi optimasi yang dilakukan sebelumnya belum melibatkan semua
cell yang ada, hanya melibatkan beberapa cell yang menjadi contributor
terburuk, fokus hanya pada beberapa KPI saja, membutuhkan waktu yang lama
dalam implementasinya dan membutuhkan biaya yang lebih besar.
1.1.2 Batasan Masalah
Penilitian ini memiliki beberapa batasan masalah yang perlu dirumuskan
adalah penelitian hanya dilakukan pada jaringan 2G GSM, area penelitian
merupakan 1 cluster yang terdiri dari 7 BSC yang berlokasi di outer
JABODETABEK, dan key performance indicator (KPI) yang digunakan sebagai
ukuran keberhasilan layering meliputi; SDSR (SD success rate), TDR (TCH
drop rate), HOSR (Handover success rate), TBF Establishment success rate dan
TCH blocking rate.



6

1.1.3 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan Optimasi: Penelitian fokus
pada network audit dan rekomendasinya, cluster optimasi, dan evaluasi optimasi
(benchmarking) [1]. Langkah-langkah yang ditempuh adalah mengumpulkan
semua informasi yang berkaitan dengan cell, mengindentifikasi semua setting
parameter terbaru, keluhan pelanggan yang bersifat besar atau penting yang
berasal dari customer care, menganalisisnya dan kemudian memberikan
rekomendasi untuk melakukan optimasi.
Penelitian fokus pada call setup success rate (CSSR) in GSM service
area atau keberhasilan user melakukan panggilan telepon [3]. Langkah-langkah
optimasi yang ditempuh adalah dengan cara retune parameter yang berkaitan
dengan proses call setup dan physical optimasi yang di dalamnya mencakup
perubahan arah antena dan derajat kemiringan antena.
Terdapat beberapa perbedaan dalam penelitian-penelitian di atas. Metode
optimasi yang dilakukan oleh 2 penelitian sebelumnya dilakukan dengan cara
network audit baik setting parameter ataupun physical setting (antena tilt &
azimuth setting). Sedangkan pada penelitian yang kedua metode optimasi yang
digunakan hampir sama dengan metode yang digunakan pada penelitian pertama
tetapi tujuannya cenderung untuk meningkatkan key performance indicator KPI)
call setup success rate(CSSR)/ keberhasilan user melakukan panggilan telepon.
1.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk membantu
menganalisis pemilihan suatu strategi global yang dilakukan untuk

7

meningkatkan performa network di PT TELKOMSEL area JABOTABEK
LUAR dan analisis performa setelah implementasi strategi global optimasi
dieksekusi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menemukan seberapa jauh pengaruh implementasi strategi global layering pada
jaringan 2G GSM 900 dan GSM 1800 terhadap performa jaringan GSM.
Performa yang akan dianalisis adalah accessibility, retainability dan integrity.
1.4 Hipotesis Penelitian
Strategi global layering memiliki taraf signifikan perbaikan yang tinggi
terhadap perbaikan performa accessibility, retainability dan integrity pada
jaringan 2G GSM di PT Telkomsel area JABODETABEK luar.

Anda mungkin juga menyukai