Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL

STUDI KELAYAKAN BISNIS


LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN
USAHA KERUPUK IKAN DI DAERAH KUIN KECAMATAN
BANJARMASIN UTARA KOTA BANJARMASIN

Oleh :
ADITYA RIEZKAN WAHDINE

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2009

BAB I

PENDAHULUAN . 01

BAB II

PROFIL USAHA DAN PEMASARAN .. 04

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

2.1

Profil Usaha .

04

2.2

Pola Pembiayaan Bank

05

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 09


3.1

Aspek Pasar .

09

3.2

Aspek Pemasaran .

11

ASPEK TEKNIK PRODUKSI . 15


4.1

Lokasi Usaha ...

15

4.2

Fasilitas Dan Produksi Peralatan .

15

4.3

Bahan Baku .

18

4.4

Tenaga Kerja

18

4.5

Teknologi .

18

4.6

Proses Produksi

19

4.7

Jumlah, Jenis Dan Mutu Produksi 24

4.8

Produksi Optimum 25

4.9

Kendala Produksi .

25

ASPEK KEUANGAN .

26

5.1

Pemilihan Pola Usaha ... 26

5.2

Asumsi Parameter Untuk Analisis Keuangan ..

26

5.3

Komponen Biaya Investasi Dan Biaya Operasional

28

5.4

Kenutuhan Dana Investasi dan Moda Kerja .. 29

5.5

Proyeksi Produksi Dan Pendapatan Kotor 31

5.6

Proyeksi Laba Rugi Dan Break Event Point . 32

5.7

Proyeksi Arus Kas Dan Kelayakan Proyeksi . 32

5.8

Analsisis Sensitivitas . 33

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINKUNGAN 37


6.1

Aspek Ekonomi Dan Sosial 37

6.2

Aspek Dampak Lingkungan 38

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .. 39


DAFTAR PUSATAKA 41

BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya
merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan
di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat.
Ikan mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak
yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik
berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari
ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk seharihari.
Ikan merupakan produk yang banyak dihasilkan oleh alam dan diperoleh dalam
jumlah melimpah. Akan tetapi ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat
mengalami proses pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi
adalah kondisi yang memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan bakteri secara
cepat. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki ikan dirasakan menghambat usaha pemasaran
hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat
produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak dahulu masyarakat telah berusaha
melakukan berbagai cara pengawetan ikan agar dapat dimanfaatkan lebih lama. Proses
pengolahan dan pengawetan ikan merupakan bagian penting dari mata rantai industri
perikanan. Tanpa adanya proses tersebut

usaha peningkatan produksi perikanan

akan menjadi sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.


Pada dasarnya usaha pengawaetan ini adalah untuk mengurangi kasar air yang
tinggi di tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha
tradisional sampai usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilakukan lui penggaraman,
pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan lnginan ikan. Hasil dari usaha-usaha
pengawetan tersebut sangat tergantung 'proses pengawetannya. Untuk mendapatkan mutu
terbaik dari proses awetan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan bahan dan
alat digunakan, termasuk ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih.

Usaha pengawetan ikan tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi lauk yang masih
berbentuk ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan
bahan-bahan lain.
Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat
karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging
seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan
kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini" sangat digemari
masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun
sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi
dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang
enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki
kandungan zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan
bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami
pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral
pada kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan.
Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi.
Di samping dapat diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan
dengan peralatan trafisiona. Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh
rumah tangga yang merupakan industri mikro.
Dari segi skala peusahaan, usaha pengolahan kerupuk ikan dilakukan oleh
perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama
dari skala usaha tersebut adalah pada teknologl dan pangsa pasarnya. Perusahaan besarmenengah dalam proses produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern
dengan pangsa pasar tersebar balk dl daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor.
Berbeda dengan perusaha.an skala besar-menengah, usaha pengolahan kerupuk kecil
rumah tangga sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana
dan pangsa dengan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar lokal.
Usaha pengolahan kerupuk ikan banyak tersebar di wilayah Indonesia diantaranya
adalah Kepulauan Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Kalimantan sendiri hasil

olahan perikanan merupakan salah satu produk andalan dengan salah satu wilayah sentra
produksinya di Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu daerah dengan hasil perikanan
yang cukup tinggi, Kal-Sel memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan produk perikanan yang terkenal
dan Kal-Sel diantaranya adalah kerupuk ikan. Meskipun industri pengolahan hasil
perikanan tersebar di wilayah Kal-Sel, pada daerah tertentu memiliki sentra industri yang
menghasilkan produk spesifik. Industri kerupuk misalnya banyak berkembang di daerah
Kuin, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.
Penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan kerupuk ikan ini didasarkan pada
Informasi dari studi lapangan yang dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan. Survey
dilakukan pada industri pengolahan kerupuk ikan yang merupakan industri kecil rumah
tangga. Industri-industri ini pada dasarnya tidak hanya memproduksi kerupuk ikan saja
tetapi juga kerupuk jenis lain seperti kerupuk udang dan kerupuk dengan bahan baku
tepung lainnya.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat
menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih
sangat terbuka. Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsuumsi sehari-hari
masyarakat sehingga permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung
mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini
juga mampu membantu meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya
berpengaruh pada perekonomian daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang
positif. Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan
sekitar. Secara tidak langsung ini merupakan upaya penciptaan lingkungan kerja yang
mengurangi jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan,
usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran Iingkungan.

Limbah yang

dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang tidak mengandung zat-zat
kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.

BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan
industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha
kerupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung
tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik
tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis
kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan
baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang
dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka
yang dicampur dengan tepung gaplek.
Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu ]enis kerupuk saja. Alasan dari
memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses
pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga
untuk memproduksi jenis yang lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin
pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis produksi
lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam variasi produksi sehingga kerugian
bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan
setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu kerupuk
puliumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga
dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan. Pada saat harga kerupuk puli naik ataupun saat
harga

kerupuk

ikan

kurang

menguntungkan

pengusaha

akan

meningkatkan

jumlah,produksi kerupuk puli.


Di Kalimantan Selatan, usaha pembuatan kerupuk ikan terdiri atas usaha
perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di
luar kecamatan sentra industri, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayahwilayah sentra industri. Jumlah produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan
wilayah pemasaran di dalam negeri, sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha

yang lebih besar karena merupakan gabungan dari beberapa usaha individu dengan
jumlah produksi lebih banyak dan wilayah pemasaran lebih luas sampai ke luar daerah
terutama wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur..
2.2. Pola Pembiayaan Bank
Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk ikan memerlukan biaya yang
relatif sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah
diperlukan dana kurang lebih Rp.500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi
dengan modal sendiri ataupun sebagian dapat dipenuhi dengan pinjaman dari bank.
Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat dipenuhi
dengan pinjaman bank.
Pinjaman dari bank dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dari
survey yang telah ada, pengusaha kerupuk ikan yang merupakan industri keeil
memperotieh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut
Bank BRI). Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang memperoleh kredit ini merupakan
usaha perorangan. Pihak Bank BRI Banjaramasin sendiri tidak memberikan kredit untuk
usaha kelompok karena risikonya terlalu besar sebab biasanya usaha kelompok
menggunakan jaminan tanggung renteng. Selain tidak memberikan kredit untuk usaha
kelompok, Bank BRI Sidoarjo juga tldak memberikan kredit untuk usaha-usaha di
wilayah sentra industri. Alasan untuk tidak memberi kredit usaha di wilayah sentra ini
karena hubungan yang erat diantara warga di wilayah sentra, sehingga jika salah satu
pengusaha mengalami masalah pembayaran kredit akan mempengaruhi pengusaha yang
lain. Oleh sebab itu, survey tidak dilakukan pada pengusaha-pengusaha yang berada di
wilayah sentra industri kerupuk ikan.
Pada umumnya pengusaha yang mendapatkan kredit adalah nasabah yang telah
lama berhubungan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang
mendapatkan kredit dari Bank BRI, dua nasabah memperoleh kredit sebesar
Rp.500.000.000,- dan satu nasabah memperoleh kredit sebesar Rp.350.000.000,-. Salah
satu nasabah dengan kredit Rp.500.000.000,- telah mendapat kreditdari Bank SRI
sebanyak 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar Rp.300.000.000,-. Sedangkan
seorang nasabah yang lainnya baru memperoleh sekali. Nasabah dengan kredit

Rp.350.000.000,- telah mendapatkan kredit dari Bank BRI sebanyak 3 (tiga) kali.
Masing-masing nasabah tersebut memlilki jangka waktu kredit selama 1 tahun yang
dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuannya.
Jenis kredit yang diberikan Bank BRI Banjarmasin adalah kredit investasi dan
kredit modal kerja yang masing-masing mempunyai persyaratan kredit yang berbeda.
Untuk kredit investasi, Bank BRI memberikan kredit dengan perbandingan antara bLaya
sendiri dan kredit dengan proporsi biaya sendiri sebesar 35% sampai 40%. Kredit
investasi jangka waktunya 5 tahun dengan graee period selama 6 sampai 12 bulan. Untuk
kredit modal kerja, plafon dana sendiri yang harus dimiliki untuk mendapatkan kredit ini
sebesar 30%. Jangka waktu kredit modal kerja antara 1 sampai 3 tahun.
Kredit modal kerja yang diberikan menggunakan pola rekening koran.

Pola

rekening koran adalah pembiayaan di mana nasabah yang mendapatkan kredit diharuskan
membuka rekening di bank bersangkutan. Bank akan memberikan kredit sejumlah
pengajuan yang disetujui dengan jangka waktu tertentu. Kredit tersebut dapat diambil
sewaktu-waktu oleh nasabah selama jangka waktu kredit yang diberikan. Jumlah kredit
ini dibayar lunas pada akhir periode dengan kata lain tidak menggunakan pola angsuran.
Dengan pola ini memungkinkan bagi nasabah untuk mengambil sejumlah dana yang
diperlukan pada waktu-waktu diperlukan. Tingkat suku bunga dihitung per hari
berdasarkan jumlah kredit yang diambil dan jangka waktu pengambilan kredit. Jangka
waktu pelunasan dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuan nasabah. Bank BRI di
tingkat unit akan memberikan Insentif Pembayaran Tepat Waktu (IPTW) bagi nasabah
yang membayar tepat pada waktunya. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang
pertumbuhan usaha kecil.

Tabel 2.1 Persyaratan Kredit Menurut Jenis dan Kredit


No
1
2
3
4
5

Persyaratan Kredit
Bunga (% per tahun)
Grace period (bulan)
Jangka waktu kredit (tahun)
Dana sendiri nasabah (% plafon)
Periode angsuran

Investasi
14-18
6-12
5
30-40
Dibayar akhir periode

Modal Kerja
14-15
1-3
20-30

Sumber : Data Primer

Untuk mendapatkan kredit, nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah


ditentukan oleh bank. Dua faktor utama yang dipertimbangkan bank adalah karakter dan
agunan. Karakter berkaitan dengan sifat wirausahawan yang tangguh dan ulet serta
bertanggungjawab, sehingga pihak bank dapat mempercayai bahwa kredit yang diberikan
akan dikembalikan melalui usaha yang sungguh-sungguh. Agunan bisa dikatakan
merupakan persyaratan yang mutlak harus ada dalam pengajuan kredit. Agunan biasanya
berupa sertifikat "Ih/bangunan tempat usaha. Untuk pengusaha kerupuk ikan di
Banjarmasin yang mendapatkan kredit dari Bank BRI menggunakan jaminan berupa
sertifikat tanah/bangunan tempat usaha dan tabungan deposito.
Industri pembuatan kerupuk merupakan industri pengolahan makanan, 'karena itu
harus mendapat ijin dari Departemen Perindustrian dan dan pangan dan Departemen
Kesehatan. Perijinan yang diperlukan diantaranya adalah Tanda Daftar lndustri, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat ljin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan
lingkungan (HO).
Pada awal pengajuan kredit, nasabah juga harus menanggung biaya Idministrasi
yang harus dilunasi sebelumnya. Biaya administrasi tersebut meliputi:
a. Biaya pengikatan jaminan
b. Biaya notaris
c. Provisi
d. Biaya administrasi
e. Asuransi resiko
Kelima jenis biaya tersebut semua ditanggung oleh calon debitur dan harus dlbayar tunai
sebelum kredit yang diajukan ditandatangani.

Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan di atas relatif mudah dan bisa dlpenuhi


oleh calon debitur. Kemudahan lainnya adalah waktu yang diperlukan untuk reaHsasi
kredit hanya membutuhkan waktu 1 (satu) bulan untuk nasabah baru, sedangkan untuk
nasabah lama yang merupakan perpanjangan kredit hanya membutuhkan waktu 3 (tiga)
hari.

10

BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Aspek pasar menyangkut hal permintaan dan penawaran kerupuk ikan sedangkan
aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatanhambatan yang dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan.
3.1. Aspek Pasar 3.1.1 Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi
kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk
relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut
data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan
(urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan
(rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk
wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk
wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding
pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota
telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan
pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pad a pemenuhan
kebutuhan yang lebih pokok.
Tabel. 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk Kerupuk (wilayah)
Wilayah
Perkotaan (Urban)
Pedesaan (Rural)
Perkotaan + Pedesaan

Banyaknya (ons)
0.193
0.147
0.166

Nilai (Rp.)
154
99
122

Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari. oleh


masyarakat luas wik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi.

11

Dari tabel 3.2. berikut dapat diketahui bahwa semakin tlnggi pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 3.2 Konsumsi Kerupuk Rata-rata per Kapita Menurut Golongan Pengeluaran per
Kapita Sebulan
Golongan Pengeluaran (Rp.)

Konsumsi (Ons)

Kurang dari 40.000

40.000-59.999
60.000-79.999
80.000-99.999
100.000-149.999
150.000-199.999
200.000-299.99
300.000-499.999
500.000 dan lebih

0.075
0.087
0.085
0.128
0.140
0.196
0.250
0.305
Rata-rata konsumsi per Kapita
0.166
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan juga telah dlekspor ke
luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris,
Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang
dll) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (Kg)
Tahun

Kerupuk Udang

Kerupuk Lainnya

1993
1994
1995
1996
1997
1998

5.484
4.436
4.798
6.056
3.719
1.532

2.268
2.184
1.499
2.293
1.169
1.113

Sumber : HTTP://www.investasi.belitungisland.com

3.1.2. Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak
menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di
Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai
jumlah produksi kerupuk ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa
diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk
ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.

12

Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim.
Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena
produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses
pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses
produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu
pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha
sekaligus pasokan kerupuk.
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk
relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk
kerupuk ini dapat diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas
rasa yang lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis
kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar
yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan
rendah sampai masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah
sehingga bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi
kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan
pelengkap sehari-hari.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran
menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai
jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam
masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan
sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis
kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga

13

produk van; laku tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jlnls
lain.
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004
di 5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap
goreng atau Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kelrupuk ikan ini cukup
fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran
10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh
kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan.
3.2.2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai krpada
konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai
pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan
ke konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:
1. Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan
dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang
dikemas kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung
ke konsumen akhir.
2. Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap
goreng pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.
3. Pengecer
Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen
Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada
konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng
siap konsumsi.
Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara :
1. Diambil langsung ke produsen

14

2. Dikirim oleh produsen kepada agen atau toko pemesan


Foto 1. Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studl Ekonomi dan Kebijakan Pubilk (PSE-KP) UGM

Gambar 1. Diagram Air Rantai Pemasarn Kerupuk Ikan


Produsen Kerupuk Ikan

Usaha Penggorengan

Agen/Toko
Pedagang

Konsumen Akhir

3.2.3. Kendala Pemasaran


Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga: Harga kerupuk ikan
per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak memakai
ikan sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli untuk produk ini
masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas mungkin akan membeli
kerupuk ikan sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan
yang masih rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas pada acara-acara
tertentu yang dianggap istimewa dan untuk konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk
jenis lainnya yang lebih murah. Berikut perbandingan harga beberapa jenis kerupuk di
tingkat produsen di Banjarmasin untuk jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Jenis Krupuk dan Harganya di Banjarmasin

15

Jenis Kerupuk
Kerupuk Ikan
Kerupuk Udang
Kerupuk Puli
Kerupuk Kasandra
Kerupuk Impala

Harga per kg
6.000,8.000,3.000,2.900,3.000,-

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan
dan udang mencapai dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan
dan udang). Terlihat harga kerupuk udang mempunyai harga yang paling tinggi, sebab
bahan baku berupa udang harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain.
Dengan komposisi harga yang demikian tidak mengherankan jika permintaan kerupuk
ikan relatif masih rendah terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah.

16

BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan. Secara
teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah
didapat dan alat-alat yang digunakan cukup sederhana.
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang
dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar
agar dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan
kerupuk ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada
umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup untuk
proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat
melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan
yang dibuat bertingkat.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
4.2.1. Fasilitas Produksi
a. Bangunan untuk proses produksi
Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan
baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan,
pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung
pada jenis dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha
yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal
ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap.
Ruangan untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung
tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk
setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan
dengan jumlah produksi.

17

b. Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan
bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran
disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir
lahan penjemuran diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum
kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
4.2.2. Peralatan
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan
dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan
baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan likala yang masih kecil dapat
menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk
pembuatan kerupuk ikan yaitu:
1. Baskom
2. Dandang
3. Alat penghancur bumbu (cobek)
4. Pisau
5. Tampah (Nyiru)
6. Kompor
7. Loyang
8. Sendok
Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat
dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat
mengurangi jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih
banyak dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam
proses pembuatan kerupuk ikan antara lain:

1. Alat penghancur ikan

18

Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya
sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan
bahan lain.
2. Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan
adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan
oleh 1 (satu) orang tenaga kerja.
3. Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1
meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan
kapasitas muatan yang diinginkan.
4. Pencetak
Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum
dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar
adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan
1 orang tenaga kerja untuk menjalankannya.
5. Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.
6. Mesin pemotong
Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah diidinginkan
selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.
7. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari
kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat
dari eor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas
merupakan tempat kerupuk yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa
kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.

4.3. Bahan Baku


Terdapat bermaaam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan
bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang

19

berbahan baku ikan. Berbagai jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan,
namun tidak semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering
dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain
ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung
sagu dan telur.
Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk mennmbal1 rasa lezat
dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa.
Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar
lebih menarik.
4.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan
keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada
semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan
pada proses penyiapan bahan, peneetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan
tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan
pengepakan. Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika
sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses
produksi meningkat.
4.5. Teknologi
Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional
ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang
digunakan selama proses produksi.
a. Teknologi tradisional
Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan
peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga
kerja merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses
produksi mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat
mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya
menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu)

20

kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu
yang kurang baik.
b. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan peralatan seperti mesin
cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang
lebih eepat dan penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan
jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana.
Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi
ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan
biaya operasional.
c. Teknologi menengah
Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan peralatan yang
terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.
4.6. Proses Produksi
Pengolahan kerupuk ikan hanya dari pengolahan bahan mentah sampai pada
proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut:
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan, tepung serta bumbubumbu sesuai dengan perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk setiap
adonan. Dalam proses ini Bahan baku ikan perlu mendapat perhatian utama. Mutu
ikan yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena
itu perlu dipilih ikan yang masih segar. bengan demikian diperlukan pengetahuan
untuk mengetahui tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar).
Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan eara menghilangkan sisik,
insang, maupun isi perutnya kemudian dieuci sampai bersih. Bagian tubuh yang
keras, seperti duri maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu kerupuk
yang dihasilkan. Selanjutnya ikan tersebut digiling sampai halus. Di samping itu
bahan baku berupa tepung dan telur serta bumbu disiapkan untuk proses adonan.
2. Proses pembentukan adonan
Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang
digunakan. Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kenta!. Bumbu dan

21

ikan yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas
hingga lumat dan rata. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk
pelembutan, dan akan diperoleh adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata.
3. Pencetakan
Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan
menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm
dan diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk
serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di "press" untuk mendapatkan
adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang
berbentuk silinder yang terbuat dari aluminium,
Ikan Segar

Ikan yang Mulai Membusuk

Kulit

Kulit

- Warna kulit terang dan jernih

- Kulit berwarna suram, pueat dan

- Kulit berwarna suram, pueat dan

- Kulit berwarna suram, pueat dan

- Kulit masih kuat membungkus


berlendir
tubuh, tidak mudah sobek,terutama
- Kulit mulai terlihat mengendur di

berlendir
- Kulit mulai terlihat mengendur di
beberapa tempat tertentu
- Kulit mudah robek dan warna-warna

pada bagian perut

khusus sudah hilang.

beberapa tempat tertentu

khusus sudah hilang

- Warna-warna khusus yang ada


- Kulit mudah robek dan warnawarna masih terlihat jelas
khusus sudah hilang
Sisik
- Sisik menempel kuat pada tubuh

- Sisik mudah terlepas dari tubuh

- Sisik mudah terlepas dari tubuh


sehingga sulit dilepas
Mata
- Mata tampak terang, jernih,
- Mata tampak suram, tenggelam

- Mata tampak suram, tenggelam


an menonjol dan cembung

22

dan menonjol dan cembung


berkerut
an menonjol dan cembung
Insang
- Insang berwarna merah sampai

- Insang berwarna coklat suram atau abu-

merah tua, terang dan lamella insang abu dan lamella insang berdempetan
terpisah

- Lendir insang keruh dan berbau asam,

- Insang tertutup oleh lendir berwarna menusuk hidung


terang dan berbau segar seperti bau ikan
Daging
- Daging lunak, menandakan rigor mortis
- Daging kenyal, menandakan rigor mortis

telah selesai

- Daging dan bagian tubuh lain berbau- Daging dan bagian tubuh lain mulai
segar
- Bila daging ditekan dengan jari
tidak tampak bekas lekukan
- Daging melekat kuat pada tulang
- Daging perut utuh dan kenyal
- Warna daging putih

berbau busuk
- Bila ditekan dengan jari tampak bekas
lekukan
- Daging mudah lepas dari tulang
- Daging lembek dan isi perut sering
keluar
- Daging berwarna kuning Kemerah merahan

terutama

disekitar

tulang

punggung
Bila ditaruh dalam air
Bila ditaruh dalam air
- Ikan segar akan tenggelam

- Ikan yang sudah membusuk akan terapung


di permukan air.

Sumber: Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan pengolahan Ikan, Kanisius, Yogyakarta, 1989.

4. Pengukusan
Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2
jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau
belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tioak melekat
pada lidi berarti adonan telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau

23

tidaknya adonan kerupuk dapat dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila
permukaan silinder kembali seperti semula, artinya adonan telah masak.
5. Pendinginan
Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk
melepaskan dari cetakan, biasanya adonan diguyur dengan air. Adonan kemudian
didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam
hingga adonan menjadi keras dan mudah diiris.
6. Pemotongan
Tahap selanjutnya adalah pernotongan adonan kerupuk yang telah dingin.
Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat
dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam.
Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik
ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan
minyak goreng.
7. Penjemuran/pengeringan
Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan
di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk
pengeringan kerupuk yang masih basah dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama
kurang lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang dikenngkan dengan sinar matahari hasilnya
akan lebih bagus dibandingkan jika menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan
dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih mengembang. Hal ini akan lebih
menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan akan mempengaruhi
harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari lebih disukai
dibandingkan dengan menggunakan oven.
8. Pengepakan
Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering
dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng dikemas dalam
plastik sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal,
dimana per bal dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk.

24

Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, proses pembuatan kerupuk llean adalah
sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan
Gula, garam dan telur
dicampur

Ikan dibersihkan, dibuang tulang dan


durinya, dicuci kemudian dihaluskan

Ikan dan bumbu


dicampur hingga merata

Adonan tepung tapioca


(tepung tapioka yang diberi
air

Pencetakan

Pengukusan

Pendinginan

Pemotongan

Penjemuran

Pengepakan

25

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi


Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang
dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang
masih rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan
memerlukan waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat
melakukan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan
dengan proses teknologi modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan
jumlah produksi per adonan bisa lebih dari 1 ton.
Usaha pengolahan kerupuk ikan biasanya tidak hanya menghasilkan satu jenis
kerupuk ikan. Usaha ini juga menghasilkan jenis kerupuk lain seperti kerupuk udang atau
kerupuk tepung sebagai diversifikasi usaha. untuk mengantisipasi bila bahan baku ikan
sulit didapat sehingga usaha tidak macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung
pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan.
Dari berbagai jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi
standar mutu produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain itu kerupuk ikan harus bebas
dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Adapun
standar mutu kerupuk disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 4.2. Standar Mutu Kerupuk
Standar Mutu
Karakteristik
Kadar air (%) maksimum
Kadar protein (%) minimum
Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum
Benda asing (%) maksimum
Bau

I
Udang Ikan
120 I 12,0
4,0 i 5 0
1,0
1,0
1/0
1 0
Khas I

Khas

II
Udang
12,0
20
1 0
1 0

Ikan
120
5,0
1,0
1,0

Khas

Khas

Sumber : www.ristek.go.id

4.8. Produksi Optimum


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi tdonan
memiliki perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung tapioka 300 kg, garam 10 kg,
gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya. Komposisi ini dapat

26

menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan mengembang
dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupllk ikan berjalan optimal maka dari
komposisi adonan tersebut dapat dihasilkan 300 - 330 kg kerupuk (rendemen 76-85 %)
4.9. Kendala Produksi
Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak menemui kesulitan. Setiap
proses produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus.
Kesulitan yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan
baku ikan dan penurunan produksi pada saat musim hujan.
Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan
harga ikan naik. Pada kondisi ini pengusaha kerupuk mengalami penurunan pasokan ikan
karena jumlah produksi ikan yang menurun tersebut lebih banyak diarahkan untuk
konsumsi sehari-hari secara langsung. Di pihak lain pengusaha tidak dapat menaikkan
harga sesuai dengan kenaikan harga bahan bakunya karena tidak dapat mempengaruhi
harga kerupuk ikan di pasar. Hal inilah yang menyebabkan pengusaha mengurangi
jumlah produksinya.

Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan

penurunan mutu produk. Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar


matahari yang menghambat proses penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat
dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah produk yang dihasilkan juga sedikit sebab
mutunya tidak sebagus jika pengeringan dengan sinar matahari.
Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk karena
harus dijemur berhari-hari. Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha
dengan memproduksi dalam jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim
hujan, karena pada musim hjjan terjadi kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh
jumlah permintaan yang tldak bisa diperrmhi oleh produsen seperti hari-hari biasanya.
BAB V
ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang pengusaha kerupuk tidak

27

hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang
lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkecil resiko sekaligus
pengembangan usaha yang lebih luas. Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha
kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan
tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis aspek keuangan dari usaha yang hanya
memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi
adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal 310 kg kerupuk setiap
satu kali adonan.
5.2. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang
terangkum dalam Tabel 5.1. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar
perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan menggunakan mesinjperalatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang
tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk.
Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp.6.000,-, Hari
kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.

28

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Jurnlah/
No Asumsi

Satuan

Keterangan
Nilai

1.
2.

3.
4.

6.

Periode proyek
Luas tanah
- Luas baangunan
- Luas tanah penjemuran
Sarana Transportasi
Hari kerja selamal tahun
- tenaga kerja tetap
- tenaga borongan
Produksi dan Harga
Produksi per hari

Harga kerupuk ikan


Penggunaan tenaga Kerja
Tenaga Manajerial
Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja borongan
Upah tenaga kerja
Tenaga Manajerial
Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja borongan
Penggunaan bahan baku
Tepung tapioka
Ikan
Garam
Gula
Telur
Penyedap
Pewarna
Discount Factor/suku bunga
-

7.

8.

9.

tahun
m2
m2
m2
unit

5
2.000
500
1.500
1

hari
hari

285
200

kg

620

kg

6.000

orang
orang
orang

2
14
4

Rp/hr
Rp/hr
Rp/hr

36.000
18.000
22.000

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
%

300
50
10
12,5
10
2
0,25
17%

Periode 5 tahun

Mobil box

2 adonan per hari.


produksi @310 kg
kerupuk

untuk satu kali adonan

Sumber : Lampiran 1

29

5.3.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional


a. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari
beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau
peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.
Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan
Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp.600.000,- dan masa
berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus
dikeluarkan biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan
reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya
kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah
Rp.299.339.000,-.
Tabel 5.2 Biaya investasi
No
1
2
3
4
5

Jenis Biaya
Perizinan
Sewa Tanah dan Bangunan
Mesin/Peralatan Produksi
Peralatan lain
Mobil box
Jumlah Biaya Investasi

Nilai
600.000
150.000.000
107.030.000
1.709.000
40.000.000
299.399.000

Penyusutan
0
0
43.994.750
221.800
4.000.000
48.216.550

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai
50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah
biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi.
Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian
peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.

b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya varia bel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan
pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah
tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari

30

produksi . Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah
1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah
hari tidak berproduksi selama 16 hari).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.711.298.900,Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun.
Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai
15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya.
Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2
orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga
manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan
hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan
pada saat terjadi kenaikan permintaan.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Biaya
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Peralatan Operasional
Biava transportasi
Biaya Ustrik
Biaya telepon
Tenaga Kerja
Biaya Pemeliharaan
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun

Nilai (Rp.)
520.125.000
16.200.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
29.933.900
711.298.900

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja


Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri.

Jumlah

modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-.
Jumlah kredit investasi yang dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan
investasi. Dengan kata lain pengusaha harus menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari
total dana investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar
Rp.209.537.300,-.
Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal u.ntuk
satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai slklus Produksi

31

(dan pembua.tan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30
hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional
selama 1 tahun
= (30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari kebutuhan dana
modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568
= Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut:
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No
Rincian Biaya Proyek
1 Dana investasi vanq bersumber dari
a, Kredit
b. Dana sendiri
Jumlah dana investasi
2
Dana modal keria vaQ9. bersumber dari
a. Kredit

Total Biaya

209.537.300
89.801.700
299.339.000
52.411.498

b. Dana sendiri

22.462.071 !

Jumlah dana modal keria


Total dana proyek yanq bersumber dari
a. Kredit
b. Dana sendiri

74.873.568 I
261.948.798 i
112.263.771

Jumlah dana proyek

374.212.568

Jangka waktu kredit untuk investasi selama 5 tahun tanpa grace period sedangkan
kredit modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu 1 tahun. Kredit
modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya
disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang
digunakan adalah sebesar 17% per tahun menurun. Dengan demikian jumlah angsuran
pokok berikut btJnga yang harus dibayar setiap bulan untuk masing-masing jenis kredit
dapat dihitung. Tabel 5.7. menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga)
untuk kredit investasi dan modal kerja yang harus dibayar setiap tahunnya.
Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja

32

Tahun

Kredit

ke0

Angsuran

Angsuran

Total

Saldo

Saldo

Pokok

Bunga

Angsuran

Awal

Akhir

261.948.798

261.948.798

261.1948.798
94.318.958

37.182.277

131.501.235

261.948.798

167.629.840

41.907.460

25.231.783

67.139.243

167.629.840

125.722.380

41.907.460

18.107.515

60.014.975

125.722.380

83.814.920

41.907.460

10.983.247

52.890.707

83.814.920

41.907.460

41.907.460

3.858.979

45.766.439

41.907.460

5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor


Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari
jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun
dilakukan adonan 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk.
Harga kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan
produksi kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh
dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp.1.368.000,-.
Penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No Uraian

Harga
Satuan

Jumlah

Nilai (Rp.)
Satuan

1 Produksiper tahun
2 Penjualan per tahun

Kg
Kg

176.700
176.700

6.000

3 Penjualan sak per tahun


4 Pendapatan kotor

Sak

3.420

400

1.060.200.000
1.368.000
1.061.568.000

Dari label 5.6. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan kerupuk
ikan adalah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

5.6. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point


Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan baglan
pentlng dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung
dan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7. menunjukkan

33

keuntungan (surplus) selama periode proyek.


Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha
ini telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini akan meningkat untuk tahun-tahun
berikutnya karena komponen biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba ratarata selama periode proyek adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata
per tahon sebesar 18,46%.
Den?an mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk
Ikan, dan hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah
sebesar Rp.362.713.898,- atau dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya
dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,Tabel 5.8 Kelayakan Usaha

No

Kriteria Kelayakan

1
Net SIC ratio pada DF 17%
2
NPV pada DF 17% (Rp)
3
IRR (%)
4
PSP (usaha)
5
PSP (kredit)
Sumber : Lampiran 9

Nilai

1,60
223.409.530
46,37
3 tahun 11 bulan
2 tahun 6 bulan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya
investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena
jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek. Dilihat dari segi
kelayakan kredit, usaha ini layak dibiayai karena jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan kredit hanyc 2 tahun 6 bulan.

5.8. Analisis Sensitivitas


Dalam analisis proyek investasi kerupuk ikan terdapat ketidakpastian yaig akan
mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa
jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan harga-harga input dan output. Dalam
analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario yaitu :

34

1. Skenario I
Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi can biaya operasional
dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga kerupuk,
jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun.
2. Skenario II
Siaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi den penerimaan proyek
investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk
operasional seperti bahan
baku, peralatan operasional, dll.
3. Skenario III
Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II ya:u diasumsikan
penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasioral mengalami kenaikan,
sedangkan biaya investasi tetap.
Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam .Tabel berikut:
Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan proyek sebesar 2,5%, proyek ini
masih layak dibiayai karena pada tingkat suku bunga 17%, net B/C sebesar 1,37, NPV
sebesar Rp.138.501.442,- nilai IRR 35,94%, periode pengembalian baik kredit investasi
dan kredit modal kerja kurang dari 5 tahun sehingga proyek ini layak diusahakan dan
dibiayai oleh bank.
Pada penurunan pendapatan sebesar 3%, diperoleh Net B/C ratio sebesar 1,32, NPV
yang diperoleh sebesar Rp.21.519.824,- dan IRR 33,76. Jangka waktu pengembalian
kredit selama 4 tahun 5 bulan tetapi jika dilihat dari jangka waktu pengembalian
investasi, usaha ini tidak layak dilakukan karena payback periodnya melebihi periode
proyek yang hanya 5 tahun (tabel 5.9).

35

Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I


Penerimaan Turun
No

Kriteria Kelayakan

1 Net B/C ratio pada DF 17%


2 NPV pada DF 17% (Rp)
3 IRR %)
4 PBP usaha)
5 PSP kredit)

2,5%

3%

137
138.501.442
3594
4 tahun 9 bulan
3 tahun 9 bulan

1,32
121.519.824
3376
6 tahun
4 tahun 5 bulan

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 4%, proyek Inl masih
layak dilakukan dengan net B/C sebesar 1,35, NPV Rp,132.381.873,IRR sebesar 35,16%
dan jangka waktu pengembalian kredit investasi dan kredit modal kerja kurang dari 5
tahun. Dengan demikian pad a tingkat kenaikan biaya operasional sebesar 4%, usaha ini
masih layak untuk dibiayai oleh bank. Jika kenaikan biaya 5%, proyek ini tidak layak
diusahakan dilihat dari payback period usahanya, karena jangka waktu pengembalian
investasi melebihi periode proyek. Tetapi jika dilihat dari kriteria investasi lainnya proyek
ini masih layak dlusahakan dengan net SIC sebesar 1,29, NPV Rp.109.624.959 dan IRR
sebesar 32,22%. Sedangkan pay back period kredit selama 4 tahun 8 bulan (tabel 5.10)
Pada skenario III pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan, biaya
operasional maslng-masing sebesar 1,5%, proyek ini masih layak dibayar dengan net SIC
sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.329.306,IR~ ~5,91 % dan lama pengembalian kredit
selama 4 tahun 7 bulan. Dilihat dan jangka waktu pengembalian kredit, usaha ini layak
dibiayai oleh bank karena pay back period untuk kredit selama 3 tahun 8 bulan.
Pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional masing-masing se.besar
2%, proyek ini masih layak dilaksanakan Hal tersebut bisa dilihat dan Net SIC yang
diperoleh 1,29, NPV sebesar Rp.109.969.231. IRR yang dlperoleh masih jauh dari tingkat
suku bunga yaitu 32,26%. Tetapi jika dilihat jangka waktu pengembalian investasi proyek
ini menjadi tidak layak karena memerlukan 6 tahun 1 bulan dimana jangka waktu ini
melebihi periode proyek (tabel 5.11)

No

Kriteria Kelayakan

Penerlmaan Turun dan Biaya

36

Operasional Naik

1,5%
1

Net SIC ratio pada DF 17%

NPV pada DF F% (Rp)

1,37
138.329.306

2%
1,29
109.969.231

IRR (%)

35,91

32,26

PSP (usaha)

4 tahun 7 bulan

6 tahun 1 bulan

PSP (kredit)

3 tahun 8 bulan

5 tahun 7 bulan

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif
dengan penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan
memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha),
proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 3%, artinya jika penurunan
pendapatan lebih besar dari. 3% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi.
Sedangkan Jika dllihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada
kenaikan biaya operasional sebesar 5% dengan asumsi biaya investasi dan pendapatan
tetap. Analisis sensititivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitive pada
kenaikan biaya operasional

37

BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomis, sosial dan dampak lingkungan dari
usaha kerupuk ikan. Aspek ekonomis berkaitan dengan dampak usaha ini terhadap
perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum di wilayah
sekitarnya. Aspek ekonomis sangat terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang
ditimbulkan bersifat sosial yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar
wilayah usaha. Sedangkan aspek lingkungan menyangkut dampak dari usaha kerupuk
ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak terhadap lingkungan terutama timbul
karena setiap usaha menghasilkan limbah yang mungkin dapat mengganggu ekosistem
lain.
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi
pengusaha maupun penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomis dari
usaha ini adalah peningkatan pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang
sangat menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya
industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga
sehingga kesejahteraan rumah tangga meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan
yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat. Meskipun
bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, tetapi perlu diingat bahwa
komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.
Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi
peluang untuk menambah devisa.
Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak
sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya
berasal dari saudara, tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan
menciptakan pekerjaan yang dapat menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara
tidak langsung usaha ini telah membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di
daerah tersebut. Dengan berkurangnya pengangguran di daerah tersebut akan

38

meningkatkan pendapatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.


6.2 Aspek Dampak lingkungan
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dlhasilkan dari
usaha ini adalah tidak menghasilkan Iimbah yang membahayakan bagi manusia maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa
pembersihan. Biasanya air ini dibuang melalui saluran air dan dapat langsung meresap ke
tanah. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme
tanah, dan tanaman. Selain air, usaha ini juga menimbulkan bau amis dari ikan yang
diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu udara secara luas karena
jangkauannya tidak jauh. Dapat dikatakan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman bagi
Iingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagl kehidupan
manusia dan lingkungan sekitarnya.

39

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. Usaha pembuatan kerupuk ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Banjarmasin
merupakan usaha dengan skala keci!.
b. Kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi menengah.
c. Dana untuk investasi dan modal kerja bersumber dari bank dan modal sendiri.
Banyak industri kerupuk yang mudah memperoleh pembiayaan dari bank.
d. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai lapisan
masyarakat.
e. Usaha kerupuk ikan mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk
konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor.
f. Harga kerupuk ikan pada tahun 2009 di tingkat produsen berkisar antara Rp.6.000,sampai Rp.6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir mencapai
Rp.9.000,- sampai Rp.10.000,- per kg. Harga ini sering mengalami fluktuasi dengan
kisaran 10%.
g. Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat mudah dan cepat diadopsi oleh
masyarakat karena prosesnya sangat sederhana.
h. Usaha dalam analisis ini menggunakan kredit (investasi dan modal kerja) sebesar
Rp.261.948.798. dengan jangka waktu kredit investasi 5 tahun dan kredit modal kerja
1 tahun dan bunga 17% (menurun) per tahun.
i. Serdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha kerupuk ikan, pada tingkat
discount rate 17%, net SIC ratio sebesar 1,60 NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan
nilai IRR 46,37%. Dari analisis PSP, proyek ini mampu mengembalikan modal
investasinya dalam waktu 3 tahun 11 bulan. Pay back period untuk kredit selama 2
tahun 6 bulan.
j. Dengan mengacu pada jangka waktu pengembalian investasinya, dari analisis
sensitivitas terhadap perubahan penerimaan dengan asumsi biaya operasional dan
investasi konstan, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada penurunan
penerimaan sebesar 3% sehingga proyek ini tidak layak diusahakan.

40

k. Analisis sensitivitas terhadap'perubahan biaya operasional dengan asumsi penerimaan


proyek dan biaya investasi konstan menunjukkaR bahwa proyek ini sensitif pada
kenaikan biaya operasional sampai 5% dan proyek ini tidak layak diusahakan
l. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan proyek dan biaya operasional,
proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan 'proyek dan kenaikan biaya
operasional masing-masing 2% dan proyek ini tidak layak diusahakan.
7.2 Saran
a. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah pengusaha
kerupuk ikan perlu menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, terutama untuk
tepung tapioka yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif.
b. Untuk meningkatkan jumlah penjualan perlu pemasaran yang baik, pada usaha
kerupuk ikan ini hubungan personal antara produsen dengan penjual merupakan
kunci untuk nielebarkan jaringan pemasaran.

41

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Yogyakarta, 1989.
Badan Pusat Statistik, 2003

DAFTAR WEB SITE


1.

http://www.investi.belitungisland.com

2.

http://www.ristek.go.id

3.

http://www.warintek.progressio.or.id

42

Anda mungkin juga menyukai