Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis
dapat menyelesaikan penuntun praktikum Kimia Dasar I guna lancarnya kegiatan praktikum di jurusan
kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
Dalam menyusun penuntun ini, Tim penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat
kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat
diatasi
Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini Tim penulis
menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Rektor Universitas Sriwijaya
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Proyek HEDS
Atas segala dukungnya pada kegiatan ini baik secara moril maupun materil. Semoga penuntun
ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.


Inderalaya, April 2012



Tim Penulis
















DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Diskripsi lab Kimia Dasar 3
Percobaan I 11
Percobaan II 14
Percobaan III 17
Percobaan IV 21
Percobaan V 25
Percobaan VI 29
Percobaan VII 32
Percobaan VIII 35
Daftar Pustaka 40




























DESKRIPSI LAB KIMIA DASAR


UMUM.
Kimia, seperti semua pengetahuan cabang ilmu lainnya, ditegakkan diatas percobaan-
percobaan, di lab kita akan mempelajari teknik-teknik dasar yang digunakan oleh para ahli kimia, dan
menerapkannya pada suatu percobaan.
Di laboratorium hal utama adalah masalah keselamatan mahasiswa dan dosen. Maka sebelum
masuk ke ruang lab yakinkan terlebih dahulu bahwa anda telah membaca ketentuan dan teknik-teknik
laboratorium dalam penuntun praktikum kimia dasar.
Bekerja secara hati-hati, efesien adalah merupakan sesuatu yang dituntut dalam program
laboratorium. Percobaan harus didisain terlebih dahulu sehingga rencana kerja dapat diselesaikan dalam
masa normal sekitar dua jam kalau seandainyam anda betul-betul sudah siap dan kerja secara efesien.
Berikut ini adalah aturan-aturan keselamatan umum & tata tertib dilaboratorium.


KETENTUAN UMUM

1. Gunakan kaca mata pelindung debu & jangan menggunakan lensa kontak
2. Gunakan jas lab dan sepatu. Serta gunakan sarung tangan khusus ketika menumpahkan cairan
corosive (yang merusak)
3. Dilarang makan, merokok atau minum
4. Jangan pernah meninggalkan suatu percobaan. Tak boleh menerima tamu, tak boleh ada api
kecuali ada perintah asisten.
5. Simpanlah baju, buku-buku dan lainnya yang dimiliki diatas rak yang ada dilaboratorium.
6. Gunakan lemari asam untuk percobaan yang melibatkan atau menggunakan gas berbahaya.
7. Bacalah label yang tertera di botol atau wadah dengan cermat untuk meyakinkan anda terhadap
bahan yang betul tersebut. kenali sifat-sifat bahan kimia yang akan anda kerjakan di dalam
setiap percobaan.

PROSEDUR MENGATASI KECELAKAAN
Bila setiap ada kecelakaan di laboratorium, maka perhatikanlah apa yang harus diperbuat seperti
dibawah ini :
1. Laporkan kepada asisten (instruktur) atau kepala laboratorium. Bila hal ini darurat, ambillah
segera langkah-langkah untuk mengeluarkan personil ketempat yang aman atau jauh dari tempt
kecelakaan.
2. Kenali lokasi-lokasi dan cara kerja alat-alat berikut di laboratorium :
Air pancuran pencuci mata APM
Shower pengaman darurat SPD
Pemadam kebakaran PK
Pintu keluar darurat PKD
Kotak P3K P3K
Selimut api (pasir, karung) SA
Kotak alarm api KAA
Telepon terdekat TT
Kantor kepala laboratorium KKL

(Buatlah denah lokasi dari fasilitas laboratorium tersebut)
1. Bila bahan kimia korosive memercik ke mata anda. Segera cuci mata anda dengan air dari
pancuran pencuci mata
2. Apabila terbakar sendiri.
Untuk luka bakar kecil, anda dapat menaruhkan air es yang terluka bakar untuk menghilangkan
rasa sakit. Tidak boleh menempelkan apapun pada tempat luka bakar tersebut, kecuali suatu
analgetik topical.
Untuk luka bakar besar, hubungi langsung dokter.
3. Apabila terjadi kebakaran.
Ambil alat pemadam kebakaran terdekat, lepaskan kunci pengamannya, bidik sumber api, dan
dari jarak beberapa meter semprotkan alat tersebut sampai apinya padam.






PENGELOLAAN LIMBAH KIMIA


Dilarang membuang bahan kimia sembrangan dengan cara
menumpahkan/membuang begitu saja kedalam saluran pipa atau
kaleng sampah. Bak pembuangan limbah bahan kimia secara rutin
tersedia di dalam laboratorium



PERHATIKAN PETUNJUK PENCEGAHAN KECELAKAAN
BERIKUT INI
1. Bekerja dengan tabung atau batang gelas
a. Ketika memasukkan tabung atau thermometer kedalam tutup karet, selalu gunakan gliserin
atau air sabun sebagai pelican. Lindungi tangan anda dengan cara membungkus tabung gelas
tersebut dengan handuk
b. Dibilas dengan api semua pinggiran tabung atau batang gelas tersbut.
c. Buang segera glassware yang retak atau pecah kedalam tempat sampah yang sesuai. Ganti
barang yang pecah dari laci anda dengan menghubungi bagian perlengkapan.
d. Jangan memanaskan gelas ukur, labu ukur, atau ermometer langsung dengan api Bunsen.
2. Penggunaaan Pembakar Bunsen
a. Pembakar Bunsen hanya dapat dinyalakan selama waktu pemakaian. Jauhkan penempatannya
dari rak reagensia.
b. Sebelum menyalakan Bunsen, yakinkan tidak ada reagensia yang mudah terbakar.
c. Jangan sampai tangan atau rambut anda dekat dengan nyala api.
3. Susunlah alat-alat percobaan dengan cermat
4. Jangan membawa botol reagensia keats meja anda.
5. Melepaskan tutup gelas dari botol reagensia
Gengamlah tutup botol antara dua jari telunjuk dari jari tengah dengan telapak tangan anda
menghadap ke atas. Peganglah tutup tersebut pada posisi ini sampai anda menutupnya kembali
botol tersbut. Jangan menaruh tutup tersebut keats permukaan lain. Ini akan terhindar dari
kontaminasi.
6. Mengambil bahan kimia cair
Bawalah beker gelas bersih ke botol reagensia. Keluarkan atau lepaskan tutupnya dan tuangkanlah
sejumlah yang telah dipeerkirakan kedalam beker glass. Jangan masukkan pipet tetes kedalam
botol. Tutupkan kembali stopper dan kembalikan lagi ke meja anda dengan reganennya. Jangan
mengambil lebih dari pada yang diperlukan, jika seandainya berlebihan mengambil kelebihannya
buang pada tempatnya.

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

1. BIAYA PRAKTIKUM
2. PENGISIAN FORMULIR PRAKTIKUM
3. MENYALIN LAPORAN
Walaupun dalam beberapa percobaan anda boleh bekerja sama dengan kawan mahasiswa lainnya
untuk mendapatkan data, tetapi laporan dan perhitungan yang anda buat haruslah dari hasil kerja
sendiri. Mahasiswa dilarang bekerja sama dalam membuat laporan. Dalam hal ini jurusan kimia
mengagap serius. Sangsi minimum dalam bentuk nyalin apapun adalah bernilai E.
4. WAKTU RESPONSI (resitasi)
Tiap test lamanya 50 menit perminggu. Selama msa ini dua jenis percobaan dan teori/perhiyungan
yang berkaitan dengan jenis praktikum ini akan dibicarakan oelh mahasiswa. Laporan response
sudah harus diterima sebelum masuk lab.
5. KOMPONEN PENILAIAN
- Ujian I dan II 20%. Lain-2 (tertib dll) 15%. Laporan tertulis lab 25%
- Ujian akhir 15%. Quiz 15%. Laporan pendahuluan pratikum 10%
a. Ujian I dan II (masing-masing 10%)
Ada dua macam ujian (masing-masing 50 menit), sesuaikan dengan silabus.
b. Comprehensive ujian akhir
Kebijaksanaan sama yang diterapkan terhadap ujian regular dipakai dalam ujian akhir. Ujian
komperehensive dapat berupa multiple choice.
c. Quiz (15%)
Anda harus memberikan nilai 80% atau lebih, bila tidak mereka harus mengulang. Mahasiswa
yang skornya kurang dari 80% pada ulangan quiz berarti tidak lulus. Quiz diberikan dalam
bentuk essay atau berupa perhitungan yang berkaitan dengan teori dari semua percobaan-
percobaan yang telah dilakukan.
d. Lain-lain (penampilan, tingkah dll)
Penampilan anda di laboratorium merupakan petunjuk penting dari adanya pahamk-paham
terhadap prinsip-prinsip ilmu kimia dan penerapannya di dalam teknik laboratorium. Contoh
skala penilaian dapat disusun sebagai berikut :
Jenis percobaan (3 ion yang tak diketahui) Jenis percobaan (2 anion yang tak diketahui
Yang harus
dilaporkan
Jawaban yang
benar
Nilai Yang harus
dilaporkan
Jawaban yang
benar
nilai
3 3 100 3 3 100
2 2 85 1 1 85
3 2 75 2 1 70
1 1 65 1 0 55
2 1 60 2 0 40
3 1 55
1 0 45
2 0 40
a. Laporan tertulis laboratorium (25%)
Suatu laporan harus dibuat per percobaan, dan paling lambat 7 hari setelah tanggal percobaan
sesuai jadwal dalam silabus. Laporan harus diselesaikan dalam masa laboratorium bila diajukan
dalam 7 hari laporan diselesaikan setelah masa laboratorium selesai akan dihukum dengan
pengurangan 10%, dan dengan 10% lagi untuk hari-hari berikutnya yang terlambat. Nilai laporan
tertinggi 100.
b. Jenis laporan laboratorium atau proyek (10%)
Dalam silabus akan diperinci laporan laboratorium yang harus diserahkan dalam bentuk tertulis.
Laporan-laporan, termasuk table dan kurva, harus ditulis (diketik computer) dan diprint.
Merupakan tanggung jawab mahasiswa untuk meyakinkan bahwa mereka tahu bagaimana
seharusnya menyajikan. Laporan dinilai dengan skor sampai 100 tak lebih setelah 10 selesai
praktikum. Laporan lewat harinya akan direduksi 10%, dan lebih dari hari setelah hari terlambat
tersebut ditambah lagi 10% per harinya.

PROSEDUR PENGECEKAN LABORATORIUM
Prosedur Check-In
1. Meja kerja, daftar peralatan, kunci kombinasi akan anda dapat. Kunci yang rusak akan
diganti/diperbaiki. Jika anda akan melengkapi kunci anda, silahkan hubungimpetugas.
2. Semua mahasiswa harus melengkapi dan mengembalikan kartu isian kepada asisten/petugas.
3. Anda dapat membuka lemari dan laci laboratorium anda dan menyimpan lab kerja anda.
4. Cek peralatan yang ada dalam daftar dalam lemari anda. Jangan diterima peralatan yang rusak atas
gelas yang retak atau pecah.
5. Apabila anda kegilangan beberapa item, lapor.
6. Dalam daftar peralatan tulis nomor meja, nomor praktikum, dan nama anda.
7. Simpan daftar peralatan dilaci/lemari anda. Dan anda dapat mulai kerja percobaan.



PERCOBAAN I
PENGAMATAN ILMIAH
I. Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan percobaan.
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat akca dan memindahkan bahan kmia padat
maupun cairan.
3. Membiaskan diri dengan tata cara keselamatan kerja dilaboratorium.

II. Pertanyaan Prapraktek :
1. Bagaimana caranya mengamati reaksi yang menghasilakn gas, cairan dan padatan.
2. Mana dari bahan kmia yang perlu dilakukan dengan hati-hati dan sebutkan bahayanya : alcohol,
ammonium nitrat, kalsium klorida, bahan kmia organic, dan air suling.

III. Dasar Teori
Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami
materi ini dalam proses alamiah maupun eksperimen yang direncanakan. Seperti dalam semua ilmu
pengetahuan alam orang terus menerus membuat pengamatan dan mengumpulkan fakta yang kemudian
dicatat dengan cermat sampai dibuat kesimpulan.
Sebelum menarikkesimpulan, data hasil observasi yang banyak diringkas menjadi satu pertanyaan
singkat yang disebut hukum. Hukum dan fakta yang ada dijelaskan dengan bantuan hipotesis ataupun
suatu teori yang dirancang untuk menyarankan mengapa atau bagaimana suatu hal dapat terjadi.
Semua hal ini jika disimpulkan merupakan suatu prosedur yang disenut Penelitian Ilmiah yang
melibatkan tiga langkah utama, yaitu :
1. Pelaksanaan percobaan dan mengumpulkan data
2. Menjelaskan hipotesis untuk menghubungkan danmenjelaskan data yang ada
3. Mengajukan teori
Hipotesis yang diajukan kadang-kadang terbukti tidak terlalu sesuai keadaan yang nyata dan
terjadi, walaupun tidak segeraa ditolak. Hal ini terjadi karena banyak para ilmuwan kimia yang enggan
untuk meninggalkan teori lama untuk menganut dan mengembangkan teori yang baru yang oleh mereka
dikatakan bahwa masih banyak hal-hal dialam ini yang samar-samar dan tidak jelas. Oleh sebab itu
hipotesis dapat ditolak, diubah atau walaupun jarang, sedusah diuji seksama, bahkan menjadi hokum atau
teori ilmiah. Mari kita lihat cara mengajukan hipotesis.
Merkuri oksida yaitu serbuk jingga, dimasukkan dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 2
menit. Batang korek api dinyalakan kemudian dipadamkan. Batang korek api yang masih membara ini
lalu didekatkan pada mulut tabung.

Pengamatan Hipotesis
Loagam keperakan terbentuk dibagian dalam
tabung reaksi
Batang korek api kembali menyala
Merkuri dan oksigen dihasilkan dari
pemanasan merkuri oksida

IV. Prosedur Percobaan
1. Busa hitam. Masukkan gula pasir kedalam gelas piala150 mL sampai 1/6 gelas piala terisi.
Tambahkan 5 mL asam sulfat pekat dan aduk hati-hati.
2. Panas dan dingin. Masukkan seujung sudip ammonium klorida kedalam tabung reaksi dan
kalsium klorida kedalam tabung reaksi yang lain. Isilah tabung sampai setengahnya dengan air.
Peganglah bagian bawah tabung (catatan : buanglah bahan kmia kedalam bak cuci, lalu siram
dengan air yang banyak).
3. Aktif dan tidak aktif. Isilah gelas piala (250 mL) dengan air sampai setengahnya. Masukkan
sebuah paku besi dan sekeping logam kalsium dalam air. Catat pengamatan anda dan ajukan
hipoetesis.
4. Paku tembaga. Isilah setengah gelas piala (250 mL) dengan larutan tembaga (II) sulfat,
masukkan sebuah paku besi kedalamnya. Tunggu beberapa menit lalu catat pengamatan anda.
5. Ada dan hilang. Masukkan sekitar 10 mL merkuri (II) nitrat ke dalam gelas ukur. Tambahkan
20 mL larutan kalium iodide ke dalam gelas piala tersbut. Amati dan cata, kemudian ajukan
hipotesa anda.










PERCOBAAN II
RUMUS EMPERIS SENYAWA
I. Tujuan :
1. Mencari rumus emperis dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
emperis.

II. Pertanyaan Prapraktek
1. Berilah 5 buah contoh senyawa yang memilki rumus molekul dan rumus emperis yang sama dan
5 buah senyawa yang memiliki rumus molekul dan rumus emperis yang berbeda.
2. Pembakaran senyawa C
x
H
y
dalam oksigen berlebih menghasilkan 11 g H
2
O. jika Ar O = 16, C =
12 dan H = 1. Bagaimana rumus emperis senyawa tersebut.

III. Dasar Teori
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan kualitatif yang
terjadi selama reaksi kimia secra tepat, singkat dan langsung, kita gunakan lambing-lambang kmia dan
rumus-rumus kimia. Secara umum dikenal rumus emperis dan rumus molekul.
Rumus emperis adalah suatu senyawa yang menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah atom
yang terdapat dalam senyawa tersebut, sedangkan rumus yang sebenarnya untuk semua unsure dalam
senyawa dinamakan rumus molekul. Sebagi contoh karbohidroksida terdiri dari 1 atom C dan 2 atom O,
maka rumus emperisnya CO
2
. Hidrogen peroksida yang mempunyai 2 atom H dan 2 atom O memiliki
rumus molekul H
2
O
2
rumus emperisnya HO.
Untuk penulisan rumus emperis walau tak ada aturan yang ketat, tetapi umumnya untuk zat
anorganik, unsure logam atau hydrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non logam/metalloid dan
akhirnya oksigen, sedangkan untuk zat-zat organic aturan yang umum berlaku adalah C, H, O, N, S, dan
P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan disimpulkan rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsure-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk
memperlihatkan sifat berkala dan unsure-unsur. Secara sederhana penentuan rumus emperis suatu
senyawa dapat dilakukan dengan eksperimen, dengan menentukan persentase jumlah unsure-unsur yang
terdapat dalam zat tersebut, memakai metode analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula
massa molekul relative senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus emperis senyawa telah diketahui
dapat disimpulkan sifat-sifat fisik dan kimia dari zat tersebut, yaitu :
1. Dari rumus emperis ini dapat dilihat unsure apa yang terkandung senyawa tersbut, dan berapa
banyak atom dari masing-masing unsur membentuk molekul senyawa tersebut.
2. Massa molekul relative dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relative dari unsure-
unsur yang membentuk senyawa.
3. Berdasarkan rumus emperis dapat dihitung jumlah relative unsure-unsur yang terdapat dalam
senyawa atau komposisi persentase zat tersebut.

IV. Prosedur Percobaan
1. Ambil cawan krus dan tutupnya. Alat ini harus bersih dan kering.
2. Timbang krus dan tutupnyahingga ketelitian 0,001 g, catat bobotnya.
3. Kedalam cawan tambahkan 0,5 g logam tembaga, campur dengan 10 mL asam nitrat 4 M dan
tutup dengan gelas arloji.
4. Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk Kristal kekuning-kuningan, dinginkan dalam suhu
kamar.
5. Timbang cawan penguap besera isinya sampai bobot tetap.
6. Tentukan rumus emperis dari oksida tembaga tersebut.


















PERCOBAAN III
STRUKTUR SENYAWA
I. Tujuan :
1. Menyususn model setiap senyawa yang ditugaskan berdasarkan rumus molekulnya.
2. Menggambarkan model senyawa dalam struktur tiga demensi.
3. Menggambarkan rumus struktur untuk setiap senyawa berdarkan model molekulnya.
4. Menuliskan rumus struktur dan titik electron untuk setiap model senyawa yang diberikan oleh
asisten.

II. Pertanyaan Prapraktek :
1. Bagaimana perbedaan panjang ikatan tunggal dengan ikatan ganda dua dan ikatan ganda tiga.
2. Beri nama bentuk ruang (model 3 demensi) tetrahedral, octahedral, linier, dll dari senyawa
berikut : a) H
2
, b) CH
4
, c) C
6
H
6
, d) C
2
H
2

3. Gambarkan rumus struktur dan rumus titik lektron dari setiap model yang digambarkan pada soal
(2).

III. Dasar teori
Atom-atom bereaksi satu sama lain dengan menggunakan electron-electron dalam tingkatan
energy terluar. Antar aksi electron ini menghasilkan gaya-gaya tarik yang kuat ikatan kimia yang
mengikat atom-atom bersamaan dalam suatu senyawa.
Dari rumus senyawa seperti H
2
O, H
2
O
2
, HCl, CO
2
, C
2
H
2
jelas bahwa atom-atom dari unsure yang
berlainan mempunyai kemampuan berlainan dalam mengikat satu sama lain. Kemampuan bersenyawa
suatu unsure disebut valensi.
Wajah struktur yang paling penting dari atom-atom dalam menentukan perilaku kimia ialah
banyaknya electron dalam tingkatan energy terluarnya. Electron-electron terluar ini dirujuk sebagai
energy valensi. Bila atom-atom suatu unsure bersenyawa dengan atom-atom unsure lain, selalu terjadi
perubahan dalam distribusi electron pada tingkatan energy terluarnya. Terjadinya pembentukan senyawa
menyebabkan atom-atom unsure tertentu cenderung memperoleh electron dan atom unsure lain cenderung
kehilangan electron. Masing-masing berupaya untuk menghasilkan suatu penataan yang stabil.

Na + Cl Na + Cl
H + Br H + Br
Pada umumnya, bila suatu unsure non logam bersenyawa dengan unsure-unsur non logam lain,
electron tidak dibuang ataupun diambil oleh atom-atom, melainkan digunakan secara bersama-sama yang
disebut ikatan kovalen. Senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
3H + N H-N-H
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil kesimpulan mengenai rumus titik electron
senyawa dari suatu model. Model tersbut disusun dari sejumlah bola dan tongkat penghubung. Setiap bola
mewakili sebuah atom dan setiap tongkat penghubung mewakili satu ikatan kovalen tunggal. Satu ikatan
kovalen tunggal terdiri dari dua electron yang digambarkan dengan 2 titik.
Untuk menysusun suatu model, satu tongkat yang menghubungkan dua bola menggambarkan satu
ikatan tunggal. Jika dua bola bergabung dengan dua tongkat, ini berarti satu ikatan ganda atau empat
electron ikatan. Tiga tongkat yang menggabungkan dua bola menggambarkan tiga pasang electron ikatan.
IV. Prosedur Percobaan
1. Susunlah model molekul untuk setiap senyawa dibawah ini (A, B, C, D). gambarkan model tiga
demensinya pada lembar laporan.
2. Gambarkan rumus struktur dari setiap senyawa.
3. Tuliskan rumus titik lektron sesuai dengan rmus etrukturnya. Setiap atom harus dikeleilingi oleh
electron octet . (catatan : kecuali atom hydrogen karena hanya mempunyai satu subkulit dan
ditempati oleh dua electron).
4. Periksa kembali setiap rumus titik electron dengan jalan menjumlahkan electron valensinya.

Senyawa-senyawa prosedur diatas :
Senyawa A : senyawa dengan iaktan tunggal
H2 Cl2 Br2 I2 HCl HBr HI CH4
Cl4 CH2I2 NH3 H2O2 CH3OH
Senyawa B : Senyawa dengan ikatan ganda dua
C2H4 HONO HCOOHC2HCl3 CH3N2CH3
Senyawa C : Senyawa dengan ikatan ganda tiga
N2 C2H2 HOCN
Senyawa D : senyawa dengan dua iaktan ganda
CO2 C3H4 C2H2O
Senyawa yang tidak diketahui
Gambarkan rumus struktur setiap model molekul senyawa yang diberi oleh asisten. Tuliskan
rumus titik elektronnya sesuai dengan rumus struktur.

PERCOBAAN IV
TITRASI ASAM BASA : VOLUMETRI
I. Tujuan :
1. Mempelajari dan menerapkan teknik tiitrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung
asam.
2. Menstandarisasi larutan penitrasi.

II. Pertanyaan Prapraktek :
1. Apa yang dimasud dengan :
a) asam b) basa c) titik ekivalen d) indicator
2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekivalen.
3. Sebanyak 0,7742 g kalium hydrogen sitrat dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan dilarutkan
dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH, berupa molaritaas larutan NaOH
tersebut?

III. Dasar Teori
Analisa volumetric adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari zat uji ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi doketahui) yang ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga
komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses yang dikenal
dengan titrasi, oleh karena itu analisis volumetric dikenal juga dengan analisa titrimetri.
Suatu pereaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat-
syarat berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, suatu indicator harus
ada untuk menunjukkan titik ekivalen.
3. Reakjsi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer atau larutan
baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbang secara seksama atau
dengan penetapanyang dikenal dengan standarisasi (pembakuan) terhadap larutan basa, yang selanjutnya
digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asa. Bila sebagai titran adalah larutan baku
asam, maka penetapan tersebut asidimetri dan bila larutan baku basa sebagai titran maka disebut
alkalimetri.
Secara ringkas reaksi asam atau basa atau netralisasi disebabkan oleh proton (H
+
) dari asam
yang beraksi dengan OH
-
dari basa. Reaksi yang terjadi adalah :

H
+
(aq)
+ OH
-
(aq)
H
2
O
(aq)

Sumber ion H
+
dapat berasal dari asam atau kuat atau asam lemak, dan ion OH
-
berasal dari
basa kuat dan lemah. Bila H
+
dan OH
-
berasal dari asam kuat maka reaksi tersebut dinamakan reaksi asam
kuat-basa kuat.
Pada kebanyakan titrasi asam basa, perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk
mengatasi hal ini maka digunakan indicator yaitu senyawa organic atau basa lemah yang mempunyai
warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa), dimana indicator ini
memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara umum untuk titrasi asam basa, indicator yang
digunakan indicator fenolftalien yang mempunyai trayek pH 8,3 10,5 dimana senyawa ini tidak bewarna
pada larutan asam dan bewarna merah jambu dalam larutan basa.
IV. Prosedur Percobaan :
A. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci dengan baik buret 50 mL, selanjutnya bilas dengan air suling, tutup ceratnya dan
masukkan kira-kira 5 mL larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan dan putar buret
dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan larutan NaOH. Isi buret dengan
larutan hingga skala 0, alirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret
dan isi buret kembali.
Cuci 3 erlenmeyer 250 mL dan kemudian bilas dengan air suling. Pipet 25 mL larutan
HCl standar 0,1 M kedalam setiap Erlenmeyer. Tambahkan kedalam Erlenmeyer masing-
masing 25 mL air suling dan 3 tetes indicator fenolftalien. Catat kedudukan awal NaOH pada
buret kemudian alirkan sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama. Titik akhir tercapai
bila bewarna merah jambu bertahan selama 30 detik setelah campuran. Catat volume akhir
dalam buret, isi buret kembali dan titrasi pada Erlenmeyer kedua dan ketiga. Hitunglah
molaritas larutan standar NaOH.
B. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
Cuka dapur mengandung asam asetat 4-6%. Akrena komponen yang bersifat asam dalam
cuka adalah asam asetat, maka konsentrasi asam asetat dapat dengan mudah ditentukan melalui
titrasi dengan larutan standar NaOH atau basa kuat lainnya.
Contoh cuka dapat diperoleh dipasar dan dicatat pengmatan pada labelnya seperti nomor,
merek, dan sebaginya. Cuci dan bilas tiga Erlenmeyer 250 mL, pipet 2 mL asam cuka kedalam
setiap Erlenmeyer. Tambahkan 20 mL air suling, 3 tetes indicator fenolftalien dan selanjutnya
titrasi dengan larutan standar NaOH sampai terebntuk warna merah jambu. Hitung persentase
masa pada tiap-tiap contoh.
































PERCOBAAN V
PENETAPAN MASSA MOLAR
BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU
I. Tujuan
1. Menetapkan titik beku cairan murni dan larutan.
2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.

II. Pertanyaan Prapraktek
1. Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa dan sejumlah urea. Bila titik beku larutan -0,93 C
tentukan berat urea yang ditambahkan.
2. Sebanyak 1,2 g senyawa rumus C
8
H
8
O dilarutkan dalam 15,0 mL sikloheksana ( 0,799 g/mL).
hitunglah molaritas larutan ini.

III. Dasar Teori
Sifat koligatif merupakan sifat yang berlaku umum pada larutan, dimana besarnya hanya
bergantung pada jumlah partikel yang terdapat dalam larutan, tidak bergantung pada jenisnya. Sifat-sifat
tersebut adalah :
1. Penurunan titik beku, Tb
2. Kenaikan titik didih, Td
3. Penurunan tekanan uap, P
4. Tekan osmose, = mRT
Larutan akan memperlihatkan perilaku pendinginan yang berbeda dengan cairan murni.
Temperature larutan akan turun lebih rendah tetapi belum membeku, kemudian akan turun lagi secara
perlahan disaat pembekuan berlangsung (gambar b), lewat dingin, artinya temperature turun di bawah
titik beku lalu naik lagi. Untuk memperoleh titik yang terbaik, tariklah dua garis, masing-masing untuk
bagian atas dan bagian bawah kurva hingga berpotongan. Titik potong menunjukkan titik beku.

T T



T

Penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut :
Tb = Kb . m
Tb = Tb lar Tb pel
Dimana
M = (w
2
/Mr W
2
) x (1000/w
1
)
Keterangan :
W
2
= massa zat terlarut
Mr = Mr zat terlarut
W
1
= massa pelarut
M = Molalitas
Pada larutan elektrolit, nilai koligatif lebih besar dari zat non elektrolit, sebab zat elektrolit
mengalami disosiasi / ionisasi membentuk ion-ionnya sehingga ada factor koreksi Van Hoff (i).
Tb = Kb . m . i
Tb = Kb . m (1+(n-1))
Dengan
n = jumlah ion
a = derajat ionisasi

IV. Prosedur Percobaan
A. Penetapan titik beku pelarut
1. Ambil tabung raksi besar, gabus, sumbat dengan dua lubang, thermometer dengan ketelitian
sampai 0,1
o
C, statif dan klem, kawat kasa, kawat pengaduk, dan gelas piala 600 ml. rakitlah
alat seperti gambar berikut, pasanglah thermometer dan kawat pendingin yang terdiri dari es,
air dan sedikit garam.
2. Tambahkan tepat 5 ml air ke dalam tabung, lalu pasanglah sumbat. Jepitlah tabung seperti
yang terlilhat pada gambar. Pastikan permukaan cairan pendingin dalam gelas piala.
3. Gunakan kawat pengaduk untuk mengaduk p Xilena sewaktu mendingin. Jika temperature
telah mencapai 18
o
C, catatlah temperatur setiap 15 detik hingga p Xilena membeku.
4. Angkat tabung dari cairan pendingin dan biarkan mencair kembali. Gunakan tabung dan
isinya untuk percobaan B.
B. Penetapan masa senyawa yang tak diketahui
1. Ambil kira-kira 1 sampai 2,5 gr senyawa, dan timbang dengan ketelitian tinggi. Pindahkan
ke dalam tabung hingga semua zat larut.
2. Tetapkan titik beku larutan p Xilena, catat temperature setiap 15 detik seperti pada butir 3.

V. Perhitungan
1. Plot kurva titik beku p Xilena murni, tentukan titik beku pelarut murni.
2. Buat kurva titik beku larutan senyawa dalam p Xilena. Gunakan metode yang digunakan
pada latar belakang, tentukan titik beku larutan.
3. Tetapan titik beku molar (Kb) p Xilena = 4,3
o
C per menit. Cari rapatan p Xilena dalam
handbook dan hitung masa pelarut yang digunakan. Hitung masa molar senyawa.
4. Asisten akan memberikan rumus empiris senyawa. Hitung rumus molekulnya.

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN ESTER

I. Tujuan
1. Mensintesis 3 macam ester.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi alcohol terhadap reaksi kesetimbangan pembuatan ester.
3. Mengeahui pengaruh konsentrasi asam karboksilat terhadap reaksi kesetimbangan pembuatan
ester.
4. Mengenal bau khas dari beberapa ester.

II. Pertanyaan Prapraktek
1. Berikan 10 contoh ester yang terdapat pada essen buah-buahan.
2. Tuliskan struktur umum dari alcohol primer, sekunder, dan tersier.
3. Tulis persamaan reaksi :
a. Alcohol primer dengan asam karboksilat
b. Alcohol sekunder dengan asam karboksilat
c. Alcohol tersier dengan asam karboksilat

III. Dasar Teori
Ester ssaalah satu dari kelas dari senyawa organic yang sangat berguna yang sering dijumpai di
alam. Ester merupakan senyawa turunan karboksilat dimana atom H pada COOH diganti dengan gugus
alkil (-R) atau aril (-Ar), sehingga pada tata nama menurut IUPAC gugus alkil tersebut lebih dahulu, lalu
gugus karboksilatnya. Contoh CH
3
COOCH
3
dengan nama metal asetat. Digunakan untuk polimer sintetik
dan dapat diubah menjadi aneka ragam senyawa lain. Cita rasa buah alamiah merupakan ramuan rumit
bermacam-macam ester bersama dengan senyawa organic lain. Cita rasa buah sintetik biasanya hanya
merupakan ramuan sederhana dari beberapa ester dan senyawa lain.
Ester dapat disintesis dengan mereaksikan asam karboksilat dan alcohol dengan bantuann
katalis asam. Reaksi ini disebut esterifikasi, berlangsung reversible, dengan reaksi umum :
RCOOH + ROH RCOOR + H
2
O
Asam karboksilat alcohol ester air
Laju reaksi terhadap asam karboksilat bergantung terhadap efek sterik dari alcohol dan asam
karboksilat. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memberikan sumbangan kecil dalam laju reaksi
pembentukan ester. Kenaikan kereaktifan alcohol terhadap esterifikasi adalah :
Alcohol tersier < alcohol sekunder < alcohol primer < CH3OH
Ester bertitik didih dan titik beku lebih rendah dari asam karboksilat penyusunnya. Ester suhu
rendah berupa zat cair yang berbau harum. Ester bersifat netral, mudah direduksi menjadi alcohol dan
mudah terhidrolisis menjadi asam dan alkoholnya.

IV. Prosedur Percobaan
A. Sintesis dan Identifikasi Ester
1. Masukkan 1 ml asam asetat glacial dan 1 ml isoamil alcohol kedalam tabung reaksi.
Perhatikan baunya.
2. Kemudian dengan hati-hati tambahakan 10 tetes asam sulfat 6M, aduk, lalu masukkan
tabung reaksi ke penangas air selama 10 menit. Terbentuk 2 lapisan, bagian atas adalah ester.
3. Pindahkan beberapa tetes lapisan atas ke dalam gelas arloji.
4. Identifikasi baunya.
B. Esterifikasi dengna Alkohol Berlebih
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih, masing-masing isi dengan 3 ml asamnya
lalu berturut-turut tambahkan alcohol 2,3, dan 4 ml.
2. Tambahkan pada setiap tabung 10 tetes asam sulfat 6M secara perlahan, lalu panaskan dalam
penangas air selama 10 menit.
3. Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah ester.
4. Bandingkan bau yang terbentuk, zat apa saja yang pada setiap tabung.
C. Sintesis Beberapa Ester
Lakukan percobaan seperti cara A dengan,
1. Asam benzoate 200 mg dan methanol 3 ml, 15 tetes asam sulfat 6 M.
2. Asam asetat 1 ml dan butanol 1 ml, 10 tetes asam sulfat 6 M.
D. Esterifikasi dengan Asam Berlebih
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih, masing-masing masukkan asam 4,6, dan 8
ml lalu setiap tabung diberi 3 ml alkohol.
2. Tambahkan pada setiap tabung 15 tetes asam sulfat 6M secara perlahan, lalu panaskan dalam
penangas air selama 10 menit.
3. Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah ester.
4. Bandingkan bau yang terbentuk.




PERCOBAAN VII
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN
I. Tujuan
1. Mengendapkan BaCl
2
dan menentukan persentase hasil BaCrO
4
.
2. Menentukan persentase BaCl
2
dalam campuran.
3. Mendalami hokum stoikiometri.
4. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.

II. Pertanyaan Prapraktek
1. Berikan defenisi untuk : filtrasi, % komposisi, endapan, stoikhiometri, supernatann, hasil
teoritis.
2. Bagaimana menguji endapan telah sempurna.
3. Apa yang terjadi jika endapan tidak sempurna.
4. Apa yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrate.

III. Dasar Teori
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan, berfase padat, terbentuk jika lewat
jenuh. Suatu zat akan mengendap jika hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s)
didefenisikan sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dari zat lain, dan
endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan perhitungan stoikhiometri. Cara ini dikenal
dengan nama gravimetri.
Gravimetri berdasar pada reaksi berikut :
aA + rR AaRr
dengan :
A = molekul analit A
R = molekul analit R
AaRr = zat yang mengendap
Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan. Keberhasilan analisa
gravimetri bergantung pada :
a. Kesempurnaan proses pemisahan hingga kuantitas yang tidak baik mengendap tak
ditemukan (biasanya 0,1 mg)
b. Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui dan murni.

IV. Prosedur Percobaan
A. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil
1. Timbang gelas piala 250 mL dan catat bobotnya.
2. Masukkan kira-kira 1 g BaCl
2
kedalam gelas piala dan timbang.
3. Lalu tambahkan 25 mL air suling, aduk hingga homogeny, lalu tambahkan lagi 25 mL
K
2
CrO
4
, aduk dan amati endapan yang terbentuk. Ujilah dengan memberikan K2CrO
4

beberapa tetes, apakah endapan terbentuk.
4. Jika endapan BacrO
4
masih terbentuk, tambahkan terus hingga endapannya hilang.
5. Panaskan hingga mendidih, jauhkan dari api, dan saring dengan kertas saring whatman
yang telah diketahui beratnya. Keringkan, timbang dan catat bobotnya.
6. Hitung hasil teoritis endapan BaCrO
4
dan persen hasilnya.
B. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil
1. Dapatkan campuran yang mengandung BaCl
2
. Catat bobotnya.
2. Ulangi prosedur A.
3. Hitung massa dan persentase BaCl
2
dalam campuran itu.



















PERCOBAAN VIII
UJI MOLEKUL HAYATI
I. Tujuan :
1. Mengenal sifat-sifat fisika dan kimia molekul karbohidrat, protein, dan lemak.
2. Menghubungkan reaksi karbohidrat dengan strukturnya.
3. Melakukan uji sederhana terhadap molekul hayati.

II. Pertanyaan Prapraktek :
1. Bandingkan struktur glukosa dan fruktosa.
2. Apa yang dimaksud dengan ikatan peptide, gambar strukturnya.
3. Tulis asam amino esensial beserta rumusnya.
III. Dasar teori :
A. Karbohidrat
Karbohidrat adlah polihidroksi aldehid atau keton yang secara alamiah terbagi atas
monosakarida, oligosakarida dan olisakarida. Monosakarida mengandung satu gugus aldehid disebut
aldosa, seperti fruktosa. Oligosakarida adalah karbohidrat dengan 2 sampai 8 polimer monosakarida,
biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida merupakan polimer monosakarida berantai lurus atau
bercabang dan dapat dihidrolisis menghasilkan oligosakarida dan monosakarida.
Semua jenis karbohidrat akan bewarna merah bila larutannya diberi beberapa tetes -
napthol sebagai uji molisch. Cara lain untuk mengetahui adanya karbohidrat adalah uji benedict (adanya
gula pereaksi bewarna hijau, kuning atau merah), uji fehling (endapan merah bata). Reaksi dengan
golongan phenol akan menghasilkan warna berbeda dari tiap-tiap golongan karbohidrat

CHO

H OH
HO H
H OH
H OH
CH
2
OH
(D) glukosa
B. Lipida
Didefenisikan sebagai senyawa organic yang terdapat dialam dan lak larut dalam air, larut
dalam pelarut organic non polar seperti hidrokarbon atau dietil eter. Lipida bersifat palstis (mudah
dibentuk) yang mengandung Kristal trigliserida padat dan sebagian cair. Titik lebur tergantung jenis asam
lemaknya, mudah menyerap bau, dapat terhidrolisis dengan basa membentuk sabun dan gliserol. Reaksi
ini dikenal dengan safonakasi.
O
CH
2
-O-C-R
1

O
CH-O-C-R
2

O
CH
2
-O-C-R
3

Trigliserida
C. Protein
Protein merupakan poliamida yang dihungkan dengan ikatan peptide, dapat dihidrolisis
menjadi asam-asam amino. BM nya besar sekali, karenanya mudah mengalami perubahan bentuk fisis
maupun aktifitas biologisnya. Asam amoni penyususun protein adalah senyawa yang satu atau lebih
gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH
2
) yang salah satunya berada tepat
disebelah gugus karboksil. Di alam terdapat 20 jenis asam amino.


O
H
2
N CH C OH
CH
3

Asam amino
IV. Prosedur Percobaan
A. Uji karbohidrat
1. Uji molisch
Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih secara berurutan diisi : 2 mL larutan glokosa 2%, 2
mL larutan fruktosa, 2 mL larutan sukrosa 2%, 2 mL amylum 2%. Tambahkan 2 tetes reagen
molisch (10% -napthol dalam etanol) pada tiap tabung. Lalu beri 2 mL H
2
SO
4
pekat secara
perlahan hingga terbentuk lapisan dalam tabung. Amati perubahan warna yang terjadi.
2. Uji Fehling
ambil satu tabung reaksi dan isi dengan 4 mL air suling, tambahkan 1 mL larutan fehling A
dan fehling B. campurkan lalu bagi tiga. Tabung 1 sampai dengan 3 secara berurutan diisi 2
mL glukosa, sukrosa dan amylum. Panaskan ketiga tabung rekasi dalam penangas air
temperature 60
o
C selama 10 menit. Amati perubahan warna yang terjadi.
B. Uji protein dan asam amino
samapel putih telur, susu (larutkan dalam air) dan madu diuji dengan pereaksi berikut :
1. Biuret
Tabung reaksi yang telah berisi 2 mL sample, tambahkan 5 tetes larutan CuSO
4
0,005 M
dan 2 mL NaOH 10 M, kocok dan mati perubahan warna yang terjadi.
2. Xantoprotein
Tabung reaksi yang berisi 0,5 mL sample, tambahkan volume yang sama HNO
3
pekat.
Amati perubahan perubahan warna yang terjadi. Tambahkan NaOH hingga alkalis, amati
perubahan warna yang terjadi.
3. Ninhidrin
tabung reaksi yang berisis 1 mL sample, tambahkan 5 mL tetes ninhidrin, didihkan selama
2 menit. Amati perubahan warna yang terjadi.
C. Uji Lemak
1. Uji Karoten
siapkan 2 tabung reaksi pyrex kering. Tabung diisi dengan 5 tetes minyak nabati dan yang
lain dengan 5 tetes gliserol. Tambahkan padatan kalium hydrogen sulfat dengan bobot yang
sama. Panaskan dengan Bunsen. Tepiskan uapnya ke hidung, catat dan bandingkan bau
alrolen dari gliserol maupun minyak nabati.

















DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C.H and J.L.Hawes, 1971, Basic Exsperimental Chemistry. A Laboratory Manual for
Beginning students. W.A.Benjamin, California.

Day, Jr, R.A. and Underwood A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi IV, Erlangga, Jakarta.
Dosen-dosen Kimia di P.T.Wilayah Barat, 1994, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jakarta.

Fessenden dan Fessenden, 1992. Kimia Organic II, Erlangga, Jakarta.

Keenan, C.W, D.C.Kleinfeller, J.H. Wood, 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. (terjemahan
A.H.Pudjaamaka) terbitan VI, Erlangga, Jakarta.

Mueller, W.J, M.G.Ondrus, M.Orfield, G.L.Zimmerman, 1985. Introduction to Chemistry the Laboratory,
J.C.Nurrenber, Minnesota.

Sudaremadji, S, Haryono, B, dan Suhardi, 1981. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty,
Yogykarta.

Winarno, 1992. Kimia Pangan dan Gizi, P.T.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Vogel & Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitative Makro dan Semmikro (terjemahan
A.H.Putjaamaka), Edisi V, P.T.Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai