Anda di halaman 1dari 261

2

BPK telah melalui tahun 2011. Ada capaian dan ada yang masih perlu ditingkatkan.
Pada titik ini, BPK dapat mengukur apa yang akan dilakukan ke depan.
BPK telah melalui tahun 2011. Ada capaian dan ada yang masih perlu ditingkatkan.
Pada titik ini, BPK dapat mengukur apa yang akan dilakukan ke depan.
www.bpk.go.id
LAPORAN TAHUNAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
MENUJU MASA DEPAN YANG LEBIH CERAH
1
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
2011
1. Drs. Hadi Poernomo, Ak.
Ketua BPK RI
Bidang Tugas : Kelembagaan BPK, Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
secara umum, dan Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri dan Luar Negeri.
2. Hasan Bisri, S.E., M.M.
Wakil Ketua BPK RI
Bidang Tugas : Pelaksanaan Tugas Penunjang - Sekretaris Jenderal danPenanganan Kerugian Negara.
3. Dr. H. Moermahadi Soerja Djanegara , S.E., Ak., M.M.
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Politik,
Hukum, Pertahanan, dan Keamanan
4. Drs. H. Taufequrachman Ruki, S.H.
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemeriksaan Investigatif.
5. Dr. Drs. Ali Masykur Musa, M.Si.
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Lingkungan
Hidup, Pengelola Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur.
6. Drs. Sapto Amal Damandari, Ak., C.P.A.
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa).
7. Dr. H. Rizal Djalil
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua).
8. Bahrullah Akbar, B.Sc., Drs., S.E., M.B.A.
Anggota
Bidang Tugas : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Keuangan
negara yang Dipisahkan.
DAFTAR ISI
Sambutan Sekretaris Jenderal BPK RI
Sambutan Ketua BPK RI
SEBUAH PENGANTAR 11
SEKILAS BPK 21
Sejarah Singkat BPK 21/ Masa RIS 24/Masa Orde Lama 25/ Masa Orde Baru 26/ Masa Reformasi Hingga Saat
Ini 26/ Tugas dan Wewenang 30/ Struktur Organisasi 33/Profl Anggota BPK 36/ KIlas Peristwa 46/
MENELISIK PENGELOLAAN DAN
PERTANGGUNGJ AWABAN UANG NEGARA
59
Laporan Keuangan Enttas 59/ Opini WDP untuk Pemerintah Pusat 62/ Peningkatan Kualitas dan Kuanttas
LKKL 64/ Opini WDP pada LKPD Masih yang Terbanyak 67/ Disclaimer pada Dua LK BHMN dan Badan lainnya
72/ Lima BUMD Hanya Satu WTP 73/ 157 Objek Pemeriksaan Kinerja 77/ 208 Objek PDTT dan PDTT pada 618
enttas 79/ Selama Proses Pemeriksaan, 218,48 miliar Diselamatkan 87/ 318 Kasus Berindikasi Tindak Pidana
90/
MENATA LEMBAGA MELALUI REFORMASI
BIROKRASI 92
Dua Capaian Pentng 93/Reformasi Birokrasi Jilid Kedua 96/ Dua Aksi dalam Implementasi Akuntabilitas
Kinerja 99/ Hasil Pelaksanaan dan Evaluasi Kinerja dalam Renstra 2011-2015 100/ Indeks Kepuasan
Stakeholder Memuaskan 104/ Dua Peraturan BPK Diterbitkan 106/ Peningkatan Mutu Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan Capai 58,33% 107/Penguatan SDM Masih Perlu Peningkatan 109/
MELANJ UTKAN PENGEMBANGAN
E-AUDIT 112
Jalinan Kesepakatan Bersama 113/ Tiga fokus Pengembangan 117/ Merancang Bangunan e-audit 119/
Membumikan e-Audit dengan Pilotng 126/
BERPERAN AKTIF DI KANCAH
INTERNASIONAL 132
BPK RI Inisiasi Pembentukan ASEANSAI 133/ Terpilih Sebagai Ketua WGEA INTOSAI 136/ Peran Serta
dalam Lingkup Asia 140/ Menjalin Hubungan Bilateral 141/Kerjasama Multlateral dengan Lembaga Donor
Internasional 143/
3
MEMPERKUAT SINERGI DI DALAM
NEGERI 148
Pertemuan Pimpinan Lembaga Negara 149/ Menciptakan Hubungan Harmonis dengan Stakeholder 153/
Komunikasi BPK dan Enttas dalam Penyelesaian Masalah 156/
PERTANGGUNGJ AWABAN PENGELOLAAN
ANGGARAN 164
Daya Serap Anggaran 74,01 Persen 165/ Aliran Alokasi dan Realisasi Anggaran 169/ Hasil Penganggaran
Berbasis Kinerja 170/ Laporan Keuangan Raih WTP 172/
MERANCANG KERJ A DI TAHUN DEPAN
177
Renstra 2011-2015 Jadi Acuan 177/ Pilotng e-audit Tahap Kedua 182/
PENUTUP 186
LAMPIRAN 192
4
2011 2011
5
Hendar Ristriawan
Sekretaris Jenderal BPK RI
Jakarta, Desember 2012
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
Sekretaris Jenderal,
Hendar Ristriawan
P
ertama-tama, kami panjatkan puji
syukur ke Hadirat Allah Yang Maha
Kuasa, karena atas izin-Nya Laporan
Tahunan BPK Tahun 2011 dapat diselesaikan.
Secara singkat kami laporkan proses
pembuatan laporan tahunan ini.
Laporan Tahunan ini merupakan
merupakan salah satu bentuk akuntabilitas
BPK kepada semua stakeholder dan masyarakat
sebagai amanat undang-undang. Dengan
adanya laporan tahunan ini, BPK berupaya
membuka diri sebagai lembaga publik di
Indonesia. Apalagi peran penting BPK begitu
sentral dalam mendorong akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan negara.
Sebagai Pelaksana di BPK, kami berupaya
menjalankan tugas BPK secara independen,
berintegritas, dan profesional dengan
berlandaskan peraturan perundang-undangan.
Apa yang kami upayakan tersebut dituangkan
dalam Laporan Tahunan BPK Tahun 2011
ini. Kami berharap laporan tahunan ini dapat
memberikan gambaran yang komprehensif
mengenai apa yang telah dilakukan dan diraih
BPK di tahun 2011.
Kami juga membuka diri atas masukan
dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan laporan tahunan ini ke depan.
Karena, kami menyadari tak ada gading
yang tak retak. Dengan adanya perbaikan-
perbaikan, laporan tahunan dapat memberikan
manfaat dan informasi yang lebih baik kepada
stakeholder tentang BPK.
Akhirulkalam, kami berharap laporan
tahunan ini dapat memberikan sesuatu yang
positif bagi stakeholder dan seluruh masyarakat
umum lainnya. Dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, kami sampaikan Laporan
Tahunan BPK Tahun 2011 ini. Semoga
bermanfaat.
6
BPK SERAHKAN HASIL AUDIT INVESTIGASI
LANJUTAN KASUS BANK CENTURY
2011 2011
7
BPK telah melakukan pemeriksaan investigasi lanjutan atas kasus PT Bank Century, berdasarkan permintaan
DPR RI melalui surat tanggal 6 April 2011. DPR meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan forensik terhadap
kasus Bank Century. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menemukan transaksi-transaksi yang tidak wajar dan/
atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang merugikan Bank Century atau negara dan atau
masyarakat, baik sebelum maupun sesudah bank ini diambil alih oleh LPS, termasuk mengungkapkan pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi tersebut, jelas Ketua BPK RI di hadapan pimpinan DPR dan media massa.
8
S
aya panjatkan puji syukur ke hadirat
Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas rahmat dan karunia-Nya
BPK dapat menyelesaikan Laporan Tahunan
BPK Tahun 2011 ini.
BPK punya perjalanan panjang dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sejak
diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia.
Sepanjang perjalanan tersebut, BPK telah
menyampaikan hasil pemeriksaan dan
capaian penting lainnya. Semua itu menjadi
sumbangan yang sangat besar bagi perbaikan
pengelolaan keuangan Negara. Sebagai
lembaga publik, perjalanan BPK tersebut perlu
diketahui seluruh stakeholder dan masyarakat
Indonesia. Salah satunya dengan penyampaian
Laporan Tahunan BPK Tahun 2011 ini.
Laporan Tahunan BPK tahun 201
merupakan salah satu bentuk akuntabilitas
BPK untuk memberikan informasi mengenai
apa yang telah dilakukan BPK selama setahun.
Sebagaimana kita ketahui, untuk memenuhi
ketentuan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006
Tentang BPK, laporan keuangan dan sistem
pengendalian mutu merupakan dua bentuk
akuntabilitas BPK yang keduanya diperiksa
oleh pihak independen yang ditunjuk DPR.
Selain untuk melengkapi kedua bentuk
akuntabilitas BPK itu, laporan tahunan ini juga
dibuat utuk menindaklanjuti rekomendasi dari
hasil peer review yang dilakukan Algemene
Rekenkamer (ARK) atau badan pemeriksa
Belanda atas sistem pengendalian mutu BPK
pada tahun 2009.
Tahun 2011 ini, BPK berupaya menjalankan
tugas dan fungsinya seperti yang digariskan
dalam Rencana Strategis (Renstra) BPK
2011-2015. Hal tersebut untuk membangun
kapasitas kelembagaan, melanjutkan program
reformasi birokrasi, dan juga melakukan
tiga jenis pemeriksaan sebagai mandat dari
UUD 1945. Selain itu, dalam tahun 2011, BPK
berhasil meraih capaian-capaian penting.
Pembentukan ASEANSAI, Ketua WGEA-
INTOSAI, dan meraih nilai A atas LAKIP
2011 2011
9
HADI POERNOMO
KETUA BPK
Sekretariat Jenderal BPK, merupakan beberapa
capaian penting yang diraih BPK. BPK juga
mulai mengembangkan penerapan e-audit
melalui piloting pada pemeriksaan keuangan
tahun 2011.
Apa yang telah dicapai selama tahun 2011
tersebut merupakan hasil kerja keras dan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Walau begitu,
tantangan ke depan tentu tidak ringan. Dengan
bekal yang dibawa pada tahun 2011, semoga
BPK dapat melalui tahun depan dengan lebih
baik.
Saya berharap di masa mendatang, BPK
dapat terus menjaga apa yang telah diraih dan
memperbaiki apa yang kurang di tahun 2011.
Dalam menjalankan tugas, hal yang terpenting
adalah tetap berpegang pada independensi,
integritas, dan profesionalisme.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh komponen di BPK
atas semua upaya yang telah dilakukan.
Semoga, apa yang telah diupayakan di tahun
2011 menjadi jalan yang lebih cerah di masa
mendatang. Untuk BPK yang lebih baik.
Jakarta, Desember 2012
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
Ketua,
Hadi Poernomo
10
"
PADA TAHUN 2011, BPK MELAKUKAN PENILAIAN ATAS
TINGKAT KEPUASAAN STAKEHOLDER ATAS HASIL
PEMERIKSAAN BPK. PENILAIAN INI DILAKUKAN DENGAN
SURVEI YANG DILAKSANAKAN LEMBAGA SURVEI
INDONESIA (LSI). HASILNYA, TINGKAT KEPUASAAN
STAKEHOLDER ATAS HASIL PEMERIKSAAN BPK MENCAPAI
3,47 ATAU BERPREDIKAT MEMUASKAN
"
11
R
entang 12 bulan dalam setahun
begitu singkat terasa. Namun,
setahun perjalanan bisa
merekam banyak aktivitas yang berderet
setiap bulannya. Tak ada yang sama jika
diperbandingkan antara suatu tahun dengan
tahun lainnya. Ada kekhususan tersendiri.
Dalam hal pencapaian, potret-potret aktivitas
akan tetap berbeda walau dari hal yang sama.

Tahun 2011 menjadi salah satu tahun
spesial bagi BPK. Momen-momen tak
terlupakan menghiasi rangkaian aktivitas
sepanjang tahun itu. Ada banyak yang
dilakukan, dan ada banyak hal-hal penting
terdokumentasi. Termasuk di dalamnya
momentum sejarah yang akan menjadi
tonggak BPK dalam menghadapi tantangan di
masa depan.
Pertemuan pimpinan lembaga negara
menjadi terobosan baru dalam kehidupan
ketatanegaraan Indonesia. Sebuah langkah
awal dalam memudarkan hegemoni sebuah
kekuasaan politik yang terkonsentrasi.
Lebih dari itu, pertemuan pimpinan lembaga
negara menjadi sebuah forum silaturahmi
antar lembaga-lembaga negara yang setara.
Punya tujuan mencari jalan bersama dalam
mengarahkan negara ini seperti apa yang
dicita-citakan founding fathers, sesuai tugas
dan wewenang masing-masing.
Pertemuan pimpinan lembaga negara
pertama kali diadakan di Istana Bogor, pada
awal tahun 2010. Bertindak sebagai tuan
rumah adalah Presiden. Selanjutnya pertemuan
pimpinan lembaga negara menjadi agenda
rutin. Dan, tuan rumah tidak selalu Presiden,
tetapi juga lembaga-lembaga negara lainnya.
Pada awal tahun 2011, untuk pertama kalinya,
BPK sebagai tuan rumah menyelenggarakan
pertemuan pimpinan lembaga negara.
BPK merupakan lembaga negara yang
memiliki tugas dan wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Ada tiga jenis pemeriksaan yang
dilakukan BPK, yaitu: pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu.
Atas kewenangan dan tugas yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan, BPK
menerbitkan hasil pemeriksaannya secara
berkala dua kali dalam setahun, atau per
semester. Hasil pemeriksaannya itu terangkum
dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS).
Pada tahun 2011 semester I, BPK melakukan
pemeriksaan atas 682 objek pemeriksaan.
Sebanyak 682 objek pemeriksaan itu terdiri
dari 460 objek pemeriksaan keuangan, 14
objek pemeriksaan kinerja, dan 208 objek
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dari 682 objek pemeriksaan tersebut,
ditemukan sebanyak 11.430 kasus senilai
Rp26,68 triliun. Rinciannya, Rp26,57 triliun,
USD12.11 juta yang ekuivalen dengan
Rp104,19 miliar, dan EUR212.87 ribu yang
ekuivalen dengan Rp2,65 miliar.
Sementara, temuan sebanyak 11.430
kasus senilai Rp26,68 triliun tersebut
terdiri dari temuan beberapa hal. Pertama,
temuan ketidakpatuhan terhadap aturan
perundang-undangan yang berlaku dengan
mengakibatkan kerugian, potensi kerugian,
dan kekurangan penerimaan sebanyak 3.463
kasus senilai Rp7,71 triliun. Kedua, temuan
ketidakhematan, ketidakefsienan, dan
ketidakefektifan senilai Rp18,96 triliun.
12
13
Pembangunan gedung kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah,
dijadwalkan gedung kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah
selesai pada akhir tahun 2011 dan mulai digunakan pertengahan
tahun 2012.
14
Hasil pemeriksaan selama semester I
itu, sejumlah entitas baik di pusat maupun
daerah telah menindaklanjuti kasus kerugian
negara/daerah, potensi kerugian negara/
daerah, dan kekurangan penerimaan. Entitas
menindaklanjutinya dengan menyetor ke kas
negara/daerah atau penyerahan aset senilai
Rp136,77 miliar selama proses pemeriksaan
masih berlangsung.
Sedangkan pada semester II, BPK telah
melakukan pemeriksaan atas 927 objek
pemeriksaan. Jumlah 927 objek pemeriksaan
itu terdiri dari 166 objek pemeriksaan
keuangan, 143 objek pemeriksaan kinerja, dan
618 objek pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Hasil keseluruhan pemeriksaan tersebut
mengungkapkan 12.612 kasus senilai Rp20,25
triliun. Jumlah total tersebut terdiri dari
dua hal. Pertama, temuan kerugian negara/
daerah/perusahaan, potensi kerugian
negara/daerah/perusahaan, dan kekurangan
penerimaan senilai Rp13,25 triliun. Kedua,
temuan ketidakhematan, ketidakefsienan, dan
ketidakefektifan senilai Rp6,99 triliun.
Atas hasil pemeriksaan BPK itu, sejumlah
entitas baik di pusat dan daerah telah
menyetor ke kas negara/daerah/perusahaan
senilai Rp36,00 miliar untuk kasus kerugian
negara/daerah/perusahaan. Senilai Rp9,53
miliar untuk kasus potensi kerugian negara/
daerah/perusahaan. Dan Rp36,17 miliar untuk
kasus kekurangan penerimaan.
Selain itu, dalam tahun 2011, BPK telah
melakukan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu yang paling menyedot perhatian
publik. Pemeriksaan itu adalah Pemeriksaan
Investigasi Lanjutan Kasus Bank Century dan
Pemeriksaan Pembelian Saham Divestasi PT
Newmont Nusa Tenggara oleh Pemerintah
Pusat sebesar 7 persen.
Dari sisi kuantitas Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), pada tahun 2011,
mengalami peningkatan. Secara total, pada
tahun tersebut, jumlah LHP yang dihasilkan
satuan-satuan kerja pemeriksa BPK mencapai
1.433 LHP. Jumlah tersebut lebih banyak
dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada
tahun 2009, jumlah LHP yang dihasilkan
sebanyak 1.032 LHP. Sedangkan pada tahun
2010, jumlah LHP yang dihasilkan mencapai
1.282 LHP.
Pada tahun 2011, juga BPK melakukan
penilaian atas tingkat kepuasaan stakeholder
atas hasil pemeriksaan BPK. Penilaian ini
dilakukan dengan survei yang dilaksanakan
Lembaga Survei Indonesia (LSI). Hasilnya,
tingkat kepuasaan stakeholder atas hasil
pemeriksaan BPK mencapai 3,47 atau
berpredikat Memuaskan.
Pengukuran tingkat kepuasan stakeholder
atas hasil pemeriksaan BPK ini punya tingkat
objektivitas dan kredibilitas yang tinggi. Sebab,
pada tahun 2011 itulah, pengukuran tingkat
kepuasaan stakeholder dilakukan oleh lembaga
di luar BPK. Sebelumnya survei dilakukan oleh
HASIL KESELURUHAN
PEMERIKSAAN TERSEBUT
MENGUNGKAPKAN 12.612
KASUS SENILAI Rp20,25
TRILIUN.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
15
satuan kerja internal BPK yang dalam hal ini
adalah Direktorat PSMK Ditama Revbang BPK.
Penilaian tingkat kepuasaan yang dilakukan
lembaga survei Indonesia juga dilakukan BPK
pada tahun yang sama terkait dengan tingkat
kepuasan pegawai. Hasil survei menunjukkan
skala Memuaskan. Dalam tahun-tahun
sebelumnya, survei dilakukan secara internal
BPK.

Dalam tahun 2011, BPK melakukan
berbagai upaya dalam penguatan
kelembagaannya. Hal yang menonjol,
setidaknya terdapat dalam tiga aspek. Pertama,
hubungan BPK dalam sekup internasional.
Kedua, penguatan kinerja internal melalui
berbagai program dan hasil evaluasinya.
Ketiga, pelaksanaan, capaian dan hasil evaluasi
program reformasi birokrasinya. Ketiga aspek
inilah yang menciptakan momentum penting
dan bersejarah.
Secara internasional, BPK aktif dalam
dua organisasi Supreme Audit Institutions
internasional: INTOSAI (International
Organization of Supreme Audit Institutions) dan
ASOSAI (Asian Organization of Supreme Audit
Institution). INTOSAI merupakan organisasi
Supreme Audit Institution dalam sekup global
internasional. Sementara ASOSAI dalam
tataran benua Asia.
Hubungan internasional dalam dua
wadah tersebut dirasa belum mengakomodir
sepenuhnya kawasan regional Asia Tenggara.
Dimana, negara-negara Asia Tenggara sendiri
bisa dibilang negara-negara serumpun, yang
punya banyak kesamaan. Baik secara kultural,
sosial, ekonomi, dan segi kehidupan lainnya.
Oleh karena itu, BPK menginisiasi
pembentukan ASEANSAI (ASEAN Supreme
Audit Institutions), atau perkumpulan
Supreme Audit Institution se-ASEAN.
Inisiasi pembentukan ASEANSAI ini senada
dengan cita-cita ASEAN sendiri yang ingin
membentuk komunitas ASEAN. Pada tahun
2011, rencana tersebut direalisasikan dengan
pendeklarasian ASEANSAI dalam rangkaian
acara KTT ASEAN di Bali.
Sebelum deklarasi pembentukan
ASEANSAI ditahbiskan, BPK mengikuti
pertemuan ke-11 Steering Commitee
INTOSAI WGEA (International Organization
of Supreme Audit Institutions Working Group
on Environmental Auditing) di Buenos Aires,
Argentina. Pada acara tersebut, BPK terpilih
menjadi Ketua INTOSAI WGEA atau Ketua
kelompok kerja audit lingkungan INTOSAI
untuk periode 20132016. Sebuah momentum
bersejarah yang patut diberi catatan. Sebab,
BPK sendiri masih perlu penguatan dalam
bidang audit lingkungan. Hal ini menandakan
kepercayaan Supreme Audit Institutions di
INTOSAI terhadap BPK.
Di dalam negeri sendiri, capaian-capaian
BPK pada tahun 2011 tak bisa dikesampingkan
begitu saja. Ada dua hal penting yang dicapai
BPK: hasil evaluasi laporan akuntabilitas
kinerja tahun 2011 dan hasil evaluasi reformasi
birokrasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK yang
dievaluasi Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mendapatkan nilai A. Bersama dengan
KPK, akuntabilitas kinerja BPK tahun 2011
berpredikat Sangat Baik. Dibandingkan
tahun sebelumnya, penilaian laporan
akuntabilitas kinerja BPK mengalami
peningkatan yang signifkan. Sebelumnya,
16
hasil evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja
BPK tahun 2010 mendapat nilai B atau
berpredikat Baik.
Sejalan dengan hal itu, pada tahun 2011
merupakan awal dari pelaksanaan program
reformasi anggaran berbasis kinerja. Hal ini
berimplikasi pada restrukturisasi program dan
kegiatan BPK pada tahun tersebut.

Dalam konteks ini, BPK juga melakukan
terobosan-terobosan dalam membangun
sebuah sistem yang dapat menilai kinerja, baik
kinerja secara lembaga, maupun kinerja orang
per orang pegawai. Termasuk di dalamnya
pernyataan komitmen pencapaian kinerja yang
ditandatangani seluruh komponen di BPK.
Sementara, dalam program reformasi
birokrasi nasional, pada tahun 2011, BPK
juga punya pencapaian yang signifkan.
BPK menjadi salah satu dari sedikit lembaga
negara yang diikutkan dalam pilot project
reformasi birokrasi nasional, yang pertama kali
digulirkan pada tahun 2007.
Menjelang akhir 2011, reformasi birokrasi
di BPK dievaluasi tim quality assurance
reformasi birokrasi nasional. Hasilnya BPK
mendapatkan nilai Baik. Apa yang perlu
dicatat di sini adalah BPK merupakan entitas
yang pertama kali dievaluasi capaian reformasi
birokrasinya.
Laporan akuntabilitas kinerja dan program
reformasi birokrasi merupakan paket dalam
rencana strategis (Renstra) BPK. Renstra BPK
merupakan program penguatan kelembagaan
dalam mencapai tujuan organisasi yang
memiliki rentang lima tahunan. Renstra BPK
dimulai pada kurun 2006-2010. Tahun 2011,
merupakan tahun dimana dimulainya Renstra
2011 2011
17
BPK kedua, yang memuat rencana strategis
BPK dalam jangka waktu 2011-2015.
Renstra inilah yang menjadi hulu dari
apa saja yang akan dilakukan BPK dalam
lima tahun ke depan. Sebuah gambaran besar
kebijakan BPK ke depan melalui program-
programnya yang mengarah pada tujuan
organisasi yang diinginkan oleh internal BPK
sendiri dan para stakeholder dan masyarakat
atas peranan BPK sesuai tugas dan fungsinya.
Tentu saja, rencana kebijakan BPK ke
depan membutuhkan alokasi anggaran yang
sesuai dan ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM). Dari sisi anggaran dan SDM, BPK
juga mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Anggaran BPK sendiri pada tahun 2011
mengalami peningkatan yang cukup berarti
dibandingkan dua tahun sebelumnya. Alokasi
anggaran BPK pada tahun itu mencapai Rp2,8
triliun. Sebelumnya, tahun 2010, anggaran
BPK sebesar Rp2,3 triliun. Pada tahun 2009,
anggaran BPK sebesar Rp1,7 triliun.
Sementara jumlah Sumber Daya Manusia
(SDM) di BPK juga mengalami perkembangan.
Sampai akhir tahun 2011, jumlah SDM BPK
mencapai 6.176 orang. Jumlah itu memiliki
komposisi berdasarkan tingkat pendidikan,
yaitu 7 orang (S3), 876 orang (S2), 3174 orang
(S1), 775 orang (D3), dan 804 berijazah D2 ke
bawah.
Secara umum, jumlah SDM BPK tahun 2011
itu, lebih besar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Pada akhir tahun 2010, secara
kuantitas SDM BPK berjumlah 5.838 orang.
Sementara tahun 2009, jumlah SDM BPK
sebesar 5.426 orang.
Seiring dengan kuantitas jumlah pegawai
18
yang mengalami peningkatan, BPK juga
berupaya meningkatkan kualitas pegawai
dengan berbagai program kebijakan yang
diambil. Peningkatan kualitas tak dipungkiri
sangat penting untuk dilakukan untuk
meningkatkan kinerja BPK dan meningkatkan
kepercayaan stakeholder dan masyarakat
terhadap peran BPK sebagai lembaga negara
yang secara langsung maupun tidak langsung,
mengupayakan prinsip-prinsip transparansi
dan akuntabilitas dalam pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Hal lain yang patut dicatat di sini
adalah kepemimpinan BPK periode 2009-
2014 melakukan terobosan baru dimana
akan dikembangkan pemeriksaan dengan
menggunakan perkembangan teknologi
dan informasi atau disebut dengan e-audit.
Perkembangannya pada tahun 2011 mulai
menampakkan secercah harapan.
Konsep awal yang digaungkan pada awal
tahun 2010, mulai disambut baik oleh entitas.
Jika sebelumnya para pimpinan lembaga
negara yang menyambut baik, sampai tahun
2011, hampir sebagian besar entitas yang
diperiksa BPK juga merespon secara positif.
Tak hanya entitas dari lingkungan lembaga
negara, kementerian/lembaga, juga BUMN,
pemerintah daerah, dan entitas lainnya.
...........................................................................................................................................................................
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM) DI BPK JUGA MENGALAMI
PERKEMBANGAN. SAMPAI AKHIR
TAHUN 2011, JUMLAH SDM BPK
MENCAPAI 6.176 ORANG.
804
876
775
7
3.174
S3 S2 S1 D3 D2+
KOMPOSISI PENDIDIKAN PEGAWAI JUMLAH PEGAWAI
2011
2010
2009
jumlah pegawai 2011
6.176 orang
6.176
5.838
5.426
2011 2011
19
Penandatanganan kesepakatan bersama
antara BPK dan entitas merupakan langkah
awal dalam penerapan e-audit ini. Pada tahun
2010, baru 39 entitas, terdiri dari 6 lembaga
negara, 29 kementerian/lembaga dan empat
BUMN yang melakukan penandatanganan
nota kesepahaman terkait dengan
pengembangan teknologi dan informasi untuk
akses data yang merupakan pengejawantahan
dari e-audit.
Pada tahun 2011, BPK telah berhasil
menjalin kesepakatan bersama dengan 538
entitas. Selain itu, BPK juga telah menyiapkan
sarana dan prasarana untuk mendukung
pengembangan e-audit. Bahkan, BPK telah
melakukan piloting penerapan e-audit pada
beberapa entitas.
Tanpa mengesampingkan sektor-sektor
di BPK yang masih perlu perbaikan, dari
catatan-catatan itu, tak pelak tahun 2011
merupakan catatan sejarah BPK dengan
berbagai capaiannya. Jika diibaratkan, tahun
2011 merupakan rentang waktu yang berisi
rangkaian momentum sejarah bagi BPK.
Momentum sejarah yang tak hanya dicatat
dalam guratan tinta emas BPK, tetapi pijakan
BPK dalam menatap tantangan ke depan yang
tentu tidak ringan.
20
"
SEBELUM DITERBITKAN UNDANG-UNDANG MENGENAI
BPK, MAKA TATA CARA KERJA DAN KEDUDUKANNYA
DISESUAIKAN DENGAN ALGEMENE REKENKAMER
(ARK/BADAN PEMERIKSA MASA KOLONIAL BELANDA).
ALGEMENE REKENKAMER SENDIRI MUNCUL PADA
MASA PEMERINTAH KERAJAAN BELANDA YANG
SECARA RESMI MENGAMBIL-ALIH KEWENANGAN
KOLONIALISASI BELANDA DI INDONESIA PADA ABAD
19, MENGGANTIKAN MONOPOLI PERDAGANGAN
VEREENIGDE OOSTINDISCHE COMPAGNIE (VOC).
"
21
Sejarah Singkat BPK
K
elahiran BPK nyaris sama dengan
berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Eksistensinya
diakui dalam satu bagian UUD Negara
Republik Indonesia 1945. Tak heran jika fungsi
dan kedudukan BPK seiring-sejalan dengan
konstitusi yang berlaku dari sejak proklamasi
hingga kini.
Dalam struktur ketatanegaraan Indonesia
saat ini, terdapat delapan entitas yang
dikenal sebagai lembaga negara. BPK salah
satunya. BPK salah satu dari empat lembaga
negara yang punya sejarah panjang sejak
diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia.
Namun, dalam perjalanannya, BPK mengalami
pasang surut sampai menuju kemandirian
yang berlandaskan konstitusi negara.
Sebagai pemeriksa keuangan negara, BPK
secara yuridis (de jure) telah lahir bersamaan
dengan rumusan undang-undang dasar sebagai
konstitusi tertinggi sebuah negara merdeka.
Hasil godokan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI/
Dokuritsu Junbi Cosakai) pada rapat kedua
tanggal 10-16 Juli 1945.
Kemudian ditindaklanjuti Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI/Dokuritsu
Junbi Inkai) yang dibentuk setelah BPUPKI
dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Dan, pada
18 Agustus sehari setelah kemerdekaan
diproklamirkan, PPKI mengesahkan Undang-
Undang Dasar yang sebelumnya sudah
dibahas, yang kemudian dikenal dengan
sebutan UUD 45.
Dalam UUD 45 tersebut, Pada Bab VIII
tentang Keuangan Negara, pasal 23, ayat
5 dinyatakan bahwa untuk memeriksa
tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan Negara, yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Atas amanat UUD45 itulah, Menteri
Keuangan M. Safroedin Prawiranegara
menerbitkan surat edaran atau pengumuman
No.003-21-49, tanggal 10 Desember 1946.
Isinya tentang rencana pembentukan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dilakukan
secepatnya.
Surat edaran Menteri Keuangan No.003-
21-49 tersebut kemudian disusul dengan
diterbitkannya Penetapan Pemerintah No.11/
Um, tertanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan.
Penetapan Pemerintah itu ditandatangani M.
Safroedin Prawiranegara atas nama Presiden
Republik Indonesia Soekarno.
Bersamaan dengan Penetapan Pemerintah
tentang pembentukan BPK tersebut, terbit pula
Surat Keputusan (SK) Presiden RI Soekarno
yang berisi pengangkatan R. Soerasno sebagai
Ketua BPK yang pertama, Dr. Aboetari sebagai
Anggota dan Djunaedi sebagai Sekretaris. SK
Presiden tersebut terhitung mulai berlaku
pada 1 Januari 1947. Tepat sebulan setelah BPK
resmi berdiri, Ketua BPK R. Soerasno melalui
SK No.16/Peg, tertanggal 1 Januari 1947,
mengangkat R. Kasirman, Banji, M. Soebardjo,
Dendipradja, Rachmad, dan Wiradisastra
sebagai pegawai. Jadi, pada awal berdirinya,
BPK hanya memiliki dua Pimpinan, seorang
pejabat eselon I, dan enam pegawai. Atau
secara keseluruhan terdapat sembilan orang
yang menjalankan roda tugas BPK.
22
23
Tak mudah mencapai tujuan. Tapi dengan kebersamaan seluruh
elemen akan mudah meraih tujuan. Kebersamaan yang berlandaskan
Independensi, Integritas dan Profesionalisme.
24
Sebelum diterbitkan undang-undang
mengenai BPK, maka tata cara kerja dan
kedudukannya disesuaikan dengan Algemene
Rekenkamer (ARK/Badan Pemeriksa masa
kolonial Belanda). Algemene Rekenkamer
sendiri muncul pada masa pemerintah
Kerajaan Belanda yang secara resmi
mengambil-alih kewenangan kolonialisasi
Belanda di Indonesia pada abad 19,
menggantikan monopoli perdagangan
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Dengan kata lain, ARK ini dibentuk untuk
mengawasi dan memeriksa keuangan kolonial
Hindia Belanda. Diawali pada masa pimpinan
Gubernur Jenderal H.W. Daendels. Jadi,
sebelum memiliki undang-undang sendiri, BPK
mengam bil alih fungsi Algemene Rekenkamer
dengan perangkat peraturannya yang
terakomodir dalam Indische Comptabiliteits
Wet (ICW), Indische Bedrijven Wet (IBW),
Indische Staatsregeling (IS), dan Intructie Voor
het Algemene Rekenkamer (IAR).
Selanjutnya, kedudukan BPK ini terlepas
dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah.
Akan tetapi tidak berdiri di atas Pemerintah.
Lebih jauh hasil pemeriksaan BPK itu
diberitahukan kepada DPR. Artinya, BPK
hanya wajib melaporkan hasil pemeriksaannya
kepada DPR. Dengan demikian BPK
merupakan badan yang mandiri, serta bukan
bawahan DPR. Hal yang sama dijumpai
pula pada hubungan kerja antara Algemene
Rekenkamer dengan Volksraad pada masa
kolonial Hindia Belanda.
Masa RIS
Perjuangan bangsa Indonesia dalam
merebut kemerdekaan tidaklah selesai dengan
diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945. Sebab rongrongan
dari Belanda yang ingin kembali menjajah
Indonesia tetap ada. Bangsa Indonesia pun
disibukkan dengan usaha mempertahankan
kemerdekaan. Puncak dari usaha
mempertahankan kemerdekaan itu adalah
memaksa Belanda menggelar apa yang dikenal
dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang
diselenggarakan di Den Haag Belanda pada
tahun 1949.
Hasil dari KMB itu adalah bentuk
negara Indonesia menjadi negara serikat:
Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdirinya
RIS membuat UUD 45 digantikan dengan
Konstitusi Sementara RIS yang kemudian
diubah menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 50).
Fungsi BPK pun digantikan Dewan
Pengawas Keuangan, seperti yang tercantum
dalam Bab II Ketentuan Umum pasal 44
tentang Alat-alat Perlengkapan Negara; Bagian
4 tentang Dewan Pengawas Keuangan pasal
80, pasal 81 (ayat 1-4); Bab III tentang Tugas
Alat-alat Perlengkapan Negara Pasal 112 (ayat
1-2).
Berdasarkan UUDS 50 itu, maka
implementasinya melalui sebuah
perundingan pada 15 Agustus 1950 antara
BPK RI dan Dewan Pengawas Keuangan RIS,
menghasilkan peleburan BPK RI yang waktu
itu berkedudukan di Yogyakarta dan Algemene
Rekenkamer yang berkedudukan di Bogor
dengan nama Dewan Pengawas Keuangan RIS.
BPK RI sendiri menjadi kantor cabang Dewan
Pengawas Keuangan RIS. Fungsi dan tugasnya
masih mengacu pada Algemene Rekenkamer
masa kolonial Belanda.
Namanya saja UUDS, maka undang-undang
dasar RIS ini bersifat sementara. Dalam UUDS
50 Bab II tentang Alat-alat Perlengkapan
2011 2011
25
Negara Bagian 2 tentang Dewan Perwakilan
Rakyat, Pasal 57, diamanatkan bahwa Anggota
DPR (Konstituante) dipilih dalam suatu
pemilihan umum. Artinya, UUDS 1950 ini
hanya undang-undang dasar sementara yang
nantinya diganti dengan undang-undang
dasar yang tetap dari hasil bahasan DPR
(Konstituante) yang anggota-anggotanya hasil
dari pemilihan umum.
Pemilihan umum sendiri berhasil
diselenggarakan pada tahun 1955. Dan,
kemudian menelurkan Badan Konstituante.
Sayangnya, badan sejenis Dewan Perwakilan
Rakyat ini ternyata tak mampu membuat
undang-undang dasar pengganti UUDS 50
dengan berbagai kendalanya.
Masa Orde Lama
Dengan mandeknya Dewan Konstituante
dalam membuat undang-undang dasar,
maka Presiden Soekarno berinisiatif untuk
menyelesaikan keadaan ini. Langkah berani
yang diambil adalah keluarnya Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959, yang salah satu isinya:
mengembalikan UUD 45 sebagai undang-
undang dasar negara yang tetap.
Berlaku kembalinya UUD 45, membuat
Dewan Pengawas Keuangan dengan berbagai
aturannya di UUDS 50 tercerabut. Diganti
seperti pada awal mula berdirinya yang
termaktub dalam UUD 45. Untuk BPK sendiri,
karena belum ada undang-undang yang
mengatur secara detail BPK, Presiden Soekarno
menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) No. 7 Tahun 1963
yang menyebut BPK sebagai BPK Gaya Baru.
Poin penting dalam Perpu itu, kedudukan
BPK seolah-olah di bawah Presiden. Semua
perangkat BPK diangkat dan diberhentikan
Presiden. Laporannya pun tidak lagi hanya
kepada DPR, tetapi juga kepada Presiden.
Sementara, cakupan pemeriksaan keuangan
yang dilakukan BPK lebih luas, karena
menyangkut juga ruang lingkup pengelolaan
keuangan dari instansi atau perusahaan
swasta.
Perpu ini ternyata tidak bertahan lama.
Tak berselang lama, tanggal 2 Mei 1964,
Presiden Soekarno mengeluarkan lagi Perpu
No.6 Tahun 1964 sebagai penyempurnaan
dari Perpu sebelumnya. Dalam perpu yang
kedua ini, fungsi dan teknis BPK lebih detail.
Namun, kedudukan BPK di bawah Presiden
lebih tegas lagi. Penegasan ini menandakan
bagaimana Presiden Soekarno menjadi poros
tertinggi dalam tata negara Indonesia. Dengan
begitu, posisi BPK tidak mandiri lagi. Spiritnya
berbeda. Tidak seperti diawal pendiriannya.
Lagi-lagi perpu kedua tentang BPK tak
berlangsung lama. Setahun kemudian, BPK
mempunyai undang-undang sendiri, dengan
diterbitkannya UU No.17 Tahun 1965. Dengan
PADA TAHUN 2001, UUD
45 DIAMANDEMEN. PASAL
TERKAIT BPK DALAM
UUD 45 PUN TURUT
DIAMANDEMEN. DALAM
UUD 45, POSISI DAN
KEDUDUKAN BPK SEMAKIN
KUAT, BEBAS DAN MANDIRI.
...........................................................................................................................................................................
26
undang-undang tersebut, BPK punya payung
hukum yang lebih kuat dengan detail tugas,
fungsi, dan tataran teknisnya. Sayang,
kembali, dengan lebih eksplisit dan tegas,
BPK di bawah kendali Presiden Soekarno.
Artinya, kedudukan BPK tidak setara dengan
DPR dan Presiden. Tugasnya masih memiliki
cakupan luas, karena punya kewenangan
untuk memeriksa pengelolaan uang dan
kekayaan negara juga pada perusahaan
swasta/bank-bank dimana pemerintah punya
kepentingan di dalamnya, yayasan-yayasan
negara, juga penetapan-penetapan pajak
langsung maupun tidak langsung, juga
pungutan lainnya.
Masa Orde Baru
Usia Undang-Undang No.17 Tahun
1965 tak berlanjut lama. Pasca G/30S, dan
pamor Presiden Soekarno meredup, melalui
Ketetapan MPRS No.X/MPRS/1966, fungsi
dan kedudukan BPK dikembalikan seperti
yang diamanatkan UUD 45. Kepemimpinan
Presiden Soekarno dengan Orde Lamanya
berakhir. Digantikan Presiden Soeharto yang
dikenal dengan masa Orde Baru.
Pada tahun 1973, dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang
menggantikan Soekarno, dikeluarkanlah
Undang-Undang No. 5 Tahun 1973
menggantikan produk undang-undang
masa Presiden Soekarno, UU No. 17 Tahun
1965. Dalam undang-undang tentang BPK
produk masa Presiden Soeharto ini, fungsi
dan kedudukan BPK sejatinya lebih mandiri.
Terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di
atas pemerintah. Terutama dalam tugas
utamanya sebagai Badan Pemeriksa yang
memeriksa tanggung jawab pemerintah
dalam pengelolaan uang negara, khususnya
penggunaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) seperti yang
termaktub pada Pasal 2 undang-undang
tersebut.
Walau punya muatan yang lebih baik,
namun Undang-Undang No. 5 Tahun 1973 ini
pada kenyataannya mengurangi kewenangan
BPK. Pengurangan peranan BPK dilakukan
dengan membatasi obyek pemeriksaan, cara
atau metode pemeriksaan, maupun isi dan
nada laporan pemeriksaan. Bahkan laporan
BPK tidak boleh dipublikasikan secara luas
kepada masyarakat.
Akibatnya, laporan BPK pada masa
Orde Baru itu tidak dapat menjadi
sumber informasi ataupun deteksi dini
pada kondisi keuangan negara bagi
pengambilan keputusan sehingga tidak
dapat mengantisipasi krisis ekonomi dan
perbankan yang melanda Indonesia pada
1997-1998. Pemerintah Orde baru juga
mengontrol BPK melalui organisasi, personil,
dan anggarannya. Selain itu, sarana dan
prasarana untuk peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM) BPK pun sangat terbatas.
Masa Reformasi Hingga Saat Ini
Seperti halnya Presiden Soekarno,
Presiden Soeharto pun jatuh akibat tuntutan
besar dari masyarakat. Era reformasi
digulirkan pada tahun 1998. Semangat
reformasi pun menyelimuti BPK.
Semangat reformasi ini juga menuntut
DPR untuk mengamandemen UUD 45.
Pada tahun 2001, UUD 45 diamandemen.
Pasal terkait BPK dalam UUD 45 pun turut
diamandemen. Dalam UUD 45, posisi dan
kedudukan BPK semakin kuat, bebas dan
mandiri. Hal ini bisa tergambar dalam Bab
2011 2011
27
VISI MISI
TUJUAN STRATEGIS
NILAI-NILAI DASAR
VISI
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan
negara yang akuntabel dan transparan.
MISI
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara; dan
Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan
penyelewengan keuangan negara.
TUJUAN STRATEGIS
Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, ekonomis, efsien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil pemeriksaan
yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan; dan
Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK.
28
NILAI-NILAI DASAR
Independensi
Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan, organisasi,
maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, kami
bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan/atau
organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.
Integritas
Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas dalam
menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
Profesionalisme
Kami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip kehati-hatian,
ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.
MENJAGA TETAP BERSIH
2011 2011
29
30
VIIIA tentang BPK Pasal 23E ayat 1-3, Pasal
23F ayat 1-2, dan Pasal 23G.
Untuk menjabarkan tugas dan fungsi BPK
yang termuat dalam UUD 45 Amandemen
ini, pada tahun 2006, dikeluarkanlah UU No.
15 Tahun 2006 yang menggantikan UU No.5
Tahun 1973 tentang BPK. Dengan produk
undang-undang baru ini, BPK telah menjadi
lembaga yang bebas, mandiri, dan profesional.
BPK kini dapat menentukan sendiri
susunan organisasi dan diberikan feksibilitas
dalam mengelola SDM-nya. Pemberhentian
pimpinan BPK pun tidak lagi oleh Presiden,
tetapi oleh BPK sendiri, dan atau DPR. Pun
hal yang sama dengan laporan pemeriksaan
keuangan, tidak lagi hanya disampaikan
kepada Presiden, atau kepada DPR, tetapi juga
ke DPD dan DPRD. Bahkan kepada kepala
daerah, baik Gubernur, Bupati, maupun
Walikota untuk keperluan tindak lanjut hasil
pemeriksaan. Dan hasil pemeriksaannya
terbuka untuk umum jika telah
menyerahkannya kepada lembaga perwakilan.
Dalam Bab V Bagian Ketiga Pasal 26 ayat 1
dan 2 UU No. 15 Tahun 2006, BPK pun punya
kekebalan hukum jika melaksanakan tugas,
fungsi dan wewenangnya sesuai undang-
undang yang berlaku. Dengan pasal itu, bukan
berarti BPK institusi super body. Jika pimpinan
atau pegawai BPK melakukan tindak pidana,
proses hukum tetap berjalan tanpa halangan,
seperti yang termaktub dalam Pasal 24 dan 25
dengan mekanisme yang telah diatur dalam
pasal tersebut.
Selain itu, untuk mendukung peran BPK,
sebelum diterbitkannya UU No. 15 Tahun 2006,
BPK juga diperlengkapi dengan seperangkat
undang-undang lainnya, seperti UU. No. 17
Tahun 2003 tentang keuangan negara, UU
No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
pemeriksaan dan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Dengan seperangkat
undang-undang tersebut, maka BPK memiliki
cakupan luas dalam bidang pemeriksaannya.
Seluruh entitas yang mengelola keuangan
negara menjadi objek pemeriksaan BPK.
Dalam meraih kemandirian, BPK butuh
waktu yang sangat lama untuk meraih
kebebasan dan kemandiriannya. Dan, UUD45,
UU No 15 Tahun 2006, serta perangkat
undang-undang keuangan negara lainnya
memberikan pondasi kuat dalam legalitas
hukum kemandirian dan kebebasan BPK.
Tugas dan Wewenang
Berdasarkan Bab VIIIA tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, Pasal 23E ayat 1-3
UUD45, BPK bertugas memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab tentang keuangan negara.
Hasil pemeriksaan keuangan negaranya
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD,
sesuai dengan kewenangannya. Dan, hasil
pemeriksaannya ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Pada UU No. 15 Tahun 2006 tentang
BPK, dalam keterangan pembuka huruf
b, disebutkan BPK merupakan lembaga
pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang bebas, mandiri, dan
profesional untuk menciptakan pemerintahan
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Tugas BPK ini juga tertuang dalam
Pasal 2 pada undang-undang yang sama.
Sementara dalam Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2006, kembali
2011 2011
31
ditegaskan bahwa BPK adalah lembaga negara
yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pada ayat 7 Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2006
dijelaskan pengertian keuangan negara, yaitu
semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Sedangkan ayat 8 Pasal 1 dijelaskan
pengertian pengelolaan keuangan negara,
yaitu keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.
Ayat 9 Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2006
dijelaskan pula mengenai pengertian
pemeriksaan, yaitu proses identifkasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
Secara spesifk, tugas BPK dijelaskan pada
Bab III Tugas dan Wewenang, Bagian Kesatu
tentang Tugas, Pasal 6 ayat 1 UU. No. 15 Tahun
2006. Pada pasal 6 ayat 1 tersebut dijelaskan
bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,
dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
Pada Pasal 6 ayat 3 UU. No. 15 Tahun
2006, dijelaskan jenis-jenis pemeriksaan
yang dilakukan BPK. Pada ketentuan itu
pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Tugas BPK tak hanya memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara di setiap entitas yang menggunakan
uang negara, tetapi juga melaporkan ke pihak
penegak hukum atau pihak yang berwenang
jika dalam pemeriksaan ditemukan indikasi
tindak pidana. Hal ini termuat dalam Pasal
8 Ayat 3 UU. No. 15 Tahun 2006. Pada Ayat
5 pasal yang sama, BPK juga memantau
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh pejabat entitas yang
diperiksa, dan hasilnya dilaporkan secara
tertulis kepada DPR, DPD, DPRD, dan
Pemerintah.
Wewenang
Kewenangan BPK diatur pada Pasal 9, 10,
dan 11 UU No. 15 Tahun 2006. Pada Pasal 9
Ayat 1, BPK dalam menjalankan tugasnya
memiliki kewenangan:
1. Menentukan objek pemeriksaan,
merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan
metode pemeriksaan serta menyusun dan
menyajikan laporan pemeriksaan;
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen
yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
32
Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara;
3. Melakukan pemeriksaan di tempat
penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan,
pembukuan dan tata usaha keuangan
negara, serta pemeriksaan terhadap
perhitungan-perhitungan, surat-
surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan dafar lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara;
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta
informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang
wajib disampaikan kepada BPK;
5. Menetapkan standar pemeriksaan
keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara;
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau
tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK;
8. Membina jabatan fungsional Pemeriksa;
9. Memberi pertimbangan atas Standar
Akuntansi Pemerintahan; dan
10. Memberi pertimbangan atas rancangan
sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah.
Pada Pasal 10, BPK memiliki kewenangan
dalam menilai dan/atau menetapkan jumlah
kerugian negara yang diakibatkan oleh
perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara,
pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga
atau badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara. Penilaian
kerugian keuangan negara dan/atau penetapan
pihak yang berkewajiban membayar ganti
kerugian ditetapkan dengan keputusan BPK.
Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran
ganti kerugian, BPK berwenang memantau:
a. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dan
pejabat lain;
b. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian
negara/daerah kepada bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara yang telah
ditetapkan oleh BPK; dan
c. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian
negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Hasil pemantauan BPK ini diberitahukan
secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD
sesuai dengan kewenangannya.
Sementara pada Pasal 11, diatur
kewenangan BPK yang dapat memberikan:
1. Pendapat kepada DPR, DPD, DPRD,
2011 2011
33
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara Lain, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, Yayasan, dan lembaga atau
badan lain, yang diperlukan karena sifat
pekerjaannya;
2. Pertimbangan atas penyelesaian kerugian
negara/daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah;
dan
3. Keterangan ahli dalam proses peradilan
mengenai kerugian negara/daerah.
Struktur Organisasi
Secara struktur organisasi, BPK memiliki 9
Anggota yang sifatnya kolegial. Artinya dalam
setiap pengambilan keputusan dilakukan
secara bersama-sama oleh kesembilan Anggota
BPK. Biasanya melalui rapat pimpinan atau
disebut dengan Sidang Badan. Kesembilan
Anggota BPK ini terdiri dari seorang Ketua
merangkap Anggota, seorang Wakil Ketua
merangkap anggota, dan 7 Anggota (Anggota
I-VII).
Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, BPK dibantu oleh Pelaksana
BPK yang terdiri dari Sekretariat Jenderal
(Setjen), Inspektorat Utama (Itama),
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi,
Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan
Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama
Revbang), Direktorat Utama Pembinaan
dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan
Keuangan Negara (Ditama Binbangkum),
Auditorat Utama Keuangan Negara I-VII (AKN
I-VII), Perwakilan BPK RI, dan Staf Ahli.
Sekretariat Jenderal bertugas
menyelenggarakan pelayanan seluruh jajaran
BPK RI, pembinaan administrasi dan pelayanan
administrasi, serta mengkoordinasikan
dukungan administrasi serta sumber daya
untuk kelancaran tugas dan fungsi BPK RI
serta pelaksana BPK RI. Sekretariat Jenderal
ini dipimpin oleh pejabat eselon I yang disebut
Sekretaris Jenderal (Sekjen). Membawahi
satuan-satuan kerja eselon II, yaitu: Biro
Sekretariat Pimpinan, Biro Humas dan Luar
Negeri, Biro Sumber Daya Manusia, Biro
Keuangan, Biro Teknologi Informasi, dan Biro
Umum.
Inspektorat Utama bertugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
dan fungsi seluruh unsur pelaksana BPK RI.
Dipimpin oleh seorang pejabat eselon I yang
disebut Inspektur Utama (Irtama). Membawahi
tiga satuan kerja eselon II, yaitu: Inspektorat I,
Inspektorat II, dan Inspektorat III.
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi,
Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan
Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama
Revbang) bertugas menyelenggarakan
perencanaan strategis dan manajemen
kinerja, evaluasi dan pelaporan pemeriksaan,
penelitian dan pengembangan, serta
pendidikan dan pelatihan pemeriksaan
keuangan negara. Dipimpin oleh pejabat
eselon I yang disebut Kepala Direktorat Utama
(Kaditama). Membawahi satuan-satuan kerja
eselon II, yaitu: Direktorat Perencanaan
Strategis dan Manajemen Kinerja, Direktorat
Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan,
Direktorat Penelitian dan Pengembangan, serta
Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
Direktorat Utama Pembinaan dan
Pengembangan Hukum Pemeriksaan
Keuangan Negara (Ditama Binbangkum)
34
bertugas memberikan konsultasi dan bantuan
hukum kepada Anggota BPK RI dan Pelaksana
BPK RI, legislasi, pelayanan informasi hukum,
serta tugas kepaniteraan dalam penyelesaian
kerugian negara/daerah. Dipimpin seorang
pejabat eselon I yang disebut Kepala Direktorat
Utama (Kaditama). Membawahi dua satuan
kerja eselon II, yaitu: Direktorat Konsultasi
Hukum dan Kepaniteraan Kerugian Negara/
Daerah dan Direktorat Legislasi, Analisis, dan
Bantuan Hukum.

Auditorat Utama Keuangan Negara
(AKN) merupakan unsur pelaksana tugas
pemeriksaan yang menjadi wilayah core bisnis
BPK. Terdiri dari tujuh AKN yang memiliki
tugas pemeriksaan di bidang yang berbeda-
beda. Masing-masing dari ketujuh AKN itu
dipimpin oleh pejabat setingkat eselon I yang
disebut dengan Auditor Utama (Tortama).
Setiap AKN membawahi beberapa satuan
kerja pemeriksaan setingkat eselon II yang
membidangi obyek-obyek pemeriksaan.
Adapun tugas-tugas pemeriksaan AKN I-VII
tersebut, yaitu:
1. AKN I mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara pada bidang politik, hukum,
pertahanan dan keamanan. Berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Anggota I
BPK.
2. AKN II mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara pada bidang perekonomian dan
perencanaan pembangunan nasional. Berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada
Anggota II BPK.
3. AKN III mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
2011 2011
35
negara pada bidang lembaga Negara,
kesejahteraan rakyat, kesekretariatan
Negara, aparatur Negara, dan riset dan
teknologi. Berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Anggota III BPK.
4. AKN IV mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada bidang lingkungan
hidup, pengelolaan sumber daya alam,
dan infrastruktur. Berada di Bawah dan
bertanggung jawab kepada Anggota IV BPK.
5. AKN V mempunyai tugas melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara pada Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Agama, Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP),
Badan Pengelola Ibadah Haji (BPIH),
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, serta
keuangan daerah dan kekayaan daerah
yang dipisahkan pada pemerintah provinsi/
kabupaten/kota di wilayah Sumatera dan
Jawa. Berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Anggota V BPK.
6. AKN VI mempunyai tugas melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara pada Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat
dan Makanan, Kementerian Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Kementerian Pendidikan Nasional, serta
keuangan daerah dan kekayaan daerah
yang dipisahkan pada Pemerintah Daerah
di wilayah Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada
Anggota VI BPK.
7. AKN VII mempunyai tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara pada bidang Kekayaan Negara yang
Dipisahkan (Badan Usaha Milik Negara).
Berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Anggota VII BPK.
Kecuali Auditorat Utama Keuangan Negara,
unsur pelaksana BPK berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Wakil Ketua BPK.
Sementara ketujuh Auditorat Utama Keuangan
Negara masing-masing berada di bawah dan
bertanggung jawab pada masing-masing
Anggota BPK, yang tidak merangkap Ketua
dan Wakil Ketua BPK.
Sementara BPK Perwakilan terdapat di
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia.
Dipimpin oleh pejabat eselon II yang disebut
Kepala BPK Perwakilan (Kalan). Dalam
hal tugas pemeriksaan yang diemban BPK
Perwakilan, secara struktural berada di bawah
dan bertanggung jawab pada AKN V untuk
BPK Perwakilan yang berada di wilayah
Sumatera dan Jawa. Sementara untuk BPK
Perwakilan yang berada di wilayah Bali, Nusa
Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
Papua, berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada AKN VI.

36
PROFIL ANGGOTA BPK
2011 2011
37 37
Ketua BPK
Drs. Hadi Poernomo, Ak.
Dunia perpajakan dan akuntansi bukan hal baru
bagi Hadi Poernomo. Pria kelahiran Pamekasan, 21
April 1947 ini telah menjadi pegawai negeri di Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), tak
lama setelah lulus SMA pada tahun 1965.
Setelah menjadi pegawai, beliau mengikut
pendidikan Bond A (1966), lalu pendidikan Bond B
(1967). Tak cukup dengan pendidikan Bond A dan
Bond B yang merupakan pendidikan pembukuan
atau akuntansi, beliau melanjutkan pendidikan di
Akademi Ajun Akuntan Pajak Direktorat Jenderal
Pajak di Jakarta. Tahun 1969, dinyatakan lulus.
Setelah itu, beliau masuk Insttut Ilmu Keuangan
Jurusan Akuntansi Departemen Keuangan yang
diselesaikannya pada tahun 1973.
Berbagai posisi pemeriksa pajak di Ditjen Pajak
telah dicicipi. Sempat mengikut pendidikan Staf dan
Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Spama)
tahun 1996 dan pendidikan Staf dan Pimpinan
Administrasi Tingkat Menengah (Spamen) tahun
1999. Selang sekitar setahun kemudian, tahun 2000,
beliau diangkat sebagai Direktur Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak Ditjen Pajak. Baru saja menjabat,
pada tahun 2001, beliau diangkat sebagai Direktur
Jenderal Pajak.
Jabatan Dirjen Pajak dipegangnya selama sekitar
lima tahun. Setelah menjalankan tugas sebagai Dirjen
Pajak selama lima tahun selesai, tahun 2006, beliau
sempat dipercaya untuk menjabat Kepala Bidang
Ekonomi Dewan Analisis Strategis Badan Intelejen
Negara (BIN). Pada saat masa jabatan pimpinan BPK
periode 2004-2009 berakhir, beliau terpilih sebagai
Anggota BPK periode 2009-2014. Dan, melalui Sidang
Badan, beliau dipercaya sebagai Ketua BPK.
38
Wakil Ketua BPK
Hasan Bisri, S.E., M.M.
Jika ada Pemeriksa BPK yang dipercaya menjabat
Anggota BPK kemudian menjadi Wakil Ketua BPK,
Hasan Bisri lah orangnya. Kariernya di BPK bisa
dibilang merangkak dari bawah. Tahun 1977, beliau
diterima sebagai pegawai negeri di BPK. Selama tahun
1977 1981, menjadi Staf Admisnistrasi Umum pada
Bagian Humas dan Persidangan, Biro Hukum dan
Humas, Setjen BPK.
Setelah dari Biro Hukum dan Humas, dialih-
tugaskan menjadi verifkatur-Penilik atau Auditor
Terampil pada Auditorat A BPK, tahun 1981-1988.
Kariernya sebagai Pemeriksa mulai merangkak naik
ketka diangkat sebagai Pemeriksa Muda (Auditor
Ahli) pada Auditorat E BPK yang dijalani dalam
periode 1988-1994.
Setelah bertugas sebagai Pemeriksa Muda, tahun
1994, ia diangkat pada jabatan struktural menjadi
Kepala Sub Bidang Litbang Pemeriksaan Fiskal BPK.
Jabatan itu dilakoni sampai tahun 1999. Lalu, beliau
diangkat sebagai Kepala Sub Auditorat II.A.1 BPK.
Sekitar dua tahun kemudian, beliau dimutasikan
sebagai Kepala Sub Auditorat II.B.2 BPK tahun 2001.
Tak berselang lama, tahun 2004, dipromosikan
sebagai Kepala Auditorat II.C. BPK.
Belum sempat menikmat lama jabatan baru
itu, Beliau coba mengikut pemilihan Anggota BPK
periode 2004-2009. Dan, akhirnya terpilih sebagai
Anggota BPK. Setelah masa jabatannya berakhir,
beliau kembali mengikut pemilihan Anggota BPK
periode 2009-2014, dan berhasil terpilih kembali,
dengan memperoleh suara terbanyak (44 suara)
diantara 7 (tujuh) orang Anggota BPK periode 2009-
2014 yang dipilih oleh Komisi XI DPR RI.
Pada kepemimpinan BPK periode 2009-2014,
beliau menjabat Anggota III BPK. Namun, setelah
Wakil Ketua Herman Widyananda meninggal dunia,
posisi Wakil Ketua BPK lowong. Posisi itu kemudian
dipercayakan kepadanya melalui Sidang Anggota BPK
pada 7 September 2011 dan dilantk secara resmi
pada 27 September 2011 di Mahkamah Agung.
Pria kelahiran Tegal, 8 Mei 1957 ini pernah
dianugerahi penghargaan Satya Lancana Karya Satya
20 tahun, dari Pemerintah pada tahun 1999 dan Satya
Lancana Wira Karya, dari Pemerintah pada tahun
2001.
2011 2011
39 39
Anggota I BPK
Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, S.E., Ak.,
M.M., CPA.
Pria kelahiran Bandung, 31 Mei 1955 ini menit
karier sebagai Auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) sejak tahun 1982. Terakhir
beliau menjabat sebagai Kepala Seksi pada Deput
Bidang Investgasi BPKP (1992-1995).
Bukan hanya auditor pada instansi pemerintah,
beliau juga pernah bekerja sebagai auditor pada
perusahaan swasta dan BUMN, diantaranya: Internal
Auditor PT TIHA Internatonal HC Bank TATA Group
(1995-1996), Anggota Komite Audit PT Dahana
(Persero) periode 2007-2009, Anggota Komite Audit
PT Djakarta Lloyd (Persero) tahun 2008-2009, dan
Anggota Komite Audit PT Apexindo Tbk sampai
tahun 2009. Pernah dipercaya juga sebagai Komisaris
Independen PT Mitra Rajasa Tbk (2008-2009) dan
Komisaris PT Pulau Kencana Raya (2008).
Tak hanya itu, bersama rekan sejawatnya, beliau
mendirikan Kantor Akuntan Publik Moermahadi &
Rekan (1997-2002) dengan posisi managing partner.
Lalu bekerja pada KAP Arifn Wirakusumah & Rekan
(2002-2004) dan KAP Drs. Johan, Malonda, Astka &
Rekan (2004-2007).
Keahliannya sebagai auditor terbilang lengkap
karena bukan hanya pada tataran prakts beliau
gelut. Keahliannya disalurkannya juga di dunia
pendidikan sebagai tenaga pengajar akuntansi di
beberapa perguruan tnggi. Bahkan, beliau juga duduk
pada jajaran manajemen perguruan tnggi. Pernah
menjabat sebagai Ketua STIE Kesatuan Bogor (1996-
2009) dan Direktur Akademi Manajemen Kesatuan
Bogor (2006-2010). Beliau juga aktf pada organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang saat ini dipercaya
menjadi Ketua Dewan Penasehat IAI 2010.
Dunia akuntansi yang digelutnya sebagai praktsi
dan pengajar ditunjang dengan berbagai jenjang
pendidikan tnggi di bidang ekonomi, khususnya
akuntansi yang berhasil diraih. Lulus pendidikan S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran
(1981) dan memperoleh sertfkasi akuntan terdafar
(Akuntan Register Negara D 2703). Gelar magister
yang diselesaikannya di STIE IPWI Jakarta tahun 2000.
Program Doktoral Bidang Ilmu Ekonomi Akuntansi
yang diselesaikan pada tahun 2005 di Universitas
Padjadjaran. Memperoleh sertfkat Akuntan Publik
(CPA) pada tahun 2009 yang diselenggarakan oleh
Insttut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
40
Anggota II BPK
Drs. H. Taufequrachman Ruki, S.H.
Hidup Taufequrachman Ruki bisa dibilang
terisi oleh tga pekerjaan besar dan pentng yang
saling kait-mengait. Sebagai penegak hukum,
legislator, pemberantas korupsi, dan penanggung
jawab pemeriksaan tata kelola dan tanggung jawab
keuangan negara.
Lahir di Rangkasbitung, 18 Mei 1946, beliau
terlahir menjadi sosok paling dikenal dalam hal
pemberantasan korupsi. Beliau adalah Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) pertama sejak lembaga
itu didirikan. Bukan hanya itu, awal kariernya
dihabiskan sebagai seorang polisi, aparat penegak
hukum.
Selepas lulus SMA tahun 1965, beliau mengikut
tes untuk masuk ke Akademi ABRI Bagian Kepolisian.
Dan, berhasil masuk. Pendidikan Tinggi Militer itu
diselesaikannya pada tahun 1970. Setelah itu, beliau
dipercaya sebagai Komandan Pleton Taruna Akpol
(1971). Dimulailah kariernya di kepolisian.
Selama bekerja sebagai polisi, beliau melanjutkan
pendidikan kepolisian di Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian yang diselesaikannya tahun 1978. Tak lama
kemudian, beliau melanjutkan kembali pendidikan
kepolisiannya di Sekolah Staf dan Komando ABRI
Bagian Kepolisian. Selesai tahun 1983. Tak cukup
sampai di situ, beliau mendalami ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
yang diselesaikannya tahun 1987. Selain pendidikan
formal perguruan tnggi, beliau juga mengikut
pendidikan-pendidikan singkat: Kursus Perwira
Reserse Senior (1987), Trafc Management Course
yang diadakan JICA, Jepang (tahun 1992), dan Kursus
Karyawan ABRI (1992).
Kariernya di kepolisian kemudian membawanya
ke Gedung MPR/DPR di Senayan. Sempat menjabat
Kapolres Tasikmalaya sampai tahun 1991, kemudian
ditunjuk sebagai perwakilan Fraksi TNI/Polri di DPR
dan ditempatkan di Komisi III Bidang Hukum Fraksi
TNI/Polri. Tugas di lembaga perwakilan rakyat untuk
pertama kalinya itu diakhiri tahun 1995.
Namun, lembaga perwakilan rakyat sepert tak
bisa ditnggalkan. Sempat diangkat sebagai Kapolwil
Malang pada 1995, beliau kembali ke DPR tahun 1997
sebagai Anggota Komisi VII Bidang Kesra dari Fraksi
TNI/Polri. Pada tahun 1999, ditunjuk sebagai Wakil
Ketua Fraksi TNI/Polri dan Koordinator Bidang Kesra
yang dijalaninya sampai tahun 2000. Kemudian ia
dipercaya menjadi Ketua Komisi VII. Selama menjadi
Anggota DPR dari Fraksi TNI/Polri, beliau juga pernah
dipercaya sebagai Anggota Tim Asistensi BP-MPR RI
Fraksi TNI/Polri (1997-1999) dan Anggota Panita Ad
Hoc I BP MPR (1999-2001).
Pengabdiannya sebagai anggota DPR akhirnya
selesai tahun 2001 dengan jabatan terakhir sebagai
Ketua Komisi VII. Setelah itu, beliau ditarik ke
pemerintahan, mengisi posisi Deput IV Bidang
Keamanan Nasional Menko Polkam. Jabatan yang
dipegangnya sampai tahun 2003.
Pendirian KPK pada tahun 2003 memberi berkah.
Dari deretan nama calon, beliau terpilih dan dipercaya
sebagai Ketua KPK. Jabatan itu disandangnya sampai
tahun 2007. Setelah itu, sempat dipercaya mengisi
jabatan Komisaris Utama PT Karakatu Steel, kemudian
beliau ikut pemilihan Anggota BPK periode 2009-
2014. Dan, akhirnya terpilih.
2011 2011
41 41
Anggota IV BPK
Dr. Ali Masykur Musa, M.Si, M.Hum.
Kehidupan keagamaan tampak lekat pada pria
kelahiran Tulungangung, 12 September 1962 ini.
Tak heran memang, daerah Tulungagung, tempat
kelahiran beliau, merupakan daerah santri dan salah
satu basis organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU).
Bangku sekolah sejak sekolah dasar sampai
sekolah menengah atas dihabiskannya pada sekolah
bercorak Islam. Bahkan, beliau sempat merasakan
pondok pesantren. Tak tanggung-tanggung dua
pondok pesantren menjadi tempatnya menimba ilmu
keagamaan: Pondok Pesantren Panggung Tarbiyatul
Ulum Tulungagung (1975-1978) dan Pondok
Pesantren Al-Fatah, Mangunsari, Tulungagung (1978-
1981).
Pendidikan bercorak keagamaan rupanya tdak
dipilih lagi saat melanjutkan ke perguruan tnggi.
Beliau memilih program S1 Fisip Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Jember yang diselesaikannya
tahun 1986. Pilihannya bisa dibilang tepat. Sebab,
setelah lulus beliau diangkat menjadi pengajar di
almamaternya itu.
Pada awal menjadi pengajar, sempat mengikut
Study Internship tentang Studi Kawasan di Pusat Antar
Universitas (PAU) Universitas Gajah Mada tahun 1987
dan Study Internship Metode Hubungan Internasional
dan Ekonomi Politk Internasional di PAU Universitas
Indonesia tahun 1988.
Terjun di dunia pendidikan rupanya membuat
bersemangat untuk mengikut pendidikan pasca
sarjana walau kemudian ia berkecimpung di
dunia politk prakts. Pada awalnya, tahun 1998,
beliau menyelesaikan S2 Ilmu Politk di Universitas
Indonesia. Selang bertahun-tahun lamanya,
pada tahun 2007, beliau menyelesaikan program
Doktoralnya pada bidang Manajemen Pendidikan
dengan Konsentrasi Study Kebijakan dan Politk
Anggaran di Universitas Negeri Jakarta. Dan, tahun
2009, menyelesaikan S2 Hukum Bisnis Universitas
Gajah Mada.
Setahun setelah menyelesaikan S2-nya yang
pertama, tahun 1999, beliau memutuskan untuk
tdak lagi berkecimpung di dunia pendidikan sebagai
pengajar. Terjun ke politk prakts menjadi pilihan
berikutnya. Sebagai aktvis Partai Kebangkitan
Bangsa, ia mencalonkan diri menjadi Anggota DPR.
Dan, berhasil. Beliau sempat mengecap pengalaman
pertamanya sebagai Anggota DPR dari Fraksi
Kebangkitan Bangsa (FKB) dalam periode 1999-
2001. Setelah itu, beberapa jabatan di DPR pernah
dipegang, sepert: Anggota BKSAP DPR (1999-2003),
Anggota Komisi IX DPR (1999-2002), Anggota Komisi
VI DPR (2002-2003), Wakil Ketua Komisi IX Bidang
Perencanaan Pembangunan dan BUMN DPR (2003-
2004), Wakil Ketua Komisi XI Bidang Perbankan dan
LKBB DPR (2004-2006), Anggota Badan Legislasi
(Baleg) DPR (2005-2009), dan Anggota Komisi XI DPR
(2006-2009).
Selama pengabdiannya di DPR, beliau juga
pernah menjabat sebagai Sekretaris PAH I BP MPR
tentang Perubahan UUD 1945 (2000-2003), Anggota
Working Commitee Parliament OKI (2002-2005),
dan Komisaris Utama PT. Carara Crema Stones (2002-
2009). Selain itu, sejak tahun 2008, beliau menjadi
staf pengajar di program Pasca Sarjana Universitas
Mercu Buana. Pada tahun 2009, beliau terpilih
menjadi Anggota BPK periode 2009-2014.

42
Anggota V BPK
Drs. Sapto Amal Damandari, Ak.
Lahir di Kota Gudeg Yogyakarta, 19 Mei 1955,
Sapto Amal Damandari memang awalnya tak bisa
lepas dari kota kelahirannya itu. Pendidikannya dari
tngkat dasar sampai perguruan tnggi berada di
Yogyakarta. Bahkan, menjalani awal kariernya pun di
Yogyakarta.
Setelah lulus Sarjana Muda Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Gajah Mada tahun 1978, ia
diangkat sebagai asisten dosen di almamaternya.
Kemudian berturut-turut menjadi asisten dosen di
AKPRIND Yogyakarta (1980) dan STIE YKPN Yogyakarta
(1981-1984).
Setahun kemudian menjadi pengajar Pendidikan
Sekretaris LPK Budaya Wacana Yogyakarta (1982-
1991). Selain sebagai pengajar, pada tahun 1986,
beliau diangkat sebagai Pembantu Direktur Bidang
Kemahasiswaan LPK Budaya Wacana sampai tahun
1991. Selama masih menjadi pengajar di LPK Budaya
Wacana, beliau juga bekerja sebagai staf Bagian
Perencanaan dan Pengembangan Yayasan Duta
Wahana Swadaya Yogyakarta (1986-1991). Pada tahun
1991, beliau menyelesaikan Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi di Universitas Gajah Mada.
Cukup lama menjadi pengajar akuntansi, beliau
membuat pilihan untuk terjun ke dunia prakts
akuntan. Bukan di Yogyakarta, tetapi Jakarta. Awalnya
di Jakarta, tahun 1991, bekerja sebagai staf konsultan
PT. Stephanus Junianto & Rekan dan Auditor Kantor
Akuntan Publik (KAP) Drs. Stephanus Juniant &
Rekan. Pekerjaannya di sana dilakoni sampai tahun
1996. Tahun berikutnya masih bekerja di KAP yang
sama namun sebagai partner KAP tersebut.
Setelah bekerja pada KAP Drs. Stephanus Junianto
& Rekan, pada tahun 1998, beliau bekerja sebagai
Auditor pada KAP Haryono, Junianto & Saptoamal
(1998-Mei 2007). Sewaktu bekerja di KAP ini, beliau
juga mengajar di STIE Kesatuan Bogor dan Akademi
Kesatuan Bogor.
Selain itu, pada tahun 2003-2004, beliau dipercaya
sebagai Tenaga Ahli Komisi IX DPR Bidang Keuangan
dan Perbankan. Tahun 2005-2006, ia ditunjuk sebagai
Partner Ahli Panita Anggaran DPR. Dalam tahun 2007,
beliau terpilih sebagai Anggota BPK dengan masa
jabatan 2007-2012.
2011 2011
43 43
Anggota VI BPK
Dr. H. Rizal Djalil, M.M.
Awalnya bekerja pada lembaga nirlaba
internasional Hellen Keller dengan program
penanggulangan kebutaan pada Anak Pra-Sekolah
pada 1982-1983. Setelah itu, bekerja pada BUMN
yang memiliki core bisnis jaminan kesehatan dan
pensiunan: Perum Husada Bhakt.
Pada tahun 1987, beliau diangkat sebagai
Manager Perum Husada Bhakt Provinsi Jambi.
Jabatannya itu dipegang sampai tahun 1992. Pada
tahun 1993, dipindahkan ke Perum Husada Bhakt DKI
Jakarta dengan jabatan sama sampai tahun 1997.
Tak lama kemudian, beliau terjun ke dunia politk
dengan memilih aktf di Partai Amanat Nasional
(PAN). Pada pemilu anggota lembaga legislatf tahun
1999, pria kelahiran Kerinci, 20 Februari 1956 ini
berhasil terpilih sebagai Anggota DPR periode 1999-
2004. Pada pemilu berikutnya tahun 2004, beliau
kembali terpilih sebagai Anggota DPR periode 2004-
2009.
Selama menjadi Anggota DPR, banyak jabatan
yang disandangnya. Jabatan dalam DPR yang pernah
dipegang itu adalah: Wakil Sekretaris Fraksi Reformasi
DPR (2003), Wakil Ketua Sub Perbankan DPR (2003),
Wakil Ketua Fraksi PAN DPR (2005), Wakil Ketua Panja
Asumsi Makro Panita Anggaran DPR (2006), Ketua
Panita Kerja RUU Ketentuan Umum Perpajakan DPR
(2007), dan Wakil Ketua Pansus Perpajakan DPR (2006
-2009).
Selain itu, beliau juga punya peranan dalam
perumusan peraturan perundang-undangan terkait
keuangan negara sebagai anggota panita khusus
atau tm perumus rancangan undang-undang (Pansus
RUU). Peraturan perundang-undangan dimana beliau
ikut urun rembug tersebut yaitu: RUU Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(2003), RUU Perbendaharaan Negara (2003),
RUU Keuangan Negara (2003), RUU tentang Bank
Indonesia (2003), dan Pansus Bank Syariah (2004),
Amandemen Undang-Undang APBN 2005 Terkait
dengan Bencana Tsunami di Aceh dan Nias (2006),
RUU BPK RI (2006), RUU Surat Berharga Suku Nasional
(2007), RUU Mata Uang (2007), RUU Ketentuan
Umum Perpajakan (2007).
Walau sibuk dengan pekerjaannya sebagai
wakil rakyat, beliau tdak lupa dengan pendidikan
formal. Program S1 Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia diselesaikan tahun 1984.
Tahun 1996, beliau menyelesaikan Program Magister
Manajemen IPWI Jakarta. Tak sampai di situ,
beliau pun menyelesaikan program Doktoralnya di
Universitas Padjadjaran pada 2008.
44
Anggota VII BPK
Drs. Bahrullah Akbar, B.Sc.,S.E.,M.B.A.
Back to Home mungkin kalimat itu pantas
disematkan kepada Bahrullah Akbar. Sempat berkarier
di BPK, kemudian berkarya di tempat lain, dan
kembali ke BPK. Jalan hidup beliau bisa dikatakan
sepert itu.
Pria kelahiran Jakarta, 23 Maret 1959 ini memang
tdak langsung bekerja di BPK. Selepas lulus sebagai
Sarjana Muda Manajemen Keuangan di Akademi
Pimpinan Perusahaan, Departemen Perindustrian,
Jakarta tahun 1983, sempat bekerja sebagai pengajar
SMA selama sekitar dua tahun.
Setelah itu, baru bekerja di BPK sebagai Pemeriksa
Muda (1985-1996). Selama menjadi pemeriksa
muda, beliau melanjutkan pendidikan tnggi Strata
1, program studi Administrasi Niaga di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta yang diselesaikannya pada 1989.
Selain itu, beliau juga melanjutkan pendidikan pasca
sarjananya pada bidang akuntansi di Hull University,
Inggris yang dituntaskannya tahun 1992.
Setelah sekitar 11 tahun sebagai pemeriksa muda,
beliau kemudian ditugaskan sebagai Widyaiswara
BPK atau pengajar di Pusdiklat BPK tahun 1996-2004.
Selama mengajar di Pusdiklat BPK, beliau sempat
mengikut Post Graduate Program in Performance
Management di Leicester University, Inggris yang
diselesaikan tahun 2000.
Dua tahun sebelum beliau tdak lagi menjadi
widyaiswara BPK, sempat dipercaya sebagai Staf
Khusus di Sekretariat Jenderal Departemen Dalam
Negeri (2003-2004). Sampai akhirnya, beliau
memutuskan keluar dari BPK di tahun 2004. Setahun
kemudian, pada tahun 2005, setelah sempat menjadi
Staf Khusus Sekretariat Jenderal Departemen Dalam
Negeri, beliau kemudian bekerja sebagai Staf Khusus
Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, Departemen
Dalam Negeri. Jabatan tersebut diembannya sampai
tahun 2007.
Dari tahun 2007 sampai September 2011, beliau
dipercaya sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi dan
Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Lingga
Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2011, beliau
terpilih sebagai Anggota BPK untuk mengisi posisi
Anggota VII yang lowong sepeninggal T.M Nurlif untuk
periode 2011-2014. Selain menjabat sebagai Anggota
BPK, beliau juga masih aktf di dunia akademisi.
Sampai saat ini beliau menjabat sebagai Lektor Kepala
Insttut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang
dijabatnya sejak tahun 2011.
Dunia pendidikan memang tak bisa lepas dari
dirinya. Selain masih menjabat akademisi, berbagai
pendidikan formal pernah diikut. Setelah meraih
Sarjana Muda Manajemen Keuangan (B.Sc) di
Akademi Pimpinan Perusahaan, Departemen
Perindustrian, Jakarta, beliau meraih Sarjana
Administrasi Negara di Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta pada tahun 1989. Pada tahun 1992,
beliau menyelesaikan pendidikan di University of
Hull, Inggris, dengan meraih M.B.A dalam bidang
akuntansi. Pada tahun 2010, beliau menyelesaikan
Sarjana Ekonomi Akuntansi di STIE DR. Muchtar
Thalib, Jakarta. Kandidat doktoral di dua perguruan
tnggi: Ph.D Candidate pada Public Sector
Management di University of Leicester, Inggris dan
Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan di Universitas
Padjadjaran, Bandung.
45
TUJUAN STRATEGIS
MELALUI PELAKSANAAN MISINYA, BPK BERUPAYA UNTUK
MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN STRATEGIS SEBAGAI BERIKUT:
1. MENDORONG TERWUJUDNYA PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA YANG TERTIB, TAAT PADA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN, EKONOMIS, EFISIEN, EFEKTIF,
TRANSPARAN, DAN BERTANGGUNG JAWAB DENGAN
MEMPERHATIKAN RASA KEADILAN DAN KEPATUTAN;
2. MEWUJUDKAN PEMERIKSAAN YANG BERMUTU UNTUK
MENGHASILKAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN YANG
BERMANFAAT DAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
PEMANGKU KEPENTINGAN; DAN
3. MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG MODERN DI BPK.
46
Januari
Workshop Persiapan Pemeriksaan
LKPP dan LKKL 2010
Pada 10 Januari 2011, BPK
mengadakan workshop Pemeriksaan
atas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga (LKKL)
tahun 2010. Acara diselenggarakan
di Auditorium Pusdiklat BPK RI
Jakarta. Dibuka oleh Anggota II BPK
Taufequrachman Ruki dan dihadiri
oleh para Anggota BPK, sekjen BPK,
para pejabat eselon I di lingkungan
BPK dan diikuti oleh 583 pemeriksa
dari seluruh Auditorat Keuangan
Negara di BPK.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 12
Kementerian Negara/Lembaga
Pada 18 Januari 2011, BPK
menandatangani nota kesepahaman
(MoU) dengan 12 Kementerian/
Lembaga di Auditorium Kantor
Pusat BPK. Nota kesepahaman ini
berisi tentang pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Adapun ke-
12 kementerian/lembaga yang
menandatangani nota kesepahaman
tersebut, yaitu: Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Sosial, Kementerian
Agama, Kementerian Negara Riset
dan Teknologi, Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kejaksaan Agung, Badan Pertanahan
Nasional, Badan SAR Nasional, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana,
Komisi Pemilihan Umum dan BPH
Migas.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 7
Kementerian/Lembaga dan 5
BUMN
Pada 21 Januari 2011, bertempat
di Auditorium Kantor Pusat BPK,
ditandatangani nota kesepahaman
antara BPK dengan 7 kementerian/
lembaga dan 5 BUMN. Nota
kesepahaman ini berisi tentang
pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi untuk akses
data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Adapun tujuh
kementerian/lembaga yang
melakukan penandatanganan
nota kesepahaman tersebut
adalah Kementerian Sekretariat
Negara, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, Kementerian Negara Pemuda
dan Olahraga, Arsip Nasional
Republik Indonesia, Lembaga
Administrasi Negara, serta Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi. Sementara
lima BUMN yang menandatangani
nota kesepahaman yaitu: PT
Sucofndo, PT Pelayaran Nasional
Indonesia, PT Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan, PT
Angkasa Pura serta PT Kereta Api
Indonesia.
Peresmian Gedung Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Bengkulu
Pada 24 Januari 2011, Anggota
V BPK Sapto Amal Damandari
meresmikan penggunaan Gedung
Kantor BPK Perwakilan Provinsi
Bengkulu yang berlokasi di Jl. Adam
Malik Km 8, Kelurahan Jalan Gedang,
Kecamatan Gading Cempaka, Kota
Bengkulu. Sebelumnya, sejak resmi
dibuka pada 30 Oktober 2008, BPK
Perwakilan Provinsi Bengkulu
menempati Gedung Kantor eks
Gedung Korpri Provinsi Bengkulu
yang beralamat di Jalan Pembangunan
No. 16, Kecamatan Gading Cempaka,
Kota Bengkulu. Bangunan baru yang
diresmikan tersebut menempati areal
seluas 9.874 m2 dengan bangunan 3
lantai seluas 4.000 m.
Wokshop Validasi RIR
Pada 31 Januari-2 Februari 2011,
BPK menyelenggarakan workshop
Rencana Implementasi Renstra
(RIR) 2011-2015. Diselenggarakan
di Wisma Pusdiklat Kalibata BPK
RI, Jakarta. Acara dibuka Ketua BPK
Hadi Poernomo dan diikuti oleh
para pejabat di lingkungan BPK,
khususnya yang terkait langsung
dengan kegiatan pelaksanaan
Inisiatif Strategis baik satker
pelaksana maupun satker terkait.
Workshop tersebut bertujuan untuk
mendapatkan kesepahaman dan
kesepakatan atas konsep RIR 2011-
2015 dan merupakan rangkaian
kegiatan dari penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) BPK yang telah
ditetapkan sesuai Keputusan BPK
RI No.7/K/I-XIII/12/2010 pada 17
Desember 2010. Renstra merupakan
pedoman bagi para pelaksana BPK
dalam melakukan tugasnya dan
harus dijabarkan dalam RIR 2011-
2015. Sementara, RIR 2011-2015
berfungsi sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan setiap unit kerja BPK dalam
mewujudkan mandat UUD 1945 dan
diharapkan dapat bermanfaat sebagai
alat komunikasi antara Pimpinan/
Anggota BPK dan pelaksana BPK
maupun antar unit pelaksana BPK.
Kilas Peristiwa
47
Februari
Seminar Bersama BPK RI dengan
SAC Iran
Pada 7-11 Februari 2011, diadakan
Seminar Bersama antara BPK RI dan
Supreme Audit Court of the Islamic
Republic of Iran (SAC Iran) di Teheran,
Iran.
BPK Selenggarakan Pertemuan
Pimpinan Lembaga Negara
Pada 7 Februari 2011, BPK
menyelenggarakan Pertemuan dengan
para pimpinan lembaga negara
di Auditorium Kantor Pusat BPK,
Jakarta.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 4
Kementerian/ Lembaga
Pada 8 Februari 2011, BPK
menandatangani nota kesepahaman
dengan empat kementerian/
lembaga di Auditorium Kantor
Pusat BPK. Nota kesepahaman
ini berisi tentang pengembangan
dan pengelolaan sistem informasi
untuk akses data dalam rangka
pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Keempat kementerian/lembaga yang
menandatangani nota kesepahaman
tersebut adalah Kementerian
Koordinator Politik Hukum dan
Keamanan, Kementerian Pertahanan,
Kementerian Pendidikan Nasional,
dan Lembaga Penyiaran Publik RRI.
BPK dan 3 Kementerian/Lembaga
Tandatangani Nota Kesepahaman
Pada 10 Februari 2011, bertempat
di Auditorium Kantor Pusat BPK,
ditandatangani nota kesepahaman
antara BPK dan tiga kementerian/
lembaga. Ketiga kementerian
lembaga tersebut adalah Kementerian
Keuangan, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU), dan
Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Nota
kesepahaman sendiri berisi tentang
Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Informasi untuk Akses
Data dalam rangka Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
Workshop Peningkatan
Akuntabilitas dan Transparansi
Keuangan Daerah
Pada 10 Februari 2011, BPK
Perwakilan Provinsi Lampung
menggelar acara Workshop
Peningkatan Akuntabilitas dan
Transparansi Keuangan Daerah di
Wilayah Provinsi Lampung. Anggota
V BPK Sapto Amal Damandari
memberikan pengarahan dalam acara
tersebut.
Peresmian Gedung Kantor
Perwakilan Provinsi Banten
Pada 24 Februari 2011, Ketua
BPK Hadi Poernomo meresmikan
penggunaan Gedung Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Banten yang
berlokasi di Jalan Raya Palka Nomor
1, Palima, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Serang.
Menempati areal seluas + 6.872
m2 yang terdiri atas tiga bagian
gedung yaitu Gedung Utama tiga
lantai seluas + 2.201 m2, Gedung
Arsip dua lantai seluas + 995 m2
dan Gedung Penunjang satu lantai
seluas + 177 m2 atau keseluruhan
luas seluruh gedung mencapai
3.373 m2 dan luas halaman + 5.414
m2.Sebelumnya, BPK Perwakilan
Provinsi Banten menempati Gedung
milik Pemerintah Kabupaten
Tangerang di Jalan Ki Samaun Nomor
1 Tangerang dengan status Pinjam
Pakai.
Peresmian ini dihadiri oleh
Anggota V BPK, Sapto Amal
Damandari, Gubernur Provinsi
Banten, Ratu Atut Chosiyah,
Sekretaris Jenderal BPK, Hendar
Ristriawan, Pimpinan DPRD, Bupati/
Walikota dan Anggota Muspida di
wilayah Provinsi Banten serta para
pejabat di lingkungan BPK.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda Se-
Provinsi Banten
Pada 24 Februari 2011, BPK
dan pemerintah daerah di wilayah
Provinsi Banten melakukan
penandatanganan nota kesepahaman
pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi untuk akses
data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Maret
Pertemuan Bilateral BPK dan JAN
Malaysia
Pada 1 Maret 2011, BPK
mengadakan pertemuan bilateral
dengan Jabatan Audit Negara (JAN)
Malaysia di Langkawi, Malaysia.
BPK Terima Laporan Pelaksanaan
Rencana Aksi Kemendagri
Pada 7 Maret 2011, BPK
melakukan pertemuan dengan
Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) di Kantor Pusat BPK,
Jakarta. Pertemuan ini dilaksanakan
dalam rangka Penyerahan Laporan
Pelaksanaan Rencana Aksi Menuju
Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) atas Laporan Keuangan
Kementerian Dalam Negeri
48
(Kemendagri) Tahun 2010 oleh
Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
Gamawan Fauzi kepada Ketua BPK
Hadi Poernomo.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 16 BUMN
Pada 14 Maret 2011, BPK
menandatangani nota kesepahaman
dengan 16 pimpinan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di Auditorium
Kantor Pusat BPK RI, Jakarta.
Nota kesepahaman berisi tentang
Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Informasi untuk Akses
Data dalam rangka Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Adapun ke-16
BUMN tersebut adalah PT Jasa
Marga (Persero) Tbk, PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya
(Persero) Tbk, PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk, PT Waskita
Karya (Persero), PT Hutama Karya
(Persero), PT Istaka Karya (Persero),
PT Brantas Abipraya (Persero), Perum
Perumnas, PT Nindya Karya (Persero),
PT Bina Karya (Persero), PT Indra
Karya (Persero), PT Yodya Karya
(Persero), PT Virama Karya (Persero),
PT Indah Karya (Persero), dan PT
Amarta Karya (Persero).
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 12 BUMN
Pada 15 Maret 2011, BPK
menandatangani nota kesepahaman
dengan 12 pimpinan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di Auditorium
Kantor Pusat BPK RI, Jakarta.
Nota kesepahaman berisi tentang
Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Informasi untuk Akses
Data dalam rangka Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Adapun ke-
12 BUMN tersebut adalah PT
Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT
Pelabuhan Indonesia II (Persero), PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero), PT
Pelabuhan Indonesia IV (Persero),
PT Pengerukan Indonesia (Persero),
PT Pelayaran Bahtera Adhiguna
(Persero), PT Djakarta Lyoid (Persero),
PT Angkasa Pura II (Persero), PT
Merpati Nusantara Airlines (Persero),
Perum Damri, Perum PPD, dan PT
Bhanda Ghara Reksa (Persero).
April
BPK Serahkan IHPS II Tahun 2010
ke DPR
Pada 5 April 2011, Ketua BPK RI
Hadi Poernomo menyerahkan Buku
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) II Tahun 2010 kepada Ketua
DPR RI Marzuki Alie di Gedung DPR,
Jakarta.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 10 BUMN
Pada 7 April 2011, BPK
menandatangani nota kesepahaman
bersama dengan 10 pimpinan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di Auditorium Kantor Pusat BPK
RI, Jakarta. Nota kesepakatan
berisi tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Informasi sebagai
sarana dalam rangka Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Adapun sepuluh
BUMN tersebut adalah PT Indofarma
(Persero), Tbk, PT Bio Farma
(Persero), PT Kimia Farma (Persero),
Tbk, PT Batan Teknologi (Persero), PT
Industri Sandang Nusantara (Persero),
PT Garam (Persero), PT Primissima
(Persero), PT Industri Gelas (Persero),
PT Varuna Tirta Prakasya (Persero),
dan PT Biro Klasifkasi Indonesia
(Persero).
BPK Serahkan IHPS II tahun 2010
ke DPD
Pada 8 April 2011, Ketua BPK
Hadi Poernomo menyerahkan Buku
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) II Tahun 2010 kepada Ketua
DPD RI Irman Gusman di Gedung
DPD, Jakarta.
BPK Serahkan IHPS II Tahun 2010
ke Presiden
Pada 11 April 2011, Ketua BPK RI
Hadi Poernomo menyerahkan Buku
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) II Tahun 2010 kepada Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono di
Istana Presiden, Jakarta.
Kunjungan Delegasi ANAO ke
BPK
Pada 11-13 April 2011, delegasi
Australian National Audit Ofce
(ANAO) berkunjung ke BPK.
Kunjungan Delegasi BPK ke
Australia
Pada 11-15 April 2011, delegasi
BPK RI melakukan kunjungan ke
Australia.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 26 BUMN
Pada 12 April 2011, BPK
menandatangani kesepakatan
bersama dengan 26 pimpinan
49
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di Auditorium Kantor Pusat BPK
RI, Jakarta. Nota kesepahaman
berisi tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Informasi sebagai
Sarana dalam rangka Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Adapun ke-
26 BUMN tersebut adalah PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero),
Tbk, PT Industri Telekomunikasi
Indonesia (Persero), PT LEN Industri
(Persero), Perum LKBN Antara, Perum
Produksi Film Negara, Perum Peruri,
PT Balai Pustaka (Persero), Perum
Percetakan Negara RI, PT Pradnya
Paramitha (Persero), PT Kertas
Leces (Persero), PT Kertas Kraf
Aceh (Persero), PT Kawasan Berikat
Nusantara (Persero), PT Kawasan
Industri Makassar (Persero), PT
Kawasan Industri Medan (Persero),
PT Kawasan Industri Wijayakusuma
(Persero), PT Pengusahaan Daerah
Industri Pulau Batam (Persero),
PT Surabaya Industrial Estate
Rungkut, PT Jakarta Industrial Estate
Pulogadung, PT Taman Widata Candi
Borobudur, Prambanan dan Ratu
Boko (Persero), PT Pengembangan
Pariwisata Bali (Persero), PT
Perusahaan Perdagangan Indonesia
(Persero), PT Sarinah (Persero), PT
Surveyor Indonesia (Persero), PT
Survey Udara Penas (Persero), PT
Pos Indonesia (Persero), dan Otorita
Asahan.
BPK Adakan BPK Goes To Campus
di Unlam
Pada 14 April 2011, BPK
menyelenggarakan acara BPK Goes To
Campus di Aula Rektorat Universitas
Lambung Mangkurat (Unlam),
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
BPK dan Pemda se-Provinsi Papua
Tandatangani Nota Kesepahaman
Pada 14 April 2011, BPK dan
Pemda se-Provinsi Papua melakukan
penandatanganan nota kesepahaman
terkait Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Informasi untuk
Akses Data. Penandatanganan Nota
Kesepahaman dilakukan oleh Kepala
Perwakilan BPK Provinsi Papua
Haedar dengan 27 Kepala Daerah
se-Provinsi Papua. Pelaksanaan
penandatangan Kesepakatan Bersama
dan Nota Kesepahaman disaksikan
oleh Ketua BPK Hadi Poernomo.
Selain itu, BPK juga menyepakati
Tata Cara Penyerahan Hasil
Pemeriksaan dengan DPRP/DPRD
Kabupaten/Kota se-Provinsi Papua.
Penandatanganan Kesepakatan
Bersama antara BPK dengan DPRP
dan DPRD di wilayah Provinsi
Papua dilakukan oleh Anggota I BPK
Moermahadi Soerja Djanegara dengan
Ketua DPRP dan 21 Pimpinan DPRD
se-Provinsi Papua.
Ketua BPK Lantik Staf Ahli
Bidang Keuangan Pemerintah
Daerah
Pada 25 April 2011 Ketua BPK
Hadi Poernomo melantik dan
mengambil sumpah Dr. Bambang
Pamungkas, M.B.A, Ak., sebagai Staf
Ahli Bidang Keuangan Pemerintah
Daerah BPK menggantikan Sudin
Siahaan, SH yang memasuki masa
purna bhakti. Pelantikan dilaksanakan
di Auditorium Gedung Umar
Wirahadikusumah BPK RI. Dihadiri
oleh para Anggota BPK serta Pejabat
eselon I dan II di lingkungan BPK RI.
BPK Hadiri Konferensi ACAG dan
ACPAC
Pada 26 30 April 2011, BPK
menghadiri Konferensi dua tahunan
Australasian Council of Auditors
General (ACAG) yang ke-28 dan
Australasian Council of Public Account
Commitee (ACPAC) ke-11 di Perth,
Australia Barat.
BPK Adakan Pertemuan Bilateral
dengan OAG
Pada 27 April 2011, di sela-sela
acara Konferensi ACAG dan ACPAC,
BPK melakukan pertemuan bilateral
dengan Ketua Badan Pemeriksa Ofce
of Auditor General (OAG) Australia
Barat, di Kantor OAG.
BPK Serahkan LHP atas LK BI
2010
Pada 27 April 2011, Anggota
II BPK Taufequrachman Ruki
didampingi Auditor Utama II
BPK Syafri Adnan Baharuddin
menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) atas Laporan
Keuangan (LK) Tahunan Bank
Indonesia (BI) tahun 2010 kepada
Deputi Gubernur BI, Ardhayadi M
di Kantor Pusat BPK, Jakarta. Acara
penyerahan ini dihadiri oleh Anggota
III BPK, Hasan Bisri, Deputi Gubernur
BI, Budi Rochadi, Budi Mulya,
Mulyaman D. Hadad, serta para
pejabat di lingkungan Bank Indonesia
dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Mei
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Yoyakarta
Pada 5 Mei 2011, BPK dan
pemerintah daerah se-Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
menandatangani nota kesepahaman
terkait pengembangan sistem
informasi untuk akses data dalam
rangka pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Penandatanganan nota kesepahaman
dilakukan di Auditorium BPK
Kantor Perwakilan Provinsi DIY, di
Yogyakarta.
Penandatanganan dilakukan oleh
Kepala Perwakilan BPK Provinsi DIY
bersama Gubernur DIY, Walikota
Yogyakarta, Bupati Bantul, Bupati
Gunung Kidul, Bupati Sleman, dan
50
Bupati Kulonprogo. Disaksikan oleh
Ketua BPK Hadi Poernomo, Anggota
V BPK Sapto Amal Damandari, serta
pimpinan DPRD Provinsi DIY.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Jawa Tengah
Pada 6 Mei, di Gedung Gradhika
Bakti Praja, Semarang, BPK dan
pemerintah daerah se-Provinsi Jawa
Tengah melakukan penandatanganan
nota kesepahaman terkait
pengembangan sistem informasi
untuk akses data pada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota se-Jawa
Tengah dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Penandatanganan dilakukan oleh
Kepala Perwakilan BPK Provinsi
Jawa Tengah Bambang Adi Putranto
bersama Gubernur Jawa Tengah,
Bibit Waluyo, serta 35 pimpinan
kota/kabupaten se-Jawa Tengah.
Disaksikan oleh Ketua BPK Hadi
Poernomo, serta pimpinan DPRD
Provinsi Jawa Tengah. Acara ini turut
dihadiri oleh Sekretaris Jenderal BPK
Hendar Ristriawan, serta pejabat
dan pegawai di lingkungan BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Jabar
Pada 12 Mei 2011, di Bandung,
BPK melakukan penandatangan
nota kesepahaman pengembangan
dan pengelolaan sistem informasi
untuk akses data dengan pemerintah
daerah se-Provinsi Jawa Barat.
Penandatanganan nota kesepahaman
dilakukan oleh Kepala Perwakilan
BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Barat Slamet Kurniawan dengan
para pimpinan daerah. Disaksikan
oleh Ketua BPK RI Hadi Poernomo,
Anggota V BPK RI Sapto Amal
Damandari, Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan, pimpinan DPRD,
anggota Muspida serta para pejabat di
lingkungan BPK RI.
Peresmian Gedung BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Barat
Pada 12 Mei 2011, Ketua BPK
Hadi Poernomo meresmikan Gedung
Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi
Jawa Barat. Gedung ini terletak di
Jalan Moch Toha No. 164, Bandung,
Jawa Barat, yang dibangun di atas
lahan seluas 7.140 meter persegi.
Gedung terdiri dari dua bangunan
utama, yaitu bagian depan dengan
empat lantai seluas 3.742 meter
persegi dan bagian belakang lima
lantai seluas 2.992 meter persegi. Luas
seluruh bangunan utama adalah 6.734
meter persegi.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Jawa Timur
Pada 19 Mei 2011, BPK melakukan
penandatanganan nota kesepahaman
dengan pemerintah daerah se-
Provinsi Jawa Timur di Auditorium
Kantor BPK Perwakilan Provinsi Jawa
Timur, Surabaya. Nota kesepahaman
ini berisi tentang pengembangan
sistem informasi untuk akses
data pada pemerintah provinsi/
kabupaten/kota se-Jatim dalam
rangka pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Penandatanganan dilakukan oleh
Kepala Perwakilan BPK Provinsi Jawa
Timur Heru Kreshna Reza bersama
Gubernur Jawa Timur Soekarwo,
serta 38 pimpinan pemerintah daerah
kabupaten dan kota se-Jawa Timur.
Disaksikan oleh Ketua BPK Hadi
Poernomo, Anggota IV BPK Ali
Masykur Musa, Anggota V BPK Sapto
Amal Damandari, serta Ketua DPRD
Provinsi Jawa Timur.
BPK Goes to Campus di ITS
Pada 20 Mei 2011, BPK
mengadakan acara BPK Goes to
Campus bertempat di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya (ITS).
Ketua BPK Hadiri Pertemuan
Pimpinan Lembaga Negara di MK
Pada 24 Mei 2011, Ketua BPK Hadi
Poernomo menghadiri pertemuan
pimpinan lembaga negara yang
diselenggarakan di Mahkamah
Konstitusi (MK).
Ketua BPK Terima Kunjungan
Delegasi SAV
Pada 24 Mei 2011, di Kantor Pusat
BPK, Ketua BPK RI Hadi Poernomo
menerima kunjungan delegasi State
Audit Ofce of Vietnam (SAV) yang
dipimpin oleh Ketua SAV Mr. Vuong
Dinh Hue.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan 23 BUMN
Pada 26 Mei 2011, bertempat di
Auditorium Kantor Pusat BPK, BPK
RI dengan 23 BUMN melakukan
penandatangan nota kesepahaman
terkait pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dalam
rangka pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Adapun ke-23 BUMN tersebut,
yaitu: PT. Jamsostek (Persero),
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero),
PT. ASABRI (Persero), PT. Taspen
(Persero), PT. Asuransi Kesehatan
Indonesia (Persero), PT. Asuransi Jasa
Indonesia (Persero), PT. Asuransi
Jasa Raharja (Persero), PT. Asuransi
Ekspor Indonesia (Persero), PT.
Asuransi Kredit Indonesia (Persero),
Perum Jaminan Kredit Indonesia, PT.
Danareksa (Persero), PT. Permodalan
Nasional Madani (Persero), Perum
Pegadaian, PT. PANN Multi
Finance (Persero), PT. Bahana PUI
(Persero), PT. Perusahaan Pengelola
Aset (Persero), PT. Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero), PT.
Sarana Multigriya Finansial (Persero),
51
PT. Kliring Berjangka Indonesia
(Persero), PT. Hotel Indonesia Natour
(Persero), PT. Garuda Indonesia
(Persero), Tbk, PT. Dirgantara
Indonesia (Persero), dan Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia.
BPK Serahkan LHP atas LK BMKG
Pada 30 Mei 2011, bertempat di
Gedung Umar Wirahadikusumah
BPK, Jakarta, Anggota I BPK
Moermahadi Soerja Djanegara
menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan
Keuangan (LK) Badan Meterologi,
Klimatologi dan Geofsika (BMKG)
kepada Kepala BMKG Sri Woro H.
Harijono dengan disaksikan oleh
Ketua BPK Hadi Poernomo.
BPK Serahkan LHP atas LKPP
Tahun 2010 ke DPR
Pada 31 Mei 2011, bertempat
di Gedung DPR/MPR, Jakarta,
BPK menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPP
tahun 2010 kepada DPR dalam rapat
paripurna DPR RI. Penyerahan
dilakukan oleh Ketua BPK Hadi
Poernomo kepada Wakil Ketua DPR
Anis Mata.
Juni
BPK Serahkan LHP atas LKPP
Tahun 2010 ke DPD
Pada 14 Juni 2011, BPK
menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
Tahun 2010 kepada DPD dalam sidang
paripurna DPD di Gedung DPR/MPR,
Jakarta. Penyerahan dilakukan oleh
Ketua DPR kepada Ketua DPD Irman
Gusman.
BPK Serahkan LHP atas LK Polri
Tahun 2010
Pada 14 Juni 2011, bertempat
di Markas Besar Polri, Jakarta,
BPK menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan
Keuangan (LK) Kepolisian RI Tahun
2010. Penyerahan Laporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Kepolisian RI tersebut dilakukan
oleh Ketua BPK Hadi Poernomo
dan didampingi oleh Anggota I
BPK Moermahadi Soerja Djanegara
kepada Kepala Kepolisian RI (Kapolri)
Jenderal Polisi Timur Pradopo.

Kunjungan NAA Kamboja ke BPK
Pada 14-16 Juni 2011, National
Audit Authority (NAA) Kamboja
mengunjungi BPK.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Kalbar
Pada 16 Juni 2011, bertempat
di Aula BPK Perwakilan Provinsi
Kalimantan Barat, Pontianak, BPK
menandatangani nota kesepahaman
dengan Pemerintah Daerah se-
Provinsi Kalimantan Barat. Nota
kesepahaman ini berisi tentang
pengembangan sistem informasi
untuk akses data dalam rangka
pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Penandatanganan dilakukan oleh
Kepala Perwakilan BPK Provinsi
Kalimantan Barat Adi Sudibyo
bersama Gubernur Kalimantan
Barat Cornellis dan para pimpinan
pemerintah daerah kabupaten/kota se-
Provinsi Kalimantan Barat. Disaksikan
oleh Ketua BPK Hadi Poernomo,
Anggota I BPK Moermahadi Soerja
Djanegara, Auditor Utama Keuangan
Negara VI Abdul Latief, para
pimpinan DPRD, para pimpinan
instansi vertikal Provinsi Kalimantan
Barat, dan para pejabat di lingkungan
BPK RI.
BPK Goes To Campus ke
Universitas Tanjungpura,
Pontianak
Pada 16 Juni 2011, BPK
menyelenggarakan acara BPK Goes To
Campus yang mengambil tempat di
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Wakil Ketua BPK Herman
Widyananda Wafat
Pada 20 Juni 2011, Wakil Ketua
BPK Herman Widyananda wafat pada
usia 51 tahun.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan pemda se-
Provinsi Bali
Pada 20 Juni 2011, bertempat di
Auditorium BPK Perwakilan Provinsi
Bali, BPK dan pemda se-provinsi Bali
menandatangani nota kesepahaman
terkait pengembangan sistem
informasi untuk akses data dalam
rangka pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Nota kesepahaman tersebut
ditandatangani oleh Kepala
Perwakilan BPK Provinsi Bali
Maulana Ginting dengan Gubernur
Bali Made Mangku Pastika beserta
52
9 Bupati/Walikota di wilayah
Bali. Disaksikan Ketua BPK
Hadi Poernomo, Anggota I BPK
Moermahadi Soerja Djanegara, dan
Ketua DPRD Bali A.A. Ngurah Oka
Ratmadi.
BPK Serahkan LHP atas LK
Kemenhub Tahun 2010
Pada 21 Juni 2011, BPK
menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) atas Laporan
Keuangan Kementerian Perhubungan
Tahun 2010, di Gedung Umar
Wirahadikusumah, Kantor Pusat BPK
RI, Jakarta.
Penyerahan Laporan Hasil
Pemeriksaan dilakukan oleh Ketua
BPK Hadi Poernomo kepada Menteri
Perhubungan Freddy Numberi,
disaksikan oleh Anggota I BPK
Moermahadi Soerja Djanegara, Wakil
Menteri Perhubungan Bambang
Susantono, Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan Moh.
Iksan Tatang beserta para pejabat
eselon I di lingkungan BPK dan
Kementerian Perhubungan.
BPK Serahkan LHP atas LK 32
Kementerian/Lembaga Tahun
2010
Pada 24 Juni 2011, BPK
menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) atas 32 Laporan
Keuangan Lembaga Negara,
Kementerian Negara, dan Lembaga
Non Kementerian di Auditorium
Kantor Pusat BPK RI, Jakarta.

BPK Kunjungi COA Philipina
Pada 26 29 Juni 2011, BPK
mengunjungi Commission on Audit
(COA) Philipina di Qezon City,
Philipina.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Kalteng
Pada 27 Juni 2011, bertempat
di Aula Jayang Tingang, Kompleks
DPRD Provinsi Kalimantan Tengah,
Palangkaraya, BPK dan Pemerintah
Daerah se-Provinsi Kalimantan
Tengah menandatangani nota
kesepahaman terkait pengembangan
sistem informasi untuk akses
data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Penandatanganan dilakukan
oleh Kepala BPK Perwakilan
Provinsi Kalimantan Tengah Maman
Abdulrachman bersama Gubernur
Kalimantan Tengah Agustin Teras
Narang. Disaksikan oleh Ketua
BPK Hadi Poernomo, Anggota V
BPK Sapto Amal Damandari, Wakil
Gubernur Kalimantan Tengah
Achmad Diran, Ketua DPRD Provinsi
Kalimantan Tengah R. Atu Narang,
Sekretaris Jenderal BPK Hendar
Ristriawan, Auditor Utama Keuangan
Negara VI Abdul Latief, para
pimpinan instansi vertikal Provinsi
Kalimantan Tengah serta Para pejabat
di lingkungan BPK RI.
BPK Kunjungi SAI Myanmar
Pada 30 Juni 2 Juli 2011, BPK
berkunjung ke Supreme Audit
Institution (SAI) Myanmar di Kota
Nay Pyi Taw, Myanmar.
Juli
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Sumsel
Pada 5 Juli 2011, bertempat di
Griya Agung Gubernur, Palembang,
BPK dan 15 pemerintah daerah
se-Provinsi Sumatera Selatan
menandatangani nota kesepahaman
terkait dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi NTT
Pada 8 Juli 2011, bertempat di Aula
El Tari, Komplek Kantor Gubernuran
Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Kupang, BPK dan Pemerintah Daerah
Se-Nusa Tenggara Timur (NTT)
menandatangani nota kesepahaman
terkait dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Penandatanganan dilakukan oleh
Kepala Perwakilan BPK Provinsi NTT
Rudi Irwanto Hamonangan Sinaga
bersama Gubernur Provinsi NTT
Frans Lebu Raya. Disaksikan oleh
53
Ketua BPK Hadi Poernomo, Anggota
I BPK Moermahadi Soerja Djanegara,
Wakil Gubernur Provinsi NTT
Esthon Leyloh Funay, Ketua DPRD
Provinsi NTT Ibrahim Agustinus
Medah, Sekretaris Jenderal BPK
Hendar Ristriawan, Auditor Utama
Keuangan Negara VI Abdul Latief,
pimpinan instansi vertikal Provinsi
NTT, serta para pejabat di lingkungan
BPK RI.
Ketua BPK Hadiri 21st UN/
INTOSAI Symposium di Wina
Pada 12-15 Juli 2011, Ketua
BPK Hadi Poernomo menghadiri
simposium ke-21 United Nation/
International Organization Auditor
Institutions (UN/INTOSAI) di Wina,
Austria.
Pelatihan Audit Investigasi oleh
BPK RI dan JAN Malaysia
Pada 18-22 Juli 2011, BPK RI dan
JAN Malaysia menggelar pelatihan
audit investigasi di Pusdiklat BPK RI
Kalibata, Jakarta.
ANAO Berkunjung ke BPK
Pada 19 22 Juli 2011, melakukan
kunjungan ke BPK.
Technical Meeting Pembentukan
ASEANSAI
Pada 25-27 Juli 2011
diselenggarakan technical meeting
pembentukan ASEAN Supreme Audit
Institutions (ASEANSAI) di Hotel Atlet
Century Park, Jakarta.
Agustus
Ketua BPK Hadiri Pertemuan
Pimpinan Lembaga Negara di
Istana Merdeka
Pada 4 Agustus 2011, Ketua
BPK RI Hadi Poernomo menghadiri
pertemuan dengan Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono dan lima
pimpinan lembaga negara lainnya di
Istana Merdeka, Jakarta.
Silaturahmi dan Buka Puasa
Bersama dengan Media Massa
Pada 12 Agustus 2011, pimpinan
BPK mengadakan acara silaturahmi
dan berbuka puasa bersama dengan
pimpinan dan wartawan media massa
dalam acara Editors Forum bertema
BPK Sinergi, di Kantor Pusat BPK RI,
Jakarta.
Pertemuan Konsultasi antara BPK
dan Panja Sektor Hulu Listrik
Komisi VII DPR
Pada 15 Agustus 2011, Panja
Sektor Hulu Listrik Komisi VII DPR
RI melakukan pertemuan konsultasi
dengan Badan Pemeriksa Keuangan
RI, di Kantor BPK RI, Jakarta.
Rapat Konsultasi antara BPK
dengan Tim Pengawas Century
DPR
Pada 18 Agustus 2011, Badan
Pemeriksa Keuangan RI menggelar
rapat konsultasi dengan Tim
Pengawas Century DPR RI, di Kantor
Pusat BPK, Jakarta.
Ketua BPK Hadiri Acara di MK
Pada 24 Agustus 2011, Ketua BPK
Hadi Poernomo menghadiri acara
deklarasi Zona Anti Korupsi dan
Mempertahankan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian, peluncuran e-Audit dan
Penandatanganan nota kesepahaman,
dan penerapan Program Pengendalian
Gratifkasi di Kantor Mahkamah
Konstitusi, Jakarta.
September
Wakil Ketua Baru Dilantik
Pada 27 September 2011, Wakil
Ketua BPK baru Hasan Bisri dilantik
dengan mengucapkan sumpah jabatan
yang dipandu Ketua Mahkamah
Agung Harifn A Tumpa, di Gedung
Mahkamah Agung, Jakarta.
Hasan Bisri terpilih menjadi
Wakil Ketua BPK periode 2011-2014
melalui sidang Badan Anggota BPK
yang berlangsung pada 7 September
2011 dan ditetapkan dalam Keputusan
Sidang Anggota BPK No.1/K/I-
XIII.2/9/2011. Pria kelahiran Tegal,
8 Mei 1957 ini menggantikan Wakil
Ketua BPK sebelumnya, Herman
Widyananda, yang meninggal dunia
pada 20 Juni 2011.
Oktober
BPK dan JAN Malaysia Adakan
Pertemuan Teknis Audit
Lingkungan
Pada 3-5 Oktober 2011, Badan
Pemeriksa Keuangan RI dan Jabatan
Audit Negara (JAN) Malaysia
mengadakan pertemuan teknis bidang
audit lingkungan di Manado, Sulawesi
Utara.
BPK Sampaikan IHPS I Tahun
2011 kepada DPR dan Presiden
Pada 4 Oktober 2011, BPK
menyampaikan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun
2011 kepada DPR dan Presiden.
Penyampaian IHPS tersebut dilakukan
oleh Ketua BPK RI, Hadi Poernomo,
kepada Ketua DPR, Marzuki Alie, di
Gedung DPR RI dan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, di Istana
54
Negara.
BPK Sampaikan IHPS I Tahun
2011 kepada DPD
Pada 6 Oktober 2011, BPK
menyampaikan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun
2011 kepada Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Penyampaian IHPS
tersebut dilakukan oleh Ketua BPK
RI Hadi Poernomo kepada Ketua
DPD Irman Gusman, dalam Sidang
Paripurna di Gedung Nusantara V
DPR RI, Jakarta.
Senior Ofcials Meeting
Pembentukan ASEANSAI
Pada 13 Oktober 2011, delegasi
badan pemeriksa atau Supreme
Audit Institutions (SAI) dari 10
negara anggota ASEAN mengadakan
pertemuan tingkat pejabat senior
(Senior Ofcials Meeting) dalam
rangka pembentukan ASEAN Supreme
Audit Institutions (ASEANSAI).
Pertemuan yang berlangsung selama
satu hari ini dilaksanakan di Hotel
Crowne Plaza, Jakarta.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Kalsel
Pada 27 Oktober 2011, bertempat
di Auditorium BPK Kantor
Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan, Banjarbaru, BPK dan 12
pemerintah daerah di wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan
menandatangani nota kesepahaman
terkait pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data pada pemerintah provinsi/
kabupaten/kota se-Kalimantan
Selatan dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.
Nota kesepahaman ditandatangani
oleh Kepala Perwakilan BPK
Provinsi Kalimantan Selatan bersama
Gubernur Kalimantan Selatan serta
11 pimpinan pemerintah daerah
kabupaten dan kota se-Kalimantan
Selatan. Disaksikan oleh Ketua BPK
Hadi Poernomo, Ketua DPRD Provinsi
Kalimantan Selatan Nasib Alamsyah,
Sekretaris Jenderal
BPK Hendar
Ristriawan, serta
Auditor Utama
Keuangan Negara
VI BPK Abdul
Latief.
Pertemuan
Konsultasi BPK
dan BAKN DPR
Pada 27 Oktober
2011, Badan
Akuntabilitas
Keuangan Negara
(BAKN) DPR
melakukan pertemuan konsultasi
dengan BPK di Kantor Pusat BPK,
Jakarta.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi Kaltim
Pada 31 Oktober 2011, bertempat
di Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi
Kalimantan Timur, Samarinda, BPK
dan pemerintah daerah se-Provinsi
Kalimantan Timur menandatangani
nota kesepahaman terkait terkait
pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi untuk akses
data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.
Nota kesepahaman yang
ditandatangani oleh Kepala
Perwakilan BPK RI Perwakilan
Provinsi Kalimantan Timur Sri
Haryoso Suliyanto, dengan para
pimpinan daerah. Disaksikan oleh
Ketua BPK RI Hadi Poernomo,
Anggota V BPK RI Sapto Amal
Damandari, Kepala Direktorat Utama
Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan
Negara BPK Nizam Burhanuddin,
Gubernur Kalimantan Timur Awang
Farouk Ishak, Wakil Gubernur
Kalimantan Timur, Pimpinan DPRD,
Forum Komunikasi Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Timur,
Pimpinan instansi vertikal Provinsi
Kalimantan Timur, serta para pejabat
di lingkungan BPK.
Peresmian Gedung Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Kaltim
Pada 31 Oktober 2011, Ketua
BPK Hadi Poernomo meresmikan
Gedung Kantor BPK Perwakilan
Provinsi Kalimantan Timur. Gedung
ini terletak di Jalan M. Yamin No.
19, Samarinda, Kalimantan Timur,
yang dibangun di atas lahan seluas
5.917 meter persegi.
Gedung BPK
Perwakilan Provinsi
Kaimantan Timur
tersebut terdiri
dari tiga lantai
seluas 3.300 meter.
Lantai pertama
digunakan untuk
Ruang Sub Bagian
Hukum dan Humas
dan Ruang Sub
Bagian Umum yang
merupakan satuan
55
kerja yang berhubungan langsung
dengan pelayanan publik. Lantai
dua digunakan untuk Ruang Kepala
Sekretariat Perwakilan, Ruang Sub
Bagian Keuangan, Ruang Sub Bagian
SDM, dan lantai tiga digunakan untuk
Sub Auditorat Kaltim I dan II yang
merupakan satuan kerja pelaksana
tugas pemeriksaan. Selain itu,
gedung ini juga dilengkapi dengan
sarana teknologi informasi yang
dipasang untuk mendukung proses
pemeriksaan.
November
BPK Terpilih Sebagai Ketua
INTOSAI WGEA 2013-2016
Pada 11 November 2011, dalam
acara 11th Steering Commitee Meeting
of International Organization of
Supreme Audit Institutions Working
Group on Environmental Auditing
(INTOSAI WGEA) di Pan Americano
Hotel, Buenos Aires, Argentina,
BPK terpilih sebagai Ketua INTOSAI
WGEA untuk periode 2013 2016.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan State Audit
Ofce of Vietnam
Pada 15 November 2011, BPK
dan State Audit Ofce of Vietnam
menandatangani nota kesepahaman
di bidang audit sektor publik. Nota
kesepahaman kerjasama tersebut
ditandatangani oleh Ketua BPK RI
Hadi Poernomo, dan Auditor General
of Te State Audit Ofce of Vietnam
Mr. Dinh Tien Dung, di Nusa Dua,
Bali.
Acara tersebut dihadiri oleh
Anggota BPK RI Sapto Amal
Damandari dan Bahrullah Akbar,
Deputy Auditor General of Te State
Audit Ofce of Vietnam Mr. Doan
Xuan Tien, Duta Besar Vietnam untuk
Indonesia Mr. Nguyen Xuan Tuy,
serta para pejabat eselon I dan II di
BPK RI.
10 SAI se-ASEAN Sepakati
Pendirian ASEANSAI
Pada 16 November 2011, 10 Ketua
Badan Pemeriksa atau supreme audit
institution negara-negara anggota
ASEAN menandatangani agreement
pendirian ASEAN Supreme Audit
Institutions (ASEANSAI), pada 16
November 2011 di Bali International
Convention Center, Westin Hotel,
Nusa Dua, Bali.
Badan Pemeriksa tersebut adalah
Jabatan Audit Brunei Darussalam,
National Audit Authority of Kingdom
of Cambodia, Te State Audit
Organization of Laos
People Democratic
Republic, Jabatan
Audit Negara
Malaysia, Ofce of
the Auditor General
of the Union, the
Republic of the Union
of Myanmar, Te
Commision on Audit
of the Republic of the
Philippines, Auditor-
Generals Ofce of
Singapore, Ofce of
the Auditor General
of Tailand, State
Audit Ofce of Vietnam, dan BPK RI
sendiri selaku tuan rumah.
Ketua BPK Terpilih Sebagai Ketua
ASEANSAI Pertama
Pada 16 November 2011, setelah
peresmian pendirian ASEANSAI,
dalam sidang pertama ASEANSAI
(ASEANSAI First Assembly) yang
dihadiri oleh 10 ketua badan
pemeriksa se-ASEAN, Ketua BPK
Hadi Poernomo, ditetapkan sebagai
Ketua ASEANSAI pertama pada
periode 2011-2013.
Workshop Qality Assurance
bidang Pemeriksaan Keuangan
Pada 20-30 November 2011, BPK
menyelenggarakan Workshop Qality
Assurance Pemeriksaan Keuangan
di Pusdiklat BPK, Jakarta. Delegasi
Australian National Audit Ofce
(ANAO) menjadi narasumber dalam
Workshop tersebut.
BPK Adakan Forum Bakohumas
Pemerintah
Pada 22 November 2011,
bertempat di Hotel Santika, Jakarta,
BPK mengadakan kegiatan Forum
Badan Koordinasi Kehumasan
Pemerintah (Bakohumas) bertema
BPK dan Keuangan Negara.
BPK Serahkan LHP atas
Kepatuhan Kewajiban Perpajakan
30 Entitas
Pada 22 November 2011,
bertempat di Gedung kementerian
Keuangan, Jakarta, Anggota II BPK
Taufequrachman Ruki menyerahkan
hasil pemeriksaan BPK atas
Kepatuhan Kewajiban Perpajakan
dalam Pengelolaan APBN dan
APBD TA 2010 kepada 30 entitas
yang terdiri dari:11 Kementerian,
9 Pemerintah Provinsi, dan 10
Pemerintah Kabupaten/Kota.
ANAO dan OAG Kunjungi BPK
Pada 24-25 November 2011,
ANAO dan OAG mengunjungi BPK.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Papua Barat
Pada 23 November 2011,
bertempat di Kantor BPK RI
Perwakilan Provinsi Papua
Barat, Manokwari, BPK dan 12
pemda se-Provinsi Papua Barat
menandatangani nota kesepahaman
terkait pengembangan sistem
informasi untuk akses data dalam
56
rangka pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Nota kesepahaman yang
ditandatangani oleh Kepala
Perwakilan BPK RI Perwakilan
Provinsi Papua Barat R. Suyatna,
dengan para pimpinan daerah.
Disaksikan oleh Wakil Ketua BPK
Hasan Bisri, Auditor Utama Keuangan
Negara VI Abdul Latief, Inspektur
Utama Mahendro Sumardjo, Gubernur
Papua Barat yang diwakili Sekretaris
Daerah Papua Barat, Kepala Daerah
dan Pimpinan DPRD se-Papua Barat,
serta para pejabat di lingkungan BPK
RI.
Peresmian Gedung Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Papua Barat
Pada 23 November 2011, Wakil
Ketua BPK Hasan Bisri meresmikan
Gedung Kantor BPK RI Perwakilan
Provinsi Papua Barat yang terletak di
Jalan Sowi Gunung No. 3, Manokwari,
Papua Barat. Dibangun di atas lahan
seluas 7.800 meter persegi. Gedung ini
terdiri dari dua bangunan utama.
BPK Ikuti Workshop di China
Pada tanggal 28-30 November
2011, delegasi BPK mengikuti
Workshop yang diadakan oleh
National Audit Ofce of Te Peoples
Republic Of China (CNAO). Workshop
diadakan di Kantor Pusat CNAO di
Beijing, Cina.
NAA Kamboja Kunjungi BPK
Pada 28 November - 23 Desember
2011, National Audit Authority
(NAA) of the Kingdom of Cambodia
melakukan kunjungan ke BPK.
Kunjungannya itu dimaksudkan untuk
melakukan Study Tour dan program
Secondment.
Desember
Peresmian Gedung Kantor BPK
Perwakilan Provinsi NTB
Pada 1 Desember 2011, Ketua BPK
Hadi Poernomo meresmikan Gedung
Kantor BPK Perwakilan Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), di Mataram.
Acara ini dihadiri oleh Anggota V
BPK Sapto Amal Damandari, Auditor
Utama KN VI Abdul Latief, Sekretaris
Jenderal BPK Hendar Ristriawan,
Gubernur dan Wakil Gubernur
NTB, pimpinan DPRD, dan seluruh
pejabat di lingkungan pemda NTB
dan BPK RI. Gedung ini beralamat
di Jl. Udayana No. 22 Mataram.
Sebelumnya, BPK meminjam gedung
milik Dinas Kehutanan Provinsi NTB.
BPK Tandatangani Nota
Kesepahaman dengan Pemda se-
Provinsi NTB
Pada 1 Desember 2011, bertempat
di Kantor BPK Perwakilan Provinsi
Nusa Tenggara Barat, BPK dan 11
Pemda se-Provinsi Nusa Tenggara
Barat menandatangani Nota
Kesepahaman terkait pengembangan
pengembangan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Nota kesepahaman
yang ditandatangani oleh Kepala
Perwakilan BPK RI Perwakilan
Provinsi NTB Djoni Kirmanto dengan
para pimpinan daerah.
BPK Adakan Seminar Nasional
Tentang Kinerja BPD di Indonesia
Pada 12 Desember 2012, BPK
mengadakan seminar nasional dengan
tema: Kinerja Bank Pembangunan
Daerah (BPD) di Indonesia: Kontribusi
Untuk Pembangunan Daerah.
BPK dan Polri Bahas Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan
Pada 14-16 Desember 2011,
bertempat di Auditorium BPK
Perwakilan Provinsi DKI Jakarta,
BPK dan Polri membahas tindak
lanjut hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan Polri sampai dengan
semester II tahun 2011.
AKN II Adakan Briefng Tentang
Perpajakan
Pada 20 Desember 2011, bertempat
di Ruang Pola, Gedung Arsip, Kantor
Pusat BPK, Auditorat Keuangan
Negara (AKN) II BPK melaksanakan
kegiatan Briefng Peningkatan
Penerimaan Perpajakan dan
Akuntabilitas Pelaporan Perpajakan.
Sebagai narasumber dalam
acara tersebut adalah Anggota II
BPK Taufequrachman Ruki, Dirjen
Pajak Fuad Rahmany, Auditor Utama
Keuangan Negara II BPK Syafri Adnan
Baharuddin, Kepala Dinas Pajak BP
Migas Sukri Usman. Kegiatan ini juga
diikuti oleh pejabat di lingkungan
Dirjen Pajak, BP Migas, dan BPK.
BPK Serahkan Hasil Audit
Investigasi Lanjutan Kasus Bank
Century
Pada 23 Desember 2011, Ketua
BPK Hadi Poernomo menyerahkan
laporan hasil audit investigasi lanjutan
atas kasus Bank Century kepada
Ketua DPR Marzuki Alie di Gedung
Nusantara III, DPR RI, Jakarta.
BPK dan Media Massa Bahas Hasil
Audit Kasus Bank Century
Pada 29 Desember 2011, bertempat
di Kantor Pusat BPK, Jakarta,
Pimpinan BPK bersama pimpinan
media massa cetak dan elektronik
melakukan diskusi membahas hasil
pemeriksaan investigasi lanjutan
kasus Bank Century. Acara ini juga
diikuti oleh para wartawan media
cetak, elektronik, dan online nasional.
Pertemuan BPK dengan Entitas
Penegak Hukum
Pada 29 Desember 2011, BPK
menyelenggarakan pertemuan
untuk memaparkan laporan hasil
pemeriksaan investigasi lanjutan atas
kasus PT Bank Century kepada KPK,
Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan
PPATK di Kantor BPK, Jakarta.
57
58
"
DARI SISI KUALITAS MAUPUN KUANTITAS,
SEBAGIAN BESAR LKKL MEMPEROLEH OPINI WAJAR
TANPA PENGECUALIAN DAN WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN, ATAU SEKITAR 98 PERSEN. ARTINYA,
SECARA UMUM, ADA PERBAIKAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN YANG DITUANGKAN
SECARA WAJAR PADA KEMENTERIAN/LEMBAGA
DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA.
"
59
Laporan Keuangan Entitas
Pada semester I Tahun 2011, BPK telah
memeriksa 455 laporan keuangan entitas.
Jumlah 455 laporan keuangan tersebut terdiri
dari: satu Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) tahun 2010, 83 Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga (LKKL) Tahun 2010,
358 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) tahun 2010, lima LKPD Tahun 2009,
dan delapan Laporan Keuangan Badan Hukum
Milik Negara dan badan lainnya.
Adapun cakupan pemeriksaan
keuangannya meliputi neraca dan laporan
realisasi anggaran (LRA). Untuk neraca,
rinciannya: aset senilai Rp4.926,54 triliun,
kewajiban senilai Rp2.946,94 triliun, dan
ekuitas senilai Rp1.979,58 triliun. Sementara
untuk LRA, rinciannya meliputi: pendapatan
senilai Rp1.361,93 triliun, belanja senilai
Rp1.422,33 triliun, pembiayaan neto senilai
Rp127,26 triliun, dan laba/rugi atau surplus/
defsit badan lainnya senilai negatif Rp20,53
triliun.
Pada semester II Tahun 2011, BPK tidak
lagi memeriksa laporan keuangan pemerintah
pusat dan laporan keuangan kementerian/
lembaga karena sudah dilakukan pada
semester I tahun 2011. Sementara pemeriksaan
LKPD sebagian besar telah dilakukan pada
semester I tahun 2011. Pemeriksaan laporan
keuangan entitas hanya dilakukan pada
158 LKPD tahun 2010 dan delapan laporan
keuangan Badan Usaha Milik Daerah dan
badan lainnya. Sehingga, dalam tahun 2011,
BPK telah memeriksa 516 LKPD tahun 2010
dari 524 pemerintah daerah baik tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota, lima LKPD
tahun 2009, delapan laporan keuangan Badan
Hukum Milik Negara, dan delapan Badan
Usaha Milik Daerah dan badan lainnya.
Cakupan pemeriksaan 158 LKPD pada
semester II tahun 2011 sendiri meliputi
neraca dan laporan realisasi anggaran. Untuk
neraca, terdiri dari aset senilai Rp256,25
triliun, kewajiban senilair Rp2,67 triliun, dan
ekuitas senilai Rp253,57 triliun. Sedangkan
untuk laporan realisasi anggaran terdiri dari
pendapatan senilai Rp100,76 triliun, belanja
senilai Rp98,48 triliun, dan pembayaran neto
senilai Rp10,81 triliun.
Dari semua laporan keuangan entitas
tersebut, BPK memberikan opininya atas
kategori tingkat kewajaran penyajian
laporan keuangan entitas berdasarkan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia,
yaitu: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
Wajar dengan Pengecualian (WDP), Tidak
Wajar (TW/adverse opinion), dan Menolak
Memberikan Pendapat atau Tidak Memberikan
Pendapat (disclaimer/TMP).
BPK memberikan Opini WTP karena
laporan keuangan entitas telah disajikan
dan diungkap secara wajar dalam semua
hal yang material dan informasi keuangan
yang disajikan dapat digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan. Opini WDP
diberikan karena laporan keuangan entitas
telah disajikan dan diungkapkan secara wajar
dalam semua hal yang material, kecuali
untuk dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan, sehingga informasi
keuangan dalam laporan keuangan yang
tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa
dapat digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan.
Opini TW diberikan karena laporan
keuangan entitas tidak disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua hal
60
61
Auditor BPK tak hanya mengamati angka demi angka di sehelai
kertas. Tapi, turun ke lapangan memastikan angka-angka itu
digunakan berdasarkan ketentuan.
62
yang material, sehingga informasi keuangan
dalam laporan keuangannya tidak dapat
digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan. Sedangkan, Tidak Menyatakan
Pendapat atau disclaimer diberikan karena
laporan keuangan entitas tidak dapat diperiksa
sesuai standar pemeriksaan. Dengan kata
lain, pemeriksa tidak yakin bahwa laporan
keuangan entitas tersebut bebas dari kesalahan
penyajian secara material, sehingga informasi
keuangan dalam laporan keuangannya tidak
dapat digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan.
Opini WDP untuk Pemerintah
Pusat
Pada laporan keuangan pemerintah
pusat, BPK memberikan Opini Wajar dengan
Pengecualian (WDP) dengan cakupan
pemeriksaan meliputi neraca, LRA, Laporan
Arus Kas (LAK), dan catatan atas laporan
keuangan. Untuk neraca, terdapat aset senilai
Rp2.423,68 triliun, kewajiban senilai Rp1.796,07
triliun, dan ekuitas senilai Rp627,61 triliun.
Untuk LRA, terdapat pendapatan negara dan
hibah senilai Rp995,27 triliun, realisasi belanja
negara senilai Rp1.042,11 triliun, pembiayaan
neto senilai Rp91,55 triliun, dan defsit
anggaran senilai Rp46,84 triliun.
Pemberian Opini WDP itu, dikarenakan
BPK masih menemukan beberapa
permasalahan. Pertama, pada penagihan,
pengakuan dan pencatatan penerimaan pajak.
Permasalahan muncul karena pengakuan
pendapatan pajak pertambahan nilai
ditanggung pemerintah senilai Rp11,28 triliun
tidak sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai (UU PPN). Penagihan Pajak
Bumi dan Bangunan Minyak dan Gas senilai
Rp19,30 triliun juga tidak menggunakan data
dasar pengenaan pajak yang valid. Selain itu,
transaksi pembatalan penerimaan (reversal)
senilai Rp3,39 triliun tidak dapat ditelusuri
ke data pengganti. Secara umum, data yang
tersedia tidak memungkinkan BPK untuk
menguji kewajaran penerimaan pajak.
Kedua, pencatatan uang muka Bendahara
Umum Negara (BUN) tidak memadai. Hal ini
dikarenakan saldo uang muka dari rekening
BUN yang disajikan pada neraca senilai
Rp1,88 triliun tidak didukung rincian, baik
per jenis pinjaman, per dokumen pencairan
dana talangan, maupun dokumen usulan
pergantiannya (reimbursement).
Hal lainnya, nilai dana talangan dan
penggantian tahun 2009 senilai Rp1,14 triliun
dan tahun 2010 senilai Rp1,43 triliun tidak
dapat diidentifkasi. Selain itu, nilai pengajuan
penggantian senilai Rp2,92 triliun lebih kecil
dibandingkan reimbursement-nya. Atas dasar
itulah, catatan yang ada tidak memungkinkan
BPK menguji kewajaran uang muka BUN dan
pengaruhnya terhadap catatan saldo anggaran
lebih (SAL).
Ketiga, permasalahan dalam pengendalian
atas pencatatan piutang pajak. Hal ini
dikarenakan penambahan piutang menurut
data aplikasi piutang senilai Rp2,51 triliun
PADA LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH
PUSAT, BPK MEMBERIKAN
OPINI WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN (WDP).
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
63
berbeda dengan dokumen sumbernya yaitu
surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
atau surat tagihan pajak (STP). Selain itu,
pengurangan piutang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) senilai Rp1,03 triliun berbeda
dengan penerimaannya. Dengan begitu, data
dan catatan yang ada tidak memungkinkan
BPK untuk menguji kewajaran piutang pajak.
Keempat, permasalahan dalam
pelaksanaan inventarisasi dan penilaian aset
tetap. Permasalah tersebut didasarkan pada
nilai koreksi hasil inventarisasi dan penilaian
aset tetap berbeda dengan hasil koreksi pada
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK BMN) senilai
Rp12,95 triliun. Hal lainnya, aset tetap dengan
nilai perolehan senilai Rp5,34 triliun pada
tujuh kementerian/lembaga belum dilakukan
inventarisasi dan penilaian. Hasil inventarisasi
dan penilaian aset tetap pada empat
kementerian/lembaga senilai Rp56,42 triliun
juga belum dibukukan. Selain itu, Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) belum
dapat mengukur umur manfaat untuk setiap
aset tetap sehingga pemerintah belum dapat
melakukan penyusutan terhadap aset tetap.
Selain keempat permasalahan yang
ditemukan tersebut, BPK juga menemukan
permasalahan pada sistem pengendalian
intern (SPI) dan ketidakpatuhan entitas
pada peraturan perundang-undangan. Dua
hal tersebut, SPI dan ketidakpatuhan atas
peraturan perundang-undangan, termasuk
dalam kriteria objek pemeriksaan laporan
keuangan entitas. Permasalahan dalam SPI
dan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan ini telah diperinci dalam
IHPS BPK Semester I yang telah disampaikan
kepada DPR,DPD, dan Presiden.
Atas permasalahan-permasalahan tersebut,
BPK memberikan rekomendasinya kepada
pemerintah. Rekomendasi-rekomendasi yang
diberikan BPK tersebut, yaitu:
1. Menyempurnakan sistem penetapan,
pencatatan, dan penagihan penerimaan serta
piutang pajak;
2. Melakukan inventarisasi dan
memperhitungkan pada tahun-tahun
berikutnya atas dampak yang diakibatkan
oleh pembayaran PBB Migas serta menagih
kekurangan PPh Migas;
3. Mengupayakan amandemen atas klausul
production sharing contract yang belum
memperhitungkan penerapan tax treaty;
4. Menyempurnakan peraturan terkait
pencatatan hibah yang diterima langsung
kementerian/lembaga;
5. Menertibkan dan menyempurnakan
pengelolaan rekening khusus dan dana
talangan dari rekening Bendahara Umum
Negara;
6. Menyempurnakan pencatatan dan
pengelolaan aset tetap;
7. Memperbaiki metode inventarisasi
dan penilaian dan penatausahaan aset
Kontraktor Kontrak Kerjasama dan aset eks
Badan Penyehatan Perbankan Nasional;
8. Menyempurnakan regulasi dana pegawai
negeri sipil (PNS);
9. Menerbitkan klasifkasi belanja dalam
penyusunan anggaran;
10. Menerapkan sanksi atas keterlambatan
penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dan penggunaannya di luar
mekanisme Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN);
11. Membuat aturan dan kriteria yang
jelas mengenai penentuan alokasi dana
penyesuaian; dan
12. Mengkaji kembali mekanisme pelaksanaan
dan pertanggungjawaban kegiatan
perjalanan dinas.
64
Peningkatan Kualitas dan
Kuantitas LKKL
Pada semester I tahun 2011, LKKL dari sisi
kualitas maupun kuantitas meningkat dengan
signifkan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 83 LKKL tahun 2010 yang diperiksa, BPK
memberikan opini WTP pada 52 LKKL, 29
LKKL mendapat opini WDP, dan hanya dua
LKKL yang mendapat TMP atau BPK tidak
memberikan pendapatnya.

Cakupan pemeriksaan pada 83 LKKL
sendiri meliputi neraca, laporan realisasi
anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Untuk neraca, terdiri dari
aset senilai Rp2.420,05 triliun, kewajiban
senilai Rp1.798,03 triliun, dan ekuitas senilai
Rp622,01 triliun. Untuk laporan realisasi
anggaran, terdiri dari pendapatan negara
dan hibah senilai Rp995, 27 triliun, realisasi
belanja negara senilai Rp1.042,11 triliun, dan
pembiayaan neto senilai Rp91,55 triliun.
Bandingkan LKKL tahun 2009. Jumlah
LKKL yang diperiksa sebanyak 78 LKKL. Dari
78 LKKL tersebut, BPK tidak memberikan
pendapat pada delapan LKKL, 26 LKKL
mendapat opini WDP, dan 44 LKKL mendapat
opini WTP.

Dari sisi kualitas maupun kuantitas,
sebagian besar LKKL memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian dan Wajar dengan
Pengecualian, atau sekitar 98 persen. Artinya,
secara umum, ada perbaikan dan peningkatan
kualitas laporan keuangan yang dituangkan
secara wajar pada kementerian/lembaga
dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah LKKL tahun 2010 yang
diperiksa BPK lebih banyak dibandingkan
tahun 2009. Hal ini disebabkan adanya
penambahan pemeriksaan pada bagian
anggaran yang diperiksa, baik kementerian/
lembaga (KL), non KL, dan Bendahara Umum
Negara. Penambahan LKKL yang diperiksa
yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah, Badan SAR Nasional, dan
Komisi Persaingan Usaha. Penambahan
pemeriksaan bagian anggaran non KL
disebabkan belanja anggaran subsidi dan
belanja lainnya pada tahun 2010 dipecah
menjadi belanja anggaran subsidi dan
belanja lainnya. BPK juga memeriksa laporan
keuangan Bendahara Umum Negara tahun
2010. Sebelumnya, belum diberikan opini
secara utuh, melainkan parsial pada bagian
anggaran tertentu.
Walau adanya perbaikan dalam penyajian
laporan keuangan entitas KL, namun dari sisi
sistem pengendalian intern (SPI) ditemukan
kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan
tersebut ditemukan pada entitas KL yang
sebelumnya mendapat opini WTP, pada tahun
2010 turun menjadi WDP, atau dari WDP
menjadi TMP.
Kasus-kasus kelemahan SPI ini pada
umumnya mencakup tiga hal: kelemahan
sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan;
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja; dan
kelemahan struktur pengendalian intern.
Hasil evaluasi SPI ini menunjukkan 519 kasus
kelemahan SPI. Dari 519 kasus tersebut,
ditemukan 226 kasus kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan. Ada
134 kasus kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja.
Dan, 159 kasus ditemukan karena kelemahan
struktur pengendalian intern.
2011 2011
65
Secara umum, dari 519 kasus tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
pencatatan tidak/belum akurat; sumber daya
manusia yang tidak memadai; perencanaan
yang tidak memadai; entitas KL tidak mentaati
ketentuan dan prosedur; penetapan kebijakan
yang tidak tepat; belum adanya kebijakan
dan perlakuan akuntansi yang jelas; belum
ditetapkannya prosedur kegiatan; belum
adanya koordinasi dengan pihak terkait; dan
lemahnya pengawasan maupun pengendalian.
Atas kasus-kasus kelemahan SPI tersebut,
BPK telah memberikan rekomendasi-
rekomendasinya. Beberapa rekomendasi
yang disampaikan BPK itu diantaranya: agar
pimpinan entitas yang diperiksa memberikan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku; segera
menetapkan prosedur dan kebijakan yang
tepat; meningkatkan koordinasi dengan
pihak terkait dan pembinaan SDM di entitas
KL; melakukan perencanaan dengan lebih
cermat; dan meningkatkan pengawasan serta
pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.
Selain itu, hasil pemeriksaan atas 83 LKKL
tahun 2010 juga menemukan ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kasus ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku
ini sebanyak 731 kasus senilai Rp1,50 triliun
yang meliputi: kerugian negara, potensi
kerugian negara, kekurangan penerimaan,
administrasi, ketidakhematan/pemborosan,
dan ketidakefektifan.
Dalam kasus kerugian negara, ditemukan
235 kasus senilai Rp294,19 miliar. Beberapa
kasus yang mengakibatkan kerugian negara
ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
ketidakmampuan rekanan melaksanakan
pekerjaan sesuai kontrak; pejabat yang
bertanggung jawab lalai dalam melaksanakan
tugasnya; tidak mentaati dan memahami
ketentuan yang berlaku; dan kuasa pemegang
anggaran satuan kerja tidak optimal dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian.
Atas kasus-kasus tersebut BPK memberikan
rekomendasi agar pimpinan KL memberikan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada
pejabat yang bertanggung jawab dan entitas
yang diperiksa mempertanggungjawabkannya
dengan menyetor sejumlah uang ke kas negara
atau mengembalikan barang ke negara melalui
mekanisme pengenaan ganti kerugian negara
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pada kasus potensi kerugian negara,
ditemukan 39 kasus senilai Rp530,72 miliar.
Pada umumnya kasus-kasus ini terjadi
karena pejabat yang bertanggung jawab
lalai dalam melakukan pengamanan atas
pengelolaan aset negara; kurang mentaati
dan memahami ketentuan yang berlaku;
dan kepala satuan kerja lemah dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian.
Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi
tersebut, BPK memberikan rekomendasi: agar
pimpinan instansi memberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang
DARI SISI KUALITAS MAUPUN
KUANTITAS, SEBAGIAN BESAR
LKKL MEMPEROLEH OPINI WAJAR
TANPA PENGECUALIAN DAN WAJAR
DENGAN PENGECUALIAN, ATAU
SEKITAR 98 PERSEN.
...........................................................................................................................................................................
66
OBJEK PEMERIKSAAN BPK PADA SEMESTER I TAHUN 2011
TOTAL PEMERIKSAAN KEUANGAN PEMERIKSAAN KINERJA PDTT
158
10
9
46
459 363
8
89
8
2
61
92
44
9
2
4
PEMERINTAH DAERAH BUMN BUMD BHMN/BLU/LAINNYA PEMERINTAH PUSAT
682
OBJEK
PEMERIKSAAN
460
OBJEK
PEMERIKSAAN
14
OBJEK
PEMERIKSAAN
208
OBJEK
PEMERIKSAAN
PRESENTASE KASUS KERUGIAN
29%
20%
16%
15%
11%
9%
1.852 KASUS/
Rp964,67M
Belanja atau pengadaan barang/jasa fktif
lain-lain
belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas
ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan
Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang
Kekurangan volume pengerjaan dan/atau barang
PRESENTASE KASUS POTENSI KERUGIAN
428 KASUS/
Rp4,53T
32%
32%
20%
16%
piutang /pinjaman atau dana bergulir yang berpotensi
tidak tertagih
Aset tidak diketahui keberadaanya
Aset dikuasai pihak lain
lain-lain
2011 2011
67
bertanggung jawab; melakukan pengamanan
aset; mengupayakan penagihan jaminan
pelaksanaan kepada tujuh Kontraktor Kontrak
Kerjasama untuk mencegah terjadinya
kerugian negara.
Untuk kasus kekurangan penerimaan,
terdapat 118 kasus senilai Rp420,81 miliar.
Kasus kekurangan penerimaan ini, umumnya
disebabkan tidak dipatuhinya ketentuan
berkaitan dengan PNBP; adanya peraturan
daerah yang mengklaim PNBP tersebut
sebagai pendapatan asli daerah (PAD); serta
lemahnya pengawasan dan pengendalian
dari atasan langsung. Atas beberapa kasus
kekurangan penerimaan tersebut, BOK
memberikan rekomendasi kepada pimpinan
KL agar memberikan sanksi kepada pejabat
yang bertanggung jawab dan menyetorkan
kekurangan penerimaan ke kas negara.
Terkait kasus administrasi, menunjukkan
adanya penyimpangan yang bersifat
administrasi sebanyak 269 kasus yang tak
dinilai secara nominal uang. Penyebab dari
kasus administrasi ini umumnya terjadi
karena pejabat yang bertanggung jawab
lalai dalam melakukan tanggung jawabnya;
kurang mematuhi ketentuan yang berlaku;
serta kuasa pengguna anggaran tidak
optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian. Atas kasus-kasus tersebut,
BPK merekomendasikan kepada entitas yang
diperiksa agar mempertanggungjawabkan
secara administratif; mengelola dan
menatausahakan aset sesuai ketentuan; serta
memberikan sanksi kepada pejabat pelaksana
yang bertanggung jawab.
Sementara kasus ketidakhematan atau
pemborosan ditemukan 25 kasus senilai
Rp11,31 miliar. Pada umumnya, kasus ini
diakibatkan pejabat yang bertanggung jawab
tidak mematuhi ketentuan dan kurang cermat
dalam melaksanakan tugas. Atas kasus ini,
BPK merekomendasikan kepada pimpinan
instansi agar memberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang
bertanggung jawab dan lebih cermat dalam
melaksanakan kegiatan.
Sedangkan kasus ketidakefektifan
ditemukan 45 kasus senilai Rp249,72 miliar.
Kasus ini umumnya disebabkan karena
kekurangcermatan bagian perencanaan,
kurang koordinasi, serta kurangnya
pengawasan dan pengendalian penanggung
jawab kegiatan. Atas kasus yang terjadi
ini, BPK memberikan rekomendasi kepada
pimpinan entitas yang diperiksa agar membuat
perencanaan yang memadai; memberikan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku;
meningkatkan pengawasan; dan segera
memanfaatkan hasil pengadaan.
Opini WDP pada LKPD Masih
yang Terbanyak
Pada semester I Tahun 2011, BPK telah
melakukan pemeriksaan terhadap LKPD tahun
2010 sebanyak 358 LKPD dari 524 pemerintah
daerah baik tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Selain itu, BPK juga telah
menyelesaikan pemeriksaan pada lima LKPD
tahun 2009. Lima LKPD tahun 2009 itu berasal
dari tiga LKPD pemerintah daerah tingkat II
di Provinsi Maluku, yaitu LKPD Kabupaten
Kepulauan Aru, Kabupaten Seram Bagian
Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Dua LKPD lainnya adalah LKPD Kabupaten
Memberamo Raya, Provinsi Papua dan
LKPD Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi
Papua Barat. LKPD tahun 2009 tersebut baru
diselesaikan pada semester I tahun 2011 karena
68
LKPD tiga kabupaten di Provinsi Maluku
dan LKPD Memberamo Raya, Provinsi Papua
baru diterima pada semester II tahun 2010.
Sedangkan LKPD Kabupaten Teluk Wondama
diselesaikan setelah ditunda karena status
daerah tersebut force majeure akibat banjir
Wasior.
Cakupan pemeriksaan 358 LKPD itu
meliputi neraca dan laporan realisasi
anggaran. Untuk neraca terdiri dari aset senilai
Rp1.281,03 triliun, kewajiban senilai Rp8,26
triliun, dan ekuitas senilai Rp1.272,75 triliun.
Sementara pada laporan realisasi anggaran,
terdiri dari pendapatan senilai Rp345,22 triliun,
belanja termasuk transfer senilai Rp338,25
triliun, dan pembiayaan neto senilai Rp35,71
triliun.
Dari 358 LKPD tahun 2010, BPK
memberikan opini WTP pada 32 LKPD, WDP
pada 271 LKPD, Tidak Wajar (TW) pada 12
LKPD, dan TMP pada 43 LKPD. Sedangkan
pada lima LKPD tahun 2009, BPK tidak
memberikan pendapat (disclaimer).
Berdasarkan tingkatan pemerintahan
di daerah, pada semester I Tahun 2011,
LKPD tahun 2010 yang mendapatkan opini
WTP diperoleh 15 entitas pemerintahan
daerah tingkat kabupaten, 11 pemerintah
kota, dan enam pemerintah provinsi.
Sementara yang mendapatkan opini WDP
diperoleh 200 pemerintah kabupaten, 51
pemerintah kota, dan 20 pemerintah provinsi.
Sedangkan opini Tidak Wajar diperoleh 10
pemerintah kabupaten dan dua pemerintah
kota, sementara pemerintah provinsi nihil.
Pemerintah daerah yang laporan keuangannya
disclaimer terdapat pada 35 pemerintah
kabupaten, enam pemerintah kota, dan dua
pemerintah provinsi.
Sementara pada semester II Tahun 2011,
BPK memeriksa LKPD tahun 2010 pada 158
LKPD. Sehingga dalam tahun 2011, BPK telah
memeriksa 516 LKPD tahun 2010 dari 524
jumlah pemerintah daerah. Ada 8 pemerintah
daerah yang belum diperiksa BPK. Delapan
daerah yang belum diperiksa BPK ini karena
dua pemerintah daerah tingkat II Kabupaten
Waropen dan Kabupaten Memberamo Raya,
Provinsi Papua, baru menyampaikan laporan
keuangannya kepada BPK pada tahun 2012.
Dua daerah lainnya, Kabupaten Buru Selatan
dan Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi
Maluku, masih dalam proses penyusunan
laporan keuangan. Sedangkan empat daerah
sisanya, merupakan daerah pemekaran baru
di Provinsi Papua, yaitu: Kabupaten Deiyai,
Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Memberamo
tengah, dan Kabupaten Puncak Jaya, belum
wajib menyusun dan menyampaikan laporan
keuangannya.
Cakupan pemeriksaan atas 158 LKPD
tersebut meliputi neraca dan laporan realisasi
anggaran. Untuk neraca terdiri dari aset senilai
Rp256,25 triliun, kewajiban senilai Rp2,67
triliun, dan ekuitas senilai Rp253,57 triliun.
Sedangkan laporan realisasi anggaran terdiri
dari pendapatan senilai Rp100,76 triliun,
belanja senilai Rp98,48 triliun, dan pembiayaan
neto senilai Rp10,81 triliun.
Dari 158 LKPD tahun 2010 itu, dua LKPD
mendapat opini WTP, 70 LKPD mendapat
opini WDP, 14 LKPD mendapat opini
Tidak Wajar dan pada 72 LKPD, BPK tidak
memberikan pendapat alias disclaimer. Dua
LKPD tahun 2010 yang mendapatkan WTP
dalam semester II tahun 2011 itu adalah LKPD
Kota Lhokseumawe, Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, serta LKPD Kabupaten Luwu
2011 2011
69
Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan tingkatan pemerintahan di
daerah, pada semester II tahun 2011, LKPD
yang mendapatkan opini WTP adalah satu
pemerintah kabupaten dan satu pemerintah
kota. Sementara LKPD yang mendapatkan
opini WDP terdiri dari 52 pemerintah
kabupaten, 16 pemerintah kota, dan dua
pemerintah provinsi. Sementara opini
Tidak Wajar masing-masing didapatkan 13
pemerintah kabupaten dan satu pemerintah
kota. Selanjutnya LKPD yang disclaimer
didapatkan 64 pemerintah kabupaten, lima
pemerintah kota, dan tiga pemerintah provinsi.

Secara total, dalam tahun 2011, 516 LKPD
tahun 2010, 34 laporan keuangan entitas
pemerintah daerah mendapat opini WTP.
Sementara, 341 entitas pemerintah daerah
mendapat Opini WDP. BPK memberikan Opini
Tidak Wajar pada 26 laporan keuangan
entitas pemerintah daerah. Dan, pada 115
laporan keuangan pemerintah daerah, BPK
tidak memberikan pendapat atau disclaimer.
Dari catatan ini, maka secara kuantitas,
laporan keuangan entitas pemerintah daerah
sebagian besar mendapatkan opini WDP.
Kemudian disusul oleh pemerintah daerah
yang laporan keuangannya disclaimer.
Setelah itu, pemerintah daerah yang laporan
keuangannya mendapatkan opini WTP.
Sisanya, pemerintah daerah yang laporan
keuangannya mendapat opini Tidak Wajar.
Secara umum, dibandingkan tahun
sebelumnya, ada peningkatan pada
laporan keuangan pemerintah daerah yang
mendapatkan opini WTP dan WDP. Sedangkan
kenaikan terjadi pula pada LKPD yang
mendapat disclaimer. Dan, Opini Tidak Wajar
mengalami penurunan yang cukup signifkan.
Hal ini mencerminkan adanya perbaikan
pada kualitas penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah.
Pada LKPD tahun 2009, jumlah LKPD yang
diperiksa sebanyak 504 LKPD. Dari 504 LKPD,
yang mendapatkan opini WTP sebanyak
15 entitas pemerintah daerah. Sementara
laporan keuangan pemerintah daerah yang
mendapatkan opini WDP sebanyak 330 entitas.
Adapun opini Tidak Wajar didapatkan oleh
48 entitas pemerintah daerah pada laporan
keuangannya. Dan, pada 111 LKPD, BPK tidak
SECARA TOTAL, DALAM TAHUN
2011, 516 LKPD TAHUN 2010, 34
LAPORAN KEUANGAN ENTITAS
PEMERINTAH DAERAH MENDAPAT
OPINI WTP. SEMENTARA, 341
ENTITAS PEMERINTAH DAERAH
MENDAPAT OPINI WDP. BPK
MEMBERIKAN OPINI TIDAK WAJAR
PADA 26 LAPORAN KEUANGAN
ENTITAS PEMERINTAH DAERAH.
DAN, PADA 115 LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH,
BPK TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT
ATAU DISCLAIMER.
...........................................................................................................................................................................
70
memberikan pendapat atau disclaimer.

Laporan keuangan pemerintah
daerah sendiri dievaluasi pada sisi sistem
pengendalian intern dan kepatuhan pada
peraturan perundang-undangan. Pada sisi
kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan ditemukan kerugian daerah, potensi
kerugian daerah, kekurangan penerimaan,
kelemahan atau penyimpangan administrasi,
ketidakhematan atau pemborosan,
ketidakefsienan, dan ketidakefektifan.
Dari sisi sistem pengendalian intern atau
SPI, pada semester I Tahun 2011, sekitar
15 persen LKPD tahun 2010 yang masih
mendapatkan opini TMP dan Tidak Wajar
menunjukkan belum optimalnya efektivitas
SPI pemerintah daerah.
Hasil evaluasi SPI terhadap 358 LKPD
ditemukan 3.397 kasus kelemahan SPI. Dari
3.397 kasus tersebut, 1.401 kasus karena
kelemahan sistem pengendalian akuntansi
dan pelaporan. Lalu, 1.368 kasus karena
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja. Dan, 628
kasus karena kelemahan struktur pengendalian
intern.
Kasus-kasus kelemahan SPI tersebut, secara
umum, terjadi karena pejabat yang berwenang
belum menyusun dan menetapkan kebijakan
yang formal untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur. Kemudian, para pejabat
atau pelaksana yang bertanggung jawab juga
kurang cermat dalam melakukan perencanaan
dan pelaksanaan tugas. Selain itu, pejabat yang
bertanggung jawab lemah dalam melakukan
pengawasan maupun pengendalian kegiatan
dan belum sepenuhnya memahami ketentuan
dan belum adanya koordinasi dengan pihak-
2011 2011
71
pihak terkait.
Atas kasus-kasus tersebut, BPK
memberikan rekomendasi agar pejabat
yang berwenang segera menyusun dan
menetapkan kebijakan formal atas suatu
prosedur atau keseluruhan prosedur. Kepala
daerah juga harus meningkatkan pengawasan
serta pengendalian dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan serta meningkatkan
koordinasi dengan pihak terkait. Selain
itu, pejabat yang bertanggung jawab
agar melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pemberian sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang
bertanggung jawab juga perlu dilakukan.
Pada sisi kepatuhan terhadap perundang-
undangan, hasil pemeriksaan terhadap
358 LKPD tahun 2010 juga menemukan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan sebanyak 4.551 kasus
senilai Rp5,28 triliun. Dari 4.551 kasus tersebut,
kasus yang menimbulkan kerugian daerah
sebanyak 1.197 kasus senilai Rp376,9 miliar;
313 kasus menimbulkan potensi kerugian
daerah senilai Rp3,2 triliun, kekurangan
penerimaan sebanyak 857 kasus senilai
Rp478,1 miliar, ketidakhematan sebanyak 144
kasus senilai Rp73,2 miliar, ketidakefsienan
sebanyak dua kasus senilai Rp1,3 miliar,
264 kasus ketidakefektifan senilai Rp1,068
triliun, dan 1.774 kasus karena permasalahan
administrasi yang tidak ada taksiran nilai
kerugiannya.
Sementara LKPD tahun 2009 yang diperiksa
BPK pada semester I tahun 2011, terdapat
kerugian daerah diantaranya terjadi di
Kabupaten Memberamo Raya, Provinsi Papua.
Kasusnya adalah pekerjaan pembangunan
kantor bupati dan sekretariat daerah senilai
72
Rp5,93 miliar dan pekerjaan pembangunan
kantor DPRD tahun anggaran 2008 senilai
Rp7,09 miliar tidak dilaksanakan dan
dikontrakkan kembali dari awal kegiatan pada
tahun anggaran 2009 kepada rekanan yang
sama.
Pada semester II tahun 2011, hasil evaluasi
SPI pada 158 LKPD, ditemukan 1.796 kasus
kelemahan SPI. Temuan 1.796 kasus tersebut
terdiri dari 805 kasus karena kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan; 683
kasus karena kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja;
dan 308 kasus karena kelemahan struktur
pengendalian intern. Penyebab dari kasus
ini dan rekomendasi BPK atas kasus tersebut
sama seperti pada hasil pemeriksaan semester
I tahun 2011.
Dari sisi kepatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan, ditemukan 2.585 kasus
senilai Rp1,72 triliun. Dari 2.585 kasus tersebut,
971 kasus karena masalah administrasi
yang tak ada nilai kerugiannya. Selebihnya
terdapat nilai kerugiannya, yaitu: 763 kasus
yang menimbulkan kerugian daerah senilai
Rp555,55 miliar; 125 kasus menimbulkan
potensi kerugian daerah senilai Rp406,96
miliar; 481 kasus menimbulkan kekurangan
penerimaan senilai Rp260,76 miliar; 104 kasus
menimbulkan ketidakhematan senilai Rp174,16
miliar, dan ketidakefektifan sebanyak 141
kasus senilai Rp328,73 miliar.

Disclaimer pada Dua LK BHMN
dan Badan lainnya
Pada semester I tahun 2011, BPK
melakukan pemeriksaan terhadap delapan
laporan keuangan (LK) Badan Hukum Milik
Negara (BHMN) dan badan lainnya. Kedelapan
laporan keuangan BHMN dan badan lainnya
tersebut, yaitu: LK Badan Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas)
tahun 2008, LK Bank Indonesia tahun 2010,
LK Konsolidasi Project Management Ofce of
Asian Development Bank on Earthquake and
Tsunami Emergency Support Project (PMO ADB
ETESP) Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BPPN) tahun 2010, LK Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) tahun 2010, LK
Pusat Investasi Pemerintah (PIP) tahun
2010, LK Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(STAN) tahun 2010, LK Loan ADB 2575-
INO pada Rural Infrastructure Support to the
PNPM Mandiri Project 2 Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
(Loan ADB 2575-INO) tahun 2010, dan LK
Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Badan
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun
2010.
Cakupan pemeriksaan atas LK BHMN dan
badan lainnya ini meliputi neraca, laporan
laba-rugi, laporan realisasi anggaran atau
laporan surplus (defsit) atau laporan aktivitas,
laporan perubahan ekuitas dan rasio modal,
dan laporan arus kas.
Atas kedelapan LK BHMN dan badan
lainnya yang diperiksa tersebut, BPK
memberikan opini Tidak Memberikan
Pendapat pada dua entitas, yaitu BPIH dan
LPS. Enam LK entitas lainnya mendapatkan
Opini WTP.
Selain pemberian opini, BPK juga
melakukan pemeriksaan atas kedelapan LK
itu dengan melihat sisi SPI dan kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pada sisi SPI, BPK menemukan
41 kasus kelemahan SPI. Dari 41 kasus
tersebut, 11 kasus karena kelemahan sistem
2011 2011
73
pengendalian akuntansi dan pelaporan, tujuh
kasus karena kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,
dan 23 kasus karena kelemahan struktur
pengendalian intern.
Penyebab kasus-kasus tersebut, umumnya,
karena pejabat yang bertanggung jawab
tidak mematuhi ketentuan dan peraturan
yang berlaku serta lemahnya pengawasan
dan pengendalian pimpinan BHMN dan
badan lainnya. Atas kasus-kasus itu, BPK
merekomendasikan agar pimpinan BHMN
dan badan lainnya memberikan sanksi kepada
pihak yang bersalah atas kelalaiannya tidak
mematuhi ketentuan yang berlaku serta
meningkatkan pengawasan dan pengendalian.
Pada sisi kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, ditemukan
41 kasus yang menimbulkan kerugian
negara/perusahaan, potensi kerugian negara/
perusahaan, kekurangan penerimaan,
masalah administrasi, ketidakhematan, dan
ketidakefektifan. Nilai nominal dari 41 kasus
tersebut ditaksir sebesar Rp14 triliun dan
USD201,05 ribu atau ekuivalen dengan Rp1,72
miliar.
Terjadinya kasus pada kepatuhan
perundang-undangan tersebut, umumnya
disebabkan pejabat yang bertanggung jawab
lalai dalam mentaati ketentuan yang berlaku,
tidak cermat dan belum optimal dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Atas dasar itu, BPK merekomendasikan
agar pimpinan BHMN dan badan lainnya
memberikan sanksi kepada pejabat yang
bertanggung jawab serta lebih cermat dan
optimal dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab. BPK juga merekomendasikan
agar entitas mempertanggungjawabkan kasus
kerugian negara/perusahaan dan kekurangan
penerimaan negara/perusahaan dengan
menyetor ke kas negara/perusahaan.
Lima BUMD Hanya Satu WTP
Sementara untuk semester II tahun 2011,
BPK melakukan pemeriksaan pada delapan
laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan badan lainnya. Delapan laporan
keuangan BUMD dan lainnya ini terdiri
dari lima entitas: PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, PDAM Kota Padang,
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Dana Abadi
Umat, dan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (BP Batam) atau dahulu dikenal dengan
nama Otorita Pengembangan Daerah Industri
Pulau Batam.
Dari kelima entitas ini, laporan keuangan
yang diperiksa BPK pada semester II tahun
2011 adalah LK PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang tahun 2010, LK PDAM
Kota Padang tahun 2010, LK Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(BP Migas) tahun 2009 dan 2010, LK Dana
Abadi Umat tahun 2008, 2009, dan 2010, dan
LK Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam)
tahun 2010. Adapun cakupan pemeriksaan
atas delapan LK BUMD dan badan lainnya ini
meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan
realisasi anggaran atau laporan surplus (defsit)
atau laporan aktivitas, laporan perubahan
ekuitas dan rasio modal, dan laporan arus kas.
Hasil dari pemeriksaan BPK atas kedelapan
laporan keuangan BUMD dan badan lainnya
itu, hanya ada satu entitas pada dua laporan
keuangannya, tahun 2009 dan 2010, yang
mendapatkan opini WTP, yaitu Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (BP Migas). Bahkan, pada tahun
2008, entitas ini juga mendapat opini WTP.
74
Dari Pemondokan sampai Katering
Salah satu pemeriksaan kinerja yang dilakukan
pada semester I tahun 2011, dan mendapat sorotan luas
dari masyarakat adalah pemeriksaan kinerja terhadap
penyelenggaraan ibadah haji tahun 1431 H/2010 mencakup
penilaian atas efektivitas pengelolaan pelayanan pemondokan,
transportasi darat, dan katering.
Pada pelayanan pemondokan, BPK berpendapat bahwa
penyelenggara ibadah haji telah berupaya untuk meningkatkan
pelayanan pemondokan jemaah haji di Arab Saudi, khususnya
di Mekkah. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan
penyewaan pemondokan lebih awal dari tahun sebelumnya.
Tujuannya, agar mendapatkan pemondokan yang letaknya
dekat dengan Masjidil Haram dengan harga terjangkau sesuai
plafon dan memenuhi kriteria pemondokan.
Hanya saja karena adanya perluasan Masjidil Haram yang
telah dimulai sejak musim haji tahun-tahun sebelumnya, dan
masih berlangsung, telah menggusur gedung dan hotel-hotel
yang biasa digunakan untuk menampung jemaah haji. Kondisi
ini berdampak pada melambungnya harga sewa pemondokan.
Akibatnya, penyelenggara ibadah haji mengalami kesulitan
untuk memperoleh pemondokan di wilayah Ring I yang
berjarak di bawah 2000 m dari Masjidil Haram. Kesulitan
tersebut karena terbatasnya plafon harga sewa perumahan
yang telah ditetapkan pemerintah.
Plafon pemondokan sendiri masih perkiraan karena plafon
resmi belum ditetapkan DPR saat penyelenggara ibadah haji
melalui tim perumahan melakukan penyewaan pemondokan
lebih awal. Selain itu, penetapan jarak pemondokan ke
Masjidil Haram di Mekkah yang terbagi dalam Ring I
dan Ring II, pada tahun 1429H/2008, 1430H/2009, dan
1431H/2010 mengalami perubahan. Sayangnya, perubahan
jarak tersebut belum disosialisasikan kepada calon jemaah
haji.
Permasalahan pemondokan ini, secara umum, disebabkan
Direktur Pelayanan Haji belum mengusulkan pedoman
penyewaan yang mengatur lebih rinci mengenai mekanisme
pengambilan keputusan penyewaan perumahan pada saat
proses peninjauan lapangan, proses negosiasi, dan penetapan
harga akhir yang menetapkan komposisi maupun jumlah tim
yang hadir. Hal serupa juga pada pembentukan tim untuk
menyusun database perumahan yang belum dilakukan.
Atas permasalahan ini, BPK merekomendasikan kepada
Menteri Agama selaku koordinator penyelenggaraan
ibadah haji agar memerintahkan kepada Direktorat J enderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh (Ditjen PHU) untuk
menyempurnakan pedoman penyewaan perumahan/
pemondokan; membentuk tim penyusun database perumahan
di wilayah Makkah dan Madinah; dan menetapkan dan
mensosialisasikan petunjuk atau edaran kepada jemaah haji
terkait dengan perubahan jarak pemondokan berikut hak yang
dimiliki dan kewajiban yang dipenuhi jemaah haji.
Selain pemondokan, masalah pelayanan transportasi
juga menjadi bagian dari pemeriksaan kinerja BPK atas
penyelanggaraan ibadah haji tahun 1431 H/2010. Hasilnya
ada beberapa temuan. Pertama, tugas pengendalian dan
pengawasan angkutan jemaah haji di Mekkah oleh Tim
Penyiapan Angkutan J emaah Haji di Mekkah tumpang tindih
dengan bidang transportasi daerah kerja (Daker) Mekkah.
Kedua, petunjuk pelaksanaan pelayanan transportasi
belum disusun dan ditetapkan. Akibatnya peran dan
tanggung jawab petugas transportasi tidak dapat diukur
dan menyulitkan petugas transportasi dalam memahami
tugasnya yang berpotensi terjadinya ketidakseragaman dalam
pelayanan transportasi kepada jemaah.
Ketiga, pelayanan transportasi terhadap perumahan
yang lokasinya jauh dari titik penjemputan belum optimal.
Akibatnya, ada gangguan pelayanan yang diberikan kepada
jemaah dan menimbulkan kelelahan fsik, khususnya bagi
jemaah usia lanjut/sakit.
Temuan atas kelemahan pelayanan transportasi tersebut,
secara umum, disebabkan ketidakjelasan pembagian tugas
dan belum adanya petunjuk pelaksanaan transportasi
darat. Dengan permasalahan yang muncul pada pelayanan
transportasi tersebut, BK merekomendasikan kepada Menteri
Agama selaku koordinator penyelenggaraan ibadah haji untuk
memerintahkan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh
agar menyempurnakan uraian tugas tim penyiapan angkutan
jemaah haji di Mekkah; menyusun petunjuk pelaksanaan
pelayanan transportasi darat dan memberikan pelatihan
kepada para petugas secara intensif; dan meningkatkan
pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan pelayanan
transportasi darat dengan memperhatikan beban kerja petugas
transportasi.
Untuk masalah pelayanan katering, ada beberapa
temuan dari hasil pemeriksaan kinerja BPK. Pertama, Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama
belum memiliki pedoman formal yang merinci tata cara
tentang pembentukan dan pembagian tugas tim pengadaan
beserta tim pendukungnya, serta belum ada pedoman formal
mengenai evaluasi dan penilaian penyedia katering.
Dua hal itu menimbulkan potensi terbentuknya
tim dengan susunan anggota yang tidak sesuai dengan
tujuannya; adanya tumpang-tindih pelaksanaan tugas dan
ketidakseimbangan pembagian tugas antar personil tim;
serta penunjukan perusahaan penyedia katering kurang dapat
diyakini.Selain itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
di Arab Saudi tidak konsisten menerapkan pemberian sanksi
blacklist terhadap perusahaan katering yang wanprestasi. Hal
ini mengakibatkan adanya potensi terulangnya pelanggaran
atau wanprestasi di kota lain.
Atas permasalahan ini, BPK merekomendasikan kepada
Menteri Agama selaku koordinator penyelenggaraan
ibadah haji agar memerintahkan Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umroh untuk menetapkan pedoman tata cara
pembentukan dan pembagian tugas tim pengadaan beserta
tim pendukungnya, tata cara evaluasi dan penilaian penyedia
katering, dan petunjuk pelaksana petugas katering. Selain
itu, kepada Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh agar
memberikan sanksi blacklist yang berlaku untuk seluruh kota
perhajian bagi penyedia katering yang wanprestasi.
2011 2011
75
Sementara keempat entitas lainnya mendapat
opini WDP untuk tahun 2009 dan 2010. Untuk
PDAM Kota Padang, laporan keuangannya
pada 2008, malah BPK tak memberikan
pendapat atau disclaimer. Sedangkan untuk
PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang, pada tahun 2009 diperiksa oleh
KAP S.Mannan, Wahyudi dan Rekan yang
bekerja untuk dan atas nama BPK, dan tahun
2008 diperiksa oleh BPKP Perwakilan DKI
Jakarta yang juga digunakan untuk dan atas
nama BPK.
Dari sisi sistem pengendalian intern (SPI),
hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
kelima entitas BUMD dan badan lainnya
menunjukkan ada 73 kasus kelemahan SPI.
Kelemahan SPI dengan temuan 73 kasus ini
dikelompokan ke dalam tiga kategori. Pertama,
kelemahan sistem pengendalian akuntansi
dan pelaporan sebanyak 39 kasus. Kedua,
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja sebanyak
20 kasus. Dan, ketiga, kelemahan struktur
pengendalian intern sebanyak 14 kasus.
Penyebab dari kelemahan SPI itu,
umumnya, karena pejabat yang bertanggung
jawab tidak mematuhi ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Selain itu, lemahnya
pengawasan serta pengendalian pimpinan
BUMD dan badan lainnya.
Atas temuan kasus-kasus kelemahan SPI
ini, BPK merekomendasikan kepada pimpinan
BUMD dan badan lainnya agar menegur
pihak yang bersalah atas kelalaiannya tidak
mematuhi ketentuan, serta pimpinan BUMD
diminta untuk meningkatkan pengawasan.
Pada sisi kepatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan, pemeriksaan terhadap
laporan keuangan pada kedelapan laporan
keuangan pada lima entitas BUMD dan badan
lainnya itu, ditemukan kasus ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan.
Temuan tersebut mengakibatkan kerugian
negara/daerah/perusahaan, potensi kerugian
negara/daerah/perusahaan, kekurangan
penerimaan negara/perusahaan, masalah
administrasi, ketidakhematan, dan
ketidakefektifan.
Temuan kasus ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan sendiri
berjumlah 53 kasus senilai Rp15,59 miliar.
Dari Rp15,59 miliar tersebut, tiga kasus senilai
Rp75,20 juta mengakibatkan kerugian negara/
daerah/perusahaan milik negara atau daerah.
Potensi kerugian negara/daerah/perusahaan
milik negara atau daerah sebanyak lima kasus
senilai Rp2,448 miliar. Lima kasus senilai
Rp1,539 miliar mengakibatkan kekurangan
penerimaan. Sebanyak 32 kasus masalah
administrasi yang tidak dinilai nominalnya.
Empat kasus senilai Rp3,861 miliar
mengakibatkan ketidakhematan. Dan, yang
mengakibatkan ketidakefektifan sebanyak
empat kasus senilai Rp7,668 miliar.
Penyebab dari kasus-kasus ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan
tersebut, umumnya karena pejabat yang
bertanggung jawab lalai dalam mentaati
ketentuan yang berlaku, tidak cermat dan
belum optimal dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab. Atas temuan kasus-kasus
tersebut, BPK merekomendasikan agar para
pejabat untuk lebih mentaati ketentuan, lebih
cermat dan optimal dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab.
Secara umum, atas kasus-kasus
ketidakpatuhan terhadap ketentuan
76
TOTAL PEMERIKSAAN KEUANGAN PEMERIKSAAN KINERJA
TABEL 1. OBJEK PEMERIKSAAN BPK PADA SEMESTER II TAHUN 2011
PEMERINTAH DAERAH BUMN BUMD BHMN/BLU/LAINNYA PEMERINTAH PUSAT
30,06%
17,43%
15,44%
7,76%
29,41%
363
1
28
36
56
30
29
19
9
190
158
6 2
557
26
37
67
220
PDTT
927
OBJEK
PEMERIKSAAN
166
OBJEK
PEMERIKSAAN
143
OBJEK
PEMERIKSAAN
618
OBJEK
PEMERIKSAAN
PRESENTASE KASUS KERUGIAN
PRESENTASE KASUS POTENSI KERUGIAN
Lain-lain
Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas
ganda, fktif, dan atau melebihi standar yang ditetapkan
Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang
Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
24,46%
13,78%
22,45%
39,32%
Lain-lain
Aset dikuasai pihak lain
Piutang/pinjaman atau dana bergulir yang berpotensi tidak
tertagih
Ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan kontrak, namun
pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau
seluruhnya
646 KASUS/
Rp6,61T
12.612 KASUS/
Rp20,25T
2011 2011
77
perundang-undangan tersebut, BPK
merekomendasikan agar pejabat terkait untuk
lebih mentaati ketentuan serta lebih cermat
dan optimal dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab.

157 Objek Pemeriksaan Kinerja
Selain laporan keuangan, BPK juga
memiliki tugas memeriksa kinerja entitas.
Tujuannya untuk mengukur aspek
keekonomisan, efsiensi, dan efektivitas kinerja
entitas, sesuai objek yang diperiksa.
Dalam tahun 2011, BPK telah melakukan
pemeriksaan atas 157 objek pemeriksaan.
Pemeriksaan kinerja paling banyak dilakukan
pada semester II tahun 2011, yaitu sebanyak
143 objek pemeriksaan. Sementara pada
semester I tahun 2011, pemeriksaan kinerja
hanya dilakukan pada 14 objek pemeriksaan.

Pada semester I tahun 2011, BPK
melakukan pemeriksaan kinerja pada 14 objek
pemeriksaan. Dari 14 objek pemeriksaan
kinerja itu, delapan objek di lingkungan
pemerintah pusat, empat objek di lingkungan
pemerintah daerah, dan dua objek di
lingkungan BUMN.
Ada beberapa objek pemeriksaan kinerja
yang dilaksanakan BPK pada semester I tahun
2011 itu, yaitu:
1. Pemeriksaan atas penyelenggaraan ibadah
haji tahun 1431 H atau tahun 2010 untuk
menilai efektivitas pengelolaan pelayanan
pemondokan, transportasi darat, dan
katering. Pemeriksaan dilakukan di
Kementerian Agama Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
pemondokan, transportasi darat, dan
katering di Mekkah, Madinah, dan hotel
transit di Jeddah;
2. Pemeriksaan kinerja rumah sakit.
Pemeriksaan dilakukan di Badan Layanan
Umum Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita Jakarta, pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Langsa Kota Langsa, RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, dan RSUD
Kabupaten Buru, Provinsi Maluku;
3. Pemeriksaan kinerja bea dan cukai.
Pemeriksaan atas kegiatan audit kepabeanan
dan cukai tahun 2002 dan 2010 pada Kantor
Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) Jakarta di Jakarta dan
Kanwil DJBC Jawa Timur I di Surabaya.
Pemeriksaan juga dilakukan pada pelayanan
dan penatausahaan penyelesaian impor
barang kiriman melalui perusahaan jasa
titipan dan Kantor Tukar Pos Udara
tahun anggaran 2009 dan 2010 pada
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai (KPPBC) tipe Madya Pabean
Soekarno-Hata di Tangerang. Selain itu,
pemeriksaan dilakukan pada pelayanan dan
penatausahaan pengeluaran barang impor
untuk dipakai dari tempat penimbunan
sementara (TPS) tahun anggaran 2009
dan 2010 pada KPPBC tipe Madya Pabean
Belawan di Medan;
4. Pemeriksaan terkait efektivitas pengelolaan
kajian pada program penataan kelembagaan
dan ketatalaksanaan pada Lembaga
Administrasi Negara (LAN) di Jakarta,
Bandung, dan Makassar;

5. Pemeriksaan kinerja program penataan
kelembagaan dan ketatalaksanaan pada
Deputi Ekonomi dan Deputi Kemiskinan,
78
Dana Otsus Papua:
Ditemukan 218 Kasus Senilai 281,07 Miliar
Melalui jalan yang panjang dan berliku, bersama dengan
Aceh, Papua dijadikan suatu daerah otonomi khusus.
Tujuannya untuk mengurangi kesenjangan dengan daerah lain,
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, dan mempercepat
pembangunan. Dengan keluarnya UU No.21 Tahun 2001,
maka secara legal formal, Provinsi Papua ditetapkan sebagai
daerah otonomi khusus. Provinsi Papua Barat sendiri yang
merupakan pemekaran dari Provinsi Papua juga ditetapkan
sebagai daerah otonomi khusus dengan keluarnya UU No.35
Tahun 2008.
Dengan penetapan daerah otonomi khusus ini, maka
Papua pun memperoleh dana dari Pemerintah Pusat yang
disebut dengan dana otonomi khusus atau dana otsus. Secara
keseluruhan, dalam kurun 2002-2010, Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat mendapatkan dana otsus mencapai
Rp28,84 triliun. Dari jumlah tersebut, Pemerintah Provinsi
Papua memperoleh dana otsus sebesar Rp14,52 triliun.
Sedangkan untuk pemerintah kabupaten dan kota di wilayah
Provinsi Papua mendapatkan Rp10,84 triliun. Adapun alokasi
dana otsus untuk Provinsi Papua Barat baru didapat sejak
tahun 2009. Dari 2009-2010, Pemerintah Provinsi Papua
Barat mendapatkan dana otsus mencapai Rp1,94 triliun.
Sementara alokasi dana otsus untuk pemerintah kabupaten
dan kota di Provinsi Papua Barat sebesar Rp1,53 triliun.
Dengan uang negara yang besar itu, pada semester I
tahun 2010, BPK melakukan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu pada entitas di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat terkait dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban
dana otsus. Hasilnya, ada temuan sebanyak 218 kasus senilai
Rp281.075,41 juta dengan cakupan pemeriksaan senilai
Rp6,27 triliun dari realisasi anggaran sebesar Rp20,34 triliun.
Dari entitas-entitas yang diperiksa, BPK menekankan
pemeriksaan untuk menilai SPI dalam pengelolaan dana
otsus; kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pengelolaan
dana otsus; ketepatan jumlah, waktu dan rekening penyaluran
dana otsus dari pemerintah pusat ke dua provinsi di Papua
dan penyalurannya ke daerah tingkat II; dan kesesuaian
penggunaan, pertanggungjawaban dan pemanfaatan dana
otsus terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
Hasil dari pemeriksaan SPI, ditemukan 75 kasus
kelemahan SPI. Kelemahan SPI ini umumnya terjadi karena
para pejabat atau pelaksana yang bertanggung jawab atas dana
otsus ini kurang cermat dalam melakukan perencanaan dan
pelaksanaan tugas, lemah dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian kegiatan, dan belum sepenuhnya memahami
ketentuan serta belum adanya koordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
Dalam hal ketidakpatuhan terhadap ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku, terdapat 218 kasus
senilai Rp281,07 miliar yang mengakibatkan kerugian
daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan,
masalah administrasi, ketidakhematan, ketidakefektifan, dan
ketidakefsienan. Rincian temuan BPK pada pemeriksaan
dana otsus Papua ini telah disajikan dalam IHPS dan LHP
Semester I Tahun 2011.
2011 2011
79
Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) pada Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/
Bapenas);
6. Pemeriksaan kinerja pelayanan pendidikan
pada Pemerintah Kota Ambon dan instansi
terkait tahun anggaran 2008, 2009, dan 2010;

7. Pemeriksaan kinerja kegiatan transportasi
dan antaran kiriman pos PT Pos Indonesia
(Persero) tahun 2009 dan 2010 (sampai
dengan Oktober) di Bandung dan Jakarta;
8. Pemeriksaan kinerja pada PT Jasa Raharja
(Persero).
Sementara pada semester II tahun 2011,
objek pemeriksaan kinerja lebih banyak
lagi: 143 objek pemeriksaan. Dari 143 objek
pemeriksaan kinerja tersebut, 30 objek
pemeriksaan dilakukan di lingkungan
pemerintah pusat, 56 objek pemeriksaan di
lingkungan pemerintah daerah, sembilan
objek pemeriksaan di lingkungan BUMN, 29
objek pemeriksaan di lingkungan BUMD, dan
19 objek pemeriksaan di lingkungan Badan
Layanan Umum (BLU). Objek pemeriksaan
pada pemeriksaan kinerja semester II 2011
memang lebih banyak dikarenakan BPK, pada
semester II tahun 2011, lebih menitikberatkan
tugasnya pada pemeriksaan kinerja.
Secara garis besar, pemeriksaan kinerja
tersebut dilakukan atas: pelayanan kesehatan
rumah sakit dan dinas kesehatan, pengelolaan
perusahaan daerah air minum (PDAM),
pengelolaan pendidikan, upaya pengendalian
korupsi, program konversi minyak tanah
(mitan) ke liquied petroleum gas (LPG),
efektivitas pengendalian pertumbuhan
penduduk, penetapan formasi dan pengadaan
pegawai negeri sipil (PNS), efektivitas
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan
monitoring dalam kegiatan bisnis perbankan,
serta pemeriksaan kinerja lainnya.
Pemeriksaan kinerja lainnya ini terdiri dari
21 objek pemerintah di lingkungan pemerintah
pusat, enam objek pemeriksaan di lingkungan
pemerintah daerah, enam objek pemeriksaan
di lingkungan pemerintah daerah, enam
objek pemeriksaan BUMN, dan satu objek
pemeriksaan BUMD.
Hasil pemeriksaan kinerja atas objek-
objek tersebut mengungkapkan adanya
ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian senilai Rp31,12 miliar dan USD
10,84 juta yang ekuivalen dengan Rp98,35
miliar. Sehingga total keseluruhan mencapai
Rp129,47 miliar. Selain itu, terdapat potensi
kerugian senilai Rp3,64 miliar dan kekurangan
penerimaan senilai Rp39,59 miliar.
Atas kasus-kasus yang mengakibatkan
kerugian tersebut, ada yang telah
ditindaklanjuti. Seperti Kementerian Pekerjaan
Umum yang menyetor ke kas negara sebesar
Rp124,09 juta. Sementara kasus-kasus yang
mengakibatkan potensi kerugian, salah
satunya Kementerian Kelautan dan Perikanan
telah menyetor ke kas negara sebesar
Rp698,60 juta. Untuk kasus-kasus kekurangan
penerimaan, salah satunya, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah menyetor ke kas
negara sebesar Rp513,95 juta.

208 Objek PDTT dan PDTT pada
618 entitas
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
(PDTT) merupakan pemeriksaan yang
menjadi salah satu wewenang dan tugas BPK,
80
selain pemeriksaan laporan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Tujuannya memberikan
simpulan atas objek yang diperiksa. Tapi,
tidak memberikan opini ataupun memberikan
penilaian kinerja. Hanya lebih bersifat
pengujian, reviu, dan prosedural yang telah
disepakati. Walau begitu, secara umum, PDTT
ini bersifat memberikan simpulan.
Dengan kata lain, PDTT ini adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan
dan pemeriksaan kinerja.Termasuk dalam
pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah
pemeriksaan investigatif. Berdasarkan Pasal 13
UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, pemeriksaan investigatif ini bertujuan
untuk mengungkap ada-tidaknya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur
pidana.

Pada semester I tahun 2011, BPK melakukan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT)
atas 208 objek pemeriksaan. Sebanyak 208
objek pemeriksaan tersebut terdiri dari 61
objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah
pusat, 92 objek pemeriksaan di lingkungan
pemerintah daerah, 44 objek pemeriksaan
di lingkungan BUMN, sembilan objek
pemeriksaan di lingkungan BUMD, dan dua
objek pemeriksaan di lingkungan BHMN/
BLU/badan lainnya. Cakupan pemeriksaan 208
objek pemeriksaan itu senilai Rp207,64 triliun.
Adapun hasil pemeriksaannya
dikategorikan dalam beberapa bidang, yaitu:
pengelolaan dan pertanggungjawaban
pendapatan; pelaksanaan dan
pertanggungjawaban belanja; pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana otonomi khusus;
pelaksanaan subsidi pemerintah; sistem
pengendalian intern BUMN; operasional
BUMN; dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu lainnya.
Pada bidang pengelolaan dan
pertanggungjawaban pendapatan,
dalam semester I tahun 2011, BPK telah
melakukan PDTT atas pengelolaan dan
pertanggungjawaban pendapatan negara/
daerah tahun anggaran 2008-2010 pada
sembilan kementerian atau lembaga (KL) di
lingkungan pemerintah pusat dan dua entitas
pada pemerintah daerah.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
yang dilakukan pada sembilan KL, yaitu
Kementerian Luar Negeri, TNI AD, TNI
AL, TNI AU, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Kepolisian RI, Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
Layanan Umum (BLU) Gelora Bung Karno
(GBK)/Sekretariat Negara, BLU Kemayoran.
Sementara dua entitas pemerintah daerah
yang diperiksa terkait dengan pendapatan
asli daerah (PAD). Kedua entitas pemerintah
daerah tersebut adalah Provinsi Maluku dan
Kota Ambon.
Cakupan pemeriksaan atas pengelolaan
dan pertanggungjawaban pendapatan
senilai Rp16,77 triliun atau 97,61 persen
dari realisasi pendapatan senilai Rp17,18
triliun. Total temuan pemeriksaannya senilai
Rp813,10 miliar dan USD 198.44 ribu yang
ekuivalen dengan Rp1,70 miliar. Temuan
tersebut merupakan temuan kerugian,
potensi kerugian, kekurangan penerimaan,
ketidakhematan, dan ketidakefektifan yang
memiliki implikasi nilai uang.
Pada pemeriksaan pelaksanaan dan
pertanggungjawaban belanja, dalam semester
I tahun 2011, BPK telah memeriksa belanja
2011 2011
81
OPINI LKPD TAHUN 2010
26
34
115
341
TOTAL LKPD IHPS I 2011
WTP WDP TMP TW
LKPD IHPS II 2011
271
43
32
12
70
72
14
2
516 LKPD 358 LKPD 158 LKPD
PRESENTASE KASUS KEKURANGAN PENERIMAAN
5,52%
79%
7,74%
7,74%
1.976 KASUS/
Rp4,96T
Penerimaaan Negara/Daerah atau denda keterlambatan
pekerjaan belum /tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/
disetor ke kas Negara/Daerah atau Perusahaan Negara/
Daerah
Lain-lain
Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan
Penggunaan langsung Penerimaan Negara/Daerah
82
Kasus Bank Century
Selain hasil tiga pemeriksaan BPK, pemeriksaan
keuangan, kinerja, dan PDTT yang termuat dalam IHPS
Semester I dan II tahun 2011, dalam tahun yang 2011, BPK
telah melakukan pemeriksaan investigasi lanjutan atas Kasus
Bank Century.
Sesuai dengan namanya, Pemeriksaan Investigasi
Lanjutan atas kasus Bank Century merupakan kelanjutan
dari pemeriksaan investigasi atas kasus Bank Century yang
pertama yang hasilnya telah dilaporkan kepada DPR pada
23 November 2009. Laporan hasil pemeriksaan investigasi
yang pertama tersebut menuai banyak pujian dari berbagai
kalangan.
Namun, karena hasil pemeriksaan investigasi yang
pertama tidak ditindaklanjuti aparat penegak hukum,
khususnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Malah,
KPK menyatakan bahwa perlu dilakukan audit forensik agar
bisa lebih menjawab ada tidaknya bukti kuat bahwa kasus ini
bermuatan tindak pidana.
Atas hal itu, kemudian pada 30 Maret 2011, DPR
meminta BPK untuk melakukan audit forensik seperti
yang dinyatakan KPK. Namun, dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak ada istilah audit forensik, maka
atas permintaan DPR, BPK melanjutkan pemeriksaan
investigasi lagi atas kasus Bank Century ini dengan dasar dari
hasil pemeriksaan investigasi yang pertama.
Tujuan dari pemeriksaan investigasi lanjutan ini adalah
untuk menemukan transaksi-transaksi yang tidak wajar
dan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang merugikan negara, Bank Century sendiri dan
msyarakat. Termasuk mengungkap pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi-transaksi tersebut. Fokus pemeriksaannya
menitikberatkan pada transaksi-transaksi sebelum dan
sesudah Bank Century diambil-alih oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS).
Dalam melakukan pemeriksaan investigasi lanjutan
kasus Bank Century ini, BPK mendasarkan pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan
BPK. Selain itu, metodologi pemeriksaannya yang terdiri dari
beberapa langkah.
Petama, dengan mengembangkan hipotesis pemeriksaan
yang didasarkan pada hasil pemeriksaan investigasi
sebelumnya dan informasi lainnya. Kedua, mengidentifkasi
transaksi-transaksi yang terkait dengan pemegang saham,
manajemen, pihak terafliasi dan pihak-pihak mencurigakan
lainnya. Ketiga, menelusuri dan menganalisis transaksi-
transaksi mencurigakan yang diduga menyebabkan kerugian
Bank Century, serta memvalidasi prediksi terjadinya
kecurangan (fraud) pada transaksi-transaksi tersebut.
Keempat, mengidentifkasi, mengumpulkan dan mengkaji
bukti-bukti yang diperlukan terkait dengan transaksi-transaksi
yang diduga merugikan Bank Century. Kelima, mendapatkan
informasi dan melakukan konfrmasi untuk menganalisis dan
menguji bukti-bukti dengan pihak-pihak yang terkait dengan
pemeriksaan, yaitu: Pansus dan Tim Pengawas Century DPR;
Keputusan Pengadilan terkait Bank Century yang sudah
inkracht; Bank Indonesia dan bank lainnya; kepolisian,
kejaksaan, KPK dan PPATK; dan Bapepam-LK, Kementerian
Keuangan, serta pihak-pihak yang berkompeten lainnya.
Keenam, mengidentifkasi dan mengungkapkan pihak-
pihak yang diduga terlibat dalam transaksi-transaksi yang
diduga merugikan Bank Century. Dan ketujuh, menyusun
laporan berdasarkan bukti dan informasi yang ada, yang
memuat fakta dan proses kejadian, modus operandi, unsur-
unsur melawan hukum, dampak kerugian Bank Century dan
keuangan negara yang ditimbulkan, sebab-sebab terjadinya,
serta pihak-pihak yang bertanggung jawab atas transaksi-
transaksi yang mengakibatkan terjadinya kerugian tersebut.
Hasil pemeriksaan investigasi lanjutan atas Kasus
Bank Century ini selesai pada akhir tahun 2011. Kemudian
diserahkan kepada DPR dan aparat penegak hukum:
Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK untuk ditindaklanjuti sesuai
kewenangannya masing-masing.
2011 2011
83
atau pengadaan barang/jasa pemerintah pusat
tahun anggaran 2009 dan 2010. Pemeriksaan
dilakukan pada 31 KL yang meliputi 47 objek
pemeriksaan.
Cakupan pemeriksaan belanja pemerintah
pusat pada 31 KL ini senilai Rp23,37 triliun
dari realisasi anggaran belanja senilai Rp78,83
triliun. Total temuan pemeriksaan pelaksanaan
belanja pada 31 KL ini senilai Rp3,19 triliun.
Sementara pada belanja daerah, BPK telah
melakukan pemeriksaan atas belanja atau
pengadaan barang/jasa pemerintah daerah
tahun anggaran 2008, 2009, dan 2010 pada
29 objek pemeriksaan. Sebanyak 29 objek
pemeriksaan tersebut, terdiri dari 19 objek
pemeriksaan pada pemerintah provinsi/
kabupaten/kota. Selain itu, pemeriksaan
atas belanja daerah juga meliputi satu objek
pemeriksan atas belanja infrastruktur tahun
anggaran 2009 dan 2010 pada Provinsi
Kalimantan Timur dan sembilan objek
pemeriksaan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan kepada partai politik tahun
anggaran 2010 pada pemerintah provinsi/
kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
Cakupan pemeriksaan belanja daerah pada
29 objek pemeriksaan sendiri senilai Rp5,52
triliun dari realisasi anggaran belanja senilai
Rp10,09 triliun. Total temuan pemeriksaan
pelaksanaan belanja pemerintah daerah itu
senilai Rp187,39 miliar.
Untuk pemeriksaan pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana otonomi khusus,
BPK telah melakukan PDTT atas pengelolaan
dan pertanggungjawaban dana otonomi
khusus tahun 2002-2010 pada Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat. Pemeriksaan di
Provinsi Papua dilaksanakan pada 15 entitas,
yaitu: Provinsi Papua, Kabupaten Asmat,
Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven
Digoel, Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura,
Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Merauke,
Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten
Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Tolikara,
dan Kabupaten Waropen. Sedangkan untuk
Provinsi Papua Barat dilakukan pada enam
entitas, yaitu: Provinsi Papua Barat, Kabupaten
Fakfak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten
Manokwari, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten
Sorong Selatan. Cakupan pemeriksaannya
sendiri senilai Rp6,27 triliun dari realisasi
anggaran senilai Rp20,34 triliun. Total temuan
pemeriksaannya senilai Rp281,07 miliar.
Pada pengelolaan dan pertanggungjawaban
dana bidang pendidikan, BPK telah
memeriksa tiga objek pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana bidang pendidikan.
Tiga objek pemeriksaan sendiri adalah dana
pendidikan yang bersumber dari APBN
terkait rintisan sekolah bertaraf internasional,
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
dana tambahan penghasilan guru, serta dana
alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan.
Rincian hasil pemeriksaannya terdapat pada
IHPS Semester I dan LHP tahun 2011.
Untuk PDTT bidang pelaksanaan subsidi
pemerintah, BPK telah menyelesaikan laporan
hasil pemeriksaan subsidi pada tujuh entitas di
lingkungan BUMN, yaitu: subsidi jenis bahan
bakar minyak (BBM) tertentu dan subsidi LPG
tabung gas 3 kg pada PT Pertamina (Persero);
subsidi listrik pada PT PLN (Persero), dan
subsidi pupuk pada PT Pupuk Sriwijaya
Palembang, PT Pupuk Kalimantan Timur,
PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Gresik, dan PT
Pupuk Iskandar Muda. Selain itu, BPK juga
melakukan pemeriksaan bantuan langsung
84
2011 2011
85
benih unggul pada Kementerian Pertanian,
PT Sang Hyang Seri (Persero), dan PT Pertani
(Persero).
Cakupan pemeriksaan atas pelaksanaan
subsidi pemerintah pada tujuh entitas BUMN
dan Kementerian Pertanian sendiri senilai
Rp148,06 triliun dari realisasi anggaran
sebesar Rp166,30 triliun. Adapun hasil
pemeriksaan terdapat temuan-temuan yang
totalnya senilai Rp905,40 miliar dan koreksi
subsidi senilai Rp1,45 triliun.
Pada PDTT bidang sistem pengendalian
intern BUMN, BPK telah melakukan
pemeriksaan pada 33 entitas BUMN. Rincian
pemeriksaan, hasil dan temuannya, secara
rinci terdapat dalam IHPS Semester I dan
LHP tahun 2011.
Untuk PDTT bidang operasional BUMN,
BPK telah melakukan pemeriksaan pada
tiga entitas, yaitu: PT Perikanan Nusantara
(Persero), PT Pupuk Sriwijaya, dan Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum
Peruri). Cakupan pemeriksaannya senilai
Rp3,23 triliun dari realisasi anggaran sebesar
Rp4,64 triliun. Total temuan pemeriksaannya
senilai Rp35,70 miliar dan EUR 212.87 ribu
yang ekuivalen dengan Rp2,65 miliar.
Selain PDTT dengan beberapa bidang
di atas, dalam semester I tahun 2011, BPK
juga telah melakukan pemeriksaan pada
16 objek PDTT lainnya. Dari 16 objek
pemeriksaan itu, lima objek pemeriksaan
di lingkungan pemerintah pusat, satu objek
pemeriksaan di lingkungan BUMN, dan 10
objek pemeriksaan di lingkungan BUMD.
Rinciannya dimuat dalam IHPS dan LHP
Semester I tahun 2011.

86
Dalam semester II tahun 2011, BPK juga telah melakukan
pemeriksaan atas proses pembelian 7 persen saham divestasi
PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) tahun 2010 oleh Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) untuk dan atas nama pemerintah
Republik Indonesia.
Pemeriksaan BPK ini guna memenuhi permintaan DPR.
Berdasarkan Surat DPR RI Nomor PW.01/5188/DPRRI/
VI/2011 tertanggal 21 J uni 2011, DPR dalam hal ini adalah
Komisi XI DPR meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu atas proses pembelian 7 persen saham
divestasi PT NNT tahun 2010 oleh PIP. Lamanya pemeriksaan
ditentukan selama sebulan.
Tujuan pemeriksaan sendiri untuk menilai apakah proses
pembelian telah mengikuti ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dan apakah untuk melaksanakan transaksi
pembelian tersebut
Pemerintah perlu terlebih dahulu meminta persetujuan
DPR RI atau tidak.
Dalam pemeriksaannya, BPK telah melakukan berbagai
prosedur pemeriksaan yaitu:
1. Mengkaji peraturan perundang-undangan;
2. Mewawancarai para pejabat Kementerian Keuangan
dan Kementerian ESDM yang terkait;
3. Menelaah dokumen/data yang diperoleh dari
Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM dan
BKPM; dan
4. Mewawancarai beberapa Anggota Komisi XI DPR RI.
Hasil perolehan data atau dokumen dan informasi
selama pelaksanaan prosedur pemeriksaan tersebut, BPK
menyimpulkan beberapa hal. Pertama, penawaran dan
pembelian 7% saham PT NNT tahun 2010 merupakan
pelaksanaan Kontrak Karya Pertambangan antara Pemerintah
RI dan PT NNT tanggal 2 Desember 1986. Persyaratan
jangka waktu 30 hari (18 November-17 Desember 2010)
bagi Pemerintah RI menggunakan haknya untuk membeli 7%
saham divestasi PT NNT tahun 2010 terpenuhi, sesuai Pasal
24 ayat (3) Kontrak Karya Pertambangan tersebut.
Kedua, pembelian saham PT NNT oleh Pemerintah
melalui PIP adalah investasi jangka panjang dalam bentuk
Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan swasta.
Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan swasta yaitu
PT NNT dilakukan karena adanya keadaan tertentu, yaitu
adanya Kontrak Karya antara Pemerintah dan PT NNT,
yang memberikan hak kepada Pemerintah Indonesia atau
warga negara Indonesia atau perusahaan Indonesia yang
dikendalikan oleh warga negara Indonesia, untuk memiliki
51% saham PT NNT. Dengan demikian, pembelian 7% saham
PT NNT oleh Pemerintah adalah penyertaan modal kepada
perusahaan swasta yang terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan DPR RI, sebagaimana dimaksud pada Pasal 24
ayat 7 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Ketiga, hingga saat pemeriksaan telah dilakukan,
belum ada alokasi APBN untuk pembelian saham PT NNT
oleh Pemerintah. Alokasi APBN untuk dana investasi
yang dikelola oleh PIP tahun 2006-2007 diarahkan untuk
mendukung dana infrastruktur. Sedangkan alokasi APBN
tahun 2009-2011 untuk dana investasi tidak dijelaskan uraian
penggunaannya. Sementara itu APBN tahun anggaran 2008
tidak mengalokasikan anggaran investasi untuk PIP. Alokasi
APBN untuk dana investasi tanpa ada rincian dan penjelasan
yang memadai, tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat
5 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa APBN yang disetujui DPR terinci sampai
dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis
belanja.
Keempat, Keputusan untuk melakukan investasi jangka
panjang dalam bentuk penyertaan modal pemerintah pada PT
NNT adalah kewenangan pemerintah. Bukan kewenangan
Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara.
Kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara di bidang investasi adalah menempatkan uang negara
dan mengelola atau menatausahakan investasi pemerintah.
Dalam konteks investasi jangka panjang berupa penyertaan
modal pemerintah, kewenangan menteri keuangan untuk
mengelola atau menatausahakan investasi adalah merupakan
tindak lanjut keputusan pemerintah untuk melakukan
investasi jangka panjang.
Kelima, Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2008 tentang
investasi pemerintah, diduga telah memperluas kewenangan
menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara di bidang
investasi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut,
seluruh proses pengelolaan investasi pemerintah diserahkan
sepenuhnya menjadi kewenangan menteri keuangan.
Termasuk kewenangan memutuskan untuk melakukan
investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan modal
pemerintah pada perusahaan swasta yang seharusnya
kewenangan pemerintah.
Keenam, kelembagaan PIP sebagai Badan Layanan
Umum diduga tidak sesuai dengan flosof dan semangat
pembentukan Badan Layanan Umum sebagaimana ditetapkan
dalam pasal 68 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, karena PIP tidak memberikan pelayanan secara
langsung kepada masyarakat dan PIP bertujuan untuk
memupuk keuntungan ekonomi dan keuntungan lainnya.
Berdasarkan keenam kesimpulan itu, BPK berpendapat
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24 UU No.17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara serta Pasal 3 Ayat 3 dan Pasal
41 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
keputusan pemerintah untuk melakukan investasi jangka
panjang dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan
swasta, yaitu pembelian 7 persen saham divestasi PT NNT
oleh PIP untuk dan atas nama pemerintah, harus ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan DPR sebagai pemegang hak budget,
baik mengenai substansi keputusan investasi atau penyertaan
modal maupun penyediaan anggarannya dalam APBN.
Pembelian 7 Persen Saham Divestasi PT NNT
2011 2011
87
Sementara pada semester II tahun 2011,
BPK melakukan PDTT atas 618 entitas.
Sebanyak 618 entitas yang dilakukan PDTT
tersebut terdiri dari 190 entitas di lingkungan
pemerintah pusat, 363 entitas di lingkungan
pemerintah daerah, 28 entitas di lingkungan
BUMN, 36 entitas di lingkungan BUMD, dan
satu entitas di lingkungan BLU atau badan
lain. Cakupan pemeriksaan pada 618 entitas
tersebut senilai Rp726,16 triliun.
Hasil pemeriksaannya dikelompokan ke
dalam beberapa bidang, yaitu: pengelolaan
pendapatan, pelaksanaan belanja, pengelolaan
barang milik negara/daerah, penyertaan
modal daerah, pelaksanaan kontrak kerjasama
minyak dan gas bumi, pelaksanaan kewajiban
pelayanan umum, reviu sistem pengendalian
intern BUMN, operasional BUMN, operasional
RSUD/RKSD, PDAM, dan BUMD lainnya,
operasional bank daerah, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu lainnya. Rincian
lengkapnya termuat dalam IHPS dan LHP
semester II tahun 2011.
Hasil PDTT semester II tahun 2011,
terdapat temuan-temuan yang menunjukkan
adanya 2.309 kasus kelemahan sistem
pengendalian intern, yang terdiri dari
kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
pelaporan, kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja, dan kelemahan struktur pengendalian
intern. Dari 2.309 kasus kelemahan sistem
pengendalian intern tersebut, 303 kasus
kelemahan sistem pengendalian akuntansi
dan pelaporan, 1.400 kelemahan sistem
pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, dan 606 kasus
kelemahan struktur pengendalian intern.
Berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan, hasil PDTT
semester II tahun 2011, mengungkapkan,
secara total, 5.744 kasus senilai Rp18,32 triliun.
Dari kasus sebanyak tersebut disimpulkan
adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian negara/daerah/perusahaan (1.527
kasus senilai Rp965,67 miliar), potensi
kerugian negara/daerah/perusahaan (511
kasus senilai Rp6,2 triliun), kekurangan
penerimaan (1.469 kasus senilai Rp4,6 triliun),
masalah administrasi (1.434 kasus tanpa
implikasi nominal uang), ketidakhematan (249
kasus senilai Rp1,4 triliun), ketidakefsienan
(lima kasus senilai Rp55,18 miliar), dan
ketidakefektifan (549 kasus senilai Rp5,012
triliun).

Selama Proses Pemeriksaan,
218,48 miliar Diselamatkan
Atas hasil pemeriksaan BPK dalam tahun
2011, senilai Rp218,48 miliar telah disetor ke
kas negara atau daerah. Artinya, selama proses
pemeriksaan BPK masih berlangsung, baik
semester I maupun semester II tahun 2011, ada
sebanyak Rp218,48 miliar uang negara berhasil
diselamatkan.
Pada semester I tahun 2011, sejumlah
instansi pemerintah pusat dan daerah telah
menindaklanjuti kasus kerugian negara/
daerah, potensi kerugian negara/daerah, dan
kekurangan penerimaan dengan menyetor ke
kas negara/daerah atau penyerahan aset senilai
Rp136,77 miliar selama proses pemeriksaan
berlangsung. Rinciannya, penyetoran atas
kasus kerugian negara/daerah senilai Rp82,59
miliar, kasus potensi kerugian negara/daerah
senilai Rp4,33 miliar, dan kasus kekurangan
penerimaan senilai Rp49,83 miliar.
88
Sedangkan pada semester II tahun 2011,
total setoran ke kas negara/daerah/perusahaan
selama proses pemeriksaan masih berlangsung
sebesar Rp81,71 miliar. Rinciannya, kasus
kerugian negara/daerah/perusahaan disetor
senilai Rp36 miliar, kasus potensi kerugian
senilai Rp9,53 miliar, dan kasus kekurangan
penerimaan senilai Rp36,17 miliar.
Pada sisi hasil pemantauan tindak lanjut
rekomendasi BPK, jika ditarik sejak tahun
2005 sampai semester II tahun 2011, BPK
telah memberikan 216.122 rekomendasi
senilai Rp121,34 triliun. Rekomendasi ini
harus ditindaklanjuti entitas yang diperiksa
dengan melakukan perbaikan SPI, perbaikan
administrasi, penyetoran kas atau penyerahan
aset ke negara/daerah/perusahaan.
Dari 216.122 rekomendasi yang diberikan
BPK tersebut, 127.310 rekomendasi atau
58,91 persen, senilai Rp51,53 triliun telah
ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi.
Sebanyak 47.094 rekomendasi atau 21,79
persen, senilai Rp45,43 triliun ditindaklanjuti
entitas namun belum sesuai dengan
rekomendasi atau dalam proses tindak lanjut.
Dan, sebanyak 41.718 rekomendasi atau
19,30 persen, senilai Rp24,37 triliun belum
ditindaklanjuti.
Rekomendasi yang ditindaklanjuti
itu, dimana entitas telah menindaklanjuti
rekomendasi dengan menyetor atau
menyerahkan aset ke negara/daerah/
perusahaan, ada nominal sebesar Rp30,33
triliun atau 24% dari rekomendasi senilai
Rp121,34 triliun. Dengan kata lain, sejak tahun
2005 sampai semester II 2011,terdapat Rp30,33
triliun uang negara yang diselamatkan.
Rinciannya, setoran dari pemerintah pusat
senilai Rp14,83 triliun, pemerintah daerah
senilai Rp7,47 triliun, dan BUMN baik induk
perusahaan dan anak perusahaannya, senilai
Rp8,02 triliun.
Dalam hal rekomendasi yang
ditindaklanjuti ini, jika dibandingkan dengan
semester I tahun 2011, pada semester II tahun
2011, ada peningkatan. Dimana, pada semester
I tahun 2011, rekomendasi yang ditindaklanjuti
sesuai dengan rekomendasi BPK sebanyak
106.058 rekomendasi. Sementara, semester
II tahun 2011, meningkat menjadi 127.310
rekomendasi yang ditindaklanjuti sesuai
dengan rekomendasi BPK.
Peningkatan terjadi juga pada rekomendasi
yang masih dalam proses tindak lanjut.
Pada semester I Tahun 2011, ada 40.841
rekomendasi, sedangkan pada semester
II Tahun 2011, meningkat menjadi 47.094
rekomendasi. Dengan adanya peningkatan
rekomendasi yang ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi BPK dan rekomendasi yang
masih dalam proses tindak lanjut pada
semester II tahun 2011, maka secara otomatis
ada penurunan pada jumlah rekomendasi yang
belum ditindaklanjuti. Rekomendasi yang
belum ditindaklanjuti pada semester I Tahun
2011 sebanyak 44.858 rekomendasi. Jumlah
tersebut mengalami penurunan pada semester
II Tahun 2011 menjadi 41.718 rekomendasi.
Sementara, dari sisi hasil pemantauan
penyelesaian kerugian negara/daerah
dalam kurun akhir 2003-semester II tahun
2011, menunjukkan sebanyak 16.778 kasus
senilai Rp4,32 triliun. Penyelesaian angsuran
terpantau sebanyak 4.401 kasus senilai
Rp550,01 miliar. Pelunasan sebanyak 6.794
kasus senilai Rp712,83 miliar. Penghapusan
kerugian negara/daerah telah dilakukan atas
125 kasus senilai Rp12,43 miliar. Sementara
2011 2011
89
sisa kasus kerugian negara/daerah sebanyak
9.859 kasus senilai Rp3,04 triliun.

Khusus dalam tahun 2011, kasus kerugian
negara/daerah sebanyak 516 kasus senilai
Rp761,50 miliar. Penyelesaian angsurannya
sebanyak 152 kasus senilai Rp7,73 miliar.
Sedangkan pelunasannya sebanyak 168 kasus
senilai Rp7,61 miliar. Sisa kerugian negara/
daerah sampai akhir semester II Tahun 2011
sebanyak 348 kasus senilai Rp746,15 miliar.
Jika diperinci, kasus kerugian negara pada
instansi pusat sebanyak 225 kasus senilai
Rp748,13 miliar, dimana angsuran yang telah
dilakukan sebanyak 31 kasus senilai Rp7,17
miliar dan pelunasan sebanyak 135 kasus
senilai Rp6,78 miliar. Sisa kerugian negara
yang belum diselesaikan sebanyak 90 kasus
senilai Rp734,17 miliar.
Sementara pada pemerintah daerah,
terdapat 291 kasus senilai Rp13,37 miliar,
dimana penyelesaian berupa angsuran
sebanyak 121 kasus senilai Rp550,64 juta dan
pelunasan sebanyak 33 kasus senilai Rp832,43
juta. Sisa kerugian daerah yang belum belum
diselesaikan sebanyak 258 kasus senilai
Rp11,98 miliar.

90
318 Kasus Berindikasi Tindak
Pidana
Sejak tahun 2003 sampai akhir 2011,
jumlah laporan hasil pemeriksaan BPK
yang berindikasi tindak pidana yang telah
disampaikan kepada aparat penegak hukum
(kepolisian, kejaksaan, dan KPK), sebanyak 318
kasus. Nilainya Rp33,87 triliun.
Dari 318 kasus tersebut, telah
ditindaklanjuti oleh aparat penegak
hukum sebanyak 186 kasus. Tindaklanjut
kasus ini terdiri dari 37 kasus telah masuk
pelimpahan ke jajaran penyidik aparat
penegak hukum; 21 kasus dalam proses
ekspos, telaah, dan koordinasi; 30 kasus
dalam proses penyelidikan; 10 kasus dalam
proses penyidikan; dua kasus dalam proses
sidang; 11 kasus dalam proses penuntutan;
64 kasus dalam tataran vonis/banding/kasasi;
dan 11 kasus Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3). Sedangkan sisanya, 132
kasus belum ditindaklanjuti dan tidak ada data
tindaklanjutnya. Dalam tahun 2011 sendiri,
terdapat 13 kasus yang telah disampaikan BPK
kepada aparat penegak hukum.

2011 2011
91
92
"
BPK MENJADI SALAH SATU DARI SEDIKIT LEMBAGA
NEGARA YANG DIIKUTKAN DALAM PILOT PROJECT
REFORMASI BIROKRASI NASIONAL, YANG PERTAMA KALI
DIGULIRKAN PADA TAHUN 2007.
"
93
Dua Capaian Penting
Pada tahun 2011, BPK mendapat dua
penghargaan dalam menata kelembagaannya.
Dua capaian penting tersebut mengiringi
keikutsertaannya dalam program reformasi
birokrasi yang dicanangkan sejak tahun 2007
dan akuntabilitas kinerjanya. BPK sendiri telah
melakukan penataan kelembagaan melalui
Rencana Strategis (Renstra) periode 2006-2010
dengan implementasi Renstranya.
Patut disyukuri, BPK menjadi salah
satu dari tiga entitas -dua lainnya adalah
Kementerian Keuangan dan Mahkamah
Agung- yang dipilih untuk mengikuti pilot
project reformasi birokrasi pada tahun
2007. Artinya, sejak reformasi birokrasi
dicanangkan, BPK punya andil sedari awal
dalam melaksanakan program perbaikan
birokrasi di Indonesia.
Periode reformasi birokrasi 2007-2010,
pun telah dilalui dengan baik. Tim Qality
Assurance (Penjamin Kualitas) Reformasi
Birokrasi Nasional (Tim QA RBN) telah
mengevaluasi dan menilai pelaksanaan
reformasi birokrasi di BPK pada akhir tahun
2011. Hasilnya, Tim QA RBN memberi BPK
predikat B, dengan nilai 85, 67.Evaluasi yang
dilakukan oleh Tim QA RBN ini sendiri
merupakan yang pertama kalinya dilakukan.
Artinya, BPK merupakan entitas yang pertama
kali dinilai capaian dan pelaksanaan program
reformasi birokrasinya.
Tim QA RBN telah melakukan evaluasi
di BPK sejak 21 November 2011 sampai 14
Desember 2011. Ada delapan area perubahan
reformasi birokrasi yang dievaluasi. Kedelapan
area perubahan yang dinilai tersebut, yaitu:
pola pikir dan budaya kerja, penataan
peraturan perundang-undangan, penataan
dan penguatan organisasi, peata tatalaksana
(business process), penataan sistem SDM
Aparatur, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan peningkatan kualitas
pelayanan.
Setelah dievaluasi, nilai akhirnya mencapai
85,67. Nilai tersebut masuk dalam predikat
Baik. Adapun skor masing-masing area
perubahan yang dievaluasi, yaitu:

1. Pola Pikir dan Budaya Kerja dengan bobot
10 mendapat skor 84,73, nilai akhirnya 8,47;
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan
dengan bobot 10, mendapat skor 90,25 nilai
akhirnya 9,03;
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
dengan bobot 10, mendapat skor 88,25, nilai
akhirnya 8,83;
4. Penataan Tatalaksana dengan bobot 10,
mendapat skor 82,00, nilai akhirnya 8,20;
5. Penataan Sistem SDM Aparatur dengan
bobot 20, mendapat skor 85,95, nilai
akhirnya 17,19;
6. Penguatan Pengawasan dengan bobot 10,
mendapat skor 81,92, nilai akhirnya 8,19;
7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja dengan
bobot 10, mendapat skor 85,63, nilai
akhirnya 8,56; dan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
dengan bobot 20, mendapat skor 86,00, nilai
akhirnya 17,20.
Walau dinilai baik, pada delapan area
perubahan tersebut, Tim QA RBN juga
memberikan masukan-masukannya sebagai
bahan perbaikan yang perlu dilakukan BPK
dalam pelaksanaan reformasi birokrasinya.

Selain penilaian pelaksanaan reformasi
birokrasi BPK dari Tim QA RBN dengan
predikat Baik, BPK juga mendapat penilaian
94
95
Menjalankan tugas tak mudah dilakukan sendiri-sendiri. Perlu sebuah
tim yang tangguh dan solid untuk menuntaskan tugas tersebut.
96
dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan
dan RB) terkait laporan akuntabalitas kinerja
kementerian/lembaga tahun 2011. Hasil dari
penilaian laporan akuntabilitas kinerja ini,
BPK meraih predikat A atau Sangat Baik.
Capaian ini lebih baik dibandingkan laporan
akuntabilitas kinerja tahun sebelumnya, yang
mendapat predikat B. Predikat A dari hasil
evaluasi laporan akuntabilitas kinerja ini
hanya dua entitas saja yang mendapatkannya:
BPK dan KPK.
Laporan akuntabilitas kinerja sendiri
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam program reformasi birokrasi. Salah satu
pelaksanaan dari area perubahan reformasi
birokrasi, yaitu penguatan akuntabilitas
kinerja. Adapun penilaian laporan
akuntabilitas kinerja sendiri didasarkan pada
lima komponen manajemen kinerja, yaitu:
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan
capaian kinerja.
Perencanaan kinerja dengan bobot nilai 35.
Komponen perencanaan kinerja ini meliputi
kelengkapan, kualitas, dan pemanfaatan
dokumen Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan, dan Penetapan Kinerja. Pada
penetapan kinerja di sini adalah menetapkan
indikator kinerja utama (IKU) atau pekerjaan-
pekerjaan utama pada bisnis proses di suatu
entitas.
Pengukuran Kinerja dengan bobot nilai 20.
Komponen pengukuran kinerja ini meliputi
pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran,
dan implementasi pengukuran. Pengukuran
kinerja ini sebagai alat untuk mengukur
realisasi dari target-target indikator kinerja
utama. Atau, untuk mengukur apakah target-
target pekerjaan utama bisa direalisasikan
dengan baik atau tidak.
Pelaporan Kinerja dengan bobot nilai 15.
Komponennya meliputi pemenuhan pelaporan,
penyajian informasi kinerja, dan pemanfaatan
informasi kinerja. Komponen ini memberikan
tujuan bahwa kinerja di setiap entitas ada
laporannya. Kemudian laporan kinerja
entitas tersebut disajikan dengan informasi
yang lengkap atau tidak. Dan, informasi
yang disajikan dalam laporan kinerja entitas
tersebut punya manfaat yang positif baik bagi
entitas itu sendiri dan juga bagi masyarakat
atau kurang dimanfaatkan.
Evaluasi kinerja dengan bobot nilai 10.
Komponennya meliputi pemenuhan evaluasi,
kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil
evaluasi. Komponen evaluasi kinerja ini
merupakan bagian dari tugas entitas dalam
mengevaluasi kinerjanya sendiri dengan
sistem yang ada di entitas tersebut.
Capaian Kinerja dengan bobot nilai
20. Komponennya meliputi kinerja yang
dilaporkan baik hasilnya (output) maupun
dampaknya (outcome). Pada capaian kinerja ini
bisa terlihat sejauhmana realisasi target-target
indikator kinerja utama (IKU) di suatu entitas
tercapai yang tercermin dari hasil maupun
dampaknya.
Reformasi Birokrasi Jilid Kedua
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
BPK mengikuti dan melaksanakan program
reformasi birokrasi sejak program perbaikan
birokrasi nasional dicanangkan pada tahun
2007. Pada waktu itu, ada empat komponen
yang menjadi bagian reformasi birokrasi, yaitu:
sektor kelembagaan, bisnis proses, sumber
daya mausia (SDM), dan sarana prasarana.
2011 2011
97
Empat komponen birokrasi yang menjadi
bidang untuk direformasi itu kemudian
mengalami perubahan. Kemudian terbit Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 serta
Permenpan No.9 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi
Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut, maka
reformasi birokrasi pada entitas, baik
pemerintah pusat, daerah, dan lembaga, tak
terkecuali BPK harus dijalankan dalam koridor
delapan area perubahan, yaitu: Manajemen
Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-
undangan, Penataan dan Penguatan
Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan
Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan
Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja,
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik,
serta Monitoring dan Evaluasi. Maka, BPK
pun melaksanakan reformasi birokrasi jilid
keduanya.
BPK sendiri mengantisipasi perubahan
peraturan tersebut dengan menyusun Road
Map Reformasi Birokrasi BPK 2011-2015.
Penyusunan Road Map ini merupakan
komitmen BPK dalam melaksanakan
98
reformasi birokrasi secara berkesinambungan.
Melanjutkan pelaksanaannya sejak tahun 2007.
Dengan Road Map ini diharapkan dapat
memberikan arah pelaksanaaan reformasi
birokrasi di BPK agar berjalan efektif, efsien,
terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga,
dan berkelanjutan. Dengan harapan tersebut
maka Road Map ini juga diselaraskan dengan
Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana
Implementasi Renstra (RIR) BPK 2011-2015.
Penyelarasannya dengan Renstra dan RIR
ini juga bisa saling mendukung sehingga
sesuai dengan salah satu tujuan strategis
BPK yang tertuang dalam Renstra, yaitu
mewujudkan birokrasi yang modern. Jadi,
dalam Renstra tersebut terdapat unsur-unsur
program reformasi birokrasi yang berimbas
pada akuntabilitas kinerja BPK dalam kurun
waktuyang telah ditetapkan.
Seiring dengan penyusunan Road Map
Reformasi Birokrasi jilid kedua ini, BPK juga
menyusun tim reformasi birokrasi sebagai
pelaksana untuk menjalankan program-
program reformasi birokrasi berdasarkan
delapan area perubahan yang telah ditetapkan
itu. Tim Reformasi Birokrasi ini dibentuk
melalui Surat Keputusan Ketua BPK. Tim
pelaksana ini sendiri meliputi seluruh satuan
kerja Eselon I beserta jajarannya sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing.
Berdasarkan Road Map Reformasi
Birokrasi BPK 2011-2015 itu, agenda yang
akan diprioritaskan dalam rangka mencapai
sasaran program reformasi birokrasi jilid
kedua ini adalah pengembangan pemeriksaan
secara elektronik (e-Audit). Tujuannya, untuk
mewujudkan suatu sistem pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang lebih efsien dan efektif.
Setidaknya ada tiga alasan mendasar
pengembangan pemeriksaan secara
elektronik ini menjadi salah satu prioritas
pelaksanaan reformasi birokrasi jilid kedua.
Pertama, berdasarkan hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan Renstra 20062010, outcome
(hasil) yang diperoleh BPK masih belum
optimal.
Pada tahun 2010 terdapat 63 Laporan
Keuangan yang memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari 590 laporan
keuangan yang diperiksa BPK. Hal itu
menandakan bahwa tingkat transparansi
informasi keuangan dalam laporan keuangan
pemerintah masih rendah dan belum
memenuhi standar akuntansi pemerintah yang
berlaku.
Kedua, harmonisasi antara BPK dan para
pemangku kepentingan (sinergi eksternal).
Khususnya dalam hal pemberian informasi
kepada BPK oleh para pemangku kepentingan
perlu didorong sehingga BPK dapat
melakukan perencanaan pemeriksaan yang
tepat sasaran, sesuai dengan tema dan isu
BPK JUGA MENYUSUN TIM
REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI
PELAKSANA UNTUK MENJALANKAN
PROGRAM-PROGRAM REFORMASI
BIROKRASI BERDASARKAN DELAPAN
AREA PERUBAHAN YANG TELAH
DITETAPKAN ITU.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
99
yang sedang menjadi perhatian. Sementara
itu para pemangku kepentingan juga dapat
menggunakan informasi dan meminta layanan
BPK untuk melakukan penegakan hukum
dan perbaikan dalam pengelolaan keuangan
negara.
Ketiga, keterbatasan sumber daya yang
dimiliki oleh BPK baik berupa sumber daya
manusia, keuangan maupun waktu dalam
melakukan pemeriksaan sangat mempengaruhi
kualitas hasil pemeriksaan.
Pengembangan e-Audit diharapkan akan
mampu mengatasi keterbatasan tersebut.
E-Audit akan mengandalkan teknologi
informasi yang cukup intensif baik dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pelaporan pemeriksaan. Lebih lanjut,
penerapan e-Audit akan mendorong kepada
penghematan anggaran pemeriksaan dan
dampak yang lebih besar lagi yaitu mendorong
percepatan terwujudnya transparansi
pengelolaan keuangan negara melalui sinergi
antara BPK dengan institusi pemerintah
pengelola keuangan negara.
Dua Aksi dalam Implementasi
Akuntabilitas Kinerja
Ada dua aksi yang saling terkait dalam
mengimplementasikan akuntabilitas kinerja
BPK tahun 2011. Pertama, pelaksanaan tindak
lanjut atas langkah-langkah perbaikan untuk
mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
dalam pencapaian target kinerja BPK tahun
2010. Kedua, pelaksanaan kegiatan dan
pengukuran pencapaian target kinerja tahun
2011.
Untuk bagian pertama, selama tahun 2011,
Ada beberapa langkah perbaikan yang telah
dilakukan. Pertama, peningkatan awareness
dan pemahaman entitas terhadap tindak
lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan
BPK. Selain itu, ada juga peningkatan kualitas
perumusan dan pemberian rekomendasi untuk
meningkatkan persentase tindak lanjut atas
rekomendasi yang disampaikan BPK untuk
mendorong terwujudnya pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang lebih
baik, transparan,dan akuntabel.
Kedua, pelaksanaan survei eksternal dan
internal BPK oleh pihak eksternal, yaitu
lembaga survei profesional. Lembaga survei
profesional ini dipilih dan ditetapkan melalui
mekanisme lelang. Tujuan penggunaan
lembaga survei dari eksternal ini untuk
menghasilkan angka realisasi indikator-
indikator kinerja utama yang berupa indeks
yang lebih obyektif dan independen.
Ketiga, penyempurnaan peraturan BPK RI
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK
RI dan Penerbitan Peraturan BPK RI Nomor
1 Tahun 2011 tentang Majelis Kehormatan
Kode Etik. Penyempurnaan kedua peraturan
BPK tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pelaksanaan kode etik dan optimalisasi
penanganan pelanggaran kode etik di
lingkungan BPK.
Keempat, peningkatan kualitas Sistem
Pengendalian Mutu (SPM) BPK. Ada dua cara
yang dilakukan, yaitu:
1. Peningkatan pemahaman pemeriksa
atas pelaksanaan reviu berjenjang dan
penggunaan Qality Assurance Check
List untuk meningkatkan SPM di bidang
pemeriksaan;
2. Penetapan sasaran strategis dan indikator
kinerja utama khusus terkait dengan
pelaksanaan Sistem Pemerolehan
100
Keyakinan Mutu (SPKM) dan tindak lanjut
hasil peer review atas SPM BPK RI untuk
meningkatkan SPM di bidang kelembagaan.
Kelima, peningkatan koordinasi untuk
menghasilkan usulan bahan pendapat yang
dapat ditetapkan Badan menjadi Pendapat
BPK. Keenam, optimalisasi pemanfaatan
Sistem Informasi Kerugian Negara/
Daerah (SIKAD) dan penetapan indikator
kinerja utama terkait Tingkat Penyelesaian
Penetapan Kerugian Perbendaharaan untuk
meningkatkan efektivitas penyelesaian
penetapan ganti kerugian negara
Ketujuh, penyusunan POS tentang
legal drafing produk hukum BPK dan
penyempurnaan Keputusan BPK RI Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan
Naskah Dinas pada BPK RI. Tujuannya untuk
meningkatkan pemenuhan peraturan BPK RI
di bidang pemeriksaan keuangan Negara.
Kedelapan, penetapan standar kompetensi
teknis pemeriksa. Penetapan standar ini
sebagai pedoman bagi pemeriksa BPK untuk
memiliki kompetensi standar minimal yang
dipersyaratkan dan pengembangannya dalam
rangka menghasilkan pemeriksaan yang lebih
berkualitas.
Kesembilan, penetapan sasaran strategis
dan indikator kinerja utama terkait
peningkatan pemenuhan standar dan mutu
sarana dan prasarana kerja. Hal ini bertujuan
untuk mendukung pelaksanaan tugas pegawai
BPK dan juga sekaligus ditujukan untuk
peningkatan angka indeks kepuasan kerja
pegawai.
Kesepuluh, peningkatan upaya integrasi
sistem perencanaan, penganggaran, informasi
keuangan, dan perbendaharaan untuk
mendukung implementasi penganggaran
berbasis kinerja di BPK.
Adapun pelaksanaan kegiatan dan
pengukuran pencapaian target kinerja tahun
2011 secara tidak langsung dipengaruhi
pelaksanaan tindak lanjut atas rencana
perbaikan tahun 2010 ini. Pengukuran
tingkat capaian sendiri dilakukan dengan cara
membandingkan rencana capaian (target)
tahun 2011 dengan realisasi capaian setiap
indikator kinerja utama pada masing-masing
sasaran strategis.
Sementara evaluasi kinerja dilakukan
dengan beberapa cara. Diantaranya, dengan
mengidentifkasi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai target kinerja.
Mengidentifkasi juga kendala-kendala yang
dihadapi dalam pencapaian kinerja serta
langkah-langkah perbaikannya. Lalu, dengan
membandingkan capaian tahun 2011 dengan
capaian tahun 2010 dan 2009. Perbandingan
ini berguna untuk melihat tren kenaikan
atau penurunan capaian. Selain itu, dengan
membandingkan capaian tahun 2011 dengan
target kinerja organisasi di akhir periode
RIR BPK Tahun 2011-2015. Hal ini untuk
memberikan gambaran sampai sejauhmana
target tersebut telah tercapai.
Hasil Pelaksanaan dan Evaluasi Kinerja
dalam Renstra 2011-2015
Tahun 2011 merupakan tahun awal
dari dimulainya mengimplementasikan
Rencana Strategis BPK periode 2011-2015.
Implementasinya merupakan kelanjutan dari
Renstra BPK periode 2006-2010. Renstra ini
sendiri merupakan cakupan program-program
penataan kelembagaan dalam rentang waktu
2011 2011
101
tertentu. Dalam renstra itu sendiri sudah
memuat unsur-unsur reformasi birokrasi dan
pengukuran kinerja BPK.
Renstra BPK 2011-2015 sendiri telah
menetapkan visi dan misi baru BPK. Visi
BPK yang baru tersebut: Menjadi lembaga
pemeriksa keuangan negara yang kredibel
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar
untuk berperan aktif dalam mendorong
terwujudnya tata kelola keuangan negara
yang akuntabel dan transparan.
Sementara misi BPK yang baru: memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara; memberikan pendapat untuk
meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara; dan berperan aktif
dalam menemukan dan mencegah segala bentuk
penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan
negara.
Dalam Renstra 2011-2015 sendiri terdapat
tiga tujuan strategis yang hendak dicapai. Ketiga
tujuan strategis tersebut, yaitu:
1. Mendorong terwujudnya pengelolaan
keuangan negara yang tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan,
ekonomis, efsien, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
2. Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu
untuk menghasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang bermanfaat dan
sesuai dengan kebutuhan pemangku
kepentingan;
3. Mewujudkan birokrasi yang modern di
BPK.
Ketiga tujuan strategis tersebut diarahkan
untuk memenuhi sasaran strategis masing-
masing. Pada tujuan strategis pertama diarahkan
untuk meningkatkan efektivitas tindak lanjut
hasil pemeriksaan dan memenuhi harapan
pemangku kepentingan.
Pada tujuan strategis kedua diarahkan
untuk memenuhi lima sasaran strategis, yaitu:
meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan;
meningkatkan mutu pemberian pendapat
dan pertimbangan; meningkatkan percepatan
penetapan tuntutan perbendaharaan dan
pemantauan penyelesaian ganti kerugian
negara; meningkatkan efektivitas penerapan
sistem pemerolehan keyakinan mutu; dan
pemenuhan dan harmonisasi peraturan di
bidang pemeriksaan keuangan negara.
Sedangkan tujuan strategis ketiga diarahkan
untuk memenuhi empat sasaran strategis,
yaitu: meningkatkan mutu kelembagaan dan
ketatalaksanaan; meningkatkan kompetensi
SDM dan dukungan manajemen; meningkatkan
pemenuhan standar dan mutu sarana dan
prasarana; dan meningkatkan pemanfaatan
anggaran.
Untuk mengukur pencapaian Renstra 2011-
2015, BPK menetapkan target-target pada
program-program kerja utama BPK yang
dimasukkan dalam Renstra. Target-target pada
program-program kerja utama ini disebut
dengan indikator kinerja utama.
Ada 20 indikator kinerja utama dan targetnya
yang akan dicapai selama periode tahun 2011-
2015 sebagai ukuran keberhasilan Renstra 2011-
2015. Dan, 20 indikator kinerja utama ini pula
yang menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan
kinerja BPK tahun 2011 sebagai tahun pertama
pelaksanaan Renstra 2011-2015.
102
Agar pelaksanaan target program-
program kerja utama tahun 2011 itu berjalan
dengan baik, maka target-target yang telah
ditetapkan itu didokumentasikan ke dalam
perjanjian kinerja yang disebut Pernyataan
Komitmen Pencapaian Kinerja (PKPK).
Dokumen perjanjian kinerja ini merupakan
bentuk komitmen pimpinan di tingkat Badan,
eselon I, dan eselon II. PKPK ditetapkan dan
ditandatangani oleh Ketua dan Wakil Ketua
BPK RI (mewakili Badan), Eselon I dan Eselon
II pada bulan Desember tahun 2011, pada saat
pelaksanaan Rapat Kerja Pelaksana BPK RI.
PKPK memuat visi, misi, nilai dasar, tujuan
strategis, peta strategi, indikator kinerja
utama dan targetnya yang menjadi tanggung
jawab masing-masing unit kerja. Dalam
rangka pengukuran kinerja tahun 2011, pada
tanggal 8 Desember 2010, telah dilakukan
penandatanganan atas PKPK BPK, 11 PKPK
eselon I dan 68 PKPK satuan kerja eselon II.
Sementara pengukuran dan evaluasi
atas pencapaian indikator kinerja utama
dan targetnya dilakukan melalui Sistem
Manajemen Kinerja (SIMAK) BPK. SIMAK
sendiri merupakan alat untuk mengukur
kinerja satuan-satuan kerja di BPK yang telah
dimulai sejak tahun 2008.
Adapun 20 indikator kinerja utama tersebut
terbagi ke dalam empat kelompok indikator:
Indikator Dampak, Indikator Hasil, Indikator
Proses, dan Indikator Input. Indikator Dampak
meliputi tiga indikator kinerja utama, yaitu:
rekomendasi hasil pemeriksaan yang telah
ditindaklanjuti; laporan tindak pidana yang
ditindaklanjuti aparat penegak hukum; dan
indeks kepuasan pemilik kepentingan atas
hasil pemeriksaan BPK.
Indikator Hasil meliputi empat indikator
kinerja utama, yaitu: laporan hasil
pemeriksaan yang diterbitkan, laporan hasil
pemeriksaan kinerja, pendapat BPK yang
diterbitkan, dan laporan hasil pemantauan
kerugian negara yang diterbitkan.
Indikator Proses meliputi lima indikator
kinerja utama, yaitu: ketepatan waktu proses
pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan;
tingkat pemenuhan quality assurance dalam
pemeriksaan; tingkat penyelesaian penetapan
tuntutan perbendaharaan; rekomendasi peer
review yang ditindaklanjuti; dan pemenuhan
penyusunan peraturan BPK.
Indikator Input meliputi delapan indikator
kinerja utama, yaitu: pemenuhan ketersediaan
perangkat lunak pemeriksaan/non
pemeriksaan; pegawai yang memenuhi standar
kompetensi yang dipersyaratkan; pemenuhan
2011 2011
103
standar jam pelatihan pemeriksa; indeks
kepuasan kerja pegawai; tingkat pemenuhan
standar sarana dan prasarana kerja; bisnis
proses yang telah memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi; opini laporan
keuangan BPK; dan tingkat pemanfaatan
anggaran BPK.
Hasil dari pencapaian 20 indikator
kinerja utama sebagai perwujudan dari
capaian sepuluh sasaran strategis BPK tahun
2011 secara keseluruhan adalah 85,46 atau
berpredikat Baik, walaupun masih terdapat
beberapa indikator kinerja utama yang perlu
mendapat perhatian khusus.
Dari 20 indikator kinerja utama tersebut,
berdasarkan capaiannya dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu:
1. Sebanyak 8 indikator kinerja utama telah
mencapai atau melebihi target yang
ditetapkan (kurang dari 100%);
2. Sebanyak 6 indikator kinerja utama telah
mencapai atau dengan capaian di atas 80%
(80%-99,99%); dan
3. Sebanyak 6 indikator kinerja utama dengan
capaian kurang dari 80%.
Terdapat 8 indikator kinerja utama yang
pencapaiannya sama atau melebihi target yang
telah ditetapkan, yaitu:
1. Rekomendasi hasil pemeriksaan yang telah
ditindaklanjuti. Tingkat realisasinya sebesar
58,99% dari target 51,00%;
2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang
diterbitkan. Realisasinya sebanyak 1.433
LHP dari target 1.384 LHP;
3. Tingkat Penyelesaian Penetapan Tuntutan
Perbendaharaan. Realisasi sebesar 93,68%
dari target 90%;
Pertemuan akhir tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional dengan pihak BPK setelah melakukan evaluasi
terhadap kemajuan reformasi birokrasi di BPK - 14 Desember 2011
104
4. Laporan Hasil Pemantauan Kerugian Negara
yang diterbitkan. Realisasinya sebanyak
714 Laporan Hasil Pemantauan (LHPT) dari
target 453 LHPT;
5. Pemenuhan standar jam pelatihan
pemeriksa. Tingkat realisasinya sebesar
84,74% dari target 80%;
6. Tingkat pemenuhan standar sarana dan
prasarana kerja. Tingkat realisasinya
mencapai 74,86% dari target 70%;
7. Bisnis proses yang telah memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Tingkat realisasinya mencapai 80% dari
target 70%; dan
8. Opini Laporan Keuangan BPK yang
memenuhi target yang dicanangkan
yaitu memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
Dari kedelapan indikator kinerja utama
tersebut terdapat satu indikator kinerja
utama yang merupakan indikator dampak,
yaitu rekomendasi hasil pemeriksaan yang
telah ditindaklanjuti dan dua indikator
kinerja utama yang merupakan indikator
hasil (output), yaitu Laporan Hasil
Pemeriksaan yang diterbitkan dan Laporan
Hasil Pemantauan Kerugian Negara yang
diterbitkan. Hal ini menunjukan bahwa
peran BPK RI dalam mendorong terwujudnya
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang lebih baik, bersih, akuntabel, dan
transparan sudah lebih baik.
Sementara itu, terdapat enam indikator
kinerja utama yang pencapaiannya berkisar
antara 80,00 % - 99,99%, yaitu:
1. Indeks Kepuasan Pemilik Kepentingan atas
Hasil Pemeriksaan BPK baru tercapai 3,74
dari target sebesar 4,00;
2. Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja yang
diterbitkan sebanyak 133 LHP dari target
149 LHP;
3. Ketepatan waktu proses pelaksanaan dan
pelaporan pemeriksaan baru terealisasi
84,79% dari target 87%;
4. Tingkat pemenuhan quality assurance dalam
pemeriksaan baru mencapai 96,42% dari
target 100%;
5. Indeks kepuasan kerja pegawai tercapai 3,46
dari target sebesar 3,50; dan
6. Tingkat pemanfaatan anggaran baru
tercapai 74,01% dari target 90%.
Indeks Kepuasan Stakeholder
Memuaskan
Terkait dengan kepuasan stakeholder selaku
pemilik kepentingan terhadap hasil laporan
BPK perlu diukur. Hal ini untuk mengetahui
bagaimana kepuasan stakeholder terhadap
hasil laporan BPK. Imbasnya kepada kualitas
pemeriksaan sebagai bisnis proses utama BPK.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan
pemilik kepentingan atau stakeholder terhadap
hasil pemeriksaan, BPK melakukannya
dengan meminta jasa lembaga eksternal
untuk mengukurnya. Lembaga eksternal yang
terpilih melalui mekanisme tender ini adalah
Lembaga Survey Indonesia LSI. Hasilnya
dinyatakan dalam bentuk indeks kepuasaan
pemilik kepentingan atas hasil pemeriksaan
BPK.
2011 2011
105

Indeks kepuasan pemilik kepentingan inti
merupakan ukuran yang dinyatakan dalam
skala yang merupakan hasil survey yang pada
tahun 2011. Salah satu komponen indikator
kinerja utama ini juga merupakan salah satu
indikator untuk menilai hasil dari proses bisnis
utama BPK, yaitu pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang
menghasilkan output berupa laporan hasil
pemeriksaan (LHP).
Sekali dalam enam bulan BPK juga
menerbitkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester (IHPS) yang merupakan ikhtisar dari
LHP-LHP yang telah diterbitkan BPK. Hasil
pemeriksaan BPK tersebut akan digunakan
dalam proses pengambilan keputusan.
Indikator Kinerja Utama ini menunjukkan
sejauhmana hasil pemeriksaan BPK RI (LHP
dan IHPS) dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pemilik kepentingan dalam proses
tersebut.
Hasil pemeriksaan dinilai dari unsur-unsur
ketepatan waktu penyampaian, substansi,
penyajian, dan manfaat dengan empat kategori
sampel, yaitu:
1. Audit dua semester terakhir, di luar lembaga
legislatif dan aparat penegak hukum;
2. Anggota legislatif, yang terdiri dari DPR,
DPD, DPRD Tingkat Provinsi, dan DPRD
Tingkat Kabupaten/kota;
3. Aparat penegak hukum (APH) yang terdiri
dari Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK; dan
4. Media massa nasional (TV, Koran/tabloid,
majalah, radio, internet). Sampel dipilih
secara acak, kecuali untuk kategori media
massa yang dipilih secara purposive.
Dari hasil survey yang dilakukan LSI
diperoleh nilai indeks kepuasan pemilik
kepentingan BPK adalah 3,74. Nilai ini
dikategorikan sebagai memuaskan. Hasil
dari nilai tersebut sedikit melenceng dari
target untuk mendapatkan nilai 4. Atau, secara
persentase sebesar 93,50% dari target yang
ditetapkan.
Capaian ini mengalami sedikit penurunan
dari capaian pada tahun 2010 dan 2009.
Pada tahun 2010 realisasi target nilai indeks
kepuasan pemeilik kepentingan terhadap hasil
pemeriksaan BPK mencapai 97,25%. Sementara
tahun 2009, mencapai 96,88 %.
Penurunan realisasi target dari dua tahun
sebelumnya lebih disebabkan perbedaan
metodologi yang digunakan LSI tingkat
indepensi dan objektivitasnya lebih tinggi.
Pada dua tahun sebelumnya, metodologi
survey dilakukan secara in-house oleh
SEKALI DALAM ENAM BULAN BPK
JUGA MENERBITKAN IKHTISAR
HASIL PEMERIKSAAN SEMESTER
(IHPS) YANG MERUPAKAN
IKHTISAR DARI LHP-LHP YANG
TELAH DITERBITKAN BPK. HASIL
PEMERIKSAAN BPK TERSEBUT
AKAN DIGUNAKAN DALAM PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
.......................................................................
106
satuan kerja di lingkungan BPK sendiri yairu
Direktorat PSMK. Selain itu, pada tahun 2011,
ada penambahan kategori media massa dan
aparat penegak hukum di dalam survey. Hal
ini dimaksudkan agar pelaksanaan dan hasil
survey kepada pemilik kepentingan BPK
menjadi lebih komprehensif dan menyeluruh.
Selain itu, ada enam indikator kinerja
utama yang pencapaiannya kurang dari 80%,
yaitu:
1. Laporan tindak pidana yang ditindaklanjuti
aparat penegak hukum dengan realisasi
sebesar 11,54% dari target sebesar 50%;
2. Pendapat BPK yang diterbitkan hanya satu
dari target dua pendapat;
3. Rekomendasi peer review yang
ditindaklanjuti mencapai 21,95% dari target
50%;
4. Pemenuhan penyusunan peraturan BPK
mencapai realisasi sebesar 50% dari target
sebesar 75%;
5. Pemenuhan ketersediaan perangkat lunak
pemeriksaan/non pemeriksaan terealisasi
sebesar 58,33% dari target 75%;
6. Pegawai yang memenuhi standar
kompetensi yang dipersyaratkan
realisasinya baru 46,55% dari target 60%.
Faktor penyebab belum tercapainya target
yang telah ditetapkan adalah karena sebagian
indikator kinerja utama tersebut merupakan
indikator-indikator kinerja utama yang baru
diukur dalam periode Renstra 2011-2015,
sehingga tingkat pengertian terkait defnisi
indikator kinerja utama, mekanisme, dan
instrumen pengukurannya belum sepenuhnya
dipahami satuan-satuan kerja di BPK.
Dua Peraturan BPK Diterbitkan
Ada dua peraturan BPK di bidang
pemeriksaan keuangan negara yang
diterbitkan dalam tahun 2011. Dua peraturan
tersebut, yaitu: Peraturan BPK RI No 1 Tahun
2011 tentang Majelis Kehormatan Kode Etik
BPK RI dan Peraturan BPK RI No 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Informasi Publik BPK RI.
Selain dua peraturan yang diterbitkan
pada tahun 2011, ada dua peraturan lainnya
yang telah disampaikan ke pimpinan BPK
atau Badan, tetapi belum diterbitkan. Kedua
peraturan yang masih pending tersebut
adalah Peraturan BPK RI tentang Pemberian
Bantuan Hukum dan Peraturan BPK RI tentang
Pemeriksaan Investigatif.
Secara umum, tahun 2011, BPK sebenarnya
menargetkan empat Peraturan BPK RI yang
diterbitkan. Namun, realisasinya baru dua
Peraturan BPK. Secara persentase, BPK
menargetkan penyusunan peraturan BPK
RI sebesar 75%. Pada tahun 2011, BPK
menargetkan Pemenuhan Penyusunan
Peraturan BPK RI sebesar 75%. Namun,
realisasinya sekitar 66,67% dari target yang
telah ditetapkan.
Capaian atas pemenuhan penyusunan
peraturan BPK RI ini meningkat dibandingkan
dengan capaian tahun 2010 dan 2009. Pada
tahun 2010 capaiannya sebesar 28,57%, dimana
dihasilkan 4 peraturan dari 14 peraturan yang
ditargetkan. Sementara tahun 2009 capaiannya
sebesar 17,86%, dimana realisasinya hanya
menghasilkan 1 peraturan dari 8 peraturan
yang ditargetkan.
Pemenuhan Penyusunan Peraturan BPK
2011 2011
107
RI sebagai salah satu indikator kinerja utama
ini bertujuan untuk memenuhi amanat
undang-undang dalam rangka melengkapi
peraturan-peraturan BPK RI yang diperlukan
untuk memastikan terlaksananya kewenangan
penuh BPK dalam memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara. Dengan
terpenuhinya peraturan-peraturan tersebut
maka diharapkan tercapai kepastian hukum
dalam pelaksanaan tugas dan wewenang BPK.

Peningkatan Mutu Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan Capai 58,33%
Pada tahun 2011 capaian sasaran strategis
dalam hal meningkatkan mutu kelembagaan
dan ketatalaksanaan sebesar 58,33%. Capaian
ini didukung indikator kinerja utamanya
yaitu pemenuhan ketersediaan perangkat
lunak pemeriksaan/ non pemeriksaan dengan
realisasi sebesar 58,33% dari target sebesar 75%.
Persentase capaian tersebut diartikan
bahwa dari sebanyak 7 perangkat lunak
pemeriksaan yang diperlukan, terdapat 3
perangkat lunak pemeriksaan yang telah
diterbitkan. Sedangkan untuk perangkat lunak
non pemeriksaan yang diperlukan sebanyak
5 item, dan sebanyak 4 perangkat lunak non
pemeriksaan yang telah diterbitkan.
Dengan demikian untuk pemenuhan
perangkat lunak pemeriksaan/non
pemeriksaan di tahun 2011 sebesar 58,33%.
Persentase ini mengalami kenaikan apabila
dibandingkan dari tahun 2010 dan 2009.
Pada tahun 2010, pemenuhan ketersediaan
perangkat lunak pemeriksaan/non
pemeriksaan sebesar 54,17%. Sementara tahun
2009, capaiannya hanya 19,05 %.
Perangkat lunak pemeriksaan adalah
panduan atau pedoman yang digunakan oleh
para auditor BPK dalam menjalankan kegiatan
pemeriksaan yaitu berupa petunjuk pelaksana
(Juklak) atau petunjuk teknis (juknis).
Sementara perangkat lunak non pemeriksaan
adalah panduan atau pedoman yang digunakan
oleh para pegawai BPK pada unit penunjang
dan pendukung dalam menjalankan kegiatan
operasional BPK RI sehari-hari yaitu berupa
SOP (Standard Operating Procedure).
Anggota BPK Moermahadi Soerdja Djanegara menyerahkan LHP Kementerian Polhukam.
108
Pengukuran pada indikator utama
pemenuhan ketersediaan perangkat lunak
pemeriksaan/ non pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui ketersediaan juklak/juknis
pemeriksaan dan SOP dalam memberikan
pedoman pelaksanaan kegiatan di seluruh
satuan kerja. Dengan begitu, dapat
meningkatkan kualitas pemeriksaan dan
optimalisasi pelaksanaan kegiatan penunjang
dan pendukung.
Untuk mengukur indikator kinerja utama
ini dilakukan perbandingan antara jumlah
perangkat lunak pemeriksaan dan non
pemeriksaan yang telah diterbitkan dengan
jumlah perangkat lunak pemeriksaan dan
non pemeriksaan yang diperlukan. Perangkat
lunak pemeriksaan dan non pemeriksaan
yang diterbitkan dapat berupa revisi dari
perangkat lunak yang telah ada sebelumnya,
atau merupakan perangkat lunak baru yang
diterbitkan karena adanya kebutuhan.
Perangkat lunak, baik pemeriksaan maupun
non pemeriksaan, yang diterbitkan di tahun
2011 2011
109
2011, seluruhnya merupakan perangkat
lunak baru. Adapun perangkat lunak yang
merupakan revisi dari perangkat lunak yang
sudah ada, masih dalam proses legislasi dan
diharapkan akan dapat diterbitkan di tahun
2012.
Penguatan SDM Masih Perlu Peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM) sangat
penting peranannya bagi kinerja entitas
agar mencapai performa yang baik. BPK
sendiri, khususnya pada tahun 2011, sesuai
Renstra 2011-2015, berupaya melakukan
penguatan SDM yang dimilikinya. Hasil upaya
penguatan SDM tersebut, pada tahun 2011,
relatif stabil jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Namun, secara umum masih
perlu peningkatan.
Salah satu sasaran strategis dalam hal
penguatan SDM ini adalah meningkatkan
kompetensi SDM dan dukungan manajemen.
Untuk mengukur sejauh mana peningkatan
kompetensi SDM dan dukungan manajemen
ini digunakan tiga indikator kinerja utama:
pegawai yang memenuhi standar kompetensi
yang dipersyaratkan, pemenuhan standar jam
pelatihan pemeriksa, dan indeks kepuasan
kerja pegawai.
Dalam hal pegawai yang memenuhi standar
kompetensi yang dipersyaratkan, salah satu
upaya BPK untuk meningkatkan kecakapan
dan keahlian para pegawai adalah telah
dimilikinya standar kompetensi perilaku (sof
skill) yang telah ditetapkan melalui SK Sekjen
BPK RI No. 380/X.XIII.2/10/2009 tanggal 21
Oktober 2009.
Selanjutnya pada tahun 2010 BPK telah
meresmikan Assessment Center yang berlokasi
di Kantor BPK Perwakilan Provinsi DKI
Jakarta. Keberadaan Assessment Center ini
diharapkan akan dapat mempercepat proses
pemenuhan pegawai yang kompeten untuk
melakukan mandat BPK dalam memeriksa
keuangan negara.
Indikator kinerja utama ini mengukur
persentase pegawai yang memenuhi standar
kompetensi yang disahkan oleh Surat
Keputusan (SK) Sekjen untuk jabatan di
lingkungan BPK yang terdiri dari kompetensi
perilaku dan atau kompetensi teknis dengan
level kompetensi tertentu dibandingkan
dengan jumlah pegawai yang telah dinilai
(diassess).
Pada tahun 2011, capaian indikator kinerja
utama ini sebesar 77.58. Dimana, terpatok
target sebesar 60%, sedangkan realisasinya
sebesar 46.55%. Assessment pegawai dilakukan
atas beberapa peran pemeriksa yaitu
Pengendali Teknis, Ketua Tim Yunior dan
Ketua Tim Senior.
Rendahnya pencapaian indikator kinerja
utama ini karena beberapa hal. Pertama, SK
Penetapan Peran Pemeriksa baru diterbitkan
pada bulan Juli 2011 sehingga pelaksanaan
assessment sedikit terlambat. Kedua, jumlah
assessor (penilai) masih relatif sedikit karena
beberapa assessor berasal dari beberapa satuan
kerja yang ada di BPK. Pelaksanaan assessment
juga yang harus menyesuaikan dengan jadwal
para assessor karena harus melakukan kegiatan
pemeriksaan.
Sejak tahun 2009, unsur yang dihitung
untuk indikator kinerja utama ini tidak
berubah, yaitu jumlah pegawai yang sudah
sesuai dengan standar kompetensi dan jumlah
pegawai yang diasses. Target yang ditetapkan
dari tahun 2009 hingga 2011 tetap sama yaitu
60%.
110
Capaian dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 mengalami fuktuasi. Pada tahun
2009 capaiannya sebesar 75.77. Sementara,
tahun 2010 capaiannya mengalami kenaikan
sebesar 26.43 sehingga mencapai 102.00.
Dan, pada tahun 2011 capaiannya mengalami
penurunan kembali sebesar 24.42 sehingga
mencapai 77.58.
Pada pemenuhan standar jam pelatihan
pemeriksa, berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), setiap dua tahun,
pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan
harus menyelesaikan paling tidak 80
jam pendidikan. Hal ini secara langsung
diharapkan dapat meningkatkan kecakapan
profesional pemeriksa untuk melaksanakan
pemeriksaan.
Pengukuran terhadap pemenuhan standar
jam pelatihan bagi pegawai pemeriksa
bertujuan untuk mengetahui pengembangan
kompetensi melalui pendidikan dan latihan
bagi pegawai pemeriksa untuk memenuhi
standar pendidikan berkelanjutan yang diatur
dalam SPKN. Tujuannya, untuk mendorong
para pemeriksa agar senantiasa meningkatkan
kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan
yang terkait dengan pemeriksaan.
Indikator kinerja utama ini mengukur
persentase pengembangan kompetensi
melalui pendidikan dan latihan bagi pegawai
pemeriksa agar memenuhi standar pendidikan
berkelanjutan yang diatur dalam SPKN.
Dihitung berdasarkan persentase jumlah
pemeriksa yang memenuhi standar jam
pelatihan dari seluruh pegawai pemeriksa.
Pada tahun 2011, capaian atas indikator
kinerja utama ini sebesar 105.00, dimana
BPK menargetkan pemenuhan standar jam
pelatihan pemeriksa sebesar 80%. Realisasinya
sebesar 84.75%. Capaian ini melebihi dari
target yang telah ditetapkan. Artinya, dari
seluruh pegawai pemeriksa sebanyak 2.877,
yang telah memenuhi standar pelatihan
pemeriksa adalah sebanyak 2.438 pemeriksa.
Jika dibandingkan dengan capaian dari
tahun 2009 hingga 2011, indikator kinerja
utama ini mengalami fuktuasi. Pada tahun
2009 capaiannya sebesar 120.00. Pada tahun
2010 capaiannya turun 37.91 menjadi 82.09.
Dan, pada tahun 2011 capaiannya naik kembali
mencapai 105.00.
Dari perbandingan capaian selama tiga
tahun terakhir, menunjukkan bahwa capaian
atas pemeriksa yang memenuhi standar jam
pada tahun 2009 sebesar 120.00 yang turun
di tahun 2010 sebesar 37.91 menjadi 82.09.
Sedangkan pada tahun 2011 naik 22.91 menjadi
105.00. Hal ini disebabkan, pada tahun 2010
adanya peningkatan beban kerja secara umum
di setiap satuan kerja. Akibatnya, diklat yang
dapat diikuti oleh pegawai menjadi lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun 2009.
Sementara pada tahun 2011, capaiannya
meningkat disebabkan karena koordinasi
antara satuan kerja pemeriksa dengan
Pusdiklat yang semakin baik sehingga tercapai
kesesuaian antara jadwal pelatihan yang
diberikan Pusdiklat dengan waktu pemeriksa
melakukan kegiatan pemeriksaan.
Selain melakukan penilaian atas pegawai
melalui assessment dan pemberian pelatihan,
BPK perlu juga mengetahui seberapa besar
tingkat kepuasan pegawai. Maka, dilakukanlah
survei atas kepuasan kerja pegawai.
Komponen yang digunakan untuk menilai
kepuasan kerja pegawai adalah kesejahteraan,
2011 2011
111
iklim organisasi, kesempatan pengembangan
diri, kualitas sarana dan prasarana, akomodasi
kepentingan pribadi, dan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Pada tahun 2011, survey atas kepuasan
kerja pegawai dilakukan oleh LSI agar hasilnya
lebih independen dan objektif. Sementara pada
tahun 2008, 2009, dan 2010, survey dilakukan
secara swakelola oleh BPK.
Metode yang digunakan adalah stratifed
two-stage random sampling. Jumlah responden
sebanyak 420 orang dari 5.580 populasi.
Sampel terpilih mewakili Kantor Pusat. Lalu,
perwakilan BPK wilayah Barat sebanyak 8
dari 16 provinsi yang dipilih secara acak. Dan,
perwakilan BPK wilayah Timur sebanyak 8
dari 17 provinsi yang juga dipilih secara acak.
Seluruh responden diwawancarai melalui tatap
muka menggunakan kuesioner.
Hasil survei menunjukkan skala 3,46 atau
berpredikat memuaskan. Capaian ini sedikit
kurang dari target. Targetnya sendiri yang
dipatok sebesar 3,5. Sehingga capaiannya
adalah sebesar 98,85.
Secara umum terjadi peningkatan realisasi
atas komponen-komponen pada indikator
kinerja utama indeks kepuasan pegawai jika
dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010.
Hanya terdapat sedikit penurunan pada
komponen kesejahteraan dan iklim organisasi.
Realisasi komponen kesejahteraan pada
tahun 2011 atau menunjukkan skala 3,20.
Hasil ini tetap jika dibandingkan dengan
realisasi tahun 2010 yang juga menunjukkan
skala 3,20. Tapi, capaian ini menurun jika
dibandingkan dengan realisasi tahun 2009
yang sebesar 3,24. Penurunan ini disebabkan
pada survey tahun 2011, dimensi kesejahteraan
memisahkan kepuasan terhadap penghasilan
dengan kesempatan pengembangan diri dan
akomodasi kepentingan pribadi. Sementara
pada tahun 2009 dan 2010 ketiga komponen
tersebut digabung.
Pada komponen iklim organisasi, pada
tahun 2011 realisasinya menunjukkan skala
3,66. Capaian ini mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan tahun 2010
yang menunjukkan skala 3,77 dan tahun
2009 yang menunjukkan skala 3,74. Hal
ini dikarenakan pada tahun 2010 dan 2009
komponen iklim organisasi hanya menilai
empat hal: budaya (culture), kepemimpinan
(leadership), keterhubungan (alignment), dan
kerja kelompok (teamwork). Sementara pada
tahun 2011 komponen iklim organisasi menilai
lima hal: kedisiplinan, hubungan dengan
rekan kerja, kepemimpinan, hubungan dengan
atasan, dan kejelasan/informasi.
Secara umum, tren dari Indeks Kepuasan
Pegawai cukup stabil dibandingkan dengan
dua sebelumnya, walaupun sedikit mengalami
penurunan jika dibandingka pada tahun 2010.
Jika pada tahun 2011 mencapai 98,85, maka
tahun 2010 sebesar 99,40 dan tahun 2009
sebesar 93,14.
112
"
KONSEP PENERAPAN E-AUDIT INI MUNCUL KETIKA
MELIHAT ADANYA KESENJANGAN ANTARA JUMLAH
ENTITAS YANG DIPERIKSA, OBJEK PEMERIKSAAN,
HARAPAN STAKEHOLDER DENGAN SUMBER DAYA
YANG DIMILIKI BPK. ADA SEBUAH HAL YANG TIMPANG
ANTARA KEKUATAN SENDIRI DENGAN TUGAS-
TUGASNYA DAN HARAPAN MASYARAKAT ATAUPUN
STAKEHOLDER TERHADAP BPK.
"
113
Jalinan Kesepakatan Bersama
Ide pemeriksaan secara eletronik atau
e-audit mulai diapungkan pada kepemimpinan
BPK periode 2009-2014. Dituangkan dengan
konsep besar BPK Sinerginya dan Pusat Data
BPK sebagai salah satu pilar pentingnya.
Konsep penerapan e-audit ini muncul ketika
melihat adanya kesenjangan antara jumlah
entitas yang diperiksa, objek pemeriksaan,
harapan stakeholder dengan sumber daya yang
dimiliki BPK. Ada sebuah hal yang timpang
antara kekuatan sendiri dengan tugas-
tugasnya dan harapan masyarakat ataupun
stakeholder terhadap BPK.
BPK memiliki keterbatasan dalam jumlah
pemeriksanya. Di sisi lain, jumlah entitas
yang diperiksa dan objek pemeriksaan begitu
banyak. Ditambah tuntutan yang tinggi dari
masyarakat dan stakeholder terhadap kinerja
BPK.
Jika e-audit berhasil diterapkan, maka
diyakini dapat memperkecil kesenjangan
tersebut. Pemeriksaan BPK akan lebih efektif
dan efsien. Keuntungan yang kurang lebih
sama juga didapat entitas yang diperiksa BPK.
Dengan penerapan e-audit ini juga
bisa mewujudkan Sinergi Nasional Sistem
Informasi (SNSI) antara BPK dan entitas-
entitas yang diperiksa BPK yang bermuara
pada Pusat Data BPK. SNSI ini sendiri
diharapkan mampu menciptakan pusat
data keuangan negara yang terintegrasi.
Jadi, seluruh data, baik keuangan maupun
nonkeuangan semua entitas yang diperiksa
BPK masuk ke dalam Pusat Data BPK.
Pusat Data inilah yang kemudian
digunakan untuk tujuan pemeriksaan BPK
melalui e-audit. Hasilnya akan meningkatkan
upaya-upaya dalam mengurangi KKN yang
terjadi secara sistemik, mengoptimalkan
penerimaan negara dan daerah serta
meningkatkan efsiensi dan efektiftas
pengeluaran negara dan daerah. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Nilai positif yang didapatkan dari
penerapan e-audit ini tentu perlu dicapai.
Untuk mencapainya tidak bisa hanya pada
tataran konsep saja. Sebelum e-audit ini
diterapkan perlu pondasi yang kuat melalui
pengembangan-pengembangan. Dan, BPK
tidak bisa sendirian melakukannya. Perlu
dukungan dari berbagai pihak.
Saat pertemuan pimpinan lembaga
negara tanggal 21 Januari 2010, di Bogor,
BPK mendapat dukungan penuh dari
pimpinan lembaga-lembaga negara lainnya.
Setelah mendapat dukungan penuh dari
pimpinan lembaga-lembaga negara,
termasuk pemerintah, konsep e-audit mulai
dimatangkan.
Menyongsong tahun 2011, pada
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2011-
2015 dengan Rencana Implementasi Renstra
(RIR), dimasukkanlah pengembangan e-audit
sebagai salah satu bagian dalam inisiatif
strategis yang ingin dicapai BPK. Berbagai
komponen pun disusun dan dibangun sebagai
pondasi dalam mendukung pengembangannya
Dari sinilah Grand Design e-audit dan Road
Map pengembangan e-audit disusun.

Seiring dengan hal itu, BPK juga mulai
menjalin kesepakatan bersama dengan semua
entitas yang diperiksa BPK dalam rangka
pengembangan e-audit. Intinya, BPK dan
114
115
Pemeriksaan secara elektronik atau e-audit akan menjawab tantangan
BPK ke depan. Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi ketimpangan
antara terbatasnya sumber daya dan banyaknya obyek pemeriksaan.
Lebih efsien, efektif dan ekonomis.
116
entitas yang diperiksa sama-sama bersepakat
dalam mengembangkan sistem teknologi dan
informasi di institusi masing-masing untuk
mendukung penerapan e-audit.
Upaya BPK menjalin kesepakatan bersama
ini hanya untuk mengatur tatacaranya saja.
Bukan meminta ijin. Sebab, berdasarkan
amanat UUD45 dan peraturan perundang-
undangan yang terkait keuangan negara,
khususnya UU No. 15 Tahun 2006 tentang
BPK, BPK memiliki kewenangan dalam
meminta data yang diperlukan. Dan, entitas
yang diperiksa wajib menyerahkan data yang
diminta.
Kesepakatan bersama terkait dengan
pengembangan e-audit ini pertama kali
dilakukan dengan Perusahaan Listrik Negara
(PLN) pertengahan bulan Juni 2010. Kemudian
BPK terus menjalin kesepakatan bersama
dengan entitas-entitas lainnya, baik entitas di
Pusat maupun pemerintah-pemerintah daerah.
2011 2011
117
Jalinan kesepakatan bersama ini kemudian
lebih diintensifan pada tahun 2011. Tak
heran memang, karena dalam Grand Design
Reformasi Birokrasi 2011-2015 yang diikutkan
dalam Renstra BPK 2011-2015, pengembangan
e-audit menjadi salah satu prioritas BPK.
Hasilnya, sampai Desember 2011, sudah
1050 entitas yang melakukan kesepakatan
bersama dengan BPK. Entitas terakhir yang
melakukan kesepakatan bersama dengan BPK
adalah 11 pemerintah daerah, baik provinsi,
kabupaten, dan kota se-Nusa Tenggara Barat.
Jumlah entitas pada tahun 2011, yang
menjalin kesepakatan bersama dalam rangka
pengembangan e-audit ini mengalami lonjakan
yang besar. Bandingkan dengan tahun 2010.
Sampai per Desember 2010, baru sekitar 50-an
entitas yang menjalin kesepakatan bersama
ini.
Jalinan kesepakatan bersama antara BPK
dan entitas yang diperiksa ini berupa nota
kesepahaman dalam rangka pengembangan
akses data dalam kerangka teknologi dan
informasi. Nota kesepahaman inilah yang
menjadi salah satu dasar hukum untuk
melaksanakan e-audit.
Nota kesepahaman tersebut dimaksudkan
untuk mengatur tatacara pemerolehan data
entitas untuk kepentingan pemeriksaan BPK.
Pengaturan tatacara pemerolehan data ini
didukung dengan petunjuk teknis akses data
entitas. Fungsinya sebagai panduan bagi para
pemeriksa BPK dan pelaksana dari entitas
yang berperan dalam pelaksanaan e-audit.
Tujuan juknis sendiri ada dua hal. Pertama,
untuk memberikan informasi yang jelas
mengenai prosedur atau langkah-langkah
pengembangandan pengelolaan sistem
informasi untuk akses data entitas dalam
rangka pelaksanaan e-audit. Kedua, untuk
menentukan batasan tanggung jawab bagi
para pemeriksa BPK dan pelaksana dari
entitas yang berperan dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem informasi akses data
entitas.
Seluruh entitas yang telah menjalin
kesepakatan bersama ini nantinya secara
otomatis menyediakan data-data elektronik
yang dibutuhkan BPK dalam kegiatan
pemeriksaannya. Namun, ini juga butuh
pengembangan. Perlu sarana infrastruktur
teknologi informasi (TI), baik di BPK
maupun entitas-entitas yang telah menjalin
kesepakatan bersama. Sehingga nanti lebih
terstruktur.
Tiga fokus Pengembangan
Pengembangan e-audit tahun 2011, selain
terus menjalin kesepakatan bersama dengan
entitas, juga memfokuskan diri pada tiga hal.
Ketiga hal yang menjadi fokus BPK untuk
dikembangkan dalam kerangka pengembangan
e-audit ini adalah penyiapan infrastruktur,
peningkatan kapasitas (capacity building), dan
uji coba implementasi dalam bentuk piloting
e-audit.
Fokus pertama terkait penyiapan
infrastruktur. Dalam tahun 2011,
pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pengembangan dan penerapan e-audit
dilakukan. Dalam tahun itu juga infrastruktur
yang dibangun sudah memenuhi prasyarat
pokok penerapan e-audit. Infrastruktur yang
dibangun tersebut, di antaranya: koneksi
jaringan, server/pusat data, dan sofware
pengolah data, dll. Penyediaan infrastruktur TI
untuk mendukung pengembangan e-audit ini
118
selama tahun 2011 telah menelan biaya Rp62,9
miliar.
Terkait dengan hal ini, BPK juga melakukan
IT Assessment yang salah satunya melalui
penyebaran kuesioner kepada seluruh entitas.
Dimana, BPK melakukan evaluasi dan
penilaian terhadap kesiapan infrastruktur
TI entitas yang telah menjalin kesepakatan
bersama. Hal ini berpengaruh pada data apa
yang dibutuhkan BPK dalam melakukan
pemeriksaan secara elektronik.
Selain itu, disiapkan pula perangkat
prosedural seperti Pedoman, Prosedur Operasi
Standar (POS), dan Panduan terkait e-audit.
Perangkat prosedural ini sendiri sebagian
telah disusun dan sebagian lagi masih dalam
bentuk draf. Adapun bidang-bidang yang
dibuatkan Pedoman, POS, Panduannya ini,
yaitu: pengelolaan dokumentasi pemeriksaan
elektronik, struktur data, pengamanan
data, pemerolehan data, pemanfaatan data
e-audit, back up dan restore data, retensi dan
pemusnahan data, pemanfaatan Command
Center, dan piloting.
Fokus kedua, terkait peningkatan kapasitas
untuk mengimplementasikan penerapan
pengembangan dan penerapan e-audit.
Dilaksanakanlah workshop dan piloting e-audit.
Workshop dan piloting dilaksanakan secara
terpisah.
Pelaksanaan workshop bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan untuk
pemeriksa BPK agar mendapatkan gambaran
dan arahan apa yang harus dilakukan
TPP
Auditor Auditee
1.
Penyiapan
Data
2. Link dan
Akses Data
4. Koordinasi
Monitoring
Evaluasi
(Kormonev)
4. Kormonev
5. Akses dan
Matching Data
8. Field Audit
6. Query
Data
10.
Akses TP
3. Olah dan
Upload Data
COMMAND
CENTER
PORTAL
E-AUDIT
9. Kirim
LHP
SKENARIO PILOTING
7. Korespondensi Audit
PUSAT
DATA
BPK
2011 2011
119
dalam kegiatan piloting e-audit. Workshop
dilaksanakan selama empat hari, 4-7 Oktober
2011 di tiga tempat: Pusdiklat BPK, Command
Center Kantor Pusat BPK, dan Kantor BPK
Perwakilan Provinsi DKI Jakarta. Materinya
meliputi: Grand Design e-audit; metodologi dan
teknik pemeriksaan atas laporan keuangan
interim semester I tahun 2011 dengan
pendekatan e-audit; memahami konsep
tentang TABK, database, Command Center, dan
aplikasi e-BPK; serta pedoman dan panduan
e-audit. Pesertanya melibatkan seluruh satuan
kerja pemeriksa di BPK pada 17 entitas yang
ikut serta dalam piloting.

Setelah dilakukan workshop, maka
tim pemeriksa yang ambil bagian dalam
piloting e-audit melakukan pemeriksaan
interimnya (sementara) dengan rentang
waktu pemeriksaan bervariasi antara 15-60
hari. Pada tahap piloting ini hasilnya ternyata
menggambarkan bahwa pemanfaatan e-audit
mampu mengungkapkan indikasi-indikasi
ketidakakuratan maupun kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan entitas yang
selama ini sulit ditemukan atau diungkap
dalam prosedur pemeriksaan biasa.

Realisasi dari ketiga fokus pengembangan
e-audit pada tahun 2011 sebagian besar sudah
tercapai sesuai rencana. Walau begitu, tetap
perlu evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
mengingat penerapan e-audit ini melibatkan
entitas yang diperiksa dan cakupannya yang
luas.
Merancang Bangunan e-audit
Setelah memasukkan pengembangan
e-audit dalam Renstra 2011-2015, BPK
mulai menyusun rancang bangun e-audit.
Ada beberapa komponen yang dibangun
untuk mendukung pengembangan dan
penerapannya. Pembangunan ini seiring-
sejalan dengan proses menjalin kesepakatan
melalui penandatanganan nota kesepahaman
antara BPK dan entitas-entitas yang diperiksa.
Adapun komponen-komponen yang
dibangun untuk pengembangan dan
penerapan e-audit ini adalah: Komponen
penyajian informasi dan korespondensi, Pusat
Data, Master Agent Consolidator dan Agent
Consolidator, serta Document Management.
1. Penyajian informasi dan
korespondensi
Komponen ini terdiri dari portal e-audit dan
Command Center. Portal e-audit adalah website
yang berfungsi sebagai antar muka bagi pihak
internal (BPK) maupun pihak eksternal (entitas
terperiksa) dalam pemanfaatan sistem e-audit.
Informasi yang disajikan melalui Portal e-audit
bersumber dari Pusat Data e-audit, yaitu
meliputi data umum, data spesifk, dan data
unik.
DENGAN ADANYA PORTAL
E-AUDIT AKAN MEMBERIKAN
KEMUDAHAN BAGI PENGGUNA
UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI
SECARA ALL-IN-ONE MELALUI
SATU GERBANG. TANPA HARUS
MENGETAHUI BERBAGAI ALAMAT
WEB YANG BERBEDA.
...........................................................................................................................................................................
120
Portal e-audit
dapat diakses oleh pihak internal melalui
alamat htp://eportal.eaudit.bpk.go.id. Untuk
melakukan akses, pemeriksa melakukan
login menggunakan username dan password
aplikasi PIP. Sedangkan pihak eksternal dapat
mengakses Portal e-audit melalui alamat htp://
eaudit.bpk.go.id menggunakan username dan
password yang disediakan untuk masing-
masing entitas pemeriksaan.
Dengan adanya portal e-audit akan
memberikan kemudahan bagi pengguna
untuk memperoleh informasi secara all-in-one
melalui satu gerbang. Tanpa harus mengetahui
berbagai alamat web yang berbeda.
Di sisi lain, bentuk portal ini berupa
website sebagai antarmuka bagi pihak internal
maupun eksternal yang ingin langsung
memanfaatkan sistem e-audit. Bagi entitas,
portal e-audit dapat digunakan entitas untuk
melakukan penelusuran terhadap tindak lanjut
pemeriksaan, progress penyelesaian suatu
temuan pemeriksaan, LHP, dan pemantauan
penyelesaian kerugian negara/daerah yang
terkait dengan entitas yang bersangkutan.
Selain itu, dapat pula dimanfaatkan untuk
menyajikan hasil analisis data keuangan/
non keuangan yang dihasilkan sistem ini
dan diperuntukkan untuk entitas apabila
dikehendaki.
Bagi BPK, portal e-audit ini akan
mengurangi pekerjaan administratif di BPK
terkait perekaman tindak lanjut. Sebab, entitas
dapat secara online menyampaikan tindak
lanjut atas rekomendasi pemeriksaansecara
online. Selama ini dilakukan menggunakan
aplikasi SMP (Standar Manajemen
Pemeriksaan).Selain itu, Portal e-audit ini
dapat pula digunakan untuk melakukan
pengiriman data ke sistem e-audit.
Secara umum Portal e-audit ini terdiri atas
beberapa fungsi antara lain:
1. Browse status pemeriksaan;
2. Perekaman tindak lanjut atas rekomendasi
BPK;
3. Informasi tingkat penyelesaian sebuah
rekomendasi
4. Upload Data Elektronik dengan isi dan
format yang disepakati;
5. Korespondensi Pemeriksaan berupa:
- Notifkasi status penyelesaian akses data
elektronik dari entitas ke BPK;
- Notifkasi kontrol total atas data yang
berhasil diterima Pusat Data;
- Notifkasi atas terbitnya Surat Tugas
Pemeriksaan;
- Notifkasi atas terbitnya sebuah LHP,
lengkap dengan detil temuan dan
rekomendasinya;
- Notifkasi permintaan data baru sesuai
kebutuhan pemeriksaan.
2011 2011
121
Terkait dengan keamanan atas informasi di
portal e-audit ada mekanisme yang diterapkan.
Melalui mekanisme persetujuan, otorisasi,
otentifkasi, dan pemisahan informasi. Selain
itu, data-data entitas yang telah terkumpul
akan saling terpisah karena portal e-audit ini
bagi entitas adalah bersifat Mutual Exclusion
Data Exchange dengan BPK. Dimana, dalam
skema transaksi data,walaupun entitas-
entitas yang mengakses informasi melalui
infrastruktur yang sama, tidak dapat saling
bersatu entitas dengan entitas yang lain.
Dengan kata lain, tidak ada proses komunikasi
di antara mereka. Entitas hanya dapat
mengenal dan melakukan komunikasi dengan
e-BPK dan dengan data yang terkait entitas
yang bersangkutan.
Sementara, Command Center digunakan
Pemeriksa sebagai jembatan bagi Pemeriksa
untuk memanfaatkan Pusat Data BPK melalui
media Portal e-audit. Command Center berupa
suatu ruangan khusus yang dilengkapi
beberapa workstation atau komputer yang
berhubungan dengan sistem e-audit. Ruangan
khusus ini dapat dimanfaatkan Pemeriksa
dalam melakukan tugas pemeriksaannya.
Untuk mendukung Command Center, maka di
dalamnya dilengkapi dengan scanner, printer,
dan mesin fotokopi.
Keberadaan dan fungsi dari Command
Center dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan teknologi.
Untuk kebutuhan tertentu dimana BPK
berkepentingan untuk melakukan akses sistem
milik entitas secara jarak jauh, maka aktiftas
tersebut hanya dapat dilakukan melalui
Command Center.

Dalam Command Center terdapat fungsi
end user computing. Fungsi ini merupakan
suatu sistem untuk mengembangkan sarana
otomatisasi dan membuat pelaporan sendiri
berbasis TABK, selain yang ada di portal
e-audit.
Selain Portal e-audit dan Command
Center, sebagai alat bantu pemeriksa dalam
menganalisis data, BPK melalui Biro TI-nya
telah menyiapkan sofware Teknik Audit
Berbantuan Komputer (TABK). Beberapa
sofware yang telah disiapkan itu adalah ACL,
Arbutus, dan MS. Excel.
Pada piloting 2011 tercatat bahwa masih
terdapat beberapa pemeriksa yang belum
familiar dalam menggunakan TABK. Dengan
demikian, Biro TI dan Dit. Litbang akan
menyempurnakan Manual penggunaan
TABK dan memberikan pelatihan singkat
penggunaan TABK kepada pemeriksa yang
entitasnya terpilih sebagai objek piloting.
Portal e-audit dibuat untuk melakukan
122
pengumpulan menjadi satu berbagai data dan
informasi yang tersebar. Berfungsi juga untuk
melakukan pengumpulan berbagai informasi
situs web. Selain itu, portal ini digunakan
sebagai media akses utama bagi pihak internal
dan eksternal BPK untuk mengakses ke
berbagai informasi atau aplikasi berbasis web.
2. Pusat Data
Komponen lain yang dibangun adalah Pusat
Data. Pusat Data ini berfungsi sebagai pusat
pengumpulan dan pengelolaan data yang
bersifat data terstruktur (data olahan) maupun
tidak terstruktur (data mentah) yang berasal
dari entitas.
Pusat Data terintegrasi dengan modul
penerima pertukaran data elektronik (master
agen konsolidator). Dapat difungsikan sebagai
pusat kolaborasi dokumen dari pihak-pihak
pengguna internal yang ingin memanfaatkan
data tersebut. Pusat data dibangun dengan
rancangan yang mendukung penerapan model
Business Intelligent. Berintegrasi dengan modul
penerima pertukaran data elektronik (master
agen konsolidator) yang diharapkan mampu
menyediakan ftur early warning sistem (sistem
peringatan dini) dalam sistem e-audit sebagai
pengamanan.
Beberapa sub komponen dari Pusat Data ini
adalah BPK Data service, Database dan Data
Warehouse, Data Qality Management, dan
komponen integrasi dengan sistem internal
BPK. BPK Data Service merupakan aplikasi
core audit business. Dimana, komponen
yang berfungsi ini akan menjalankan ftur
otomatisasi proses bisnis yang berkaitan
dengan proses audit pemeriksaan di BPK.
Dapat dikatakan juga sebagai smart engine
yang digunakan untuk pengolahan data
elektronik pada Pusat Data BPK secara
elektronik sesuai alur proses yang sudah
didefnisikan pada sistem.
Komponen ini melebur di dalam Pusat
Data dan berfungsi sebagai jembatan antara
aplikasi sistem dengan database sehingga
tidak ada hubungan secara langsung antara
aplikasi sistem dengan database. Beberapa
contoh proses yang dilakukan oleh BPK
data Service antara lain: data cleansing atau
pembersihan data dari data-data duplikasi
terutama dari kesalahan pengetikan, terkait
aspek akurasi dan keterpaduan integritas data;
konversi struktur data ke dalam standar data
BPK (standarisasi data); matching data antar
entitas; otomasi prosedur analitis pemeriksaan,
termasuk prosedur data matching; dan
ftur early warning system. Database dan
Data Warehouse ini terdiri dari basis data
dan fungsi-fungsi perancangan struktur
data pelaporan dan penyajian data analisis
(OLAP) sebagai data pendukung pengambilan
keputusan.
Database sendiri adalah kumpulan
informasi yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa
menggunakan suatu program komputer
untuk memperoleh informasi dari basis data
tersebut. Sementara Data Warehouse adalah
suatu sistem komputer untuk mengarsipkan
dan menganalisis data suatu organisasi, seperti
data penjualan, gaji, dan informasi lain dari
operasi harian.
Database e-audit ini menggunakan skema
data dengan pendekatan data warehouse.
Dalam pembentukannya, data warehouse
ini pada sistem e-audit dibangun dengan
mengelompokan data menurut kelompok
entitas (Kementerian/Lembaga dan Bank
Indonesia, BUMN/BUMD/BLU/BLUD, dan
2011 2011
123
Command
Center
Kemenkeu
K/L 1
BUMN 1
BUMN 2
PEMDA 1
PEMDA 2
Lain-lain
Data Req.
Model-A
Data Req.
Model-A
Data Req.
Model-B
Data Req.
Model-B
Data Req.
Model-C
Data Req.
Model-C
Data Req.
Model-D
Interf. C
Interface A
Interf. B
Interf. D
Interface A
Interf. B
Interf. C
SIMPLIFIKASI MONITORING BPK
Portal
e-BPK
e-BPK
a.l.
e-Audit
PUSAT
DATA
BPK
Pemerintah Daerah).
Lalu, Data Qality Management atau
manajemen kualitas data. Terdiri dari beberapa
ftur yang dapat melakukan standarisasi data
dari berbagai berapa sumber. Fitur tersebut
bertujuan antara lain: untuk mengidentifkasi
duplikasi dengan berbagai tingkat kemiripan
(degree of similarity); memberikan saran atau
pilihan data yang dianggap paling akurat
sesuai dengan kriteria yang ditentukan; dan
menyediakan tempat penyimpanan sementara
untuk data yang tidak konsisten sebelum
dilakukan proses standarisasi. Teknologi ftur-
ftur tersebut ini sangat membantu BPK untuk
memperoleh data eksternal yang bersih dan
siap digunakan.
Dan, komponen integrasi dengan sistem
internal BPK. Dalam model ini, sistem informasi
internal atau yang kemudian disebut sebagai
e-BPK adalah kumpulan sistem komputerisasi
proses bisnis BPK-RI yang sudah saling
terintegrasi yang meliputi Sistem Informasi
SDM, Sistem Informasi Keuangan, Sistem
Informasi BMN, Database Entitas Pemeriksaan
dan Sistem Manajemen Pemeriksaan. Keempat
sistem tersebut membentuk suatu Sistem
Auditing Resource Planning yang saling
terintegrasi dan mengusung konsep Single Point
of Truth. Dimana, tidak terjadi penyebaran data
elektronik yang redundan atau mubazir. Sistem
ini juga menjadi salah satu sumber pengaya
Knowledge Center. Sistem inilah yang saat ini
124
selalu digunakan oleh pegawai BPK baik
pemangku Jabatan Fungsional Pemeriksa
maupun yang bukan dalam melaksanakan
tugas pokoknya sehari-hari. Keempat sistem
tersebut dibungkus dalam suatu platform
aplikasi yang disebut Portal Induk Pegawai
yang dilengkapi dengan Data Mining Model
untuk keperluan analisa data baik terkait
kegiatan pemeriksaan maupun kegiatan
penunjang dan pendukung pemeriksaan.
3. Master Agen Konsolidator dan Agen
Konsolidator
Agen Konsolidator dan Master Agen
Konsolidator adalah sepasang aplikasi yang
berfungsi sebagai ETL (extract, transform, load)
dari sumber data yang ada di database entitas
ke pusat data BPK. Master Komponen ini, agen
konsolidator dan agen konsolidator merupakan
sistem aplikasi yang dikembangkan untuk
memindahkan mengkonsolidasikan data
elektronis dari sistem entitas ke Pusat Data
BPK melalui saluran komunikasi data yang
disepakati bersama.
Master agen konsolidator terletak di Pusat
Data BPK RI. Sementara Agen konsolidator
adalah aplikasi yang dikembangkan BPK RI
yang dipasang di Pusat Data milik entitas
untuk memindahkan data dari entitas ke pusat
data BPK RI.
Namun demikian, BPK berusaha untuk
mengefsienkan proses pemindahan data ini
dengan menggunakan jalur komunikasi yang
paling murah dengan memperhatikan aspek
keamanan dan kehandalan data. Komponen ini
dapat memberikan early warning system dalam
bentuk notifkasi otomatis pada saat proses
ETL setelah pengiriman data dan identifkasi
ketidaksesuaian terhadap hasil konsolidasi
data entitas hasil analisis dalam sistem e-audit.
4. Document Management
Komponen ini merupakan sistem yang
memproses dokumen non-elektronis
pemeriksaan data-data hardcopy dokumen
pemeriksaan, misalnya Laporan Keuangan,
menjadi dokumen elektronis dan mengelola
dokumen elektronis kegiatan pelaksanaan
pemeriksaan. Termasuk Kertas Kerja
Pemeriksaan elektronis.
Pengelolaan dokumen meliputi kegiatan
penyimpanan (repository), penomorann/
versioning, indexisasi, publikasi, tracing
(penelusuran), pencarian (searching) dan
pengarsipan dokumen elektronik, baik data
digital untuk keperluan pengarsipan dan
database untuk keperluan perbandingan.
Hasil digitalisasi data hardcopy akan
diperbandingkan dengan database yang
diperoleh dari transaksi keuangan/
non keuangan entitas. Komponen ini
dikembangkan apabila komponen
utama e-audit lainnya telah efektif
diimplementasikan.
KEGIATAN PILOTING SEBAGAI
METODE UJI COBA PEMERIKSAAN
PADA LINGKUNGAN E-AUDIT
DILAKUKAN SECARA BERTAHAP.
SESUAI DENGAN KESIAPAN SISTEM
E-AUDIT UNTUK MENYEDIAKAN
KEBUTUHAN DATA BAGI PARA
PEMERIKSA BPK.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
125
Empat komponen bangunan e-audit
tersebut tentu tidak berarti jika tanpa
didukung oleh sumber daya manusia yang
mengoperasikannya. Oleh karena itu, pada
saat piloting e-audit tahun 2011 dilakukan,
Tim Implementasi e-audit 2011 telah
menginisiasikan kegiatan untuk berbagi
pengetahuan antara Tim Implementasi
e-audit dan Tim Pemeriksa. Kegiatan ini
diselenggarakan dalam bentuk workshop yang
berisi pemaparan dari Tim Implementasi
e-audit kepada Tim Pemeriksa mengenai:
1. Pemahaman mengenai sistem e-audit yang
terdiri dari Pusat Data, Command Center,
dan Portal e-audit melalui pemaparan Grand
Design e-audit serta Pedoman, POS, dan
Panduan terkait implementasi e-audit;
2. Pemanfaatan sistem e-audit dalam
pemeriksaan serta keterkaitannya
dengan lingkup pemeriksaan dan tujuan
pemeriksaan;
3. Pemahaman mengenai keterhubungan data
antar-entitas;
4. Penerapan metodologi dan teknik
pemeriksaan atas Laporan Keuangan Interim
Semester I Tahun 2011 dengan pendekatan
e-audit;
5. Memberikan praktik langsung cara
mengakses, menarik, dan mengolah data di
Pusat Data dan Command Centre;
6. Pelatihan TABK bagi Tim Pemeriksa.
Pelatihan ini tidak hanya diberikan pada saat
Konfirmasi ke Auditee yang
terkait; via Korespondensi Audit,
peringatan di Sistem Informasi
Auditee, dll.
PERBEDAAN DATA
Basisdata Pengolah
Pasal 10
UU 15/2004
Pasal 9
UU 15/2006
Data Yang disampaikan
Omzet jasa konstruksi pd Lap Keu-nya
Data Yang disampaikan
Penerusan pinjaman LN/ Pembayaran
Termin Kontrak
Data Yang disampaikan
DPA Proyek Pembangunan Jalan;
SPM/ SP2D, Nota Debet, Bukti
Transfer
Data Pihak ketiga
Data Dinas PU/ SKPD
Data Kemenkeu
126
workshop saja, namun juga akan dilakukan
secara berkesinambungan sejalan dengan
pelaksanaan piloting.
Dalam kegiatan workshop tersebut, Tim
Pemeriksa merancang penerapan metodologi
pemeriksaan terinci dengan memanfaatkan
sistem e-audit sehingga tim pemeriksa
menghasilkan Program Pemeriksaan (P2)
berbasis e-audit.
Membumikan e-Audit dengan
Piloting
Tahun 2011 menjadi tahun dimana
terobosan e-audit mulai diperkuat
pondasinya. Setelah konsep muncul ke
permukaan, maka tataran implementasi
dari konsep itu mulai dijalankan. Tahun
2011 itulah implementasi konsep e-audit
mulai dijalankan secara lebih gencar, walau
rintisannya sudah dilakukan pada 2010.
Dimulai dengan jalinan kesepakatan
dengan entitas dan pematangan konsep
e-audit yang sudah mulai dirintis sejak tahun
2010. Pada tahun 2011, jalinan kesepakatan
lebih dioptimalkan lagi. Konsep penerapan
e-audit pun telah dimasukkan dalam Rentrsa
2011-2015 dan menjadi fokus utama dalam
program reformasi birokrasi 2011-2015.
Selain itu, BPK pun telah melakukan
Ketua BPK Hadi Poernomo, Sekjen BPK Hendar Ristriawan, Tortama KN VII Ilya Avianti bersama pimpinan BUMN saat
penandatanganan MoU terkait akses data secara elektronik dalam rangka penerapan e-audit.
2011 2011
127
piloting e-audit tahap pertama. Piloting sendiri
merupakan metode yang digunakan untuk
mengurangi risiko kegagalan yang besar.
Sebab dengan piloting, hasil pengembangan
sistem secara bertahap dapat disempurnakan
sesuai dengan kondisi yang diinginkan oleh
pengguna dalam hal ini pemeriksa BPK.
Kegiatan piloting sebagai metode uji
coba pemeriksaan pada lingkungan e-audit
dilakukan secara bertahap. Sesuai dengan
kesiapan sistem e-audit untuk menyediakan
kebutuhan data bagi para pemeriksa BPK.
Pada tahun 2011, BPK dalam hal ini Tim
Pengembangan e-audit telah menginisiasi
kegiatan piloting e-audit untuk pertama
kalinya. Pada tahap inisiasi, piloting dilakukan
dalam rangka pemeriksaan interim laporan
keuangan pada beberapa entitas terperiksa
yang sebelumnya terpilih menjadi sampel.
Beberapa dari sampel terpilih telah
memenuhi beberapa komponen utama untuk
melakukan piloting, yaitu:
1. BPK dan entitas terperiksa telah terikat
dengan Nota Kesepahaman Bersama untuk
mengakses data secara elektronik;
2. Entitas terperiksa memiliki kesiapan sistem
Teknologi Informasi (TI) yang cukup
memadai; serta
128

3. Tim Pemeriksa terkait memiliki kesiapan
yang memadai dalam hal pemahaman
terhadap proses bisnis entitas dan
pemahaman dalam penggunaan Teknik
Audit Berbantuan Komputer (TABK).
Piloting tahap pertama ini dilakukan
terhadap pemeriksaan Laporan Keuangan
Semester I Tahun Anggaran 2011 dari 17
entitas pemeriksaan. Adapun ke-17 entitas
yang diikutsertakan dalam piloting, yaitu:
Kementerian Perhubungan, Lembaga
Sandi Negara, Pemerintah Pusat (LKPP),
Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Mahkamah Konstitusi, Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kabupaten
Way Kanan ( Provinsi Lampung), Provinsi
DKI Jakarta, Kota Depok (Provinsi Jawa
Barat), Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi
Selatan, Kabupaten Gorontalo (Provinsi
Gorontalo), kota Kendari (Provinsi Sulawesi
Tenggara), PT PLN, dan PT Pertamina.
Dari 17 entitas tersebut, 15 entitas
diantaranya terdiri dari tujuh Kementerian
dan Lembaga (K/L) pada level pemerintah
pusat dan delapan pemerintah daerah. Laporan
keuangan yang diperiksa pada 15 entitas
tersebut yaitu: Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP), enam Laporan Keuangan
Kementrian dan Lembaga (LKKL), dan delapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).
Dua entitas lainnya merupakan dua
Badan Usaha Milik Negara (BUMN): PT PLN
dan PT Pertamina. Keduanya menyediakan
bagian data yang dibutuhkan untuk proses
match pada pemeriksaan laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah tersebut.
PT PLN menyediakan data PPJU (Pajak
Penerangan Jalan Umum) yang akan di-
matching-kan dengan data Pemerintah Daerah
Tingkat II (Kabupaten dan Kota). Sedangkan
PT Pertamina akan menyediakan data Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
yang akan di-matching-kan dengan data
Pemerintah Daerah Tingkat I.
Terkait dengan pembangunan jaringan
koneksi antara BPK dan entitas yang dipilih
dalam piloting e-audit ini, sebagian besar
berhasil. Dari 17 entitas yang mengikuti
piloting, Tim Pengembangan e-audit 2011 telah
HASIL DARI PILOTING TAHAP
PERTAMA INI BERHASIL DILAKUKAN
DALAM TAHUN 2011. MASIH
MENINGGALKAN BERBAGAI
KEKURANGAN DAN PEKERJAAN
RUMAH LAINNYA YANG PERLU
DIPERBAIKI. NAMUN, HAL ITU
TAK MENGURANGI BPK UNTUK
TERUS MENGEMBANGKAN
DAN MENERAPKAN E-AUDIT.
SEBAGAIMANA TUJUAN PILOTING
SENDIRI YANG MENCARI BENTUK-
BENTUK IDEAL SETELAH DILAKUKAN
UJI COBA .
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
129
berhasil membangun jaringan komunikasi data
dengan 15 entitas terperiksa.
Entitas yang belum memiliki komunikasi
data dengan BPK hanya dua: Kabupaten
Way Kanan, provinsi Lampung dan Provinsi
DKI Jakarta. Untuk Kabupaten Way Kanan,
jaringan belum terpasang karena di entitas
tersebut belum memiliki infrastruktur
TI yang memadai. Hal yang serupa juga
dengan Provinsi DKI Jakarta yang belum
siap infrastruktur TI-nya dalam mendukung
piloting e-audit ini.
Hasil Pemeriksaan dalam kerangka piloting
e-audit 2011 tersebut berfokus untuk menguji-
coba empat hal utama. Pertama, infrastruktur
TI. Termasuk di dalamnya adalah jaringan
komunikasi data antara BPK dan entitas, pusat
data, serta portal e-audit.
Kedua, perangkat lunak pendukung
implementasi e-audit berupa Pedoman,
Prosedur Operasional Standar (POS), dan
Panduan. Ketiga, sumber data dari entitas
dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
oleh sistem e-audit, yang dikenal dengan
pengujian intra dan antar-entitas dari data-
data elektronik dalam pusat data e-audit.
Keempat, kemampuan pemeriksa dalam
mengimplementasikan sistem e-audit secara
mandiri.
Sementara itu, dalam hal pengadaan
perangkat TI dalam mendukung piloting
e-audit ini, Biro TI BPK telah melakukan
penambahan bandwidth jaringan kantor pusat
BPK. Penambahan bandwidth ini mencapai
20 Mbps dari sebelumnya 10 Mbps. Besaran
bandwidth sendiri idealnya mencapai 40
130
Mbps. Untuk di BPK Perwakilan yang ikut
serta dalam piloting, juga ada penambahan
bandwidth dari 512 Kbps menjadi 1 Mbps.
Penambahan bandwidth di BPK Perwakilan
idealnya 3 Mbps.
Bandwidth sendiri adalah nilai maksimum
besaran transfer data yang terjadi antara server
hosting dengan komputer klien dalam suatu
periode tertentu. Data ini bisa berupa tulisan,
gambar, video, suara, dan lainnya.
Selain penambahan bandwidth, juga
dilakukan penambahan daya tampung data
(storage). Untuk Kantor Pusat BPK, daya
tampung data ditambah menjadi 40 Tb dari
sebelumnya hanya 10 Tb. Daya tampung
tambahan sebesar 40 Tb itu sudah cukup
untuk keperluan piloting.
Hal lainnya yang dipersiapkan adalah
telah dilakukan konfgurasi VLAN e-audit,
VLAN entitas piloting, VPN Portal, dan
Segmentasi e-audit di Data Center. VLAN
ini merupakan sekelompok perangkat pada
satu Local Area Network (LAN) atau lebih,
yang dikonfgurasikan dengan menggunakan
perangkat lunak pengelolaan sehingga dapat
berkomunikasi. Sementara VPN (virtual private
network) merupakan sebuah cara aman untuk
mengakses LAN yang berada pada jangkauan,
dengan menggunakan internet atau jaringan
umum lainnya untuk melakukan transmisi
data paket secara pribadi, dengan enkripsi.
Selain jaringan komputer dan internet,
telah diadakan pula sofware ACL (Audit
Command Language) dan komputer/notebook
untuk membantu analisa pemeriksaan.
Sofware ACL ini adalah sofware yang biasa
digunakan dalam pemeriksaan keuangan.
Dapat membantu dalam mengakses data baik
langsung (direct) ke dalam sistem jaringan
ataupun tidak langsung (indirect) melalui
media lain seperti sofcopy dalam bentuk teks
fle atau report.
Juga dibangun ruang data center beserta
perlengkapannya di Kantor Pusat BPK dan
BPK Perwakilan. Beberapa BPK perwakilan
yang ikut dalam piloting e-audit sudah selesai
pembangunannya, seperti BPK Perwakilan
Provinsi DKI Jakarta, Banten. Lampung,
dan Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sulawesi
Tenggara, dan Gorontalo.
Beberapa komponen TI lainnya yang
mendukung penerapan piloting e-audit juga
sudah disiapkan. Termasuk juga jenis-jenis
obyek pemeriksaan dari entitas yang sudah
siap untuk mengikuti piloting.

Ada beberapa hasil yang diperoleh pada
saat piloting tahap pertama ini. Hasil pertama,
portal e-audit telah dapat menyediakan data
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan serta
menyajikan ftur-ftur tambahan lainnya.
Hasil kedua, sebagian pemeriksa telah dapat
memanfaatkan pusat data BPK melalui
Command Center. Infrastruktur pendukung
Command Center dinilai telah cukup memadai
pada kantor pusat.
Hasil ketiga, Tim Pengembangan e-audit
telah menyelesaikan lima dari delapan konsep
Pedoman, POS, dan Panduan yang digunakan
baik oleh pengelola maupun pengguna sistem
e-audit. Hasil keempat, Tim Pengembangan
e-audit telah memetakan data entitas ke
dalam peta data BPK untuk terutama untuk
memungkinkan sistem e-audit melakukan
pengujian antar entitas.
2011 2011
131
Hasil kelima, Pemeriksa secara
umum dinilai telah cukup familiar dalam
menggunakan prosedur pengujian intra dan
antar-entitas dengan memanfaatkan sistem
e-audit. Hasil keenam, pelatihan TABK masih
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
pemeriksa agar dapat mengimplementasikan
e-audit dengan pendampingan minimal.
Hasil dari piloting tahap pertama ini
berhasil dilakukan dalam tahun 2011.
Masih meninggalkan berbagai kekurangan
dan pekerjaan rumah lainnya yang perlu
diperbaiki. Namun, hal itu tak mengurangi
BPK untuk terus mengembangkan dan
menerapkan e-audit. Sebagaimana tujuan
piloting sendiri yang mencari bentuk-bentuk
ideal setelah dilakukan uji coba.
132
"
PEMBENTUKAN ASEANSAI INI BERTUJUAN UNTUK
MENINGKATKAN KAPASITAS DAN MENDORONG
KERJASAMA ANTAR BADAN PEMERIKSA NEGARA-NEGARA
ANGGOTA ASEAN YANG DILATARBELAKANGI OLEH
KESAMAAN BUDAYA, KEBUTUHAN, DAN TANTANGAN,
SERTA MENGEDEPANKAN NILAI-NILAI KEBERSAMAAN
SALING MENGHORMATI DAN SOLIDARITAS.
"
133
BPK RI Inisiasi Pembentukan
ASEANSAI
Pada tanggal 16 November 2011 menjadi
tonggak sejarah bagi badan-badan pemeriksa
keuangan atau supreme audit institution (SAI)
negara-negara anggota ASEAN (Association
South-east Asian Nations). Sebab, pada
tangggal tersebut telah resmi dibentuk forum
supreme audit institutions ASEAN atau disebut
dengan Association South-east Asian Nation
of Supreme Audit Institution (ASEANSAI).
Pembentukannya merupakan inisiasi dari BPK
RI.
Pembentukan secara resmi ASEANSAI
ini melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
badan pemeriksa negara-negara anggota
ASEAN yang diselenggarakan di Bali
International Convention Center, Denpasar, Bali.
Satu rangkaian acara dengan KTT ASEAN
ke-19. Acara KTT dibuka secara resmi oleh
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono.

Dalam acara tersebut dilakukan
penandatanganan Agreement pembentukan
ASEANSAI oleh sepuluh ketua badan
pemeriksa negara-negara anggota ASEAN,
yaitu: Jabatan Audit Brunei Darussalam,
National Audit Authority of Te Kingdom
of Cambodia, BPK RI, Te State Audit
Organization of Laos People Democratic
Republic, Jabatan Audit Negara Malaysia,
Te Ofce of the Auditor General of the Union
the Republic of the Union of Myanmar, Te
Commision on Audit of the Republic of the
Philippines, Auditor Generals Ofce of
Singapore, Ofce of the Auditor General of
Tailand, State Audit Ofce of Vietnam
Selain peresmian pembentukan ASEANSAI,
dalam agenda KTT ASEANSAI yang pertama
ini, juga memilih Ketua, Wakil Ketua, dan
Sekretaris Jenderal ASEANSAI. Setelah itu ada
pembahasan mengenai struktur organisasi,
anggaran dasar dan hal lainnya.
Dalam pemilihan Ketua, Wakil Ketua,
dan Sekretaris Jenderal ASEANSAI yang
pertama, terpilih Ketua BPK RI Hadi Poernomo
sebagai Ketua ASEANSAI. Sementara Auditor
General Jabatan Audit Brunei Darussalam
Pengiran Haji Abd. Rahman bin Pengiran
Haji Mat Salleh terpilih sebagai Wakil Ketua
ASEANSAI. Sedangkan Sekjen BPK RI Hendar
Ristriawan ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal
ASEANSAI. Ketiganya melaksanakan tugas
selama periode 2011-2013.
Pembentukan ASEANSAI ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas dan mendorong
kerjasama antar badan pemeriksa negara-
negara anggota ASEAN yang dilatarbelakangi
oleh kesamaan budaya, kebutuhan, dan
tantangan, serta mengedepankan nilai-
nilai kebersamaan saling menghormati dan
solidaritas.
Wadah kerjasama ini memiliki peran
strategis. Karena, tidak hanya bermanfaat
bagi pengembangan kapasitas di antara badan
pemeriksa se-ASEAN. Tapi, juga diharapkan
dapat berkontribusi positif dan konstruktif
bagi Komunitas ASEAN Tahun 2015. ASEAN
PROSES PEMBENTUKAN ASEANSAI
SENDIRI TERBILANG CUKUP
SINGKAT. MASIH DALAM TAHUN
2011
...........................................................................................................................................................................
134
135
ASEANSAI dibentuk dalam semangat persahabatkan yang lebih erat
diantara Badan Pemeriksa negara-negara anggota ASEAN. Untuk
membangun kapasitas pemeriksaan yang lebih baik.
136
sendiri telah merancang komunitas ASEAN
2015 dengan moto: Satu Visi, Satu Identitas,
serta Satu Komunitas yang Peduli dan Berbagi
(One Vision, One Identity, and One Caring
dan and Sharing Community), seperti yang
tercantum dalam ASEAN Charter.

Setelah didirikannya ASEANSAI, diharapkan
akan dapat memberikan kontribusi pada
kemajuan komunitas ASEAN pada tahun
2015. Komunitas ini ada karena didasarkan
kebutuhan adanya akuntabilitas, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan peraturan
hukum melalui mekanisme pembelajaran dan
pertukaran pengalaman antar anggota. Untuk
mengefektifan ASEANSAI dan memberikan
berbagai manfaat untuk pengembangan
komunitas ASEAN, ASEANSAI akan
diatur dan dioperasikan sebagai organisasi
independen yang berasosiasi dengan ASEAN,
tetapi tidak di bawah organisasi ASEAN.
Proses pembentukan ASEANSAI sendiri
terbilang cukup singkat. Masih dalam tahun
2011. Dimulai dengan pertemuan BPK RI
dengan badan-badan pemeriksa negara-
negara ASEAN di berbagai kesempatan. Hasil
pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan
komunikasi lebih intens guna mendapatkan
dukungan dan komitmen dari seluruh badan
pemeriksa negara-negara Anggota ASEAN.
Lalu, dilanjutkan pada tataran yang lebih
serius dengan diselenggarakannya pertemuan
teknis pada Juli 2011 dan pertemuan tingkat
pejabat senior pada Oktober 2011 yang
semuanya diselenggarakan di Jakarta. Hingga
akhirnya pendeklarasian dilakukan pada 16
November 2011 di Bali.
Terpilih Sebagai Ketua WGEA
2011 2011
137
INTOSAI
International Organization of Supreme
Audit Institutions (INTOSAI) adalah organisasi
badan-badan pemeriksa se-dunia. BPK RI
sendiri resmi menjadi anggota INTOSAI 22
Mei 1968 pada Kongres INTOSAI ke-6 di
Tokyo, Jepang.
Dalam struktur organisasi INTOSAI,
terdapat beberapa kelompok kerja.
Salah satunya, yaitu Working Group on
Environmental Auditing (WGEA). Sehingga
dikenal dengan sebutan International
Organization of Supreme Audit Institutions
Working Group on Environmental Auditing
(INTOSAI WGEA) atau kelompok kerja pada
pemeriksaan lingkungan INTOSAI.
INTOSAI WGEA ini secara periodik
menyelenggarakan pertemuan Steering
Commitee. Pada tanggal 11 November
2011, INTOSAI WGEA menyelenggarakan
pertemuan Steering Commitee-nya yang ke-
11 di di Pan Americano Hotel, Buenos Aires,
Argentina. Acara tersebut dihadiri 32 delegasi
dari 16 negara.
Dalam pertemuan tersebut, salah satu
agendanya adalah pemilihan ketua INTOSAI
WGEA untuk periode 2013-2016. Dalam
pemilihan tersebut, BPK RI mendapat
suara mayoritas dari para anggota Steering
Commitee. BPK RI akan menjalankan
tugasnya sebagai ketua INTOSAI WGEA untuk
menggantikan National Audit Ofce of Estonia
yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua.
Terpilihnya BPK sebagai Ketua INTOSAI
WGEA periode 2013-2016 ini tidak lepas
aktivitas BPK sejak lama. Tercatat BPK sebagai
anggota WGEA sejak tahun 1999 dan anggota
Steering Commitee WGEA sejak tahun 2004.
138
Capaian dari aktivitas dalam kelompok
kerja tersebut adalah BPK berhasil
mengembangkan suatu pedoman untuk
pemeriksaan kehutanan yang digunakan
oleh badan pemeriksa di seluruh dunia yang
menjadi anggota INTOSAI. Dan, saat ini
tengah menyusun modul pemeriksaannya.
Masih dalam tahun 2011, BPK menghadiri
pertemuan Sub Commitee WGEA ke-10 di
Marakesh, Maroko pada 8-11 Maret 2011. Pada
pertemuan tersebut BPK mempresentasikan
progress kerjanya sebagai Ketua Sub Commitee
bidang Penyusunan Modul Pemeriksaan
Kehutanan
Selain di WGEA, dalam lingkup INTOSAI,
BPK juga aktif dalam berbagai kegiatan yang
diselenggarakan INTOSAI selama tahun
2011. Pada 12-15 Juli 2011, BPK menghadiri
simposium ke 21 United Nation/INTOSAI di
Wina, Austria. Dalam simposium tersebut
dibahas praktik-praktik efektif dalam
hubungan badan pemeriksa dengan warga
negara untuk peningkatan transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara.
Dalam upaya memerangi korupsi dan
pencucian uang, BPK pun ikut berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pertemuan kelima
INTOSAI Working Group Fight Corruption
and Money Laundering, pada 13-14 September
2011, di Praha, Republik Ceko. Dalam acara
tersebut menghasilkan beberapa keputusan
penting yang berguna pula bagi peningkatan
kapasitas BPK dalam menjalankan tugas
pemeriksaannya dengan mengaplikasikan
standar pemeriksaan internasional terkait
memerangi korupsi dan pencucian uang.
Pada 24-26 Oktober 2011, BPK juga
menghadiri pertemuan ke-5 INTOSAI
Working Group on Accountability for and Audit
of Disaster-related Aid (AADA) atau kelompok
kerja INTOSAI terkait audit bencana dan
dana bantuan bencana. Pertemuannya sendiri
dilaksanakan di Antalya, Turki.
Dan, beberapa kegiatan INTOSAI lainnya.
Seperti pertemuan ke-4 INTOSAI Working
Group terkait peran lembaga pemeriksa dalam
pemeriksaan Key National Indicator, pada 13-
14 April 2011, di Helsinki, Finlandia.
Lalu, pertemuan ke-2 Sub Group 2B
INTOSAI Task Force on Global Financial
Crisis pada 8 Maret 2011 di Ufcio Afari
Internazionali, Corte dei Conti (SAI Italy), di
Viale Mazzini 105, Roma, Italy. Pertemuan
ini merupakan pertemuan internal SAI yang
tergabung dalam Subgrup 2B INTOSAI Task
DALAM TAHUN 2011, HUBUNGAN
KERJASAMA BILATERAL
DENGAN BEBERAPA LEMBAGA-
LEMBAGA PEMERIKSA DARI
KE-14 TERIMPLEMENTASIKAN.
TIDAK SEMUA DARI 14
LEMBAGA PEMERIKSA YANG
MENGIMPLEMENTASIKAN BENTUK
KERJASAMANYA DALAM TAHUN
ITU.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
139
Force on Global Financial Crisis. Tujuan dari
pertemuan ini adalah melakukan kajian terkait
dengan dampak kebijakan stimulus fskal
terhadap perekonomian riil.
Medio Agustus 2011, BPK RI resmi
bergabung dalam INTOSAI Working Group
on Public Debt (WGPD) yang merupakan
kelompok kerja INTOSAI yang membahas
mengenai audit utang publik dan hal terkait
lainnya.
Selain itu, 28 Juni 2011, BPK RI juga
bergabung dalam INTOSAI Working Group
on Information Technology Audit (WGITA),
dimana BPK RI berkepentingan karena
tengah mengembangkan pemeriksaan secara
elektronik (e-audit). Dan, bertukar pengalaman
dan meningkatkan kapasitas terkait bagaimana
menerapkan audit berbasis teknologi
informasi.
Pada waktu yang sama juga BPK resmi
mengirimkan surat keinginan untuk
bergabung dengan INTOSAI Task Force on
SAIs Information Database dimana akhirnya
BPK bergabung. Task Force ini dibentuk
untuk menciptakan suatu database mengenai
SAI-SAI secara update dan spesifk. Pada
pertemuan pertama INTOSAI Task Force on
SAIs Informartion Database yang pertama, pada
6-7 September 2011, di Mexico City, Meksiko,
140
BPK RI turut hadir.
Sebagai Anggota INTOSAI, BPK termasuk
aktif ikut serta berbagai kegiatannya. Beberapa
Banyak standar, panduan, atau pedoman
audit yang berlaku secara internasional bisa
diadopsi. Berbagi pengalaman dengan SAI-
SAI negara-negara maju. Masih banyak lagi
yang bisa didapat BPK dengan berkiprah di
INTOSAI. Intinya, BPK dapat meningkatkan
kapasitasnya sebagai lembaga pemeriksa
yang didapat dari hubungannya dengan dunia
internasional.
Peran Serta dalam Lingkup Asia
Jika dalam lingkup internasional terdapat
INTOSAI, sebagai satu-satunya wadah SAI-SAI
se-dunia. Maka, organisasi persatuan SAI-SAI
se-Asia juga ada. Dikenal dengan nama Asian
Organization of Supreme Audit Institutions
(ASOSAI).
Sepertihalnya peran serta di INTOSAI,
keikutsertaan BPK RI dalam keanggotaan
2011 2011
141
ASOSAI sudah sejak lama. BPK RI merupakan
salah satu pendiri ASOSAI pada tahun 1978 di
Berlin, Jerman Barat.
Selama keanggotaannya di ASOSAI, BPK
RI telah dua kali menjabat menjadi Ketua
ASOSAI, yaitu pada periode 1988-1991 dan
1997-2000. Saat ini BPK RI juga menjadi
anggota Governing Board ASOSAI periode
tahun 2009-2012.
Peran aktif BPK dalam berbagai kegiatan
ASOSAI tercermin dalam beberapa kedudukan
BPK di organisasi kawasan benua ini, yaitu:
1. Menjadi ASOSAI Audit Commitee 2003-
2006;
2. Menjadi tuan rumah, instruktur dan peserta
dalam kegiatan the ASOSAI Design Meeting
on Audit Privatization, the ASOSAI Workshop
on Audit Procurement, the ASOSAI-IDI
Instructors Design Meeting on Financial
Audit in an IT Environment, dan the IDI
ASOSAI QalityAssurance Program Review
Meeting;
3. Mengirimkan training specialist dalam
berbagai Design dan Development Meeting,
Course Delivery, dan Capacity Building Needs
Assessment, dan
4. mengirimkan delegasi dalam berbagai
kegiatan ASOSAI lainnya.
Selama tahun 2011, BPK RI telah mengikuti
beberapa program training dan workshop yang
menjadi kegiatan ASOSAI. Kegiatan-kegiatan
ASOSAI yang diikuti BPK selama tahun
2011, yaitu: ASOSAI Sponsored Workshop,
INTOSAI Development Initiative (IDI)-ASOSAI
Cooperation Program, Japan International
Cooperation Agency (JICA) Sponsored Seminar,
ASOSAI Seminar, ASOSAI Governing Board
Meeting, ASOSAI-Sponsored Workshop on Audit
of Public Debt, dan Te 1st ASOSAI-EUROSAI
Joint Conference .
Selain itu, BPK RI juga berperan aktif dalam
ASOSAI Research Project yang ke-9 dengan
topik riset Evaluation and Improvement of
Internal Audit Systems and the Relationship
between the Internal Audit Units and SAIs.
Pertemuan kelima atau terakhir ASOSAI
Research Project ini dilaksanakan di Bali pada
tanggal 1-3 Desember 2011.
Menjalin Hubungan Bilateral
Sejak tahun 2006 BPK RI telah melakukan
kerjasama bilateral dengan 13 lembaga
pemeriksa atau SAI negara lain, baik itu
dari Australia, Asia, Eropa dan Afrika.
Kerjasama yang dijalin oleh BPK dengan 13
lembaga pemeriksa tersebut bertujuan untuk
mengembangkan kapasitas pemeriksaan BPK
agar lebih baik lagi dan sejalan dengan kualitas
yang diakui secara global.
Lembaga pemeriksa yang telah melakukan
kerjasama dengan BPK RI, antara lain:
Australian National Audit Ofce (ANAO/
Australia), Najwyzsa Izba Kontroli (NIK/
Polandia), Swedish National Audit Ofce
(SNAO/Swedia), Supreme Audit Court of the
Islamic Republic of Iran (SAC/Iran), Czech
Supreme Audit Ofce (Czech SAO/Rep. Ceko),
Jabatan Audit Negara (JAN/Malaysia), National
Audit Ofce of Te Peoples Republic of China
(CNAO/RRC), Accounts Chamber of the Russian
Federation (Rusia), Riksrevisjonen/the Ofce
of the Auditor General of Norway (OAGN/
Norwegia), National Audit Authority of the
Kingdom of Cambodia (NAA/Kamboja), Te
Audit Court Account of the Kingdom of Morocco
(ACAM), Te Court of Account of Tunisia (CAT)
dan Te Account Court of the Democratic and
Popular Republic of Algeria (Aljazair).
142
Selain dengan ke-13 lembaga pemeriksa
dari beberapa negara di dunia, pada tahun
2011, BPK juga menjalin kerjasama bilateral
dengan State Audit Ofce of Vietnam (SAV/
Vietnam). Bentuk kerjasama bilateral
tersebut dituangkan dalam penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU)
yang dilakukan di Nusa Dua, Bali, pada
tanggal 15 November 2011. Sehari sebelum
pendeklarasian pembentukan ASEANSAI.
Dengan penandatanganan MoU antara BPK
RI dan SAV pada 15 November 2011 itu, maka
BPK RI, sejak tahun 2006 telah melakukan
hubungan bilateral dengan 14 lembaga
pemeriksa di beberapa negara di dunia.
Dalam tahun 2011, hubungan kerjasama
bilateral dengan beberapa lembaga-lembaga
pemeriksa dari ke-14 terimplementasikan.
Tidak semua dari 14 lembaga pemeriksa yang
mengimplementasikan bentuk kerjasamanya
dalam tahun itu.
Implementasi hubungan bilateral dengan
ANAO pada tahun 2011, direalisasikan
dengan beberapa kegiatan. Pertama, ANAO
mengirimkan seorang ahli di bidang
pemeriksaan kinerja untuk membantu BPK RI
dalam mengembangkan pemeriksaan kinerja,
pemeriksaan sistem kendali kecurangan, serta
perencanaan dan pelaporan pemeriksaan di
BPK RI. Sementara dari BPK RI mengirimkan
pemeriksanya untuk mengikuti program
secondment atau magang di kantor ANAO,
Australia.
Selain itu, ANAO melakukan kunjungan
ke Indonesia dalam kegiatan scoping study
terkait penerapan quality assurance dan quality
control pemeriksaan di BPK RI. Kegiatan
ini juga mempunyai timbal balik bagi BPK
untuk memperkuat kapasitas BPK RI dalam
penerapan quality assurance dan quality
control pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
yang lebih baik lagi. Dalam kunjungannya ke
BPK RI, ANAO juga berbagi pengalaman dan
pengetahuan dalam hal audit terhadap sistem
informasi yang relevan dengan implementasi
e-audit di BPK RI.
Masih dalam bentuk kerjasama bilateral
BPK-ANAO, dalam tahun 2011, BPK juga ikut
serta dalam acara konferensi Australasian
Council of Public Accounts Commitee (ACPAC)
and Australasian Council of Auditor General
(ACAG). Konferensi tersebut diadakan di di
Perth, Australia Barat. Selain itu, bersama
dengan BAKN, Kejaksaan dan KPK, BPK RI
mengunjungi Australia untuk mempelajari
penerapan fraud control system di sana.
Tak hanya sampai di situ, Auditor General
ANAO Ian McPhee memenuhi undangan BPK
RI untuk mengunjungi BPK. Kunjungannya
ke Indonesia selama sekitar 4 hari (19-22 Juli
2011). Kunjungannya ke BPK RI ini juga,
salah satunya, untuk berbagi pengetahuan
dan pengalaman terkait quality assurance dan
quality control pemeriksaan.
Selain dengan ANAO, dalam tahun 2011,
BPK RI juga mengimplementasikan kerjasama
bilateral dengan JAN Malaysia. Bentuk
kerjasama bilateral yang dilakukan adalah
penguatan kapasitas dan kerjasama dalam
bidang audit lingkungan, khususnya audit
manajemen Mangrove di Selat Malaka. Tak
hanya sebatas audit lingkungan, BPK dan JAN
Malaysia juga melakukan sharing di bidang
pemeriksaan secara elektronik (e-audit) dan
pengunaan Geographical Information Systems
(GIS) untuk tujuan pemeriksaan. Selain
itu juga antara BPK RI dan JAN Malaysia
2011 2011
143
melakukan pertukaran metodologi dan
pengalaman audit sektor publik.
Hubungan bilateral dengan SAC Iran juga
dilakukan implementasinya dalam tahun
2011. Dalam tahun itu, BPK RI mengunjungi
SAC Iran. Dimana, agenda utamanya
adalah seminar bersama SAC Iran-BPK RI
dengan topik penerapan audit berprespektif
lingkungan, khususnya Minyak Bumi dan
Gas Alam (Migas) dan audit terkait teknologi
informasi. Dilaksanakan pada 7-11 Februari
2011 di Teheran, Iran.
Menindaklanjuti hubungan bilateral dengan
CNAO RRC, BPK melakukan kunjungan
ke kantor pusat CNAO. Kunjungan itu
dalam rangka mengikuti kegiatan workshop
bidang pemantauan tindak lanjut hasil
audit, e-audit, Audit bank sentral, dan studi
banding mengenai training center. Kunjungan
dilakukan pada 28 November-1 Desember
2011.
Dalam tahun 2011, implementasi hubungan
bilateral BPK RI dengan NAA Kamboja juga
dilakukan. Pada 28 November 2 Desember
2011, NAA Kamboja mengunjungi BPK RI.
Kunjungannya ke Indonesia dalam rangka
study tour di bidang audit atas proyek yang
didanai lembaga donor. Tindak lanjut dari
kunjungan ini, NAA Kamboja menempatkan
dua pemeriksanya di BPK RI untuk
mempelajari audit atas proyek yang didanai
lembaga donor.
Kerjasama Multilateral dengan
Lembaga Donor Internasional
Implementasi kerjasama dalam hubungan
multilateral juga dilakukan BPK. Selama tahun
2011, BPK melakukan kerjasama dengan
beberapa organisasi internasional. Khususnya,
SEJAK TAHUN 2006 BPK RI
TELAH MELAKUKAN KERJASAMA
BILATERAL DENGAN 13 LEMBAGA
PEMERIKSA ATAU SAI NEGARA LAIN,
BAIK ITU DARI AUSTRALIA, ASIA,
EROPA DAN AFRIKA. KERJASAMA
YANG DIJALIN OLEH BPK DENGAN
13 LEMBAGA PEMERIKSA
TERSEBUT BERTUJUAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KAPASITAS
PEMERIKSAAN BPK AGAR LEBIH
BAIK LAGI DAN SEJALAN DENGAN
KUALITAS YANG DIAKUI SECARA
GLOBAL.
...........................................................................................................................................................................
144
lembaga donor internasional. Organisasi
internasional yang bekerjasama dengan BPK
ini, yaitu:
1. World Bank untuk proyek Innovation
Demonstration Fund (IDF) Grant for Support
to BPK for Preparation of New Strategic
Plan Project dan Scholarship Program
for Strengthening Reforming Institutions
(SPIRIT);
2. Asian Development Bank (ADB) untuk
proyek State Audit Reform Sector
Development Project (STAR-SDP) dan State
Audit Reform and Public Procurement (STAR-
PRO);
3. United State Agency International
Development (USAID) untuk proyek
Strengthening Integrity and Accountability
Program (SIAP-I);
4. United Nations Ofce on Drugs and Crime
(UNODC) untuk proyek Strengthening
the Rule of Law and Security in Indonesia
Program: Support to the Fighting Against
Corruption, European Union untuk proyek
Education Sector Support Programme (ESSP).
Sementara pelaksanaan pemeriksaan baru
meliputi proyekproyek yang didanai oleh
ADB untuk proyek State Audit Reform Sector
Development Project (STAR-SDP), Earthquake
and Tsunami Emergency Sector Project (ETESP),
Rural Infrastructure Support to the PNPM
Mandiri Project II (RIS PNPM II), dan Asia
Pasifc Response Fund West Sumatra Earthquake
Disaster Project - G0168-INO.
Kerjasama World Bank dengan BPK pada
proyek Innovation Demonstration Fund (IDF)
Grant for Support to BPK for Preparation of New
Strategic Plan Project, diimplementasikan BPK
dalam proses penyusunan Rencana Strategis
BPK 2011-2015. Sementara Scholarship Program
for Strengthening Reforming Institutions atau
SPIRIT.
SPIRIT merupakan program peningkatan
kapasitas organisasi melalui peningkatan
kapasitas SDM. Baik kapasitas kemampuan
manajerial (sof skills) maupun kemampuan
teknis (hard skills) dalam bidang pemeriksaan
dan nonpemeriksaan. Program SPIRIT
terwujud dalam pemberian beasiswa S2 dan
S3 dengan pilihan studi di universitas dalam
negeri atau luar negeri yang diperuntukkan
bagi para pegawai di lingkungan BPK.
Program ini direncanakan terbagi dalam lima
kali intake session untuk periode 2010-2014.
Untuk tahun 2011, implementasi dari
program SPIRIT ini, BPK telah melakukan
beberapa hal. Pertama, pengiriman delapan
pegawai BPK RI penerima beasiswa untuk
tahun 2011. Kedua, pelaksanan proses seleksi
administrasi, TOEFL, dan wawancara kandidat
penerima beasiswa SPIRIT tahun anggaran
2012. Ketiga, pengambilan kandidat penerima
program SPIRIT tahun 2011, yang terdiri
dari 23 orang penerima beasiswa S2 Dalam
Negeri, sebelas orang penerima beasiswa S2
Luar Negeri, empat orang penerima beasiswa
S3 Dalam Negeri, dan dua orang penerima
beasiswa S3 Luar Negeri
Kerjasama BPK dan ADB
diimplementasikan dalam program State
Audit Reform Sector Development Project atau
STAR-SDP. STAR-SDP merupakan proyek
yang bertujuan untuk mengembangkan dan
melaksanakan reformasi kapasitas dan kinerja
pemeriksa atau auditor BPK.
2011 2011
145
Hubungan dan kerjasama dengan
lembaga donor selama ini memang cukup
memberikan pengaruh yang posistif terhadap
perkembangan BPK. Terutama peningkatan
kemampuan sumber daya manusia dalam
memenuhi kebutuhan para pemeriksa sesuai
kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu,
dapat memenuhi upaya perbaikan sistem dan
prosedur yang mendukung pelaksanaan tugas
BPK.
Selain itu ada juga program State Audit
Reform and Public Procurement atau STAR-
PRO. STAR-PRO merupakan program
reformasi sistem Pengadaan Barang dan
Jasa yang bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas keuangan negara. Proyek ini
melibatkan tiga pihak, yaitu Bappenas, LKPP,
dan beberapa instansi yang terlibat dalam
proyek STAR SDP termasuk BPK.
Keterlibatan BPK pada program STAR-
PRO tersebut kemudian tidak dilanjutkan.
Sesuai dengan surat Sekjen BPK RI No.
191/S/X/05/2011 tanggal 23 Mei 2011 perihal
Posisi BPK RI dalam Proyek STAR-PRO,
BPK secara resmi mengundurkan diri dari
Proyek STAR PRO per Mei 2011. Keputusan
ini didasarkan atas beberapa pertimbangan.
Pertama, tengah dilakukannya proses
reviu atas semua pinjaman dan hibah yang
ditawarkan ke BPK. Sebab, saat ini BPK tengah
menyusun peta pengembangan kapasitas
kelembagaan. Kedua, prioritas sumber
pendanaan pengembangan kapasitas BPK
didasarkan pada optimalisasi penggunaan
APBN, penerimaan hibah, dan pinjaman luar
negeri. Ketiga, adanya keinginan BPK dalam
menjaga independensinya.
Kerjasama BPK RI dengan USAID
diimplementasikan pada kegiatan
Strengthening Integrity and Accountability
Program atau SIAP-I. Program ini bertujuan
sebagai upaya untuk mendukung lembaga
utama, seperti KPK dan BPK, dalam
meningkatkan integritas dan akuntabilitasnya
dalam pemerintahan Republik Indonesia serta
untuk memperkuat integritas dan akuntabilitas
politis dengan mengurangi money politics.
SIAP I merupakan bantuan yang diberikan
kepada BPK dan KPK oleh USAID dengan nilai
total sebesar USD 13 Juta. Adapun jumlah
anggaran kegiatan SIAP-I untuk BPK adalah
sebesar USD4.483.574 selama lima tahun.
Dalam tahun 2011, BPK tengah
mengembangkan Sistem Kendali Kecurangan
(Fraud Control System). Bantuan ini meliputi
penyusunan modul FCS termasuk persiapan
piloting pelaksanaan FCS pada satker
Pusdiklat dan BPK Perwakilan Provinsi Jawa
Barat. Saat ini BPK juga dibantu oleh AusAid
untuk pengembangan FCS melalui kegiatan
study tour melibatkan BAKN, KPK dan
Kejaksaan. Selain itu, BPK juga melaksanakan
pemeriksaan tematik terkait penerapan
FCS pada instansi yang dijadikan sample
pemeriksaan.
Kerjasama BPK dengan UNODC
diimplementasikan dalam kegiatan
Strengthening the Rule of Law and Security
in Indonesia Program: Support to the Fighting
Against Corruption. Tujuan dari kegiatan
ini adalah mendukung upaya pemerintah
Indonesia dalam memerangi korupsi dengan
memperkuat kapasitas lembaga antikorupsi
dan menyediakan pelatihan antikorupsi
khusus, serta melakukan kegiatan penguatan
implementasi Rencana Aksi Nasional-
Pemberantasan Korupsi.
146
Dalam tahun 2011, pada saat peringatan
Hari Anti Korupsi Sedunia tahun 2011, BPK,
diikutsertakan dalam rapat inisiatif untuk
menyusun kegiatan dan kampanye terkait
peringatan hari anti korupsi sedunia tersebut.
Selain itu, sepanjang tahun 2011, UNODC
telah melaksanakan tiga jenis pelatihan yang
melibatkan BPK sebagai salah satu lembaga
peserta pelatihan. Pelatihan-pelatihan tersebut
adalah Pelatihan Wawancara Penyidikan (17
Januari5 Februari), Pelatihan Penyidikan
Komputer Forensik (23 Mei8 Juli), dan
Pelatihan Penyidikan Keuangan dan Forensik
Akuntansi (1223 Desember). BPK sendiri
mengirimkan tiga orang peserta pada setiap
gelombang di tiap pelatihan yang diikuti.
Implementasi hubungan kerjasama
multilateral dengan UNODC dalam tahun
2011 2011
147
2011 tak hanya itu. BPK juga berpartisipasi
dalam Governing Board UNODC yang dibentuk
untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
UNODC yang dibiayai oleh Uni Eropa dan
Pemerintah Norwegia. BPK juga ikut terlibat
dalam perumusan kerangka kerja program
UNODC Indonesia tahun 2011-2014 melalui
pertemuan yang diikuti pada tanggal 7 April
2011 dan 2 Mei 2011. Kerangka kerja program
UNODC Indonesia dimaksudkan agar dapat
memberikan panduan strategis selama periode
pelaporan tahun 2011-2014.
148
"
IBISA DIBAYANGKAN JIKA DELAPAN LEMBAGA NEGARA
BERJALAN SENDIRI-SENDIRI. TANPA ADA KOMUNIKASI,
SILATURAHMI, DAN KOORDINASI. RODA KENEGARAAN
TIDAK BERJALAN DENGAN SEMESTINYA. CITA-CITA
BANGSA YANG DIAMANATKAN DALAM KONSTITUSI
UUD45 PUN JAUH PANGGANG DARI API.
"
149
Pertemuan Pimpinan Lembaga
Negara
Secara ketatanegaraan, kedudukan BPK,
berbagi dalam kesetaraan dengan 7 lembaga
negara lainnya: Majelis Permusyawatan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Presiden/Pemerintah, Mahkamah Agung
(MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan
Komisi Yudisial (KY). Bersama BPK, ketujuh
lembaga negara tersebut yang berperan dalam
menjalankan negara sesuai fungsi, tugas,
kewenangan, dan kedudukannya masing-
masing.
Bisa dibayangkan jika delapan lembaga
negara berjalan sendiri-sendiri. Tanpa ada
komunikasi, silaturahmi, dan koordinasi. Roda
kenegaraan tidak berjalan dengan semestinya.
Cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam
konstitusi UUD45 pun jauh panggang dari api.
Oleh karena itu, kedelapan lembaga
negara ini sudah semestinya bersinergi.
Saling berkomunikasi dan berkoordinasi,
membicarakan dan menentukan langkah-
langkah apa yang dilakukan sesuai tugas dan
kewenangan masing-masing dalam mencari
jalan keluar dari permasalahan negara yang
terjadi. Dengan begitu, roda kenegaraan akan
berjalan dengan baik sesuai dengan relnya.
Di sisi lain, masing-masing lembaga negara
menjalankan tugasnya sesuai kewenangan.
Namun, tidak mengesampingkan persatuan di
antara mereka sendiri. Saling menghargai dan
menghormati satu sama lain, tanpa intervensi.
Implementasi dari bersinerginya delapan
lembaga negara mulai mendapatkan
momennya pada 21 Januari 2010. Kedelapan
lembaga negara, termasuk BPK, mengadakan
pertemuan di Istana Bogor. Pada pertemuan
yang diadakan untuk pertama kalinya itu,
BPK menyampaikan ide BPK Sinergi dengan
penerapan e-audit-nya. Dan, ide tersebut
disambut baik para pimpinan lembaga negara.
Setelah itu, pertemuan pimpinan lembaga
negara menjadi rutinitas. Secara periodik,
pimpinan kedelapan lembaga negara bertemu
dalam jalinan silaturahmi dan komunikasi.
Sepanjang tahun 2011 saja pertemuan ini
dilaksanakan setidaknya tiga kali. BPK pun
ikut serta di dalamnya.
Mengawali pertemuan pimpinan lembaga
negara di tahun 2011, BPK yang membukanya.
Pada 7 Februari 2011, BPK bertindak selaku
tuan rumah pertemuan tersebut. Dalam acara
silaturahmi yang diselenggarakan di Kantor
Pusat BPK tersebut, BPK kembali melontarkan
konsep BPK Sinergi dengan muara pada
penerapan e-audit. Para pimpinan lembaga
negara pun melanjutkan komitmennya untuk
mendukung penuh upaya BPK itu.
Pertemuan kali ini juga membahas
mengenai berbagai permasalahan fundamental
yang terjadi di negeri ini. Selain itu,
juga mendiskusikan upaya-upaya untuk
meningkatkan optimalisasi pengelolaan
keuangan negara.
Pertemuan itu, menghasilkan beberapa
kesepakatan diantaranya upaya untuk
meningkatkan kualitas pertanggungjawaban
keuangan diperkuat. Tidak hanya pada sisi
belanja, tetapi juga penerimaan negara.
Para pimpinan lembaga ini bersepakat,
untuk terus berkomunikasi dalam memastikan
semua pihak berupaya meningkatkan kualitas
pertanggungjawaban keuangan. Salah satu
150
151
Independensi BPK tidak berarti mengesampingkan peran lembaga-
lembaga negara. Perlu sinergi untuk mendukung apa yang telah,
sedang dan akan dilakukan BPK agar mencapai tujuannya. Tanpa
intervensi dan sesuai tugas serta fungsi lembaga negara masing-
masing.
152
terobosan untuk meningkatkan kualitas
itu dengan membangun pusat data BPK.
Tujuannya untuk melakukan pemeriksaan
yang berbasis elektronik (e-audit). Dengan
upaya itu, maka bisa diharapkan mampu
mendorong pencapaian strategis pembangunan
yang dilakukan pemerintah yang pro-growth,
pro-poor, pro-job, dan pro-environment.
Selain itu, disepakati juga upaya
pemberantasan korupsi terutama aspek
penangkalan dan pencegahannya. Adapun
mengenai penegakan hukum, ada pemahaman
pentingnya penegakan hukum disertai rasa
keadilan.
Para pimpinan lembaga juga sependapat
untuk menjaga pembangunan ekonomi
guna meningkatkan kesejahteraan rakyat
dan membangun kehidupan demokrasi yang
disertai kepatuhan hukum.
Pertemuan pimpinan lembaga negara
kembali diselenggarakan pada 24 Mei 2011.
Kali ini yang bertindak sebagai tuan rumah
pertemuan adalah MK. Para pimpinan
lembaga negara bersua di Ruang Sidang Pleno
Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
Tema dalam pertemuan tersebut:
Memantapkan Posisi dan Peran Lembaga
Negara dalam Upaya Penguatan Pancasila
sebagai Dasar Ideologi Negara. Sesuai dengan
tema yang diusung, pada pertemuan ini,
pimpinan lembaga negara mendiskusikan
upaya-upaya untuk menguatkan Pancasila
sebagai dasar ideologi negara.
Hasil pertemuan ini menyimpulkan
beberapa hal. Pertama, para pimpinan
lembaga negara menyepakati untuk secara
aktif, mengambil tanggungjawab dalam
upaya menguatkan Pancasila sebagai dasar
ideologi negara, sesuai dengan peran, posisi
dan kewenangannya masing-masing. Kedua,
Pancasila harus menjadi ideologi dan inspirasi
untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara yang rukun, harmonis dan jauh
dari perilaku mendahulukan kepentingan
kelompok atau golongan.
Selain itu, para pimpinan lembaga negara
juga menyepakati bahwa Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan
empat pilar yang harus diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan
rencana aksi nasional yang dilakukan oleh
suatu lembaga untuk melakukan sosialisasi
dan penguatan nilai-nilai Pancasila secara
formal melalui Pendidikan Pancasila dan
Konstitusi.
Pada 4 Agustus 2011, pertemuan pimpinan
lembaga negara kembali digelar. Kali ini
PARA PIMPINAN LEMBAGA JUGA
SEPENDAPAT UNTUK MENJAGA
PEMBANGUNAN EKONOMI GUNA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
RAKYAT DAN MEMBANGUN
KEHIDUPAN DEMOKRASI YANG
DISERTAI KEPATUHAN HUKUM.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
153
bertindak sebagai tuan rumah, Presiden/
Pemerintah. Istana Merdeka sebagai istana
kepresidenan menjadi tempat bertemunya para
pimpinan lembaga ini.
Topik utama yang dibahas dan didiskusikan
para pimpinan lembaga negara berkaitan
dengan refeksi kemerdekaan dan refeksi
pembangunan bangsa. Para pimpinan lembaga
negara menitikberatkan pembahasan pada
upaya peningkatan pembangunan ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
mewujudkan kehidupan demokrasi yang
stabil, bermartabat dan makin berkualitas serta
menegakkan hukum dan keadilan bagi semua.

Pada pertemuan kali ini, para pimpinan
lembaga negara menyepakati beberapa hal.
Pertama, penegakan hukum dan keadilan
menjadi agenda utama, disamping perlunya
untuk terus melaksanakan reformasi dibidang
hukum demi keadilan untuk rakyat.
Kedua, perlu untuk terus menjaga stabilitas
politik sambil tetap menghidupkan demokrasi,
memelihara keamanan dan ketertiban publik,
memastikan birokrasi yang responsif, menjaga
iklim investasi dan pembangunan ekonomi
serta memastikan terjadi sinergi antara
pembangunan tingkat pusat dan daerah.

Menciptakan Hubungan
Harmonis dengan Stakeholder
BPK tentu tidak dapat bekerja sendiri.
Butuh kerjasama dan hubungan harmonis
dengan pemangku kepentingan atau
stakeholder. Lebih jauh lagi, perlu sinergi
antara BPK dan stakeholder ataupun entitas
lainnya. Dengan begitu, mereka memahami
dan ikut serta dalam membantu dan
mendukung BPK dalam menjalankan tugasnya.
Salah satu upaya untuk itu adalah
diselenggarakannya acara BPK Mendengar.
Diselenggarakan semenjak kepemimpinan
BPK periode 2009-2014. Tujuannya adalah
mendengarkan masukan, kritik, ataupun saran
dari stakeholder atau entitas untuk perbaikan
BPK dalam menjalankan tugasnya.
BPK Mendengar merupakan bagian dari
rangkaian acara untuk memperingati hari
ulang tahun BPK. Pada awal tahun 2011,
dimana BPK berulang tahun yang ke-64,
diselenggarakanlah acara BPK Mendengar.
Tepatnya, pada 13 Januari 2011 di Auditorium
Kantor Pusat BPK, Jakarta. Tema yang dibahas
adalah Kebutuhan dan Manfaat Pemeriksaan
BPK.
Sebagai narasumber yang memberikan
saran, kritik, ataupun masukan adalah Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi,
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan
(Bapepam-LK) Ahmad Fuad Rahmany,
Direktur Keuangan Pertamina Afdel
Baharuddin, pengamat kebijakan publik Sofan
Efendi, Wakil Ketua Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN) DPR Yahya
Sacawiria. Selain itu, sebagai narasumber
lainnya Sekretaris Umum Asosiasi Pemerintah
Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi)
Aang Hamid Suganda, Ketua Umum Dewan
Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan
Indonesia (Inkindo) Bachder Djohan B, dan
Pemimpin Radaksi TVOne Karni Ilyas.
BPK juga melakukan sinergi dengan dunia
pendidikan. Khususnya perguruan tinggi.
Upaya ini bertujuan untuk memasyarakatkan
atau mengenal lebih dekat BPK kepada
masyarakat, khususnya civitas akademika.
154
Diharapkan juga terjalin hubungan
yang baik dengan entitas pendidikan.
Sehingga dapat bersama-sama mengawal
terwujudnya pengelolaan keuangan negara
yang transparan dan akuntabel. Di sisi lain,
walau bagaimanapun, perguruan tinggi
merupakan wadah interaksi keilmuan yang
bisa menularkannya bukan hanya kepada
civitas akademika, tetapi juga ke masyarakat
luas. Lebih dari itu, generasi penerus bangsa,
tak terkecuali generasi penerus BPK, bertumpu
pada mahasiswa. Upaya sinergi ini dituangkan
dalam program BPK Goes to Campus.

Dalam tahun 2011, dilaksanakan program
BPK Goes to Campus ke beberapa perguruan
tinggi di Indonesia. Pada tanggal 14 April 2011,
BPK menyelenggarakan BPK Goes to Campus
di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam)
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Bersamaan dengan pelaksanaan BPK Goes
to Campus di Unlam, kegiatan public awareness
BPK ini juga diisi dengan mengunjungi media
yang ada di Banjarmasin. Kantor Surat Kabar
Hasioan Banjarmasin Post menjadi tujuan
kunjungan BPK.
Selain itu, TVRI Banjarmasin juga
melakukan wawancara khusus dengan
Anggota BPK. Isinya mengenai tugas dan
peran BPK secara keseluruhan dan bidang
tugas Auditorat Keuangan Negara IV BPK.

Pada 20 Mei 2011, BPK menggelar BPK Goes
to Campus di Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya, Jawa Timur. Tema yang
diangkat adalah BPK dan Keuangan Negara.
BPK Goes to Campus juga digelar di Universitas
Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah pada 16
Juni 2011. Setelah itu, BPK juga mengunjungi
kantor Harian Suara Merdeka sebagai upaya
2011 2011
155
BPK menjalin hubungan baik dengan media
massa.
Selesai dari pulau Kalimantan dan Jawa,
BPK Goes to Campus juga diadakan di
Sumatera. Kali ini diadakan di Universitas
Bengkulu, pada 28 Juli 2011. Kegiatan
kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi
kantor redaksi Harian Rakyat Bengkulu
dan RB TV. Seusai pertemuan dengan
jajaran dewan redaksi media, Anggota BPK
diundang untuk menjadi narasumber dalam
dialog khusus yang disiarkan secara live di
RB TV. Dialog mengambil tema Peran BPK
dalam Turut Serta Mewujudkan Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik.
Upaya menjalin hubungan baik dengan
media massa yang dilakukan dengan
mengunjungi beberapa kantor media massa
di daerah, juga dilakukan di Kantor Pusat
BPK di Jakarta. Pada 12 Agustus 2011,
BPK bersilaturahmi dengan pimpinan dan
wartawan media massa nasional, khususnya
yang berpusat di Jakarta.
Acaranya sendiri disebut Editors Forum.
Tema yang diangkat: BPK Snergi. Kepada
media massa, BPK kembali menyampaikan
salah satu kebijakan BPK periode 2009-2014,
yaitu implementasi BPK Sinergi dengan
penerapan e-audit.
Setelah hasil Pemeriksan Investigasi
Lanjutan Kasus Bank Century disampaikan
ke DPR, BPK melakukan pertemuan dengan
media massa di Jakarta pada 29 Desember
2011. Pertemuan ini merupakan dialog antara
BPK dan media massa untuk membahas
mengenai hasil pemeriksaan tersebut.
Upaya menjalin hubungan yang erat
156
dan baik antara BPK dan media massa
diimplementasikan BPK dengan melakukan
kunjungan ke beberapa kantor media massa
dan petemuan-pertemuan dengan media
massa di Kantor Pusat. BPK memandang perlu
menjalin hubungan yang baik dengan media
massa. Sebab, media massa merupakan salah
satu jembatan perantara komunikasi antara
BPK dengan masyarakat.
Tak sampai di situ, BPK juga menjalin
hubungan dengan lembaga kemasyarakatan.
Pada 25 Juli 2011, BPK melakukan audiensi dan
gathering dengan Badan Koordinator Nasional
Kesatuan Organisasi Pemuda Peduli Pangan
dan Energi (BKNKOP3E), di Kantor Pusat BPK,
Jakarta.
BKNKOP3E merupakan perkumpulan atau
komunitas organisasi mahasiswa dan pemuda
intra dan ekstra kampus dan komunitas
pemuda kedaerahan yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat
pemuda untuk berperan aktif melalui langkah
nyata dalam perwujudan kemandirian pangan
dan energi nasional yang berkelanjutan.
Tujuan dari audiensi dan gathering ini
sendiri untuk mendapatkan arahan dan saran
terkait fungsionalisasi dan maksimalisasi
peran organisasi untuk berkomunikasi dengan
berbagai pihak. Terutama dengan instansi
pemerintah yang terkait dengan pangan
dan energi karena sampai saat ini masih
mengalami kendala dan hambatan.
Dari audiensi dan gathering ini, BKNKOP3E
mengharapkan bisa membangun hubungan
untuk memperkuat keberadaan BKNKOP3E.
Sehingga dapat bersinergi dengan pemerintah
dalam mewujudkan kemandirian pangan dan
energi nasional yang berkelanjutan.
Komunikasi BPK dan Entitas
dalam Penyelesaian Masalah
Komunikasi BPK dalam menciptakan
sinergi dengan entitas untuk berupaya
mengatasi permasalahan yang ada, khususnya
terkait permasalahan pengelolaan dan
tanggung jawab negara, BPK melakukannya
dengan beberapa cara. Salah satunya melalui
penyelenggaraan seminar tingkat nasional.
Selama tahun 2011, BPK menyelenggarakan
serta turut berpartisipasi dalam beberapa
seminar nasional dengan berbagai temanya.
Tujuannya, menciptakan komunikasi dua arah
dalam upaya menyelesaikan permasalahan
yang terjadi di Indonsia. Khususnya, terkait
dengan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Dimana, BPK punya peran
penting di dalamnya. Sebagai lembaga negara
yang memeriksa penggunaan keuangan
negara.
Pada 28 November 2011, BPK
menyelenggarakan seminar nasional bertajuk:
Akuntabilitas Dana Politik di Indonesia: Kini
dan Esok? Seminar ini diselenggarakan di
...........................................................................................................................................................................
BPK BERSAMA KPK, KEMENTERIAN/
LEMBAGA, LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT (LSM) DAN BEBERAPA
LEMBAGA INTERNASIONAL
MELAKUKAN KAMPANYE
ANTIKORUPSI DENGAN TEMA
BERANI JUJUR, HEBAT! .
2011 2011
157
Hotel Shangrilla, Jakarta. Selain dari BPK,
narasumber dalam seminar tersebut terdiri dari
kalangan politisi, pengamat, akademisi, dan
tokoh pemuda.
Latar belakang diadakan seminar ini adalah
tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk diantaranya alokasi dana untuk
parpol yang bersumber dari APBN dan APBD.
BPK juga menyelenggarakan seminar
nasional dengan mengambil tema: Kinerja
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia:
Kontribusi Untuk Pembangunan Daerah.
Seminar ini diselenggarakan pada 12 Desember
2011.
Selain dari BPK narasumber acara ini terdiri
dari Deputi Gubernur Bank IndonesiaHalim
Alamsyah, Direktur Investasi PT Jamsostek
Evelyn G. Masassya, dan Wakil Ketua Komisi
XI DPR RI Achsanul Qosasi. Sementara peserta
seminar meliputi Pimpinan Komisi II DPR,
Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR, Wakil
Ketua dan para Anggota BPK, Ketua DPRD
se-Indonesia, para Kepala Daerah, Direktur
Utama BPD se-Indonesia, pimpinan Asosiasi
Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA),
158
Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh
Indonesia (APKASI), Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI), dan pengamat
perbankan.

Seminar ini bertujuan untuk
mengindentifkasi permasalahan-permasalahan
yang terjadi pada pengelolaan dana oleh BPD.
Di sisi lain, memberikan pemahaman yang
memadai terhadap pengelolaan dana oleh BPD
yang transparan dan akuntabel. Dan, mencari
bentuk pengelolaan dana BPD yang baik
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas
demi terciptanya kemakmuran masyarakat di
daerah.

Melalui kegiatan ini, BPK berharap
permasalahan mengenai pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan BPD
mendapat perhatian dari seluruh stakeholder.
Sehingga BPD berjalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, efsien,
ekonomis, dan efektif sehingga keberadaannya
dapat berkontribusi secara optimal bagi
pembangunan di daerah.
Selain seminar, BPK juga mengadakan
pertemuan dengan entitas untuk
mengupayakan pemecahan masalah. Seperti
pertemuan dengan Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) pada 7 Maret 2011 di Kantor
Pusat BPK.
Pertemuan ini dilaksanakan dalam rangka
Penyerahan Laporan Pelaksanaan Rencana
Aksi Menuju Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) Tahun 2010 oleh
Mendagri Gamawan Fauzi kepada BPK.

Penyerahan Laporan Rencana Aksi
Kemendagri ini dimaksudkan untuk
melaporkan progress pencapaian rencana
aksi. Dari progress tersebut, Kemendagri
bisa memperoleh masukan dari BPK untuk
mencapai perolehan Opini WTP dari BPK.
Selain menerima Laporan Pelaksanaan
Rencana Aksi dari Kemendagri, BPK juga
menyerahkan Laporan Pemantauan Tindak
Lanjut hasil pemeriksaan BPK tahun 2010
kepada Mendagri. Dalam kesempatan tersebut,
2011 2011
159
BPK meminta agar laporan pemantauan tindak
lanjut dapat dipelajari dengan baik. Selain itu,
BPK meminta agar rekomendasi BPK yang
belum ditindaklanjuti segera dilakukan tindak
lanjutnya oleh Kemendagri.
Pada 13-14 Juli 2011, di Kantor Pusat, BPK
melakukan rapat pembahasan tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK atas Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral dan
Kementerian Lingkungan Hidup.
Pertemuan pembahasan ini merupakan
langkah untuk mengkonsolidasikan informasi
yang belum seragam antara BPK dengan pihak
auditee sehingga tidak terjadi kesimpang
siuran dalam informasi antara BPK dengan
pihak auditee.
Seiring dengan hal itu, pertemuan ini
diharapkan dapat menjadi jembatan dan
melancarkan saluran komunikasi antara BPK
dengan Kementerian ESDM dan Kementerian
Lingkungan Hidup serta instansi terkait
lainnya. Dalam rangka memenuhi tuntutan
masyarakat terhadap pemerintah untuk segera
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, akuntabel dan transparan, bebas
dari praktik- praktik korupsi dan kolusi.
BPK juga mengadakan Pertemuan
Tindaklanjut Hasil Pemeriksaan BPK atas
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga
dan Strategi Perbaikan Opini LKKL di Hotel
Bidakara, Jakarta, pada 22 September 2011.
Pertemuan ini bertujuan untuk
memperbaiki Laporan Keuangan Kementerian/
Lembaga, sehingga pada tahun 2011
Kementerian/Lembaga sudah mendapatkan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK. Salah satu cara untuk memperbaikinya
160
dengan menindaklanjuti temuan pemeriksaan
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian
Lembaga.
Pada 15 Agustus 2011, Panja Sektor Hulu
Listrik Komisi VII DPR dan BPK melakukan
pertemuan konsultasi di Kantor Pusat BPK,
Jakarta. Pertemuan konsultasi ini merupakan
kelanjutan dari pertemuan sebelumnya,
dimana Panja Sektor Hulu Listrik meminta
BPK RI untuk melakukan audit kepada PLN
termasuk didalamnya penggunaan energi di
sektor Hulu.
Pada pertemuan kali ini Panja ingin
mengetahui sejauh mana hasil audit yang
dilakukan oleh BPK terhadap hipotesa di Panja
terhadap carut marutnya pengelolaan energi
primer yang dikelola oleh PLN.
BPK sendiri telah melakukan Pemeriksaan
dengan Tujuan Tertentu terhadap PLN dan
anak perusahaannya, BP MIGAS, ESDM, dan
Instansi yang terkait. Hasil audit ini secara
resmi akan diserahkan kepada DPR pada 20
September 2011.
Pada 18 Agustus 2011, BPK mengikuti
Rapat Konsultasi dengan Tim Pengawas
Century DPR RI, pada kamis 18 Agustus
2011 di Kantor BPK. Rapat konsultasi ini
dilakukan dalam rangka pelaksanaan audit
forensik (Pemeriksaan Investigasi Lanjutan)
serta mengetahui sejauh mana perkembangan
pekerjaan atas Pemeriksaan Investigasi
Lanjutan atas kasus PT Bank Century, Tbk
yang dilakukan oleh BPK sesuai dengan
permintaan DPR.
Pertemuan konsultasi juga dilakukan
2011 2011
161
BAKN DPR dengan BPK pada 27 Oktober
2011. Pertemuan yang berlangsung di Kantor
Pusat BPK ini dilakukan untuk membahas
hasil pemeriksaan BPK semester I tahun 2011.
Khususnya tentang temuan yang krusial di
Kementerian/Lembaga.
Agenda pertemuan sendiri mencakup
tiga pokok pembahasan. Pertama, membahas
proses telaahan BAKN atas laporan hasil
pemeriksaan BPK. Kedua, rencana BAKN
akan melakukan investigasi terhadap masalah
yang signifkan dan krusial. Ketiga, klarifkasi
temuan BPK atas laporan hasil pemeriksaan
semester I tahun 2010.
Pertemuan Konsultasi atas penelaahan
terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK ini
akan disampaikan kepada komisi-komisi
DPR RI sebagai bahan rapat komisi dengan
mitra kerjanya. Selain itu, BAKN memberikan
masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja
pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan,
serta penyajian dan kualitas laporan.
Pada 14-16 Desember 2011, BPK dan
Kepolisian Negara RI (Polri) membahas
tindak lanjut hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan Polri sampai dengan semester II
tahun 2011. Pembahasan tindak lanjut hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan Polriini
dilaksanakan di Auditorium BPK Perwakilan
DKI Jakarta.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan
perpajakan dan akuntabilitas pelaporannya,
BPK menyelenggarakan briefng Peningkatan
Penerimaan Perpajakan dan Akuntabilitas
Pelaporan Perpajakan. Kegiatan ini
diselenggarakan di Kantor Pusat BPK. Selain
dari BPK, sebagai narasumber dalam kegiatan
ini adalah Dirjen Pajak Fuad Rahmany dan
Kepala Dinas Pajak BP Migas, Sukri Usman.
Kegiatan briefng ini dilakukan sebagai
persiapan pemeriksaan laporan keuangan
pemerintah pusat dan laporan keuangan
Kementerian Keuangan dalam rangka
meningkatkan opini dari laporan keuangan
Kementerian Keuangan dan Pemerintah Pusat.
Oleh karena itu BPK berkepentingan turut
serta membantu dalam penggalian potensi
penerimaan pajak untuk mengungkapkan
celah permasalahan tidak optimalnya
penerimaan negara.

Setelah merampungkan Pemeriksaan
Investigasi Lanjutan atas Kasus Bank Century,
pada 23 Desember 2011, BPK menyerahkan
laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi
Lanjutan tersebut kepada DPR. Pemeriksaan
Investigasi Lanjutan atas kasus Bank Century
ini sendiri dilakukan untuk memenuhi
permintaan DPR yang meminta BPK RI untuk
melakukan Audit Forensik terhadap Kasus
Bank Century.
Menindaklanjuti hasil pemeriksaan
Investigasi Lanjutan atas Kasus Bank Century
yang telah diserahkan kepada DPR, BPK
kemudian menyelenggarakan pertemuan
dengan entitas penegak hukum dan yang
terkait: Kejaksaan Agung, Polri, KPK, dan
PPATK. Pertemuan tersebut dilaksanakan
pada 29 Desember 2011, di Kantor Pusat BPK.
Pertemuan ini sendiri bertujuan agar hasil
pemeriksaan BPK tersebut bisa ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum. Sementara BPK
akan membantu jika diminta oleh aparat
penegak hukum.
Selain seminar, pertemuan-pertemuan, dan
162
kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatkan
entitas ataupun stakeholder, dalam tahun 2011,
BPK juga ikut serta dalam momen-momen
tertentu yang diselenggarakan entitas.
Pada 24 Agustus 2011, misalnya, BPK
menghadiri acara Deklarasi Zona Anti Korupsi
dan Mempertahankan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian, kegiatan peluncuran e-audit dan
penandatanganan MoU Penerapan Program
Pengendalian Gratifkasi di Kantor Mahkamah
Konstitusi, Jakarta. BPK juga menghadiri
peringatan Hari Anti Korupsi Internasional di
Kantor KPK pada 9 Desember 2011.

BPK bersama KPK, Kementerian/Lembaga,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
beberapa lembaga internasional melakukan
kampanye antikorupsi dengan tema Berani
Jujur, Hebat!. Kampanye ini bertujuan untuk
menyalakan kembali semangat kejujuran
sebagai langkah awal pemberantasan korupsi.

2011 2011
163
164
"
PADA TAHUN ANGGARAN 2011, BPK MENDAPAT
ALOKASI ANGGARAN SEBESAR RP2.820.097.896.000,00.
SEMENTARA, PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN
TERSEBUT MENGHABISKAN RP2.087.267.029.049,00.
SECARA PERSENTASE, REALISASI DARI ALOKASI
ANGGARAN TERSEBUT ATAU DAYA SERAPNYA
MENCAPAI 74,01%.
.
"
165
Daya Serap Anggaran 74,01
Persen
Pada tahun anggaran 2011, BPK
mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp2.820.097.896.000,00. Sementara,
penggunaan alokasi anggaran tersebut
menghabiskan Rp2.087.267.029.049,00. Secara
persentase, realisasi dari alokasi anggaran
tersebut atau daya serapnya mencapai 74,01%.
Realisasi anggaran tahun 2011 ini
mengalami penurunan jika dibandingkan
realisasi anggaran selama tiga tahun terakhir.
Atau, dalam tiga tahun terakhir penyerapan
anggaran ini cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun anggaran 2009,
realisasi anggaran mencapai 92,20%. Sementara
tahun anggaran 2010, realisasi anggarannya
turun menjadi 86,44%. Dan, tahun 2011,
kembali turun menjadi 74,01%.
Penurunan daya serap anggaran ini
seiring dengan peningkatan alokasi anggaran.
Dengan kata lain, semakin meningkat alokasi
anggaran, ada kecenderungan menurun
daya serapnya, setidaknya dalam tiga tahun
terakhir.
Pada tahun 2009, alokasi anggaran
BPK sebesar Rp1.736.279.337.000. Alokasi
anggaran tersebut yang digunakan sebesar
Rp1.590.920.682.420 atau daya serapnya 91,63%.
Alokasi anggaran mengalami peningkatan
pada tahun anggaran 2010 sebesar
Rp2.305.958.213.000. Alokasi anggaran itu
yang digunakan sebesar Rp1.974.201.755.349
atau daya serapnya 85,61%.
Terkait dengan penurunan terhadap tingkat
daya serap anggaran ada beberapa faktor yang
mempengaruhi. Pertama, belum disetujuinya
pembayaran kenaikan Tunjangan Kegiatan
dan Pembinaan Khusus (TKPK) per Januari
2011 yang telah dianggarkan untuk tahun
2011 menjadi salah satu penyebab rendahnya
tingkat pemanfaatan anggaran BPK RI.
Kedua, ketentuan pemanfaatan anggaran
berdasarkan at cost (sesuai pengeluaran riil).
Hal ini menyebabkan biaya pemeriksaan yang
terealisasi lebih rendah dari jumlah yang
dianggarkan.
Ketiga, adanya penambahan anggaran
yang tidak berimbang dengan jumlah SDM
yang ada. Jumlah entitas yang harus diperiksa
meningkat sementara dengan adanya
moratorium untuk tidak menambah jumlah
SDM, mengakibatkan jumlah SDM yang ada
belum dapat mengakomodir seluruh tugas
pemeriksaan atas seluruh auditee tersebut.
Keempat, pemanfaatan teknologi yang baik
yaitu e-Audit memungkinkan BPK dapat
mengurangi anggaran biaya pemeriksaan
secara fsik.
Sementara itu, dilihat dari nilai rupiah,
penyerapan anggaran tahun 2011 dipengaruhi
oleh beberapa hal yang cukup signifkan, yaitu:
1. Adanya penghematan anggaran di BPK
sebagai tindaklanjut atas Inpres No 7
Tahun 2011 tentang Penghematan Belanja
Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran
2011. Penggunaan anggaran yang dihemat di
BPK berjumlah Rp171 milyar;
2. Persetujuan penyesuaian tarif Tunjangan
Kinerja (TKPK) hanya sebesar 87% dari tarif
Kementerian Keuangan dan tidak berlaku
surut per Januari 2011, usulan penyesuaian
ini telah disampaikan sejak tahun 2010,
sehingga terdapat anggaran yang tidak
dapat direalisasikan sekitar Rp247,10 miliar;
166
167
Untuk meningkatkan kinerja, BPK melakukan perbaikan di berbagai
komponen. Salah satunya membangun infrastruktur untuk mendukung
pelaksanaan tugas.
168
3. Tidak direalisasikannya target Keluaran LHP
atas Permintaan Pemangku Kepentingan
pada Program Pemeriksaan Keuangan
Negara, karena pencapaian keluaran ini
sangat tergantung dengan permintaan
pemeriksaan dari pemangku kepentingan
BPK seperti DPR/DPRD, Pemerintah
maupun masyarakat, sehingga terdapat
anggaran yang tidak direalisasikan sebesar
Rp168,2 miliar;
4. Mundurnya jadwal pelaksanaan
pembangunan gedung Kantor Pusat BPK
terkait dengan adanya persyaratan dari
Kementerian Keuangan yang mewajibkan
seluruh K/L untuk mendapatkan clearance/
persetujuan dari Kementerian PAN dan
RB, Kementerian Pekerjaan Umum dan
BPKP sebelum pembangunan gedung
dilaksanakan. Dengan mundurnya
DI SISI LAIN, SECARA UMUM,
INDIKATOR PENCAPAIAN KELUARAN
MERUPAKAN INDIKATOR YANG
PALING BERKONTRIBUSI POSITIF
TERHADAP CAPAIAN KINERJA
PADA MASING-MASING PROGRAM,
DENGAN SKOR RERATA MENCAPAI
SEBESAR 94,36%, SKOR TERTINGGI
SEBESAR 99,98%, DAN SKOR
TERENDAH SEBESAR 88,21%.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
169
pelaksanaan pembangunan tersebut
mengakibatkan anggaran yang tidak
terserap sekitar Rp51,11 miliar.
Keempat faktor di atas secara agregat
mempengaruhi capaian kinerja BPK di tahun
2011, tidak hanya pada indikator penyerapan
anggaran, tetapi juga pada indikator
pencapaian keluaran, konsistensi perencanaan
dengan implementasi, dan nilai efsiensi.
Aliran Alokasi dan Realisasi
Anggaran
Alokasi anggaran tahun 2011 sendiri
dialirkan kepada beberapa pos kegiatan
atau program. Pertama, alokasi anggaran
pada program penganggaran pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang merupakan proses bisnis utama
BPK. Alokasinya sebesar Rp670.000.000.000,00.
Realisasinya sebesar Rp419.184.976.712,00 atau
daya serapnya sebesar 62,56%.
Alokasi anggaran untuk program-program
peningkatan mutu kelembagaan, aparatur, dan
pemeriksaan keuangan negara. Alokasi untuk
sektor ini terkait dengan upaya peningkatan
mutu pemberian pendapat dan pertimbangan
serta peningkatan mutu kelembagaan dan
ketatalaksanaan. Alokasi anggarannya
Rp66.329.969.000,00. Realisasinya sebesar
Rp58.553.332.970,00. Daya serapnya mencapai
88,28%.
Alokasi anggaran untuk program-program
kepaniteraan kerugian negara/daerah,
pengembangan dan pelayanan hukum di
bidang pemeriksaan keuangan negara. Tingkat
penyerapan anggaran sebesar 73,91%. Dimana,
jumlah anggaran sebesar Rp16.933.339.000,00.
Realisasinya sebesar Rp12.515.494.896,00.
Alokasi anggaran untuk sektor ini terkait
170
upaya peningkatan percepatan penetapan
tuntutan perbendaharaan dan pemantauan
penyelesaian ganti kerugian negara serta
pemenuhan dan harmonisasi peraturan di
bidang pemeriksaan keuangan negara.
Alokasi anggaran untuk program-program
dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis BPK lainnya. Alokasi anggaran
untuk sektor ini terkait dengan penguatan
pengelolaan sumber daya manusia dan sumber
daya keuangan di BPK. Tingkat penyerapan
anggarannya sebesar 69,99%. Dimana, alokasi
anggaran sebesar Rp1.129.342.825.000,00,
sementara yang terealisasi sebesar
Rp790.416.692.856,00.
Alokasi untuk program peningkatan sarana
dan prasarana aparatur. Tingkat penyerapan
anggaran sebesar 88,11% . Dimana, alokasi
anggarannya sebesar Rp921.194.227.000,00.
Realisasinya sebesar Rp811.705.010.353,00.
Alokasi untuk sektor ini terkait dengan
penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan kegiatan. Baik yang berbentuk
fsik maupun non fsik.
Alokasi anggaran untuk program-program
pengawasan dan peningkatan akuntabilitas
aparatur. Alokasi anggaran untuk sektor ini
terkait dengan upaya BPK menindaklanjuti
rekomendasi BPK negara lain yang
diberikan melalui mekanisme peer review.
Tingkat penyerapan anggarannya sebesar
76,47%. Dimana alokasi anggaran sebesar
Rp16.297.536,000,00 yang terealisasi sebesar
Rp12.462.658.156,00.
Hasil Penganggaran Berbasis
Kinerja
Tahun 2011 merupakan tahun pertama
dalam penerapan Penganggaran Berbasis
Kinerja (PBK) di BPK khususnya, dan di
seluruh instansi atau lembaga pengelola
keuangan negara, pada umumnya.
Penganggaran Berbasis Kinerja sendiri
merupakan sistem penganggaran yang
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan.
Termasuk efsiensi dalam pencapaian hasil
dan keluaran tersebut.Dengan kata lain,
anggaran yang disusun memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan (input), keluaran
(output), dan hasil yang diharapkan (outcomes)
sehingga dapat memberikan informasi tentang
efektivitas dan efsiensi pelaksanaan setiap
kegiatan.
Berdasarkan hal itu, BPK telah
melaksanakan Rencara Kerja dan Anggaran
tahun 2011 dengan cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengukuran dan penilaian
aspek implementasi atas enam program yang
dilaksanakan oleh BPK, yaitu:
1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya;
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
TAHUN 2011 MERUPAKAN TAHUN
PERTAMA DALAM PENERAPAN
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
(PBK) DI BPK KHUSUSNYA, DAN DI
SELURUH INSTANSI ATAU LEMBAGA
PENGELOLA KEUANGAN NEGARA,
PADA UMUMNYA.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
171
BPK;
3. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur BPK;
4. Program Kepaniteraaan Kerugian Negara/
Daerah, Pengembangan dan Pelayanan
Hukum di Bidang Pemeriksaan Keuangan
Negara;
5. Program Peningkatan Mutu Kelembagaan,
Aparatur dan Pemeriksaan Keuangan Negara;
6. Program Pemeriksaan Keuangan Negara.
Dari keenam program tersebut, hasil
pengukuran dan penilaian aspek implementasi
atas enam program yang dilaksanakan oleh
BPK itu, program yang mendapatkan skor
tertinggi sampai terendah, yaitu: Program
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur BPK sebesar 91,73%; Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya BPK sebesar 90,30%;
Program Kepaniteraan Kerugian Negara/
Daerah, Pengembangan dan Pelayanan Hukum
di Bidang Pemeriksaan Keuangan Negara
sebesar 78,81%; Program Peningkatan Mutu
Kelembagaan, Aparatur, dan Pemeriksaan
Keuangan Negara sebesar 76,00%; Program
Pemeriksaan Keuangan Negara sebesar 73,53%;
dan terakhir Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur BPK sebesar 71,99%.
Di sisi lain, secara umum, indikator
Pencapaian Keluaran merupakan indikator
yang paling berkontribusi positif terhadap
capaian kinerja pada masing-masing program,
dengan skor rerata mencapai sebesar 94,36%,
skor tertinggi sebesar 99,98%, dan skor
terendah sebesar 88,21%.
Pada indikator Penyerapan Anggaran, skor
yang dicapai pada setiap program sebesar
76,55%, dengan skor tertinggi sebesar 88,28%,
dan skor terendah sebesar 62,56%.
Pada indikator Konsistensi Perencanaan
dengan Implementasi skor yang dicapai setiap
program adalah 62,29%, skor tertinggi sebesar
97,67%, dan skor terendah sebesar 43,47%.
Terakhir, pada indikator Nilai Efsiensi skor
rerata yang dicapai setiap program adalah
71,97%, skor tertinggi sebesar 100,00%, dan
skor terendah sebesar 49,47%.
172
Laporan Keuangan Raih WTP
Tidak seperti laporan keuangan entitas
yang mengelola keuangan negara, yang
diperiksa BPK, maka laporan keuangan BPK
sendiri diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
Hal ini sesuai amanat Undang-Undang (UU)
No. 15 Tahun 2006 tentang BPK. Termaktub
pada Bagian Ketiga tentang Akuntabilitas,
Pasal 32 ayat 1, 2, 3, dan 4.
Pasal 32 Ayat 1 dinyatakan: Pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan tahunan BPK dilakukan oleh
akuntan publik. Ayat 2 lebih memperjelas:
Akuntan publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditunjuk oleh DPR atas usul
BPK dan Menteri Keuangan, yang masing-
masing mengusulkan tiga nama akuntan
publik.
2011 2011
173
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Jalan Gatot Subroto Kav. 31 Jakarta Pusat 10210 Telp. +62-21-25549000, Fax. +62-21-57953198
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Berdasarkan Pasal 32 ayat (1) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan bahwa Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Tahunan BPK dilakukan oleh akuntan publik dan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
No.16/DPR RI/III/2011-2012 tanggal 30 Maret 2012 Tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah ditunjuk Kantor
Akuntan Publik (KAP) Wisnu B. Soewito dan Rekan untuk melakukan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Tahunan
Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2011 dengan hasil sebagai berikut :
URAIAN
TAHUN ANGARAN 2011 TAHUN ANGARAN 2010
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
PENDAPATAN
PENDAPATAN DALAM NEGERI
PENDAPATAN PERPAJAKAN - - - - - -
PENDAPATAN NEGARABUKAN PAJAK 1.220.725.000 8.200.308.411 671,76 464.415.000 2.852.775.024 614,27
PENDAPATAN HIBAH - - - - - -
JUMLAH PENDAPATAN NEGARADAN HIBAH 1.220.725.000 8.200.308.411 671,76 464.415.000 2.852.775.024 614,27
BELANJA
Belanja Pegawai 844.274.924.000 575.538.741.844 68,17 674.261.438.000 520.435.179.520 77,19
Belanja Barang 1.270.557.976.000 877.435.418.289 69,06 832.759.585.000 669.124.755.650 80,35
Belanja Modal 705.264.996.000 634.292.868.916 89,94 798.937.190.000 784.641.820.179 98,21
Subsidi - - - - - -
Hibah - - - - - -
Bantuan Sosial - - - - - -
Belanja Lain-Lain - - - - - -
JUMLAH BELANJA 2.820.097.896.000 2.087.267.029.049 74,01 2.305.958.213.000 1.974.201.755.349 85,61
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI (NETO) - - - - - -
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan - - - - - -
Non Perbankan Dalam Negeri - - - - - -
PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (NETO) - - - - - -
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri - - - - - -
Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri - - - - - -
JUMLAH PEMBIAYAAN - - - - - -
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Audited)
Catatan:
Laporan Keuangan yang telah tersebut diatas telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material. Posisi keuangan BPK RI pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, dan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.
Untuk informasi lebih lanjut klik di www.bpk.go.id
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
WISNU B. SOEWITO dan REKAN
Hendar Ristiawan, S.H., M.H.
NIP. 19580321197802100
Wisnu B. Soewito, CPA
Izin Praktik No. D-1645
Izin Usaha No. KEP-183/KM.6/2004
Ditetapkan di Jakarta, 31 Mei 2012
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Sekretaris Jenderal
174
URAIAN 31 DESEMBER 2011 31 DESEMBER 2010
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 15.805.535.379 12.861.631.482
Kas Lainnya dan Setara Kas 2.510.592.423 389.630.542
Piutang Bukan Pajak 110.604.020 408.856
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan / Tuntutan Ganti Rugi 79.136.483 35.597.037
Uang Muka Belanja 1.866.471.405 2.731.358.438
Persediaan 14.149.867.432 16.727.245.089
JUMLAH ASET LANCAR 34.522.207.142 32.745.871.444
ASET TIDAK LANCAR
ASET TETAP
Tanah 1.432.088.569.622 1.217.453.857.475
Peralatan dan Mesin 922.631.310.356 721.992.421.346
Gedung dan Bangunan 1.505.477.580.313 1.248.902.204.243
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 230.309.891.623 173.304.414.775
Aset Tetap Lainnya 15.486.419.936 27.610.384.347
Konstruksi Dalam Pengerjaan 61.788.162.680 55.799.339.600
JUMLAH ASET TETAP 4.167.781.934.530 3.445.062.621.786
ASET LAINNYA
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan / Tuntutan Ganti Rugi - 9.435.000
Aset Tak Berwujud 46.281.373.781 24.641.047.711
Aset Lain-Lain 26.300.729.803 15.128.960.140
JUMLAH ASET LAINNYA 72.582.103.584 39.779.442.851
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 4.240.364.038.114 3.484.842.064.637
JUMLAH ASET 4.274.886.245.256 3.517.587.936.081
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKAPENDEK
Hutang kepada Pihak Ketiga 27.009.591.017 2.191.341.392
Pendapatan Diterima Dimuka 189.313.796 290.014.900
Uang Muka dari KPPN 15.805.535.379 12.861.631.482
Pendapatan yang Ditangguhkan 2.337.892.791 329.570.519
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKAPENDEK 45.342.332.983 15.672.558.293
EKUITAS DANA
EKUITAS DANALANCAR
Cadangan Piutang 189.740.503 36.005.893
Cadangan Persediaan 14.149.867.432 16.727.245.089
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek (26.836.891.385) (2.131.281.369)
Barang/Jasa yang Harus Diterima 1.866.471.405 2.731.358.438
Barang/Jasa yang Harus Diserahkan (189.313.796) (290.014.900)
JUMLAH EKUITAS DANALANCAR (10.820.125.841) 17.073.313.151
EKUITAS DANAINVESTASI
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 4.167.781.934.530 3.445.062.621.786
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 72.582.103.584 39.779.442.851
JUMLAH EKUITAS DANAINVESTASI 4.240.364.038.114 3.484.842.064.637
JUMLAH EKUITAS DANA 4.229.543.912.273 3.501.915.377.788
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 4.274.886.245.256 3.517.587.936.081
NERACA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Audited)
2011 2011
175
Lalu, Ayat 3 disebutkan: Akuntan
publik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dalam 2 (dua) tahun terakhir tidak
melakukan tugas untuk dan atas nama
BPK atau memberikan jasa kepada BPK.
Hasil pemeriksaan laporan keuangan BPK
ini diserahkan kepada DPR dan disalin kepada
Pemerintah Pusat sebagai komponen dari
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat. Sebab, anggaran BPK sendiri bagian
dari laporan keuangan pemerintah pusat
melalui anggaran Sekretariat Jenderal BPK.
Seperti diamanatkan Pasal 32 Ayat 4 yang
berbunyi: Hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada
DPR dengan salinan kepada Pemerintah
untuk penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Pusat.
Sebagai lembaga negara yang
bertugas memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, BPK
harus menjadi contoh bagi entitas lainnya
dalam penyajian laporan keuangannya. Ini
dibuktikan BPK pada laporan keuangan tahun
anggaran 2011.
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No.16/
DPR RI/III/2011-2012 tanggal 30 Maret 2011
tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, telah ditunjuk Kantor
Akuntan Publik (KAP) Wisnu B. Soewito
dan Rekan untuk melakukan Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
BPK tahun anggaran 2011.
KAP Wisnu B. Soewito melakukan
pemeriksaan atas Laporan Realisasi Anggaran
BPK untuk tahun-tahun yang berakhir 31
Desember 2011 dan 2010 (audited). Hasil dari
pemeriksaan tersebut, Laporan Keuangan BPK
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material.
Posisi keuangan BPK pada tanggal 31
Desember 2011 dan 2010, dan realisasi
anggaran untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010. Dengan
demikian, Laporan Keuangan BPK tahun
anggaran 2011 mendapat Opini Wajar
Tanpa Pengecualian atau WTP. Opini WTP
yang diraih BPK atas laporan keuangannya
merupakan pencapaian yang sama dengan
tahun-tahun sebelumnya.
176
"
TAHUN 2011 MERUPAKAN TAHUN PERTAMA
DILAKSANAKANNYA RENSTRA 2011-2015.
RENCANA KERJA BPK TAHUN 2012 JUGA
DIDASARKAN PADA ROAD MAP REFORMASI
BIROKRASI 2011-2015 YANG MERUPAKAN
KOMITMEN BPK DALAM MENJALANKAN
PROGRAM REFORMASI BIROKRASI DENGAN
HASIL ADAPTASI DARI RENSTRA 2011-2015.
"
177
Renstra 2011-2015 Jadi Acuan
Setelah menyelesaikan Rencana Strategis
(Renstra) dan Rencana Implementasi Renstra
2006-2010, BPK telah menyusun rencana
jangka menengah selanjutnya, Renstra 2011-
2015. Untuk mendukungnya, juga telah
disusun Rencana Implementasi Renstra (RIR)
2011-2015.
Tahun 2011 merupakan tahun pertama
dilaksanakannya Renstra 2011-2015. Target-
target kerja yang diamanatkan Renstra 2011-
2015 untuk tahun 2011 sudah dilakukan.
Selain itu, rencana kerja BPK tahun 2012 juga
didasarkan pada Road Map Reformasi Birokrasi
2011-2015 yang merupakan komitmen BPK
dalam menjalankan program reformasi
birokrasi dengan hasil adaptasi dari Renstra
2011-2015.
Untuk tahun 2012 sendiri, berdasarkan
rentang waktu Renstra 2011-2015, maka
rencana kerja BPK tetap mengacu pada
Renstra tersebut. Sambil melakukan perbaikan-
perbaikan dari hasil kerja tahun 2011, rencana
kerja tahun 2012 dijalankan dengan acuan
target tahun 2012 dari Renstra 2011-2015.
Namun, seperti halnya tahun 2011, tetap
rencana kerja tahun 2012 beradaptasi juga
dengan kondisi riil yang terjadi.
Berdasarkan Renstra dan RIR 2011-2015,
maka rencana kerja tahun 2012 berpedoman
pada tiga tujuan strategis. Pertama,
mendorong terwujudnya pengelolaan
keuangan negara yang tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, ekonomis,
efsien, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Tujuan strategis ini akan memandu BPK
dalam merancang pekerjaan tahun depan
dengan upaya meningkatkan kualitas dan
pemanfaatan rekomendasi hasil pemeriksaan
dan kerjasama dengan pemangku kepentingan
(stakeholder).
Kedua, mewujudkan pemeriksaan yang
bermutu untuk menghasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang bermanfaat sesuai dengan
kebutuhan pemangku kepentingan. Tujuan
strategis ini akan memandu BPK dalam
menyusun rencana kerja tahun depan untuk
meningkatkan kualitas pada proses bisnis
utamanya. Proses bisnis utama ini meliputi:
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara beserta proses pemerolehan
keyakinan mutunya (quality assurance);
pemberian pendapat dan pertimbangan;
penetapan tuntutan perbendaharaan dan
pemantauan penyelesaian ganti kerugian
negara/daerah; dan pemenuhan serta
harmonisasi peraturan dibidang pemeriksaan
keuangan negara.
Ketiga, mewujudkan birokrasi yang
modern. Tujuan strategis ini akan menjadi
dasar BPK dalam merancang rencana
kerja tahun 2012 dengan mengupayakan
perubahan dan perbaikan dalam proses
bisnis yang dijalankannya, baik proses bisnis
utama maupun proses bisnis penunjang
dan pendukung. Perubahan dan perbaikan
fundamental yang dilakukan dalam proses
bisnis utama yaitu pemenuhan pedoman atau
panduan dalam menjalankan pemeriksaan agar
hasil atau produk utama BPK lebih berkualitas.
Sementara perubahan atau perbaikan atas
proses bisnis penunjang dan pendukung
dititikberatkan pada pengelolaan sumber daya
BPK yang meliputi organisasi, SDM, sarana
dan prasarana serta keuangan.
178
179
BPK telah melalui tahun 2011. Ada capaian dan ada yang masih
perlu ditingkatkan. Pada titik ini, BPK semakin meningkatkan kualitas
pegawainya baik mengenai teknis pemeriksaan maupun non teknis.
180
Ketiga tujuan strategis tersebut nantinya
dijabarkan ke dalam beberapa langkah dan
diimplementasikan dalam rencana kerja
masing-masing satuan-satuan kerja di BPK,
baik satuan kerja teknis pemeriksaan maupun
satuan kerja pendukung dan penunjang.
Selain berpedoman pada Renstra 2011-2015
beserta RIR-nya, rencana kerja tahun 2012 juga
berlandaskan pada penerapan sistem anggaran
berbasiskan kinerja yang mengacu pada
konsep dasar yang disyaratkan dalam panduan
reformasi perencanaan dan penganggaran
Bappenas dan Kementerian Keuangan.
Dimana, dalam melakukan perencanaan dan
penganggaran rencana program-program
kerja yang akan dilaksanakan periode setahun
ke depan, orientasinya tidak lagi hanya pada
keluaran (output) tapi juga pada manfaat
(outcome) atas kegiatan dalam suatu program
kerja.
Adapun rencana kerja BPK tahun
anggaran 2012 ini meliputi Rencana Kegiatan
Pemeriksaan (RKP) dan Rencana Kegiatan
Sekretariat dan Penunjang (RKSP). Rencana
kerja kegiatan pemeriksaan berisi rencana
kerja di bidang pemeriksaan maupun
nonpemeriksaan.
Rencana kerja di bidang pemeriksaan
sendiri, seperti yang diamanatkan peraturan
perundang-undangan, meliputi pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam
hal ini ada upaya untuk meningkatkan ketiga
jenis pemeriksan secara kualitas maupun
kuantitas.
Pada pemeriksaan laporan keuangan,
BPK ke depan akan fokus untuk memperluas
cakupan pemeriksaan. Untuk memperluas
cakupan pemeriksaan, berdasarkan peraturan
perundang-undangan, BPK akan melakukan
dua hal.
Pertama, penggunaan Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang bekerja untuk dan atas
nama BPK yang sudah terseleksi dan terdafar
di BPK diprioritaskan untuk melakukan
pemeriksaan laporan keuangan pada entitas
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Layanan
Umum (BLU) dan Badan Hukum Milik Negara
(BHMN). Penggunaan KAP yang bekerja untuk
dan atas nama BPK nantinya harus didukung
dengan adanya kebijakan operasional berupa
petunjuk pelaksana (Juklak), petunjuk teknis
(Juknis), ataupun Standard Operational
Procedure (SOP) dan kegiatan evaluasi hasil
pemeriksaan KAP oleh BPK.
Penggunaan KAP ini mengantisipasi
terbatasnya SDM di BPK, sementara obyek
pemeriksaannya sangat banyak. Walau begitu,
BPK juga ke depan akan memprioritaskan
peningkatan SDM-nya, baik secara kuantitas
maupun kualitasnya.
Kedua, perancangan metodologi
pemeriksaan keuangan untuk mendukung
perluasan cakupan pemeriksaan. Termasuk
melakukan pemeriksaan pendahuluan,
khususnya bagi entitas-entitas yang
bertanggung jawab mengelola keuangan
negara dengan jumlah yang besar.
Pada pemeriksaan kinerja, BPK akan
mengupayakan tujuan pemeriksaan kinerja
pada empat hal, yaitu: mendorong upaya
pemberantasan korupsi; meningkatkan
transparansi; menjamin terlaksananya
akuntabilitas; dan meningkatkan ekonomi,
2011 2011
181
efsiensi, etika, nilai keadilan dan efektivitas.
Sementara, fokus pemeriksaan kinerja
sendiri akan diarahkan untuk menilai
program-program pemerintah yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) nasional 2010-2014. Sejalan
dengan fokus pemeriksaan kinerja tersebut,
maka pemeriksaan kinerja akan diprioritaskan
pada bidang pendidikan, penanggulangan
kemiskinan, kesehatan,
infrastruktur serta reformasi birokrasi
dan tata kelola. Termasuk fraud control plan
untuk mendukung pemberantasan korupsi
oleh entitas. BPK menargetkan LHP yang
dihasilkan pada pemeriksaan kinerja lebih
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada pemeriksaan dengan tujuan tertentu,
BPK akan menyeimbangkan proporsinya pada
seluruh aspek keuangan negara. Sebelumnya,
pemeriksaan kinerja lebih didominasi
pada pemeriksaan belanja. Dengan kata
lain, pemeriksaan dengan tujuan tertentu
ini dilaksanakan secara berimbang antara
pendekatan neraca maupun pendekatan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) serta
berimbang antara akun pendapatan maupun
akun belanja.
Dalam konteks pelaksanaan pemeriksaan,
BPK akan melaksanakan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu atas subsidi Public Service
Obligation (PSO). Hal ini dikarenakan subsidi
PSO ini punya kecenderungan terus meningkat
dari tahun ke tahun. PSO sendiri PSO adalah
biaya yang harus dikeluarkan oleh negara
akibat perbedaan harga pokok penjualan
BUMN/swasta dengan harga atas produk/
jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan
terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
BPK juga akan melaksanakan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu terhadap prioritas
RPJMN 2010-2014. Sejalan dengan hal itu,
BPK mengangkat tema-tema sebagai objek
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Tema-
tema tersebut adalah:
1. Penyelenggaraan haji;
2. Dana-dana bantuan luar negeri;
3. Pajak yang dipungut oleh bendaharawan;
4. Koordinasi pengamanan laut;
5. Pelaksanaan tertib kependudukan;
6. Denda tilang;
7. Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dan
BUMNIS (BUMN Industri Strategis);
8. Pengelolaan Sumber Daya Alam Mineral,
Kehutanan dan Kelautan, Dana Bagi Hasil
serta pengelolaan lingkungan;
9. Hutang penggunaan BBM oleh Kemhan-TNI
RENCANA KERJA DI BIDANG
PEMERIKSAAN SENDIRI, SEPERTI
YANG DIAMANATKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN,
MELIPUTI PEMERIKSAAN
KEUANGAN, PEMERIKSAAN KINERJA,
DAN PEMERIKSAAN DENGAN
TUJUAN TERTENTU. DALAM HAL INI
ADA UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
KETIGA JENIS PEMERIKSAN SECARA
KUALITAS MAUPUN KUANTITAS.
...........................................................................................................................................................................
182
kepada Pertamina;
10. Pelayanan di bidang keimigrasian;
11. Pembangunan Infrastruktur transportasi
darat, laut dan udara;
12. Pengambilalihan kegiatan bisnis TNI; dan
13. Manajemen Aset/Pengadaan Barang Milik
Negara/Daerah(BMN/D)
Diluar tema-tema tersebut, BPK juga
memproyeksikan dapat memeriksa beberapa
objek lainnya terkait dengan program
pencapain visi pemerintah dalam mencapai
kemandirian, kemajuan, dan keadilan dan
kemakmuran.
Selain itu, BPK akan fokus pada
pengembangan pemeriksaan yang berorientasi
fraud assessment melalui pemeriksaan
investigasi yang merupakan bagian dari
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Sementara rencana kerja kegiatan
pemeriksaan nonpemeriksaan sendiri meliputi:
pemantauan penyelesaian ganti kerugian
negara; pemantauan tindak lanjut; Evaluasi
Kantor Akuntan Publik (KAP); rumusan bahan
pendapat; layanan administrasi pemeriksaan;
laporan kajian pemeriksaan Keuangan Negara/
Keuangan Daerah (KN/KD); Sumbangan
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS);
analisis pemeriksaan keuangan daerah;
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
permintaan pemangku kepentingan; dan LHP
oleh KAP untuk dan atas nama BPK.
Piloting e-audit Tahap Kedua
Sejak awal tahun 2010 konsep e-audit
mulai diapungkan dan mendapat dukungan
penuh dari pimpinan lembaga-lembaga negara.
Konsep e-audit ini mulai diimplementasikan
pada tataran penguatan konsepnya.
2011 2011
183
Dalam Rensra 2011-2015, dimasukkanlah
program e-audit sebagai salah satu program
utama yang akan dijalankan BPK. Penerapan
e-audit sendiri menjadi salah satu prioritas
utama dalam program kerja BPK.
Seiring dengan pelaksanaan jalinan
kerjasama melalui penandatanganan nota
kesepahaman dengan entitas, pada tahun 2011
sendiri, penerapan e-audit mulai dilakukan
melalui modul piloting. Piloting pemeriksaan
secara e-audit ini untuk pertama kalinya
dilakukan.

Pada tahun 2012, melalui SK Sekjen BPK
RI No.245/K/X-XIII.2/5/2012, telah ditetapkan
Grand Design e-audit. Artinya, penyusunan
grand design e-audit ini telah ditetapkan
setelah ada perbaikan dan penyempurnaan
dari grand design tahun sebelumnya yang
telah disusun.
Selain itu, tahun 2012, BPK pun akan
melanjutkan piloting e-audit tahap kedua.
Pelaksanaan piloting e-audit tahun 2012 ini
diharapkan pelaksanaannya memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan piloting
2011.
Piloting e-audit tahun 2012 ini sendiri
merupakan kegiatan lanjutan dan tidak
terpisahkan dari piloting e-audit tahun 2011
dengan ruang lingkup yang diperbesar.
Berbeda dengan kegiatan piloting yang
dilakukan hanya pada periode pemeriksaan,
pengembangan e-audit dilakukan sepanjang
tahun sehingga hasil pengembangan e-audit
yang dilakukan diluar periode piloting akan
diujicobakan pada tahun 2012.
Pada piloting tahun 2012 akan diujicoba
komponen-komponen pendukung pelaksanaan
184
e-audit. Adapun komponen-komponen yang
diujicobakan itu, pertama, ujicoba hasil
pengembangan infrastruktur. Akan dilakukan
ujicoba terhadap pembangunan koneksi
antara BPK dengan entitas terperiksa serta
antara BPK Kantor Pusat dengan BPK Kantor
Perwakilan. Selain itu juga akan diujicoba
Command Center dan fasilitas pendukungnya.
Kedua, Ujicoba hasil penyempurnaan
perangkat lunak pendukung implementasi
sistem e-audit serta perangkat aturan untuk
mengelola dan memanfaatkan sistem e-audit.
Pada komponen ini akan diujicobakan Pusat
Data dan Portal e-audit serta Pedoman, POS
(Prosedur Operasional Standar), Panduan
terkait Implementasi e-audit.
Pada tahun 2011, piloting pemeriksaan
dengan dukungan e-audit terbatas hanya untuk
kegiatan pemeriksaan laporan keuangan. Pada
2012, akan ada perluasan penggunaan jenis
2011 2011
185
pemeriksaan lain.
Pada piloting tahap kedua, pemeriksaan
keuangan terinci tetap akan menjadi
objek sebagai kelanjutan dari pelaksanaan
piloting tahap pertama. Sebagai perluasan
cakupan kegiatan, piloting 2012 juga akan
mengikutsertakan jenis pemeriksaan lain,
yaitu pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.
Pemilihan entitas calon calon objek Piloting
2012 akan mempertimbangkan kesiapan
tim pemeriksa dan kesiapan entitas dari sisi
teknologi informasi. Entitas yang memiliki
struktur data yang dapat memenuhi kebutuhan
tim pemeriksa dan telah siap melakukan
komunikasi data akan menjadi prioritas objek
piloting 2012.
Anggaran Biaya untuk kebutuhan Piloting
2012 menggunakan Rencana Kegiatan Sekjen
dan Penunjang (RKSP) dan Rencana Kegiatan
Pemeriksaan (RKP) tahun anggaran 2012 yang
terdapat pada masing-masing Satker Pelaksana
dan Pendukung e-audit dengan mengacu
pada kegiatan pengembangan e-audit yang
tercantum pada inisiatif strategis penerapan
e-audit dalam perolehan data pemeriksaan.
Adapun piloting e-audit tahap kedua
ini akan melibatkan pihak eksternal yaitu
entitas terperiksa dan pihak internal BPK.
Entitas terperiksa sebagai pihak eksternal
merupakan counterpart Tim Pengembangan
e-audit yang berperan sebagai penyedia data
untuk kebutuhan pemeriksaan. Sementara
pihak internal BPK merujuk kepada Tim
Implementasi e-audit yang akan dibantu oleh
Tim Pendamping Piloting sebagai pengembang
sistem e-audit (developer), Biro Teknologi
Informasi di kantor pusat dan Liaison Ofcer
atau petugas penghubung teknologi informasi
di kantor perwakilan sebagai pengelola, serta
Tim Pemeriksa sebagai pengguna.
186
"
TAHUN 2011 MENJADI TAHUN MENGAGUMKAN
BAGI BPK. TAHUN DIMANA BANYAK RAIHAN
POSITIF DIDAPAT. TINTA EMAS AKAN TERTOREH
PADA LEMBARAN-LEMBARAN BUKU EKSISTENSI BPK.
SEBUAH LANGKAH LANJUTAN YANG CUKUP BAIK
SETELAH PONDASI KUAT BPK DIBANGUN PADA MASA
KEPEMIMPINAN BPK PERIODE 2004-2009.
"
187
Tahun 2011 menjadi tahun mengagumkan
bagi BPK. Tahun dimana banyak raihan
positif didapat. Tinta emas akan tertoreh pada
lembaran-lembaran buku eksistensi BPK.
Sebuah langkah lanjutan yang cukup baik
setelah pondasi kuat BPK dibangun pada masa
kepemimpinan BPK periode 2004-2009.
Pondasi BPK mulai dibangun secara kuat
dengan diawali amandemen konstitusi negara,
UUD45. Sebelum amandemen, landasan
hukum tertinggi BPK hanya terdapat pada satu
pasal, yaitu Pasal 23 ayat 5 pada bab VIII Hal
Keuangan, yang berbunyi: Untuk memeriksa
tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Semangat reformasi yang membuncah
sejak tahun 1998, kemudian merasuk pada
ketatanegaraan Indonesia. Maka, dimulailah
amandemen konstitusi negara, UUD45. Pada
amandemen terakhir UUD45, kedudukan BPK
semakin kuat.
Setelah amandemen keempat UUD45,
landasan hukum tertinggi BPK tidak hanya
tertuang pada satu pasal saja. Bahkan tertuang
dalam bab tersendiri yaitu Bab VIIIA dengan
tiga pasal di dalamnya: Pasal 23E, 23F, dan 23G
dengan tujuh ayat di dalamnya.
Tak cukup sampai disitu. Landasan hukum
tertinggi yang sedemikian kuat itu kemudian
dilengkapi dengan UU No. 15 Tahun 2006
tentang BPK. Selain itu, dalam menjalankan
tugasnya BPK juga memiliki payung hukum
lainnya, yaitu: UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
Payung hukum yang sangat kuat telah
didapat. Hal yang terpenting lainnya adalah
membangun organisasi sesuai dengan
semangat reformasi dan amanat konstitusi.
Lahirlah kemudian program reformasi
birokrasi. BPK salah satu lembaga negara yang
ikut ambil bagian di dalamnya. Dan, BPK juga
dari sedikit institusi yang ikut serta dalam
piloting reformasi birokrasi yang digulirkan
medio 2008.
Dalam internal BPK sendiri, telah dibuat
perencanaan dalam pembangunan kapasitas
kelembagaannya. Lahirlah Rencana Strategis
(Renstra) pertama BPK periode 2006-2010.
Selain itu, reorganisasi dilakukan untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan reformasi.
Pada tahun 2011, Renstra BPK 2011-2015
dirilis. Renstra ini merupakan kelanjutan dari
Renstra sebelumnya. Dalam tahun yang sama
BPK menjadi institusi pertama yang dinilai
capaian program reformasi birokrasinya.
Nilainya Baik. Pada tahun tersebut, BPK lah
satu-satunya yang dinilai.
Selain itu, laporan kinerja BPK pada
tahun 2011 menjadi yang terbaik bersama
KPK. Capaian tersebut merupakan capaian
yang signifkan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Sejak tahun 2007 sampai 2011,
laporan kinerja BPK cenderung mengalami
peningkatan yang positif.
Laporan kinerja BPK tahun 2007 hanya
menduduki peringkat 41 dari 70 institusi
yang dinilai. Tahun 2008, laporan kinerja BPK
mengalami peningkatan menjadi peringkat
188
189
Tahun 2011 telah dilalui. Jalan ke depan telah membentang.Masih
banyak tantangan yang mesti dijawab BPK dalam menjalankan
tugasnya.
190
29 dari 74 institusi yang dinilai. Pada tahun
2009, kembali meningkat menduduki peringkat
10 dari 72 institusi yang dinilai. Setahun
kemudian, 2010, menduduki peringkat ketujuh.
Momen bersejarah juga lahir pada tahun
2011. Organisasi lembaga-lembaga pemeriksa
(Supreme Audit Institution) negara-negara
anggota ASEAN dideklarasikan. BPK RI
merupakan salah satu penggagasnya. Terpilih
untuk pertama kalinya Ketua ASEANSAI
adalah BPK. Pun hal yang sama dengan Kepala
Sekretariat ASEANSAI yang juga dari BPK.
Tak hanya itu. Eksistensi BPK di dunia
internasional kembali dikukuhkan. Pada
tahun 2011 juga, BPK terpilih sebagai Ketua
Kelompok Kerja Audit Lingkungan pada
organisasi lembaga pemeriksa sedunia
(INTOSAI WGEA). BPK memang cukup
proaktif dalam melakukan pengembangan
audit lingkungan.
Sebagai lembaga negara yang bertugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, BPK secara rutin melakukan
pemeriksaan, baik itu pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Tujuannya, tak lain dan tak
bukan, untuk mendorong transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, sepertiapa yang
diamanatkan konstitusi.
Pada tahun 2011, BPK melakukan
pemeriksaan atas objek-objek yang tengah
menjadi perbincangan, baik di masyarakat
maupun media massa. Sebut saja, pemeriksaan
investigasi lanjutan kasus Bank Century,
pemeriksaan atas pembelian saham 7 persen
saham divestasi PT NNT, pemeriksaan kinerja
penyelenggaraan haji, pemeriksaan dana
otonomi khusus Papua, dan lain-lain.

Apa yang telah dilakukan, dicapai, dan
diraih BPK pada tahun 2011 tak serta-merta
berpuas diri. Bermodalkan landasan hukum
yang kuat dan kewenangan yang besar, tak
lantas juga BPK dengan mudah melaksanakan
tugasnya. Banyak tantangan ke depan yang
justru lebih berat.
Penerapan pemeriksaan secara elektronik
atau e-audit salah satunya. Pada tahun
2011, pengembangannya baru dilakukan.
Butuh kerja keras dari BPK sendiri untuk
memantapkan pondasi yang sudah mulai
dibangun. Selain itu, sinergi atau kerjasama
dengan entitas mutlak perlu dilakukan dalam
memuluskan penerapannya.
Hal lain adalah dalam hal pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Pada
tahun 2011, memang ada kecenderungan
kenaikan secara kuantitatif dalam perolehan
opini Wajar Tanpa Pengecualian atas
laporan keuangan entitas yang diperiksa.
Namun, tetap masih banyak entitas yang
BPK PUNYA LANDASAN
HUKUM YANG KUAT DAN
KEWENANGAN YANG
BESAR. NAMUN, TUNTUTAN
RAKYAT PUN BESAR PULA.
INI MENJADI TANTANGAN
YANG TAK MUDAH.
...........................................................................................................................................................................
2011 2011
191
laporan keuangannya belum terbilang wajar
dari sisi penyajian sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP).

Sementara itu, anggaran BPK tahun 2011
terbilang cukup besar. Ada kenaikan anggaran
dari tahun-tahun sebelumnya. Namun,
penyerapan anggaran BPK masih belum
terserap secara maksimal.
Di sisi lain, tuntutan masyarakat terhadap
BPK begitu besar. Hal yang lumrah memang,
mengingat BPK merupakan satu-satunya
lembaga negara yang bertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. BPK punya peran penting dalam
mendorong transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara yang muaranya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
BPK punya landasan hukum yang kuat dan
kewenangan yang besar. Namun, tuntutan
rakyat pun besar pula. Ini menjadi tantangan
yang tak mudah. BPK berupaya menjalankan
tugas dan fungsinya sesuai koridor peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan
menjunjung independensi, integritas, dan
profesionalisme dari tahun ke tahun. Seperti
tahun 2011 ini.
192
193
194
J l. J end Gatot Subroto No. 31 J akarta 10210
Telp. (021) 25549000 pes. 1182 & 1183
Fax. (021) 57953198
Perwakilan Wilayah Barat
J l. Panglima Nyak Makam No.38 Banda Aceh, Telp.
(0651) 32627, Fax. (0651) 21166
J l. Imam Bonjol No. 22 Medan, Telp. (061) 4519039
Fax. (061) 4538140
J l. Khatib Sulaiman No. 54, Padang 25137, Telp.
(0751) 40818 Fax. (0751) 40811
J l. J enderal Sudirman No. 721, Pekanbaru, Telp.
(0761) 856464 Fax. (0761) 858787
J l. Engku Putri Batam Center, Batam 29432, Telp.
(0778) 468575/576/579 Fax.0778-468581/580
J l. Demang Lebar Daun No. 2 Palembang, Telp.
(0711) 4105449, Fax. (0711) 3588948
J l. Pangeran Hidayat KM 6,5 No.65 Kel. Sukakarya
Kec. Kota Baru J ambi 36127, Telp. (0741) 445388,
7102623 Fax. (0741) 445386
J l. Pangeran Emir M. Noor No. 11B Kelurahan Sumur
Putri Kecamatan Teluk Betung Utara, Telp. (0721)
474868 Fax. (0721) 472872/472870
Kompleks Perkantoran Terpadu Air Itam J l. Pulau
Bangka Pangkalpinang 33148, Telp. (0717) 439563
Fax. (0717) 423162
J l. Adam Malik Km 8, Gading Cempaka Kota Bengkulu
38225, Telp. (0736) 349255 Fax. (0736) 349348
J l. MT. Haryono Kav. 45-46 J akarta, Telp. (021)
79180560 /7945460 Fax. (021) 7945483/ 7902574
J l. Moh. Toha no.164 Bandung- J awa Barat, Telp.
(022) 5207390/ 5207294 Fax. (022) 5207898
J l. Palka No. 1 Palima, Serang, Banten, Telp. (0254)
250025, Fax. (0254) 250037
J l. HOS Cokroaminoto No. 52
Yogyakarta 55244, Telp. (0274) 563635, Fax. (0274)
588736
J l.Perintis Kemerdekaan No.175, Semarang Propinsi
J awa Tengah Telp. (024) 8660883, Fax. (024)
8660884
J l. Raya
J uanda, Sidoarjo, Telp. (031) 8669244, Fax. (031)
8669206
2011 2011
195
Perwakilan Wilayah Timur
J l. Ahmad Yani No. 121 Pontianak, Telp. (0561)
585349 Fax. (0561) 713598

J l. Yos Sudarso No. 16, Telp. (0536) 3241119/
3241118 Fax. (0536) 3241120
J l. A. Yani Km. 32,5 Banjarbaru, Telp. (0511)
4784295 Fax. (0511) 4784296
J l. M. Yamin No. 19, Samarinda 75123,
Kalimantan Timur Telp (0541) 765029, 765048,
765041, 765079
Fax. (0541) 735757, 744680
J l. D.I Panjaitan No. 2 Renon Denpasar 80000,
Telp. (0361) 229193 Fax. (0361) 229182, 229184
J l. Udayana No. 22 Mataram, Telp. (0370)
6163333 Fax. (0370) 6162999, 6162762
J l. Amabi No.120, Tofa Kupang Telp. (0380)
840278 Fax. (0380) 840059
J l. A. P. Pettarani Makassar - Sulawesi Selatan,
Telp. (0411) 854977, Fax. (0411) 854995
J l. Prof Moh. Yamin No. 84 Palu, Telp. (0451)
486622 Fax. (0451) 486633
J l. Sao-sao No. 10 Kendari Sulawesi Tenggara,
Telp. (0401) 3129385/3129309, Fax. (0401)
3129441
J l. 17 Agustus No. 04, Manado, Telp. (0431)
8880205 Fax. (0431) 8880204
J l. Gedung Balai Diklat di Makassar Lantai 2
J l. AP. Pettarani, Makassar, 90222, Sulsel Telp.
(0411) 855395, 855485 Fax. (0411) 855434
J l. Tinaloga No.3, Kota Utara Kota Gorontalo
Provinsi Gorontalo 96123 Telp. (0435) 822205/
822208 Fax. (0435) 822205
J l. Laksamana Madya Leo Wattimena, Negeri
Lama- Ambon , Telp. (0911) 361295 Fax. (0911)
361295
J l. J ati Lurus Ternate Maluku Utara Telp. (0921)
3127300/3126611 Fax. (0921) 3126602

J l. Balai Kota No. 2 Entrop J ayapura 99224, Telp.
(0967) 536097/ 536098 Fax. (0967) 536097/
536098

J l. Sowi Gunung No 3 Manokwari Papua Barat
Telp. (0986) 213656 Fax. (0986) 213073
196
1
Halaman 1 - Lampiran 1
Dahar Cp|n| Laporan keuangan kementer|an]Lembaga dan 8adan La|nnya
1ahun 2006 - 2010
No. Lnntas kementer|an]Lembaga dan 8adan La|nnya
Cp|n|
1ahun 2006
Cp|n|
1ahun 2007
Cp|n|
1ahun 2008
Cp|n|
1ahun 2009
Cp|n|
1ahun 2010
kementer|an]Lembaga
1 Majelis Permusyawaratan Rakyat WDP WDP WTP WTP WTP
2 Dewan Perwakilan Rakyat WDP WDP WDP WTP WTP
3 Badan Pemeriksa Keuangan WDP WTP-DPP WTP WTP WTP
4 Mahkamah Agung TMP TMP TMP TMP WDP
5 Kejaksaan Agung TMP TMP TMP WDP WDP
6 Sekretariat Negara WDP WDP WDP WDP WTP
7 Kementerian Dalam Negeri TMP TMP TMP WDP WTP-DPP
8 Kementerian Luar Negeri TMP TMP WDP TMP WDP
9 Kementerian Pertahanan TMP TMP WDP WDP WDP
10 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia TMP TMP TMP WTP-DPP WTP-DPP
11 Kementerian Keuangan TMP TMP WDP WDP WDP
12 Kementerian Pertanian TMP TMP WDP WDP WDP
13 Kementerian Perindustrian TMP WDP WTP-DPP WTP WTP
14 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral TMP WDP WDP WDP WTP-DPP
15 Kementerian Perhubungan TMP TMP WDP WDP WDP
16 Kementerian Pendidikan Nasional TMP TMP WDP WDP TMP
17 Kementerian Kesehatan TMP TMP WDP TMP TMP
18 Kementerian Agama TMP TMP TMP WDP WDP
19 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi TMP TMP WDP WDP WDP
20 Kementerian Sosial TMP WDP WDP WDP WDP
21 Kementerian Kehutanan TMP TMP TMP WDP WDP
22 Kementerian Kelautan dan Perikanan TMP TMP TMP WDP WTP-DPP
23 Kementerian Pekerjaan Umum TMP TMP TMP WDP WDP
24
kemenLerlan koordlnaLor 8ldang olluk, Pukum, dan
Keamanan
WDP WDP WTP-DPP WTP WTP
25 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian WDP WDP WTP WTP WTP
26 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat WDP WDP WDP WTP WTP
27 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata TMP TMP TMP WDP WDP
28 Kementerian Badan Usaha Milik Negara WDP WTP WTP WTP WTP
29 Kementerian Riset dan Teknologi WDP WDP WTP WTP WTP
30 Kementerian Lingkungan Hidup WDP TMP TMP TMP WDP
31 Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah TMP TMP WDP WDP WTP
32 Kementerian Pemberdayaan Perempuan WDP WDP WTP WTP WTP
33 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara WDP WDP WTP WTP WTP
34 Badan Intelijen Negara WDP WTP WTP WTP WTP
35 Lembaga Sandi Negara WDP WDP WDP WDP WTP-DPP
36 Dewan Ketahanan Nasional WDP WTP WTP WTP WTP
37 8adan usaL SLausuk TMP TMP TMP WDP WDP
38
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
WDP WDP WTP WTP WTP
39 Badan Pertanahan Nasional TMP TMP TMP TMP WDP
40 Perpustakaan Nasional WDP TMP WDP WDP WTP
41 kemenLerlan komunlkasl dan lnformauka WDP TW WDP WDP WDP
42 Kepolisian Negara Republik Indonesia TMP TMP TMP WTP-DPP WTP-DPP
43 Badan Pengawas Obat dan Makanan WDP WDP WDP WDP WTP-DPP
44 Lembaga Ketahanan Nasional WDP WTP WTP WTP WTP
45 Badan Koordinasi Penanaman Modal WDP WDP WTP WTP WTP
46 8adan narkouka naslonal WDP WDP WTP-DPP WTP-DPP WTP-DPP
47 kemenLerlan embangunan uaerah 1erunggal WDP WDP WDP WDP WDP
48 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional WDP WDP WDP WTP WDP
49 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia WDP WDP WTP-DPP WTP-DPP WTP
50 8adan MeLeorologl, kllmaLologl dan Ceoslka TMP WDP WTP-DPP WTP-DPP WTP
51 Komisi Pemilihan Umum TMP TMP TMP TMP WDP
2011 2011
197
2
na|aman 2 - Lamp|ran 1
No. Lnntas kementer|an]Lembaga dan 8adan La|nnya
Cp|n|
1ahun 2006
Cp|n|
1ahun 2007
Cp|n|
1ahun 2008
Cp|n|
1ahun 2009
Cp|n|
1ahun 2010
52 Mahkamah konsuLusl WTP WTP WTP WTP WTP
53 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan WTP WTP WTP WTP-DPP WTP-DPP
54 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia WDP WDP WDP WDP WTP
55 Badan Tenaga Nuklir Nasional WDP WDP WDP WTP WTP
56 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi WDP WDP WDP WTP WTP
57 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional WDP WDP WDP WTP WTP
58 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional TMP TMP WTP WTP WDP
59 Badan Standarisasi Nasional WDP WDP WTP WTP WTP
60 Badan Pengawas Tenaga Nuklir WDP WDP WTP WTP WTP-DPP
61 Lembaga Administrasi Negara WDP WTP WTP WTP WTP
62 Arsip Nasional Republik Indonesia WDP WDP WTP WTP WTP
63 Badan Kepegawaian Negara TMP WDP WDP WTP WTP
64 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan WDP WDP WTP-DPP WTP WTP
65 Kementerian Perdagangan TMP TMP WDP WTP-DPP WTP-DPP
66 Kementerian Perumahan Rakyat WTP WTP WTP WTP WTP
67 Kementerian Pemuda dan Olahraga WDP WDP WDP WTP WDP
68 Komisi Pemberantasan Korupsi WTP WTP-DPP WTP WTP WTP
69 Dewan Perwakilan Daerah WTP WTP WTP WTP WTP
70 Komisi Yudisial WDP WTP WTP WTP WTP
71 Badan Nasional Penanggulangan Bencana TMP TMP TMP WDP
72
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia
WTP WTP WTP
73 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo WDP WTP-DPP WTP-DPP
74 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah WTP
75 Badan SAR Nasional WDP
76 Komisi Pengawas Persaingan Usaha WTP
77 APP 61 (Pembayaran Bunga Utang) TMP WTP WTP * *
78 APP 62 (Subsidi dan Transfer Lainnya) TMP TMP WTP-DPP * *
79 APP 69 (Belanja Lain-Lain) TMP TMP TMP * *
80 APP 70 (Dana Perimbangan) WDP TMP WDP * *
81 APP 71 (Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian) WTP TMP WTP * *
82 APP 96 (Cicilan Pokok Utang LN) TMP TMP WTP-DPP * *
83 APP 97 (Cicilan Pokok Utang DN) TMP WTP WTP * *
84 APP 98 (Penerusan Pinjaman) TMP TMP TMP * *
85 APP 99 (Penyertaan Modal Negara) WTP WTP WDP * *
86 BA 999.01 - Pengelolaan Utang ** ** ** WTP WTP
87 BA 999.02 - Hibah ** ** TMP WDP WDP
88 BA 999.03 - Penyertaan Modal Negara ** ** ** WTP WTP-DPP
89 BA 999.04 - Penerusan Pinjaman ** ** ** TMP WDP
90 BA 999.05 - Transfer ke Daerah ** ** ** WTP-DPP WTP-DPP
91 BA 999.06 - Belanja Subsidi dan Belanja Lainnya ** ** ** WDP *
92 BA 999.07 - Belanja Subsidi ** ** ** ** WDP
93 BA 999.08 - Belanja Lain-lain ** ** ** ** WDP
94 Bendahara Umum Negara *** *** WDP
95 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias TMP WTP WDP ****
8adan La|nnya
96 Lembaga Penjamin Simpanan WTP WTP TMP TMP
97 Bank Indonesia WTP WTP WTP WTP
98 Pusat Investasi Pemerintah WTP WTP WTP
99 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Satker
Kemenkeu
WDP WTP
100 Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) 1431 H/2010 M TMP TMP TMP
101
Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Anggaran 2010
Pada Ptoject Moooqemeot O[ce Asloo uevelopmeot
8ook ottbpooke AoJ 1soooml metqeocy 5oppott
Project (PMO ADB ETESP) Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Di Jakarta
WTP
198 3
Halaman 3 - Lampiran 1
No. Lnntas kementer|an]Lembaga dan 8adan La|nnya
Cp|n|
1ahun 2006
Cp|n|
1ahun 2007
Cp|n|
1ahun 2008
Cp|n|
1ahun 2009
Cp|n|
1ahun 2010
102
Laporan Keuangan Loan ADB 2575-INO Pada kotol
loftosttoctote 5oppott to tbe PNPM Mandiri Project 2
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2010
WTP
103
8adan elaksana keglaLan usaha Pulu Mlnyak dan Cas
8uml (8MlCAS) unLuk 1ahun ?ang 8erakhlr pada 31
Desember 2008
WTP ***** *****
Keterangan
WTP : Opini Wajar Tanpa Pengecualian (oopoollfeJ oploloo)
WTP-DPP : Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (oopoollfeJ oploloo wltb moJlfeJ wotJloq)
WDP : Opini Wajar Dengan Pengecualian (poollfeJ oploloo)
TW : Opini Tidak Wajar (oJvetse oploloo)
TMP : Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (Jlsclolmet oploloo)
* : Perubahan nomor BA
** : BA baru
*** : Tidak diberikan opini
**** : Dibubarkan Tahun 2009
***** : Belum diperiksa
2011 2011
199
254
(
d
a
la
m
j
u
t
a
r
u
p
ia
h
d
a
n
r
ib
u
v
a
la
s
)
R
e
k
a
p
i
t
u
l
a
s
i

K
e
l
o
m
p
o
k

T
e
m
u
a
n

K
e
r
u
g
i
a
n

H
a
s
i
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

B
P
K

S
e
m
e
s
t
e
r

I

T
a
h
u
n

2
0
1
1
L
a
m
p
i
r
a
n

4
8
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
P
e
n
j
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
t
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
l
a
t
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
N
o
.
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
M
a
t
a

U
a
n
g
T
o
t
a
l

K
e
r
u
g
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

K
e
r
u
g
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

y
a
n
g

T
e
r
j
a
d
i

d
i

P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
a
k
p
a
t
u
h
a
n

1
e
r
h
a
d
a
p

k
e
t
e
n
t
u
a
n

e
r
u
n
d
a
n
g
-
u
n
d
a
n
g
a
n

y
a
n
g

M
e
n
g
a
k
|
b
a
t
k
a
n
N
i
l
a
i

P
e
n
y
e
r
a
h
a
n

A
s
e
t

a
t
a
u

P
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
s

T
e
m
u
a
n

y
a
n
g

T
e
l
a
h

D
|
n
n
d
a
k

L
a
n
[
u
n

d
a
l
a
m

P
r
o
s
e
s

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
B
e
l
a
n
j
a

a
t
a
u

P
e
n
g
a
d
a
a
n

B
a
r
a
n
g
/
J
a
s
a

I
|
k
n
f
R
e
k
a
n
a
n

P
e
n
g
a
d
a
a
n

B
a
r
a
n
g
/
I
a
s
a

n
d
a
k

M
e
n
y
e
l
e
s
a
i
k
a
n

P
e
k
e
r
j
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

V
o
l
u
m
e

P
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

B
a
r
a
n
g
k
e
|
e
b
|
h
a
n

e
m
b
a
y
a
r
a
n

S
e
l
a
i
n

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

V
o
l
u
m
e

P
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

B
a
r
a
n
g
P
e
m
a
h
a
l
a
n

H
a
r
g
a

(
M
a
r
k

U
p
)
P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

U
a
n
g
/
B
a
r
a
n
g

U
n
t
u
k

k
e
p
e
n
n
n
g
a
n

r
|
b
a
d
|

e
m
b
a
y
a
r
a
n

H
o
n
o
r
a
r
i
u
m

d
a
n
/
a
t
a
u

B
i
a
y
a

P
e
r
j
a
l
a
n
a
n

D
i
n
a
s

G
a
n
d
a

d
a
n
/
a
t
a
u

M
e
|
e
b
|
h
|

S
t
a
n
d
a
r

y
a
n
g

D
i
t
e
t
a
p
k
a
n
S
p
e
s
|
h
k
a
s
|

B
a
r
a
n
g
/
J
a
s
a

y
a
n
g

D
i
t
e
r
i
m
a

T
i
d
a
k

S
e
s
u
a
i

D
e
n
g
a
n

K
o
n
t
r
a
k
B
e
l
a
n
j
a

T
i
d
a
k

S
e
s
u
a
i

a
t
a
u

M
e
|
e
b
|
h
|

K
e
t
e
n
t
u
a
n

e
n
g
e
m
b
a
|
|
a
n

P
i
n
j
a
m
a
n
/
P
i
u
t
a
n
g

a
t
a
u

D
a
n
a

B
e
r
g
u
l
i
r

M
a
c
e
t
k
e
|
e
b
|
h
a
n

P
e
n
e
t
a
p
a
n

d
a
n

e
m
b
a
y
a
r
a
n

k
e
s
n
t
u
s
|

P
a
j
a
k

a
t
a
u

P
e
n
e
t
a
p
a
n

K
o
m
p
e
n
s
a
s
i

K
e
r
u
g
i
a
n
P
e
n
j
u
a
l
a
n
/
P
e
r
t
u
k
a
r
a
n
/
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

A
s
e
t

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

T
i
d
a
k

S
e
s
u
a
i

K
e
t
e
n
t
u
a
n

d
a
n

M
e
r
u
g
i
k
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h
P
e
l
a
n
g
g
a
r
a
n

K
e
t
e
n
t
u
a
n

e
m
b
e
r
|
a
n

D
i
s
k
o
n

P
e
n
j
u
a
l
a
n
L
a
|
n
-
L
a
|
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
1
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

K
e
m
e
n
t
e
r
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
L
e
m
b
a
g
a
R
p

2
3
5


2
9
4
.
1
9
6
,
6
5


3
1


7
0
.
2
2
9
,
7
4


4


5
6
.
5
8
9
,
8
3


4
1


1
3
.
4
1
2
,
6
7


5
7


1
7
.
6
9
6
,
2
1


1
0


3
2
.
9
3
9
,
8
8


5


2
.
7
1
5
,
5
1


4
0


6
3
.
8
5
0
,
7
9


1
2


4
.
5
7
6
,
2
1


2
7


2
4
.
5
9
6
,
0
8


-


-


-


-


-


-


-


-


8


7
.
5
8
9
,
6
8


7
8


2
4
.
7
6
8
,
9
0

2
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h

D
a
e
r
a
h
R
p

1
.
1
9
7


3
7
6
.
9
6
5
,
0
1


1
0
0


3
1
.
7
3
5
,
4
3


3
0


3
.
6
9
9
,
3
8


3
4
0


7
4
.
9
9
9
,
5
0


1
4
7


3
0
.
9
7
0
,
0
1


4
7


7
.
7
6
5
,
6
8


9
4


6
5
.
8
3
9
,
1
3


1
3
1


2
1
.
9
0
9
,
4
4


3
7


8
.
1
9
5
,
6
8


2
1
7


6
8
.
9
0
9
,
0
7


1
0


2
5
.
4
3
9
,
5
4


2


5
2
,
5
0


4


9
9
0
,
6
1


1


1
6
,
0
6


3
7


3
6
.
4
4
2
,
9
4


2
9
1


5
0
.
6
4
9
,
6
3

3
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

B
U
M
N

d
a
n

B
a
d
a
n

L
a
i
n
n
y
a
R
p

6


1
.
4
3
0
,
1
1


1


3
,
8
4


1


4
,
0
7


1


1
5
4
,
5
1


3


1
.
2
6
7
,
6
8


-


-


-


-


-


-

U
S
D

2
0
0
.
0
0


2
0
0
.
0
0

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n
R
p

1
.
4
3
8


6
7
2
.
5
9
1
,
7
8


1
3
1


1
0
1
.
9
6
5
,
1
7


3
4


6
0
.
2
8
9
,
2
2


3
8
2


8
8
.
4
1
6
,
0
2


2
0
5


4
8
.
6
7
0
,
3
0


5
7


4
0
.
7
0
5
,
5
6


9
9


6
8
.
5
5
4
,
6
5


1
7
2


8
5
.
9
1
4
,
7
4
5

4
9


1
2
.
7
7
1
,
9
0


2
4
7


9
4
.
7
7
2
,
8
4


1
0

2
5
.
4
3
9
,
5
4


2


5
2
,
5
0


4


9
9
0
,
6
1


1


1
6
,
0
6


4
5


4
4
.
0
3
2
,
6
2


3
6
9


7
5
.
4
1
8
,
5
3

U
S
D

2
0
0
.
0
0


2
0
0
.
0
0

R
p

(
T
o
t
a
l
)
6
7
4
.
3
1
1
,
1
8
1
0
1
.
9
6
5
,
1
7
6
0
.
2
8
9
,
2
2
8
8
.
4
1
6
,
0
2
4
8
.
6
7
0
,
3
0
4
0
.
7
0
5
,
5
6
6
8
.
5
5
4
,
6
5
8
7
.
6
3
4
,
1
5
1
2
.
7
7
1
,
9
0
9
4
.
7
7
2
,
8
4
2
5
.
4
3
9
,
5
4
5
2
,
5
0
9
9
0
,
6
1
1
6
,
0
6
4
4
.
0
3
2
,
6
2
7
5
.
4
1
8
,
5
3
4
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
R
p

7


5
8
9
,
9
2


1


9
7
,
9
0


-


-


-


-


2


1
1
7
,
2
6


2


3
2
1
,
6
3


2


5
3
,
1
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4


7
9
,
6
3

5
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a
R
p

2
6
5


1
1
5
.
3
0
4
,
3
1


2
1


5
.
2
5
5
,
7
4


5


3
7
1
,
2
3


9
2


3
9
.
2
5
4
,
2
5


7
3


2
3
.
7
2
1
,
0
5


1
5


3
5
.
3
7
8
,
9
7


9


2
.
1
6
7
,
4
5


2
3


2
.
1
6
6
,
6
2


1
2


5
.
1
2
5
,
9
1


1
3


1
.
5
5
3
,
6
7


-


-


-


-


-


-


-


-


2


3
0
9
,
3
6


4
0


6
.
2
2
8
,
2
7

6
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

B
i
d
a
n
g

P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
R
p

1
8


1
6
.
9
0
6
,
5
9


-


-


-


-


3


4
.
9
6
8
,
3
1


3


9
6
1
,
2
8


2


6
9
,
0
2


2


8
6
,
3
5


1


1
,
8
2


1


1
.
2
3
4
,
9
3


5


7
.
4
7
5
,
3
7


-


-


-


-


-


-


-


-


1


2
.
1
0
9
,
4
8


-


-

7
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

O
t
o
n
o
m
i

K
h
u
s
u
s
R
p

1
0
2


1
2
4
.
1
9
1
,
9
9


1
6


2
5
.
5
1
1
,
4
1


4


1
.
6
5
4
,
1
1


4
9


5
4
.
9
4
8
,
7
6


7


2
6
4
,
6
9


9


2
0
.
8
3
7
,
1
8


1


4
3
8
,
0
0


4


2
6
8
,
2
3


-


-


1
2


2
0
.
2
6
9
,
5
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2


2
6
0
,
7
5

8
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

S
u
b
s
i
d
i

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
R
p

2


3
8
4
,
7
8


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2


3
8
4
,
7
8


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

9
S
i
s
t
e
m

P
e
n
g
e
n
d
a
l
i
a
n

I
n
t
e
r
n

B
U
M
N
R
p

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

1
0
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

B
U
M
N
R
p

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

1
1
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u

L
a
i
n
n
y
a
R
p

2
0


3
2
.
9
8
2
,
6
0


-


-


-


-


6


1
.
1
9
8
,
6
5


-


-


-


-


4


1
.
5
5
8
,
8
5


1


3
0
,
7
0


-


-


8


2
9
.
8
5
8
,
8
6


1


3
3
5
,
5
3


-


-


-


-


-


-


-


-


5


6
0
9
,
7
8

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u
R
p

4
1
4


2
9
0
.
3
6
0
,
2
2


3
8


3
0
.
8
6
5
,
0
6


9


2
.
0
2
5
,
3
4


1
5
0


1
0
0
.
3
6
9
,
9
9


8
5


2
5
.
0
6
4
,
3
0


2
8


5
6
.
6
0
6
,
8
2


1
8


4
.
3
0
3
,
7
8


3
1


2
.
8
5
2
,
1
6


1
3


6
.
3
6
0
,
8
5


3
8


5
9
.
1
5
7
,
5
0


1


3
3
5
,
5
3


-


-


-


-


-


-


3


2
.
4
1
8
,
8
5


5
1


7
.
1
7
8
,
4
4

J
u
m
l
a
h
R
p

1
.
8
5
2


9
6
2
.
9
5
2
,
0
0


1
6
9


1
3
2
.
8
3
0
,
2
3


4
3


6
2
.
3
1
4
,
5
6


5
3
2


1
8
8
.
7
8
6
,
0
1


2
9
0


7
3
.
7
3
4
,
6
0


8
5


9
7
.
3
1
2
,
3
8


1
1
7


7
2
.
8
5
8
,
4
3


2
0
3


8
8
.
7
6
6
,
9
2


6
2


1
9
.
1
3
2
,
7
5


2
8
5


1
5
3
.
9
3
0
,
3
4


1
1


2
5
.
7
7
5
,
0
7


2


5
2
,
5
0


4


9
9
0
,
6
1


1


1
6
,
0
6


4
8


4
6
.
4
5
1
,
4
8


4
2
0


8
2
.
5
9
6
,
9
7

U
S
D

2
0
0
.
0
0


2
0
0
.
0
0

R
p

(
T
o
t
a
l
)
9
6
4
.
6
7
1
,
4
0
1
3
2
.
8
3
0
,
2
3
6
2
.
3
1
4
,
5
6
1
8
8
.
7
8
6
,
0
1
7
3
.
7
3
4
,
6
0
9
7
.
3
1
2
,
3
8
7
2
.
8
5
8
,
4
3
9
0
.
4
8
6
,
3
2
1
9
.
1
3
2
,
7
5
1
5
3
.
9
3
0
,
3
4
2
5
.
7
7
5
,
0
7
5
2
,
5
0

9
9
0
,
6
1
1
6
,
0
6
4
6
.
4
5
1
,
4
8
8
2
.
5
9
6
,
9
7
200
255
(
d
a
l
a
m

j
u
t
a

r
u
p
i
a
h

d
a
n

r
i
b
u

v
a
l
a
s
)
R
e
k
a
p
i
t
u
l
a
s
i

K
e
l
o
m
p
o
k

T
e
m
u
a
n

P
o
t
e
n
s
i

K
e
r
u
g
i
a
n

H
a
s
i
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

B
P
K

S
e
m
e
s
t
e
r

I

T
a
h
u
n

2
0
1
1
L
a
m
p
i
r
a
n

4
9
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
P
e
n
j
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
t
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
l
a
t
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
N
o
.
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
M
a
t
a

U
a
n
g
T
o
t
a
l

P
o
t
e
n
s
i

K
e
r
u
g
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

K
e
r
u
g
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

y
a
n
g

T
e
r
j
a
d
i

d
i

P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

P
e
n
y
e
r
a
h
a
n

A
s
e
t

a
t
a
u

P
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
s

T
e
m
u
a
n

y
a
n
g

1
e
|
a
h

D
|
n
n
d
a
k

L
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

r
o
s
e
s

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
P
o
t
e
n
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
|
e
b
|
h
a
n

e
m
b
a
y
a
r
a
n

d
a
l
a
m

P
e
n
g
a
d
a
a
n

B
a
r
a
n
g
/
J
a
s
a

T
e
t
a
p
i

e
m
b
a
y
a
r
a
n

e
k
e
r
[
a
a
n

b
e
|
u
m

d
|
|
a
k
u
k
a
n

S
e
b
a
g
|
a
n

a
t
a
u

S
e
l
u
r
u
h
n
y
a
R
e
k
a
n
a
n

B
e
l
u
m

M
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
[
|
b
a
n

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

B
a
r
a
n
g

H
a
s
i
l

P
e
n
g
a
d
a
a
n

y
a
n
g

T
e
l
a
h

R
u
s
a
k

S
e
l
a
m
a

M
a
s
a

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
A
s
e
t

D
i
k
u
a
s
a
i

P
i
h
a
k

L
a
i
n

e
m
b
e
|
|
a
n

A
s
e
t

y
a
n
g

B
e
r
s
t
a
t
u
s

S
e
n
g
k
e
t
a
A
s
e
t


T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i

k
e
b
e
r
a
d
a
a
n
n
y
a

e
m
b
e
r
|
a
n

I
a
m
|
n
a
n

d
a
l
a
m

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

e
k
e
r
[
a
a
n
,

e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

8
a
r
a
n
g

d
a
n

e
m
b
e
r
|
a
n

F
a
s
i
l
i
t
a
s

T
i
d
a
k

S
e
s
u
a
i

K
e
t
e
n
t
u
a
n

|
h
a
k

k
e
n
g
a

8
e
|
u
m

M
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
[
|
b
a
n

U
n
t
u
k

M
e
n
y
e
r
a
h
k
a
n

A
s
e
t

K
e
p
a
d
a

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h
P
i
u
t
a
n
g
/
P
i
n
j
a
m
a
n

a
t
a
u

D
a
n
a

B
e
r
g
u
l
i
r

y
a
n
g

B
e
r
p
o
t
e
n
s
i

T
i
d
a
k

T
e
r
t
a
g
i
h
L
a
|
n
-
L
a
|
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
1
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

K
e
m
e
n
t
e
r
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
L
e
m
b
a
g
a
R
p

3
9


4
2
9
.
9
6
3
,
2
1


-


-


1


1
,
6
8


1
7


3
1
6
.
5
4
7
,
0
5


-


-


7


9
6
.
2
8
3
,
5
7


1


-


2


2
.
9
8
8
,
9
8


6


1
2
.
1
5
1
,
6
3


5


1
.
9
9
0
,
2
8


-


-

U
S
D
1
1
,
7
2
0
.
0
0

1
1
,
7
2
0
.
0
0

2
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h

D
a
e
r
a
h
R
p

3
1
3


3
.
2
8
3
.
3
4
3
,
7
8


2
9


2
0
.
0
1
3
,
5
3


1
3


2
6
.
1
8
7
,
5
1


6
3


1
.
0
3
9
.
2
4
8
,
1
2


1


9
3
.
7
8
2
,
5
1


5
7


1
.
6
2
4
.
5
0
0
,
3
9


9


1
0
0
.
9
6
7
,
9
3


3


1
.
6
5
0
,
5
3


1
1
0


3
3
0
.
6
8
1
,
3
9


2
8


4
6
.
3
1
1
,
8
3


1
1


3
.
2
6
4
,
6
0

3
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

B
U
M
N

d
a
n

B
a
d
a
n

L
a
i
n
n
y
a
R
p

1


2
8
5
,
4
5


1


2
8
5
,
4
5


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n
R
p

3
5
3


3
.
7
1
3
.
5
9
2
,
4
5


3
0


2
0
.
2
9
8
,
9
8


1
4


2
6
.
1
8
9
,
2
0


8
0


1
.
3
5
5
.
7
9
5
,
1
8


1


9
3
.
7
8
2
,
5
1


6
4


1
.
7
2
0
.
7
8
3
,
9
6


1
0


1
0
0
.
9
6
7
,
9
3


5


4
.
6
3
9
,
5
2


1
1
6


3
4
2
.
8
3
3
,
0
3


3
3


4
8
.
3
0
2
,
1
1


1
1


3
.
2
6
4
,
6
0

U
S
D
1
1
,
7
2
0
.
0
0
1
1
,
7
2
0
.
0
0
R
p

(
T
o
t
a
l
)
3
.
8
1
4
.
3
4
9
,
2
9
2
0
.
2
9
8
,
9
8
2
6
.
1
8
9
,
2
0

1
.
3
5
5
.
7
9
5
,
1
8
9
3
.
7
8
2
,
5
1
1
.
7
2
0
.
7
8
3
,
9
6
2
0
1
.
7
2
4
,
7
7
4
.
6
3
9
,
5
2

3
4
2
.
8
3
3
,
0
3
4
8
.
3
0
2
,
1
1

3
.
2
6
4
,
6
0
4
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
R
p

4


6
0
4
.
7
8
2
,
8
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4


6
0
4
.
7
8
2
,
8
4


-


-


-


-

5
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a
R
p

3
3


1
8
.
5
0
4
,
0
4


2
1


9
.
8
0
3
,
9
7


3


9
5
,
3
7


2


7
5
4
,
2
0


-


-


1


3
5
1
,
0
2


1


3
6
,
5
8


2


8
8
7
,
0
1


-


-


3


6
.
5
7
5
,
8
7


4


2
7
8
,
2
1

6
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

B
i
d
a
n
g

P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
R
p

2


6
6
,
2
0


-


-


-


-


-


-


-


-


1


2
2
,
0
0


-


-


-


-


-


-


1


4
4
,
2
0


-


-

7
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

O
t
o
n
o
m
i

K
h
u
s
u
s
R
p

5


5
.
0
3
9
,
2
8


3


4
.
0
0
2
,
1
2


-


-


1


6
0
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


9
7
7
,
1
5


-


-

8
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

S
u
b
s
i
d
i

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
R
p

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

9
S
i
s
t
e
m

P
e
n
g
e
n
d
a
l
i
a
n

I
n
t
e
r
n

B
U
M
N
R
p

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

1
0
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

B
U
M
N
R
p

6


3
.
8
9
0
,
8
5


2


7
2
0
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2


1
.
3
1
3
,
9
8


2


1
.
8
5
6
,
8
6


1


-

E
U
R

2
4
.
2
0


2
4
.
2
0

2
4
.
2
0
1
1
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u

L
a
i
n
n
y
a
R
p

2
5


8
3
.
3
7
8
,
4
0


2


4
7
2
,
6
0


-


-


3


4
4
.
1
9
5
,
7
0


-


-


1


8
2
,
2
5


-


-


-


-


1
5


3
0
.
8
1
3
,
8
7


4


7
.
8
1
3
,
9
7


3


4
9
3
,
0
7

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u
R
p

7
5


7
1
5
.
6
6
1
,
6
2


2
8


1
4
.
9
9
8
,
7
0


3


9
5
,
3
7


6


4
5
.
0
0
9
,
9
0


-


-


3


4
5
5
,
2
7


1


3
6
,
5
8


2


8
8
7
,
0
1


2
1


6
3
6
.
9
1
0
,
6
9


1
1


1
7
.
2
6
8
,
0
7


8


7
7
1
,
2
9

E
U
R

2
4
.
2
0


2
4
.
2
0


2
4
.
2
0

R
p

(
T
o
t
a
l
)
7
1
5
.
9
6
3
,
2
0
1
5
.
3
0
0
,
2
8
9
5
,
3
7
4
5
.
0
0
9
,
9
0
-
4
5
5
,
2
7
3
6
,
5
8
8
8
7
,
0
1
6
3
6
.
9
1
0
,
6
9
1
7
.
2
6
8
,
0
7
1
.
0
7
2
,
8
6
J
u
m
l
a
h
R
p

4
2
8


4
.
4
2
9
.
2
5
4
,
0
8


5
8


3
5
.
2
9
7
,
6
9


1
7


2
6
.
2
8
4
,
5
7


8
6


1
.
4
0
0
.
8
0
5
,
0
8


1


9
3
.
7
8
2
,
5
1


6
7


1
.
7
2
1
.
2
3
9
,
2
3


1
1


1
0
1
.
0
0
4
,
5
1


7


5
.
5
2
6
,
5
3


1
3
7


9
7
9
.
7
4
3
,
7
2


4
4


6
5
.
5
7
0
,
1
9


1
9


4
.
0
3
5
,
8
9

U
S
D
1
1
,
7
2
0
.
0
0
1
1
,
7
2
0
.
0
0
E
U
R

2
4
.
2
0


2
4
.
2
0


2
4
.
2
0

R
p

(
T
o
t
a
l
)
4
.
5
3
0
.
3
1
2
,
4
9
3
5
.
5
9
9
,
2
7
2
6
.
2
8
4
,
5
7
1
.
4
0
0
.
8
0
5
,
0
8
9
3
.
7
8
2
,
5
1
1
.
7
2
1
.
2
3
9
,
2
3
2
0
1
.
7
6
1
,
3
5
5
.
5
2
6
,
5
3
9
7
9
.
7
4
3
,
7
2
6
5
.
5
7
0
,
1
9
4
.
3
3
7
,
4
6
2011 2011
201
256
(
d
a
l
a
m

j
u
t
a

r
u
p
i
a
h

d
a
n

r
i
b
u

v
a
l
a
s
)
R
e
k
a
p
i
t
u
l
a
s
i

K
e
l
o
m
p
o
k

T
e
m
u
a
n

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

H
a
s
i
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

B
P
K

S
e
m
e
s
t
e
r

I

T
a
h
u
n

2
0
1
1
L
a
m
p
i
r
a
n

5
0
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
P
e
n
j
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
t
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
l
a
t
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
N
o
.
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
M
a
t
a

U
a
n
g
T
o
t
a
l

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

P
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
s

T
e
m
u
a
n

y
a
n
g

1
e
|
a
h

D
|
n
n
d
a
k

L
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

r
o
s
e
s

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

D
e
n
d
a

k
e
t
e
r
|
a
m
b
a
t
a
n

P
e
k
e
r
j
a
a
n

B
e
l
u
m
/
T
i
d
a
k

D
i
t
e
t
a
p
k
a
n

a
t
a
u

D
i
p
u
n
g
u
t
/
D
i
t
e
r
i
m
a
/
D
i
s
e
t
o
r

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

P
e
r
u
s
a
h
a
a
n

M
i
l
i
k

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h
P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

L
a
n
g
s
u
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

D
a
n
a

e
r
|
m
b
a
n
g
a
n

y
a
n
g

T
e
l
a
h

D
i
t
e
t
a
p
k
a
n

B
e
l
u
m

M
a
s
u
k

k
e

K
a
s

D
a
e
r
a
h
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

D
i
t
e
r
i
m
a

a
t
a
u

D
i
g
u
n
a
k
a
n

o
l
e
h

I
n
s
t
a
n
s
i

y
a
n
g

T
i
d
a
k

B
e
r
h
a
k

e
n
g
e
n
a
a
n

1
a
r
|
f

a
[
a
k
]

N
8


L
e
b
|
h

R
e
n
d
a
h

d
a
r
i

K
e
t
e
n
t
u
a
n
k
e
|
e
b
|
h
a
n

e
m
b
a
y
a
r
a
n

S
u
b
s
|
d
|

o
l
e
h

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
L
a
|
n
-
L
a
|
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
1
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

K
e
m
e
n
t
e
r
i
a
n

N
e
g
a
r
a
/
L
e
m
b
a
g
a
R
p

1
1
8


4
2
0
.
8
1
8
,
5
9


9
5


1
4
3
.
9
1
4
,
1
4


1
7


2
5
7
.
8
1
1
,
7
2


-


-


3


1
6
.
6
3
1
,
4
1


2


6
1
,
3
1


1


2
.
4
0
0
,
0
0


-


-


3
3


1
0
.
7
5
0
,
2
3

2
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h

D
a
e
r
a
h
R
p

8
5
7


4
7
8
.
1
0
1
,
0
0


6
4
8


1
8
8
.
3
0
0
,
9
4


1
7
9


2
6
0
.
6
8
0
,
5
4


4


4
.
3
7
3
,
2
8


8


5
.
1
6
0
,
9
9


1
5


1
1
.
9
5
6
,
0
6


1


6
9
,
2
5


2


7
.
5
5
9
,
9
1


1
2
7


1
9
.
8
9
9
,
7
9

3
L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

B
U
M
N

d
a
n

B
a
d
a
n

L
a
i
n
n
y
a
R
p

9


2
.
5
1
9
,
4
7


9


2
.
5
1
9
,
4
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
,
8
9

U
S
D

1
.
0
5


1
.
0
5

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

L
a
p
o
r
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n
R
p

9
8
4


9
0
1
.
4
3
9
,
0
7


7
5
2


3
3
4
.
7
3
4
,
5
6


1
9
6


5
1
8
.
4
9
2
,
2
6


4


4
.
3
7
3
,
2
8


1
1


2
1
.
7
9
2
,
4
1


1
7


1
2
.
0
1
7
,
3
7


2


2
.
4
6
9
,
2
5


2


7
.
5
5
9
,
9
1


1
6
1


3
0
.
6
5
1
,
9
2

U
S
D
1
.
0
5
1
.
0
5
R
p

(
T
o
t
a
l
)
9
0
1
.
4
4
8
,
1
3
3
3
4
.
7
4
3
,
6
2

5
1
8
.
4
9
2
,
2
6

4
.
3
7
3
,
2
8

2
1
.
7
9
2
,
4
1

1
2
.
0
1
7
,
3
7

2
.
4
6
9
,
2
5

7
.
5
5
9
,
9
1

3
0
.
6
5
1
,
9
2
4
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
R
p

3
6


2
0
2
.
4
4
1
,
1
4


2
7


5
4
.
9
2
0
,
0
7


7


1
4
6
.
5
1
3
,
3
2


-


-


-


-


2


1
.
0
0
7
,
7
4


-


-


-


-


1
0


9
.
3
6
7
,
1
9

U
S
D
1
9
8
.
4
4
1
9
8
.
4
4
5
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a
R
p

9
3


9
9
.
2
3
8
,
7
9


9
0


9
8
.
0
7
5
,
0
4


2


9
6
7
,
6
7


-


-


-


-


1


1
9
6
,
0
7


-


-


-


-


1
7


1
.
8
8
8
,
0
8

6
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

B
i
d
a
n
g

P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
R
p

3


6
7
1
,
2
7


3


6
7
1
,
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

7
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

P
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

D
a
n
a

O
t
o
n
o
m
i

K
h
u
s
u
s
R
p

1
9


5
.
3
5
0
,
1
1


1
9


5
.
3
5
0
,
1
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

S
u
b
s
i
d
i

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
R
p

5


8
2
2
.
5
5
0
,
0
3


1


2
5
.
8
1
1
,
9
7


-


-


-


-


-


-


-


-


4


7
9
6
.
7
3
8
,
0
5


-


-


-


-

9
S
i
s
t
e
m

P
e
n
g
e
n
d
a
l
i
a
n

I
n
t
e
r
n

B
U
M
N
R
p

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

1
0
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

B
U
M
N
R
p

5


1
.
5
1
7
,
2
1


5


1
.
5
1
7
,
2
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


4
5
1
,
7
6

1
1
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u

L
a
i
n
n
y
a
R
p

3
8


1
8
9
.
4
9
5
,
8
2


3
6


1
8
9
.
2
4
0
,
8
7


1


6
4
,
4
0


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
9
0
,
5
5


7


7
.
4
8
0
,
0
9

T
o
t
a
l

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

D
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u
R
p

1
9
9


1
.
3
2
1
.
2
6
4
,
4
0


1
8
1


3
7
5
.
5
8
6
,
5
7


1
0


1
4
7
.
5
4
5
,
4
0


-


-


-


-


3


1
.
2
0
3
,
8
1


4

7
9
6
.
7
3
8
,
0
5


1


1
9
0
,
5
5


3
5

1
9
.
1
8
7
,
1
4

U
S
D
1
9
8
.
4
4
1
9
8
.
4
4
R
P

(
T
o
t
a
l
)
1
.
3
2
2
.
9
7
0
,
4
3
3
7
7
.
2
9
2
,
5
9
1
4
7
.
5
4
5
,
4
0
-
-

1
.
2
0
3
,
8
1
7
9
6
.
7
3
8
,
0
5

1
9
0
,
5
5

1
9
.
1
8
7
,
1
4
J
u
m
l
a
h
R
p

1
.
1
8
3


2
.
2
2
2
.
7
0
3
,
4
8


9
3
3


7
1
0
.
3
2
1
,
1
3


2
0
6


6
6
6
.
0
3
7
,
6
6


4


4
.
3
7
3
,
2
8


1
1


2
1
.
7
9
2
,
4
1


2
0


1
3
.
2
2
1
,
1
9


6


7
9
9
.
2
0
7
,
3
1


3


7
.
7
5
0
,
4
6


1
9
6


4
9
.
8
3
9
,
0
6

U
S
D
1
9
9
.
4
9
1
9
9
.
4
9
R
p

(
T
o
t
a
l
)
2
.
2
2
4
.
4
1
8
,
5
6
7
1
2
.
0
3
6
,
2
2

6
6
6
.
0
3
7
,
6
6

4
.
3
7
3
,
2
8

2
1
.
7
9
2
,
4
1

1
3
.
2
2
1
,
1
9

7
9
9
.
2
0
7
,
3
1

7
.
7
5
0
,
4
6

4
9
.
8
3
9
,
0
6
202
257
na|aman 1 - Lamp|ran S1
Dahar Laporan nas|| emer|ksaan (Ln) Semester I 1ahun 2011
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
PEMERIKSAAN KEUANGAN
I Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
1 1 Pemerintah Pusat 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010
1
II Laporan keuangan kementer|an]Lembaga
1 2 Majelis Permusyawaratan Rakyat 1 LK Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2010
2 3 Dewan Perwakilan Rakyat 1 LK Dewan Perwakilan Rakyat Tahun 2010
3 4 Mahkamah Agung 1 LK Mahkamah Agung Tahun 2010
4 5 Kejaksaan Republik Indonesia 1 LK Kejaksaan Agung Republik Indonesia 2010
5 6 Kementerian Sekretariat Negara 1 LK Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2010
6 7 Kementerian Dalam Negeri 1 LK Kementerian Dalam Negeri Tahun 2010
7 8 Kementerian Luar Negeri 1 LK Kementerian Luar Negeri Tahun 2010
8 9 Kementerian Pertahanan 1 LK Kementerian Pertahanan Tahun 2010
9 10
kemenLerlan Pukum dan Pak Asasl
Manusia
1 Lk kemenLerlan Pukum dan PAM 1ahun 2010
10 11 Kementerian Keuangan 1 LK Kementerian Keuangan Tahun 2010
11 12 Kementerian Pertanian 1 LK Kementerian Pertanian Tahun 2010
12 13 Kementerian Perindustrian 1 LK Kementerian Perindustrian Tahun 2010
13 14
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
1
LK Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun
2010
14 15 Kementerian Perhubungan 1 LK Kementerian Perhubungan Tahun 2010
15 16 Kementerian Pendidikan Nasional 1 LK Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010
16 17 Kementerian Kesehatan 1 LK Kementerian Kesehatan Tahun 2010
17 18 Kementerian Agama 1 LK Kementerian Agama Tahun 2010
18 19
Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
1 LK Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2010
19 20 Kementerian Sosial 1 LK Kementerian Sosial Tahun 2010
20 21 Kementerian Kehutanan 1 LK Kementerian Kehutanan Tahun 2010
21 22 Kementerian Kelautan dan Perikanan 1 LK Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010
22 23 Kementerian Pekerjaan Umum 1 LK Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
23 24
kemenLerlan koordlnaLor 8ldang olluk
Pukum dan keamanan
1 LK Kementerian Koordinator Bidang Polhukam Tahun 2010
24 25
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
1
LK Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun
2010
25 26
Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
1
LK Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Tahun 2010
26 27 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 1 LK Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010
27 28
Kementerian Negara Badan Usaha Milik
Negara
1 LK Kementerian Negara BUMN Tahun 2010
28 29 Kementerian Negara Riset dan Teknologi 1 LK Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun 2010
29 30 kemenLerlan Llngkungan Pldup 1 Lk kemenLerlan Llngkungan Pldup 1ahun 2010
30 31
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah
1
LK Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah Tahun 2010
31 32
Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan
1
LK Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Tahun
2010
32 33
Kementerian Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara
1
LK Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Tahun 2010
33 34 Badan Intelijen Negara 1 LK Badan Intelijen Negara Tahun 2010
34 35 Lembaga Sandi Negara 1 LK Lembaga Sandi Negara Tahun 2010
35 36 Dewan Ketahanan Nasional 1 LK Dewan Ketahanan Nasional Tahun 2010
36 37 8adan usaL SLausuk 1 Lk 8adan usaL SLausuk 1ahun 2010
37 38
Kementerian Pembangunan dan
Perencanaan Nasional/Bappenas
1 LK Bappenas Tahun 2010
38 39 Badan Pertanahan Nasional 1 LK Badan Pertanahan Nasional Tahun 2010
39 40 Perpustakaan Nasional 1 LK Perpustakaan Nasional Tahun 2010
40 41 kemenLerlan komunlkasl dan lnformauka 1 Lk kemenLerlan komunlkasl dan lnformauka 1ahun 2010
41 42 Kepolisian Negara Republik Indonesia 1 LK Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun 2010
42 43 Badan Pengawas Obat dan Makanan 1 LK Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2010
43 44 Lembaga Ketahanan Nasional 1 LK Lembaga Ketahanan Nasional Tahun 2010
44 45 Badan Koordinasi Penanaman Modal 1 LK Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2010
45 46 8adan narkouka naslonal 1 Lk 8adan narkouka naslonal 1ahun 2010
46 47
Kementerian Negara Pembangunan
uaerah 1erunggal
1
Lk kemenLerlan embangunan uaerah 1erunggal 1ahun
2010
47 48
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
1
LK Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Tahun
2010
2011 2011
203
258
na|aman 2 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
48 49 komlsl naslonal Pak Asasl Manusla 1 Lk komlsl naslonal PAM 1ahun 2010
49 50
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Ceoslka
1
Lk 8adan MeLeorologl kllmaLologl dan Ceoslka 1ahun
2010
50 51 Komisi Pemilihan Umum 1 LK Komisi Pemilihan Umum Tahun 2010
51 52 Mahkamah konsuLusl 1 Lk Mahkamah konsuLusl 1ahun 2010
52 53
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan
1
LK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun
2010
53 54 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 1 LK Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tahun 2010
54 55 Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 LK Badan Tenaga Nuklir Nasional Tahun 2010
55 56
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi
1 LK Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2010
56 57
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional
1
LK Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Tahun
2010
57 58
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional
1
LK Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Tahun
2010
58 59 Badan Standardisasi Nasional 1 LK Badan Standardisasi Nasional Tahun 2010
59 60 Badan Pengawas Tenaga Nuklir 1 LK Badan Pengawas Tenaga Nuklir Tahun 2010
60 61 Lembaga Administrasi Negara 1 LK Lembaga Administrasi Negara Tahun 2010
61 62 Arsip Nasional Republik Indonesia 1 LK Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2010
62 63 Badan Kepegawaian Negara 1 LK Badan Kepegawaian Negara Tahun 2010
63 64
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
1
LK Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun
2010
64 65 Kementerian Perdagangan 1 LK Kementerian Perdagangan Tahun 2010
65 66 Kementerian Perumahan Rakyat 1 LK Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
66 67 Kementerian Pemuda dan Olahraga 1 LK Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010
67 68 Komisi Pemberantasan Korupsi 1 LK Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2010
68 69 Dewan Perwakilan Daerah 1 LK Dewan Perwakilan Daerah Tahun 2010
69 70 Komisi Yudisial 1 LK Komisi Yudisial Tahun 2010
70 71 Badan Nasional Penanggulangan Bencana 1 LK Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2010
71 72
Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
1
LK Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Tahun 2010
72 73 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo 1 LK Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo Tahun 2010
73 74
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah
1
LK Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Tahun 2010
74 75 Badan SAR Nasional 1 LK Badan SAR Nasional Tahun 2010
75 76 Komisi Pengawas Persaingan Usaha 1 LK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun 2010
76 77 Bendahara Umum Negara (BUN) 1 LK Bendahara Umum Negara Tahun 2010
77 78 BA 999.01 - Pengelolaan Utang 1 LK BA 999.01 - Pengelolaan Utang Tahun 2010
78 79 8A 999.02 - Plbah 1 Lk 8A 999.02 - Plbah 1ahun 2010
79 80 BA 999.03 - Investasi Pemerintah 1 LK BA 999.03 - Investasi Pemerintah Tahun 2010
80 81 BA 999.04 - Penerusan Pinjaman 1 LK BA 999.04 - Penerusan Pinjaman Tahun 2010
81 82 BA 999.05 - Transfer ke Daerah 1 LK BA 999.05 - Transfer ke Daerah Tahun 2010
82 83 BA 999.07 - Belanja Subsidi 1 LK BA 999.07 - Belanja Subsidi Tahun 2010
83 84 BA 999.08 - Belanja Lainnya 1 LK BA 999.08 - Belanja Lainnya Tahun 2010
84 85 Kementerian Pertanian 1 LK BA 999.07 Kementerian Pertanian Tahun 2010
85 86 1 LK BA 999.08 Kementerian Pertanian Tahun 2010
86 87
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
1
LK BA 999.08 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Tahun 2010
87 88 Kementerian Kelautan dan Perikanan 1
LK BA 999.08 Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun
2010
88 89 Kementerian Pekerjaan Umum 1 LK BA 999.08 Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
88
III Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
1 90 Provinsi Aceh 1 LKPD Kabupaten Aceh Besar Tahun 2010
91 1 LKPD Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010
92 1 LKPD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010
93 1 LKPD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010
94 1 LKPD Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2010
95 1 LKPD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2010
96 1 LKPD Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010
97 1 LKPD Kota Banda Aceh Tahun 2010
98 1 LKPD Kota Sabang Tahun 2010
2 99 Provinsi Sumatera Utara 1 LKPD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010
100 1 LKPD Kabupaten Asahan Tahun 2010
101 1 LKPD Kabupaten Dairi Tahun 2010
204
259
na|aman 3 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
102 1 LKPD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
103 1 Lku kabupaLen Pumbang PasunduLan 1ahun 2010
104 1 LKPD Kabupaten Karo Tahun 2010
105 1 LKPD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010
106 1 LKPD Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2010
107 1 LKPD Kabupaten Langkat Tahun 2010
108 1 LKPD Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010
109 1 LKPD Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010
110 1 LKPD Kabupaten Samosir Tahun 2010
111 1 LKPD Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010
112 1 LKPD Kabupaten Simalungun Tahun 2010
113 1 LKPD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2010
114 1 LKPD Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010
115 1 LKPD Kota Binjai Tahun 2010
116 1 LKPD Kota Medan Tahun 2010
117 1 LKPD Kota Padangsidimpuan Tahun 2010
118 1 LKPD Kota Pematangsiantar Tahun 2010
119 1 LKPD Kota Tanjungbalai Tahun 2010
120 1 LKPD Kota Tebing Tinggi Tahun 2010
3 121 Provinsi Sumatera Barat 1 LKPD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010
122 1 LKPD Kabupaten Agam Tahun 2010
123 1 LKPD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010
124 1 LKPD Kabupaten Pasaman Tahun 2010
125 1 LKPD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
126 1 LKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2010
127 1 LKPD Kabupaten Solok Tahun 2010
128 1 Lku koLa 8uklmnggl 1ahun 2010
129 1 LKPD Kota Padang Tahun 2010
130 1 LKPD Kota Padang Panjang Tahun 2010
131 1 LKPD Kota Pariaman Tahun 2010
132 1 LKPD Kota Payakumbuh Tahun 2010
133 1 LKPD Kota Sawahlunto Tahun 2010
4 134 Provinsi Riau 1 LKPD Provinsi Riau Tahun 2010
135 1 LKPD Kabupaten Kampar Tahun 2010
136 1 LKPD Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2010
137 1 Lku kabupaLen 8okan Pulu 1ahun 2010
138 1 LKPD Kabupaten Siak Tahun 2010
139 1 LKPD Kota Pekanbaru Tahun 2010
5 140 Provinsi Jambi 1 LKPD Provinsi Jambi Tahun 2010
141 1 Lku kabupaLen 8aLang Parl 1ahun 2010
142 1 LKPD Kabupaten Bungo Tahun 2010
143 1 LKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2010
144 1 LKPD Kabupaten Sarolangun Tahun 2010
145 1 LKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010
146 1 LKPD Kabupaten Tebo Tahun 2010
147 1 LKPD Kota Jambi Tahun 2010
148 1 LKPD Kota Sungai Penuh Tahun 2010
6 149 Provinsi Sumatera Selatan 1 LKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010
150 1 LKPD Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
151 1 LKPD Kabupaten Empat Lawang Tahun 2010
152 1 LKPD Kabupaten Lahat Tahun 2010
153 1 LKPD Kabupaten Muara Enim Tahun 2010
154 1 LKPD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2010
155 1 LKPD Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
156 1 LKPD Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010
157 1 LKPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2010
158 1 LKPD Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010
159 1 LKPD Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun 2010
160 1 LKPD Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2010
161 1 LKPD Kota Pagar Alam Tahun 2010
162 1 LKPD Kota Palembang Tahun 2010
163 1 LKPD Kota Prabumulih Tahun 2010
164 1 LKPD Kota Lubuklinggau Tahun 2010
7 165 Provinsi Bengkulu 1 LKPD Provinsi Bengkulu Tahun 2010
166 1 LKPD Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2010
2011 2011
205
260
na|aman 4 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
167 1 LKPD Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010
168 1 LKPD Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2010
169 1 LKPD Kabupaten Kaur Tahun 2010
170 1 LKPD Kabupaten Kepahiang Tahun 2010
171 1 LKPD Kabupaten Lebong Tahun 2010
172 1 LKPD Kabupaten Mukomuko Tahun 2010
173 1 LKPD Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010
174 1 LKPD Kabupaten Seluma Tahun 2010
175 1 LKPD Kota Bengkulu Tahun 2010
8 176 Provinsi Lampung 1 LKPD Provinsi Lampung Tahun 2010
177 1 LKPD Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010
178 1 LKPD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010
179 1 LKPD Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010
180 1 LKPD Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010
181 1 LKPD Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010
182 1 LKPD Kabupaten Mesuji Tahun 2010
183 1 LKPD Kabupaten Pesawaran Tahun 2010
184 1 LKPD Kabupaten Pringsewu Tahun 2010
185 1 LKPD Kabupaten Tanggamus Tahun 2010
186 1 LKPD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2010
187 1 LKPD Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2010
188 1 LKPD Kabupaten Way Kanan Tahun 2010
189 1 LKPD Kota Bandar Lampung Tahun 2010
190 1 LKPD Kota Metro Tahun 2010
9 191 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1 LKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010
192 1 LKPD Kabupaten Bangka Tahun 2010
193 1 LKPD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2010
194 1 LKPD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010
195 1 LKPD Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010
196 1 LKPD Kabupaten Belitung Tahun 2010
197 1 LKPD Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010
198 1 LKPD Kota Pangkalpinang Tahun 2010
10 199 Provinsi Kepulauan Riau 1 LKPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
200 1 LKPD Kabupaten Anambas Tahun 2010
201 1 LKPD Kabupaten Bintan Tahun 2010
202 1 LKPD Kabupaten Karimun Tahun 2010
203 1 LKPD Kabupaten Lingga Tahun 2010
204 1 LKPD Kabupaten Natuna Tahun 2010
205 1 LKPD Kota Tanjung Pinang Tahun 2010
11 206 Provinsi DKI Jakarta 1 LKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010
12 207 Provinsi Jawa Barat 1 LKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
208 1 LKPD Kabupaten Bandung Tahun 2010
209 1 LKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010
210 1 LKPD Kabupaten Bekasi Tahun 2010
211 1 LKPD Kabupaten Bogor Tahun 2010
212 1 LKPD Kabupaten Ciamis Tahun 2010
213 1 LKPD Kabupaten Cianjur Tahun 2010
214 1 LKPD Kabupaten Cirebon Tahun 2010
215 1 LKPD Kabupaten Garut Tahun 2010
216 1 LKPD Kabupaten Indramayu Tahun 2010
217 1 LKPD Kabupaten Kuningan Tahun 2010
218 1 LKPD Kabupaten Majalengka Tahun 2010
219 1 LKPD Kabupaten Karawang Tahun 2010
220 1 LKPD Kabupaten Purwakarta Tahun 2010
221 1 LKPD Kabupaten Subang Tahun 2010
222 1 LKPD Kabupaten Sukabumi Tahun 2010
223 1 LKPD Kabupaten Sumedang Tahun 2010
224 1 LKPD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010
225 1 LKPD Kota Bandung Tahun 2010
226 1 LKPD Kota Banjar Tahun 2010
227 1 LKPD Kota Bekasi Tahun 2010
228 1 LKPD Kota Bogor Tahun 2010
229 1 LKPD Kota Cimahi Tahun 2010
230 1 LKPD Kota Cirebon Tahun 2010
231 1 LKPD Kota Depok Tahun 2010
206
261
na|aman S - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
232 1 LKPD Kota Sukabumi Tahun 2010
233 1 LKPD Kota Tasikmalaya Tahun 2010
13 234 Provinsi Jawa Tengah 1 LKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
235 1 LKPD Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
236 1 LKPD Kabupaten Banyumas Tahun 2010
237 1 LKPD Kabupaten Batang Tahun 2010
238 1 LKPD Kabupaten Blora Tahun 2010
239 1 LKPD Kabupaten Boyolali Tahun 2010
240 1 LKPD Kabupaten Brebes Tahun 2010
241 1 LKPD Kabupaten Cilacap Tahun 2010
242 1 LKPD Kabupaten Demak Tahun 2010
243 1 LKPD Kabupaten Grobogan Tahun 2010
244 1 LKPD Kabupaten Jepara Tahun 2010
245 1 LKPD Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
246 1 LKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2010
247 1 LKPD Kabupaten Kendal Tahun 2010
248 1 LKPD Kabupaten Klaten Tahun 2010
249 1 LKPD Kabupaten Kudus Tahun 2010
250 1 LKPD Kabupaten Magelang Tahun 2010
251 1 Lku kabupaLen au 1ahun 2010
252 1 LKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2010
253 1 LKPD Kabupaten Pemalang Tahun 2010
254 1 LKPD Kabupaten Purbalingga Tahun 2010
255 1 LKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2010
256 1 LKPD Kabupaten Rembang Tahun 2010
257 1 LKPD Kabupaten Semarang Tahun 2010
258 1 LKPD Kabupaten Sragen Tahun 2010
259 1 LKPD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
260 1 LKPD Kabupaten Tegal Tahun 2010
261 1 LKPD Kabupaten Temanggung Tahun 2010
262 1 LKPD Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
263 1 LKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010
264 1 LKPD Kota Magelang Tahun 2010
265 1 Lku koLa Salauga 1ahun 2010
266 1 LKPD Kota Semarang Tahun 2010
267 1 LKPD Kota Surakarta Tahun 2010
268 1 LKPD Kota Pekalongan Tahun 2010
269 1 LKPD Kota Tegal Tahun 2010
14 270 Provinsi D I Yogyakarta 1 LKPD Provinsi DIY Tahun 2010
271 1 LKPD Kabupaten Bantul Tahun 2010
272 1 LKPD Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2010
273 1 LKPD Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
274 1 LKPD Kabupaten Sleman Tahun 2010
275 1 LKPD Kota Yogyakarta Tahun 2010
15 276 Provinsi Jawa Timur 1 LKPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2010
277 1 LKPD Kabupaten Bangkalan Tahun 2010
278 1 LKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010
279 1 LKPD Kabupaten Blitar Tahun 2010
280 1 LKPD Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010
281 1 LKPD Kabupaten Bondowoso Tahun 2010
282 1 LKPD Kabupaten Gresik Tahun 2010
283 1 LKPD Kabupaten Jember Tahun 2010
284 1 LKPD Kabupaten Jombang Tahun 2010
285 1 LKPD Kabupaten Kediri Tahun 2010
286 1 LKPD Kabupaten Lamongan Tahun 2010
287 1 LKPD Kabupaten Lumajang Tahun 2010
288 1 LKPD Kabupaten Madiun Tahun 2010
289 1 LKPD Kabupaten Magetan Tahun 2010
290 1 LKPD Kabupaten Malang Tahun 2010
291 1 LKPD Kabupaten Mojokerto Tahun 2010
292 1 LKPD Kabupaten Nganjuk Tahun 2010
293 1 LKPD Kabupaten Ngawi Tahun 2010
294 1 LKPD Kabupaten Pacitan Tahun 2010
295 1 LKPD Kabupaten Pamekasan Tahun 2010
296 1 LKPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2010
2011 2011
207
262
na|aman 6 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
297 1 LKPD Kabupaten Ponorogo Tahun 2010
298 1 LKPD Kabupaten Probolinggo Tahun 2010
299 1 LKPD Kabupaten Sampang Tahun 2010
300 1 LKPD Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010
301 1 LKPD Kabupaten Situbondo Tahun 2010
302 1 LKPD Kabupaten Sumenep Tahun 2010
303 1 LKPD Kabupaten Trenggalek Tahun 2010
304 1 LKPD Kabupaten Tuban Tahun 2010
305 1 LKPD Kabupaten Tulungagung Tahun 2010
306 1 LKPD Kota Batu Tahun 2010
307 1 LKPD Kota Blitar Tahun 2010
308 1 LKPD Kota Kediri Tahun 2010
309 1 LKPD Kota Madiun Tahun 2010
310 1 LKPD Kota Malang Tahun 2010
311 1 LKPD Kota Mojokerto Tahun 2010
312 1 LKPD Kota Pasuruan Tahun 2010
313 1 LKPD Kota Probolinggo Tahun 2010
314 1 LKPD Kota Surabaya Tahun 2010
16 315 Provinsi Banten 1 LKPD Provinsi Banten Tahun 2010
316 1 LKPD Kabupaten Lebak Tahun 2010
317 1 LKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2010
318 1 LKPD Kabupaten Serang Tahun 2010
319 1 LKPD Kabupaten Tangerang Tahun 2010
320 1 LKPD Kota Cilegon Tahun 2010
321 1 LKPD Kota Serang Tahun 2010
322 1 LKPD Kota Tangerang Tahun 2010
323 1 LKPD Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
17 324 Provinsi Bali 1 LKPD Provinsi Bali Tahun 2010
325 1 LKPD Kabupaten Badung Tahun 2010
326 1 LKPD Kabupaten Bangli Tahun 2010
327 1 LKPD Kabupaten Buleleng Tahun 2010
328 1 LKPD Kabupaten Gianyar Tahun 2010
329 1 LKPD Kabupaten Jembrana Tahun 2010
330 1 LKPD Kabupaten Karangasem Tahun 2010
331 1 LKPD Kabupaten Klungkung Tahun 2010
332 1 LKPD Kabupaten Tabanan Tahun 2010
333 1 LKPD Kota Denpasar Tahun 2010
18 334 Provinsi Nusa Tenggara Barat 1 LKPD Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010
335 1 LKPD Kabupaten Bima Tahun 2010
336 1 LKPD Kabupaten Dompu Tahun 2010
337 1 LKPD Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
338 1 LKPD Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010
339 1 LKPD Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010
340 1 LKPD Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010
341 1 LKPD Kabupaten Sumbawa Tahun 2010
342 1 LKPD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
343 1 LKPD Kota Bima Tahun 2010
344 1 LKPD Kota Mataram Tahun 2010
19 345 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 LKPD Provinsi NTT Tahun 2010
346 1 LKPD Kabupaten Belu Tahun 2010
347 1 LKPD Kabupaten Ende Tahun 2010
348 1 LKPD Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2010
349 1 LKPD Kabupaten Nagekeo Tahun 2010
350 1 LKPD Kabupaten Ngada Tahun 2010
351 1 LKPD Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010
352 1 LKPD Kabupaten Sumba Barat Tahun 2010
353 1 LKPD Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2010
354 1 LKPD Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2010
355 1 LKPD Kabupaten Rote Ndao Tahun 2010
356 1 LKPD Kota Kupang Tahun 2010
20 357 Provinsi Kalimantan Barat 1 LKPD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010
358 1 LKPD Kabupaten Ketapang Tahun 2010
359 1 LKPD Kabupaten Kubu Raya Tahun 2010
360 1 LKPD Kabupaten Melawi Tahun 2010
361 1 Lku kabupaLen onuanak 1ahun 2010
208
263
na|aman 7 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
362 1 LKPD Kabupaten Sambas Tahun 2010
363 1 LKPD Kabupaten Sanggau Tahun 2010
364 1 LKPD Kabupaten Sintang Tahun 2010
365 1 Lku koLa onuanak 1ahun 2010
366 1 LKPD Kota Singkawang Tahun 2010
21 367 Provinsi Kalimantan Tengah 1 LKPD Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010
368 1 LKPD Kabupaten Barito Utara Tahun 2010
369 1 LKPD Kabupaten Kapuas Tahun 2010
370 1 LKPD Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2010
371 1 LKPD Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2010
372 1 LKPD Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2010
373 1 LKPD Kabupaten Seruyan Tahun 2010
374 1 LKPD Kabupaten Sukamara Tahun 2010
22 375 Provinsi Kalimantan Selatan 1 LKPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010
376 1 Lku kabupaLen Pulu Sungal SelaLan 1ahun 2010
377 1 Lku kabupaLen Pulu Sungal uLara 1ahun 2010
378 1 LKPD Kabupaten Tanah Laut Tahun 2010
379 1 LKPD Kabupaten Tapin Tahun 2010
23 380 Provinsi Kalimantan Timur 1 LKPD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2010
381 1 LKPD Kabupaten Berau Tahun 2010
382 1 LKPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010
383 1 LKPD Kabupaten Paser Tahun 2010
384 1 LKPD Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010
385 1 LKPD Kota Balikpapan Tahun 2010
386 1 LKPD Kota Tarakan Tahun 2010
24 387 Provinsi Sulawesi Utara 1 LKPD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010
25 388 Provinsi Sulawesi Tengah 1 LKPD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010
389 1 LKPD Kabupaten Banggai Tahun 2010
390 1 LKPD Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2010
391 1 LKPD Kabupaten Buol Tahun 2010
392 1 LKPD Kabupaten Donggala Tahun 2010
393 1 LKPD Kabupaten Morowali Tahun 2010
394 1 LKPD Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010
395 1 LKPD Kabupaten Poso Tahun 2010
396 1 LKPD Kabupaten Sigi Tahun 2010
397 1 LKPD Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2010
398 1 LKPD Kabupaten Tolitoli Tahun 2010
399 1 LKPD Kota Palu Tahun 2010
26 400 Provinsi Sulawesi Selatan 1 LKPD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010
401 1 LKPD Kabupaten Bone Tahun 2010
402 1 LKPD Kabupaten Bulukumba Tahun 2010
403 1 LKPD Kabupaten Enrekang Tahun 2010
404 1 LKPD Kabupaten Gowa Tahun 2010
405 1 LKPD Kabupaten Luwu Timur Tahun 2010
406 1 LKPD Kabupaten Maros Tahun 2010
407 1 LKPD Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2010
408 1 LKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2010
409 1 LKPD Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2010
410 1 LKPD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010
411 1 LKPD Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010
412 1 LKPD Kabupaten Wajo Tahun 2010
413 1 LKPD Kota Palopo Tahun 2010
27 414 Provinsi Sulawesi Tenggara 1 LKPD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010
415 1 LKPD Kabupaten Buton Tahun 2010
416 1 LKPD Kabupaten Kolaka Tahun 2010
417 1 LKPD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2010
418 1 LKPD Kota Bau-Bau Tahun 2010
419 1 LKPD Kota Kendari Tahun 2010
28 420 Provinsi Gorontalo 1 LKPD Provinsi Gorontalo Tahun 2010
421 1 LKPD Kabupaten Boalemo Tahun 2010
422 1 LKPD Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010
423 1 LKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2010
424 1 LKPD Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2010
425 1 LKPD Kabupaten Pohuwato Tahun 2010
426 1 LKPD Kota Gorontalo Tahun 2010
29 427 Provinsi Sulawesi Barat 1 LKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010
2011 2011
209
264
na|aman 8 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
428 1 LKPD Kabupaten Mamasa Tahun 2010
429 1 LKPD Kabupaten Mamuju Tahun 2010
430 1 LKPD Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2010
431 1 LKPD Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2010
30 432 Provinsi Maluku 1 LKPD Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2010
433 1 LKPD Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2010
434 1 LKPD Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2010
435 1 LKPD Kabupaten Kepulauan Aru TA 2009
436 1 LKPD Kabupaten Seram Bagian Barat TA 2009
437 1 LKPD Kabupaten Seram Bagian Timur TA 2009
31 438 Provinsi Maluku Utara 1 Lku kabupaLen Palmahera SelaLan 1ahun 2010
439 1 Lku kabupaLen Palmahera uLara 1ahun 2010
440 1 LKPD Kota Ternate Tahun 2010
32 441 Provinsi Papua 1 LKPD Provinsi Papua Tahun 2010
442 1 LKPD Kabupaten Asmat Tahun 2010
443 1 LKPD Kabupaten Biak Numfor Tahun 2010
444 1 LKPD Kabupaten Boven Digoel Tahun 2010
445 1 LKPD Kabupaten Jayapura Tahun 2010
446 1 LKPD Kabupaten Mappi Tahun 2010
447 1 LKPD Kabupaten Kepulauan Yapen Tahun 2010
448 1 LKPD Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2010
449 1 LKPD Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2010
450 1 LKPD Kabupaten Mamberamo Raya TA 2009
33 451 Provinsi Papua Barat 1 LKPD Kota Sorong Tahun 2010
452 1 LKPD Kabupaten Teluk Wondama TA 2009
363
IV Laporan Keuangan BUMN dan Badan Lainnya
1 453 Badan Pengelola Minyak dan Gas 1 LK BP Migas TB 2008
2 454 Bank Indonesia 1 LK Bank Indonesia Tahun 2010
3 455 Pusat Investasi Pemerintah 1 LK Pusat Investasi Pemerintah Tahun 2010
4 456 Lembaga Penjamin Simpanan 1 LK Lembaga Penjamin Simpanan Tahun 2010
5 457 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 1 LK Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2010
6 458 Kementerian Agama 1 Lk enyelenggaraan lbadah Pa[l 1ahun 1431 P/ 2010 M
7 459
ro[ecL ManagemenL Cmce Aslan
Development Bank Earthquake and
Tsunami Emergency Support Project
(PMO ADB ETESP) Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
1 LK Konsolidasi PMO ADB ETESP Tahun 2010
8 460
Rural Infrastructure Support to The PNPM
Mandiri Project 2 Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum
1
LK LOAN ADB 2575-INO pada Rural Infrastructure Support
to The PNPM Mandiri Project 2 Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
8
PEMERIKSAAN KINERJA
V enye|enggaraan Ibadah na[|
1 461 Kementerian Agama 1
klner[a ALas enyelenggaraan lbadah Pa[l 1ahun
1431P/2010M
1
VI Kinerja Bea dan Cukai
1 462 Kementerian Keuangan 1
Kegiatan Audit Kepabeanan dan Cukai Tahun Anggaran
2009 dan 2010 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC) Jakarta di Jakarta
463 1
Kegiatan Audit Kepabeanan dan Cukai Tahun Anggaran
2009 dan 2010 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Jawa Timur I di Surabaya
464 1
Pelayanan dan Penatausahaan Penyelesaian Impor Barang
klrlman Melalul erusahaan !asa enlupan dan kanLor
Tukar Pos Udara Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
1lpe Madya abean Soekarno Paua dl 1angerang
465 1
Pelayanan dan Penatausahaan Pengeluaran Barang Impor
Untuk Dipakai Dari Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean
Belawan di Medan
4
210 265
na|aman 9 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
VII Kinerja Rumah Sakit
1 466 Kementerian Kesehatan 1
Lslensl dan LfekuLas engelolaan Sarana rasarana
dan eralaLan kesehaLan 8SA8 Parapan klLa 1A 2009 dan
Semester I 2010 di Jakarta
2 467 Provinsi Aceh 1
Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan, RSUD Cut
Nyak Dhien Meulaboh, dan Satuan Kerja Lainnya Yang
Menangani Bidang Kesehatan Kabupaten Aceh Barat TA
2009 dan 2010 di Meulaboh
468 1
Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
di Kota Langsa
3 469 Provinsi Maluku 1
Pelayanan Kesehatan TA 2009-2010 pada RSUD Kabupaten
Buru di Namlea
4
VIII Kinerja Lainnya
1 470 Bappenas 1
keglaLan uepuu 8ldang kemlsklnan , keLenagaker[aan dan
ukM dan uepuu 8ldang Lkonoml ada kemenLerlan n/
Bappenas Tahun 2009
2 471 Lembaga Administrasi Negara 1
LfekuvlLas engelolaan ka[lan ada rogram enaLaan
Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pada LAN di Jakarta,
Bandung, dan Makassar
3 472 PT Jasa Raharja (Persero) 1
Kinerja PT Jasa Raharja (Persero) TB 2009 s.d. semester
I 2010 di Jakarta, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya dan
Kupang
4 473 PT Pos Indonesia (Persero) 1
Kegiatan Transportasi dan Antaran Kiriman Pos PT Pos
Indonesia (Persero) Tahun 2009 dan 2010 (s.d. Oktober) di
Bandung dan Jakarta
5 474 Provinsi Maluku 1
Pelayanan Pendidikan pada Pemerintah Kota Ambon dan
Instansi terkait TA 2008,2009 dan 2010
5
PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
IX Pelaksanaan Belanja dan Pendapatan
1 475 Dewan Perwakilan Rakyat 1
Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Negara Dewan Perwakilan Rakyat Tahun Anggaran 2009
dan 2010 di Jakarta
2 476 Mahkamah Agung 1
Belanja Negara Pada Badan Urusan Administrasi Dan
8adan enelluan uan engembangan uan endldlkan uan
elauhan Pukum uan eradllan Mahkamah Agung 1ahun
2009 (Semester II) Dan Tahun 2010 Di Jakarta Dan Bogor
3 477 Kementerian Sekretariat Negara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
Belanja Lainnya (BA 999.08) Tahun Anggaran 2010 Pada
Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta
4 478 Kementerian Luar Negeri 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
KBRI Bandar Seri Begawan di Brunei Darussalam
479 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
KJRI Kota Kinabalu di Malaysia
480 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
KJRI Kuching di Malaysia
481 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
KJRI Sydney di Australia
482 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada KRI
Darwin di Australia
483 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
KJRI Chicago di Amerika Serikat
484 1
Belanja dan PNBP Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
PTRI New York di Amerika Serikat
5 485 Kementerian Pertahanan 1
Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain Tahun
2009 dan Semester I 2010 pada Kementerian Pertahanan
6 486 Mabes TNI 1
Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan Tahun Anggaran 2009
dan 2010 pada Badan Pembekalan (BABEK) TNI beserta
jajarannya Di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan
Aceh
7 487 TNI AD 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AD TA 2009 dan 2010 pada Kesdam Rumah
Sakit di Lingkungan Kodam III/Siliwangi dan Kodam VI/
Mulawarman di Bandung dan Balikpapan
2011 2011
211
266
na|aman 10 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
488 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AD TA 2009 dan 2010 pada Kodam IV/
Diponegoro dan Kodam VII/Wirabuana di Semarang dan
Makassar
489 1
Pelaksanaan Anggaran Diretorat Pembekalan Angkutan
Angkatan Darat (Ditbekangad) Tahun Anggaran 2009
dan 2010 pada Ditbekangad, Kodam Jaya, Kodam I/
Bukit Barisan, Kodam V/Diponegoro dan Kodam XVII/
Cenderawasih di Jakarta, Medan, Semarang, dan Jayapura
490 1
Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan Tahun Anggaran 2009
dan 2010 pada Diretorat Zeni Angkatan Darat (Ditziad) di
!akarLa, 8andung dan onuanak
8 491 TNI AL 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AL TA 2009 dan 2010 pada Rumkit Dr
Mintohardjo, Lembaga Kedokteran Gigi R.E Martadinata
dan instansi terkait di Jakarta
492 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AL TA 2009 dan 2010 pada Dinas Kesehatan
TNI AL, Lembaga Farmasi TNI AL Drs. Mochamad Kamal,
Rumah Sakit Dr. Ramelan dan Instansi terkait di Jakarta dan
Surabaya
9 493 TNI AU 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AU TA 2009 dan 2010 pada Dinas Kesehatan
TNI Angkatan Udara (DISKESAU), LembagaKesehatan
Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra), Lembaga
Kesehatan Gigi dan Mulut (Lakesgilut) dan Rumah Sakit dr.
Salamun serta Instansi Terkait di Jakarta dan Bandung
494 1
Pelaksanaan Anggaran Pembinaan Kesehatan Unit
Organisasi TNI AU TA 2009 dan 2010 pada Dinas Kesehatan
Angkatan Udara (Diskesau), Lembaga Farmasi Angkatan
udara (Laau), 8umah SaklL u8. Lsnawan AnLarlksa dan
8umah SaklL Pard[oluklLo serLa lnsLansl 1erkalL dl !akarLa,
Bandung, dan Yogyakarta
10 495 Kementerian Kesehatan 1
Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan Tahun 2007-2010
(semester I) pada Kementerian Kesehatan di Jakarta
11 496 Kementerian Agama 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Tahun Anggaran
2009 dan 2010 (s.d 31 Oktober 2010)
497 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun
Anggaran 2009 dan 2010 (s.d 15 Desember 2010)
12 498
Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja TA
2009 dan 2010 s.d Triwulan III pada UPTP Kemenakertrans
di Bekasi, Serang, Yogyakarta, Medan, Ternate dan Sorong
13 499 Kementerian Sosial 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 pada Kementerian Sosial
di Jakarta
14 500
Kementerian Pemberdayaan Aparatur
Negara
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) TA 2010 Pada Kementerian PAN & RB
di Jakarta
501 Kementerian Komunikasi dan Informasi 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) TA 2010 Pada Kementerian Komunikasi
dan Informasi
502 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja TA
2009 dan Tahun 2010 pada Kemenkominfo di Jakarta
503 1
Pengelolaan PNBP TA 2009 dan Semester I Tahun 2010
pada Ditjen Postel di Jakarta
15 504
Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 pada Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat di Jakarta
16 505 Kepolisian Negara Republik Indonesia 1
Belanja Barang, Modal dan PNBP TA 2009 dan 2010 pada
Kepolisian Daerah Sumatera Barat
506 1
Belanja Barang dan Belanja Modal TA 2009 dan 2010 pada
Korbrimob Kepolisian Republlik Indonesia
17 507
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja TA
2009 dan 2010 s.d Triwulan III pada BKKBN Provinsi Riau,
kalum, n18 dan n11
212 267
na|aman 11 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
18 508 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 1
Pelaksanaan Belanja Barang dan Belanja Modal TA 2009
dan semester I 2010 pada LIPI di Jakarta, Serpong, Cibinong
dan Bandung
19 509 Badan Tenaga Nuklir Nasional 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara
TA 2009 dan Tahun 2010 (s.d Triwulan III) pada BATAN di
Jakarta, Serpong dan Bandung
20 510
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun Anggaran 2010 Pada Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Jakarta
511
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara
TA 2009 (s.d Triwulan III) dan Tahun 2010 pada LAPAN di
Jakarta, Bandung, Serpong dan Bogor
21 512
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) TA 2010 Pada Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional di Jakarta
22 513 Lembaga Administrasi Negara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun Anggaran 2010 Pada Lembaga
Administrasi Negara di Jakarta
23 514 Badan Kepegawaian Negara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun Anggaran 2010 Pada Badan
Kepegawaian Negara di Jakarta
24 515
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun Anggaran 2010 Pada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
516 1
Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara
Pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Tahun Anggaran 2009 dan 2010 (Triwulan III) di Jakarta,
Bogor, Palembang, Lampung, Banjarmasin dan Jayapura
25 517 Kementerian Perumahan Rakyat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Investasi Pemerintah
(BA 999.03) dan Belanja Subsidi (BA 999.07) Tahun 2010
pada Kementerian Perumahan Rakyat di Jakarta
26 518 Kementerian Pemuda dan Olahraga 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 pada Kementerian Pemuda
dan Olah Raga di Jakarta
27 519 Badan Nasional Penanggulangan Bencana 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja
Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 pada Badan Nasional
Penanggulangan Bencana di Jakarta
520 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana
Bantuan Pasca Bencana TA 2009 pada Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dan Instansi Terkait Lainnya
di Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Kalimantan Barat.
28 521
Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung
Karno
1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Periode
22 Agustus 2008 s.d 30 Juni 2010 pada BLU PPKGBK di
Jakarta
29 522 Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan pada BLU
Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran Periode 22 Agustus
2008 s.d 30 Juni 2010 di Jakarta
30 523 Provinsi Aceh 1
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Pendidikan, dan Dinas Pertanian Dan Peternakan
Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya di Calang
31 524 Provinsi Sumatera Utara 1
Belanja Daerah TA 2009 dan 2010 pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara di Medan
525 1
Belanja Daerah TA 2009 dan 2010 pada Pemerintah
Kabupaten Labuhan Batu di Rantau Parapat
526 1
Belanja Daerah TA 2009 dan 2010 pada Pemerintah
Kabupaten Pakpak Bharat di Salak
32 527 Provinsi Riau 1
Belanja Modal Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
Pemerintah Provinsi Riau di Pekanbaru
528 1
Belanja Modal pada Dinas Bina Marga dan Pengairan dan
Pengadaan Daya Listrik pada Dinas Pertambangan dan
Energi Serta Instansi Terkait Kabupaten Bengkalis Tahun
Anggaran 2009-2010 di Bengkalis
529 1
Belanja Modal Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota dan Dinas Kesehatan
Kota Dumai di Dumai
2011 2011
213
268
na|aman 12 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
530 1
Belanja Modal pada Dinas Bina Marga dan Pengairan, Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang dan Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2009 -
2010 di Bangkinang
531 1
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 dan 2010 (s.d.
September) Pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Meranu dl SelaL an[ang
532 1
Belanja Modal Tahun Anggaran 2009 dan 2010 pada
emerlnLah kabupaLen 8okan Plllr dl 8agan Slaplapl
33 533 Provinsi Jambi 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah rovlnsl !ambl
534 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen 8aLang Parl
535 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen 8ungo
536 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen kerlncl 1ahun 2010
537 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen Sarolangun
538 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen 1an[ung !abung 8araL
539 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah kabupaLen 1ebo
540 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah koLa !ambl
541 1
Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai
olluk pada emerlnLah koLa Sungal enuh
34 542 Provinsi DKI Jakarta 1
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 pada Badan
Penanaman Modal dan Promosi Provinsi DKI Jakarta di
Jakarta
543 1
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 pada Dinas
Perhubungan Provinsi DKI Jakarta di Jakarta
35 544 Provinsi Kalimantan Timur 1
Belanja Bidang Infrastruktur TA 2009 & 2010 (per 31
Oktober 2010) pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
di Samarinda
36 545 Provinsi Sulawesi Selatan 1
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Maros TA 2009 dan
2010 (s.d. September 2010) di Maros
37 546 Provinsi Maluku 1
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah TA
2009 dan 2010 di Masohi
547 1
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Maluku TA
2009 dan 2010 di Ambon
548 1
Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Ambon TA 2009 dan
2010 di Ambon
38 549 Provinsi Maluku Utara 1
8elan[a uaerah emerlnLah kabupaLen Palmahera 1lmur
TA 2009 (Semester II) Dan TA 2010 Di Maba
550 1
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula TA
2009 (Semester II ) dan TA 2010 Di Sanana
551 1
Belanja Daerah Pemerintah Kota Ternate Semester II 2009
Dan Tahun 2010 Di Ternate
39 552 Provinsi Papua 1
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Mamberamo
Tengah TA 2008, 2009 dan 2010 di Kobakma
553 1
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Yalimo Tengah TA
2008 dan 2009 di Elelim
79
X enge|o|aan dan ertanggung[awaban Dana 8|dang end|d|kan
1 554 Kementerian Pendidikan Nasional 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(Dana Alokasi Khusus (DAK)) Bidang Pendidikan TA 2007
s.d. 2010(Triwulan III)
555 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Tunjangan Profesi,
Tunjangan Fungsional dan Dana Tambahan Penghasilan
Guru TA 2009 dan 2010 pada Kementerian Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Kota
Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Instansi Terkait di
Jakarta, Bandung, Depok, Bekasi dan Bogor
556 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Pendidikan
Sumber Dana APBN TA 2008, 2009 dan 2010 yang Terkait
uengan 8lnusan Sekolah 8erLaraf lnLernaslonal (8S8l) pada
SMPN 1 Jambi, SMPN 7 Jambi, SMKN 3 Jambi, SMKN 4
Jambi
214
269
na|aman 13 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
2 557 Provinsi Aceh 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Aceh Besar
558 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kota Sabang
3 559 Provinsi Sumatera Utara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Deli Serdang
560 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Langkat
4 561 Provinsi Sumatera Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Tanah Datar
5 562 Provinsi Riau 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Kuantan Singingi
6 563 Provinsi Jambi 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Tanjung Jabung Timur
7 564 Provinsi Sumatera Selatan 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Ogan Ilir
8 565 Provinsi Bengkulu 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Rejang Lebong
9 566 Provinsi Lampung 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Lampung Utara
10 567 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Bangka Selatan
11 568 Provinsi Kepulauan Riau 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Lingga
12 569 Provinsi Jawa Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Ciamis
570 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Tasikmalaya
13 571 Provinsi Jawa Tengah 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Batang
572 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Boyolali
14 573 Provinsi D I Yogyakarta 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Kulon Progo
15 574 Provinsi Jawa Timur 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Blitar
575 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kota Pasuruan
16 576 Provinsi Banten 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Pandeglang
17 577 Provinsi Bali 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Tabanan
18 578 Provinsi Nusa Tenggara Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Lombok Barat
19 579 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Ende
2011 2011
215
270
na|aman 14 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
580 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Sikka
20 581 Provinsi Kalimantan Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Melawi
21 582 Provinsi Kalimantan Tengah 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Kapuas
22 583 Provinsi Kalimantan Selatan 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Tabalong
23 584 Provinsi Kalimantan Timur 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Nunukan
24 585 Provinsi Sulawesi Utara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kota Manado
25 586 Provinsi Sulawesi Tengah 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Banggai Kepulauan
26 587 Provinsi Sulawesi Selatan 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Bone
588 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Wajo
27 589 Provinsi Sulawesi Tenggara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Wakatobi
28 590 Provinsi Gorontalo 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Gorontalo
29 591 Provinsi Sulawesi Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Mamasa
30 592 Provinsi Maluku 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Maluku Tenggara
31 593 Provinsi Maluku Utara 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada kabupaLen Palmahera uLara
32 594 Provinsi Papua 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Jayapura
33 595 Provinsi Papua Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)
pada Kabupaten Raja Ampat
42
XI enge|o|aan dan ertanggung[awaban Dana Ctonom| khusus dan Dana 8ag| nas||
1 596 Kementerian Kesehatan 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2002-2010 pada Provinsi Papua dan Papua Barat
597 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2002-2010 pada Provinsi Papua serta
emanLauan 1lndak Lan[uL Pasll emerlksaan Sebelumnya
598 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2002-2010 pada Kabupaten Biak Numfor
599 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2002-2010 pada Kota Jayapura
600 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2010 pada Provinsi Papua Barat
601 1
Pengeloaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2010 pada Kabupaten Manokwari di Manokwari
2 602 Provinsi Papua 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus Tahun Anggaran 2007-2009 pada Pemerintah
Provinsi Papua di Jayapura
603 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten Asmat
604 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus Pemerintah Kabupaten Biak Numfor Tahun 2010
216
271
na|aman 1S - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
605 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007 - 2009 pada Pemerintah Kabupaten Boven
Digoel
606 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 pada Pemerintah Kabupaten Jayapura
607 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten
Jayawijaya
608 1
Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Kabupaten
Merauke Tahun 2007-2009 di Merauke
609 1
Pengelolaan Dana Otonomi Khusus TA 2007-2009 pada
Pemerintah Kabupaten Nabire
610 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten Paniai
611 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten
Pegunungan Bintang
612 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 pada Pemerintah Kabupaten Sarmi
613 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2008 pada Pemerintah Kabupaten Supiori
614 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten Tolikara
615 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2009 pada Pemerintah Kabupaten
Waropen di Botawa
616 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi
Khusus TA 2007-2008 pada Pemerintah Kota Jayapura
3 617 Provinsi Papua Barat 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2009 pada Provinsi Papua Barat
618 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 pada Kabupaten Fakfak
619 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 pada Kabupaten Kaimana
620 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2004-2009 pada Kabupaten Manokwari
621 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 pada Kabupaten Sorong
622 1
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana Otonomi
Khusus TA 2008-2009 Kabupaten Sorong Selatan
27
XII Subs|d| emer|ntah
1 623 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) 1
Subsidi Listrik Tahun Anggaran 2010 pada PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero)
2 624 PT Pertamina (Persero) 1
Pendistribusian dan Perhitungan Subsidi Jenis Bahan Bakar
Tertentu (JBT) dan Tabung 3 Kg TA 2010 pada PT Pertamina
(Persero), PT AKR Corporindo, dan PT Petronas Niaga
Indonesia
3 625 PT Petrokimia Gresik 1
Perhitungan Subsidi Pupuk dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2010 pada PT Petrokimia Gresik
4 626 PT Pupuk Iskandar Muda 1
Perhitungan Subsidi Pupuk dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2010 pada PT Pupuk Iskandar
Muda
5 627 PT Pupuk Kalimantan Timur 1
Perhitungan Subsidi Pupuk dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2010 pada PT Pupuk Kalimantan
Timur
6 628 PT Pupuk Kujang 1
Perhitungan Subsidi Pupuk dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2010 pada PT Pupuk Kujang
7 629 PT Pupuk Sriwidjaja Palembang 1
Perhitungan Subsidi Pupuk dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2010 pada PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang
8 630
kemenLerlan erLanlan, 1 Sang Pyang
Seri (Persero), PT Pertani (Persero)
1
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tahun Anggaran
2009 pada kemenLerlan erLanlan, 1 Sang Pyang Serl
(Persero), PT Pertani (Persero), dan Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan di Jakarta dan Makassar
8
2011 2011
217
272
na|aman 16 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
XIII Reviu Sistem Pengendalian Intern
1 631 PT Pertamina (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Pertamina
(Persero) Tahun 2010 di Jakarta, Cilacap, Balikpapan,
Surabaya dan Medan
2 632 PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Garuda
Indonesia (Persero),Tbk Periode Tahun 2009 sampai dengan
Semester I Tahun 2010 di Cengkareng - Tangerang
3 633 PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Pelayaran
Nasional Indonesia (Persero) Periode Tahun 2009 sampai
dengan Semester I Tahun 2010 di Jakarta
4 634 PT Batan Teknologi (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Batan
Teknologi (Persero) Tahun Buku 2009 dan 2010 (Triwulan I)
di Serpong
5 635 PT Wijaya Karya (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Wijaya
Karya (Persero) tbk periode tahun 2009 dan 2010 (smt I)
6 636
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero),
Tbk
1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk Periode Tahun
2009 dan 2010 (Semester I) di Bandung dan Jakarta
7 637 PT Kereta Api Indonesia (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Kereta Api
Indonesia (Persero) Periode Tahun 2009 sampai dengan
Semester I 2010 di Bandung
8 638 PT Jasa Marga (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Jasa Marga
(Persero), Tbk. Periode Tahun 2009 Dan 2010 (Semester I)
Di Kantor Pusat Dan Cabang Jagorawi
9 639 PT Kawasan Industri Medan (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Kawasan
Industri Medan (Persero) Periode Tahun 2009 Dan 2010
(Semester I) Di Medan
10 640 PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Perkebunan
Nusantara VII TB 2009 dan 2010 (semester I) di Lampung
11 641 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Perkebunan
Nusantara VIII TB 2009 dan 2010 (semester I) di Bandung
12 642 PT Inhutani I (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Inhutani I
TB 2009 dan 2010 (s.d. Triwulan I) di Balikpapan dan Jakarta
13 643 PT Inhutani II (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Inhutani
II TB 2009 dan 2010 (s.d. Triwulan I) di Jakarta dan
Kalimantan Selatan
14 644 Perum Perhutani 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum
Perhutani TB 2009 dan 2010 (s.d. Triwulan I) di Jakarta dan
Semarang
15 645 Perum Percetakan Uang RI 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum
Percetakan Uang Negara Republik Indonesia TA 2008, 2009
dan 2010 (semester I) di Jakarta
16 646 Perum Percetakan Negara RI 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia TB 2010 (semester
I) di Jakarta
17 647 PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) TA 2009 dan 2010 (semester I) di
Palembang
18 648 PT Pos Indonesia (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Pos
Indonesia (Persero) Tahun Buku 2009 dan 2010 (s.d.
Semester I) di Bandung dan Jakarta
19 649 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Tahun Buku 2009 s.d.
Semester I 2010 di Jakarta dan Purwakarta
20 650 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Tahun Buku 2009 di Jakarta dan
Denpasar
21 651 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Tahun Buku 2009 s.d.
Semester I 2010 di Jakarta dan Surabaya
22 652 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Tahun Buku 2009 di Jakarta
23 653 Perum Bulog 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum Bulog
Periode Tahun 2009 s.d. Semester I 2010 di Jakarta,
Yogyakarta dan Bali
24 654 PT Surveyor Indonesia (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Surveyor
Indonesia (Persero) Periode Tahun 2009 s.d. Triwulan I
Tahun 2010 di Jakarta dan Surabaya
218
273
na|aman 17 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
25 655 PT Jasa Raharja (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Jasa
Raharja (Persero) Tahun Buku 2009 s.d. Semester I Tahun
2010 di Jakarta
26 656 Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia Tahun Buku 2009 dan 2010
(s.d. Semester I) di Jakarta
27 657 1 Sucondo (ersero) 1
8evlu SlsLem engendallan lnLern (Sl) pada 1 Sucondo
(Persero) Tahun Buku 2009 dan 2010 (s.d. Triwulan I) di
Jakarta dan Balikpapan
28 658 Perum Jamkrindo 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum
Jamkrindo Tahun Buku 2009 s.d. Semester I Tahun 2010 di
Jakarta
29 659 Perum Pegadaian 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada pada Perum
Pegadaian Tahun Buku 2009 di Jakarta
30 660 PT Askrindo (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Askrindo
(Persero) Tahun Buku 2009 s.d. Semester I Tahun 2010 di
Jakarta
31 661 PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) tahun buku 2009 s.d semester I tahun
2010 di Jakarta
32 662 PT Bukit Asam (Persero) 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Bukit Asam
(Persero) Tbk Tahun 2010 di Tanjung Enim, Tarahan,Jakarta
33 663 PT Aneka Tambang (Persero), Tbk 1
Reviu Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada PT Antam
(Persero) Tbk Tahun 2010 di Jakarta dan Pomalaa
33
XIV Cperas|ona| 8adan Usaha M|||k Negara (8UMN)
1 664 PT Perikanan Nusantara 1
engelolaan endapaLan, engendallan 8laya dan AkuvlLas
Investasi pada PT Perikanan Nusantara TB 2008 dan 2009 di
Jakarta, Denpasar, Surabaya dan Makasar
2 665 PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) 1
Kegiatan Pengelolaan Pendapatan Non Bersubsidi dan
Investasi TB 2009 dan 2010 (Semester I) pada PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) di Palembang, Riau dan Jakarta
3 666 Perum Peruri 1
Kegiatan Pengadaan TB 2009 dan 2010 (semester I) pada
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia di
Jakarta
3
XV Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Lainnya
1 667 Mahkamah Agung 1
Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian dan
Pertanggungjawaban Belanja Pegawai Tahun 2009 dan
2010 pada Mahkamah Agung (MA)
2 668
Kementerian Keuangan, Perusahaan
Pengelola Aset (PT PPA)
1
Pengelolaan Sisa Aset Eks Badan Penyehatan Perbankan
Nasional pada PT Perusahaan Pengelola Aset dan
Kementerian Keuangan di Jakarta, Medan, Pekanbaru,
Bandung dan Surabaya
3 669 Kementerian Pekerjaan Umum 1
Pekerjaan Pembangunan Irigasi Tersier Block-C (paket 13:
LCB 7) Muncak Kabau di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur (OKU Timur) Tahun 2008 s.d 2010 pada Balai Besar
Wilayah Sungai Sumatera VIII Direktorat Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta dan Palembang
5 670 Badan Pertanahan Nasional 1
Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian dan
Pertanggungjawaban Belanja Pegawai Tahun 2009 dan
2010 (s.d. Juni 2010) pada Badan Pertanahan Nasional di
!akarLa, onuanak, dan Aceh.
6 671 Badan Kepegawaian Negara 1
Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian Tahun 2009 dan
2010 pada Badan Kepegawaian Negara (BKN)
7 672 PT Kereta Api Indonesia (Persero) 1
Pengelolaan Aset Non Produksi pada PT Kereta Api
Indonesia (Persero) Tahun 2008 dan 2009 di Jakarta,
Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta,
Madiun, Surabaya, Jember, Medan, dan Aceh
7 673 Provinsi Sumatera Utara 1
Pelaksanaan Kegiatan Operasional Perusahaan Untuk TB
2009 dan 2010 Pada PD Pasar Kota Medan
8 674 Provinsi Riau 1
Kegiatan Operasional PT Bumi Laksamana Jaya TB 2007,
2008, 2009, dan 2010 (s.d. Oktober) pada Pemerintah
Kabupaten Bengkalis di Bengkalis
675 1
Kegiatan Operasional PT Permodalan Ekonomi Rakyat TB
2009 dan 2010 di Pekanbaru
676 1
Operasional PT Bank Riau Kepri Tahun 2008, 2009 dan 2010
di Pekanbaru
2011 2011
219
274
na|aman 18 - Lamp|ran S1
No. LnuLas
uafar LP
Jml Objek Pemeriksaan
9 677 Provinsi Sumatera Selatan 1
Perjanjian Kerjasama PD Sarana Pembangunan Muara Enim
dengan lhak keuga dalam rangka engelolaan Lapangan
Selo dan Betun pada Kabupaten Muara Enim
10 678 Provinsi DKI Jakarta 1
Pendapatan dan Biaya pada PD Pasar Jaya TB 2009 dan
2010
679 1
endapaLan dan 8laya pada 1 lood SLauon 1[lplnang !aya
TB 2009 dan 2010
680 1
Pendapatan dan Biaya pada PT Jakarta Tourisindo TB 2009
dan 2010
11 681 Provinsi Papua 1
Pengelolaan Pendapatan dan Belanja RSUD Dok II Jayapura
Tahun 2008, 2009 dan 2010 sampai dengan November di
Jayapura
682 1
Pengelolaan Operasional PT Bank Papua Tahun 2009 dan
2010 (semester I) di Jayapura
16
Total LHP 682
220
1
Halaman 1 - Lampiran 1
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
1 Prov. Aceh
LKPD 9 15
1 1 rov. Aceh Wu
2 2 kab. Aceh 8araL Wu
3 3 kab. Aceh 8araL uaya Wu
4 4 kab. Aceh 8esar Wu
S S kab. Aceh !aya Wu
6 6 kab. Aceh SelaLan Wu
7 7 kab. Aceh Slngkll Wu
8 8 kab. Aceh 1amlang Wu
9 9 kab. Aceh 1engah W1
10 10 kab. Aceh 1enggara Wu
11 11 kab. Aceh 1lmur Wu
12 12 kab. Aceh uLara 1M
13 13 kab. 8ener Merlah Wu
14 14 kab. 8lreuen Wu
1S 1S kab. Cayo Lues Wu
16 16 kab. nagan 8aya W1
17 17 kab. ldle Wu
18 18 kab. ldle !aya Wu
19 19 kab. Slmeulue 1W
20 20 koLa 8anda Aceh W1
21 21 koLa Langsa Wu
22 22 koLa Lhokseumawe W1
23 23 koLa Sabang W1
24 24 koLa Subulussalam Wu
2 Prov. Sumatera Utara
LKPD 22 12
1 2S rov. SumaLera uLara Wu
2 26 kab. Asahan 1M
3 27 kab. 8aLubara 1M
4 28 kab. ualrl Wu
S 29 kab. uell Serdang 1M
6 30 kab. Pumbang PasunduLan Wu
7 31 kab. karo Wu
8 32 kab. LabuhanbaLu Wu
9 33 kab. LabuhanbaLu SelaLan Wu
10 34 kab. LabuhanbaLu uLara 1M
11 3S kab. LangkaL 1M
12 36 kab. Mandalllng naLal Wu
13 37 kab. nlas 1M
14 38 kab. nlas 8araL 1M
1S 39 kab. nlas SelaLan 1M
16 40 kab. nlas uLara 1M
Dahar Cp|n| Laporan keuangan emer|ntah Daerah
Tahun 2010
2011 2011
221
2
Halaman 2 - Lampiran 1
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
17 41 kab. adang Lawas 1M
18 42 kab. adang Lawas uLara 1M
19 43 kab. akpak 8haraL Wu
20 44 kab. Samoslr Wu
21 4S kab. Serdang 8edagal Wu
22 46 kab. Slmalungun Wu
23 47 kab. 1apanull SelaLan 1W
24 48 kab. 1apanull 1engah Wu
2S 49 kab. 1apanull uLara Wu
26 S0 kab. 1oba Samoslr Wu
27 S1 koLa 8ln[al 1W
28 S2 koLa Cunung SlLoll Wu
29 S3 koLa Medan Wu
30 S4 koLa adangsldlmpuan Wu
31 SS koLa emaLangslanLar Wu
32 S6 koLa Slbolga Wu
33 S7 koLa 1an[ungbalal Wu
34 S8 koLa 1eblngunggl Wu
3 Prov. Sumatera Barat
LKPD 13 7
1 S9 rov. SumaLera 8araL Wu
2 60 kab. Agam Wu
3 61 kab. uharmasraya 1M
4 62 kab. kep. MenLawal Wu
S 63 kab. Llma uluh koLa Wu
6 64 kab. adang arlaman Wu
7 6S kab. asaman Wu
8 66 kab. asaman 8araL Wu
9 67 kab. eslslr SelaLan Wu
10 68 kab. Sl[un[ung Wu
11 69 kab. Solok Wu
12 70 kab. Solok SelaLan 1M
13 71 kab. 1anah uaLar Wu
14 72 koLa 8uklmnggl Wu
1S 73 koLa adang Wu
16 74 koLa adang an[ang Wu
17 7S koLa arlaman Wu
18 76 koLa ayakumbuh Wu
19 77 koLa SawahlunLo Wu
20 78 koLa Solok Wu
4 Prov. Riau
LKPD 6 7
1 79 rov. 8lau W1
2 80 kab. 8engkalls Wu
222
3
Halaman 3 - Lampiran 1
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
3 81 kab. lndraglrl Plllr Wu
4 82 kab. lndraglrl Pulu 1W
S 83 kab. kampar Wu
6 84 kab. kepulauan Meranu Wu
7 8S kab. kuanLan Slnglngl Wu
8 86 kab. elalawan Wu
9 87 kab. 8okan Plllr Wu
10 88 kab. 8okan Pulu Wu
11 89 kab. Slak Wu
12 90 koLa uumal Wu
13 91 koLa ekanbaru Wu
5 Prov. Jambi
LKPD 9 3
1 92 rov. !ambl Wu
2 93 kab. 8aLang Parl Wu
3 94 kab. 8ungo Wu
4 9S kab. kerlncl Wu
S 96 kab. Merangln Wu
6 97 kab. Muaro !ambl Wu
7 98 kab. Sarolangun Wu
8 99 kab. 1an[ung !abung 8araL Wu
9 100 kab. 1an[ung !abung 1lmur Wu
10 101 kab. 1ebo Wu
11 102 koLa !ambl Wu
12 103 koLa Sungal enuh Wu
6 Prov. Sumatera Selatan
LKPD 16
1 104 rov. SumaLera SelaLan Wu
2 10S kab. 8anyuasln Wu
3 106 kab. LmpaL Lawang Wu
4 107 kab. LahaL Wu
S 108 kab. Muara Lnlm Wu
6 109 kab. Musl 8anyuasln Wu
7 110 kab. Musl 8awas Wu
8 111 kab. Cgan lllr Wu
9 112 kab. Cgan komerlng lllr Wu
10 113 kab. Cgan komerlng ulu Wu
11 114 kab. Cgan komerlng ulu SelaLan Wu
12 11S kab. Cgan komerlng ulu 1lmur Wu
13 116 koLa Lubukllnggau Wu
14 117 koLa agaralam Wu
1S 118 koLa alembang W1
16 119 koLa rabumullh Wu
2011 2011
223
4
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
7 Prov. Bengkulu
LKPD 11
1 120 rov. 8engkulu Wu
2 121 kab. 8engkulu SelaLan Wu
3 122 kab. 8engkulu 1engah W1
4 123 kab. 8engkulu uLara Wu
S 124 kab. kaur W1
6 12S kab. kepahlang Wu
7 126 kab. Lebong Wu
8 127 kab. Mukomuko W1
9 128 kab. 8e[ang Lebong Wu
10 129 kab. Seluma Wu
11 130 koLa 8engkulu Wu
8 Prov. Lampung
LKPD 15
1 131 rov. Lampung Wu
2 132 kab. Lampung 8araL W1
3 133 kab. Lampung SelaLan W1
4 134 kab. Lampung 1engah Wu
S 13S kab. Lampung 1lmur 1M
6 136 kab. Lampung uLara 1M
7 137 kab. Mesu[l Wu
8 138 kab. esawaran Wu
9 139 kab. rlngsewu 1M
10 140 kab. 1anggamus Wu
11 141 kab. 1ulang 8awang Wu
12 142 kab. 1ulang 8awang 8araL Wu
13 143 kab. Way kanan W1
14 144 koLa 8andar Lampung W1
1S 14S koLa MeLro W1
9 Prov. Kepulauan Bangka Belitung
LKPD 8
1 146 rov. 8angka 8ellLung Wu
2 147 kab. 8angka Wu
3 148 kab. 8angka 8araL Wu
4 149 kab. 8angka SelaLan Wu
S 1S0 kab. 8angka 1engah Wu
6 1S1 kab. 8ellLung Wu
7 1S2 kab. 8ellLung 1lmur Wu
8 1S3 koLa angkal lnang Wu
10 Prov. Kepulauan Riau
LKPD 7 1
1 1S4 rov. kepulauan 8lau W1
2 1SS kab. 8lnLan Wu
Halaman 4 - Lampiran 1
224
5
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
3 1S6 kab. karlmun Wu
4 1S7 kab. kepulauan Anambas Wu
S 1S8 kab. Llngga Wu
6 1S9 kab. naLuna Wu
7 160 koLa 8aLam Wu
8 161 koLa 1an[ungplnang Wu
11 Prov. DKI Jakarta
LKPD 1
1 162 rov. ukl Wu
12 Prov. Jawa Barat
LKPD 27
1 163 rov. !awa 8araL Wu
2 164 kab. 8andung Wu
3 16S kab. 8andung 8araL 1M
4 166 kab. 8ekasl Wu
S 167 kab. 8ogor Wu
6 168 kab. Clamls Wu
7 169 kab. Clan[ur Wu
8 170 kab. Clrebon Wu
9 171 kab. CaruL Wu
10 172 kab. lndramayu Wu
11 173 kab. karawang Wu
12 174 kab. kunlngan Wu
13 17S kab. Ma[alengka Wu
14 176 kab. urwakarLa Wu
1S 177 kab. Subang Wu
16 178 kab. Sukabuml Wu
17 179 kab. Sumedang Wu
18 180 kab. 1aslkmalaya Wu
19 181 koLa 8andung Wu
20 182 koLa 8an[ar Wu
21 183 koLa 8ekasl Wu
22 184 koLa 8ogor Wu
23 18S koLa Clmahl Wu
24 186 koLa Clrebon Wu
2S 187 koLa uepok Wu
26 188 koLa Sukabuml Wu
27 189 koLa 1aslkmalaya Wu
13 Prov. Jawa Tengah
LKPD 36
1 190 rov. !awa 1engah Wu
2 191 kab. 8an[arnegara Wu
3 192 kab. 8anyumas Wu
Halaman 5 - Lampiran 1
2011 2011
225
6
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
4 193 kab. 8aLang Wu
S 194 kab. 8lora Wu
6 19S kab. 8oyolall Wu
7 196 kab. 8rebes Wu
8 197 kab. Cllacap Wu
9 198 kab. uemak 1M
10 199 kab. Crobogan Wu
11 200 kab. !epara W1
12 201 kab. karanganyar Wu
13 202 kab. kebumen Wu
14 203 kab. kendal Wu
1S 204 kab. klaLen Wu
16 20S kab. kudus Wu
17 206 kab. Magelang Wu
18 207 kab. au Wu
19 208 kab. ekalongan Wu
20 209 kab. emalang Wu
21 210 kab. urballngga Wu
22 211 kab. urwore[o Wu
23 212 kab. 8embang Wu
24 213 kab. Semarang Wu
2S 214 kab. Sragen Wu
26 21S kab. Sukohar[o Wu
27 216 kab. 1egal Wu
28 217 kab. 1emanggung Wu
29 218 kab. Wonoglrl Wu
30 219 kab. Wonosobo Wu
31 220 koLa Magelang Wu
32 221 koLa ekalongan Wu
33 222 koLa Salauga Wu
34 223 koLa Semarang Wu
3S 224 koLa SurakarLa W1
36 22S koLa 1egal Wu
14 Prov. D.I. Yogyakarta
LKPD 6
1 226 rov. u.l. ?ogyakarLa W1
2 227 kab. 8anLul Wu
3 228 kab. Cunung kldul Wu
4 229 kab. kulon rogo Wu
S 230 kab. Sleman Wu
6 231 koLa ?ogyakarLa W1
15 Prov. Jawa Timur
LKPD 39
1 232 rov. !awa 1lmur W1
2 233 kab. 8angkalan W1
Halaman 6 - Lampiran 1
226
7
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
3 234 kab. 8anyuwangl Wu
4 23S kab. 8llLar Wu
S 236 kab. 8o[onegoro Wu
6 237 kab. 8ondowoso Wu
7 238 kab. Creslk Wu
8 239 kab. !ember Wu
9 240 kab. !ombang Wu
10 241 kab. kedlrl Wu
11 242 kab. Lamongan Wu
12 243 kab. Luma[ang Wu
13 244 kab. Madlun Wu
14 24S kab. MageLan Wu
1S 246 kab. Malang Wu
16 247 kab. Mo[okerLo Wu
17 248 kab. ngan[uk Wu
18 249 kab. ngawl Wu
19 2S0 kab. aclLan W1
20 2S1 kab. amekasan Wu
21 2S2 kab. asuruan Wu
22 2S3 kab. onorogo Wu
23 2S4 kab. robollnggo Wu
24 2SS kab. Sampang Wu
2S 2S6 kab. Sldoar[o Wu
26 2S7 kab. SlLubondo Wu
27 2S8 kab. Sumenep Wu
28 2S9 kab. 1renggalek Wu
29 260 kab. 1uban Wu
30 261 kab. 1ulungagung W1
31 262 koLa 8aLu 1M
32 263 koLa 8llLar W1
33 264 koLa kedlrl Wu
34 26S koLa Madlun Wu
3S 266 koLa Malang Wu
36 267 koLa Mo[okerLo W1
37 268 koLa asuruan Wu
38 269 koLa robollnggo Wu
39 270 koLa Surabaya Wu
16 Prov. Banten
LKPD 9
1 271 rov. 8anLen Wu
2 272 kab. Lebak Wu
3 273 kab. andeglang 1M
4 274 kab. Serang Wu
S 27S kab. 1angerang W1
6 276 koLa Cllegon 1M
7 277 koLa Serang Wu
Halaman 7 - Lampiran 1
2011 2011
227
8
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
8 278 koLa 1angerang W1
9 279 koLa 1angerang SelaLan W1
17 Prov. Bali
LKPD 10
1 280 rov. 8all Wu
2 281 kab. 8adung Wu
3 282 kab. 8angll Wu
4 283 kab. 8uleleng 1M
S 284 kab. Clanyar Wu
6 28S kab. !embrana 1W
7 286 kab. karangasem 1M
8 287 kab. klungkung Wu
9 288 kab. 1abanan Wu
10 289 koLa uenpasar Wu
18 Prov. Nusa Tenggara Barat
LKPD 11
1 290 rov. nusa 1enggara 8araL 1M
2 291 kab. 8lma Wu
3 292 kab. uompu 1M
4 293 kab. Lombok 8araL Wu
S 294 kab. Lombok 1engah Wu
6 29S kab. Lombok 1lmur Wu
7 296 kab. Lombok uLara Wu
8 297 kab. Sumbawa Wu
9 298 kab. Sumbawa 8araL Wu
10 299 koLa 8lma 1M
11 300 koLa MaLaram Wu
19 Prov. Nusa Tenggara Timur
LKPD 12 10
1 301 rov. nusa 1enggara 1lmur Wu
2 302 kab. Alor 1M
3 303 kab. 8elu Wu
4 304 kab. Lnde 1M
S 30S kab. llores 1lmur Wu
6 306 kab. kupang 1M
7 307 kab. LembaLa 1M
8 308 kab. Manggaral Wu
9 309 kab. Manggaral 8araL 1M
10 310 kab. Manggaral 1lmur 1M
11 311 kab. nagekeo 1M
12 312 kab. ngada 1M
13 313 kab. 8oLe ndao 1M
14 314 kab. Sabu 8al[ua Wu
1S 31S kab. Slkka 1M
Halaman 8 - Lampiran 1
228
9
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
16 316 kab. Sumba 8araL 1M
17 317 kab. Sumba 8araL uaya Wu
18 318 kab. Sumba 1engah Wu
19 319 kab. Sumba 1lmur 1M
20 320 kab. 1lmor 1engah SelaLan 1M
21 321 kab. 1lmor 1engah uLara 1M
22 322 koLa kupang Wu
20 Prov. Kalimantan Barat
LKPD 10 5
1 323 rov. kallmanLan 8araL Wu
2 324 kab. 8engkayang Wu
3 32S kab. kapuas Pulu Wu
4 326 kab kayong uLara Wu
S 327 kab. keLapang Wu
6 328 kab. kubu 8aya 1W
7 329 kab. Landak Wu
8 330 kab. Melawl 1W
9 331 kab. onuanak Wu
10 332 kab. Sambas Wu
11 333 kab. Sanggau Wu
12 334 kab. Sekadau Wu
13 33S kab. SlnLang Wu
14 336 koLa onuanak Wu
1S 337 koLa Slngkawang Wu
21 Prov. Kalimantan Tengah
LKPD 8 7
1 338 rov. kallmanLan 1engah Wu
2 339 kab. 8arlLo SelaLan 1W
3 340 kab. 8arlLo 1lmur 1M
4 341 kab. 8arlLo uLara 1M
S 342 kab. Cunung Mas Wu
6 343 kab. kapuas Wu
7 344 kab. kaungan 1M
8 34S kab. koLawarlngln 8araL Wu
9 346 kab. koLawarlngln 1lmur 1W
10 347 kab. Lamandau Wu
11 348 kab. Murung 8aya 1W
12 349 kab. ulang lsau 1W
13 3S0 kab. Seruyan 1M
14 3S1 kab. Sukamara Wu
1S 3S2 koLa alangkaraya Wu
22 Prov. Kalimantan Selatan
LKPD 5 9
1 3S3 rov. kallmanLan SelaLan Wu
Halaman 9 - Lampiran 1
2011 2011
229
10
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
2 3S4 kab. 8alangan Wu
3 3SS kab. 8an[ar 1W
4 3S6 kab. 8arlLo kuala Wu
S 3S7 kab. Pulu Sungal SelaLan Wu
6 3S8 kab. Pulu Sungal 1engah Wu
7 3S9 kab. Pulu Sungal uLara Wu
8 360 kab. koLabaru Wu
9 361 kab. 1abalong Wu
10 362 kab. 1anah 8umbu Wu
11 363 kab. 1anah LauL Wu
12 364 kab. 1apln Wu
13 36S koLa 8an[arbaru Wu
14 366 koLa 8an[armasln Wu
23 Prov. Kalimantan Timur
LKPD 7 8
1 367 rov. kallmanLan 1lmur Wu
2 368 kab. 8erau Wu
3 369 kab. 8ulungan 1W
4 370 kab. kuLal 8araL 1W
S 371 kab. kuLal karLanegara 1M
6 372 kab. kuLal 1lmur 1W
7 373 kab. Mallnau 1W
8 374 kab. nunukan 1W
9 37S kab. aser 1W
10 376 kab. ena[am aser uLara 1W
11 377 kab. 1ana 1ldung 1M
12 378 koLa 8allkpapan Wu
13 379 koLa 8onLang Wu
14 380 koLa Samarlnda 1M
1S 381 koLa 1arakan Wu
24 Prov. Sulawesi Utara
LKPD 1 15
1 382 rov. Sulawesl uLara W1
2 383 kab. 8olaang Mongondow 1W
3 384 kab. 8olaang Mongondow SelaLan 1M
4 38S kab. 8olaang Mongondow 1lmur 1M
S 386 kab. 8olaang Mongondow uLara 1W
6 387 kab. kepulauan Sanglhe 1W
7 388 kab. kep. Slau 1agulandang 8laro 1W
8 389 kab. kepulauan 1alaud 1W
9 390 kab. Mlnahasa Wu
10 391 kab. Mlnahasa SelaLan 1M
11 392 kab. Mlnahasa 1enggara 1M
12 393 kab. Mlnahasa uLara 1M
Halaman 10 - Lampiran 1
230
11
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
13 394 koLa 8lLung Wu
14 39S koLa koLamobagu 1W
1S 396 koLa Manado 1M
16 397 koLa 1omohon 1M
25 Prov. Sulawesi Tengah
LKPD 12
1 398 rov. Sulawesl 1engah Wu
2 399 kab. 8anggal Wu
3 400 kab. 8anggal kepulauan Wu
4 401 kab. 8uol 1M
S 402 kab. uonggala Wu
6 403 kab. Morowall Wu
7 404 kab. arlgl MouLong 1M
8 40S kab. oso Wu
9 406 kab. Slgl Wu
10 407 kab. 1o[o una-una Wu
11 408 kab. 1oll-1oll Wu
12 409 koLa alu Wu
26 Prov. Sulawesi Selatan
LKPD 14 11
1 410 rov. Sulawesl SelaLan W1
2 411 kab. 8anLaeng Wu
3 412 kab. 8arru 1M
4 413 kab. 8one Wu
S 414 kab. 8ulukumba Wu
6 41S kab. Lnrekang Wu
7 416 kab. Cowa Wu
8 417 kab. !eneponLo Wu
9 418 kab. kep. Selayar 1M
10 419 kab. Luwu Wu
11 420 kab. Luwu 1lmur Wu
12 421 kab. Luwu uLara W1
13 422 kab. Maros 1M
14 423 kab. angka[ene dan kepulauan Wu
1S 424 kab. lnrang Wu
16 42S kab. Sldenreng 8appang Wu
17 426 kab. Sln[al Wu
18 427 kab. Soppeng Wu
19 428 kab. 1akalar 1M
20 429 kab. 1ana 1ora[a Wu
21 430 kab. 1ora[a uLara Wu
22 431 kab. Wa[o Wu
23 432 koLa Makassar Wu
24 433 koLa alopo 1M
2S 434 koLa arepare Wu
Halaman 11 - Lampiran 1
2011 2011
231
12
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
27 Prov. Sulawesi Tenggara
LKPD 6 7
1 43S rov. Sulawesl 1enggara Wu
2 436 kab. 8ombana 1M
3 437 kab. 8uLon W1
4 438 kab. 8uLon uLara 1M
S 439 kab. kolaka Wu
6 440 kab. kolaka uLara Wu
7 441 kab. konawe 1M
8 442 kab. konawe SelaLan 1M
9 443 kab. konawe uLara 1M
10 444 kab. Muna 1M
11 44S kab. WakaLobl Wu
12 446 koLa 8au-8au 1M
13 447 koLa kendarl Wu
28 Prov. Gorontalo
LKPD 7
1 448 rov. CoronLalo Wu
2 449 kab. 8oalemo Wu
3 4S0 kab. 8one 8olango Wu
4 4S1 kab. CoronLalo W1
S 4S2 kab. CoronLalo uLara Wu
6 4S3 kab. ohuwaLo Wu
7 4S4 koLa CoronLalo Wu
29 Prov. Sulawesi Barat
LKPD 5 1
1 4SS rov. Sulawesl 8araL Wu
2 4S6 kab. Ma[ene Wu
3 4S7 kab. Mamasa Wu
4 4S8 kab. Mamu[u Wu
S 4S9 kab. Mamu[u uLara Wu
6 460 kab. olewall Mandar Wu
30 Prov. Maluku
LKPD 3 7
1 461 rov. Maluku 1M
2 462 kab. 8uru 1M
3 463 kab. 8uru SelaLan ***
4 464 kab. kepulauan Aru ***
S 46S kab. Maluku 8araL uaya 1M
6 466 kab. Maluku 1engah 1M
7 467 kab. Maluku 1enggara 1M
8 468 kab. Maluku 1enggara 8araL 1M
Halaman 12 - Lampiran 1
232
13
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
9 469 kab. Seram 8aglan 8araL 1M
10 470 kab. Seram 8aglan 1lmur 1M
11 471 koLa Ambon 1M
12 472 koLa 1ual 1M
31 Prov. Maluku Utara
LKPD 3 7
1 473 rov. Maluku uLara 1M
2 474 kab. Palmahera 8araL 1M
3 47S kab. Palmahera SelaLan 1M
4 476 kab. Palmahera 1engah 1M
S 477 kab. Palmahera 1lmur 1M
6 478 kab. Palmahera uLara 1M
7 479 kab. kepulauan Sula 1M
8 480 kab. ulau MoroLal 1M
9 481 koLa 1ernaLe 1M
10 482 koLa 1ldore kepulauan Wu
32 Prov. Papua
LKPD 9 15
1 483 rov. apua 1M
2 484 kab. AsmaL Wu
3 48S kab. 8lak numfor 1M
4 486 kab. 8oven ulgoel 1M
S 487 kab. uelyal *
6 488 kab. uoglyal 1M
7 489 kab. lnLan !aya *
8 490 kab. !ayapura Wu
9 491 kab. !ayawl[aya Wu
10 492 kab. keerom 1M
11 493 kab. kepulauan ?apen 1M
12 494 kab. Lanny !aya 1M
13 49S kab. Mamberamo 8aya **
14 496 kab. Mamberamo 1engah *
1S 497 kab. Mappl 1M
16 498 kab. Merauke 1M
17 499 kab. Mlmlka Wu
18 S00 kab. nablre 1M
19 S01 kab. nduga 1M
20 S02 kab. anlal 1M
21 S03 kab. egunungan 8lnLang 1M
22 S04 kab. uncak *
23 S0S kab. uncak !aya 1M
24 S06 kab. Sarml 1M
2S S07 kab. Suplorl 1M
26 S08 kab. 1ollkara 1M
Halaman 13 - Lampiran 1
2011 2011
233
14
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Dilaporkan Pada
IHPS I Tahun 2011
Dilaporkan Pada
IHPS II Tahun 2011
27 S09 kab. Waropen **
28 S10 kab. ?ahuklmo 1M
29 S11 kab. ?allmo 1M
30 S12 koLa !ayapura Wu
33 Prov. Papua Barat
LKPD 1 11
1 S13 rov. apua 8araL 1M
2 S14 kab. lakfak 1M
3 S1S kab. kalmana Wu
4 S16 kab. Manokwarl 1M
S S17 kab. MaybraL 1M
6 S18 kab. 8a[a AmpaL Wu
7 S19 kab. Sorong 1M
8 S20 kab. Sorong SelaLan Wu
9 S21 kab. 1ambrauw 1M
10 S22 kab. 1eluk 8lnLunl 1M
11 S23 kab. 1eluk Wondama 1M
12 S24 koLa Sorong 1W
Jumlah 358 158
Halaman 14 - Lampiran 1
keLerangan
W1 :Cplnl Wa[ar 1anpa engecuallan (oopoollfeJ oploloo)
Wu :Cplnl Wa[ar uengan engecuallan (poollfeJ Oploloo)
1W :Cplnl 1ldak Wa[ar (adverse opinion)
* :uaerah pemekaran baru (belum wa[lb menyusun dan melaporkan Lku)
** :LnuLas LerlambaL menyampalkan Lku
***
:ualam proses penyusunan laporan pemerlksaan.
234
15
Dahar Cp|n| Laporan keuangan emer|ntah Daerah
Tahun 2006 - 2010
Halaman 1 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
1 Prov. Aceh
LKPD 22 22 24 24 24
1 1 rov. Aceh Wu Wu Wu Wu Wu
2 2 kab. Aceh 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
3 3 kab. Aceh 8araL uaya Wu Wu Wu Wu Wu
4 4 kab. Aceh 8esar Wu Wu Wu Wu Wu
5 5 kab. Aceh !aya Wu Wu 1W Wu Wu
6 6 kab. Aceh SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
7 7 kab. Aceh Slngkll Wu Wu Wu Wu Wu
8 8 kab. Aceh 1amlang 1M 1M Wu Wu Wu
9 9 kab. Aceh 1engah Wu W1 W1 W1 W1
10 10 kab. Aceh 1enggara Wu 1M Wu Wu Wu
11 11 kab. Aceh 1lmur 1M 1M Wu Wu Wu
12 12 kab. Aceh uLara Wu Wu Wu 1M 1M
13 13 kab. 8ener Merlah Wu Wu Wu Wu Wu
14 14 kab. 8lreuen Wu Wu 1M 1M Wu
15 15 kab. Cayo Lues Wu Wu Wu Wu Wu
16 16 kab. nagan 8aya Wu Wu W1 W1 W1
17 17 kab. ldle Wu Wu Wu Wu Wu
18 18 kab. ldle !aya W1 Wu Wu
19 19 kab. Slmeulue Wu Wu Wu 1W 1W
20 20 koLa 8anda Aceh 1M Wu W1 W1 W1
21 21 koLa Langsa Wu Wu W1 W1 Wu
22 22 koLa Lhokseumawe Wu Wu W1 W1 W1
23 23 koLa Sabang Wu Wu W1 W1 W1
24 24 koLa Subulussalam Wu Wu Wu
2 Prov. Sumatera Utara
LKPD 26 27 27 29 34
1 2S rov. SumaLera uLara 1M 1M Wu Wu Wu
2 26 kab. Asahan Wu 1M Wu Wu 1M
3 27 kab. 8aLubara Wu 1M 1M 1M
4 28 kab. ualrl 1M 1M Wu Wu Wu
5 29 kab. uell Serdang 1M Wu 1M 1M 1M
6 30 kab. Pumbang PasunduLan 1M Wu Wu Wu Wu
7 31 kab. karo Wu 1M Wu Wu Wu
8 32 kab. LabuhanbaLu Wu 1M 1M Wu Wu
9 33 kab. LabuhanbaLu SelaLan Wu
10 34 kab. LabuhanbaLu uLara 1M
11 3S kab. LangkaL Wu 1M 1M 1M 1M
12 36 kab. Mandalllng naLal 1W 1M 1M Wu Wu
13 37 kab. nlas 1M 1M 1M 1M 1M
14 38 kab. nlas 8araL 1M
15 39 kab. nlas SelaLan 1M 1M 1M 1M 1M
16 40 kab. nlas uLara 1M
17 41 kab. adang Lawas 1M 1M
18 42 kab. adang Lawas uLara 1M 1M
19 43 kab. akpak 8haraL Wu Wu Wu Wu Wu
20 44 kab. Samoslr Wu Wu Wu Wu Wu
21 4S kab. Serdang 8edagal Wu Wu Wu Wu Wu
22 46 kab. Slmalungun Wu 1M Wu Wu Wu
23 47 kab. 1apanull SelaLan 1M Wu 1M 1W 1W
24 48 kab. 1apanull 1engah 1M Wu Wu Wu Wu
2011 2011
235
16
Halaman 2 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
2S 49 kab. 1apanull uLara 1M 1M 1M Wu Wu
26 S0 kab. 1oba Samoslr 1M 1M 1M Wu Wu
27 51 koLa 8ln[al 1M Wu Wu 1W 1W
28 S2 koLa Cunung SlLoll Wu
29 S3 koLa Medan 1M 1M 1M 1M Wu
30 S4 koLa adangsldlmpuan 1M 1M 1M Wu Wu
31 55 koLa emaLangslanLar 1M 1M 1M 1M Wu
32 S6 koLa Slbolga 1M Wu Wu Wu Wu
33 S7 koLa 1an[ungbalal 1M Wu Wu Wu Wu
34 58 koLa 1eblng 1lnggl 1M Wu Wu Wu Wu
3 Prov. Sumatera Barat
LKPD 20 20 20 20 20
1 S9 rov. SumaLera 8araL Wu Wu Wu 1M Wu
2 60 kab. Agam Wu Wu Wu Wu Wu
3 61 kab. uharmasraya Wu Wu Wu Wu 1M
4 62 kab. kep. MenLawal Wu Wu Wu Wu Wu
5 63 kab. Llma uluh koLa Wu Wu Wu Wu Wu
6 64 kab. adang arlaman Wu Wu W1 Wu Wu
7 6S kab. asaman 1M Wu Wu Wu Wu
8 66 kab. asaman 8araL 1M 1M 1M 1M Wu
9 67 kab. eslslr SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
10 68 kab. Sl[un[ung Wu 1M Wu Wu Wu
11 69 kab. Solok Wu Wu Wu Wu Wu
12 70 kab. Solok SelaLan 1M 1M 1M 1M 1M
13 71 kab. 1anah uaLar Wu 1M Wu W1 Wu
14 72 koLa 8uklmnggl Wu Wu Wu Wu Wu
15 73 koLa adang Wu Wu Wu Wu Wu
16 74 koLa adang an[ang Wu Wu Wu Wu Wu
17 7S koLa arlaman Wu Wu W1 Wu Wu
18 76 koLa ayakumbuh Wu Wu Wu Wu Wu
19 77 koLa SawahlunLo Wu Wu Wu Wu Wu
20 78 koLa Solok Wu Wu Wu Wu Wu
4 Prov. Riau
LKPD 12 12 12 12 13
1 79 rov. 8lau Wu Wu Wu Wu W1
2 80 kab. 8engkalls Wu Wu Wu Wu Wu
3 81 kab. lndraglrl Plllr 1M 1M Wu Wu Wu
4 82 kab. lndraglrl Pulu 1M 1M 1M 1M 1W
5 83 kab. kampar Wu Wu Wu Wu Wu
6 84 kab. kepulauan Meranu Wu
7 85 kab. kuanLan Slnglngl 1M Wu Wu Wu Wu
8 86 kab. elalawan Wu Wu Wu Wu Wu
9 87 kab. 8okan Plllr Wu Wu Wu Wu Wu
10 88 kab. 8okan Pulu Wu Wu Wu Wu Wu
11 89 kab. Slak Wu Wu Wu Wu Wu
12 90 koLa uumal Wu Wu Wu Wu Wu
13 91 koLa ekanbaru Wu Wu W1 Wu Wu
5 Prov. Jambi
LKPD 11 11 11 12 12
1 92 rov. !ambl Wu Wu Wu Wu Wu
2 93 kab. 8aLang Parl Wu Wu Wu Wu Wu
3 94 kab. 8ungo Wu Wu Wu Wu Wu
236
17
Halaman 3 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
4 9S kab. kerlncl Wu Wu 1M 1M Wu
5 96 kab. Merangln Wu Wu Wu Wu Wu
6 97 kab. Muaro !ambl 1M Wu Wu Wu Wu
7 98 kab. Sarolangun Wu Wu Wu Wu Wu
8 99 kab. 1an[ung !abung 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
9 100 kab. 1an[ung !abung 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
10 101 kab. 1ebo 1M 1M Wu Wu Wu
11 102 koLa !ambl Wu Wu Wu Wu Wu
12 103 koLa Sungal enuh W1 Wu
6 Prov. Sumatera Selatan
LKPD 15 15 16 16 16
1 104 rov. SumaLera SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
2 10S kab. 8anyuasln Wu Wu 1M 1W Wu
3 106 kab. LmpaL Lawang Wu 1W Wu
4 107 kab. LahaL Wu Wu Wu Wu Wu
5 108 kab. Muara Lnlm Wu Wu Wu Wu Wu
6 109 kab. Musl 8anyuasln Wu Wu Wu Wu Wu
7 110 kab. Musl 8awas Wu Wu Wu Wu Wu
8 111 kab. Cgan lllr Wu Wu Wu Wu Wu
9 112 kab. Cgan komerlng lllr Wu Wu Wu Wu Wu
10 113 kab. Cgan komerlng ulu Wu Wu Wu 1W Wu
11 114 kab. Cgan komerlng ulu SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
12 115 kab. Cgan komerlng ulu 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
13 116 koLa Lubukllnggau Wu Wu Wu Wu Wu
14 117 koLa agaralam Wu Wu Wu Wu Wu
15 118 koLa alembang 1M Wu Wu Wu W1
16 119 koLa rabumullh Wu Wu Wu Wu Wu
7 Prov. Bengkulu
LKPD 10 10 10 11 11
1 120 rov. 8engkulu Wu Wu Wu Wu Wu
2 121 kab. 8engkulu SelaLan Wu Wu 1M Wu Wu
3 122 kab. 8engkulu 1engah Wu W1
4 123 kab. 8engkulu uLara Wu Wu Wu Wu Wu
5 124 kab. kaur Wu Wu Wu W1 W1
6 12S kab. kepahlang 1M Wu 1M 1M Wu
7 126 kab. Lebong Wu Wu 1M 1M Wu
8 127 kab. Mukomuko 1M Wu W1 W1 W1
9 128 kab. 8e[ang Lebong Wu Wu Wu Wu Wu
10 129 kab. Seluma 1M Wu Wu Wu Wu
11 130 koLa 8engkulu Wu Wu Wu Wu Wu
8 Prov. Lampung
LKPD 11 11 11 12 15
1 131 rov. Lampung Wu Wu 1M Wu Wu
2 132 kab. Lampung 8araL Wu Wu Wu Wu W1
3 133 kab. Lampung SelaLan Wu Wu Wu Wu W1
4 134 kab. Lampung 1engah Wu Wu 1M 1M Wu
5 13S kab. Lampung 1lmur Wu Wu 1M 1M 1M
6 136 kab. Lampung uLara Wu Wu Wu Wu 1M
7 137 kab. Mesu[l Wu
8 138 kab. esawaran Wu Wu
9 139 kab. rlngsewu 1M
10 140 kab. 1anggamus Wu Wu Wu Wu Wu
2011 2011
237
18
Halaman 4 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
11 141 kab. 1ulang 8awang Wu Wu Wu Wu Wu
12 142 kab. 1ulang 8awang 8araL Wu
13 143 kab. Way kanan Wu Wu Wu Wu W1
14 144 koLa 8andar Lampung Wu Wu Wu Wu W1
15 14S koLa MeLro Wu Wu Wu Wu W1
9 Prov. Kepulauan Bangka Belitung
LKPD 8 8 8 8 8
1 146 rov. 8angka 8ellLung Wu Wu Wu Wu Wu
2 147 kab. 8angka Wu Wu Wu Wu Wu
3 148 kab. 8angka 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
4 149 kab. 8angka SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
5 1S0 kab. 8angka 1engah Wu Wu Wu Wu Wu
6 151 kab. 8ellLung Wu Wu Wu Wu Wu
7 1S2 kab. 8ellLung 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
8 1S3 koLa angkalplnang Wu Wu 1M Wu Wu
10 Prov. Kepulauan Riau
LKPD 7 7 7 8 8
1 1S4 rov. kepulauan 8lau Wu Wu Wu Wu W1
2 155 kab. 8lnLan 1M Wu Wu Wu Wu
3 1S6 kab. karlmun Wu Wu Wu Wu Wu
4 1S7 kab. kepulauan Anambas 1M Wu
5 158 kab. Llngga 1M Wu Wu Wu Wu
6 1S9 kab. naLuna 1M Wu Wu Wu Wu
7 160 koLa 8aLam Wu Wu Wu Wu Wu
8 161 koLa 1an[ungplnang Wu Wu Wu Wu Wu
11 Prov. DKI Jakarta
LKPD 1 1 1 1 1
1 162 rov. ukl !akarLa Wu 1M Wu Wu Wu
12 Prov. Jawa Barat
LKPD 26 26 27 27 27
1 163 rov. !awa 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
2 164 kab. 8andung Wu Wu Wu Wu Wu
3 16S kab. 8andung 8araL 1M 1M 1M
4 166 kab. 8ekasl Wu Wu Wu Wu Wu
5 167 kab. 8ogor Wu Wu Wu Wu Wu
6 168 kab. Clamls Wu Wu Wu Wu Wu
7 169 kab. Clan[ur Wu 1M Wu 1M Wu
8 170 kab. Clrebon Wu Wu Wu Wu Wu
9 171 kab. CaruL Wu 1M Wu Wu Wu
10 172 kab. lndramayu Wu 1M Wu Wu Wu
11 173 kab. karawang Wu 1M Wu Wu Wu
12 174 kab. kunlngan Wu Wu Wu Wu Wu
13 17S kab. Ma[alengka Wu Wu Wu Wu Wu
14 176 kab. urwakarLa Wu Wu Wu Wu Wu
15 177 kab. Subang Wu 1M Wu Wu Wu
16 178 kab. Sukabuml Wu Wu Wu Wu Wu
17 179 kab. Sumedang Wu Wu Wu Wu Wu
18 180 kab. 1aslkmalaya Wu Wu Wu Wu Wu
19 181 koLa 8andung Wu Wu Wu 1M Wu
20 182 koLa 8an[ar Wu W1 Wu Wu Wu
21 183 koLa 8ekasl Wu Wu Wu 1M Wu
238
19
Halaman 5 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
22 184 koLa 8ogor Wu Wu Wu Wu Wu
23 185 koLa Clmahl Wu Wu Wu Wu Wu
24 186 koLa Clrebon Wu 1M Wu Wu Wu
2S 187 koLa uepok Wu Wu Wu Wu Wu
26 188 koLa Sukabuml Wu Wu Wu Wu Wu
27 189 koLa 1aslkmalaya Wu 1M Wu Wu Wu
13 Prov. Jawa Tengah
LKPD 36 36 36 36 36
1 190 rov. !awa 1engah Wu Wu Wu Wu Wu
2 191 kab. 8an[arnegara Wu Wu Wu Wu Wu
3 192 kab. 8anyumas 1W 1M 1M Wu Wu
4 193 kab. 8aLang Wu Wu Wu Wu Wu
5 194 kab. 8lora Wu Wu Wu Wu Wu
6 19S kab. 8oyolall Wu Wu Wu Wu Wu
7 196 kab. 8rebes Wu Wu Wu Wu Wu
8 197 kab. Cllacap Wu Wu Wu Wu Wu
9 198 kab. uemak Wu Wu Wu Wu 1M
10 199 kab. Crobogan Wu Wu Wu Wu Wu
11 200 kab. !epara Wu Wu Wu Wu W1
12 201 kab. karanganyar Wu Wu Wu Wu Wu
13 202 kab. kebumen Wu Wu Wu Wu Wu
14 203 kab. kendal Wu 1M Wu Wu Wu
15 204 kab. klaLen Wu Wu Wu Wu Wu
16 20S kab. kudus Wu Wu Wu Wu Wu
17 206 kab. Magelang Wu Wu Wu Wu Wu
18 207 kab. au Wu Wu Wu Wu Wu
19 208 kab. ekalongan Wu Wu Wu Wu Wu
20 209 kab. emalang Wu Wu Wu Wu Wu
21 210 kab. urballngga Wu Wu Wu Wu Wu
22 211 kab. urwore[o Wu 1M Wu Wu Wu
23 212 kab. 8embang Wu Wu Wu Wu Wu
24 213 kab. Semarang Wu Wu Wu Wu Wu
2S 214 kab. Sragen Wu Wu Wu Wu Wu
26 21S kab. Sukohar[o Wu 1M Wu Wu Wu
27 216 kab. 1egal Wu Wu 1M Wu Wu
28 217 kab. 1emanggung Wu Wu Wu Wu Wu
29 218 kab. Wonoglrl Wu Wu Wu Wu Wu
30 219 kab. Wonosobo Wu Wu Wu Wu Wu
31 220 koLa Magelang Wu Wu Wu Wu Wu
32 221 koLa ekalongan Wu Wu Wu Wu Wu
33 222 koLa Salauga Wu Wu Wu Wu Wu
34 223 koLa Semarang Wu Wu Wu Wu Wu
3S 224 koLa SurakarLa Wu Wu Wu Wu W1
36 22S koLa 1egal Wu Wu Wu Wu Wu
14 Prov. D.I. Yogyakarta
LKPD 6 6 6 6 6
1 226 rov. u.l. ?ogyakarLa Wu Wu Wu Wu W1
2 227 kab. 8anLul Wu Wu Wu Wu Wu
3 228 kab. Cunung kldul 1W 1W Wu Wu Wu
4 229 kab. kulon rogo 1M Wu Wu Wu Wu
5 230 kab. Sleman Wu Wu Wu Wu Wu
6 231 koLa ?ogyakarLa Wu Wu Wu W1 W1
2011 2011
239
20
Halaman 6 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
15 Prov. Jawa Timur
LKPD 39 39 39 39 39
1 232 rov. !awa 1lmur Wu 1W Wu Wu W1
2 233 kab. 8angkalan Wu 1W Wu Wu W1
3 234 kab. 8anyuwangl 1W 1W 1M Wu Wu
4 23S kab. 8llLar Wu 1W Wu Wu Wu
5 236 kab. 8o[onegoro Wu 1W 1W Wu Wu
6 237 kab. 8ondowoso Wu 1W Wu Wu Wu
7 238 kab. Creslk Wu 1W Wu Wu Wu
8 239 kab. !ember 1W 1W 1W Wu Wu
9 240 kab. !ombang Wu Wu Wu Wu Wu
10 241 kab. kedlrl Wu 1W Wu Wu Wu
11 242 kab. Lamongan Wu 1W Wu Wu Wu
12 243 kab. Luma[ang Wu 1W Wu Wu Wu
13 244 kab. Madlun Wu 1W Wu Wu Wu
14 24S kab. MageLan Wu 1W Wu Wu Wu
15 246 kab. Malang Wu 1W Wu Wu Wu
16 247 kab. Mo[okerLo Wu 1W Wu Wu Wu
17 248 kab. ngan[uk Wu 1W Wu Wu Wu
18 249 kab. ngawl Wu 1W Wu Wu Wu
19 2S0 kab. aclLan Wu Wu Wu Wu W1
20 2S1 kab. amekasan Wu 1W Wu Wu Wu
21 2S2 kab. asuruan 1W 1W 1M Wu Wu
22 2S3 kab. onorogo Wu 1W 1M Wu Wu
23 2S4 kab. robollnggo Wu 1W Wu Wu Wu
24 2SS kab. Sampang Wu 1W 1W Wu Wu
2S 2S6 kab. Sldoar[o Wu 1W Wu 1M Wu
26 2S7 kab. SlLubondo Wu 1W 1W Wu Wu
27 2S8 kab. Sumenep Wu 1W Wu Wu Wu
28 2S9 kab. 1renggalek Wu 1W 1M Wu Wu
29 260 kab. 1uban 1W 1W Wu Wu Wu
30 261 kab. 1ulungagung Wu 1W Wu Wu W1
31 262 koLa 8aLu Wu 1W 1M 1M 1M
32 263 koLa 8llLar Wu 1W Wu Wu W1
33 264 koLa kedlrl Wu 1W 1W Wu Wu
34 26S koLa Madlun Wu 1W Wu Wu Wu
3S 266 koLa Malang 1W 1W Wu Wu Wu
36 267 koLa Mo[okerLo Wu 1W Wu Wu W1
37 268 koLa asuruan Wu 1W Wu Wu Wu
38 269 koLa robollnggo Wu 1W Wu Wu Wu
39 270 koLa Surabaya W1 1W 1M 1W Wu
16 Prov. Banten
LKPD 7 7 8 9 9
1 271 rov. 8anLen Wu Wu Wu Wu Wu
2 272 kab. Lebak Wu Wu Wu Wu Wu
3 273 kab. andeglang Wu Wu Wu 1M 1M
4 274 kab. Serang Wu 1M Wu Wu Wu
5 27S kab. 1angerang Wu Wu W1 W1 W1
6 276 koLa Cllegon Wu Wu Wu Wu 1M
7 277 koLa Serang Wu Wu Wu
8 278 koLa 1angerang Wu W1 W1 W1 W1
9 279 koLa 1angerang SelaLan Wu W1
240
21
Halaman 7 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
17 Prov. Bali
LKPD 10 10 10 10 10
1 280 rov. 8all Wu Wu 1M Wu Wu
2 281 kab. 8adung Wu Wu 1M Wu Wu
3 282 kab. 8angll Wu Wu Wu Wu Wu
4 283 kab. 8uleleng Wu Wu Wu Wu 1M
5 284 kab. Clanyar Wu Wu Wu Wu Wu
6 28S kab. !embrana Wu Wu 1M 1W 1W
7 286 kab. karangasem Wu Wu Wu Wu 1M
8 287 kab. klungkung Wu Wu Wu Wu Wu
9 288 kab. 1abanan Wu Wu Wu Wu Wu
10 289 koLa uenpasar Wu Wu Wu Wu Wu
18 Prov. Nusa Tenggara Barat
LKPD 10 10 10 11 11
1 290 rov. nusa 1enggara 8araL Wu 1M Wu Wu 1M
2 291 kab. 8lma Wu Wu Wu Wu Wu
3 292 kab. uompu 1M 1M 1M 1M 1M
4 293 kab. Lombok 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
5 294 kab. Lombok 1engah Wu Wu Wu Wu Wu
6 29S kab. Lombok 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
7 296 kab. Lombok uLara Wu Wu
8 297 kab. Sumbawa Wu 1M Wu Wu Wu
9 298 kab. Sumbawa 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
10 299 koLa 8lma 1M 1M 1M 1M 1M
11 300 koLa MaLaram Wu Wu Wu Wu Wu
19 Prov. Nusa Tenggara Timur
LKPD 17 17 20 21 22
1 301 rov. nusa 1enggara 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
2 302 kab. Alor Wu Wu Wu 1M 1M
3 303 kab. 8elu Wu Wu Wu Wu Wu
4 304 kab. Lnde Wu Wu Wu 1M 1M
5 30S kab. llores 1lmur Wu Wu Wu Wu Wu
6 306 kab. kupang Wu Wu 1M 1M 1M
7 307 kab. LembaLa 1W Wu Wu 1M 1M
8 308 kab. Manggaral Wu Wu Wu 1M Wu
9 309 kab. Manggaral 8araL 1M 1M Wu 1M 1M
10 310 kab. Manggaral 1lmur 1M 1M
11 311 kab. nagekeo Wu 1M 1M
12 312 kab. ngada 1M Wu Wu 1M 1M
13 313 kab. 8oLe ndao 1M 1M Wu 1M 1M
14 314 kab. Sabu 8al[ua Wu
15 31S kab. Slkka Wu Wu Wu 1M 1M
16 316 kab. Sumba 8araL Wu Wu Wu 1M 1M
17 317 kab. Sumba 8araL uaya Wu 1M Wu
18 318 kab. Sumba 1engah Wu 1M Wu
19 319 kab. Sumba 1lmur Wu Wu Wu 1M 1M
20 320 kab. 1lmor 1engah SelaLan 1M Wu Wu 1M 1M
21 321 kab. 1lmor 1engah uLara Wu Wu Wu 1M 1M
22 322 koLa kupang Wu Wu Wu Wu Wu
2011 2011
241
22
Halaman 8 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
20 Prov. Kalimantan Barat
LKPD 13 13 14 15 15
1 323 rov. kallmanLan 8araL 1W 1M 1M Wu Wu
2 324 kab. 8engkayang 1M 1M 1W 1M Wu
3 32S kab. kapuas Pulu Wu 1W 1W 1M Wu
4 326 kab. kayong uLara 1M 1M Wu
5 327 kab. keLapang Wu Wu Wu Wu Wu
6 328 kab. kubu 8aya 1W 1W
7 329 kab. Landak Wu 1W 1W 1W Wu
8 330 kab. Melawl 1M 1M 1M 1W 1W
9 331 kab. onuanak W1 Wu Wu Wu Wu
10 332 kab. Sambas W1 1M Wu Wu Wu
11 333 kab. Sanggau Wu Wu Wu Wu Wu
12 334 kab. Sekadau Wu 1M 1M 1M Wu
13 33S kab. SlnLang 1M Wu Wu Wu Wu
14 336 koLa onuanak Wu Wu 1M Wu Wu
15 337 koLa Slngkawang Wu Wu Wu 1W Wu
21 Prov. Kalimantan Tengah
LKPD 15 15 15 15 15
1 338 rov. kallmanLan 1engah 1W 1W Wu 1W Wu
2 339 kab. 8arlLo SelaLan Wu 1M 1W 1W 1W
3 340 kab. 8arlLo 1lmur 1W 1M 1M 1W 1M
4 341 kab. 8arlLo uLara Wu 1W 1W 1W 1M
5 342 kab. Cunung Mas Wu Wu 1W 1W Wu
6 343 kab. kapuas 1M 1W 1W Wu Wu
7 344 kab. kaungan 1W 1W Wu Wu 1M
8 34S kab. koLawarlngln 8araL Wu Wu Wu 1W Wu
9 346 kab. koLawarlngln 1lmur 1W 1W 1W 1W 1W
10 347 kab. Lamandau Wu 1W 1W 1W Wu
11 348 kab. Murung 8aya 1M 1M 1W 1W 1W
12 349 kab. ulang lsau Wu Wu 1W 1W 1W
13 3S0 kab. Seruyan 1M 1M 1M 1M 1M
14 3S1 kab. Sukamara Wu Wu Wu 1W Wu
15 3S2 koLa alangkaraya Wu Wu Wu 1W Wu
22 Prov. Kalimantan Selatan
LKPD 14 14 14 14 14
1 3S3 rov. kallmanLan SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
2 3S4 kab. 8alangan 1M Wu Wu Wu Wu
3 3SS kab. 8an[ar Wu 1M 1W 1W 1W
4 3S6 kab. 8arlLo kuala 1W 1W 1W 1W Wu
5 3S7 kab. Pulu Sungal SelaLan Wu Wu Wu Wu Wu
6 3S8 kab. Pulu Sungal 1engah Wu Wu Wu Wu Wu
7 3S9 kab. Pulu Sungal uLara Wu Wu Wu Wu Wu
8 360 kab. koLabaru Wu Wu Wu Wu Wu
9 361 kab. 1abalong Wu 1W Wu Wu Wu
10 362 kab. 1anah 8umbu 1W 1W Wu Wu Wu
11 363 kab. 1anah LauL 1W Wu Wu Wu Wu
12 364 kab. 1apln Wu 1W Wu Wu Wu
13 36S koLa 8an[arbaru Wu Wu Wu Wu Wu
14 366 koLa 8an[armasln Wu Wu Wu Wu Wu
242
23
Halaman 9 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
23 Prov. Kalimantan Timur
LKPD 14 14 14 15 15
1 367 rov. kallmanLan 1lmur 1W 1W 1W 1W Wu
2 368 kab. 8erau 1M 1W 1W 1W Wu
3 369 kab. 8ulungan 1M 1W 1W 1W 1W
4 370 kab. kuLal 8araL 1M 1W 1W 1W 1W
5 371 kab. kuLal karLanegara 1M 1M 1M 1M 1M
6 372 kab. kuLal 1lmur 1M 1M 1M 1M 1W
7 373 kab. Mallnau 1M 1M 1W Wu 1W
8 374 kab. nunukan 1M 1W Wu 1W 1W
9 37S kab. aser 1M 1W 1W 1W 1W
10 376 kab. ena[am aser uLara 1M 1M Wu 1W 1W
11 377 kab. 1ana 1ldung 1M 1M
12 378 koLa 8allkpapan 1M 1W Wu Wu Wu
13 379 koLa 8onLang 1M 1W Wu Wu Wu
14 380 koLa Samarlnda 1M 1M 1M 1W 1M
15 381 koLa 1arakan 1M 1M Wu Wu Wu
24 Prov. Sulawesi Utara
LKPD 10 10 14 16 16
1 382 rov. Sulawesl uLara Wu Wu Wu W1 W1
2 383 kab. 8olaang Mongondow 1M Wu Wu Wu 1W
3 384 kab. 8olaang Mongondow
SelaLan
Wu 1M
4 38S kab. 8olaang Mongondow 1lmur Wu 1M
5 386 kab. 8olaang Mongondow uLara Wu Wu 1W
6 387 kab. kepulauan Sanglhe Wu 1M Wu 1W 1W
7 388 kab. kep. Slau 1agulandang 8laro Wu Wu 1W
8 389 kab. kepulauan 1alaud 1M 1M 1M 1M 1W
9 390 kab. Mlnahasa Wu Wu Wu Wu Wu
10 391 kab. Mlnahasa SelaLan 1M 1M 1W 1W 1M
11 392 kab. Mlnahasa 1enggara 1M 1M 1M
12 393 kab. Mlnahasa uLara 1M 1M Wu Wu 1M
13 394 koLa 8lLung Wu Wu Wu Wu Wu
14 39S koLa koLamobagu Wu Wu 1W
15 396 koLa Manado 1W 1M Wu 1W 1M
16 397 koLa 1omohon 1M Wu 1W 1W 1M
25 Prov. Sulawesi Tengah
LKPD 11 11 11 12 12
1 398 rov. Sulawesl 1engah 1M Wu Wu 1M Wu
2 399 kab. 8anggal Wu Wu Wu Wu Wu
3 400 kab. 8anggal kepulauan 1M 1M 1M 1M Wu
4 401 kab. 8uol Wu 1M 1M 1M 1M
5 402 kab. uonggala 1M 1M 1M Wu Wu
6 403 kab. Morowall 1M 1M 1M 1M Wu
7 404 kab. arlgl MouLong Wu Wu Wu 1M 1M
8 40S kab. oso Wu Wu 1M Wu Wu
9 406 kab. Slgl 1M Wu
10 407 kab. 1o[o una-una Wu 1M Wu Wu Wu
11 408 kab. 1ollLoll Wu Wu Wu 1M Wu
12 409 koLa alu Wu Wu 1M 1M Wu
2011 2011
243
24
Halaman 10 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
26 Prov. Sulawesi Selatan
LKPD 24 24 24 25 25
1 410 rov. Sulawesl SelaLan Wu 1M 1M Wu W1
2 411 kab. 8anLaeng Wu Wu Wu Wu Wu
3 412 kab. 8arru Wu Wu Wu Wu 1M
4 413 kab. 8one Wu Wu Wu Wu Wu
5 414 kab. 8ulukumba Wu 1M Wu Wu Wu
6 41S kab. Lnrekang Wu Wu Wu Wu Wu
7 416 kab. Cowa Wu Wu Wu Wu Wu
8 417 kab. !eneponLo 1M Wu 1M Wu Wu
9 418 kab. kep. Selayar 1M Wu 1M Wu 1M
10 419 kab. Luwu Wu Wu Wu Wu Wu
11 420 kab. Luwu 1lmur Wu 1M Wu Wu Wu
12 421 kab. Luwu uLara Wu Wu Wu Wu W1
13 422 kab. Maros 1M 1M 1M 1M 1M
14 423 kab. angka[ene dan kepulauan Wu Wu Wu Wu Wu
15 424 kab. lnrang Wu Wu Wu Wu Wu
16 42S kab. Sldenreng 8appang Wu Wu Wu Wu Wu
17 426 kab. Sln[al Wu Wu Wu Wu Wu
18 427 kab. Soppeng Wu Wu Wu Wu Wu
19 428 kab. 1akalar Wu Wu Wu Wu 1M
20 429 kab. 1ana 1ora[a Wu Wu Wu Wu Wu
21 430 kab. 1ora[a uLara Wu Wu
22 431 kab. Wa[o Wu Wu Wu Wu Wu
23 432 koLa Makassar Wu Wu Wu Wu Wu
24 433 koLa alopo Wu Wu Wu 1M 1M
2S 434 koLa are-are Wu Wu Wu Wu Wu
27 Prov. Sulawesi Tenggara
LKPD 11 11 13 13 13
1 43S rov. Sulawesl 1enggara Wu Wu 1M 1M Wu
2 436 kab. 8ombana 1M 1M 1M 1M 1M
3 437 kab. 8uLon Wu Wu Wu Wu W1
4 438 kab. 8uLon uLara 1M 1M 1M
5 439 kab. kolaka Wu 1M 1W 1W Wu
6 440 kab. kolaka uLara Wu 1M 1W Wu Wu
7 441 kab. konawe Wu 1M 1M 1M 1M
8 442 kab. konawe SelaLan Wu 1W 1M 1M 1M
9 443 kab. konawe uLara 1M 1M 1M
10 444 kab. Muna Wu Wu 1M 1M 1M
11 44S kab. WakaLobl Wu 1M 1M 1W Wu
12 446 koLa 8au-8au Wu Wu 1W 1M 1M
13 447 koLa kendarl Wu 1M 1W Wu Wu
28 Prov. Gorontalo
LKPD 6 7 7 7 7
1 448 rov. CoronLalo Wu W1 Wu Wu Wu
2 449 kab. 8oalemo Wu 1M Wu Wu Wu
3 4S0 kab. 8one 8olango Wu Wu 1M Wu Wu
4 4S1 kab. CoronLalo Wu Wu Wu W1 W1
5 4S2 kab. CoronLalo uLara Wu Wu Wu Wu
6 4S3 kab. ohuwaLo Wu Wu Wu Wu Wu
7 4S4 koLa CoronLalo Wu 1M 1M Wu Wu
244
2S
Halaman 11 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
29 Prov. Sulawesi Barat
LKPD 6 6 6 6 6
1 4SS rov. Sulawesl 8araL Wu Wu Wu Wu Wu
2 4S6 kab. Ma[ene Wu Wu Wu Wu Wu
3 4S7 kab. Mamasa 1M 1M 1M Wu Wu
4 4S8 kab. Mamu[u 1M Wu Wu Wu Wu
5 4S9 kab. Mamu[u uLara Wu Wu 1M Wu Wu
6 460 kab. olewall Mandar Wu Wu Wu Wu Wu
30 Prov. Maluku
LKPD 9 9 9 12 10
1 461 rov. Maluku 1M 1M 1M 1M 1M
2 462 kab. 8uru Wu 1M 1M 1M 1M
3 463 kab. 8uru SelaLan 1M ***
4 464 kab. kepulauan Aru 1M 1M 1M 1M ***
5 46S kab. Maluku 8araL uaya 1M 1M
6 466 kab. Maluku 1engah Wu 1M 1M 1M 1M
7 467 kab. Maluku 1enggara Wu Wu 1M 1M 1M
8 468 kab. Maluku 1enggara 8araL 1M 1M 1M 1M 1M
9 469 kab. Seram 8aglan 8araL 1M 1M 1M 1M 1M
10 470 kab. Seram 8aglan 1lmur 1M 1M 1M 1M 1M
11 471 koLa Ambon 1M Wu 1M 1M 1M
12 472 koLa 1ual 1M 1M
31 Prov. Maluku Utara
LKPD 9 9 9 9 10
1 473 rov. Maluku uLara Wu 1M 1M 1W 1M
2 474 kab. Palmahera 8araL 1M Wu 1M 1W 1M
3 47S kab. Palmahera SelaLan 1M Wu 1M 1W 1M
4 476 kab. Palmahera 1engah 1M 1M 1M 1W 1M
5 477 kab. Palmahera 1lmur Wu Wu 1M 1W 1M
6 478 kab. Palmahera uLara 1M 1M 1M 1W 1M
7 479 kab. kepulauan Sula 1M 1M 1M 1W 1M
8 480 kab. ulau MoroLal 1M
9 481 koLa 1ernaLe Wu Wu 1M 1W 1M
10 482 koLa 1ldore kepulauan Wu Wu 1M Wu Wu
32 Prov. Papua
LKPD 18 21 22 23 24
1 483 rov. apua 1W Wu Wu Wu 1M
2 484 kab. AsmaL 1M 1M 1M Wu Wu
3 48S kab. 8lak numfor 1W 1M 1M Wu 1M
4 486 kab. 8oven ulgoel 1M 1M 1M 1M 1M
5 487 kab. uelyal *
6 488 kab. uoglyal 1M 1M 1M
7 489 kab. lnLan !aya *
8 490 kab. !ayapura 1W 1M Wu Wu Wu
9 491 kab. !ayawl[aya 1M 1M 1M 1M Wu
10 492 kab. keerom 1M 1M 1M 1M 1M
11 493 kab. kepulauan ?apen 1M 1M 1M 1M
12 494 kab. Lanny !aya 1M
13 49S kab. Mamberamo 8aya 1M **
14 496 kab. Mamberamo 1engah *
15 497 kab. Mappl 1M 1M 1M 1M
2011 2011
245
26
Halaman 12 - Lampiran 2
No. Lnntas emer|ntah Daerah
Opini
Tahun 2006
Opini
Tahun 2007
Opini
Tahun 2008
Opini Tahun
2009
Opini Tahun
2010
16 498 kab. Merauke 1W 1M 1M 1M 1M
17 499 kab. Mlmlka 1W 1M 1M Wu Wu
18 S00 kab. nablre 1W 1M 1M 1M 1M
19 S01 kab. nduga 1M
20 S02 kab. anlal 1M 1M 1M 1M 1M
21 S03 kab. egunungan 8lnLang 1M 1M Wu Wu 1M
22 S04 kab. uncak *
23 S0S kab. uncak !aya 1M 1M 1M 1M 1M
24 S06 kab. Sarml 1W 1M Wu 1M 1M
2S S07 kab. Suplorl 1W 1M 1M 1M 1M
26 S08 kab. 1ollkara 1M 1M 1M 1M 1M
27 S09 kab. Waropen 1M 1M 1M **
28 S10 kab. ?ahuklmo 1M 1M 1M 1M 1M
29 511 kab. ?allmo 1M
30 S12 koLa !ayapura 1W 1M Wu Wu Wu
33 Prov. Papua Barat
LKPD 9 10 10 10 12
1 S13 rov. apua 8araL 1M 1M 1M 1M 1M
2 S14 kab. lakfak 1M 1M Wu 1M 1M
3 515 kab. kalmana 1M 1M 1M 1M Wu
4 S16 kab. Manokwarl 1M 1M 1M Wu 1M
5 S17 kab. MaybraL 1M
6 518 kab. 8a[a AmpaL 1M 1M 1M 1M Wu
7 S19 kab. Sorong 1M 1M 1M 1M 1M
8 S20 kab. Sorong SelaLan 1M 1M 1M 1M Wu
9 S21 kab. 1ambrauw 1M
10 S22 kab. 1eluk 8lnLunl 1M 1M 1M 1M 1M
11 S23 kab. 1eluk Wondama 1M 1M 1M 1M
12 S24 koLa Sorong Wu Wu Wu Wu 1W
Jumlah 463 469 485 504 516
keLerangan
W1 : Cplnl Wa[ar 1anpa engecuallan (oopoollfeJ oploloo)
Wu : Cplnl Wa[ar uengan engecuallan (poollfeJ Oploloo)
1W : Cplnl 1ldak Wa[ar (adverse opinion)
1M
: ernyaLaan Menolak Memberlkan Cplnl aLau 1ldak Memberlkan endapaL (disclaimer of opinion)
* : uaerah pemekaran baru (belum wa[lb menyusun dan melaporkan Lku)
** :
LnuLas LerlambaL menyampalkan Lku
***
:
ualam proses penyusunan laporan pemerlksaan.
246
21S
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i
p
e
n
y
e
r
a
h
a
n

a
s
e
t

a
t
a
u

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
|
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
B
e
l
a
n
j
a

a
t
a
u

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
/
[
a
s
a

h
k
n
f
R
e
k
a
n
a
n

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
]
[
a
s
a

n
d
a
k

m
e
n
y
e
l
e
s
a
i
k
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
e
l
a
i
n

k
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
P
e
m
a
h
a
l
a
n

h
a
r
g
a

(
M
a
r
k

u
p
)
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

u
a
n
g
/
b
a
r
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
n
n
g
a
n

p
r
i
b
a
d
i
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

h
o
n
o
r
a
r
i
u
m

d
a
n
/
a
t
a
u

b
i
a
y
a

p
e
r
j
a
l
a
n
a
n

d
i
n
a
s

g
a
n
d
a

d
a
n

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

s
t
a
n
d
a
r

y
a
n
g

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n
s
p
e
s
|
h
k
a
s
|

b
a
r
a
n
g
]
j
a
s
a

y
a
n
g

d
i
t
e
r
i
m
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

d
e
n
g
a
n

k
o
n
t
r
a
k
8
e
|
a
n
[
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
n
g
e
m
b
a
l
i
a
n

p
i
n
j
a
m
a
n
/
p
i
u
t
a
n
g

a
t
a
u

d
a
n
a

b
e
r
g
u
l
i
r

m
a
c
e
t
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
n
e
t
a
p
a
n

d
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

r
e
s
n
t
u
s
|

p
a
[
a
k

a
t
a
u

p
e
n
e
t
a
p
a
n

k
o
m
p
e
n
s
a
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n
P
e
n
j
u
a
l
a
n
/
p
e
r
t
u
k
a
r
a
n
/
p
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n
a
s
e
t

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

d
a
n

m
e
r
u
g
i
k
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

h
a
k

t
a
g
|
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
l
a
n
g
g
a
r
a
n

k
e
t
e
n
t
u
a
n

p
e
m
b
e
r
i
a
n
d
i
s
k
o
n

p
e
n
j
u
a
l
a
n
P
e
n
e
n
t
u
a
n

H
P
P

t
e
r
l
a
l
u

r
e
n
d
a
h

s
e
h
i
n
g
g
a

p
e
n
e
n
t
u
a
n

h
a
r
g
a

j
u
a
l

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

y
a
n
g

s
e
h
a
r
u
s
n
y
a
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7

1

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

1

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

7
6
3


S
S
S
.
S
S
7
,
8
1


8
4


S
7
.
4
1
6
,
8
6


1
6


1
1
.
2
9
9
,
4
S


1
2
3


4
8
.
7
6
8
,
S
0


1
0
0


4
0
.
1
0
7
,
0
S


2
8

8
.
0
S
4
,
3
2


6
9


1
0
0
.
6
6
1
,
4
6


8
9


1
9
.
S
8
0
,
3
1


2
0

6
.
2
4
1
,
3
0


1
8
6

1
3
8
.
6
2
0
,
6
S


-


-


2


6
2
,
2
8


1


1
0
,
0
0


1


1
.
2
2
9
,
9
2


-


-


-


-


4
4


1
2
3
.
S
0
S
,
6
7


1
3
.
9
0
3
,
2
9


2

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

8
u
M
u

d
a
n

8
a
d
a
n

L
a
l
n
n
y
a

3


7
S
,
2
0


-


-


-


-


1


1
1
,
1
3


-


-


-


-


-


-


1


6
4
,
0
7


1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6
4
,
0
7

J
u
m
l
a
h
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

7
6
6


5
5
5
.
6
3
3
,
0
2


8
4


5
7
.
4
1
6
,
8
6


1
6


1
1
.
2
9
9
,
4
5


1
2
4


4
8
.
7
7
9
,
6
4


1
0
0


4
0
.
1
0
7
,
0
5


2
8

8
.
0
5
4
,
3
2

6
9

1
0
0
.
6
6
1
,
4
6


9
0


1
9
.
6
4
4
,
3
8


2
1

6
.
2
4
1
,
3
0

1
8
6

1
3
8
.
6
2
0
,
6
5

-


-


2


6
2
,
2
8


1


1
0
,
0
0


1


1
.
2
2
9
,
9
2


-


-


-


-


4
4


1
2
3
.
5
0
5
,
6
7


1
3
.
9
6
7
,
3
6


2

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
i
n
e
r
j
a

3

e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
L
a
n

8
u
m
a
h

S
a
k
l
L

d
a
n

u
l
n
a
s

k
e
s
e
h
a
L
a
n

4


1
.
3
9
8
,
7
3


1


1
.
3
9
3
,
1
8


1


0
,
6
0


-


-


-


-


-


-


1


4
,
0
0


-


-


-


-


1


0
,
9
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4

e
r
u
s
a
h
a
a
n

u
a
e
r
a
h

A
l
r

M
l
n
u
m

7


9
.
7
3
0
,
2
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
4
,
3
6


-


-


-


-


4


3
7
7
,
8
6


1

7
.
1
8
2
,
1
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


2
.
1
S
S
,
8
8


-


S

8
l
d
a
n
g

e
n
d
l
d
l
k
a
n

6


2
0
S
,
9
1


-


-


-


-


1


6
0
,
0
0


1


3
4
,
4
0


-


-


-


-


1


1
3
,
S
0


-


-


3


9
8
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6

u
p
a
y
a

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

k
o
r
u
p
s
l

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


7

r
o
g
r
a
m

k
o
n
v
e
r
s
l

M
l
n
y
a
k

1
a
n
a
h

(
M
l
L
a
n
)

k
e

L
l
q
u
l
e
d

e
L
r
o
l
e
u
m

C
a
s

(
L

C
)

3


3
.
4
S
8
,
6
6


1


1
6
0
,
S
4


-


-


-


-


2


3
.
2
9
8
,
1
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
6
0
,
S
4


8

L
f
e
k
u

L
a
s

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

e
r
L
u
m
b
u
h
a
n

e
n
d
u
d
u
k

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


9

e
n
e
L
a
p
a
n

l
o
r
m
a
s
l

d
a
n

e
n
g
a
d
a
a
n

n
S

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
0

8
l
d
a
n
g

e
r
b
a
n
k
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
1

k
l
n
e
r
[
a

L
a
l
n
n
y
a

6


3
1
.
1
2
7
,
3
6


1


1
7
0
,
4
8


-


-


1


7
1
3
,
2
1


-


-


-


-


-


-


1


7
S
,
0
0


-


-


1


9
3
,
S
S


-


-


-


-


1


3
9
,
8
4


-


-


-


-


-


-


1


3
0
.
0
3
S
,
2
7


1
2
4
,
0
9


-


u
S
u
1
0
,
8
4
6
.
0
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

u
S
u
1
0
,
8
4
6
.
0
6


-

J
u
m
l
a
h

K
i
n
e
r
j
a

2
6


4
5
.
9
2
0
,
8
9


3


1
.
7
2
4
,
2
0


1


0
,
6
0


2


7
7
3
,
2
1


3


3
.
3
3
2
,
5
3


-


-


2


1
8
,
3
6


2


8
8
,
5
0


-


-


9


5
7
0
,
3
6


1


7
.
1
8
2
,
1
0


-


-


1


3
9
,
8
4


-


-


-


-


-


-


2


3
2
.
1
9
1
,
1
5


2
8
4
,
6
3


-


U
S
D
1
0
,
8
4
6
.
0
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

U
S
D
1
0
,
8
4
6
.
0
6

-

D
a
h
a
r

k
e
k
a
p
|
t
u
|
a
s
|

k
e
|
o
m
p
o
k

1
e
m
u
a
n

k
e
r
u
g
|
a
n

n
a
s
|
|

e
m
e
r
|
k
s
a
a
n

8

k

S
e
m
e
s
t
e
r

I
I

1
a
h
u
n

2
0
1
1
(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

1

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
6
2011 2011
247
216
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i
p
e
n
y
e
r
a
h
a
n

a
s
e
t

a
t
a
u

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
|
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
B
e
l
a
n
j
a

a
t
a
u

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
/
[
a
s
a

h
k
n
f
R
e
k
a
n
a
n

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
]
[
a
s
a

n
d
a
k

m
e
n
y
e
l
e
s
a
i
k
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
e
l
a
i
n

k
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
P
e
m
a
h
a
l
a
n

h
a
r
g
a

(
M
a
r
k

u
p
)
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

u
a
n
g
/
b
a
r
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
n
n
g
a
n

p
r
i
b
a
d
i
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

h
o
n
o
r
a
r
i
u
m

d
a
n
/
a
t
a
u

b
i
a
y
a

p
e
r
j
a
l
a
n
a
n

d
i
n
a
s

g
a
n
d
a

d
a
n

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

s
t
a
n
d
a
r

y
a
n
g

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n
s
p
e
s
|
h
k
a
s
|

b
a
r
a
n
g
]
j
a
s
a

y
a
n
g

d
i
t
e
r
i
m
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

d
e
n
g
a
n

k
o
n
t
r
a
k
8
e
|
a
n
[
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
n
g
e
m
b
a
l
i
a
n

p
i
n
j
a
m
a
n
/
p
i
u
t
a
n
g

a
t
a
u

d
a
n
a

b
e
r
g
u
l
i
r

m
a
c
e
t
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
n
e
t
a
p
a
n

d
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

r
e
s
n
t
u
s
|

p
a
[
a
k

a
t
a
u

p
e
n
e
t
a
p
a
n

k
o
m
p
e
n
s
a
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n
P
e
n
j
u
a
l
a
n
/
p
e
r
t
u
k
a
r
a
n
/
p
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n
a
s
e
t

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

d
a
n

m
e
r
u
g
i
k
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

h
a
k

t
a
g
|
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
l
a
n
g
g
a
r
a
n

k
e
t
e
n
t
u
a
n

p
e
m
b
e
r
i
a
n
d
i
s
k
o
n

p
e
n
j
u
a
l
a
n
P
e
n
e
n
t
u
a
n

H
P
P

t
e
r
l
a
l
u

r
e
n
d
a
h

s
e
h
i
n
g
g
a

p
e
n
e
n
t
u
a
n

h
a
r
g
a

j
u
a
l

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

y
a
n
g

s
e
h
a
r
u
s
n
y
a
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7

3

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u
1
2
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

P
e
n
d
a
p
a
t
a
n

3
4


3
0
0
.
2
2
0
,
3
2


-


-


-


-


-


-


2


8
.
3
1
2
,
4
1


-


-


1
S


8
9
4
,
3
8


2


1
3
0
,
9
2


-


-


4


6
4
8
,
0
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
1


2
9
0
.
2
3
4
,
S
7


4
4
6
,
8
2


-


u
S
u
4
.
4
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
4
.
4
0


-

e
r
p
a
[
a
k
a
n
,

k
e
p
a
b
e
a
n
a
n

d
a
n

C
u
k
a
l

3


8
.
3
2
S
,
8
4


-


-


-


-


-


-


2


8
.
3
1
2
,
4
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
3
,
4
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

k
e
h
u
L
a
n
a
n

9


2
9
0
.
2
1
7
,
6
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


9


2
9
0
.
2
1
7
,
6
4


-


u
S
u
4
.
4
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
4
.
4
0


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

e
r
L
a
m
b
a
n
g
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

n
8


L
a
l
n
n
y
a

8


1
.
1
4
2
,
S
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3


S
2
3
,
1
6


2


1
3
0
,
9
2


-


-


2


4
8
4
,
9
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


3
,
S
0


1
8
0
,
7
9

e
n
d
a
p
a
L
a
n

u
a
e
r
a
h

1
4


S
3
4
,
3
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
2


3
7
1
,
2
1


-


-


-


-


2


1
6
3
,
1
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2
6
6
,
0
2

1
3
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a

1
.
3
2
1


4
9
2
.
4
2
S
,
6
6


7
2


3
6
.
0
1
4
,
7
7


1
7


1
9
.
8
6
7
,
1
1


S
3
8

1
3
3
.
3
9
3
,
S
1


2
7
8

8
7
.
1
7
S
,
6
S


9
2


8
8
.
1
4
2
,
8
4


2
6

1
4
.
2
6
0
,
S
2

7
3


8
.
7
0
2
,
1
6

9
2
7
3
.
1
9
6
,
3
0
1
1
2
2
S
.
9
8
3
,
3
7

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2
1

S
.
6
8
9
,
4
1

1
8
.
4
0
2
,
S
9


-


u
S
u
8
1
.
4
7


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
7
6
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
S
.
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


L
u
8
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


L
u
8
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
4
.
2
1

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
s
a
L
1
3
3

2
7
.
S
4
0
,
4
0

9


3
.
3
3
2
,
4
6


7


6
.
3
2
8
,
1
2


2
4

6
.
6
6
4
,
9
1
3
0
2
.
7
7
7
,
2
0

1
2


3
.
0
7
7
,
8
6

2
1
.
1
3
7
,
7
9

1
4


2
.
4
0
4
,
0
7

7
2
3
9
,
8
S
2
4
1
.
2
1
1
,
9
4

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

4
3
6
6
,
1
6

3
.
0
7
7
,
0
7


-


u
S
u
S
.
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
S
.
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


L
u
8
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


L
u
8
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8
C
n
4
.
2
1

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

8
1
7


2
0
6
.
4
7
1
,
4
3


3
4


1
2
.
6
1
4
,
6
4


9


1
3
.
4
4
8
,
1
3


4
1
6


6
8
.
6
7
0
,
6
4


1
6
7


3
9
.
8
7
1
,
4
8


S
9


8
.
3
7
7
,
7
6


8


1
0
.
S
8
1
,
1
6


3
3


4
.
9
4
4
,
3
8


S
2


3
0
.
7
1
1
,
6
6


3
2


1
6
.
0
8
9
,
7
8


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


7


1
.
1
6
1
,
7
6


1
2
.
0
9
3
,
6
1

e
n
g
a
d
a
a
n

8
a
r
a
n
g

d
a
n

!
a
s
a

1
3
6


2
0
6
.
0
1
2
,
0
6


1


1
3
S
,
8
0


1


9
0
,
8
S


3
6


4
4
.
7
1
8
,
9
7


S
8


4
1
.
9
4
2
,
6
9


1
7


7
6
.
S
4
S
,
9
2


1


S
0
,
S
3


-


-


1
9


4
0
.
3
6
3
,
3
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3


2
.
1
6
3
,
9
4


1
.
1
2
8
,
0
7


-


u
S
u
7
6
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
7
6
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
e
l
a
n
[
a

u
a
e
r
a
h

8
l
d
a
n
g

l
n
f
r
a
s
L
r
u
k
L
u
r

7
6


1
S
.
S
6
2
,
S
7


-


-


-


-


S
0


1
2
.
1
0
8
,
S
3


1
1


1
.
S
3
1
,
3
S


1


4
1
,
2
4


-


-


-


-


1
4


1
.
8
8
1
,
4
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
.
8
3
3
,
2
8

8
e
l
a
n
[
a

e
m
l
l
l
h
a
n

k
e
p
a
l
a

u
a
e
r
a
h

S
4


2
.
2
7
2
,
9
9


8


4
3
S
,
7
0


-


-


2


3
,
S
S


6


4
8
0
,
4
3


2


S
0
,
1
3


4


S
2
1
,
0
3


1
8


4
7
3
,
6
7


-


-


1
4


3
0
8
,
4
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
S
1
,
6
7

8
a
n
L
u
a
n

S
o
s
l
a
l

1
0
S


3
4
.
S
6
6
,
1
8


2
0


1
9
.
4
9
6
,
1
6


-


-


1
0


1
.
2
2
6
,
8
9


6


S
7
2
,
4
8


1


4
9
,
9
0


1
1


1
.
9
6
9
,
9
9


8


8
8
0
,
0
3


-


-


4
2


8
.
3
7
3
,
1
8


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


7


1
.
9
9
7
,
S
3


1
1
8
,
8
6


1
4

e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

8
a
r
a
n
g

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a
/
u
a
e
r
a
h

1
8


3
4
.
9
1
0
,
0
S


-


-


1


1
4
,
9
0


6


1
.
3
7
6
,
7
7


2


4
6
,
9
0


-


-


-


-


-


-


1


1
6
1
,
S
0


-


-


1


3
2
.
1
6
3
,
S
9


-


-


1


3
9
6
,
3
8


-


-


-


-


-


-


6


7
4
9
,
9
9


-


1
S

e
n
y
e
r
L
a
a
n

M
o
d
a
l

u
a
e
r
a
h

8


3
.
4
0
4
,
7
7


-


-


-


-


1


9
S
9
,
1
7


1


7
0
9
,
6
6


-


-


-


-


1


1
9
S
,
3
6


1


3
8
6
,
9
4


3


1
.
0
8
7
,
0
7


-


-


-


-


1


6
6
,
S
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
6

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
o
n
L
r
a
k

k
e
r
[
a

S
a
m
a

M
l
n
y
a
k

d
a
n

C
a
s

8
u
m
l

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

2

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
6
248 217
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i
p
e
n
y
e
r
a
h
a
n

a
s
e
t

a
t
a
u

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
|
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
B
e
l
a
n
j
a

a
t
a
u

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
/
[
a
s
a

h
k
n
f
R
e
k
a
n
a
n

p
e
n
g
a
d
a
a
n

b
a
r
a
n
g
]
[
a
s
a

n
d
a
k

m
e
n
y
e
l
e
s
a
i
k
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
e
l
a
i
n

k
e
k
u
r
a
n
g
a
n

v
o
l
u
m
e

p
e
k
e
r
j
a
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

b
a
r
a
n
g
P
e
m
a
h
a
l
a
n

h
a
r
g
a

(
M
a
r
k

u
p
)
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

u
a
n
g
/
b
a
r
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
n
n
g
a
n

p
r
i
b
a
d
i
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

h
o
n
o
r
a
r
i
u
m

d
a
n
/
a
t
a
u

b
i
a
y
a

p
e
r
j
a
l
a
n
a
n

d
i
n
a
s

g
a
n
d
a

d
a
n

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

s
t
a
n
d
a
r

y
a
n
g

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n
s
p
e
s
|
h
k
a
s
|

b
a
r
a
n
g
]
j
a
s
a

y
a
n
g

d
i
t
e
r
i
m
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

d
e
n
g
a
n

k
o
n
t
r
a
k
8
e
|
a
n
[
a

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

a
t
a
u

m
e
l
e
b
i
h
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
n
g
e
m
b
a
l
i
a
n

p
i
n
j
a
m
a
n
/
p
i
u
t
a
n
g

a
t
a
u

d
a
n
a

b
e
r
g
u
l
i
r

m
a
c
e
t
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
n
e
t
a
p
a
n

d
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

r
e
s
n
t
u
s
|

p
a
[
a
k

a
t
a
u

p
e
n
e
t
a
p
a
n

k
o
m
p
e
n
s
a
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n
P
e
n
j
u
a
l
a
n
/
p
e
r
t
u
k
a
r
a
n
/
p
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n
a
s
e
t

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

d
a
n

m
e
r
u
g
i
k
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

h
a
k

t
a
g
|
h

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

k
e
t
e
n
t
u
a
n
P
e
l
a
n
g
g
a
r
a
n

k
e
t
e
n
t
u
a
n

p
e
m
b
e
r
i
a
n
d
i
s
k
o
n

p
e
n
j
u
a
l
a
n
P
e
n
e
n
t
u
a
n

H
P
P

t
e
r
l
a
l
u

r
e
n
d
a
h

s
e
h
i
n
g
g
a

p
e
n
e
n
t
u
a
n

h
a
r
g
a

j
u
a
l

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

y
a
n
g

s
e
h
a
r
u
s
n
y
a
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7

1
7

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
e
w
a
[
l
b
a
n

e
l
a
y
a
n
a
n

u
m
u
m

3


1
.
1
1
2
,
6
0


-


-


-


-


-


-


3


1
.
1
1
2
,
6
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
8

S
l
s
L
e
m

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

l
n
L
e
r
n

8
a
d
a
n

u
s
a
h
a

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a

1


S
4
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


S
4
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
9

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
u
M
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2
0

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
S
u
u
/
8
S
k
u
,

u
A
M

d
a
n

8
u
M
u

L
a
l
n
n
y
a

4
6


8
.
7
8
4
,
7
4


1


2
9
,
9
0


-


-


9


S
6
7
,
0
4


3


S
4
,
S
8


3


S
4
,
9
0


3


8
8
1
,
8
4


2


1
2
,
S
6


2


1
2
,
4
0


1
6


1
.
9
3
8
,
S
0


6


S
.
0
8
1
,
3
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
S
1
,
6
3


S
4
,
0
S


2
1

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
a
n
k

u
a
e
r
a
h

S
6


9
4
.
1
S
9
,
7
6


-


-


-


-


2


4
9
,
1
9


S


9
3
3
,
9
2


-


-


9


1
.
6
6
2
,
S
7


7


S
.
7
2
3
,
8
8


-


-


2
S


7
4
.
0
4
6
,
3
9


S


9
3
4
,
3
4


-


-


-


-


-


-


1


8
1
8
,
S
2


-


-


2


9
.
9
9
0
,
9
1


2
.
6
8
3
,
1
8


2
2

u
1
1

L
a
l
n
n
y
a

4
0


2
9
.
7
7
8
,
S
6


4


S
.
1
6
8
,
6
3


4


2
.
3
2
2
,
1
1


1
S


3
.
1
3
8
,
2
3


S


8
.
7
S
1
,
6
2


1


1
4
0
,
2
8


-


-


2


4
0
,
3
2


3


8
.
4
4
1
,
6
7


3


1
.
S
9
3
,
3
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3


1
8
2
,
2
7


1
S
3
,
8
3

u
s
a
L

S


1
.
7
2
9
,
6
6


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
4
0
,
2
8


-


-


2


4
0
,
3
2


-


-


2


1
.
S
4
9
,
0
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
7
,
8
S

u
a
e
r
a
h

3
3


1
9
.
4
3
2
,
0
0


4


S
.
1
6
8
,
6
3


4


2
.
3
2
2
,
1
1


1
4


3
.
0
8
8
,
6
3


4


1
8
4
,
3
3


-


-


-


-


-


-


3


8
.
4
4
1
,
6
7


1


4
4
,
3
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3


1
8
2
,
2
7


1
3
S
,
9
8

8
u
M
n
/
8
L
u

2


8
.
6
1
6
,
8
9


-


-


-


-


1


4
9
,
6
0


1


8
.
S
6
7
,
2
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


J
u
m
l
a
h

P
D
T
T

1
.
5
2
7
9
6
4
.
8
5
0
,
4
9

7
7


4
1
.
2
1
3
,
3
0


2
2


2
2
.
2
0
4
,
1
2


5
7
1

1
3
9
.
4
8
3
,
9
3
2
9
9
1
0
7
.
0
9
7
,
3
7

9
6

8
8
.
3
3
8
,
0
2
5
3
1
7
.
6
9
9
,
3
3

8
8


1
4
.
8
5
9
,
2
3

9
9
8
2
.
1
9
8
,
8
2
1
6
3
1
0
5
.
2
9
6
,
7
5

1
2

3
8
.
1
7
9
,
3
0

-


-


2


4
6
2
,
9
3


-


-


1

8
1
8
,
5
2

-


-


4
4

3
0
6
.
9
9
8
,
8
0

2
1
.
7
4
0
,
4
9


-


U
S
D
8
5
.
8
8


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D
7
6
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D
5
.
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D
4
.
4
0


-


-


E
U
R
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


E
U
R
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
4
.
2
1

J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l
2
.
3
1
9
1
.
5
6
6
.
4
0
4
,
4
1
1
6
4
1
0
0
.
3
5
4
,
3
7

3
9

3
3
.
5
0
4
,
1
9


6
9
7

1
8
9
.
0
3
6
,
7
9
4
0
2
1
5
0
.
5
3
6
,
9
5

1
2
4

9
6
.
3
9
2
,
3
4
1
2
4
1
1
8
.
3
7
9
,
1
6

1
8
0


3
4
.
5
9
2
,
1
1

1
2
0
8
8
.
4
4
0
,
1
3
3
5
8
2
4
4
.
4
8
7
,
7
7

1
3

4
5
.
3
6
1
,
4
0

2


6
2
,
2
8


4


5
1
2
,
7
7


1


1
.
2
2
9
,
9
2


1

8
1
8
,
5
2

-


-

9
0
4
6
2
.
6
9
5
,
6
2

3
5
.
9
9
2
,
5
0


-


U
S
D
1
0
,
9
3
1
.
9
4


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D
7
6
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D
5
.
2
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

U
S
D
1
0
,
8
5
0
.
4
6

-


-


E
U
R
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


E
U
R
2
.
0
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
7
.
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


R
O
N
4
.
2
1

J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l

S
e
t
e
l
a
h

D
i
k
o
n
v
e
r
s
i
2
.
3
1
9
1
.
6
6
5
.
5
7
8
,
9
4

1
6
4

1
0
0
.
3
5
4
,
3
7


3
9


3
3
.
5
0
4
,
1
9


6
9
7

1
8
9
.
0
3
6
,
7
9
4
0
2
1
5
1
.
2
2
7
,
9
3

1
2
4

9
6
.
3
9
2
,
3
4
1
2
4
1
1
8
.
3
7
9
,
1
6

1
8
0


3
4
.
5
9
2
,
1
1

1
2
0
8
8
.
4
4
0
,
1
3
3
5
8
2
4
4
.
5
7
9
,
2
8

1
3

4
5
.
3
6
1
,
4
0

2


6
2
,
2
8


4


5
1
2
,
7
7


1


1
.
2
2
9
,
9
2


1

8
1
8
,
5
2

-


-

9
0
5
6
1
.
0
8
7
,
6
7

3
6
.
0
0
4
,
1
2

(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

3

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
6
k
e
L
e
r
a
n
g
a
n

e
n
[
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
L
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
l
b
u
l
a
L
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
2011 2011
249
218
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

P
o
t
e
n
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
-
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

p
e
n
y
e
r
a
-
h
a
n

a
s
e
t

a
t
a
u

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
|
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
-
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
P
o
t
e
n
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
a
k
s
e
s
u
a
|
a
n

p
e
k
e
r
[
a
a
n

d
e
n
g
a
n

k
o
n
t
r
a
k

t
e
t
a
p
i

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n

b
e
l
u
m

d
i
l
a
k
u
k
a
n

s
e
b
a
g
i
a
n

a
t
a
u

s
e
l
u
r
u
h
n
y
a
R
e
k
a
n
a
n

b
e
l
u
m

m
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
j
i
b
a
n

p
e
m
e
l
i
-
h
a
r
a
a
n

b
a
r
a
n
g

h
a
s
i
l

p
e
n
g
a
d
a
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

r
u
s
a
k

s
e
l
a
m
a

m
a
s
a

p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
A
s
e
t

d
i
k
u
a
s
a
i

p
i
h
a
k

l
a
i
n
P
e
m
b
e
l
i
a
n

a
s
e
t

y
a
n
g

b
e
r
s
t
a
t
u
s

s
e
n
g
k
e
t
a
A
s
e
t


n
d
a
k

d
|
k
e
t
a
h
u
|

k
e
b
e
r
a
d
a
a
n
n
y
a
P
e
m
b
e
r
i
a
n

j
a
m
i
n
a
n

d
a
l
a
m

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n
,

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

b
a
r
a
n
g

d
a
n

p
e
m
b
e
r
|
a
n

f
a
s
|
|
|
t
a
s

n
d
a
k

s
e
s
u
a
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

|
h
a
k

k
e
n
g
a

b
e
|
u
m

m
e
|
a
k
-
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
j
i
b
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
y
e
r
a
h
k
a
n

a
s
e
t

k
e
p
a
d
a

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
i
u
t
a
n
g
/
p
i
n
j
a
m
a
n

a
t
a
u

d
a
n
a

b
e
r
g
u
l
i
r

y
a
n
g

b
e
r
-
p
o
t
e
n
s
|

n
d
a
k

t
e
r
t
a
g
|
h
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

p
i
u
t
a
n
g

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

k
e
t
e
n
t
u
a
n
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
6

1

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

1

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

1
2
S


4
0
6
.
9
6
2
,
8
S


9


1
1
.
3
4
1
,
9
3


4


6
2
6
,
1
0


3
0


S
8
.
2
S
6
,
7
4


-


-


1
8


1
7
8
.
3
3
4
,
2
8


4


S
2
4
,
S
0


7


8
.
0
7
1
,
7
S


3
8


1
0
9
.
S
S
6
,
3
1


-


-


1
S


4
0
.
2
S
1
,
2
1


1
.
9
4
1
,
7
8


2

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

8
u
M
u

d
a
n

8
a
d
a
n

L
a
l
n
n
y
a

S


2
.
4
4
8
,
4
6


-


-


2


8
4
7
,
6
S


-


-


-


-


-


-


1


2
0
9
,
3
3


-


-


2


1
.
3
9
1
,
4
7


-


-


-


-


-

!
u
m
l
a
h

e
m
e
r
l
k
s
a
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

1
3
0


4
0
9
.
4
1
1
,
3
1


9


1
1
.
3
4
1
,
9
3


6


1
.
4
7
3
,
7
S


3
0


S
8
.
2
S
6
,
7
4


-


-


1
8


1
7
8
.
3
3
4
,
2
8


S


7
3
3
,
8
3


7


8
.
0
7
1
,
7
S


4
0


1
1
0
.
9
4
7
,
7
8


-


-


1
S


4
0
.
2
S
1
,
2
1


1
.
9
4
1
,
7
8


2

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
i
n
e
r
j
a

3

e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
L
a
n

8
u
m
a
h

S
a
k
l
L

d
a
n

u
l
n
a
s

k
e
s
e
h
a
L
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4

e
r
u
s
a
h
a
a
n

u
a
e
r
a
h

A
l
r

M
l
n
u
m

2


1
.
0
6
1
,
7
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
3
9
,
1
6


-


-


1


9
2
2
,
S
6


-


S

8
l
d
a
n
g

e
n
d
l
d
l
k
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6

u
p
a
y
a

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

k
o
r
u
p
s
l

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


7

r
o
g
r
a
m

k
o
n
v
e
r
s
l

M
l
n
y
a
k

1
a
n
a
h

(
M
l
L
a
n
)

k
e

L
l
q
u
l
e
d

e
L
r
o
l
e
u
m

C
a
s

(
L

C
)

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8

L
f
e
k
u

L
a
s

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

e
r
L
u
m
b
u
h
a
n

e
n
d
u
d
u
k

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


9

e
n
e
L
a
p
a
n

l
o
r
m
a
s
l

d
a
n

e
n
g
a
d
a
a
n

n
S

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
0

8
l
d
a
n
g

e
r
b
a
n
k
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
1

k
l
n
e
r
[
a

L
a
l
n
n
y
a

3


3
.
6
4
3
,
4
S


1


3
.
3
9
4
,
4
S


-


-


1


-


-


-


1


2
4
9
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6
9
8
,
6
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

J
u
m
l
a
h

K
i
n
e
r
j
a

5


4
.
7
0
5
,
1
7


1


3
.
3
9
4
,
4
5


-


-


1


-


-


-


1


2
4
9
,
0
0


-


-


-


-


1


1
3
9
,
1
6


-


-


1


9
2
2
,
5
6


6
9
8
,
6
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u

1
2

e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

e
n
d
a
p
a
L
a
n

3
9


1
S
2
.
1
6
2
,
9
0


-


-


-


-


-


-


-


-


2


3
1
,
4
9


3


1
.
2
3
1
,
7
S


1


0
,
9
0


3
3


1
S
0
.
8
9
8
,
7
4


-


-


-


-

1
S
,
6
4


-


u
S
u
2
2
4
.
1
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
2
2
4
.
1
7


-


-


-


-


-

e
r
p
a
[
a
k
a
n
,

k
e
p
a
b
e
a
n
a
n

d
a
n

C
u
k
a
l

3


8
6
.
8
7
3
,
8
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3


8
6
.
8
7
3
,
8
2


-


-


-


-


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

k
e
h
u
L
a
n
a
n

4


7
8
0
,
7
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4


7
8
0
,
7
9


-


-


-


-


-


-


u
S
u
2
2
4
.
1
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
2
2
4
.
1
7


-


-


-


-


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

e
r
L
a
m
b
a
n
g
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

n
8


L
a
l
n
n
y
a

2


3
9
.
4
1
7
,
8
S


-


-


-


-


-


-


-


-


1


2
,
1
6


-


-


-


-


1


3
9
.
4
1
S
,
6
8


-


-


-


-

-

D
a
h
a
r

k
e
k
a
p
|
t
u
|
a
s
|

k
e
|
o
m
p
o
k

1
e
m
u
a
n

o
t
e
n
s
|

k
e
r
u
g
|
a
n

n
a
s
|
|

e
m
e
r
|
k
s
a
a
n

8

k

S
e
m
e
s
t
e
r

I
I

1
a
h
u
n

2
0
1
1
(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

1

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
7
250
219
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

P
o
t
e
n
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
-
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

p
e
n
y
e
r
a
-
h
a
n

a
s
e
t

a
t
a
u

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
|
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
-
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
P
o
t
e
n
s
i

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

k
e
r
u
g
i
a
n

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i

d
i

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n
k
e
n
d
a
k
s
e
s
u
a
|
a
n

p
e
k
e
r
[
a
a
n

d
e
n
g
a
n

k
o
n
t
r
a
k

t
e
t
a
p
i

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n

b
e
l
u
m

d
i
l
a
k
u
k
a
n

s
e
b
a
g
i
a
n

a
t
a
u

s
e
l
u
r
u
h
n
y
a
R
e
k
a
n
a
n

b
e
l
u
m

m
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
j
i
b
a
n

p
e
m
e
l
i
-
h
a
r
a
a
n

b
a
r
a
n
g

h
a
s
i
l

p
e
n
g
a
d
a
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

r
u
s
a
k

s
e
l
a
m
a

m
a
s
a

p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
A
s
e
t

d
i
k
u
a
s
a
i

p
i
h
a
k

l
a
i
n
P
e
m
b
e
l
i
a
n

a
s
e
t

y
a
n
g

b
e
r
s
t
a
t
u
s

s
e
n
g
k
e
t
a
A
s
e
t


n
d
a
k

d
|
k
e
t
a
h
u
|

k
e
b
e
r
a
d
a
a
n
n
y
a
P
e
m
b
e
r
i
a
n

j
a
m
i
n
a
n

d
a
l
a
m

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n
,

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

b
a
r
a
n
g

d
a
n

p
e
m
b
e
r
|
a
n

f
a
s
|
|
|
t
a
s

n
d
a
k

s
e
s
u
a
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

|
h
a
k

k
e
n
g
a

b
e
|
u
m

m
e
|
a
k
-
s
a
n
a
k
a
n

k
e
w
a
j
i
b
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
y
e
r
a
h
k
a
n

a
s
e
t

k
e
p
a
d
a

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
i
u
t
a
n
g
/
p
i
n
j
a
m
a
n

a
t
a
u

d
a
n
a

b
e
r
g
u
l
i
r

y
a
n
g

b
e
r
-
p
o
t
e
n
s
|

n
d
a
k

t
e
r
t
a
g
|
h
P
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

p
i
u
t
a
n
g

n
d
a
k

s
e
s
u
a
|

k
e
t
e
n
t
u
a
n
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
6

e
n
d
a
p
a
L
a
n

u
a
e
r
a
h

3
0


2
S
.
0
9
0
,
4
3


-


-


-


-


-


-


-


-


1


2
9
,
3
3


3


1
.
2
3
1
,
7
S


1


0
,
9
0


2
S


2
3
.
8
2
8
,
4
4


-


-


-


-


1
S
,
6
4


1
3

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a

3
0
7

9
9
.
0
9
1
,
S
0

2
3
6


6
9
.
9
6
6
,
S
0


2
0


2
.
6
0
3
,
2
0


6


2
3
0
,
3
6


1


2
.
2
4
4
,
3
0

9
2
.
1
S
4
,
6
8

1
S


9
.
1
4
S
,
2
S


3


3
.
3
2
S
,
7
4


4


S
.
2
0
6
,
3
S


-


-

1
3
4
.
2
1
S
,
0
9

S
.
9
S
8
,
6
8


-


u
S
u
3
2
.
6
1


-


u
S
u
3
2
.
6
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
s
a
L
6
6
0
8
,
9
0

3

6
0
0
,
S
0

1


-


-


-


-


-

1

1
,
S
0

-


-


-


-


-


-


-


-

1
6
,
8
9

3
8
4
,
3
6

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

2
0
7


7
1
.
4
4
6
,
0
0


1
6
9


6
0
.
6
1
3
,
7
1


1
S


2
.
4
S
S
,
2
S


2


1
1
9
,
S
1


1


2
.
2
4
4
,
3
0


3


4
7
2
,
6
S


1
2


4
.
S
9
9
,
8
1


1


S
7
4
,
4
8


2


4
0
,
9
2


-


-


2


3
2
S
,
3
3


4
.
0
1
0
,
9
2

e
n
g
a
d
a
a
n

8
a
r
a
n
g

d
a
n

!
a
s
a

1
6


1
4
.
3
6
S
,
4
7


3


2
9
7
,
0
2


1


8
,
7
S


3


8
7
,
3
6


-


-


S


1
.
6
8
0
,
S
3


1


4
.
S
3
1
,
9
6


2


2
.
7
S
1
,
2
6


1


S
.
0
0
8
,
S
9


-


-


-


-


-


-


u
S
u
3
2
.
6
1


-


u
S
u
3
2
.
6
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
e
l
a
n
[
a

u
a
e
r
a
h

8
l
d
a
n
g

l
n
f
r
a
s
L
r
u
k
L
u
r

6
S


8
.
S
9
4
,
4
6


6
1


8
.
4
S
S
,
2
6


3


1
3
9
,
2
0


-


-


-


-


-


-


1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
.
S
S
3
,
7
9

8
e
l
a
n
[
a

e
m
l
l
l
h
a
n

k
e
p
a
l
a

u
a
e
r
a
h

2


3
6
,
9
6


-


-


-


-


1


2
3
,
4
8


-


-


-


-


1


1
3
,
4
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
a
n
L
u
a
n

S
o
s
l
a
l

1
1


4
.
0
3
9
,
6
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
S
6
,
8
3


-


-


1
0


3
.
8
8
2
,
8
S


9
,
6
0


1
4

e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

8
a
r
a
n
g

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a
/
u
a
e
r
a
h

S
0


3
.
7
3
0
.
9
8
1
,
6
6


-


-


-


-


3
3


4
.
1
3
8
,
S
3


1


-


1
0


4
3
.
3
8
S
,
6
9


-


-


2


-


1


4
3
,
7
0


-


-


3


3
.
6
8
3
.
4
1
3
,
7
4


-


1
S

e
n
y
e
r
L
a
a
n

M
o
d
a
l

u
a
e
r
a
h

1
6


2
0
9
.
S
6
S
,
9
4


-


-


-


-


1
3


1
2
0
.
8
4
3
,
4
9


-


-


-


-


-


-


1


8
6
.
8
9
3
,
6
7


2


1
.
8
2
8
,
7
7


-


-


-


-


-


1
6

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
o
n
L
r
a
k

k
e
r
[
a

S
a
m
a

M
l
n
y
a
k

d
a
n

C
a
s

8
u
m
l

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
7

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
e
w
a
[
l
b
a
n

e
l
a
y
a
n
a
n

u
m
u
m

1


6
S
,
7
7


-


-


-


-


-


-


-


-


1


6
S
,
7
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
8

S
l
s
L
e
m

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

l
n
L
e
r
n

8
a
d
a
n

u
s
a
h
a

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a

2


8
1
.
3
7
S
,
1
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2


8
1
.
3
7
S
,
1
S


-


-


-


-


-


1
9

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
u
M
n

7


3
0
.
8
4
4
,
6
0


-


-


-


-


1


-


1


-


-


-


-


-


-


-


3


2
1
.
S
8
4
,
3
7


-


-


2


9
.
2
6
0
,
2
2


-


2
0

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
S
u
u
/
8
S
k
u
,

u
A
M

d
a
n

8
u
M
u

L
a
l
n
n
y
a

1
9


3
2
.
0
0
2
,
8
8


1


6
2
,
4
8


-


-


2


-


-


-


1


9
6
1
,
2
3


-


-


-


-


1
4


3
0
.
4
6
3
,
S
7


-


-


1


S
1
S
,
S
9


3
9
1
,
8
6


2
1

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
a
n
k

u
a
e
r
a
h

S
3


1
7
2
.
3
2
6
,
1
2


-


-


-


-


2


2
.
7
9
9
,
2
4


-


-


1


4
2
,
8
S


4


S
7
9
,
3
8


-


-


4
4


1
4
4
.
2
8
8
,
7
7


2


2
4
.
6
1
S
,
8
6


-


-


S
2
4
,
1
3


2
2

u
1
1

L
a
l
n
n
y
a

1
7


1
.
0
8
8
.
1
8
4
,
9
3


7


7
4
6
.
6
S
1
,
S
4


2


1
.
9
7
4
,
3
3


1


6
1
,
0
0


-


-


-


-


-


-


2


-


1


3
.
1
3
8
,
7
0


1


3
.
0
3
0
,
0
3


3


3
3
3
.
3
2
9
,
3
1


-


-


u
S
u

6
6
.
8
3
8
,
0
S


-


u
S
u

4
0
.
6
2
9
,
1
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u

2
6
.
2
0
8
,
9
3


-


-


-


-


-


-


-

u
s
a
L

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

u
a
e
r
a
h

9


S
.
9
8
7
,
2
7


4


3
1
3
,
2
3


2


1
.
9
7
4
,
3
3


1


6
1
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


1


3
.
1
3
8
,
7
0


-


-


1


S
0
0
,
0
0


-

8
u
M
n
/
8
L
u

8


1
.
0
8
2
.
1
9
7
,
6
S


3


7
4
6
.
3
3
8
,
3
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


2


-


-


-


1


3
.
0
3
0
,
0
3


2


3
3
2
.
8
2
9
,
3
1


-


-


u
S
u

6
6
.
8
3
8
,
0
S


-


u
S
u

4
0
.
6
2
9
,
1
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u

2
6
.
2
0
8
,
9
3


-


-


-


-


-


-


-


J
u
m
l
a
h

P
D
T
T


5
1
1

5
.
5
9
6
.
6
0
1
,
4
9

2
4
4


8
1
6
.
6
8
0
,
5
3


2
2


4
.
5
7
7
,
5
4


5
8


1
2
8
.
0
7
2
,
6
3


3


2
.
2
4
4
,
3
0


2
4

4
6
.
6
4
1
,
7
3

2
2


1
0
.
9
5
6
,
3
8


9


9
0
.
2
2
0
,
3
2


1
0
4


4
3
8
.
8
2
8
,
1
6


3


2
7
.
6
4
5
,
9
0

2
2
4
.
0
3
0
.
7
3
3
,
9
6
6
.
8
9
0
,
3
1

-


U
S
D

6
7
.
0
9
4
,
8
4


-


U
S
D

4
0
.
6
6
1
,
7
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D

2
6
.
2
0
8
,
9
3


-


U
S
D

2
2
4
,
1
7


-


-


-


-


-


J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l


6
4
6

6
.
0
1
0
.
7
1
7
,
9
9

2
5
4


8
3
1
.
4
1
6
,
9
1


2
8


6
.
0
5
1
,
2
9


8
9


1
8
6
.
3
2
9
,
3
8


3


2
.
2
4
4
,
3
0

4
3
2
2
5
.
2
2
5
,
0
2

2
7


1
1
.
6
9
0
,
2
2


1
6


9
8
.
2
9
2
,
0
8


1
4
5


5
4
9
.
9
1
5
,
1
1


3


2
7
.
6
4
5
,
9
0

3
8
4
.
0
7
1
.
9
0
7
,
7
3
9
.
5
3
0
,
7
0

-


U
S
D

6
7
.
0
9
4
,
8
4


-


U
S
D

4
0
.
6
6
1
,
7
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D

2
6
.
2
0
8
,
9
3


-


U
S
D

2
2
4
,
1
7


-


-


-


-


-

J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l

S
e
t
e
l
a
h

D
i
k
o
n
v
e
r
s
i

6
4
6
6
.
6
1
9
.
1
3
4
,
0
0

2
5
4


1
.
2
0
0
.
1
3
7
,
4
9


2
8


6
.
0
5
1
,
2
9


8
9


1
8
6
.
3
2
9
,
3
8


3


2
.
2
4
4
,
3
0


4
3

2
2
5
.
2
2
5
,
0
2

2
7


1
1
.
6
9
0
,
2
2


1
6


3
3
5
.
9
5
4
,
6
6


1
4
5


5
5
1
.
9
4
7
,
9
7


3


2
7
.
6
4
5
,
9
0

3
8
4
.
0
7
1
.
9
0
7
,
7
3
9
.
5
3
0
,
3
1
(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

2

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
7
k
e
L
e
r
a
n
g
a
n

e
n
[
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
L
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
l
b
u
l
a
L
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
2011 2011
251
220
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

d
e
n
d
a

k
e
t
e
r
l
a
m
b
a
t
a
n

p
e
k
e
r
[
a
a
n

b
e
|
u
m
]
n
d
a
k

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

a
t
a
u

d
i
p
u
n
g
u
t
/
d
i
t
e
r
i
m
a
/
d
i
s
e
t
o
r

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n

m
i
l
i
k

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

D
a
n
a
P
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

b
e
l
u
m

m
a
s
u
k

k
e

k
a
s

D
a
e
r
a
h
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

d
i
t
e
r
i
m
a

a
t
a
u

d
i
g
u
n
a
k
a
n

o
l
e
h

i
n
s
t
a
n
s
i

y
a
n
g

n
d
a
k

b
e
r
h
a
k

e
n
g
e
n
a
a
n

t
a
r
|
f

p
a
j
a
k
/
P
N
B
P

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
K
o
r
e
k
s
i

p
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

b
a
g
i

h
a
s
i
l

d
e
n
g
a
n

K
K
K
S
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
u
b
s
i
d
i

o
l
e
h

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1

1

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

1

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

4
8
1


2
6
0
.
7
6
7
,
4
2


3
7
7


1
8
8
.
2
S
0
,
8
9


8
1


6
7
.
4
S
S
,
9
7


3


1
.
3
2
2
,
1
4


1
1


9
0
S
,
S
3


7


2
.
S
3
4
,
3
S


-


-


1


1
9
S
,
0
8


1


1
0
3
,
4
4


3
.
2
S
9
,
4
4


2

L
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n

8
u
M
u

d
a
n

8
a
d
a
n

L
a
l
n
n
y
a

S


1
.
S
3
9
,
S
S


4


1
.
4
1
6
,
6
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1


1
2
2
,
9
2


-

J
u
m
l
a
h

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
e
u
a
n
g
a
n

4
8
6


2
6
2
.
3
0
6
,
9
8


3
8
1


1
8
9
.
6
6
7
,
5
2


8
1


6
7
.
4
5
5
,
9
7


3


1
.
3
2
2
,
1
4


1
1


9
0
5
,
5
3


7


2
.
5
3
4
,
3
5


-


-


1


1
9
5
,
0
8


2


2
2
6
,
3
7


3
.
2
5
9
,
4
4


2

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

K
i
n
e
r
j
a

3

e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
L
a
n

8
u
m
a
h

S
a
k
l
L

d
a
n

u
l
n
a
s

k
e
s
e
h
a
L
a
n

3


S
3
0
,
S
S


3


S
3
0
,
S
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


4

e
r
u
s
a
h
a
a
n

u
a
e
r
a
h

A
l
r

M
l
n
u
m

9


3
8
4
,
9
1


8


3
6
7
,
1
0


1


1
7
,
8
1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


S

8
l
d
a
n
g

e
n
d
l
d
l
k
a
n

4


3
S
2
,
S
3


4


3
S
2
,
S
3


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6

u
p
a
y
a

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

k
o
r
u
p
s
l

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


7

r
o
g
r
a
m

k
o
n
v
e
r
s
l

M
l
n
y
a
k

1
a
n
a
h

(
M
l
L
a
n
)

k
e

L
l
q
u
l
e
d

e
L
r
o
l
e
u
m

C
a
s

(
L

C
)

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


8

L
f
e
k
u

L
a
s

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

e
r
L
u
m
b
u
h
a
n

e
n
d
u
d
u
k

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


9

e
n
e
L
a
p
a
n

l
o
r
m
a
s
l

d
a
n

e
n
g
a
d
a
a
n

n
S

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
0

8
l
d
a
n
g

e
r
b
a
n
k
a
n

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
1

k
l
n
e
r
[
a

L
a
l
n
n
y
a

S


3
9
.
S
9
S
,
4
9


4


3
9
.
0
6
3
,
9
1


-


-


-


-


-


-


1


S
3
1
,
S
8


-


-


-


-


-


-


S
1
3
,
9
S

J
u
m
l
a
h

K
i
n
e
r
j
a

2
1


4
0
.
8
6
3
,
5
0


1
9


4
0
.
3
1
4
,
1
0


1


1
7
,
8
1


-


-


-


-


1


5
3
1
,
5
8


-


-


-


-


-


-


5
1
3
,
9
5


3

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

T
u
j
u
a
n

T
e
r
t
e
n
t
u

1
2

e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

e
n
d
a
p
a
L
a
n

7
0
9
2
.
0
7
2
.
0
1
0
,
6
9

S
0
8


1
.
2
8
7
.
S
6
0
,
0
0


6
0


7
1
6
.
1
S
S
,
9
7


-


-


3


1
S
7
,
8
4

1
2
4
6
8
.
1
3
6
,
8
6

1
4


-


-


-


-


-


6
.
3
S
8
,
3
6


-


u
S
u
1
S
7
,
9
4
2
.
9
8


-


u
S
u
6
8
,
1
2
3
.
1
3


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
1
9
.
9
4


-


u
S
u
8
9
,
7
9
9
.
9
1


-


-


-


-


u
S
u
3
2
0
.
3
3


-


1
P
8
2
S
.
0
0


-


1
P
8
2
S
.
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

e
r
p
a
[
a
k
a
n
,

k
e
p
a
b
e
a
n
a
n

d
a
n

C
u
k
a
l

1
S
8


8
9
.
4
2
6
,
1
9


6
0


3
4
.
2
1
7
,
8
9


-


-


-


-


-


-


8
4


S
S
.
2
0
8
,
2
9


1
4


-


-


-


-


-


2
.
3
8
7
,
8
2


-


u
S
u
1
1
1
,
3
6
8
.
2
7


-


u
S
u
2
1
,
S
6
8
.
3
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
8
9
,
7
9
9
.
9
1


-


-


-


-


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

k
e
h
u
L
a
n
a
n

6
7


4
0
6
.
9
7
7
,
0
4


6
6


4
0
6
.
9
6
2
,
2
S


-


-


-


-


-


-


1


1
4
,
7
8


-


-


-


-


-


-


-

(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

1

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
8
D
a
h
a
r

k
e
k
a
p
|
t
u
|
a
s
|

k
e
|
o
m
p
o
k

1
e
m
u
a
n

k
e
k
u
r
a
n
g
a
n

e
n
e
r
|
m
a
a
n

n
a
s
|
|

e
m
e
r
|
k
s
a
a
n

8

k

S
e
m
e
s
t
e
r

I
I

1
a
h
u
n

2
0
1
1
252
221
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

d
e
n
d
a

k
e
t
e
r
l
a
m
b
a
t
a
n

p
e
k
e
r
[
a
a
n

b
e
|
u
m
]
n
d
a
k

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

a
t
a
u

d
i
p
u
n
g
u
t
/
d
i
t
e
r
i
m
a
/
d
i
s
e
t
o
r

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n

m
i
l
i
k

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

D
a
n
a
P
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

b
e
l
u
m

m
a
s
u
k

k
e

k
a
s

D
a
e
r
a
h
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

d
i
t
e
r
i
m
a

a
t
a
u

d
i
g
u
n
a
k
a
n

o
l
e
h

i
n
s
t
a
n
s
i

y
a
n
g

n
d
a
k

b
e
r
h
a
k

e
n
g
e
n
a
a
n

t
a
r
|
f

p
a
j
a
k
/
P
N
B
P

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
K
o
r
e
k
s
i

p
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

b
a
g
i

h
a
s
i
l

d
e
n
g
a
n

K
K
K
S
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
u
b
s
i
d
i

o
l
e
h

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1

-


u
S
u
3
,
2
0
8
.
1
4


-


u
S
u
3
,
1
8
8
.
1
9


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u
1
9
.
9
4


-


-


-


-


-


-


-

n
8


d
a
n

u
8
P

S
e
k
L
o
r

e
r
L
a
m
b
a
n
g
a
n

1
0


9
S
.
S
8
7
,
1
9


1
0


9
S
.
S
8
7
,
1
9


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u

4
3
.
3
3
2
,
4
4


-


u
S
u

4
3
.
3
3
2
,
4
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u

3
2
0
,
3
3

n
8


L
a
l
n
n
y
a

4
S

1
.
3
0
4
.
7
8
3
,
7
9

3
8


6
0
4
.
1
4
2
,
8
0


6


7
0
0
.
1
1
8
,
6
8


-


-


-


-

1
S
2
2
,
3
0

-


-


-


-


-


-


2
0
S
,
S
0


-


u
S
u

3
4
,
1
2


-


u
S
u

3
4
,
1
2


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
P
8

2
S
,
0
0


-


1
P
8

2
S
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

e
n
d
a
p
a
L
a
n

u
a
e
r
a
h

4
2
9


1
7
S
.
2
3
6
,
4
7


3
3
4


1
4
6
.
6
4
9
,
8
S


S
4


1
6
.
0
3
7
,
2
9


-


-


3


1
S
7
,
8
4


3
8


1
2
.
3
9
1
,
4
8


-


-


-


-


-


-


3
.
7
6
S
,
0
3


1
3

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

B
e
l
a
n
j
a

4
6
8

1
S
9
.
4
0
1
,
0
6
4
S
1
1
3
S
.
9
6
9
,
0
S

S


2
0
.
4
2
7
,
2
2


-


-


1


1
.
3
8
1
,
3
8


1
0


1
.
6
1
1
,
8
S


-


-


-


-


1


1
1
,
S
S


1
4
.
8
4
0
,
2
S

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
s
a
L

3
3

1
9
.
4
7
9
,
1
3
3
0
1
9
.
2
6
8
,
1
6

1


1
8
8
,
3
0


-


-


-


-


1


1
1
,
1
1


-


-


-


-


1


1
1
,
S
S


6
0
,
8
3

e
m
e
r
l
n
L
a
h

u
a
e
r
a
h

3
1
2


3
9
.
7
8
3
,
2
2


3
0
4


3
6
.
8
6
S
,
6
2


-


-


-


-


1


1
.
3
8
1
,
3
8


7


1
.
S
3
6
,
2
2


-


-


-


-


-


-


1
.
S
1
4
,
4
S

e
n
g
a
d
a
a
n

8
a
r
a
n
g

d
a
n

!
a
s
a

S
3


8
2
.
8
0
7
,
2
7


4
8


6
2
.
S
0
S
,
6
7


4


2
0
.
2
3
8
,
9
1


-


-


-


-


1


6
2
,
6
9


-


-


-


-


-


-


1
2
.
3
0
4
,
6
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
e
l
a
n
[
a

u
a
e
r
a
h

8
l
d
a
n
g

l
n
f
r
a
s
L
r
u
k
L
u
r

3
S


9
.
2
3
0
,
9
7


3
S


9
.
2
3
0
,
9
7


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


S
6
4
,
3
7

8
e
l
a
n
[
a

e
m
l
l
l
h
a
n

k
e
p
a
l
a

u
a
e
r
a
h

2
1


6
4
0
,
2
8


2
0


6
3
8
,
4
S


-


-


-


-


-


-


1


1
,
8
3


-


-


-


-


-


-


3
9
S
,
9
1

8
a
n
L
u
a
n

S
o
s
l
a
l

1
4


7
.
4
6
0
,
1
6


1
4


7
.
4
6
0
,
1
6


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
4

e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

8
a
r
a
n
g

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a
/
u
a
e
r
a
h

3
7


2
9
8
.
1
7
2
,
4
S

3
7

2
9
8
.
1
7
2
,
4
S

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


3
,
0
0


1
S

e
n
y
e
r
L
a
a
n

M
o
d
a
l

u
a
e
r
a
h

3
2


6
.
7
7
1
,
2
1


2
6


S
.
S
S
1
,
S
4


3


4
9
6
,
2
S


-


-


-


-


2


7
0
3
,
4
1


-


-


-


-


1


2
0
,
0
0


2
4
4
,
4
0


1
6

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
o
n
L
r
a
k

k
e
r
[
a

S
a
m
a

M
l
n
y
a
k

d
a
n

C
a
s

8
u
m
l

6
7


7
8
9
,
3
1


1


-


-


-


-


-


-


-


-


-


6
1


-


-


-


S


7
8
9
,
3
1


-


-


u
S
u

4
0
.
0
7
S
,
1
S


-


u
S
u

7
9
S
,
9
8


u
S
u

3
0
.
8
7
1
,
3
8


u
S
u

8
.
4
0
7
,
7
8


1
7

e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
e
w
a
[
l
b
a
n

e
l
a
y
a
n
a
n

u
m
u
m

3


4
S
7
,
9
8


2


3
8
S
,
1
8


-


-


-


-


1


7
2
,
8
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
8

S
l
s
L
e
m

e
n
g
e
n
d
a
l
l
a
n

l
n
L
e
r
n

8
a
d
a
n

u
s
a
h
a

M
l
l
l
k

n
e
g
a
r
a

-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


1
9

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
u
M
n

1
2


3
1
.
3
4
0
,
0
4


1
2


3
1
.
3
4
0
,
0
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

2

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
8
2011 2011
253
222
N
o
T
e
m
a

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
o
t
a
l

K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
k
e
n
d
o
k
p
o
t
u
h
o
n

1
e
r
h
o
d
o
p

k
e
t
e
n
t
u
o
n

P
e
r
u
n
d
o
n
q
-
u
n
d
o
n
q
o
n

y
o
n
q

M
e
n
q
o
k
i
b
o
t
k
o
n
N
i
l
a
i

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e

k
a
s

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

a
t
a
s

t
e
m
u
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
|
n
n
d
a
k

|
a
n
[
u
n

d
a
|
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
K
e
k
u
r
a
n
g
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

d
e
n
d
a

k
e
t
e
r
l
a
m
b
a
t
a
n

p
e
k
e
r
[
a
a
n

b
e
|
u
m
]
n
d
a
k

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

a
t
a
u

d
i
p
u
n
g
u
t
/
d
i
t
e
r
i
m
a
/
d
i
s
e
t
o
r

k
e

K
a
s

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

a
t
a
u

p
e
r
u
s
a
h
a
a
n

m
i
l
i
k

n
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h
P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
D
a
e
r
a
h

D
a
n
a
P
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

b
e
l
u
m

m
a
s
u
k

k
e

k
a
s

D
a
e
r
a
h
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a
/
d
a
e
r
a
h

d
i
t
e
r
i
m
a

a
t
a
u

d
i
g
u
n
a
k
a
n

o
l
e
h

i
n
s
t
a
n
s
i

y
a
n
g

n
d
a
k

b
e
r
h
a
k

e
n
g
e
n
a
a
n

t
a
r
|
f

p
a
j
a
k
/
P
N
B
P

l
e
b
i
h

r
e
n
d
a
h

d
a
r
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n
K
o
r
e
k
s
i

p
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

b
a
g
i

h
a
s
i
l

d
e
n
g
a
n

K
K
K
S
K
e
l
e
b
i
h
a
n

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

s
u
b
s
i
d
i

o
l
e
h

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
L
a
i
n
-
l
a
i
n
J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i

J
m
l
K
a
s
u
s
N
i
l
a
i
N
i
l
a
i

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1

-


u
S
u

8
,
8
1


-


u
S
u

8
,
8
1


-


L
u
8

3
1
,
1
S


-


L
u
8

3
1
,
1
S


-


C
8


1
8
1
,
7
0


-


C
8


1
8
1
,
7
0


2
0

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
S
u
u
/
8
S
k
u
,

u
A
M

d
a
n

8
u
M
u

L
a
l
n
n
y
a

S
9


3
9
.
4
9
6
,
3
4


4
8


3
7
.
2
8
0
,
0
4


3


7
6
1
,
4
S


-


-


1


3
,
0
0


6


1
.
0
6
9
,
6
4


-


-


-


-


1


3
8
2
,
2
0


8
2
S
,
3
8


-


u
S
u

3
7
7
,
2
S


-


u
S
u

3
7
7
,
2
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


u
S
u

1
1
9
,
2
1


2
1

C
p
e
r
a
s
l
o
n
a
l

8
a
n
k

u
a
e
r
a
h

S
0


3
2
.
6
8
2
,
1
8


4
6


2
6
.
9
2
4
,
1
6


-


-


-


-


-


-


3


S
.
1
3
3
,
2
3


-


-


-


-


1


6
2
4
,
7
8


8
2
7
,
6
4


2
2

u
1
1

L
a
l
n
n
y
a

3
2


2
2
3
.
0
3
3
,
9
3


3
0


2
2
1
.
S
0
9
,
S
1


-


-


1


1
.
1
S
4
,
4
2


1


3
7
0
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


S
.
3
2
1
,
4
7

u
s
a
L

3


3
3
6
,
3
4


3


3
3
6
,
3
4


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


S
,
S
9

u
a
e
r
a
h

2
0


9
.
1
2
6
,
4
3


1
8


7
.
6
0
2
,
0
0


-


-


1


1
.
1
S
4
,
4
2


1


3
7
0
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-

8
u
M
n
/
8
L
u

9


2
1
3
.
S
7
1
,
1
S


9


2
1
3
.
S
7
1
,
1
S


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


S
.
3
1
S
,
8
7


J
u
m
l
a
h

P
D
T
T


1
.
4
6
9

2
.
8
6
4
.
1
5
5
,
2
3
1
.
1
6
1
2
.
0
4
4
.
6
9
2
,
0
1

7
1


7
3
7
.
8
4
0
,
8
9


1


1
.
1
5
4
,
4
2


7


1
.
9
8
5
,
0
2


1
4
5
7
6
.
6
5
5
,
0
1

7
5


-


-


-


9


1
.
8
2
7
,
8
5


2
8
.
4
2
0
,
5
3


-


U
S
D

1
9
8
.
4
0
4
,
2
0


-


U
S
D

6
9
.
3
0
5
,
1
8


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D

1
9
,
9
4


-


U
S
D

1
2
0
.
6
7
1
,
2
9


-


-


-


U
S
D

8
.
4
0
7
,
7
8


U
S
D

4
3
9
,
5
5


-


E
U
R

3
1
,
1
5


-


E
U
R

3
1
,
1
5


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


G
B
P

1
8
1
,
7
0


-


G
B
P

1
8
1
,
7
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


T
H
B

2
5
,
0
0


-


T
H
B

2
5
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l


1
.
9
7
6


3
.
1
6
7
.
3
2
5
,
7
2
1
.
5
6
1
2
.
2
7
4
.
6
7
3
,
6
4

1
5
3


8
0
5
.
3
1
4
,
6
8


4


2
.
4
7
6
,
5
6


1
8


2
.
8
9
0
,
5
6

1
5
3
7
9
.
7
2
0
,
9
4

7
5


-


1


1
9
5
,
0
8


1
1


2
.
0
5
4
,
2
2


3
2
.
1
9
3
,
9
3


-


U
S
D

1
9
8
.
4
0
4
,
2
0


-


U
S
D

6
9
.
3
0
5
,
1
8


-


-


-


-


-


-


-


U
S
D

1
9
,
9
4


-


U
S
D

1
2
0
.
6
7
1
,
2
9


-


-


-


U
S
D

8
.
4
0
7
,
7
8


U
S
D

4
3
9
,
5
5


-


E
U
R

3
1
,
1
5


-


E
U
R

3
1
,
1
5


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


G
B
P

1
8
1
,
7
0


-


G
B
P

1
8
1
,
7
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


T
H
B

2
5
,
0
0


-


T
H
B

2
5
,
0
0


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-

J
u
m
l
a
h

T
o
t
a
l

S
e
t
e
l
a
h

D
i
k
o
n
v
e
r
s
i

1
.
9
7
6

4
.
9
6
9
.
3
6
6
,
0
7
1
.
5
6
1
2
.
9
0
6
.
0
4
4
,
0
8

1
5
3


8
0
5
.
3
1
4
,
6
8


4


2
.
4
7
6
,
5
6


1
8


2
.
8
9
0
,
5
6

1
5
3
7
9
.
9
0
1
,
7
8

7
5


1
.
0
9
4
.
2
4
7
,
3
1


1


1
9
5
,
0
8


1
1


7
8
.
2
9
5
,
9
9


3
6
.
1
7
9
,
8
0

(
n
l
l
a
l

d
a
l
a
m

[
u
L
a

r
u
p
l
a
h

d
a
n

r
l
b
u

v
a
l
a
s
)
H
a
l
a
m
a
n

3

-

L
a
m
p
i
r
a
n

6
8
k
e
L
e
r
a
n
g
a
n

e
n
[
u
m
l
a
h
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

d
a
L
a

a
n
g
k
a

a
s
a
l

y
a
n
g

d
l
b
u
l
a
L
k
a
n

k
e

b
a
w
a
h
254
Laporan Auditor I ndependen
2011 2011
255
256
2011 2011
257
258
U
ntuk meningkatkan kualitas
aparatur negara dan untuk
pe ningkatan transparansi
dan akuntabilitas aparatur,
Kementerian Pen daya-
guna an Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kementerian PAN dan RB)
me laksanakan penguatan dan penerapan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pe-
merintah (SAKIP). Hal ini untuk men-
dongkrak organisasi pemerintah agar lebih
akuntabel dan berkinerja. Untuk me macu
hal ini Kementerian PAN dan RB meng-
anugerah kan penilaian Laporan Akun ta bi-
litas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
melalui proses evaluasi dan pe nilaian.
Dalam kesempatan tahun ini, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) meraih
predikat A (sangat baik) dalam penilaian
laporan akuntabilitas tersebut. Predikat
yang diberikan langsung oleh Menteri PAN
dan RB, Azwar Abubakar, pada 28 Februari
lalu kepada Kepala Direktorat Utama
Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan BPK, Daeng
Mochamad Nazier ini diberikan atas pe-
nilaian terhadap kriteria utama lima kom-
ponen besar manajemen kinerja, yakni
pe ren canaan, pengukuran, pelaporan, eva-
luasi, dan capaian kinerja BPK pada 2011.
Untuk penilaian ini, Kementerian
PAN dan RB melaksanakan evaluasi
terhadap 82 Kementerian/Lembaga yang
telah menyerahkan LAKIP tahun 2011
yang tepat waktu kepada Presiden me-
lalui Menteri PAN dan RB. Selanjutnya
Ke menterian PAN dan RB melakukan
eva luasi penilaian lapangan guna melihat
sejauh mana pelaksanaan penerapan
mana jemen pemerintahan yang berbasis
kinerja pada kementerian/lembaga yang
telah dijalankan.
Menteri PAN dan RB, Azwar
Abubakar mengatakan, dari laporan hasil
evaluasi akuntabilitas kinerja Kementerian
atau Lembaga menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan dalam tiga tahun
ter akhir, sehingga target Rencana Pem-
bangunan Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2014 dapat ter -
capai dengan baik. Selain itu, untuk men-
capai hal ini, Kementerian PAN dan RB
mencanangkan sembilan program per -
cepatan reformasi birokrasi, yang me-
rupakan ekstraksi dari grand design re for-
masi birokrasi. Sembilan program ter sebut
meliputi penataan struktur birokrasi, pe -
na ta an jumlah dan distribusi PNS, sistem
seleksi CPNS dan promosi secara terbuka,
pro fe sio nalis me PNS, pengembangan
e-government, penyederhanaan perijinan
usaha, peningkatan transparansi dan akun ta-
bi li tas aparatur, peningkatan kesejahteraan
pe gawai negeri, dan efsiensi penggunaan
fa silitas, sarana dan prasarana kerja pegawai
negeri.
Pencapaian predikat A yang diraih
oleh BPK ini bukan tanpa perencanaan yang
matang. BPK sendiri memang telah me-
nyiap kan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(LAK) ini dengan baik. LAK disusun secara
berjenjang pada level BPKwide, eselon I
dan II. Untuk LAK eselon I dan II yang di-
susun, menjadi sumbangan atau bahan pe-
ng am bilan keputusan dan informasi dalam
penyusunan LAKIP BPK, yang telah ter in-
tegrasi dalam kerangka Sistem Mana jemen
Kinerja (SIMAK) BPK sejak tahun 2008.
Selain itu, di dalam internal BPK,
terdapat mekanisme pelaporan secara
rutin setiap triwulan sekali untuk laporan
triwulan sekali antara kepala satuan kerja
(eselon II) dengan eselon I, maupun satker
Direktorat Perencanaan Strategis dan
manajemen Kinerja sebagai pengelola
SIMAK BPK.
Perbaikan atas laporan akuntabilitas
kinerja secara berkelanjutan dilaksanakan
dengan mengacu kepada rencana pe ngem -
bang an SIMAK dan hasil evaluasi oleh
Kementerian PAN dan RB atas imple men-
tasi sistem akuntabilitas kinerja BPK yang
di sampaikan setiap tahunnya. Hal tersebut
sejalan dengan perwujudan keberhasilan
reformasi birokrasi BPK. Tentu, penilaian
yang dianugerahkan ini terus di lakukan
untuk mencapai kualitas di bidang akun ta bi-
li tas aparatur negara.n
GATRA 18 APRIL 2012
D
O
K
.
B
P
K
A
D
V
Kementerian PAN dan RB menganugerahkan predikat A atas Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Pencapaian kualitas untuk sebuah akuntabilitas.
Tambah Kualitas
untuk Akuntabilitas
Menteri PAN dan RB menyerahkan Hasil Penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) BPK kepada Kaditama Revbangdiklat BPK, Daeng M. Nazier.
Penghargaan
2011 2011
259
260

Anda mungkin juga menyukai