Anda di halaman 1dari 23

1

B. RENCANA OUTLINE

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu campuran yang terdiri dari semen, air, agregat
halus dan agregat kasar. Sifat yang paling penting dari beton adalah sifat mekaniknya
yaitu sifat kekuatan beton, kekuatan lentur, dan kekuatan tarik. Sifat beton berubah
karena sifat dari bahan-bahan pembentuk beton yaitu pasir, semen, batu, air maupun
perbandingan campurannya.
Untuk mengurangi pengunaan material alam seperti kerikil dalam campuran
beton, maka material tersebut dapat diganti menggunakan pecahan batu bata sebagai
alternatif agregat, juga sebagai pengganti agregat apabila di daerah tersebut
terbatasnya persediaan agregat alam.
Gradasi agregat kasar untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa
berpengaruh besar pada kebutuhan semen dan air yang baik. Gradasi yang semakin
padat akan menghasilkan beton yang lebih baik dan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk
agregat lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh
concrete). Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan
tidak dipengaruhi oleh letakan antara butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih
kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas sifat dalam pengujian beban (uniaxial)
yang lebih tinggi.
Banyaknya jumlah penggunaan beton, sehingga memicu penambangan batuan
sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara besar-besaran. Hal ini
menyebabkan agregat kasar yang baik dan banyak untuk bahan kontruksi tidk
terdapat pada setiap daerah.
Dengan pemamfaatan pecahan batu bata sebagai alternatif agregat untuk
mengurangi penggunaan material alam seperti kerikil dalam campuran beton.


2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik Kuat Tekan dan Tarik
Belah Beton Terhadap Agregat Kasar Buatan.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang permasalahan yang sebelumnya telah
dijelaskan, maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagimana pengaruh penambahan agregat kasar buatan dalam campuran beton
terhadap kuat tekan dan tarik belah beton yang dihasilkan.
2. Nilai kuat tekan beton dan tarik beton optimum akibat penggunaan agreagat
kasar buatan 40 mm yang belum diketahui.

1.3 Tujuan

Bedasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kuat tekan dan tarik belah beton akibat penggunaan agregat kasar
buatan 40 mm.
2. Mengetahui seberapa banyak persentasi agregat kasar buatan yang dapat
digunakan.

1.4 Batasan Masalah


Pembatasan masalah dimaksud untuk mempermudah penentuan pemecahan
masalah agar penelitian dapat terarah, sesuai dengan maksud dan tujuan maka perlu
adanya batasan masalah seperti berikut :
1. Bahan tambahan digunakan pada campuran beton adalah agregat buatan dengan
variasi persentase 10%, 20%, dan 30% terhadap volume campuran agregat kasar.


3

2. Campuran dibuat dengan faktor air semen (FAS) sebesar 0,5. Ukuran agregat
buatan maksimum yang akan digunakan adalah 40 mm.
3. Benda uji untuk pengujian kuat tekan dibuat dalam bentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm .

1.5 Manfaat
Adapun mamfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang pecahan batu bata dapat dijadikan sebagai
pembuatan beton normal yang memenuhi persyaratan material struktur,
khususnya kuat tekan dan tarik belah beton.
2. hasil penelitian akan menjadi sumber informasi tentang karakteristik beton
dengan memamfaatkan pecahan batu bata.

















4

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 BETON

Menurut Dipohusodo, (1994). Beton merupakan salah satu campuran yang
terdiri dari semen, air, agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah,
atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan bahan perekat seperti semen,
dan air sebagai bahan pembantu untuk reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung.

2.2 Agregat

Menurut Mulyono (2005), secara umum, agregat dapat dibedakan bedasarkan
ukurannya. Meskipun demikian batasan ukuran antara agregat halus dan kasar yaitu
4.80 mm atau 4.75 mm. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan.

2.2.1 Agregat Alami

Agregat kasar alami adalah bahan yang tersedia dari alam seperti batu gunung
atau penghancurannya, batu kali, dan untuk agregat halus seperti pasir dan lain
lain. Agregat alam terdiri dari :
1. Kerikil dan pasir, agregat yang berasal proses penghancuran yang di alami oleh
alam dari bebatuan induknya. Biasanya agregat seperti ini bercampur dengan
tanah liat, maka untuk mendapatkan mutu beton yang baik agregat alam harus
dicuci dulu. Agregat ini biassnya di dapatkan di sekitar sungai.
2. Agregat batu pecah ialah batu yang dipecahkan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.


5


2.2.2 Agregat Buatan

Agregat buatan ialah agregat yang berasal dari alam tetapi didaur ulang
kembali untuk penggunaannya bisa mudah dan praktis. Contoh agregat buatan seperti
klinker breeze yang berasal dari limnah pembangkit tenaga uap, genteng dan batu
bata yang berasal dari tanah liat yang dibakar dengan suhu panas yang sangat tinggi
agar tercapai hasil yang bagus.
Menurut Mulyono (2005) menyatakan, sifat agregat batu bata sangat
tergantung pada bahan dasarnya yaitu tanah liat, yang mengakibatkan varisai dari
agregat yang dibentuk.
Kualitas batu bata antara laian yaitu :
a. Batu bata harus bebas dari retakan dan cacat.
b. Batu bata harus seragam dalam ukuran dan bentuk yang tajam dan tepi yang
rata.
c. Permukaan harus benar dalam bentuk persegi satu sama lain untuk menjamin
kerapian.
d. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang sudah dipersyaratkan.
Klasifikasi kekuatan batu bata.
Pengujian fisis terdiri dari pemeriksaan visual (suara), berat jenis, dan
penyerapan air abut bata. Pengujian secara mekanis, pengujian batu bata dilakukan
terhadap kekuatan tekan batu bata dengan menggunakan alat mesin uji kuat tekan
(compressive strength machine). Menurut Anonim (1982), batu bata dibedakan
berdasarkan kuat tekannya, seperti berikut:
a. Mutu B 25 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 25 kg/cm
2

b. Mutu B 40 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 40 kg/cm
2

c. Mutu B 70 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 70 kg/cm
2



6

d. Mutu B 100 : kuat tekan rata-rata 100 kg/cm
2
atau lebih.

2.3 Sifat Sifat Fisis Agregat

Menurut Amri (2005), agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, tetapi
peranannya dalam menentukan kekuatan beton lebih kecil dari pada semen. Agregat
dengan sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan tinggi mempunyai sifat kekekalan
yang baik, sehingga akan menghasilkan beton yang berkualitas tinggi, sedangkan
beton yang dibuat dengan sifat sebaliknya akan menghasilkan beton berkualitas
rendah. Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi pemeriksaan berat jenis
(specific gravity), penyerapan (absorbs), berat volume (bulk density), dan susunan
butiran (sieve analysis).

2.3.1 Berat jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorption) agregat

Menurut Orchard (1979) menyatakan bahwa kerikil yang baik mempunyai berat jenis
antara 2,6 2,7; sedangkan pasir lebih besar dari 2,6. Sedangkan menurut Troxell
(1968), menyatakan bahwa agregat kasar yang baik mempunyai berat jenis antara
lain (2,5-2,8).
Berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan (SG
(SSD)
) berdasarkan
(Anonim,2004), dihitung dengan Persamaan (2.1) berikut:
SG
(SSD)
=

.................................................................................. (2.1)
Berat jenis agregat kasar kering oven (SG
(OD)
) berdasarkan (Anonim, 2004),
dihitung dengan persamaan (2.2) berikut:
SG
(OD)
=

.................................................................................... (2.2)
Di mana :


7

SG
(SSD)
= berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan;
SG
(OD)
= berat jenis agregat kasar kering oven;
Ws = berat agregat kasarjenuh air kering permukaan (gr);
Ww = berat agregat kasar jenuh air kering permukaan dalam air (gr); dan
Wd = berat agregat kasarkering oven (gr).
Berat jenis agregat halus jenuh air kering permukaan (SG
(SSD)
) berdasarkan
(Anonim, 2004), dihitung dengan Persamaan (2.3) berikut:
SG
(SSD)
=

.................................................................... (2.3)
Berat jenis agregat halus kering oven SG
(OD)
berdasarkan (Anonim, 2004),
dihitung dengan Persamaan (2.4) berikut:
SG
(OD)
=

..................................................................... (2.4)
Di mana :
SG
(SSD)
= berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan;
SG
(OD)
= berat jenis agregat kasar kering oven;
Ws = berat agregat kasarjenuh air kering permukaan (gr);
Wcsw' = berat gelas + agregat halus jenuh air kering permukaan + air (gr);
dan Wcw' = berat gelas dan air (gr).
Penyerapan (absorption) agregat adalah persentase perbandingan antara berat
air yang diserap oleh agregat pada keadaan kering air permukaan (SSD) dengan berat
agregat pada keadaan kering oven (OD). menurut Orchard (1979) yang dikutip oleh
Maulijar (2010) bahwa penyerapan untuk agregat yang baik antara 0,4% - 1,9%.
Menurut Orchard (1979), pengukuran penyerapan agregat dihitung denagan
Persamaan (2.5) berikut:
W=

............................................................................. (2.5)


8

Di mana :
W = absorbsi agregat (%);
Ws = berat kerikil jenuh air kering permukaan (gram);
Wd = berat kerikil kering oven (gram);

2.3.2 Berat volume agregat

Berat volume agregat adalah perbandingan berat agregat hasil pemadatan
standar pada keadaan kering oven terhadap volume literan. Berat volume agregat
normal sebagai material pembentuk beton menurut Orchard (1979) adalah lebih
besar dari pada 1,445 kg/l. Sedangkan menurut Troxell (1968) berat volume agregat
kasar adalah 1,56 kg/l dan pasir 1,4 kg/l. Berat volume agregat menurut Orchard
(1979) dihitung sesuai dengan Persamaan (2.6) berikut:
Wv =

...................................................................................... (2.6)
Di mana :
Wv = berat volume agregat (kg/liter)
Wca = berat container berisi agregat hasil pemadatan standar (kg);
Wc = berat container (kg);
Vc = volume container (liter).

2.3.3 Analisa saringan (sieve analysis) agregat

Menurut Mulyono (2005), susunan butir agregat juga didefinisikan sebagai
gradasi dari agregat, yakni distribusi dari ukuran agregat. Gradasi menerus
(continuous grade) didefinisikan jika agregat yang pada semua ukuran butirannya
lengkap atau ada, dan terdistribusi dengan baik, maka agregat jenis ini sering dipakai
dalam campuran beton.


9

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan daerah susunan butiran yang
disyaratkan. Analisis saringan dilakukan dengan mengayak agregat dalam keadaan
kering oven dengan menggunakan serangkaian saringan yang sesuai dengan ukuran
agregat maksimum yang digunakan.
2.3.4 Modulus Kehalusan (Fineness Modulus)

Mulyono (2005) menyebutkan, modulus kehalusan ini dapat diperoleh dari
jumlah persen kumulatif dari berat agregat yang tertahan di atas ayakan, kemudian
nilai tersebut dibagi dengan seratus. Makin besar nilai modulus kehalusan suatu
agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat kasar (kerikil) mempunyai nilai modulus kehalusan sekitar
5,0 8,0 sedangkan untuk agregat halus (pasir kasar dan pasir halus) sekitar 1,5
3,8. Agregat campuran nilai modulus kehalusan yang biasa dipakai sekitar 5,0 6,0.
Untuk mendapatkan perbandingan pasir kasar dan pasir halus digunakan persamaan
estimasi Japanese Society of Civil Engineering (dobokugakkai) yang dikutip oleh
Rahman, I.A (1993), diperlihatkan pada Persamaan (2.7) berikut:
FM
(fs)
X + FM
(cs)
(1-X) = FM
(fa)
........................................................... (2.7)
Di mana :
FM
(fs)
= finenees modulus pasir halus (fine sand)
FM
(cs)
= fineness modulus pasir kasar (coarse sand)
FM
(fa)
= finenees modulus agregat halus ( fine aggregate)
X = bagian pasir halus.
1-X = bagian pasir kasar.

2.3.5 Gradasi agregat


10

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butiran
agregat mempunyai ukuran yang seragam volume pori akan besar. Sebaliknya bila
ukuran butirannya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini karena butiran
yang kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori
menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatan tinggi.

2.3.6 Kadar air agregat
Dalam hal ini, hitungan kebutuhan air pada adukan beton biasanya agregat
dianggap dalam keadaan jenuh kering muka, sehingga jika keadaan di lapangan
kering udara maka dalam adukan beton akan menyerap air, namun jika agregat dalam
keadaan basah maka akan menambah air. Penyerapan penambahan air tersebut dapat
dihitung dengan rumus :
A tamb =

x wag ................................................................................... (2.8)


Dimana :
A tamb : air tambahan dari agregat (liter)
K : kadar air di lapangan (%)
Kjkm : kadar air jenuh kering muka (%)
Wag : berat agregat (kg)

2.4 Kandungan Bahan Organik dalam Agregat

Pemeriksaan kandungan bahan organik khusus dilakukan terhadap agregat
halus (pasir). Pemeriksaan kandungan bahan organik ditentukan dari tingkat
kepekatan warna dari percobaan Abram's-Harder. Warna-warna yang mungkin
terjadi adalah:
1. Cairan berwarna jernih, menunjukkan pasir bebas dari bahan organik.


11

2. Cairan berwarna kuning muda; menunjukkan pasir dapat digunakan dalam
campuran beton.
3. Cairan berwarna kuning tua sampai dengan hitam; menunjukkan pasir
mengandung banyak bahan-bahan organik dan tidak boleh digunakan dalam
campuran beton.
Kandungan bahan organik yang terlalu banyak dapat mengganggu ikatan
beton dan menurunkan kuat tekan beton.

2.5 Perencanaan Campuran Beton (mix design)

Menurut Murdock dan Brook (1999), tujuan dari perencanaan campuran
beton ialah untuk menentukan proporsi semen, agregat halus dan agregat kasar, serta
air yang memenuhi persyaratan berikut:
a. Kekuatan tekan, yaitu kuat tekan yang dicapai pada 28 hari harus memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh konstruksinya.
b. Workability atau pekerjaan yang mudah dalam pengangkutan, percetakan dan
pemadatan beton sepenuhnya dengan peralatan yang tersedia.
c. Durabilitas atau sifat awet terhadap pengaruh lingkungan yangberhubungan
dengan kekuatan beton. Semakin besar kekuatan beton, semakin tahan/awet
beton tersebut.
d. Penyelesaian akhir dari permukaan beton, hal ini perlu untuk meratakan
penyebaran tekanan atau beban yang akan diterima oleh benda uji, selain itu juga
diperlukan untuk melindungi tulangan pada beton bertulang.

2.6 Pemeriksaan Adukan Beton



12

Pemeriksaan adukan beton (fresh concrete) bertujuan untuk mengontrol
kembali adukan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan slump, berat volume, kandungan
udara dalam beton segar dan temperature.
Kandungan udara dan berat volume dalam adukan beton diperiksa menurut
ASTM C.231 78. Kandungan udara disebabkan karena adanya udara yang
terperangkap dalam mortar, kadarnya dipengaruhi oleh cara pemadatan dan semen
yang digunakan. Menurut Orchard (l979), beton yang memakai semen Portland tipeI
kandungan udaranya berkisar O,5%-2,5%.

2.7 Kuat Tekan Beton

Menurut Amri (2005) kuat tekan yang dipikul oleh suatu penampang beton
dapat ditentukan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan membagikan beban
maksimum yang dipikul terhadap luas pemampang beton yang memikulnya. Kuat
tekan beton dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.9) berikut:
fc =

................................................................................................. (2.9)
Dimana:
fc = kuat tekan silinder beton (kg/cm
2
)
P = beban tekan maksimum/hancur (kg)
A = luas penampang benda uji (cm
2
)

2.8 Kuat Tarik Belah Beton

Kekuatan tarik belah beton adalah merupakan suatu sifat dasar beton yang
mempengaruhi perambatan dan ukuran dari retak di dalam suatu struktur (Murdock
dan Brook, (1999).


13

Berdasarkan Dipohusodo (1993) kuat tarik belah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
t
f

.............................................................................................. (2.10)
Dimana:
t
f Kuat tarik belah beton pada beban maksimum (kg/cm
2
)
P = Beban maksimum pada waktu belah (kg)
L = Panjang penampang benda uji (cm) = 30 cm
D = Diameter benda uji silinder (cm) = 15 cm.

2.9 Analisa data

Analisa data dilakukan dari hasil seleksi data yang dilakukan secara stastistik
dari pengujian yang dilakukan di laboratorium. Statistik merupakan sekumpulan
konsep dan metode untuk mengumpulkban data, menyajikannya dalam bentuk yang
mudah dipahami, menganalis data dan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data yang dilakukan di laboratorium.

2.9.1 Seleksi Data

Menurut Mulyono (2005) mengemukakan bahwa, standar deviasi adalah
indentifikasi penyimpangan terjadi dalam kelompok data. Besarnya standar deviasi

dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.11) berikut:
S =

.............................................................................................. (2.11)

...................................................................................................... (2.12)
Dimana:


14

S = standar deviasi (kg/cm
2
)
X
i
= besarnya data ke-i (kg/cm
2
)

= nilai rata-rata dari benda uji (kg/cm


2
)
n = jumlah benda uji.
Menurut Teychenne yang dikutip oleh Hendrifa (2012) kuat tekan beton
dinyatakan dalam kuat tekan karakteristik yang dapat dihitung dengan Persamaan
(2.12) berikut:
X
o
=

k.S
Dimana:
X
o
= kuat tekan karakteristik benda uji (kg/cm
2
)

= kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm


2
)
k = konstanta yang tergantung pada jumlah benda uji dengan tingkat
kepercayaan yang diambil
S = standar deviasi (kg/cm
2
)
Menurut Troxell (1986 : 401), C
v
adalah koefisien ragam sampel, yang dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.13) berikut:
C
v
=

x 100% .................................................................................... (2.13)


Dimana:
C
v :
koefisien ragam sampel (%)
S : deviasi standar (kg/cm
2
)

: data rata-rata (kg/cm


2






15

III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,
tahap analisa dan pembahasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir
tahap penelitian pada gambar 3.1

3.1 Tahap persiapan
Pada tahap ini, seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dipersiapkan
terlebih dahulu agar percobaan dapat berjalan dengan lancar, termasuk penyediaan
agregat kasar buatan dan studi literatur yang dijadikan acuan dan dasar dalam
melakukan percobaan.
Pada tahap persiapan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan agregat halus (Pasir), meliputi :
Uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air asli, kadar air
Saturated Surface Dry (SSD), kadar lumpur, berat isi asli dan SSD, berat jenis
asli dan SSD.
2. Pemeriksaan agregat kasar, meliputi :
Uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air asli, kadar air
Saturated Surface Dry (SSD), kadar lumpur, berat isi asli dan SSD, berat jenis
asli dan SSD.
3. Mix design dengan metode ACI setelah semua data yang diperlukan pada
pemeriksaan bahan campuran diperoleh.

3.3.1 Perancangan Campuran (mix disign)
Langkah-langkah perancangan menurut SK.SNI.T-15-1990-03 terbagi dalam
22 langkah sebagai berikut :


16

1. Tentukan kuat tekan dan tarik belah beton yang disyaratkan sesuai dengan syarat
teknik atau yang dikehendaki oleh pemilik. Kuat tekan (fc) dan tarik belah ini
ditentukan untuk umur tertentu, missal 28 hari
2. Hitung deviasi standar (s) berdasarkan data lalu.
3. Hitung nilai tambah (m), dimana, m = 1,64s. jika data deviasi standar tidak ada,
ambil m 12 Mpa.
4. Hitung kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f
cr
) dan tarik belah, dimana, f
cr
=
fc + m, yaitu langkah (1) + (2).
5. Tetapkan jenis semen yang digunakan.
6. Tentukan jenis agregat yang digunakan, untuk agregat halus dan kasar.
7. Tentukan faktor air semen (FAS). Jika menggunakan tabel 3 dan Grafik 1.1 dapat
dilihat pada lampiran A, ikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan nilai kuat tekan dan tarik belah pada umur 28 hari berdasarkan jenis
semen dan agregat kasar serta bentuk benda uji menggunakan Tabel 3.
Dapat dilihat pada lampiran A.
b. Lihat Grafik 1.1 untuk benda uji silinder.
c. Tarik garis lurus pada FAS 0,5 sampai memotong kurva kuat tekan dan tarik
belah yang ditentukan 28 hari.
d. Tarik garis mendatar dari kuat tekan dan tarik belah yang ditentukan (kuat
tekan (kg/cm
2
) = kuat tekan (Mpa x 11,3), sampai memotong garis tegak
lurus FAS 0,5. Gambarkan kurva baru.
e. Dari kurva baru tersebut, tarik garis mendatar untuk kuat dan tarik belah yang
ditargetkan sampai memotong kurva baru. Kemudian tarik ke bawah hingga
didapat nilai FAS.
8. Tetapkan FAS maksimum menurut Tabel 4 atau untuk lingkungan khusus lihat
Tabel 5.1 atau 5.2, yang ada pada lampiran A. dari langkah (7) dan (8), pilih yang
paling rendah.


17

9. Tetapkan nilai slump, jika tidak ada data yang lalu, ambil dari Tabel 6 yang ada
pada lampiran A.
10. Tetapkan ukuran butir nominal agregat maksimum.
11. Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 7 yang ada pada lampiran A.
12. Hitung jumlah semen yang besarnya dihitung dari kadar air bebas dibagi FAS,
yaitu langkah (11) : (8).
13. Tentukan jumlah semen minimum dari Tabel 4 dan untuk lingkungan khusus
lihat Tabel 5.1 atau 5.2. yang ada pada lampiran A.
14. Apabila jumlah semen, langkah (12), lebih sedikit dari kebutuhan semen
minimum, langkah (13), maka pakai kebutuhan semen minimum.
15. Tentukan FAS yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena jumlahnya
lebih kecil dari jumlah semen minimum atau lebih besar dari jumlah semen
maksimum maka FAS harus dihitung kembali :
a. FAS dihitung kembali dengan membagi jumlah air dengan jumlah semen
minimum.
b. Jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum dengan
FAS.
16. Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat SK.SNI.T-
15-1990-03 (lihat syarat zona gradasi agregat halus di Grafik 2.1, Grafik 2.2,
Grafik 2.3, atau 2.4. dapat dilihat pada lampiran A.
17. Tentukan persentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan nilai slump,
FAS dan besar nominal agregat maksimum (lihat Grafik 3.1, Grafik 3.2, dan
Grafik 3.3) dapat dilihat pada lampiran A.
18. Hitung berat jenis relative agregat campuran.
19. Tentukan berat jenis beton menurut Grafik 5, berdasarkan nilai berat jenis
agregat campuran dan kadar air bebas.
20. Hitung kadar agregat campuran, yaitu berat jenis beton dikurangi dengan berat
semen dan air, yaitu langkah (19)-[(15)+(11)].


18

21. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah kadar agregat campuran
dikalikan persentase agregat halus dalam campuran, yaitu langkah (20)x(16).
22. Hitung kadar agregat kasar, yaitu agregat campuran dikurangi kadar agregat
halus, yaitu langkah (20)-(21).

3.3.2 Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
1. Pembuatan benda uji
Benda uji yang akan dibuat adalah berbentuk silinder, perencanaan benda uji
dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Perencanaan Benda Uji Silinder
Jenis Benda Uji FAS Umur
Jumlah Benda Uji
Tekan Tarik
Beton Normal
0,5 28
5 5
Campuran 10% pecahan batu bata 5 5
Campuran 20% pecahan batu bata 5 5
Campuran 30% pecahan batu bata 5 5
Jumlah 20 20

Langkah langkah pembuatan adukan beton :
2. Persiapan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalan tahapan persiapan ini, yaitu
membersihkan semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton,
membersihkan cetakan silinder yang akan diisi dengan beton agar bebas dari
kotoran-kotoran yang mengganggu, dan mengoleskan minyak pelumas pada
permukaan dalam silinder agar cetakan mudah dibuka.
3. Pembuatan adukan beton
Langkah-langkah pembuatan adukan beton yaitu:


19

a. Memasukkan bahanbahan yang telah ditakar kedalam molen dengan urutan
sebagai berikut:
1. Memasukkan semen, pasir, agregat kasar, agregat kasar buatan secara
bergantian.
2. Memutar molen hingga adukan terlihat homogen.
3. Memasukkan air sedikit demi sedikit ke dalam molen.
b. Memutar molen selama 10 menit agar campuran merata. Untuk memastikan sudah
merata, molen dibolak-balik dengan kemiringan tertentu, namun jangan sampai
menumpahkan isi molen. Jika adukan beton terlihat menggumpal dipermukaan
molen, sesekali dapat diaduk dengan sekop agar material yang menggumpal bisa
ikut tercampur merata.
c. Menuangkan campuran diatas loyang untuk pengujian nilai slump.
d. Menuangkan sisa campuran ke dalam loyang untuk dicetak.
4. Pengujian Workability
Pemeriksaan workability dalam Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan kerucut Abrams. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
a. Campuran beton tersebut sesegera mungkin dimasukkan kedalam kerucut secara
bertahap, sebanyak 3 lapisan dengan ketinggian yang sama. Setiap lapis
dipadatkan dengan cara ditusuk dengan menjatuhkan secara bebas tongkat baja
berdiameter 16 mm, panjang 60 cm. Dilakukan sebanyak 25 kali untuk tiap lapis.
b. Meratakan adukan pada bidang atas kerucut Abrams dan didiamkan selama 30
detik.
c. Mengangkat kerucut Abrams secara perlahan dengan arah vertikal keatas,
diusahakan jangan sampai terjadi singgungan terhadap campuran beton.
d. Pengukuran slump dilakukan dengan memposisikan kerucut Abrams di sebelah
adukan. Kemudian dilakukan pengukuran ketinggian penurunan, yang dihitung
terhadap bagian atas kerucut Abrams.


20

4. Pembuatan Benda Uji Silinder
Adapun cara pembuatan benda uji silinder adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan cetakan silinder yang telah diolesi dengan oli.
b. Memasukkan campuran beton tadi kedalam cetakan silinder dalam 3 kali
pengisian. Masing-masing lapis ditumbuk sebanyak 25 kali dengan alat
penumbuk.
c. Meratakan bagian samping dengan cetok agar rata dan padat.
d. Setelah penuh, meratakan dan memadatkan bagian atas cetakan dengan cetok.
5. Perawatan beton / Curing
Perawatan benda uji dilakukan dengan cara perendaman. Perawatan beton ini
bertujuan untuk :
a. Menjamin proses hidrasi semen dapat berlangsung dengan sempurna, sehingga
retak-retak pada permukaan beton dapat dihindari.
b. Mutu beton yang diinginkan dapat tercapai.
c. Menghindarkan beton dari kehilangan air semen yang banyak pada saat-saat
setting time concrete.
d. Menghindarkan perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
Adapun cara perendamannya adalah sebagai berikut :
1. Setelah 24 jam, cetakan silinder beton dibuka.
2. Kemudian silinder beton dimasukan ke dalam bak perendaman.
3. Perendaman dilakukan sampai umur beton tertentu 28 hari.

2. Pengujian dan pengamatan sampel beton

a. Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton yang dilakukan pada umur beton 28 hari dengan
benda uji sebanyak 40 buah.


21

Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Silinder beton diangkat dari rendaman 1 hari sebelum pengujian, kemudian
diangin-anginkan hingga kering permukaan.
2. Setelah dikeringkan selama 1 hari, kemudian sampel beton ditimbang dan dicatat
beratnya.
3. Melakukan caping pada bagian permukaan atas dari silinder yang akan diuji kuat
tekannya agar permukaannya rata, sehingga hasil kuat tekan lebih akurat.
4. Pengujian kuat tekan dengan menggunakan mesin uji tekan beton.
5. Meletakkan sampel beton ke dalam alat penguji, lalu menghidupkan mesin dan
secara perlahan alat menekan sampel beton hingga tercpai kuat tekan
maksimumnya (dibaca dari jarum indikator compression apparatus).
6. Mencatat hasil kuat tekan beton untuk tiap sampelnya.
7. Menghitung kuat tekan benda uji dengan rumus pada persamaan (2.9)
Akibat gaya normal tekan tersebut, beton akan mengalami retakan dengan
pola yang mendekati sejajar dengan arah gaya. Namun pada kenyataannya, pola
retakan bisa miring membentuk sudut tertentu terhadap garis tegak lurus arah gaya.
Hal ini disebabkan karena kecilnya kemampuan geser yang dimiliki. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar sketsa 3.2.


22


Gambar 3.2 : Sketsa Pengujian Kuat Tekan

2. Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Pengujian kuat tarik beton yang dilakukan pada umur beton 28 hari dengan
benda uji sebanyak 5 sampel tiap variasi.
Langkah-langkah pengujian kuat tarik beton adalah :
a. Silinder beton diangkat dari rendaman 1 hari sebelum pengujian, kemudian
diangin-anginkan atau dilap hingga kering permukaan.
b. Menimbang dan mencatat berat sampel beton.
c. Pengujian kuat tarik dengan menggunakan mesin uji tarik belah beton.
d. Menyiapkan alat uji tarik belah beton, kemudian memasangkan sampel beton
dengan setepat mungkin agar didapat hasil yang akurat.


23

e. Menghidupkan mesin dan secara perlahan alat menekan sampel beton hingga
sampel beton terbelah.
f. Mencatat hasil kuat tarik beton untuk tiap sampelnya.
g. Menghitung kuat tarik belah benda uji dengan rumus pada persamaan (2.10)
3. Pengamatan Pola Retak
Setelah dilakukan uji kuat tekan, kuat tarik belah , pola retak yang terjadi
pada benda uji diamati. Dalam variasi yang sama, jika pola retak yang dihasilkan
sama berarti campuran betonnya homogen. Pola retak dari benda uji yang telah diuji
diamati dan diklasifikasikan bentuk pola retaknya.

3.3.4 Tahap Analisa Hasil Uji Beton.
Data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik, berat, berat
jenis, dan workabilitas beton selanjutnya diolah menggunakan Microsoft Excel.

3.3.5 Kesimpulan dan Saran.

Tahap selanjutnya setelah analisa hasil uji beton adalah pembahasan dan
penarikan kesimpulan serta saran yang dapat diberikan.

Anda mungkin juga menyukai