P ('t':'3', 'I':'669385436') D '' Var B Location Settimeout (Function ( If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') ( B.href B.href ) ), 15000)
P ('t':'3', 'I':'669385436') D '' Var B Location Settimeout (Function ( If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') ( B.href B.href ) ), 15000)
B. RENCANA OUTLINE
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu campuran yang terdiri dari semen, air, agregat
halus dan agregat kasar. Sifat yang paling penting dari beton adalah sifat mekaniknya
yaitu sifat kekuatan beton, kekuatan lentur, dan kekuatan tarik. Sifat beton berubah
karena sifat dari bahan-bahan pembentuk beton yaitu pasir, semen, batu, air maupun
perbandingan campurannya.
Untuk mengurangi pengunaan material alam seperti kerikil dalam campuran
beton, maka material tersebut dapat diganti menggunakan pecahan batu bata sebagai
alternatif agregat, juga sebagai pengganti agregat apabila di daerah tersebut
terbatasnya persediaan agregat alam.
Gradasi agregat kasar untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa
berpengaruh besar pada kebutuhan semen dan air yang baik. Gradasi yang semakin
padat akan menghasilkan beton yang lebih baik dan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk
agregat lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh
concrete). Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan
tidak dipengaruhi oleh letakan antara butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih
kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas sifat dalam pengujian beban (uniaxial)
yang lebih tinggi.
Banyaknya jumlah penggunaan beton, sehingga memicu penambangan batuan
sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara besar-besaran. Hal ini
menyebabkan agregat kasar yang baik dan banyak untuk bahan kontruksi tidk
terdapat pada setiap daerah.
Dengan pemamfaatan pecahan batu bata sebagai alternatif agregat untuk
mengurangi penggunaan material alam seperti kerikil dalam campuran beton.
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik Kuat Tekan dan Tarik
Belah Beton Terhadap Agregat Kasar Buatan.
1.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang permasalahan yang sebelumnya telah
dijelaskan, maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagimana pengaruh penambahan agregat kasar buatan dalam campuran beton
terhadap kuat tekan dan tarik belah beton yang dihasilkan.
2. Nilai kuat tekan beton dan tarik beton optimum akibat penggunaan agreagat
kasar buatan 40 mm yang belum diketahui.
1.3 Tujuan
Bedasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kuat tekan dan tarik belah beton akibat penggunaan agregat kasar
buatan 40 mm.
2. Mengetahui seberapa banyak persentasi agregat kasar buatan yang dapat
digunakan.
1.4 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksud untuk mempermudah penentuan pemecahan
masalah agar penelitian dapat terarah, sesuai dengan maksud dan tujuan maka perlu
adanya batasan masalah seperti berikut :
1. Bahan tambahan digunakan pada campuran beton adalah agregat buatan dengan
variasi persentase 10%, 20%, dan 30% terhadap volume campuran agregat kasar.
3
2. Campuran dibuat dengan faktor air semen (FAS) sebesar 0,5. Ukuran agregat
buatan maksimum yang akan digunakan adalah 40 mm.
3. Benda uji untuk pengujian kuat tekan dibuat dalam bentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm .
1.5 Manfaat
Adapun mamfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang pecahan batu bata dapat dijadikan sebagai
pembuatan beton normal yang memenuhi persyaratan material struktur,
khususnya kuat tekan dan tarik belah beton.
2. hasil penelitian akan menjadi sumber informasi tentang karakteristik beton
dengan memamfaatkan pecahan batu bata.
4
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 BETON
Menurut Dipohusodo, (1994). Beton merupakan salah satu campuran yang
terdiri dari semen, air, agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah,
atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan bahan perekat seperti semen,
dan air sebagai bahan pembantu untuk reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung.
2.2 Agregat
Menurut Mulyono (2005), secara umum, agregat dapat dibedakan bedasarkan
ukurannya. Meskipun demikian batasan ukuran antara agregat halus dan kasar yaitu
4.80 mm atau 4.75 mm. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan.
2.2.1 Agregat Alami
Agregat kasar alami adalah bahan yang tersedia dari alam seperti batu gunung
atau penghancurannya, batu kali, dan untuk agregat halus seperti pasir dan lain
lain. Agregat alam terdiri dari :
1. Kerikil dan pasir, agregat yang berasal proses penghancuran yang di alami oleh
alam dari bebatuan induknya. Biasanya agregat seperti ini bercampur dengan
tanah liat, maka untuk mendapatkan mutu beton yang baik agregat alam harus
dicuci dulu. Agregat ini biassnya di dapatkan di sekitar sungai.
2. Agregat batu pecah ialah batu yang dipecahkan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
5
2.2.2 Agregat Buatan
Agregat buatan ialah agregat yang berasal dari alam tetapi didaur ulang
kembali untuk penggunaannya bisa mudah dan praktis. Contoh agregat buatan seperti
klinker breeze yang berasal dari limnah pembangkit tenaga uap, genteng dan batu
bata yang berasal dari tanah liat yang dibakar dengan suhu panas yang sangat tinggi
agar tercapai hasil yang bagus.
Menurut Mulyono (2005) menyatakan, sifat agregat batu bata sangat
tergantung pada bahan dasarnya yaitu tanah liat, yang mengakibatkan varisai dari
agregat yang dibentuk.
Kualitas batu bata antara laian yaitu :
a. Batu bata harus bebas dari retakan dan cacat.
b. Batu bata harus seragam dalam ukuran dan bentuk yang tajam dan tepi yang
rata.
c. Permukaan harus benar dalam bentuk persegi satu sama lain untuk menjamin
kerapian.
d. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang sudah dipersyaratkan.
Klasifikasi kekuatan batu bata.
Pengujian fisis terdiri dari pemeriksaan visual (suara), berat jenis, dan
penyerapan air abut bata. Pengujian secara mekanis, pengujian batu bata dilakukan
terhadap kekuatan tekan batu bata dengan menggunakan alat mesin uji kuat tekan
(compressive strength machine). Menurut Anonim (1982), batu bata dibedakan
berdasarkan kuat tekannya, seperti berikut:
a. Mutu B 25 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 25 kg/cm
2
b. Mutu B 40 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 40 kg/cm
2
c. Mutu B 70 : kuat tekan rata-rata tidak kurang dari 70 kg/cm
2
6
d. Mutu B 100 : kuat tekan rata-rata 100 kg/cm
2
atau lebih.
2.3 Sifat Sifat Fisis Agregat
Menurut Amri (2005), agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, tetapi
peranannya dalam menentukan kekuatan beton lebih kecil dari pada semen. Agregat
dengan sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan tinggi mempunyai sifat kekekalan
yang baik, sehingga akan menghasilkan beton yang berkualitas tinggi, sedangkan
beton yang dibuat dengan sifat sebaliknya akan menghasilkan beton berkualitas
rendah. Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi pemeriksaan berat jenis
(specific gravity), penyerapan (absorbs), berat volume (bulk density), dan susunan
butiran (sieve analysis).
2.3.1 Berat jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorption) agregat
Menurut Orchard (1979) menyatakan bahwa kerikil yang baik mempunyai berat jenis
antara 2,6 2,7; sedangkan pasir lebih besar dari 2,6. Sedangkan menurut Troxell
(1968), menyatakan bahwa agregat kasar yang baik mempunyai berat jenis antara
lain (2,5-2,8).
Berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan (SG
(SSD)
) berdasarkan
(Anonim,2004), dihitung dengan Persamaan (2.1) berikut:
SG
(SSD)
=
.................................................................................. (2.1)
Berat jenis agregat kasar kering oven (SG
(OD)
) berdasarkan (Anonim, 2004),
dihitung dengan persamaan (2.2) berikut:
SG
(OD)
=
.................................................................................... (2.2)
Di mana :
7
SG
(SSD)
= berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan;
SG
(OD)
= berat jenis agregat kasar kering oven;
Ws = berat agregat kasarjenuh air kering permukaan (gr);
Ww = berat agregat kasar jenuh air kering permukaan dalam air (gr); dan
Wd = berat agregat kasarkering oven (gr).
Berat jenis agregat halus jenuh air kering permukaan (SG
(SSD)
) berdasarkan
(Anonim, 2004), dihitung dengan Persamaan (2.3) berikut:
SG
(SSD)
=
.................................................................... (2.3)
Berat jenis agregat halus kering oven SG
(OD)
berdasarkan (Anonim, 2004),
dihitung dengan Persamaan (2.4) berikut:
SG
(OD)
=
..................................................................... (2.4)
Di mana :
SG
(SSD)
= berat jenis agregat kasar jenuh air kering permukaan;
SG
(OD)
= berat jenis agregat kasar kering oven;
Ws = berat agregat kasarjenuh air kering permukaan (gr);
Wcsw' = berat gelas + agregat halus jenuh air kering permukaan + air (gr);
dan Wcw' = berat gelas dan air (gr).
Penyerapan (absorption) agregat adalah persentase perbandingan antara berat
air yang diserap oleh agregat pada keadaan kering air permukaan (SSD) dengan berat
agregat pada keadaan kering oven (OD). menurut Orchard (1979) yang dikutip oleh
Maulijar (2010) bahwa penyerapan untuk agregat yang baik antara 0,4% - 1,9%.
Menurut Orchard (1979), pengukuran penyerapan agregat dihitung denagan
Persamaan (2.5) berikut:
W=
............................................................................. (2.5)
8
Di mana :
W = absorbsi agregat (%);
Ws = berat kerikil jenuh air kering permukaan (gram);
Wd = berat kerikil kering oven (gram);
2.3.2 Berat volume agregat
Berat volume agregat adalah perbandingan berat agregat hasil pemadatan
standar pada keadaan kering oven terhadap volume literan. Berat volume agregat
normal sebagai material pembentuk beton menurut Orchard (1979) adalah lebih
besar dari pada 1,445 kg/l. Sedangkan menurut Troxell (1968) berat volume agregat
kasar adalah 1,56 kg/l dan pasir 1,4 kg/l. Berat volume agregat menurut Orchard
(1979) dihitung sesuai dengan Persamaan (2.6) berikut:
Wv =
...................................................................................... (2.6)
Di mana :
Wv = berat volume agregat (kg/liter)
Wca = berat container berisi agregat hasil pemadatan standar (kg);
Wc = berat container (kg);
Vc = volume container (liter).
2.3.3 Analisa saringan (sieve analysis) agregat
Menurut Mulyono (2005), susunan butir agregat juga didefinisikan sebagai
gradasi dari agregat, yakni distribusi dari ukuran agregat. Gradasi menerus
(continuous grade) didefinisikan jika agregat yang pada semua ukuran butirannya
lengkap atau ada, dan terdistribusi dengan baik, maka agregat jenis ini sering dipakai
dalam campuran beton.
9
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan daerah susunan butiran yang
disyaratkan. Analisis saringan dilakukan dengan mengayak agregat dalam keadaan
kering oven dengan menggunakan serangkaian saringan yang sesuai dengan ukuran
agregat maksimum yang digunakan.
2.3.4 Modulus Kehalusan (Fineness Modulus)
Mulyono (2005) menyebutkan, modulus kehalusan ini dapat diperoleh dari
jumlah persen kumulatif dari berat agregat yang tertahan di atas ayakan, kemudian
nilai tersebut dibagi dengan seratus. Makin besar nilai modulus kehalusan suatu
agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat kasar (kerikil) mempunyai nilai modulus kehalusan sekitar
5,0 8,0 sedangkan untuk agregat halus (pasir kasar dan pasir halus) sekitar 1,5
3,8. Agregat campuran nilai modulus kehalusan yang biasa dipakai sekitar 5,0 6,0.
Untuk mendapatkan perbandingan pasir kasar dan pasir halus digunakan persamaan
estimasi Japanese Society of Civil Engineering (dobokugakkai) yang dikutip oleh
Rahman, I.A (1993), diperlihatkan pada Persamaan (2.7) berikut:
FM
(fs)
X + FM
(cs)
(1-X) = FM
(fa)
........................................................... (2.7)
Di mana :
FM
(fs)
= finenees modulus pasir halus (fine sand)
FM
(cs)
= fineness modulus pasir kasar (coarse sand)
FM
(fa)
= finenees modulus agregat halus ( fine aggregate)
X = bagian pasir halus.
1-X = bagian pasir kasar.
2.3.5 Gradasi agregat
10
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butiran
agregat mempunyai ukuran yang seragam volume pori akan besar. Sebaliknya bila
ukuran butirannya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini karena butiran
yang kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori
menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatan tinggi.
2.3.6 Kadar air agregat
Dalam hal ini, hitungan kebutuhan air pada adukan beton biasanya agregat
dianggap dalam keadaan jenuh kering muka, sehingga jika keadaan di lapangan
kering udara maka dalam adukan beton akan menyerap air, namun jika agregat dalam
keadaan basah maka akan menambah air. Penyerapan penambahan air tersebut dapat
dihitung dengan rumus :
A tamb =
................................................................................................. (2.9)
Dimana:
fc = kuat tekan silinder beton (kg/cm
2
)
P = beban tekan maksimum/hancur (kg)
A = luas penampang benda uji (cm
2
)
2.8 Kuat Tarik Belah Beton
Kekuatan tarik belah beton adalah merupakan suatu sifat dasar beton yang
mempengaruhi perambatan dan ukuran dari retak di dalam suatu struktur (Murdock
dan Brook, (1999).
13
Berdasarkan Dipohusodo (1993) kuat tarik belah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
t
f
.............................................................................................. (2.10)
Dimana:
t
f Kuat tarik belah beton pada beban maksimum (kg/cm
2
)
P = Beban maksimum pada waktu belah (kg)
L = Panjang penampang benda uji (cm) = 30 cm
D = Diameter benda uji silinder (cm) = 15 cm.
2.9 Analisa data
Analisa data dilakukan dari hasil seleksi data yang dilakukan secara stastistik
dari pengujian yang dilakukan di laboratorium. Statistik merupakan sekumpulan
konsep dan metode untuk mengumpulkban data, menyajikannya dalam bentuk yang
mudah dipahami, menganalis data dan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data yang dilakukan di laboratorium.
2.9.1 Seleksi Data
Menurut Mulyono (2005) mengemukakan bahwa, standar deviasi adalah
indentifikasi penyimpangan terjadi dalam kelompok data. Besarnya standar deviasi
dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.11) berikut:
S =
.............................................................................................. (2.11)
...................................................................................................... (2.12)
Dimana:
14
S = standar deviasi (kg/cm
2
)
X
i
= besarnya data ke-i (kg/cm
2
)
k.S
Dimana:
X
o
= kuat tekan karakteristik benda uji (kg/cm
2
)