Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator penilaian status kesehatan. Menurut
badan kesehatan dunia (WHO) angka kematian ibu di seluruh dunia
diperkirakan 400/100.000 kelahiran hidup, Indonesia termasuk dalam 13
negara penyumbang kematian ibu terbesar di dunia. Di Wilayah Asia
Tenggara angka kematian ibu mencapai 210/100.000 kelahiran hidup.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah kematian ibu tertinggi kedua
setelah Kamboja dengan 220/100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2010)
Penyebab kematian ibu terbanyak antara lain disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 30%, preeklampsi-eklampsia 25%, infeksi 12%,
abortus 5%, partus lama 5%, komplikasi masa nifas 8%, dan penyebab
lain-lain 12%. (WHO, 2007)
Komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan antepartum dan
preeklampsi-eklampsia adalah persalinan preterm. Ada beberapa faktor
yang berperan dalam kejadian persalinan premterm, sekitar 43 %
disebabkan oleh preeklampsia, gawat janin (27 %), pertumbuhan janin
terhambat (10 %), perdarahan antepartum (7 %), dan kematian janin (7
%). (WHO, 2007)
2

Persalinan preterm merupakan salah satu faktor penyumbang
tingginya AKB khususnya neonatal. WHO memperkirakan AKB di dunia
sebesar 13,7 juta yang penyebabnya meliputi BBLR 10,5%, persalinan
preterm 18,5%, IUGR 19,8%. Di wilayah Asia Tenggara, angka kematian
neonatal mencapai 39/1.000 kelahiran hidup. WHO menyebutkan 30%
kematian neonatal mengarah pada persalinan premterm, sepsis atau
pneumonia (27%), asfiksia neonatorum (23%), kelainan congenital (6%),
tetanus (4%), diare (3%), dan sebab yang lain sebanyak (7%). (WHO,
2007)
Di Indonesia, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa secara nasional AKI di Indonesia
mengalami peningkatan yaitu dari 228/100.000 kelahiran pada tahun 2007
menjadi 359/100.000 kelahiran pada tahun 2012. Penyebab kematian ibu
yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu
perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan
penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lainlain 11 %.
(Kemenkes RI, 2011)
Perdarahan antepartum dan preeklampsi-eklampsia selain dapat
mempengaruhi angka kematian ibu, secara tidak langsung juga
mempengaruhi angka kematian bayi melalui persalinan pretem yang
disebabkan oleh perdarahan antepertum dan preeklampsi-eklampsia.
3

Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia mencapai 32/1000 kelahiran. (SDKI, 2012).
Riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan 78,5% kematian
bayi di Indonesia terjadi pada umur 0-6 hari yang disebabkan oleh
gangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi
6,8%, kelainan darah atau ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab kematian
bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5%, kelainan kongenital 18,1%, pnumonia
15,4%, prematuritas dan BBLR 12,8%, dan RDS 12,8%. (Kemenkes,
2011)
Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk dalam 5 besar
propinsi penyumbang kasus kematian ibu di Indonesia dengan angka
kematian 370/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan audit maternal
perinatal dari rekapitulasi review kematian ibu diketahui bahwa kematian
ibu di Propinsi Nusa Tanggara Barat disebabkan oleh penyebab obstetri
langsung yaitu perdarahan 30,23 %, preeklampsi/eklampsi 23,7 %, infeksi
dan emboli air ketuban, sedangkan penyebab tidak langsung
menyumbang 42,1 % dari kematian ibu yaitu penyakit jantung 26,3 %,
TBC paru, malaria dan hepatitis. (Dikes NTB, 2011)
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan NTB menunjukkan pada
tahun 2011 terdapat 2242 (11,26%) kasus perdarahan antepartum dan
1970 (9,90%) kasus preeklampsi-eklampsia, tahun 2012 terdapat 1933
(9,98%) kasus perdarahan antepartum dan 2521 (13,01%) kasus
4

preeklampsi-eklampsia dan pada tahun 2013 terdapat 2219 (12,98%)
kasus perdarahan antepartum dan 2365 (13,84%) kasus preeklampsi-
eklampsia. (Dikes NTB, 2013)
Propinsi NTB merupakan penyumbang kematian bayi baru lahir
ketiga setelah Propinsi Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan. Di
Propinsi NTB, pada tahun 2012 sebanyak 1058 bayi meninggal dari
101.324 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal tersebut yaitu
premature/BBLR (47,35 %), asfiksia (20,03 %), infeksi (5,29 %), cacat
bawaan ( 10,58 %) dan kasus lain (16,72%) (Dikes NTB , 2013).
Berdasarkan register kasus di Ruang Teratai RSUP NTB, pada
tahun 2012 tercatat 2908 persalinan dengan 269 (9,25 %) kasus
persalinan preterm dimana 68 (25,27%) kasus Pre eklampsi-eklampsia
dan 27 (10,03%) kasus perdarahan antepartum. Tahun 2013 tercatat
2789 persalinan dengan 369 (13,18 %) kasus persalinan preterm dimana
97 (26,28%) kasus Preeklampsi-eklampsia dan 49 (13,27%) kasus
perdarahan antepartum. Dari data tersebut, kasus preterm mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. (Register Jumlah Persalinan RSUP
NTB tahun 2012-2013).
Melihat urian tersebut diatas, terajdi peningkatan kasus persalinan
pretem, perdarahan antepartum dan preeklampsi-eklampsia, maka
penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan antara
5

perdarahan antepartum dan preeklampsi-eklampsia dengan kejadian
persalinan preterm di Ruang Teratai RSUP NTB Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara perdarahan
antepartum dan preeklampsi-eklampsia dengan kejadian persalinan
preterm di Ruang Teratai RSUP NTB Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perdarahan antepartum dan
preeklampsi-eklampsia dengan kejadian persalinan preterm di Ruang
Teratai RSUP NTB Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian persalinan preterm di Ruang Teratai
RSUP NTB Tahun 2013.
b. Mengidentifikasi kejadian perdarahan antepartum di Ruang Teratai
RSUP NTB tahun 2013.
c. Mengidentifikasi kejadian preeklampsi-eklampsia di Ruang Teratai
RSUP NTB tahun 2013.
d. Menganalisis hubungan antara perdarahan antepartum dengan
kejadian persalinan preterm di Ruang Teratai RSUP NTB Tahun
2013.
6

e. Menganalisis hubungan antara preeklampsi-eklampsia dengan
kejadian persalinan preterm di Ruang Teratai RSUP NTB Tahun
2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan bekal ilmu
pengetahuan mengenai persalinan preterm, perdarahan antepartum,
preeklampsi-eklampsia dan hubungan antara perdarahan antepartum
dan preeklampsi-eklampsia dengan kejadian persalinan preterm, serta
dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
2. Bagi Petugas dan Institusi Pelayanan Kesehatan
Untuk memotivasi para petugas pelayanan kesehatan khususnya
bidan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan lebih protektif
dalam memberikan penatalaksanaan dan pencegahan terhadap
masalah persalinan preterm sehingga dapat mengurangi angka
kesakitan dan kematian pada bayi khususnya pada masa neonatal
serta sebagai bahan masukan dalam menunjang program yang
berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi,
khususnya dalam menurunkan Angka Kematian Bayi.


7

3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa yang
lain sehingga dapat menambah wawasan tentang persalinan preterm
serta hubungannya dengan perdarahan antepartum dan preeklampsi-
eklampsia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan bacaan dan referensi dalam melakukan penelitan
selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan
perdarahan antepartum, preeklampsi-eklampsia dan persalinan
preterm.

Anda mungkin juga menyukai