Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I


1.1 PENDAHULUAN
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakay yang serius bagi tiap negara, terutama pada
negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tunanetra hidup disana, demikian dikatakan oleh
Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak secara sosial dan
ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini dapat dicegah atau diobati. Salah satunya kebutaan
yang disebabkan oleh katarak.1,2
Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa yang
kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi banyak
fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan
trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya,
katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74
tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar umumnya menyebabkan penglihatan
menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamta).1,2,3
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentang kondisi kebutaan
di dunia khususnya di negara berkembang. Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di
dunia 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO
berada diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.1-5



2

1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh
serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. 1,2,5
Mata memiliki struktur sebagai berikut :
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif kuat.
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian sclera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan
lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran
pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus, berfungsi
membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata, berfungsi
mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen
anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh
processus ciliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi
segmen posterior mata)

3


Gambar 1. Anatomi Mata
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition

1.2.1 ANATOMI LENSA 5,7
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah (avaskular), tembus
pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan berhubungan dengan cairan bilik mata,
ke belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii (Ligamentum
suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Permukaan posterior lebih
cembung daripada permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai
membran yang sempermiabel, yang akan memperoleh air dan elktrolit untuk masuk.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga
lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan
persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y )
ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang dikenal
4

zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam
ekuator lensa.
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara jaringan-jaringan
tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf
di lensa.

Gambar 2. Anatomi dan Histologi Lensa 7
2.2 FISIOLOGI LENSA 5,7
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk memfokuskan cahaya
datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula zinii dan memperkecil diamter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil
sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis
antar zonula, korpus siliaris, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi.
5

Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks. Proses sklerosis
bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung perlahan-perlahan sampai
dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, dimana nukleus menjadi besar dan korteks bertambah
tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya kekuningan, kurang jernih dan tampak
seperti gray reflek atau senil reflek, yang sering disangka katarak. Karna proses sklerosis ini
lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia,
dimana pada orang Indonesia dimulai pada usia 40 tahun.
1.3 PEMERIKSAAN LENSA
Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam penglihatan dan
dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight, loop, sebaiknya dengan pupil
dilatasi.1,2,5,7
1.4 METABOLISME LENSA NORMAL 1,2,5,7
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior lensa lebih tinggi
dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi
sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.


6

BAB II
KATARAK
1. DEFINISI 1-4
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin Cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita
katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini
mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak
dibagian tengah lensanya.

Gambar 3. Lokasi Katarak
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition



7

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara instan,
melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara tetap atau
penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat
terjadi pada kedua mata secara bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin meninggal
sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka pengangkatan lensa akan
memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina
atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang
menghambat pemulihan daya pandang.

Gambar 4. Kejernihan Lensa
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition

2. ETIOLOGI 1,2,3,4,7
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula
terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

8


Penyebab katarak lainnya meliputi:
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah esehatan, misalnya diabetes
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui

3. PATOFISIOLOGI 1,2,3,4,7
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang
banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan
kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.


9

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa,
sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan
disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto
oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan
pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.




10

4. KLASIFIKASI KATARAK 1,2,3,4,7
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif

B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras

D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier

11

4.1. KATARAK DEVELOPMENTAL 1,2,3,4,7
4.1.1 Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau beberapa saat
kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak kongenital bisa
merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan
oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan penyakit anabolik,
seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini
jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.

Gambar 5. Katarak Kongenial
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition
Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain : (ilyas, 2009)
a. Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada lensa. Pada
usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan normal, pada
waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung
sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa, berbentuk ekor yang
12

dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu banyak. Visus biasanya 5/5,
kekeruhannya statisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.
b. Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak piramidalis
anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan yang
kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh
kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada cahaya
redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya tiddak
menimbulkan gangguan stationer, sehingga tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan
pemberiann midriatika, seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus,
karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kelumpuhan dari Mm. Siliaris, sehingga tidak
dapat berakomodasi
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior. Juga
stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi.
Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak polaris
posterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai garia-
garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan tanda khas untuk
katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering disertai
anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah yang
jernih.



13

f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang merupakan
huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu
visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap, maka lensa
semakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.
h. Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan intrauterin. Katarak
ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata, keabu-abuan
seperti mutiara.
4.2 Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam katarak Developmental,
karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa. Konsistensinya lembek
seperi bubur disebut juga soft cataract . katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan pertama,
sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap biasanya akibat trauma.
Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui, untuk
menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.
Pengobatan pada katarak kongenital
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah opersai.
Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total, opersi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila
telah dapat dilakukan pembiusan.
14

Pengobatan katarak bergantung pada :
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak
terlihat.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum
terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan
segera.
3. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali
terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan
kacamata segera.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba
dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya
tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya prognosis yang ebih baik.
Tindakan pengobatan pada katarak kngenital yang umum dikenal :
1. Disisio lensa
2. Ekstraksi linier
3. Ekstraksi degan aspirasi

4.3 KATARAK DEGENERATIF 1,2,3,4,7
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
1. Katarak Primer
Katarak primer menurut usia :
Katarak presenile, usia 40-50 tahun
Katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.
A. Katarak Senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun
keatas
15


Gambar 6. Katarak Senilis
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala adalah distorsi
penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya berkembang lambat selama
beberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila
diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah mengalami
kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasi retina,
perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang
menghambat pemulihan visual.

Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis nucleus
, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak bewarna.
4.3.1. Secara klinis katarak seniis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :
Insipien
Imatur
16

Matur
Hipermatur

1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium ini bisa normal
atau 6/6 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks
anterior, sedangkan aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang nyata
bila pupil dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60
1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau
tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.
Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang
terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong
kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan
glaukoma sebagai penyulitnya.
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui pupil
dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
17

4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 1/~. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses kekeruhan
berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.


Katarak matur katarak traumatik

Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak
Sumber : Ophthalmolog y- A Pocket Textbook Atlas.2
nd
Edition
18

5.1. Diagnosis 1,2,3,10
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies). Penyakit seperti
diabetes militus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara
dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan
kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien
katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan
stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti
biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan
pengukuran TIO.

6.1. Penatalaksanaan
6.1.1. Tujuan terapi medikamentosa antara lain: 1-4
1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan
lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi)
sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas
memburuk. Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine,
natrium iodine, dll
2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata.
Contoh:
19

- suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina), contoh: vitamin
A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU,
- suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf), contoh vitamin
B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg, vitamin B
complex, dll
- Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh ascorbic
acid 600 mg
- Vitamin E.
3. Untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.

6.1.2. Pembedahan Katarak 1,2,3,7
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa
dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal
daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata
atau diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat
swbagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi
yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya tidak dibutuhkan
penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan di negara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi dihitung
sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea
(maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien
20

tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi
oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata tersebut yang
membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua
mata.

Gambar 1. Pembedahan katarak (Harvard Health Publications, 2007).

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan.
6.13. Komplikasi Pembedahan Katarak 1,2,3,7
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan
resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.
21

b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode paska
operasi dini. Pupil mengalami distorsi.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang
terjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunan
tajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan (hipopion).
d. Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea
untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata
steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis
jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan
masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,
dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat
untuk mencegah infeksi namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika
penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui
insisi yang kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka
memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.
e. Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila
disertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,
namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
f. Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat
kehilangan vitreous.
g. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior
berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin
22

didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser
(neodymium yttrum (ndYAG)laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat
risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi
YAG. Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkan
bahwa bahan yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan
tumpang tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior
penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.

7.1. Komplikasi
Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi
seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina 1,2,3,7,8
8.1. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik. 1,2,3,7
9.1. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap
sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat 1,2,3,7



23

BAB III
KESIMPULAN

Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium insipien, intumesen,
imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum gangguan katarak meliputi
penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi, silau, dapat terjadi
penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca,
lensa mata berubah menjadi buram.
Pengobatan pada katarak adalah operasi. Untuk menentukan kapan katarak dapat
dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan, katarak akan
menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis, dan kerusakan
retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhadap
sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap dan sebagainya, pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

Anda mungkin juga menyukai