Anda di halaman 1dari 13

1

LAPORAN KASUS
STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
KETUBAN PECAH DINI





DI SUSUN OLEH:
YULI TRIRETNO 2010730118


PROGRAM STUDI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014


2

BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Alamat : Cakung, Penggilingan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk Kamar Bersalin : 15 Juni 2014

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD kebidanan jam 1 siang dengan keluhan keluar air dari jalan
lahir selama 14 jam.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengaku hamil 8 bulan. G5P4A0. Air yang keluar tidak bisa ditahan, jernih,
dan tidak berbau selama 14 jam.Keluar darah (-). Mules-mules (+). Demam (-).
Keputihan (-). Riwayat keguguran disangkal. Menderita penyakit asma (-), hipertensi (-),
diabetes (-), penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak pernah seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat keluarga yang mempunyai keluhan seperti ini disangkal dan riwayat penyakit
asma, hipertensi, diabetes, penyakit jantung dari keluarga disangkal
Riwayat Alergi :
3

Makanan (-), Obat (-)

Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mengobati keluhannya.
Riwayat Operasi :
Pasien menyangkal
Riwayat menstruasi :
- HPHT : pasien lupa
- menarche : umur 14 tahun.
- siklus : teratur 28 hari sekali.
- banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)
- lamanya : 7 hari

Riwayat pernikahan :
- Pernikahan yang pertama, lama perikahan 20 tahun
Riwayat obstetrik
G5P4A0
Tidak pernah memakai KB
PNC teratur
Riwayat persalinan
No Jenis Kelamin Berat lahir Ditolong Persalinan
1 Perempuan 2400 gr Bidan
2. Perempuan 2400 gr Bidan
3. Perempuan 2000 gr Bidan
4. Perempan 2400 gr Bidan
5. Ini

4

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/90 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,5
0
C
Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler
-
/-, rhonki
-
/-, wheezing
-
/-
Payudara : d.b.n
Abdomen
Inspeksi : TAK
Palpasi : TFU 2 jari diatas umbilikus (28cm), letak anak memanjang, puka,
presentasi kepala, penurunan 5/5
Perkusi : sonor, pekak pindah pekak samping (-)
Auskultasi : Bunyi peristaltik usus (+)
His : 2 x dalam 10 menit selama 30 detik
DJJ : 135 x/menit
TBBJ : 2100 gr

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-

5

Pemeriksaan Ginekologis
Inspekulo
Keluar cairan dari osrium uteri eksterna
Pemeriksaan dalam
Portio : lunak, ostium terbuka 1 cm
Posisi Uterus : retrofleksi
Adnexa : ki-ka tidak teraba massa
Kesan panggul : Luas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
pH 7,5
USG

ANALISA KASUS
Kehamilan anak kelima, tidak ada riwayat keguguran.
HPHT : Pasien lupa
Gerak Janin : (+)
DJJ : 135 x / menit
Tfu : 28 cm
Mengeluh keluar air-air selama 14 jam. Cairan jernih, tidak berbau, tidak bisa ditahan,
dan tidak disertai demam. Pasien merasakan mules-mules. Pada pemeriksaan lakmus,
terdapat perubahan warna menjadi basa.
6

Ketuban pecah seharusnya ketika akhir kala I atau awal kala II dimana sudah ada
tanda tanda persalinan seperti ; pembukaan sudah lengkap, his yang adekuat, kepala
masuk rongga panggul.
Pada kasus ini, ketuban pecah ketika pembukaan 1-2cm dan his masih ringan.

DIAGNOSIS KERJA
Ibu : G5P4A0 umur 39 tahun hamil 34 minggu dengan fase laten + KPD
Ketuban pecah dini 14 jam
Janin : tunggal, hidup, intrauterin,letak memanjang, persentasi kepala

PENATALAKSANAAN
Infus Dextrosa 5% + drip oksitosin 20 IU
Amoxicillin 1 gr IV
Metronidazole 500mg inf
Dopamed 3 x 250mg p.o
Observasi: kondisi umum, tensi, nadi, respirasi, suhu, BJA dan his

Laporan Persalinan
Telah dilakukan SC. Bayi lahir 16- 08- 204 jam 02.43. Jenis Kelamin laki-laki. Berat 1850
gram, panjang 45 cm. Nilai Apsgar 8/10. Jenis partus SC, indikasi KPD.
Plasenta lahir : manual, berat 900 gram. Panjang tali pusat 48.
Perdarahan kala III dan kala IV 200cc

Pos Partum :
Ku : Baik, tensi 120/80mmHg, n= 80x/menit, P=20x/menit
TFU : sepusat, kontraksi baik, perdarahan dalam batas normal





7

BAB II
PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnioln terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat kaitannya. Lapisan ini tersiri dari beberapa sel seperti sl epitel, sel mesenkim
dan sel trofoblast yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalm proses persalinan. Ketuban pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah
dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (yang terjadi pada 1% kehamilan). KPD preterm menyebabkan terjadinya 1/3
persalinan preterm dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
Pecahnya selaput ketuban berhubungan dengan perubahan proses biokimia yang
terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion, korion, dan apoptosis membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin, dan protein hormon yang merangsang matrix degrading enzyme.

II. DEFINISI
Ada bermacam-macam batasan / teori / definisi. Ada teori yang menghitung berapa
jam sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu. Ada juga yang
menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban yang pecah
sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya. Prinsipnya adalah ketuban
yang pecah "sebelum waktunya". Jadi, ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan


III. MEKANISME KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dalam persalinan pada umumnya disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang.selaput ketuban pecah, karena pada daerah tertententu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh.
8

Terdapat keseimbangan antara sistesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitaas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
- Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
- Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendeteksi waktu persalinan,
keseimbangan antara MMP mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ekstraseluler dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat
menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuan mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, mislanya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban
pecah dini sering terjadi pada polihidramnion, inkopeten serviks, dan solusio plasenta.

IV. DIAGNOSIS
Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika
tidak ada dapat dicoba dengan mengerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat mengetes dengan tes
lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan bila perlu dnegan
pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 38
0
C serta air ketuban keruh dan berbau. Lekosit darah > 15.000/mm
3
.
Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalai infeksi intrauterine. Tentukan tanda-
tanda persalinan. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila
akan dilakukan terminasi kehamilan.
Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat adanya cairan
ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5;
bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikan
pH vagina.
9


V. KOMPLIKASI
1. Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.
Korioamnionitis merupakan kedaan pada perempuan hamil dimana korion, amnion,
dan carian ketuban terkena infeksi bakteri. Merupakan komplikasi yang paling serius bagi
ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis.
Penyebabnya adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus urogenitalis
ibu. Secara spesifik permulaan infeksi berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar
ke uterus. Angka kejadiannya 1-2%. Faktor resiko terjadinya korioamniotnits adalah
kelahiran premature atau ketuban pecah lama. Korioamniotnitis tidak selalu
menimbulakan gejala. Bila timbul gejala antara lain demam, nadi cepat, berkeringat, uterus
pada perabaan lembek dan cairan berbau keluar dari vagina.
Bila kehamilan premature, keadaan ini akan memperburuk prognosis janin. Bila janin
telah meninggal upayakan persalinan pervaginam, tindakan perabdominam (section
sesarea) cenderung terjadi sepsis. Lakukan induksi atau aselerasi persalinan.
Pemberian antibiotika sesegera mungkin. Dipilih yang berspektrum luas yaitu
kombinasi ampisilin 3x100 mg, gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dan metronidazol 3x500 mg.
Berikan uterotonika supaya kontraksi uterus baikk pasca perslainan. Hal ini akan
mencegah/menghambat invasi mikroorganisme melalui sinus-sinus pembuluh darah pada
dinding uterus.

2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
Setelah ketuban pecah, biasanya disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm, 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu, 50% persalinandalm 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu, persalinan terjadi dalam 1 minggu.

3. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
Volume air ketuban dapat turun di bawah batas normal dan kadang-kadang menyusul
hingga hanya beberapa ml. cairan kental. Oligihidramnion dapat dicurigai bila terdapat
kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5
cm.Penyebab keadaan ini belum sepuhnya dipahami. Marks dan Divon (1992) menemukan
oligohidramnion yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion sebesar 5 cm atau kurang
pada 12% dari 511 kehamilan berusia 41 minggu atau lebih. Akibat berkurangnya cairan,
10

resiko kompresi tali pusat dan pada gilirannya gawatjanin meningkat pada semua
persalinan, tetapi terutama pada kehamilan postterm.
Keadaan yang berkaitan dengan oligohidramnion:
Janin:
- Kelainan kromosom
- anomaly congenital
- hambatan pertumbuhan
- kematian
- kehamilan postterm
- pecahnya ketuban
Plasenta:
- solusio plasenta
- Transfusi antar kembar
Ibu:
- Insufisiensi
- Uteroplasenta
- Hipertensi
- Preeklamsi
- diabetes
Obat:
- Inhibitor prostaglandin sintase
- Inhibitor enzim pengubah angiotensin

4. prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).

Keadaan / faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm
1. Iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatik
2. Maternal : penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia,
trauma, konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi intraamnion subklinik,
korioamnionitis klinik, inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis akut, ketuban pecah pada
usia kehamilan preterm.
3. Fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin
terhambat, gawat janin, kematian janin.
11

4. Cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah pada
preterm, infeksi intraamnion, korioamnionitis klinik.
5.Placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus
maginalis, chorioangioma, vasa praevia.
6. Uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus
idiopatik.

Persalinan preterm (partus prematurus) : persalinan yang terjadi pada usia kehamilan
antara 20-37 minggu.
Tanda : kontraksi dengan interval kurang dari 5-8, disertai dengan perubahan serviks
progresif, dilatasi serviks nyata 2 cm atau lebih, serta penipisan serviks berlanjut sampai lebih
dari 80%.Insidens rata-rata di rumah sakit besar di Indonesia : 13.3% (10-15%)
VI. PENATALAKSANAAN
A. Konservatif
Rawat di RS, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu tidak ada infeksi,
berikan tokolitik salbutamol, deksametasondan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan
32037 minggu ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi. Pada
usia kehamilan 32-37 minggu berika steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksakadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

B. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio secaria. Dapat
pula diberikan misoprostol 25-50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila
ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.



12




























Umur kehamilan
20- <28 mgg 28-36 mgg > 37 mgg
aktif
Konservatif
Rawat 2 hari
aktif
Tanpa komplikasi
yang lain
- His (+)
- infeksi
Pulang dengan saran :
- Tidak melakukan coitus / irigasi
vagina
- Segera control bila ada tanda-tanda
infeksi/gerak janin berkurang
- Kick count test
aktif
PNC tiap minggu
sampai 37 minggu
KPSW
13

DAFTAR PUSTAKA
Prawihardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono
Prwihardjo
Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2005. Obstetri patologi, Fakultas kedokteran Uniersitas
Padjadjaran. Jakarta : EGC
Levano,Kenneth J. Et al. 2009. Obstetri Williams, Panduan Ringkas.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai