STRESSSS4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

1

I. PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara
ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan
rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman-pengalaman diperoleh
manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penataran rasional, kejadian-
kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.Ilmu pengetahuan harus
dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta , kenyataan yang
tunduk pada instrumen hukum yang menyebabkan fenomena iu muncul.Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi asas fenomena alam atau
simplifikasai atas fenomena tersebut.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya
mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan , menjelaskan,
menyampaikan nilai-nilai kebenaran.Semua orang yang berhasrat untuk
mencintai kebenaran, bertindak sesuai kebenaran .
Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia. Sebagai nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat
kemanusiaan (Human dignity) selalu berrusaha memeluk sesuatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan objek insrumen manusia sudah lama
menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya
menyelidi secara terus menerus apakah hakikat kebenaran itu.
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong
pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan
pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut
manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spikologis.
Sumber kebenaran ialah meyakini sesuatu sebagai sumber kenyataan yang benar-
benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita manusia selalu
ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa memuaskan rasa ingin
tahu kita kita, dengan kata lain tujuan penegetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran, dengan kata lain, dalam ilmu kita manusia
ingin memperoleh pengetahuan yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan
yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah.
Ilmu pengetahuan digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang tidak
terlihat oleh mata secara langsung, terutama akar tunjang dalam suatu pohon),
batang, cabang, ranting, daun, bunga, kulit batang, dan sebagainya.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kebenaran?
2. Bagaimanakah penemuan kebenaran?
3. Apakah jenis-jenis kebenaran?
4. Apakah sifat-sifat kebenaran?
5. Apakah tingkat kebenenaran?


2

6. Apakah sajakah sumber kebenaran?
7. Apakah pohon ilmu itu?

1.3.TUJUAN
1. Untuk mengtahui pengertian kebenaran
2. Untuk mengetahui penemuan kebenaran
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kebenaran
4. Untuk mengetahui sifat-sifat kebenaran
5. Untuk mengetahui tingkatan kebenaran
6. Untuk mengetahui sumber kebenaran
7. Untuk mengetahui pohon ilmu
8. Untuk mengetahui unsur atau elemen pada pohon ilmu

II. PEMBAHASAN

2.1.KEBENARAN
A. DEFINISI KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan umum.
Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat
manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha
memeluk suatu kebenaran. Berdasarkan scope potensi subjek, maka
susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera
adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami
manusia.
2. Tingkatan ilmiah
Pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui
indera, diolah pula dengan rasio.
3. Tingkatan filosif, rasio, dan instrumen murni
Renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi
nilainya.
4. Tingkatan instrumen, kebenaran mutlak
Yang bersumeber dari Tuhan yang Maha Esa adan dihayati oleh
kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan
memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman
tentang kebenaran, tanpa melaksanakan konflik kebenaran, manusia
mengalami pertentangan batin, konflik spikologis. Karena didalam
kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan
kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak
akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana

3

selalu ditujukan oleh kebenaran. Hal kebenaran sesungguhnya
merupakan tema sentral didalam filsafat ilmu. Secara umum orang
merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran.
Probelamatik mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacuh
pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Purwadarminta, ditemukan arti
kebenaran, yaitu :
a. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan
sesungguhnya)
b. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya)
c. Kejujuran, ketulusan hati
d. Selalu izin, perkenaan
e. Jalan kebetulan


B. PENEMUAN KEBENARAN
Cara umum menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari
berbagai cara umum menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang
ilmiah dan non ilmiah. Cara-cara untuk menemukan kebenaran
sebagaimana diuaraikan oleh Hartono Kasamadi dkk (1990) sebagai
berikut :


a. Penemuan secara kebetulan
Penemuan secara kebetulan adalah penemuan secara
langsung tanpa disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan
secara kebetulan itu banyak juga yang berguna walaupun
terjadinya tidak dengan cara yang ilmiah, tidak disengaja dan
tanpa rencana. Cara ini tidak dapat diterima dalam metode
keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.

b. Penemuan coba dan ralat
Penemuan coba dan ralat terjadi tanpa adanya kepastian
akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari. Memang
ada aktifitas mencari kebenaran, tetapi aktifitas itu mengandung
unsure spekulatif atau untung-untungan. Penemuan dengan
cara ini kerap klai memerlukan waktu yang lama karena memang
tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya. Cara
coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah
dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.



4

c. Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan
Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan,
misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan
kedudukan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat
itu tidak didasarkan kepada pembuktian ilmiah. Pendapat itu
tidak berarti tidak ada gunanya. Pendapat itu tetap berguna,
terutama dalam merangsang usaha penemuan baru bagi orang-
orang yang menyangsikannya. Namun demikian adakalnya
pendapat itu ternyata tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan demikian pendapat pemegang otoritas itu bukanlah
pendapat yang berasal dari penelitian, melainkan hanya
berdasarkan pemikiran.

d. Penemuan secara spekulatif
Cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi,
perbedaan dengan coba dan ralat memang ada. Seseorang yang
menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan pada pemuan
secara spekulatif, mungkin sekali ia membuat sejumlah
alternative pemecahan. Kemudian ia mungkin memilih satu
instrument pemecahan sekalipun ia yakin mengenai
pemecahannya .

e. Penemuan kebenaran lewat cara berfikir kritis dan rasional
Telah banyak kebenaran yang dicapai oleh manusia sebagai
hasil upayanya menggunakan kemampuan berpikirnya. Dalam
menghidupi masalah, manusia berusaha menganalisisnya
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk
sampai pada pemecahan yang tepat. Cara berpikir yang ditempuh
pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adalah
dengan cara berpikir analitis dan cara berpikir sintesis.

f. Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang
dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluaran
hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf ke ilmuan.
Penyaluaran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh
keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap
gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.
Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu
pelaksanaanya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan
yang logis dan koheren. Ciri lainnya adalah universalis. Setiap
penelitian ilmiah harus objektif, artinya terpimpin oleh obyek dan
tidak mengalami distorsi karna adat berbagai prasangka
subyektifnya.

5




C. JENIS-JENIS KEBENARAN
Kebenaran dapat dibagi dalam 3 jenis menurut telah dalam filsafat
ilmu, yaitu:
a. Kebenaran Epistemologikal
adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan
manusia.
b. Kebenaran Ontologikal
adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala
sesuatu yang ada maupun diadakan.

c. Kebenaran Semantikal
adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata
dan bahasa.

D. SIFAT KEBENARAN
Karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas,
sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki
pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda
satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dari kebenaran.
Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu :
1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap
pengetahuan yang dimiliki di tilik dari jenis pengetahuan yang
dibangun.
Pengetahuan itu berupa :
a. Pengetahuan biasa (ordinary knowledge
Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya
subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
b. Pengetahuan ilmiah
Yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas
atau spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah
mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis. Kebenaran dalam
pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai
dengan hasil penelitian yang penemuan mutakhir.
c. Pengetahuan filsafat
Yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui
metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan
spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung adalah absolute
intersubjektif.
d. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan
agama.

6

Pengetahuan agama bersifat dragmatis yang selalu dihampiri
oleh yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam kitab suci
agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang
digunakan untuk memahaminya.

2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari
bagaiamana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun
pengetahuannya.
Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan
akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh
pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya.
Jadi jika membangun pengetahuan melalui indera, maka
pembuktiannya haruslah melalui indera pula.

3. Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan.
Membangun pengetahuan tergantung dari hubungan antara subjek
dan objek mana yang dimiliki. Jika subjek yang berperan, maka
jenis pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran yang bersifat
subjektif. Sebaliknya, jika objek yang berperan, maka jenis
pengetahuannya mengandung nilai kebenaran yang bersifat
objektif.
Kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata yang konkret
maupun abstrak. Adapun kebenaran dapat berkaitan dengan :
1. Kuantitas pengetahuan
Artinya bahwa setiap pengetahuan dimiliki seseorang yang
mnegetahui suatu objek yang ditinjau dari pengetahuan yang
dibangun.
Penegtahuan tersebut berupa :
a. Pengetahuan biasa yang sifatnya subjektif
b. Pengetahuan ilmiah yang bersifat instrumen
c. Pengetahuan filsafati yang sifatnya instrumen intersubjektif
d. Pengetahuan agama yang bersifat instrumen
2. Karakteristik cara membangun pengetahuan :
a. Penginderaan/sense experience
b. Akal pengetahuan/ rasio/ intuisi
c. Keyakinan
3. Jenis pengetahuan menurut instrumen karakteristik :
a. Pengetahuan indrawi
b. Pengtahuan akal budi
c. Pengetahuan intuitis
d. Pengetahuan kepercayaan / pengetahuan otoritatif
4. Ketergantungan terjadinya pengetahuan, yang artinya
bagaimana hubungan subjek dan objek. Bila yang dominan

7

subjek maka sifatnya subjektif, sebaliknya bila yang dominan
objek maka sifatnya objektif.

E. TINGKATAN KEBENARAN
Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah.
Manusia didalam kepribadian dan kesdarannya tak mungkin tanpa
kebenaran.
Berdasarkan ruang potensi subjek, maka susunana tingkatan
kebenaran itu menjadi :
1. Tingatan kebenaran indera
Tingakatan kebenaran indera adalh tingkatan yang paling
sederhana dan pertama yang dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah
Tingkatan ilmiah adalah pengalaman-pengalaman yang didarkan
disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio.
3. Tingakatan filosofis
Tingkatan filosofis adalah rasio dan pikiran murni, renunga yang
mendalam mengoalah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4. Tingakatan religius
Tingkatan religius adalah kebenaran mutlak yang bersumber dari
Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan
intergritas dengan iman dan kepercayaan.



2.2.SUMBER KEBENARAN
Sumber kebenaran terdiri atas:
1. Agama sebagai sumber kebenaran
Sumber kebenaran agama sebenarnya bukan hanya berdasarkan wahyu.
Sebagi halnya dengan pengetahuan dalam lapangan ilmiah, pengetahuan
agama juga diperoleh dengan memeprgunakan bukti-bukti historis,
argument-argument rasional dan pengalaman pribadi.
a. Bukti-bukti historis
Dalam lapangan ilmu pengetahuan, pengetahuan tentang
adanya Aristoteles, Plato, dan sebagainya dan pengetahuan tentang
filsafat mereka masing-masing diperoleh dari buku-buku yang
menurut mereka adalah tulisan mereka. Apa buktinya bahwa orang
yang bernama Aristoteles atau Plato betul dan benar ada diabad ke-
5 dan ke-4 sebelum Nabi Isa ? dan apa buktinya bahwa buku-buku
yang disebut itu adalah karangan mereka?
Karena ada tradisi turun-temurun mulai dari sesudah matinya
kedua filosof itu sampai ke masa kita ini yang mengatakan
demikian dan belum ada suara yang menentang kebenaran tradisi
ini. Demikian pula dalam agama. Pengetahuan tentang Budha,

8

tentang Nabi-Nabi seperti Musa, Isa,dan Muhammad SAW.
Diperoleh dari tradisi. Tardisi ini diperukua oleh bukti-bukti
historis. Bukti-bukti historis yang dimaksud umpamanya
keterangan-keterangan penukis sejarah yang diakui keahlian dan
dipercayai kebenaran uraian tentang pribadi-pribadi tersebut dan
sejarah itu ditulis dizaman mereka masih hidup atau tidak lama
sesudah zaman mereka.
Kembali ke pokok persoalan kalau ada tuduhan bahwa
penegtahuan agama berdasar pada tradisi, orang bisa mnejawa
bahwa dalam lapangan ilmiah juga ada pengetahuan yang berdasar
pada tradisi, terutama sejarah, falsafat, dan sebagainya.

b. Argumen-argumen Rasioanal
Agama juga mempergunakan argumen-argumen rasioanal
dalam memperoleh pengetahuan-pengetahuan keagamaan,
terutama tentang wujud Tuhan, hidup sesudah hidup sekarang,
kekekalan hidup amnusia, dan sebagainya. Tidak benar tuduhan
yang mengatakan bahwa pengetahuan keagamaan hanya berdasar
pada wahyu dan tradisi.

c. Pengalaman pribadi
Kalau ilmu pengetahuan menggunakan eksperimen, juga dalam
lapangan agama terdapat eksperimen yang merupakan pengalamn
pribadi, terutama dalam lapangan pengetahuan tentang adanya
Tuhan. Pengalaman ini terutama terdapat dalam kalangan mistik
yang dengan latihan tertentu dapat mempertajamkan kekuatan
rohani mereka sehingga mereka dapat melihat Tuhan dengan hati
nurani mereka, dan dapat berkomunikasi dengan Tuhan.
Pengalamn serupa ini bukan hanya dialami oleh stu dua orang,
tetpai oleh sejumlah orang yang menyebabkan kita tidak mudah
dapat menolak kebenaran pengalaman mereka itu. Pengalaman-
pengalaman serupa ini bukan terdapat dalam satu agama saja, tetapi
tiap-tiap agama besar dialam ini. Kalau kita kembali ke lapangan
ilmu pengetahuan, yang mengadakan eksperimen atau pengalaman
disana bukan semua orang tetapi hanya sejumlah orang ahli-ahli,
dan pengalaman mereka ini mereka terangkan dalam karangan-
karangan dan orang lain percaya kepada keterangan-keterangan
mereka selama keterangan itu tidak bertentangan dengan logika,
dalam bidang agama demikian pula. Kaum mistik menerangkan
pengalaman-pengalaman mereka dalam tulisan-tulisan dan karena
mereka adalah orang-orang yang ahli dalam lapangan ini, apa pula
salahny kalau orang percaya akan kebenaran pengalaman-
pengalamn mereka, apalagi pengalaman serupa itu bukanlah
mustahil menurut logika. Tidak mustahil bagi orang yang percaya

9

pada adanya dunia spiritual disamping dunia materil. Oang
menganut paham materialisme sebaliknya memandang hal diata
sebagai suatu yang mustahil dan tidak bisa terjadi.
Kriteria kebenaran agama
Kriteria kebenaran agama bisa dilihat dari beberapa aspek,
diantarnyaa :
1) Ajaran yang rasional
Karena pencipta kita memberikan pertimbangan dan
intelektual kepada kita, inilah kewajiban kita
menggunakannya untuk membedakan kebenaran
dari kebohongan
2) Kesempurnaan
Karena pencipta kita Tuhan itu maha sempurna,
wahyunya pasti sempurna dan akurat, bebas dari
kesalahan, kelalaian, penambahan/interpolasi dan
versi yang bermacam-macam. Pasti bebas dari
kontradiksi dan penyampaiannya.
3) Tidak ada cerita yang dibuat-buat/tahayyul:
Wahyu yang benar bebas dari cerita yang dibuat-
buat atau tahayyul yang menurunkan martabat sang
pencipta atau diri manusia
4) Ilmiah
Karena sang pencipta kita adalh pencipta seluruh
ilmu pengetahuan, wahyu yang benar pasti ilmiah da
dapatbertahan terhadap tantangan ilmu pengetahuan
disetiap saat.
5) Ramalan yang didasarka fakta
Karena pencipta kita lebih tahu masa lalu, sekarang,
dan masa yang akan datang, maka ramalannya
dalam wahyunya dimasukan sebagai ramalan.
6) Tidak dapat ditiru manusia
Wahyu yang benar adalah sempurna dan tidak dapat
ditiru manusia . wahyu Tuhan yang benar adalah
keajaiban yang hidup, sebuah kitab yang membuka
tantamgma manusia untuk melihat dan
membuktikan kepada diri mereka sendiri
keotentikannya atau keasliannya.








10

2. Pengetahuan sebagai sumber kebenaran
Dalam sejarah manusia, ada banyak cara yang ditempuh dalam mencari
jawaban atas persoalan yang mereka hadapi.
Sumber-sumber pengetahuan ini dikelompokan menjadi lima :
1) Pengalaman
Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang telah banyak
diketahui dan digunakan orang. Berdasarkan pengalaman pribadi
seseorang dapat menemukan jawaban atas banyak persoalan yang
dihadapinya. Andaikata kita tidak dapat mengambil manfaat dari
pengalaman itu, mungkin kemajuan akan sangat terlambat.
Meski demikian pengalaman sebagai sumber kebenaran, mempuyai
keterbatasan. Adakalanya pengaruh suatu kejadian terhadap
seseorang, akan bergantung kepada siapa orang itu. Dua orang
yang mengalami situasi yang sama mungkin akan memperoleh
pengalaman yang berbeda. Kelemahan lain dari pengalaman ialah
bahwa sering kali seseprang perlu mengetahui hal-hal yang tidak
dapatdipelajari/diketahui lewat pengalaman sendiri. Seorang guru,
melalui pengalamannya, dapat mengetahui jumlah keseluruhan
murid dalam suatu kelas pada suatu hari, tetapi ia tidak dapat
menhitung secara pribadi jumlah penduduk Indonesia seluruhnya.

2) Wewenang
Wewenag atau otoritas maksudnya orang mencari jawaban
pertanyaan itu dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman
dalam hal itu, atau yang mempunyai sumber keahlian lainnya. Apa
yang dikerjakan oleh orang yamg kita ketahui mempunya
wewenang itu, kita terima sebagai suatu kesatuan kebenaran.
SSeorang siswa akan membuka kamus untuk mengetahui kata-kata
asing. Untuk mengetahui jumlah penduduk Indonesia misalnya,
orang akan melihat laporan biro pusat statisti Indonesia. Walaupun
wewenang merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan kita
yang sangat berguna, kita tidak boleh melupakan pertanyaan,
bagaimana orang yang dianggap mempunyai wewenang itu
mengetahui hal itu ?.
Kelemahan dari wewenang :
Pertama, orang-orang yang berwenang itu juga bisa salah , juga
orang yang dianggap berwenang itu berbeda pendapat tentang
beberapa masalah.

3) Cara berpikir deduktif
Cara berpikir deduktif yang diperkenalkan oleh Aristoteles dan
pengikutnya dirumuskan sebagi proses berpikir yang bertolah pada
pernyataan yang sifatnya umum ke pernyataan yang bersifat khusus
dengan memakai kaidah logika tertentu.

11

Hal ini dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme, yang terdiri atas :

a. Dasar pikiran utama (premis mayor)
b. Dasar pikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Dalam berpikir deduktif, jika dasar pikirannya benar, maka
kesimpulan pasti benar. Karena memnungkinkan seseorang
menyusun premis-premis menjadi pola-pola yang dapat
memberikan bukti-bukti kuat bagi kesimpulan yang valid. Deduksi
dan teori dapat dapat menghasilkan hipotesis, suatu bagian vital
dalam penyelidikan ilmiah. Akan tetapi, juga memiliki
keterbatasan. Kesimpulan silogisme tidak pernah melampaui isi
premis-premisnya. Karena selalu merupakan perluasan dari
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, sehingga dalam
penyelidikan ilmiah sulit sulit menetukan kebenaran universal dari
berbagai pernyataan mengenai gejala ilmiah.
4) Cara berpikir induktif
Francis Bacon (1561-1626) berpendapat bahwa para pemikir
hendaknya tidak merendahkan diri begitu saja dengan menerima
premis orang yang punya otoritas sebagai kebenaran mutlak . ia
yakin seseorang penyelidik dapat membuat kesimpulan umum
berdasarkan fakat yang dikumpulkan melalui pengamatan
langsung. Pendekatan ini dikenal sebagi cara berpikir induktif,
yang merupakan kebalikan dari proses metode deduktif.
Perbedaanya dalam ontoh sebagai berikut :
Deduktif : setiap binatang menyusui yang mempunyai paru-
paru. Kelinci adalah binatang menyusui. Oleh karena itu,
setiap kelinci mempunyai paru-paru.
Induktif : setiap kelinci yang pernah diamati mempunyai
paru-paru oleh karena itu, setiap kelinci mempunyai paru-
paru.
Kesimpulan induktif hanya dapat mutlak apabila kelompok
yang menjdi objek itu kecil. Maka kita biasanya memakai
induksi tak sempurna. Dalam sistem ini, orang mengamati
sample suatu kelompok kemudian membuat kesimpulan
tentang karakteristik seluruh kleompok itu berdasarkan
sample tersebut. Sekalipun induksi tak-sempurna tidak
memungkinkan kita mencapai kesimpulan yang tidak bisa
salah, induksi tak-sempurna ini dapat memberikan
informasi meyakinkan yang dapat dijadikan dasar untuk
membuat keputusan yang masuk akal.

12


5) Pendekatan ilmiah
Pengguanaan induksi secara eksklusif menyebabkan
pengetahuan dan informasi terpisah-pisah, sehingga tidak banyak
mendorong kemajuan pengetahuan. Sehingga muncul metode baru
yaitu metode induktif-deduktif atau pendekatan ilmiah yang
menggabungkan aspek-aspek paling penting dari metode induktif
dan deduktif.
Pendekatan ilmiah biasanya dilukiskan sebagai proses dimana
penyelidik secara induktif bertolak dari pengamatan mereka
menuju hipotesis. Kemudian secara deduktif peneliti bergerak dari
hipotesis ke implikasi logis hipotesis tersebut. Kemudian menarik
kesimpulan mengenai akibat yang akan terjadi apabila hubungan
yang diduga itu benar. Apabila implikasi yang diperoleh secar
deduktif ini sesuai dengan pengetahuan yang sudah di terima
kebenaranya, maka selanjutnya implikasi tersebut diuji dengan data
empiris (yang dikumpulkan). Berdasarkan bukti-bukti ini, maka
hipotesis ini dapat diterima atau ditolak.
Penggunaan hipotesis merupakan perbedaan utama antar
pendekatan ilmiah dan cara berpikir induktif. Dengan cara induktif
kita melakukan pengamatan terlebih dahulu dan baru kemudian
menyusun informasi yang diperoleh. Pada umumnya dianggap
bermanfaat kalau pendekatan ilmiah disajikan sebagai suatu
rangkaian langkah yang harus diikuti. Perumusan secara pasti
langkah tersebut mungkin akan berbeda antara satu pengarang
dengan pengarang yang lain.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah :
1. Perumusan masalah
2. Pengajuan hipotesis
3. Cara berpikir deduktif
4. Pengumpulan dan analisis data
5. Penerimaan dan penolakan hipotesis








13


2.3.POHON ILMU





Ilmu pengetahuan digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang tidak terlihat
oleh mata secara langsung, terutama akar tunjang dalam suatu pohon), batang, cabang,
ranting, daun, bunga, kulit batang, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan
seperti bangunan suatu gedung yang di dalam bangunan itu terdiri dari fondasi (yang tidak
terlihat oleh mata secara langsung), pilar, atap, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga
digambarkan seperti struktur yang di dalam struktur itu terdapat unsur-unsur atau elemen-
elemen yang masing-masing elemennya merupakan bagian terkait yang tidak dapat
dipisahkan antar elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam suatu sistem ilmu
pengetahuan .


14


Pohon, bangunan, atau struktur ilmu pengetahuan itu menurut Naya Sujana (dalam Suyanto
(ed.), 2005: terdiri atas unsur atau elemen:
Realitas;
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti hal yang nyata;
yang benar-benar ada.
Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat
dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tingkat-tingkat ini mencakup, dari
yang paling subyektif hingga yang paling ketat:
Realitas fenomenologis, kebenaran, fakta, dan aksioma.
Realitas fenomenologis
Pada tingkat yang lebih luas dan lebih subyektif, pengalaman-
pengalamn pribadi, rasa ingin tahu, pencarian, dan selektivitas terlibat
dalam penafsiran pribadi tentang suatu kejadian membentuk realitas
sebagaimana yang dilihat oleh satu dan hanya satu orang saja dan oleh
karena itu disebut fenomenologis. Bentuk realitas ini mungkin umum
bagi orang lain juga, pada kadang-kadang juga bisa menjadi sangat
unik bagi diri sendiri sehingga tidak pernah dialami atau disetujui oleh
orang lain. Banyak dari pengalaman yang dianggap spiritual sperti ini
terjadi pada realitas tingkat ini. Dari perspektif fenomenologis, realitas
adalah sesuatu yang secara fenomenal nyata sementara non-realitas
dianggap tidak ada. Perserpsi individual dapat didasarkan pada
kepribadian seorang individu, fokus, dan gaya atribusinya, sehingga
membuat hanya dialah yang melihat apa yang ingin dilihat atau
dipercayainya sebagai kebenaran.
Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek
bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang
sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan
diri sendiri.
Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan obyek dan
pengetahuan yang tidak sesuai.
Fakta
Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai
hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan
kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah
melaporkan penggalaman orang lain yang sesunggunya.
Aksioma
Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan
merupakan dalil pemula, sehingga kebenaranya tidak perlu dibuktikan
lagi.

15

Aksioma yaitu suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan
bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian.
Tanda;
Tanda dalam linguistik didefinisikan sebagai guratan yang tampak
pada permukaan, bersifat konvensional dna dipakai sebagai satuan grafis
dasar dalam sistem aksara. Tanda digunakan untuk menggambarkan atau
merekam gagasan, kata, suku kata, fonme, atau bunyi.
Simbol;
Simbol adalah gambar,bentuk,atau benda yang mewakili suatu
gagasan,benda ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu
sendiri,namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan
akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan
apa saja. Semisal ilmu pengetahuan,kehidupan sosial,juga keagamaan.
Istilah;
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna konsep,proses,keadaan atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu.
Pengertian;
Pengertian adalah suatu gagasan/ide yang bermakna,suatu pengertian
baru tentang suatu objek,produk subjektif yang berasal dari cara seseorang
membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
pengetahuan,setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda. Dan lebih
cenderung berbentuk pemaknaan.
Nilai dan norma;
nilai adalah sesuatu yang abstrak,bukan konkret. Nilai hanya bisa di
pikirkan,dipahami,dan di hayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-
cita,harapan,keyakinan,dan hal-hal yang bersifat batinia.
Sift-sifat nilai adalah sebagai berikut :
1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
2. Nilai memiliki sifat normatif,artinya nilai mengandung harapan,cita-
cita,dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.
3. Nilai berfungi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.
Dalam filsafat,nilai dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Nilai logika adalah nilai benar salah
2. Nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek).
3. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai
tingkah laku,sikap,dan perbuatan yang boleh dilakukan di lingkungan
kehidupannya.


16

Dari sudut pandang umum sampai seberapa jauh tekanan norma
diberlakukan oleh masyarakat,norma dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Cara (usage)
2. Kebiasaan (Folkways)
3. Tata kelakuan (Mores)
4. Adat istiadat (Custom)

konstruk;
konstruk adalah konsep yang mempunyai tingkat absatraksi karena kiat
tidak dapat secara langsung apa yang digambarkan konsep itu.
konsep;
konsep adalah suatu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala
atau suatu ide (gagasan) teretntu.
proposisi;
proposisi adalah pernyataan tentang suatu konsep atau lebh.
argumentasi;
argumnetasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam
penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk
pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan,
pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif diamana disertakan contoh,
analogi, dan sebab akibat.
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan atau pendapat
tersebut adalah benar dan terbukti.
hipotesis;
hipotesa adalah proposisi yang masih bersifat sementara adan masih harus
diuji kebenaranya.
teori;
teori adalah proposisi yang memberikan penjelasan atas gejala. Teori
merupakan penejalasan atau rumusan yang pada umumnya benar.
dalil;
menurut bahasa, dalil adalah pada sesuatu, baik yang bersifat materi
maupun ayng bersifat non material. Sedangakn menurut istilah, dalil adalah
suatu petunjuk yang dijadikan landasan berpikir yang benar dalam
memperoleh hukum syara yang bersifat praktis.
paradigma.
Paradigma dalam prinsip intelektual adalah cara pandang orang
terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir
(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik
yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang
sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.



17

2.4. MANFAAT BAGI MAHASISIWA
Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman imiah, dan pengalaman
filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius atau keagamaan yang
dimana didalam kebenaran mengandung tujuan hidup manusia dan sangat
berarti untuk dijalankan oleh manusia. Mahasiswa harus tahu dan sadar bahwa
sumber kebenaran yang hakiki berasal dari Tuhan yang maha esa, agar
mahasiswa meskipun mempunyai ilmu setinggi-tingginya namun ia tidak lupa
untuk menggunakan pengetahuannya untuk hal-hal yang berguna dan
bermanfaat
Kebenaran, sumber kebenaran dapat digunakan sebagai kajian bagi mahasiswa
dalam meningkatkan pemahaman konsep mengenai kebenaran sebagai dasar
metode penilitian.

III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kebenaran
kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subjek kemudian dan tingkatan
validitas. Kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang berperan didalam
penghayatn atas sesutau itu. Kebenaran adalah perwujudan dari pemahaman
(comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari
sesuatu yang diluar subjek itu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma dan
hukum) yang bersifat umum. kebenaran itu relatif terbatas, adapun yang
umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran
itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indera, ada yang berupa
ide-ide yang merupakan pemahaman potensi subjek (mnetal,rasio,
intelektual).
Bahwa substansi kebenaran adalah didalam interaksi kepribadian manusia
dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi
subjek yang menjangkaunya.
Sumber kebenaran
Sumber kebenaran ialah meyakini sesuatu sebagai sumber kenyataan yang
benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita
manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa
memuaskan rasa ingin tahu kita kita, dengan kata lain tujuan penegathuan
ialah mengetahui kebenaran. Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran, dengan
kata lain, dalam ilmu kita manusia ingin memperoleh pengetahuan yang
benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka
pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah. Kita sebagai
manusia meyakini bahwa adanya Tuhan maka dari itu kita memeluk agama.
Kita percaya bahwa Tuhan merupakan kebenaran yang hakiki. Sehingga kita
meyakini bahwa agama sebagai sumber kebenaran.
Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh
budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena
sumber itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa supranatural melainkan juga
karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subjek dengan integritas

18

kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena
wujud kebenaranan ini ditangkap oleh integritas kepribadian.
Pohon ilmu
Ilmu pengetahuan digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang
tidak terlihat oleh mata secara langsung, terutama akar tunjang dalam
suatu pohon), batang, cabang, ranting, daun, bunga, kulit batang, dan
sebagainya.
Pohon, bangunan, atau struktur ilmu pengetahuan itu menurut Naya
Sujana (dalam Suyanto (ed.), 2005: terdiri atas unsur atau elemen:
Realitas
Tanda
Simbol
Istilah
Pengertian
Nilai dan norma
Konstruk
Konsep
Proposisi
Argumentasi
Hipotesis
Teori
Dalil
paradigma

3.2. SARAN
Diharapkan bagi kita sebagai mahasisiwa lebih mendalami atau mencari tahu
tentang pelajaran yang terkait dengan Filsafat seperti kebenaran, sumber kebenaran,
dll agar kita memliki dasar pemikiran yang bersumber dari filsafat sehingga kita
mempunyai pemahaman dasar yang baik mengenai prinsip-prinsip ilmu melalui
filsafat ini dan sebagai konsep dasar dalam penelitian ilmiah.

IV. DAFTAR PUSTAKA

aankhalhong.blogspot.com/2012/07/makalah kebenaran
al-maspuly.blogspot.com/2008/10
daqoililmisbah.blogspot.com/2014/04
id.wikipedia.org/wiki/kenyataan
rathey91.wordpress.com/kebenaran

Anda mungkin juga menyukai