Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Refrigeration and Liquefaction






DISUSUN OLEH :
Firmansyah Putra (03111003013)
Febri Walanda (03111003025)
Ellynda Permasita Nova (03111003037)
Idealisa D Hutapea (03111003077)
Amir Mahmud Afandi (03111003085)
Akhmad Ade Sucitro (03111003087)


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013


KATA PENGANTAR



Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Refrigeration and Liquefaction. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Thermodinamika II.
Pada kesempatan ini , penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu . selaku dosen mata kuliah fisika dasar yang telah membimbing dan mengarahkan
dalam pembuatan makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa (rekan satu kelompok) yang telah bekerja sama dalam pembuatan
makalah.
3. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan sumbangsih baik secara moril maupun
materil.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga dapat bermanfaat untuk memberikan informasi dan pembelajaran
kepada masyarakat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua. Terima kasih.

Palembang, September 2013


Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 The Carnot Refrigerator
2.2 The Vapor Compression Cycle
2.3 The Choice of Refrigerant
2.4 Absorption Refrigeration
2.5 The Heat Pump
2.6 Liquefaction Processes

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.3 Penutup


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.



1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Thermodinamika II. Selain itu dibuatnya makalah ini agar mahasiswa memahami dan
menguasai konsep serta dapat menjelaskan cara kerja dari refrigerator dan proses
liquifaksi.

1.4 Manfaat
1. Mengetahui cara kerja dari mesin pendingin Carnot.
2. Memahami dan menguasai siklus kompresi uap pada proses refrigerasi.
3. Mengetahui cara kerja dari sistem refrigerasi absorbsi.
4. Mengetahui proses dan cara kerja pompa kalor.
5. Mengetahui dan memahami proses liquifaksi.
6. Mengetahui pengaplikasian dari proses refrigerasi dan liquifaksi.

1.5 Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca
buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 The carnot refrigation
Siklus carnot pada refrigator pada dasarnya merupakan kebalikan pada siklus carnot
yang terjadi pada pomp di power plant. Pada refrigator, .zat pendingin yang telah menguap
tidak dibuang, tetapi dimampatkan oleh sebuah pompa sehingga mencair kembali.
Gambar 2.1, siklus karnot pada regfrigator

Pada gambar 1.1, dapat dilihat bahwa siklus memiliki 4 proses reversible, 2 isotermal
proses dan 2 adiabatic/ekspansi proses. Siklus yang terjadi pada refrigator :
4-1 : sebagian dari liquid pada campuran uap-liquid berubah menjadi uap setelah
mendapat transfer panas di evaporator ( kondisi T dan P konstan)
1-2 : proses adiabatic pada kompresor ( Suhu dan tekanan bertambah). Uap jenuh
terrdapat pada kondisi 2.
2-3 : uap jenuh yang mengalami perpindahan panas pada condenser berubah menjadi
larutan jenuh pada kondisi 3.
3-4 : ekspansi adiabatic terjadi pada turbin (suhu dan tekanan turun)

Perbedaan standar untuk siklus refrigator adalah kebalikan dari siklus carnot. Turbin
yang digunakan untuk proses ekspansi antara temperature yang tinggi dan rendah.
Ada empat komponen pada siklus kompresi uap refrigator yaitu, kompresor, condenser,
evaporator dan throttle (valve ekspansi). Idealnya, refrigan masuk ke dalam kompresor dalam
wujud uap jenuh dan didinginkan menjadi kondisi larutan jenuh di condenser. Kemudian di
pompa kedalam evaporator dan di uapkan lagi karena menyerap panas dari evaporator tadi.


Contoh sederhana adalah Lemari Es (kulkas) pada aplikasi siklus refrigasi.
Gambar 2.2 Lemari es
Prinsip kerja dari lemari es adalah sebagai berikut:

Kompresor memompakan gas freon dengan tekanan yang tinggi dan temperatur yang
tinggi. Lalu gas freon dikirim ke kondensor untuk dibuang kalornya agar freon dapat berubah
bentuk menjadi cair akan tetapi tekanannya masih tinggi. Freon cair ini terus masuk ke pipa
kapiler dengan terlebih dahulu disaring dari kemungkinan kotoran yang ikut terbawa. Dari
pipa kapiler ini freon cair diuapkan oleh evaporator yang mana sebelumnya melewati katup
ekspansi. Didalam evaporator tekanan dan temperature freon rendah sekali sehingga freon
kembali ke dalam bentuk gas. Freon yang telah berbentuk gas ini akan masuk ke saluran
hisap untuk disirkulasikan ulang oleh kompresor.


Bagian-bagian refrigerator
Kompresor: digunakan sebagai penekan gas freon sehingga tekanannya menjadi tinggi.
Kondensor: berfungsi untuk membuang kalor dari freon sehingga freon berubah bentuk dari
gas menjadi cair.
Filter: berfungsi untuk menyaring freon dari kemungkinan kotoran yang ikut terbawa freon.
Pipa kapiler: berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang tinggi ketika Freon berbentuk cair.
Expanding Valve: berfungsi untuk mengatur banyaknya Freon yang masuk ke evaporator.
Evaporator: merupakan tempat penguapan Freon cair menjadi gas sehingga temperature
freon menjadi rendah.
Thermostat: berfungsi untuk mengatur temperatur dari freezer.
Akumulator: berfungsi untuk menampung bahan pendingin cair.


2.2 SIKLUS KOMPRESSI UAP
Siklus kompressi uap pada siklus refrigerasi ditunjukkan pada Gambar 9.1.





Diagram T S pada siklus kompresi uap ditunjukkan pada Gambar 9.2 berikut ini:

Condensor
Evaporator
Kompressor
Throttle
T
S
1
2
3 3


4
Gambar 2.4 Siklus Refrigerasi Carnot
Gambar 2.5 T- S Diagram siklus refrigerasi Carnot
Q
C
Q
H

Diagram P-H pada siklus kompresi uap ditunjukkan pada Gambar 9.3 berikut ini :



Pada Gambar 9.1 (siklus refrigerator Carnot), proses pertama yang terjadi adalah evaporasi
liquid pada tekanan tetap. Pada proses ini ada panas yang diserap pada temperatur rendah
yang konstan. Uap yang terbentuk dari proses evaporasi kemudian dikompressi hingga
tekanannya lebih tinggi. Kemudian uap tersebut didinginkan dan dikondensasikan pada
condenser. Proses kondensasi ini melepas panas pada temperatur yang lebih tinggi.
Selanjutnya liquid dari kondenser diekspansikan hingga tekanannya kembali pada tekanan
awal. Kemudian siklus akan berulang.

Pada Gambar 9.2 (diagram T S) ditunjukkan 4 langkah proses pada siklus kompresi uap,
yaitu;
Langkah 1 2 : proses evaporasi liquid pada tekanan konstan. Proses ini
merupakan proses isothermal karena tidak terjadi perubahan suhu, melainkan hanya
perubahan fase. Pada tahap ini terjadi penyerapan panas (Q
C)
pada temperatur rendah.

Langkah 2 3 : proses kompressi, garis 2 3 menunjukkan kompressi
isentropis yang irrevesibel.


Langkah 3 4 : proses kondensasi dengan melepas panas ke
lingkungan/surrounding (Q
H)
yang temperaturnya lebih tinggi.

lnP
H
1 2
3
4
Const S
Gambar 2.6 P- H Diagram siklus refrigerasi Carnot
Langkah 4 1 : proses ekspansi melalui Throttle valve. Entalpi pada proses
ini adalah konstan .

Bila basis pada proses ini adalah 1 unit massa fluida, maka jumlah panas yang diserap di
eveporator dan panas yang dibuang pada condenser dapat dihitung dengan persamaan :

2 1
| |
C
Q H H dan
3 4
| |
H
Q H H
Apabila perubahan energi potensial dan kinetik nya diabaikan, maka kerja kompressi adalah
:
3 2
W H H
dan dengan persamaan (9.2) coefficient of performance C O P , adalah ;

2 1
3 4
H H
H H



Untuk mendesain evaporator, kompressor, kondensor, dan alat pelengkap lainnya, harus
diketahui laju alir sirkulasi refrigeran m. Harga ini ditentukan dari laju penyerapan panas di
evaporator dengan persamaan berikut ;

2 1
| |
C
Q
m
H H








2.4 Refrigerasi Absorpsi

Pada dasarnya, sistem refrigerasi absorpsi tidak jauh berbeda dengan sistem kompresi
uap. Perbedaan yang paling besar hanya ada pada kompresor yang telah digantikan dengan
mekanisme absorpsi yang kompleks, yang terdiri dari absorber, pompa,
generator, regenerator/heat exchanger, katup, dans ebuah rectifier/separator.
Peningkatan COP (Coefficient Of Performance) dari mesin refrigerasi dapat dilakukan
dengan menurunkan kerja yang dibutuhkan oleh kompresor. Dibanding dengan sebuah
kompresor, pompa dapat melakukan proses kompresi fluida cair dengan kerja input yang jauh
lebih kecil untuk laju massa yang sama. Oleh karena itu dalam sistem refrigerasi absorpsi,
refrigeran akan dilarutkan dalam fluida cair sebagai media transport sehingga refrigeran dapat
dikompresi dengan kerja yang lebih kecil. Refrigeran yang sering dipakai adalah amoniak
dengan media transport berupa air. Refrigeran lain yang juga dipakai adalah air dengan media
transport berupa lithium bromide atau lithium chloride. Keunggulan sistem ini lebih terasa
apabila ada sumber panas dengan temperatur 100200C yang murah seperti misalnya energi
surya, geotermal dan lain-lain. Skema sistem refrigerasi absorpsi bisa dilihat pada gambar di
atas.

Amoniak murni keluar dari evaporator dan masuk ke absorber. Di dalam absorber,
amoniak larut dalam air sehingga terbentuk larutan air-amoniak. Karena pelarutan amoniak
akan berlangsung dengan lebih baik pada temperatur yang lebih rendah maka larutan dalam
absorber didinginkan dengan cooling water. Larutan air-amoniak kemudian masuk ke pompa
untuk mengalami proses kompresi dan masuk ke regenerator untuk menerima panas.
Pemanasan larutan air-amoniak lebih lanjut dilakukan dalam generator dengan sumber panas,
misalnya dari energi surya, sehingga terjadi proses penguapan larutan. Larutan yang menguap
kemudian masuk ke rectifier untuk dilakukan pemisahan amoniak dan air. Amoniak murni
masuk ke kondenser dan melanjutkan siklus refrigerasi, sedangkan air kembali masuk
generator untuk dipakai kembali sebagai media transport. Dari gambar di atas dapat dilihat
bahwa prinsip sistem absorpsi adalah sama dengan dengan sistem kompresi uap, hanya
berbeda pada bagian dalam garis putus-putus.

1.8 Sistem Refrigerasi Termoelektrik
Telah diketahui dari apa yang disebut efek Seebeck bahwa dua buah logam yang
berbeda apabila ujung-ujungnya dihubungkan kemudian dipanaskan salah satu ujungnya
maka akan timbul arus listrik dalam rangkaian logam tersebut.



Efek Seebeck ini kemudian bisa dimanfaatkan untuk sebuah generator listrik yang biasa
disebut sebagai thermoelectric power generator. Seperti pada bagian sebelumnya bahwa
siklus daya dan siklus refrigerasi adalah mempunyai prinsip kerja yang sama hanya dengan
arah yang berlawanan, maka siklus daya termoelektrik ini bisa juga dipakai untuk siklus
refrigerasi. Siklus refrigerasi termoelektrik akan memanfaatkan efek Peltier dimana apabila
dialirkan arus listrik dalam rangkaian yang terbuat dari dua buah logam yang berbeda, maka
pada ujung yang satu terjadi penyerapan kalor dan pada ujung yang satunya terjadi
pembuangan kalor. Prinsip kerja dan susunan sistem secara skematis dapat dilihat di gambar
di bawah.



Pada aplikasinya refrigerasi termoelektrik akan menggunakan semikonduktor sebagai
media untuk menyerap dan membuang kalor. Walaupun sistem ini mempunyai kelemahan
yaitu rendahnya efisiensi, tetapi karena ringan, sederhana, dan tidak berisik maka dipandang
sebagai teknologi refrigerasi masa depan.


2.5 Pompa Kalor
Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau sumber) ke
lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi pompa kalor
memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur
lebih tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari es, freezer, pendingin ruangan, dan
sebagainya.
Berdasarkan pada hukum kedua termodinamika, panas tidak bisa secara spontan mengalir
dari sumber bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur tinggi; suatu kerja dibutuhkan
untuk melakukan ini. Pompa kalor berbeda dalam hal bagaimana mereka mengaplikasikan
kerja tersebut untuk memindahkan panas, namun pada dasarnya pompa kalor adalah mesin
kalor yang bekerja secara terbalik. Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang
lebih panas ke lokasi yang lebih dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai
kerja. Kebalikannya, pompa kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari
lokasi yang lebih dingin ke lokasi yang lebih panas.
Sejak pompa kalor menggunakan sejumlah kerja untuk memindahkan panas, sejumlah
energi yang dibuang ke lokasi yang lebih panas mengandung kalor yang lebih tinggi dari
pada sejumlah kalor yang diambil dari sumber dingin. Satu tipe pompa kalor bekerja dengan
mengeksploitasi sifat fisik penguapan dan pengembunan fluida yang disebut refrigran. Fluida
yang bekerja, pada keadaan gasnya, diberi tekanan dan disirkulasikan menuju sistem dengan
kompresor. Pada satu sisi dari kompresor, di mana gas dalam keadaan panas dan bertekanan
tinggi, didinginkan di penukar panas yang disebut kondenser, hingga fluida itu mengembun
pada tekanan tinggi. Refrigeran yang telah mengembun melewati alat penurun tekanan yang
dapat dilakukan dengan memperluas volume saluran (memperlebar saluran atau
memperbanyak cabang), atau juga bisa dengan penghambat berupa turbin. Lalu, refrigeran
yang berbentuk cair masuk ke sistem yang ingin didinginkan. Dalam proses pendinginan itu,
refrigeran mengambil panas sehingga refrigeran kembali menguap dan sistem menjadi
dingin.
Dalam sistem seperti ini, sangat penting bagi refrigeran untuk mencapai suhu tinggi
ketika diberi tekanan, karena panas sulit bertukar dari fluida dingin ke lokasi yang lebih
panas secara spontan. Dalam hal ini, refrigeran harus bersuhu lebih tinggi dari temperatur
penukar panas. Dengan kata lain, fluida harus bertekanan rendah jika ingin mengambil kalor
dari suatu sistem dan menguap, dan fluida harus bertekanan tinggi jika ingin membuang kalor
dan mengembun. Hal ini sesuai dengan persamaan gas ideal yang menyatakan bahwa
temperatur berbanding lurus dengan tekanan. Jika hal ini tercapai, efisiensi tertinggi akan
tercapai.
2.6 Proses Pencairan
Gas hasil pencairan umum digunakan untuk berbagai keperluan seperti, propana cair
dalam silinder berfungsi sebagai bahan bakar, oksigen cair dalam roket, gas alam cair untuk
transportasi laut, dan nitrogen cair digunakan untuk pendinginan suhu rendah. Selain itu,
campuran gas (misalnya, udara) yang dicairkan untuk pemisahan menjadi spesies komponen
dengan fraksinasi. Hasil pencairan ketika gas didinginkan sampai suhu pada dua fase dapat
dicapai dengan beberapa cara:
1. Dengan pertukaran panas pada tekanan konstan.
2. Dengan proses ekspansi dari kerja yang diperoleh.
3. Dengan proses throttling.
Tiga metode diilustrasikan pada Gambar. 9.5. Proses tekanan konstan (1) mendekati
wilayah dua fase (dan pencairan) paling mendekati penurunan suhu. Proses throttling (3)
tidak terjadi pencairan kecuali bila titik awalnya bertekanan tinggi dan bertemperatur rendah
untuk mencapai proses entalpi yang konstan untuk membaginya dalam dua fase wilayah. Ini
tidak terjadi saat titik awalnya di A. Jika keadaan awal adalah A', di mana suhu adalah sama
tetapi tekanan lebih tinggi dari pada A, maka ekspansi isenthalpic dengan proses (3') tidak
mengakibatkan pembentukan cairan.

Fig 9.5 Proses Pendinginan pada Diagram TS
Perubahan negara dari A ke A 'yang paling mudah dilakukan dengan kompresi gas ke
tekanan akhir di B, diikuti dengan pendinginan-tekanan konstan ke A'. Pencairan oleh
ekspansi isentropik di sepanjang proses (2) dapat dicapai dari tekanan rendah (dari suhu yang
diberikan) daripada dari throttling. Sebagai contoh, kelanjutan dari proses (2) dari keadaan
awal A akhirnya mengakibatkan pencairan. Proses throttling (3) paling umum digunakan
dalam plant pencairan skala kecil. Suhu gas tentunya harus turun selama ekspansi. Ini
memang apa yang terjadi dengan sebagian besar gas pada kondisi biasa suhu dan tekanan.
Suhu harus cukup rendah dan tekanan cukup tinggi sebelum throttling bahwa jalan
enthalpy konstan terbagi menjadi dua fase. Sebagai contoh, mengacu pada diagram TS untuk
udara menunjukkan bahwa pada tekanan 100 atm suhu harus kurang dari 169 K untuk setiap
pencairan terjadi sepanjang jalur enthalpy konstan. Dengan kata lain, jika udara dikompresi
hingga 100 atm dan didinginkan sampai di bawah 169 K, dapat sebagian dicairkan dengan
throttling. Cara yang paling ekonomis untuk mendinginkan gas untuk pencairan adalah
dengan pertukaran panas arus balik sebagian dari gas yang tidak mencair dalam proses
throttling.
Proses pencairan Linde, yang hanya tergantung pada ekspansi throttling, ditunjukkan
pada Gambar. 9.6. Setelah kompresi, gas didinginkan dengan suhu lingkungan. Ini mungkin
jauh lebih dingin dengan menggunakan pendingin. Semakin rendah suhu gas memasuki katup
throttle, semakin besar fraksi gas yang dicairkan. Sebagai contoh, refrigeran menguap di
dingin di 233,15 K (-40C) memberikan suhu yang lebih rendah pada katup daripada jika air
pada 294,15 K (2C) adalah media pendingin.
Sebuah proses pencairan yang lebih efisien akan menggantikan katup throttle dengan
expander, tapi operasi alat tersebut ke daerah dua fase tidak praktis. Gas pada suhu menengah
diekstrak dari sistem pertukaran panas dan melewati sebuah expander sebagai uap jenuh atau
sedikit superheated. Sisa gas selanjutnya didinginkan dan melalui katup untuk menghasilkan
pencairan seperti dalam proses Linde. Bagian yang tidak mencair, yaitu uap jenuh, bercampur
dengan expander dan kembali untuk di-recycle melalui sistem penukar panas.

Fig. 9.6 Proses Likufaksi Linde

Fig 9.7 Proses Likuifaksi Claude
Keseimbangan energi, Persamaan. (2.30), diterapkan pada bagian dari proses di
sebelah kanan garis vertikal putus-putus:


Jika expander beroperasi adiabatik,

yang diberikan oleh Persamaan. (7.13), adalah:

)
Selain itu, dengan keseimbangan massa,

. Keseimbangan energi, setelah


pembagian dengan

menjadi:

Dengan definisi

dan si

, hasil dari z menjadi:



(

(9.7)
Dalam persamaan ini z adalah bagian dari aliran masuk ke dalam sistem penukar
panas yang dicairkan, dan x adalah fraksi aliran ini yang ditarik antara penukar panas dan
melewati expander. Jumlah yang terakhir (x) adalah variabel desain, dan harus ditentukan
sebelum Persamaan. (9.7) yang dapat diselesaikan untuk z. Perhatikan bahwa hasil proses
Linde saat x = 0, dan dalam hal ini Persamaan. (9.7) menjadi:

(9.8)
Dengan demikian proses Linde adalah kasus pembatasan proses Claude, diperoleh
ketika tidak ada aliran gas bertekanan tinggi dikirim ke expander. Persamaan (9.7) dan (9.8)
menunjukan bahwa tidak ada panas mengalir ke dalam sistem dari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai