Anda di halaman 1dari 2

Tugas PMLD

PMLD (Pelatihan Manajemen Lembaga Dakwah) hari ke-2 dimulai dengan training oleh Kang Supriatna.
Beliau memaparkan tentang prinsip-prinsip dalam manajemen suatu organisasi.
Prinsip pertama adalah potensi. Setiap anggota organisasi memiliki keunikan masing-masing. Potensi
tersebut harus dapat dibangkitkan dan dioptimalkan dalam suatu organisasi.
Kedua adalah sharing. Transfer ilmu dalam suatu organisasi harus mampu berjalan agar nilai-nilainya
bisa dipertahankan.
Ketiga adalah musyawarah atau komunikasi. Mekanisme pengambilan keputusan haruslah dengan
musyawarah. Karena dengan musywarah-lah dapat dihasilkan keputusan terbaik.
Sinergi adalah prinsip keempat dalam organisasi. Sinergi harus mampu diwujudkan oleh setiap individu
dalam organisasi tersebut agar tujuan org bisa tercapai.
Leadership, values, dan tujuan berturut-turut merupakan prinsip kelima hingga ketujuh.
Sesi kedua adalah materi dari Pak Arief Munandar, Doktor dari UI. Beliau memberikan materi tentang
Aktivis Dakwah Shalih dan Kuat.
Pak Arief mengungkapkan bahwa saat ini telah banyak aktivis dakwah yang shaleh tetapi tidak banyak
aktivisis shaleh yang juga kuat. Dalam benak beliau, aktivis dakwah seharusnya adalah sosok yang
seperti Umar. Kuat, tegas, dan shaleh luar biasa. Ketika naik kuda Arab yang gagah, Umar masih bisa
menjejakkan kakinya ke tanah. Bahkan ketika Umar melewati sebuah gang, jin berbalik arah agar tidak
berpapasan dengan Umar.
Seorang aktivis dakwah juga harus selesai dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa mengurusi orang lain
tapi diri sendirinya belum beres. Untuk itu dibutuhkan self-leadership. Intinya bersumber dari akal
pikirannya. Jika akal pikirannya menyanggupi maka tubuhnya juga akan mengafirmasi untuk
membuahkan sesuatu dari pikirannya.
Dalam Q.S. Al Maidah ayat 3.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.
Saat ini, salah satu kekurangan dari aktivis dakwah adalah daya kreativitas dan inovasi. Beliau
mencontohkan masih banyak program-program dakwah yang jadul tapi sekarang masih tetap dipakai.
Padahal zaman telah berubah dengan sedemikian cepatnya. Di sisi lain, orang-orang kafir begitu antusias
untuk terus melakukan karya-karya yang fenomenal. Mereka (orang kafir) bekerja selama 24 jam/hari
untuk melakukan maker terhadap Islam.
Aktivis dakwah harus menjadi seorang role model. Dari mulai keilmuan hingga ke fisik. Standar IPK
seorang aktivis dakwah seharusnya adalah cum-laude. Dari segi fisik, aktivis dakwah haruslah
mempunyai badan yang ideal, tidak terlalu kurus atau kegendutan. Belum dari segi ekonomi dan lainnya.
Basic untuk menuju ke perbaikan diri adalah menghancurkan paradigma pecundang dalam diri kita.
Tingkatan pertama dari paradigma pecundang adalah membenturkan. Contoh kasusnya adalah ketika H-
1 mendekati UTS atau UAS ada seorang aktivis dakwah izin tidak mengikuti liqo. Tidak sepatutnya
seorang mahasiswa melakukan hal itu. UTS adalah Ujian Tengah Semester sehingga seharusnya
belajarnya adalah selama rentang setengah semester, bukan ketika H-1 atau H-2.
Tingkatan berikutnya setelah membenturkan adalah menyalahkan. Menyalahkan orang lain jika ada
peristiwa yang terjadi tidak sesuai rencana.
Terakhir, adalah mengabaikan. Mengabaikan hal-hal yang kecil. Padahal hal kecil bisa menjerumuskan
dan hal-hal besar dimulai dari hal-hal yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai