Anda di halaman 1dari 120

PEMANFAATAN BAKTERI NITROBACTER SP

SEBAGAI UPAYA BIODEGRADASI PENGOLAHAN


AIR LIMBAH
Posted November 9, 2011 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi
tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan
bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme
dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari
mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah
mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri dari air, udara, dan tanah.
Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan, bidang
pertanian, bidang peternakan, bidang industri, bidang pengairan, bidang pengolahan air.
Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan
peranan mikroorganisme di dalam tanah.
Perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara
langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara
langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.


NITROBACTER
Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah jumlahnya sangat
sedikit,namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen bersenyawa
membentuk urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amoniak, nitrit dan
nitrat.
Meskipun kebutuhan N2 sangat penting, namun hanya sedikit organisme yang dapat mengikat N2
dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu yang bersimbiosis dengan tmbuhan tingkat
tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Sedangkan tumbuhan lainnya memperoleh senyawa nitrogen melalui
suplai N2 atau daur nitrogen. N2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat melalui proses
Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrococus dan Nitrobacter.
Bakteri yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri
nitrifikasi. Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah nitrit menjadi gas
nitrogen yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap untuk memulai daur lagi.
Nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit menjadi
nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae. Spesies nitrobacter
meliputiNitrobacter winogradskyi, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter
alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari Proteobacteria.Tidak seperti pada
tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis menyedisakan energi untuk fiksasi karbon,
Nitrobakter menggunakan energi dari oksidasi ion nitrit ( NO2 ) menjadi ion nitrat ( NO3 ) untuk
memenuhi kebutuhan karbonnya.
Nitrobacter memiliki pH optimum antara 7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120F (49C) atau di
bawah 32F (0C). Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 38C dan pH 7,9.
Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 28C dan ph antara 5,8-
8,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8 (Grundman et. al. 2000, Holt, 1993). Nitrobakter
termasuk bakteri aerob, pada umumnya berbentuk batang, seperti pir atau pleomorfhic dan
berkembang biak dengan budding.
Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan senyawa beracun bagi koi.
Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan senyawa Nitrat. Melihat
keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu bersama dalam kolam. Walaupun
berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit dua kali kadar ammonia.
Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses nitrifikasi. Koi melakukan respirasi
dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung ammonia. Begitu juga sisa pakan, kotoran di
dasar kolam, atau koti mati yang lama tidak diangkat. Semuanya memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kadar ammonia dalam kolam. Ammonia diuraikan nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus
berikutnya adalah nitrobacter yang mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat
diserap tumbuhan air atau menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.

Karakteristik
Nitrosomonas dan nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan
oksigen dan makanan untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan permukaan yang keras
dan bersih. Kedua jenis bakteri tersebut termasuk lama dalam replikasi dibanding bakteri lain yang
ada. Pada kolam air tawar, bakteri membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan
untuk air laut lebih lama lagi, sekitar 24 jam.
Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan memanfaatkan aktifitas mikroba
aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah, menjadi zat norganik yang
stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini
sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh
dengan sangat mudah.Dalam kapasitas yang terbatas alam sendiri sudah mampu menetralisir zat
organik yang ada dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara
sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Pemenuhan oksigen dapat
dibantu dengan peralatan mekanis (aerator), aliran udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia itu
sendiri (algae).


Pengolahan Limbah
Bakteri aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi. Oleh karena
itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbah-limbah cair yang
dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri aerob memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut.
1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia memerlukan
temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang diinginkan.

2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal
tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut,
terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BOD-
nya kurang dari 25mg/liter limbah.

3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan 60-90 persen.

4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun, stabilitas proses
terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai tinggi.

5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.

6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.


Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur srta
membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya dipergunakan
pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan:
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut.

Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian
antara lain:
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)

Cara Pengolahaan Limbah Air
Bahan padat yang mudah mengenda adalah bahan yang kurang begitu penting pada pengolahan ini
pengurangan kebutuhan akan oksigen dapat dilaksanakan dangan baik memulai pengendapan.
Pengendapan pada tangki pertama menyebabkan pertama menyebabkan perubahan loktasa menjadi
laktat secara cepat dan menyulitkan pengolahan terhadap keduanya.


Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam tangki aerasi.

2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna makanan selama proses asimilasi dan
memerluukan oksigen dalam waktu yang lama

Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah
Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya menjadi air yang sudah dikurangi
pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya lumpur, bau, serta sedikit panas(energy).
Air Limbah Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :
1. Aerobik
2. Anaerobik
3. Fakultatif
4. Kimiawi lannya


1. Cara Aerobik
Air limbah + udara (O2) Air lebih aman + lumpur + bau + energy (sedikit)
- Bakteri aerob yang menguraikan air limbah.
- Bakteri aerob dapat hidup karena ada udara.
- Sehingga diperlukan unit tambahan aerator, atau kolam aerob.
- Prosesnya lebih cepat.
- Biaya lebih mahal karena harus mengoperasikan aerator.
- Contohnya pada terjunan/bending air sungai yang tercemar.
Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga member hidup bagi bakteri untuk penguraian.


2. Cara anaerobic
Air limbah Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
- Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau sedikit udara.
- Kelemahannya bau yang kuat.
- Proses pengolahannya lebih lama.
- Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.
- Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak bergerak.
- Contohnya pada septic tank.

1. Cara fakultatif
Air limbah air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob dan sebagian waktu lain menggunakan
cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara aerob diperlukan waktu 10 jam untuk mengperasikan
aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup dioperasikan 4jam/hari(aerator tidak hidup terus-
menerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara anaerob. Sehingga dicapai hasil yang optimum.
Contohnya adalah IPAL (Instalasi pengolahan air limbah)

Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara
dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan
berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya
memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan
oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama
proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat
dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses
metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-
senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara
alami, difusi, maupun mekanik.


Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara
alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain
menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.



Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang
masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung
yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini
tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.



Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitationmenggunakan proses
pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.

1. Metode Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah
Merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa
mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak
dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga
dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba yang tetap
adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah
tertentu.
Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan baik dan relatif
mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik
melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem ini
jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan karakteristik khusus.


Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :
1. Membutuhkan energi yang besar
2. Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba
dalam reaktor
3. Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.


Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif
yang terbentuk oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular.
Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel pada
permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat
agregasi bakteri dan mekanisme adesi. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi
flok tergantung pada hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok,
dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor lumpur
anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu instalasi pengolah air limbah industri tekstil dapat
digolongkan ke dalam limbah berbahaya karena mengandung logam berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat
ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi material
organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida dan material polimer yang
membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea,
Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter,
Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter,disamping itu ada
pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang
dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 10
8
CFU/mg lumpur. Sebagian besar bakteri
yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas. Caulobacter, bakteri
bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan organik, dapat diisolasi dari
kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur aktif .
Zoogloea adalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi khas
seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan organik .
Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol, pati, atau m-toluate
sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap pengolahan limbah tetapi
jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour(Williams dan Unz, 1983).



Flok lumpur aktif juga merupakan tempat berkumpulnya bakteri autotrofik seperti bakteri nitrit
(Nitrosomonas, Nitrobacter), yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan bakteri fototrofik
seperti bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat dideteksi pada konsentrasi sekitar
10
5
sel/ml. Bakteri ungu dan hijau ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri
fototrofik hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .


TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan
beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang
tidak berbahaya dan tidak beracun.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-
senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri.
Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan
senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-
aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan.
Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana
polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan
bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi
genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait
pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman
kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam
mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan
adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang
umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan
bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah
diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain
rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain
inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang
cenderung bertahan di lingkungan.


Cara bioremediasi air
Wastewater treatment (Pengolahan limbah cair)



1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas pengolahan di
mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil
sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge. Sedangkan air yang mengalir keluar
disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan
mengkoksidasi bahan organik yang terdapat effluent.

2. Di dalam tangki ini, air disemprotkan di atas batu atau plastik yang ditutupi dengan biofilm
mikroba pendegradasi sampah yang secara aktif mendegradasi bahan organik dalam air.

3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang mengandung sejumlah
besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada lingkungan yang dikontrol

4. Effluent didesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.

5. Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan
mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang
dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan
pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul
pada sludge, juga membantu menghancurkan sludgemenjadi partikel-partikel kecil.

6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk.



Groundwater clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut mencemari air
dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara bioremidiasi ex situ (bagian
atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam tanah).

1. Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah menggunakan
bioreaktor dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm bakteri ini
mendegradasi polutan pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada bioreactor



2. Bioremidiasi in-situ. Air bersih hasil dari bioreaktor yang terdiri atas pupuk, bakteri dan oksigen
dikembalikan lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).

Turning wastes into energy
Pada waktu proses bioremidiasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk.
Contoh. Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik
laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi
molekul organik dalam endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena bakteri ini
menggunakan reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan sedimen elektron
ditangkap oleh elektroda elektroda ini berfungsi mentransfer elektron ke generator arus
listrik.

Teknik bioremediasi menciptakan lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi
enzim yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan dasar dari proses
biologis yaitu :
1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban dan
pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme
pendegradasi.


Tanpa adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan
energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Tanpa adanya
mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung. Kotoran, sampah, hewan,
dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan
pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai makanan akan terputus.
Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti
berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon,
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama.

B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASI
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan demikian
mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, perlu
dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai.
Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan,
temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.
1. Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran nutrient,
enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan terbentuknya
kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik
tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil
kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban
tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.

2. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et. al. (2007)
mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid
karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme pathogen.
Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas
alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat
sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi
tempat dilaksanakannya bioremediasi.

3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah
oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen
merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah
tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c)
kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan
salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.

4. Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan
keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan
penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh
mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.

5. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas
mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme
di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan
proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang dihasilkan.

C. BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk
menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk
menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah.
Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi
yang berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan
bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah phytoremediasi.
Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan diharapkan akan
dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa dilakukan untuk
bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen
(biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi).
Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi yang lama, bila
lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka mencapai kondisi optimal bagi
pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan
keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses degradasi
hidrokarbon poliaromatik. Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan
jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi serta daya tahan
mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang tercemar. Walter (1997) menyatakan bahwa
untuk memperoleh strain mikroorganisme ataupun konsorsium mikroorganisme yang tepat
bagi aplikasi bioaugmentasi ada tiga pilihan metode yang bisa dilakukan, yaitu : pengkayaan
selektif, penggunaan produk mikroorganisme komersial atau rekayasa genetika.



BIO TRENT LIMBAH
Adalah kultur campuran berbagai mikroorganisme yang mampu mengurai berbagai
senyawa organik di dalam air limbah. Kandungan BIO-TRENT adalah : Mikroorganisme
seperti Lactobacillus, Actinomycetes, Bakteri Nitrifikasi, Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri
Fotosintetik, Zat Penghilang Bau dan Jamur Fermentasi. Di samping itu, BIO-TRENT juga
dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.
Keunggulan
1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organik
Bakteri BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja sendiri-sendiri atau
bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam keadaan ekstrim, membuat bakteri
BIO-TRENT lebih cepat mengurai dibanding bakteri alami yang ada di air limbah. Setiap
bakteri mengurai dengan bantuan zat (enzim) yang dihasilkan. Bakteri BIO-TRENT yang
beragam (kompleks) akan menghasilkan enzim pengurai yang beragam pula, sehingga
kemampuan penguraiannya lebih tinggi dibanding bakteri lain.

2. Mencegah bau
Actinomycetes adalah bakteri yang mampu menghasilkan zat penghilang bau tak
sedap. Dengan tumbuhnya bakteri ini di dalam sistem sudah dipastikan bau tak sedap dapat
dicegah. Instalasi air limbah banyak menggunakan bahan terbuat dari logam. Seperti pompa
dan blower. Logam bersifat mudah terkorosi, apalagi terkena H2S dan CO2 agresif. H2S dalam
bentuk tak terionisasi bersifat sangat toksik dan korosif. H2S dan CO2 dapat berasal dari
dekomposisi bahan organik oleh bakteri tertentu. Kerugian yang diderita perusahaan/instansi
dengan kerusakan tersebut sangatlah besar. Untuk mencegah korosi atau karat pada instalasi
pengolahan air limbah, dibutuhkan bakteri yang mampu mencegah terjadinya proses
penguraian yang menghasilkan H2S dan CO2 agresif. Bakteri tersebut ada di dalam produk
BIO- TRENT.

3. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri patogen (penyebab penyakit) diantaranya E. coil (penyebab penyakit diare),
Legionella pneumophilla (penyebab penyakit pernapasan akut), Leptospira (penyebab
penyakit leptospirosis), Shigella (penyebab penyakit disentri) Vibrio cholerae (penyebab
penyakit kolera). Dan bakteri penyebab penyakit lainnya. Untuk menghambat tumbuhnya
bakteri-bakteri tersebut di dalam air limbah, maka perlu kita hidupkan bakteri BIO-TRENT
di dalam system. Bakteri Lactobacillus di dalam BIO-TRENT mampu menghasilkan antibiotik
alami (zat) pembunuh bakteri patogen.

PERKEMBANGAN TECHNOLOGI BIOREMEDIASI
Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan
mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek
komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah
dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi umumnya
menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator.
Pendekatan umumyang dilakukan untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi ataupun
biodegradasi adalah dengan cara:
o.Eccoiv, otou cvottiokov totuooi oov okti=itoo iko|o ivoicvouo
(|ioccoiooi ivotivoik) oov/otou tcvo|oqov ikooovioc cocvouo (|
iooucvtooi) oov
|.Feeding, atau dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).

Langkah-langkahnya Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air
dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan
disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang
disebut sludge.Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri
anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman.
Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge
menjadi partikel-partikel kecil. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan
sebagai lahan pertanian atau pupuk. Ilmuwan telah menemukan bakteri yang disebut
Candidatus Brocadia Anammoxidans yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
ammonium pada suasana anaerob (sebagian besar produk yang terdapat dalam urin). Penting
sekali untuk menghilangkan amonium dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau
laut karena kadar ammonium yang terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi
lingkungan.


Tanah dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta
menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang terkontaminasi limbah minyak
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep.
MenLH128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan
terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran
dan penyerapan minyak kedalam tanah.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut telah
banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam
mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill),
menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) dan memadatkan
limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari segi biaya (cost
effective technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk).



- Beranda

- SINOPSIS
BAKTERI
Pernahkah kalian berpikir bahwa di dalam tubuh kita ini terdapat berjuta-juta bakteri yang bersimbiosis
mutualisme, parasitisme, ataupun saprofit dengan tubuh kita? Bakteri dapat kita jumpai di berbagai tempat.
Di tubuh kita misalnya, bakteri terdapat di permukaan kulit, dalam sistem pencernaan, dalam kotoran gigi
yang membusuk, ataupun di kulit kepala kita.
Tubuh bakteri yang sangat kecil dan cara hidup yang beraneka ragam memungkinkan bakteri untuk hidup
di mana saja sehingga bakteri dapat ditemukan di mana-mana, misalnya, di dalam tanah, dalam air, dalam
sisa-sisa makhluk hidup, dalam tubuh manusia, bahkan dalam sebutir debu. Luasnya distribusi bakteri ini
menyebabkan bakteri sering disebut juga dengan kosmopolit.
Pada umumnya, bakteri bersifat heterotrof dan dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Ada juga bakteri
yang dapat membuat makanan sendiri yang disebut bakteri autotrof. Untuk lebih jelasnya, marilah kita
perdalam dengan kajian di bawah ini.
1. Ciri-Ciri Bakteri
Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu yang berukuran sangat kecil dan mempunyai bentuk yang
beraneka ragam. Bakteri dapat berbentuk batang, spiral, atau bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar
klasifikasi bakteri.
Ukuran bakteri yang paling besar kira-kira 100 m. Ada pula yang kurang dari 1 m dan yang terkecil kira-
kira berukuran 0,1 m (1 mikron = 0,001 mm). Bakteri hanya dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop. Ukuran bakteri yang lebih kecil dari 0,1 m hanya dapat diamati dengan mikroskop elektron.
Sekumpulan bakteri dapat membentuk koloni. Contohnya, pada makanan yang telah busuk, koloni bakteri
dapat terlihat dalam bentuk cairan kental, lengket seperti lendir yang berwarna putih kekuningan.
Bakteri tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri. Berdasarkan sumber
zat makanannya, bakteri dibagi menjadi bakteri autotrofdan heterotrof. Bakteri heterotrof terbagi menjadi
bakterisaprofitdan parasit. Berdasarkan kebutuhan oksigen-nya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri
aerobdan anaerob.
2. Struktur Tubuh Bakteri
Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati. Tubuh bakteri berupa sel
tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan senyawa semacam pektin yang lebih mendekati
pada sel hewan. Dinding sel dilapisi selaput mirip gelatin yang menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel
berupa protoplas dengan membran plasma dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar butiran-butiran
nukleotida yang mengandung DNA, belum terdapat inti dengan membran inti seperti pada sel umumnya.
Belum terdapat plastida dan zat warna. Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.
Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu berbentuk batang, spiral, dan
bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri. Jika bakteri cocus membelah diri pada satu
bidang dan tetap saling melekat berpasangan dua dua, disebut diplococus, contohnya, Diplococus bacillus.
Jika selnya membelah diri pada satu bidang dan tetap melekat berbaris seperti rantai, disebut streptococus,
misalnya, Spirillum.Jika selnya membelah diri pada dua bidang dan secara khas membentuk kelompok
terdiri dari empat sel, disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya membelah diri pada tiga
bidang dalam suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut stafilcocus, misalnya, Staphylococcus aureus.
Jika selnya membelah diri pada tiga bidang dalam suatu pola teratur membentuk penataan seperti kubus,
disebut sarsina, misalnya, Sarcina ventriculi. Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok.
Spirillum dibedakan menjadi (1) bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran), misalnya,
Spirillum minor, (2) koma (berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran, pendek, dan tidak lengkap),
misalnya, Vibrio comma, dan (3) spiroseta (berupa spiral yang halus dan lentur), misalnya, Treponema
pallidium. Plasma bakteri banyak mengandung vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan, seperti
glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur, dan vulotin.
Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi ada juga yang dapat bergerak aktif dalam medium cair. Pada fase
tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut plasma yang dapat menembus dinding plasma.
Rambut plasma ini disebut bulu cambukatau flagel. Jumlah flagel dapat berbeda-beda, misalnya,
monorik(satu flagel pada salah satu kutubnya), subpolar(dua flagel masing-masing di bawah kutubnya),
lofotrik(ada seberkas flagel pada salah satu kutubnya), dan peritrik (flagel menyebar di seluruh permukaan
sel). Dengan mikroskop, terlihat tiga struktur utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri
memiliki ketiga struktur tersebut. Ketiga struktur tersebut adalahflagel,pili, dan kapsul. Mengenai flagel,
telah dijelaskan di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili dan kapsul. Pili
(fimbriae),berupa filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan lebih pendek daripada flagel. Pili
hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak berhubungan dengan pergerakan. Fungsi pili
adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya materi genetik selama perkawinan dan berfungsi membantu
untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya. Kapsul
atau lapisan lendir merupakan bahan kental yang mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi
bakteri karena merupakan pelindung dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri penyebab
penyakit, kapsul dapat berfungsi meningkatkan kemampuan bakteri dalam menginfeksi inangnya atau
dengan kata lain meningkatkan daya virulensi.
Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur dalam tubuh bakteri. Setelah kapsul
ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah dinding sel, kemudian di bawahnya terdapat
membran sel. Membran sel pada bagian tertentu membentuk mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat
sitoplasma dan struktur-struktur di dalam sitoplasma.
3. Reproduksi Bakteri
Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri pada lingkungan yang tepat atau
sesuai. Proses pembelahan diri pada bakteri terjadi secara biner melintang. Pembelahan biner melintang
adalah pembelahan yang diawali dengan terbentuknya dinding melintang yang memisahkan satu sel
bakteri menjadi dua sel anak. Dua sel bakteri ini mempunyai bentuk dan ukuran sama (identik). Sel anakan
hasil pembelahan ini akan membentuk suatu koloni yang dapat dijadikan satu tanda pengenal untuk jenis
bakteri. Misalnya, bakteri yang terdiri dari sepasang sel (diplococcus), delapan sel membentuk kubus
(sarcina), dan berbentuk rantai (streptococus). Reproduksi bakteri dapat berlangsung dengan sangat cepat.
Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat membelah setiap 20 menit. Dalam satu jam bakteri
dapat berkembang biak menjadi berjuta-juta sel. Coba kamu hitung kalau setiap 20 menit bakteri dapat
membelah, berapa jumlah bakteri yang dihasilkan dari 1 bakteri dalam waktu 24 jam. Diskusikan dengan
guru dan teman-temanmu, apa yang akan terjadi kalau perkembangbiakan bakteri ini terus-menerus
berlangsung tanpa ada faktor yang membatasinya?
Pada kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan diri dengan
pembentukan spora. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati karena perubahan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari yang terus-menerus, kenaikan suhu, kekeringan,
dan adanya zat-zat penghambat dan pembunuh bakteri, seperti antibiotika dan desinfektan. Keadaan
tersebut juga menunjukkan bahwa meskipun populasi bakteri sangat besar, tetap saja dapat dikendalikan
oleh faktor-faktor penghambat sehingga peranan bakteri di alam sebagai salah satu peng-urai dapat
seimbang dengan makhluk hidup produsen dan konsumen.
Dalam keadaan normal, spora akan tumbuh kembali menjadi satu sel bakteri. Bakteri tidak melakukan
pembiakan seksual yang sebenarnya, seperti yang terjadi pada makhluk hidup eukariot, karena bakteri
tidak mengalami penyatuan sel kelamin. Meskipun demikian, pada bakteri terjadi pertukaran materi
genetikdengan sel pasangannya. Oleh karena itu, perkembangbiakan bakteri yang terjadi dengan cara ini
disebut perkembangbiakan paraseksual. Perkembangbiakan parasekual bakteri dapat terjadi dengan tiga
cara, yaitu transformasi,konjugasi, dan transduksi.
a. Transformasi adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari luar ke sel bakteri penerima.
Dalam proses ini, tidak
terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi DNA dan penerima.
b. Konjugasiadalah penggabungan antara DNA pemberi dan DNA penerima melalui kontak langsung. Jadi,
untuk memasukkan DNA dari sel pemberi ke sel penerima, harus terjadi hubungan langsung.
c. Transduksi adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima dengan perantaraan virus. Dalam
hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai cangkang digunakan untuk pembungkus dan membawa DNA
bakteri pemberi menuju sel penerima.
4. Macam-Macam Bakteri
Dalam subbab ini akan dibahas tentang bakteri berdasarkan cara memperoleh makanannya dan kebutuhan
oksigennya.
a. Berdasarkan Cara Memperoleh Makanannya
1) Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrofadalah bakteri yang hidup dan memperoleh makanan dari lingkungannya karena tidak
dapat membuat makanan
sendiri. Bakteri ini dapat hidup secara saprofit dan parasit. Bakteri saprofitadalah bakteri yang hidup pada
jasad yang sudah mati, misalnya, sampah, bangkai, atau kotoran. Bakteri ini sering disebut sebagai bakteri
pembersih karena dapat menguraikan sampah-sampah organik sehingga menguntungkan bagi manusia,
contohnya, bakteri Eschericia coli yang berperan sebagai pembusuk sisa makanan dalam usus besar dan
bakteri Lactobacillus garicusyang berperan dalam pembuatan yogurt.
Bakteri parasit adalah bakteri yang hidup menumpang pada makhluk hidup lain. Bakteri ini biasanya
bersifat merugikan makhluK hidup yang ditumpanginya karena dapat menimbulkan penyakit. Contoh
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, antara lain, kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, TBC
disebabkan oleh bakteri Mycobac-terium tuberculosis, disentri disebabkan oleh bakteri Shigella dysenterriae,
sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, dan radang paru-paru (pneumoniae) disebabkan oleh
bakteri Diplococcus pneumoniae.
Penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat melalui makanan, minuman, pernapasan, ataupun
kontak langsung dengan penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Bakteri Autotrof
Bakteri autotrofa dalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri. Berdasarkan asal energi yang
digunakan, bakteri autotrof dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri yang bersifat kemoautotrof dan
bakteri yang bersifat fotoatotrof. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan
bantuan energi yang berasal dari reaksi-reaksi kimia, misalnya,
proses oksidasi senyawa tertentu. Contohnya, bakteri nitrit dengan mengoksidkan NH3, bakteri nitrat
dengan mengoksidkan HNO
2, bakteri belerang dengan mengoksidkan senyawa belerang, Nitosococcus, dan Nitrobacter.
Bakteri fotoautotrofadalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari
cahaya matahari. Bakteri ini adalah bakteri yang mengandung zat warna hijau sehingga dapat melakukan
fotosintesis, seperti tumbuhan hijau. Contohnya bakteri-bakteri yang mempunyai zat warna, antara lain,
dari golongan Thiorhodaceae(bakteri belerang berzat warna).
b. Berdasarkan Kebutuhan Oksigennya
Berdasarkan kebutuhan oksigennya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri aerobdan bakteri anaerob.
1) Bakteri Aerob
Bakteri aerobadalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang hidup secara aerob
dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara obligatadalah bakteri yang
mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya, bakteri Nitrosomonas.
2) Bakteri Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri
Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup tanpa
kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri
anaerob fakultatif.


IKLAN
CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN, RPP, SILABUS, DLL))
Ingin membuat PTK tapi merasa sulit???? Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan??? Ingin
membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek????? Ingin membuat RPP dan
silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah????? Kini tidak usah bingung lagi ada Pak Zaif yang siap
membantu berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda hadapi di bidang pendidikan di CV Zaif Ilmiah
semua masalah anda di bidang pendidikan akan dibantu, ingin membuat PTK saya bantu, membuat Karya
Ilmiah saya bantu, membuat berbagai perangkat pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi
Contact Person 081938633462 INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya
jangan lupa hubungi Pak Zaif di nomer 081938633462 ATAU lewat E-mail di zaifbio@gmail.com. DIJAMIN
PTK ATAU KARYA ILMIAHNYA BARU LANGSUNG DIBIKINKAN BUKAN STOK LAMA ATAU COPY PASTE
SEHINGGA DIJAMIN ORIGINALITASNYA TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES PAK ZAIF
06/06/2012 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 2 Komentar
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI MIKROBA
OLEH: DR.H.M.AGUS KRISNO BUDIYANTO,M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih
mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya,
sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar.
Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula
perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang
turun menurun. Kehidupan bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media
tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini di sebut
perubahan secara kimia.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-
faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam
(fisika) dan faktorfaktor kimia.
5.1 Faktor-Faktor Abiotik.
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika dan kimia. Di antara
faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang
pendek, tegangan muka dan daya oligodinamik.
1. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikrobia
dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu
pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu
suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal
(thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami
pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk
spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100C atau lebih
selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk
membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu
121C di dalam autoklaf.
Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam keadaan basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di dalam keadaan basah,
maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal daripada di dalam keadaan kering, pada temperartur
yang sama. Berdasarkan ini, maka sterilisasi barang-barang gelas di dalam oven kering itu memerlukan
suhu yang lebih tinggi daripada 121 C dan waktu yang lebih lama daripada 15 menit. Sedikit perubahan
pH menju ke asam atau ke basa itu sangat berpengaruh kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka
buah-buahan yang masam itu lebih mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.
Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman sebagai berikut: Suhu maut
(Thermal Death Point) ialah suhu yang serendahrendahnya yang dapat membunuh bakteri yang berada di
dalam standard medium selama 10 menit. Ketentuan ini mencakup kelima syarat-syarat tersebut diatas.
Perlu diperhatikan kiranya, bahwa tidak semua individu dari suatu spesies itu mati bersama-sama pada
suatu suhu tertentu. Biasanya, individu yang satu lebih tahan daripada individu yang lain terhadap
suatupemanasan, sehingga tepat jugalah bila kita katakana adanya angka kematian pada suatu suhu
(Thermal Death Rate). Sebaliknya jika suatu standard suhu sudah ditentukan seperti pada perusahaan
pengawetan makanan atau dalam perusahaan susu, maka lamanya pemanasan merupakan faktor yang
berbeda-beda bagi tiap-tiap dapatlah kita adakan penentuan waktu maut (Thermal Death Rate). Biasanya
standard suhu itu diatas titik didih dan pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri yang
berspora. Umumnya bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu tinggi. Hanya beberapa spesies
neiseria mati karena pendinginan sampai 0 C dalam kedaan basah. Bakteri patogen yang bias hidup di
dalam tubuh hewan atau manusia dapat bertahan sampai beberapa bulan pada suhu titik beku.
Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh kepada spora, karena spora sangat sedikit mengandung air.
Pembekuan bakteri di dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada kalau pembekuan itu di dalam
buih, buih tidak membeku sekeras air beku. Bahwa pembekuan air itu menyebabkan kerusakan mekanik
pada bakteri mudahlah dimaklumi, tentang efek yang lain misalnya secara kimia, kita belum tahu.
Pembekuan secara perlahan-lahan dalam suhu -16C ( es campur garam ) lebih efektif dari pada
pembekuan secara mendadak dalam udara beku (-190 C ). Juga pembekuan secara terputus-putus
ternyata lebih efektif dari pada pembekuan secara terusmenerus. Sebagai contoh, piaraan basil tipus mati
setelah dibekukan putus putus dalam waktu 2 jam, sedang piaraan itu dapat bertahan beberapa minggu
dalam keadaan beku terus-menerus.
Mengenai pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan mahluk-mahluk lain,
mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batas-batas suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu
minimum dan suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu disebut suhu
optimum. Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri, yaitu:
Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada suhu setinggi 55 sampai
65C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi daripada itu, yaitu
dengan batas-batas 40C sampai 80C. Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan
tempat-tempat lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55C.
Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5 dan 60C, sedang suhu
optimumnya ialah antara 25 sampai 40C, minimum 15C dan maksimum di sekitar 55C. Umumnya
hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada suhu 40C
atau lebih.
Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0 sampai 30C, sedang suhu
optimumnya antara 10 sampai 20C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik
di daratan ataupun di lautan.
Pada tahun 1967 di Yellowstone Park di temukan bakteri yang hidup dalam air yang panasnya 93 94 C
dan pada tahun 1969 berapa spesies lagi di tempat yang sama yang juga sangat termofil. Spesies-spesies
itu di tabiskan menjadi Thermus aquaticus, Bacillus caldolyticus, dan Bacillus caldotenax. Dalam praktek,
batas-batas antara golongan-golongan itu sukar di tentukan, juga di antara beberapa individu di dalam
satu golongan pun batas-batas suhu optimum itu sangat berbeda-beda. Bakteri termofil agak
menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu hanya sekitar 70 C saja,
sedang pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora bakteri termofil juga merepotkan perusahaan
pengawetan makanan. Selama bahan makanan di dalam kaleng itu di simpan pada suhu yang rendah,
spora-spora tidak akan tumbuh menjadi bakteri. Akan tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah
bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai akibat dari pertumbuhan spora-spora tersebut.
Sebaliknya, bakteri psikrofil dapat mengganggu makanan yang di simpan terlalu lama di dalam lemari es.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada bata-batas suhu yang sempit, misalnya, Conococcus itu hanya
dapat hidup subur antara 30 dan 40 C, jadi batas antara minimum dan maksimum tidak terlampau
besar, maka bakteri semacam itu kita sebut stenotermik. Sebaliknya Escherichia coli tumbuh baik antara
8 C sampai 46 C, jadi beda antara minimum dan maksimum suhu di sini ada lebih besar daripada yang di
sebut di atas, maka Escherichia coli itu termasuk golongan bakteri yang kita sebut euritermik. Pada
umumnya dapat di pastikan, bahwa suhu optimum itu lebih mendekati suhu maksimum daripada
suhu minimum.Hal ini nyata benar bagi Gonococcus dan Escherichia coli, keduanya mempunyai optimum
suhu 37 C. Bakteri yang dipiara di bawah
suhu minimum atau sedikit di atas suhu maksimum itu tidak segera mati, melainkan berada di dalam
keadaan tidur (dormancy).
Suhu berpengaruh terhadap kinerja reaksi dalam mikroorganisme. Kecepatan reaksi kimia merupakan
fungsi langsung daripada suhu dan mengikuti hubungan yang dikemukakan semula oleh Arrhenius :
Log10 V = H* + C
2.303RT
v ialah kecepatan reaksi, H* ialah energi aktivitas pada reaksi, R ialah konstante gas, T ialah suhu dalam
derajat Kelvin. Karena itu, kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi T menghasilkan garis lurus dengan
lereng negatif (Gambar 10.6). Gambar 10.7 menunjukkan kecepatan tumbuh E. coli yang dapat disamakan
dengan fungsi T . Kurvenya linear hanya pada bagian kisaran suhu untuk tumbuh. Sebab kecepatan
tumbuh dengan tibatiba sangat menurun pada batas atas dan bawah kisaran suhu. Kecepatan tumbuh
pada suhu tinggi yang menurun tiba-tiba disebabkan oleh denaturasi panas protein dan mungkin pula
denaturasi struktur sel seperti membran. Pada suhu maksimum untuk tumbuh maka reaksi yang merusak
menjadi sangat besar. Suhu itu biasanya hanya berapa derajat lebih tinggi daripada suhu untuk kecepatan
tumbuh maksimal, yang dinamakan suhu optimum.
Gambar 5.3 Hubungan antara kecepatan reaksi kimiawi dan suhu menurut rumus arrthenius
Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan bahwa semua bakteri dapat
melanjutkan tumbuhnya (meskipun dengan kecepatan yang makin lama makin lebih rendah) selama suhu
diturunkan sampai sistem itu membeku. Akan tetapi, kebanyakan bakteri berhenti tumbuh pada suhu
(suhu minimum untuk tumbuh ) jauh di atas titik beku air. Setiap mikroorganisme mempunyai suhu yang
tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi betapa pun lamanya masa
inkubasi.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum, dan maksimum) dan kisaran suhu yang
memungkinkan pertumbuhan, sangat beragam pada bakteri. Beberapa bakteri yang diisolasi dari sumber
air panas dapat tumbuh pada suhu setinggi 95C; yang diisolasi dari lingkungan dingin, dapat tumbuh
sampai suhu serendah 10C jika konsentrasi solut yang tinggi mencegah mediumnya menjadi beku.
Berdasarkan kisaran suhu untuk tumbuh, bakteri seringkali dibagi atas tiga golongan besar: termofil, yang
tumbuh pada suhu tinggi (diatas 55C); mesofil, yang tumbuh baik antara 20C sampai 45C dan psikrofil,
yang tumbuh baik pada 0C.
Seperti juga dalam sistem klasifikasi biologis yang kerap kali benar, terminologi ini menunjukan perbedaan
yang lebih jelas di antara tipe-tipe daripada yang di jumpai di alam. Klasifikasi reaksi suhu tiga pihak tidak
memperhitungkan seluruh variasi di antara bakteri berkenaan dengan adanya perluasan kisaran suhu yang
memungkinkan pertumbuhan. Perbedaan dalam kisaran suhu di antara termofil kadang-kadang dinyatakan
dengan istilah stenotermofil (organisme yang tidak dapat tumbuh di bawah 37 C),
dan euritermofil (organisme yang dapat tumbuh di bawah 37 C). psikrofil yang masih dapat tumbuh di
atas 20 C di sebut psikrofil fakultatif; dan yang tidak dapat tumbuh di atas 20 C di sebut psikrofil obligat.
Garis dengan satu tanda panah menunjukkan batas suhu tumbuh untuk paling sedikit satu galur spesies itu
terdapat variasi di antara bermacam galur beberapa spesies. Tanda dengan dua panah menunjukkan
bahwa pada batas suhu sebenarnya terletak di antara tanda panah tersebut. Garis dengan titik-titik
menunjukkan bahwa pertumbuhan minimum belum ditentukan. Data yang menggambarkan kisaran suhu
tumbuh berbagai macam bakteri menunjukkan sifat termofil, mesofil, dan psikrofil yang agak berubah-
ubah.
Kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan itu berubah-ubah seperti halnya suhu-suhu maksimum
dan minimum. Kisaran suhu beberapa bakteri kurang dari 10C, sedangkan untuk lainnya dapat sampai
50C.
Faktor yang menentukan batas suhu untuk tumbuh telah disingkapkan oleh dua macam penelitian;
perbandingan antara sifat organisme dengan kisaran suhu yang sangat berbeda; dan analisis sifat mutan
yang peka terhadap suhu, kisaran suhunya menjadi lebih sempit oleh perubahan satu mutan. Ada dua
macam mutan yang peka terhadap suhu; mutan peka panas, dengan suhu tumbuh maksimum yang
menurun ; dan mutan peka dingin, dengan suhu tumbuh minimum yang menaik.
Studi mengenai kinetika denaturasi panas pada enzim dan struktur sel yang berprotein (misalnya flagelum,
ribosom) menunjukkan bahwa banyak protein khusus pada bakteri termofil lebih tahan panas daripada
protein homolognya dari bakteri mesofil. Mungkin pula untuk mengira-ngirakan ketahanan panas
menyeluruh protein sel yang dapat larut, dengan mengukur kecepatan protein di dalam ekstrak bakteri
menjadi tidak larut karena denaturasi panas pada beberapa suhu yang berbeda. Percobaan seperti ini
(Tabel 10.6). Dengan jelas menunjukkan bahwa pada hakekatnya semua protein bakteri termofilik setelah
perlakuan panas tetap pada tingkat asalnya yang sebenarnya menghilangkan semua protein mesofil yang
sekelompok. Karena itu adaptasi mikroorganisme termofilik terhadap suhu di sekitarnya hanya dapat
dicapai dengan perubahan mutasional yang mempengaruhi struktur utama kebanyakan (jika tidak semua)
protein sel tersebut. Meskipun adaptasi evalusionar yang menghasilkan termofil agaknya
melibatkan ,mutasi yang meningkatkan ketahanan panas proteinnya , namun kebanyakan mutasi yang
berpengaruh pada struktur utama suatu protein khusus ( misalnya enzin) mengurangi ketahanan panas
protein tersebut, walaupun banyak di antara mutasi ini mungkin berpengaruh sedikit atau tidak sama
sekali pada sifat-sifat katalitik. Akibatnya, dengan tidak adanya seleksi tandingan oleh tantangan panas,
maka suhu maksimum untuk pertumbuhan mikroorganisme apa pun harus menurun secara berangsur-
angsur sebagai akibat mutasi acak yang berpengaruh pada struktur pertama proteinnya. Kesimpulan ini
ditunjang oleh pengamatan bahwa bakteri psikrofilik yangdiisolasi dari air antartik mengandung sejumlah
besar protein yang luar biasa labilnya terhadap panas.
Pada suhu rendah, semua protein mengalami sedikit perubahan bentuk, yang dianggap berasal dari
melemahnya ikatan hidrofobik yang memegang peran penting dalam penentuan struktur tartier
(berdimensi tiga). Semua tipe ikatan lain pada protein menjadi lebih kuat bila suhu diturunkan. Pentingnya
bentuk yang tepat untuk fungsi sebenarnya protein alosterik dan untuk perakitan sendiri protein ribosomal
menjadi kedua kelas protein ini teramat peka terhadap inaktivasi dingin. Oleh karen aitu, tidaklah
mengherankan bahwa mutasi yang menaikkan suhu minimum untuk pertumbuhan biasanya terjadi di
dalam gen yang menyandikan protein-protein ini.
Susunan lipid pada hampir semua organisme, baik prokariota maupun eukariota, berubah-ubah menurut
suhu tumbuh. Bila suhu turun, kandungan relatif asam lemak tidak jenuh didalam lipid selular meningkat.
Ilustrasi kejadian ini pada E. coli tampak pada perubahan dalam susunan lemak ini adalah komponen
penting daripada adaptasi suhu pada bakteri. Titik cair lipid berhubungan langsung dengan asam lemak
jenuh. Akibatnya, derajat kejenuhan asam lemak pada lipid membran menentukan derajat keadaan cairnya
pada suhu tertentu. Karena fungsi membran bergantung pada keadaan cair komponen lipid, dapatlah
dipahami bahwa pertumbuhan pada suhu rendah haruslah diikuti dengan penambahan derajat
ketidakjenuhan asam lemak.
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 7,5; khamir
pada pH 4,0 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas. Setiap mikrobia
mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan
daerah pH untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil.
Untuk menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan
bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan
sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula
disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa
asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar
sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah
dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau
pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log (1/[H+])
dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah 7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2;
susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.
Tabel 5.7 Indikator Asam Basa
NAMA INTERVAL pH PK INDIKATOR WARNA
ASAM BASA
Biru timol 8,0 9,6 1,7 Merah kuning
Biru brom fenol 3,0 4,6 4,1 Kuning biru
Merah metal 4,4 6,2 5,0 Merah kuning
Biru brom timo l 6,0 7,6 7,1 Kuning biru
Merah feno 6,8 8,4 7,8 Kuning merah
Merah kresol 7,0 8,8 8,2 Kuning merah
Fenolftalein 8,2 9,8 9,6 Tak berwarna -merah muda
Tabel 5.8 pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies bakteri
Bakteri KISARAN pH UNTUK PERTUMBUHAN
Batas bawah Optimum Batas atas
Thiobacillus 0,5 2,0-3,5 6,0
Thiooxidans 4,0-4,5 5,4-6,3 7,0-8,0
Acetobacter aceti 4,2 7,0-7,5 9,3
Staphylococcus aureus 5,5 7,0-7,5 8,5
Azotobacter spp 6,0 6,8 7,0
Clhorobium limicola 6,0 7,5 7,8 9,5
Thermos aquaticus
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan menjadi 3 golongan besar yaitu:
Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0
Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam
penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok bakteri
mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, organisme fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi
sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi
oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu
membran) atau tekanan hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan
dijumpai di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin, hanya tumbuh
bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung 3,5 persen natrium
klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya dapat mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang
membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya di sebut halofil obligat mereka tidak akan tumbuh kecuali
bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh dalam larutan natrium kloride tetapi tidak
mensyaratkannya disebut halofil fakultatif mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi
atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri dari
parit-parit terdalam dilautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton meter persegi.
Tabel 5.9 Kondisi-kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Kondisi Fisik Tipe Bakteri Kondisi Biakan
(Kelompok Psikologis) (Inkubasi
Suhu (kisaran Psikrofil 0 30c
pertumbuhan) : Mesofil 25 40c
minimum dan Termofil :
maksimum; Termofil 25 55c
optimumnya pada Fakultatif (bebas pilih)
suatu titik didalam Termofil obligat 45 75c
kisaran bergantung ada
spesies Aerob Hanya tumbuh bila
ada oksigen bebas
Anaerob Hanya tumbuh
Persyaratan akan gas tanpa oksigen
Anaerob fakultatif bebas
Tumbuh baik tanpa
Mikroaerofil oksigen bebas
Tumbuh bila ada
oksigen bebas
dalam jumlah
sedikit
Kebanyakan bakteri
berkaitan dengan
kehidupan hewan dan pH optimum 6,5
Keasaman atau tumbuhan 7,5
alkanitas (pH) Beberapa spesies eksotik
pH minimum 0,5;
Fotosintetik (autotrof dan pH maksimum 9,5
heterotrof)
Cahaya sumber cahaya
Halofil (halofil obligat)
Salinitasi konsentrasi garam
yang tinggi, 10 15% NaCl
3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan
bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85C, sedangkan untuk jamur dan aktinomises
diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80C. Kadar air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai
perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban
relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 0,999 sedangkan untuk bakteri
halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu
yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan
secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya
dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis. Karena sel-sel
mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang
dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang
tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang
paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di
tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami
plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga
dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis.
Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang
digunakan seharusnyalah medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi perlahan-lahan
sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi
plasmolisis secara mendadak.
6. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat rendah akan
bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan gugusan
senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat
tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya
perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion
tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada
beberapa senyawa asam organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi
merupakan akibat langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.
7. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran yang elastis,
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma mikroorganisme terdapat didalam
sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan
mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak
didalam medium yang mempunyai tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai
tegangan permukaan yang relatif tinggi.
8. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih dari 1208 kg
tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan
meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan
denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.
9. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di
dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi
mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika
kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat
bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme berhenti.
Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan
dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-
syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di dalam
gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam
sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada pengeringan pada
suhu titik-beku.
Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam
tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
10. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra violet, sinar gama),
mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan
kematian. Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut
banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak
dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar
yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m sampai 760 m , tidak begitu
berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara
240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih
dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati
seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk
mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa
bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh
penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-ruang penyimpan daging,
ruang-ruang pertemuan, gedunggedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu dibersihkan
dengan penyinaran ultra-ungu. Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek daripada sinar
ultra-ungu juga dapat membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada
sinar ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami mutasi. Aliran listrik tidak
nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh
panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon dan
klor (chlor).
11. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai membran yang elastik.
Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia. Tekanan dari membran cairan ini di
teruskan ke dalam protoplasma sel melalui dinding sel dan membran sitoplasma, Sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih menyukai tegangan muka yang relatif tinggi.
Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka yang relatif rendah. Misalnya bakteri-bakteri yang hidup
dalam saluran pencernaan. Sabun mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat
menyebabkan hancurnya bakteri. Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga
mempunyai khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus mempunyai daya tahan
terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada umumnya, bahwa bakteri yang Gram negatif lebih tahan
terhadap pengurangan (depresi) tegangan permukaan daripada bakteri yang Gram positif.
12. Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah bersifat
toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel.
Daya bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari
beberapa logam berat seperti air rasa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri,
daya mana di sebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali di pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang
benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan
lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat)
sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau
mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian
supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk
menetesi selaput lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak
juga orang yang mempergunakan persenyawaan perak dan protein. Garam tembaga jarang dipakai
sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanamantanaman mematikan
tumbuhan ganggang dikolam-kolam renang.
13. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua.
Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang
masuk pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga
menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi
bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan
hal-hal tersebut dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak
menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat diminum, apakah ia stabil,
bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya, apakah ia mudah dihilangkan dari pakaian apabla
desinfektan tersebut sampai kena pakaian, dan apakah ia murah harganya. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat warna, detergen,
sulfonamide, dan anti biotik.
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada
fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan
daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan
bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali digunakan untuk
membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan
tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan
lain-lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni, efeknya lebih
baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya ,
oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri gram positif
iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit,
fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram
positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat
warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
g. Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau dicampur dengan
heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion
(detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik,
melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya.
Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri
atas garam dari suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan,
karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang encer pun
zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci
alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan
tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus
seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus
sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan menimbulkan
gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal
terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat
memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan
antara sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari darah atau
cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara di dalam medium biasa.
Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat tumbuh
biasa.
.
Gambar 5.5 Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat
i. Antibiotik
Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam
jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang
pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan
oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai
pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan,
dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan.
Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin,
magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir ini orang telah dapat
membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan
antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh
golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis,
polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil,
maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk
spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin
efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu
antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Pada medium agar-agar yang telah disebari
spesies bakteri tertentu diletakkan beberapa kepingan kertas yang masing-masing mengandung antibiotik
yang diuji dalam kontrentasi yang tertentu. Jika sesudah 24 jam kemudian tidak nampak pertumbuhan
bakteri sekitar bahwa bakteri itu tercekik pertumbuhannya oleh antibiotik yang terkandung dalam kepingan
kertas. Besar kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas itu sesuai dengan konsentrasi antibiotik yang
terkandung didalamnya.
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang pasien dengan jalan
penelanan atau penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan intra vena (dalam pembuluh darah balik) atau
intra muscular (dalam daging).
a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.
c. daerah kosong
a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.
c. daerah kosong
Gambar 5.6 Pengaruh antibiotic terhadap pertumbuhan bakteri, M adalah agar-agar lempengan yang
disebari bakteri
j. Garam Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali dipertunjukkan dengan
suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alatalat yang terbuat dari logam,
dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen
atau mertiolat.
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji bijian supaya
terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi
selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang
mempergunakan persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida,
akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di
kolamkolam renang.
Cara Menilai Khasiat Desinfektan
Untuk mengetahui kekuatan masing-masing desinfektan, orang perlu mempunyai suatu ukuran pokok.
Adapun zat yang dipakai ialah fenol. Mikroorganisme yang dipakai sebagai penguji khasiat desinfektan
ialah Salmo nella typhosa, kadang-kadang digunakan juga Micrococcus aureus. Desinfektan yang akan diuji
itu di encerkan menurut perbandingan tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol, yang satu (1:90) dan
yang lain (1:100). Di samping itu kita membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan kita
banding khasiatnya dengan khasiat fenol. Katakan, larutan desinfektan A itu (1:300), (1:350), (1:400),
(1:450). Dari tiap-tiap larutan kita ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung steril banyaknya tabung
sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita memerlukan 3 perangkat dalam pengujian
ini, yaitu 12 tabung untuk desinfektan 0,5 ml inokulum Salmonella typhosa yang masih muda. Setelah 5
menit berada di dalam larutan, maka diambillah satu kolong inokulum untuk digesekkan pada agar-agar
lempengan, dan piaraan ini kemudian disimpan dalam suhu 37 C. Setelah berselang 48 jam piaraan dapat
diperiksa tentang ada tidaknya koloni-koloni Salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini berarti bahwa
bakteri telah mati ketika diambil dari tabung yang berisi larutan desinfektan. Hal semacam ini dikerjakan
pula dengan perangkat kedua, dimana Salmonella dibiarkan berada dalam larutan selama 10 menit. Di
dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan selama 15 menit berada dalam desinfektan.
5.2 Faktor-Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia)
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-
faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara jasad. Asosiasi dapat
dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedang
lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering simbiosis dipakai
untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan
istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.
Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat dapat
merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula memusnahkan
(melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad inang sebagai sumber kehidupannya.
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies) di antara jasad
yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami kerugian
atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose dapat dibedakan tiga macam, ialah
komensalisme, mutualisme, dan
parasitisme.
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk melakukan
perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa sinergisme masing-masing
mikkrobatidak mampu melakukan perubahan tersebut.
Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara jasat (mikkroba)
yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh. tErhambat pertumbuhannya atau
mengalami gangguan-gangguan yang lain. Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika
oleh salah satu mikroorganisme pada suatu asosiasi.
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang lebih komplek .
sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lainnyaakan saling
menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia jenis pertama akan menguraikan suatu
subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya
dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat
menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.
5.3 Fungi Dan Lingkungannya
Christensen (1957) membagi fungi dalam 3 golongan berdasar keadaan lingkungan perkembangannya
yaitu: 1) fungi lapangan (field fungi), 2) fungi penyimpanan (storage fungi) dan 3) fungi perusakan
lanjutan (advanced decay fungi). Golongan 3) merupakan bagian sementara, sedang 2 bagian terdahulu
khusus padakomoditas biji-bijian. (Bothast, 1978). Fungi lapangan menyerang bijian yang sedang dan
masak penuh dengan kandungan air paling sedikit 20% atau keseimbangan lembab relatif (Rh) 90
100%; fungi penyimpanan menyerang bijian yang tersimpan setelah panen dengan kandungan air sekitar
13 20 % atau keseimbangan lembab relative (Rh) 70 90% (Bothast, 1978).
Contoh fungi lapangan adalah alternaria, Fusarium, Helminthosporium dan Cladosporium (Uraguci dan
yamazaki, 1978). Juga termasuk pula Curvularia, Stemphylium, Epicoccum dan Nigospora yang umumnya
menyerang dekat atau saat panen (Bothast, 1978). Menurut Christensen dan Kauftmann (1969) dilaporkan
lebih dari 150 spesies fungi telah diisolasi dari bagian biji tanaman. Fungi yang dominan pada suatu
komoditas tergantung atas macam tanaman, wilayah atau lokasi geografis dan keadaan iklim. Alternaria,
umumnya banyak terdapat pada biji sayuran atau biji serealia, namun tidak hanya terbatas pada biji
serealia. Cladosporium umumnya pada biji serelia dalam kondisi basah selama panennya, dan pada tempat
penyimpanan fungi ini hamper tidak terdapat. Helminthosporium banyak didapat pada jenis padi, barley,
dan obat khususnya bila terjadi cuaca lembab sebelum panen. Fusarium banyak terdapat pada serealia
yang baru dipanen. Pada barley, gandum, dan jagung dikenal sebagai bentuk kudis biji-biji yangdemikian
dapat mendatangkan kercunan pada hewan maupun manusia(Uraguchi dan Yamazaki, 1978). Beberapa
spesies tertentu penicillium kadang-kadang dimasukkan dalam fungi lapangan (Mislivec dan Tuite, 1970).
Fungi penyimpanan juga terdiri dari beberapa spesies antara lain Penicillium, Aspergillus dan
Sporendomena dan kadang-kadang beberapa jenis khamir (Uraguchi dan Yamazaki, 1978). Penicillium dan
Aspergillus merupakan fungi yang diketahui ada dimana-mana dan hamper terdapat disetiap wilayah.
Kebanyakan fungi penyimpanan terdiri dari dari 5 atau 6 golongan Apergillus dan baru kemudian dan
beberapa spesies Penicillium sampai terjadi kerusakan lebih lanjut (Christensen dan Kaufmann, 1974).
Wallace (1973)menyebutkan 26 spesies Aspergillus dan 66 spesies Penicillium yang dapat diisolasi pada
produk simpanan. Selain Aspergillus dan Penicillium dikategorikan pula dalam fungi penyimpanan adalah
Absidia, Mucor, Rhizopus, Chaetomium, Scopulariopis, Paecylomices, dan Neurospora. Ibasidia, Mucor dan
Rhizopus pada umumnya ada hubungannya dengan kerusakan pada kondisi lembab, karena mereka
menghendaki suatu lembab relatif (Rh) minimum 88% untuk pertumbuhannya, mereka bukanlah fungi
pemula kerusakan bahan dalam penyimpanan (Wallace, 1973). Kekecualian adalah Aspergillus flavus yang
dapat menyerang bahan dilapangan (meski termasuk fungi penyimpanan) demikian pula Fusarium akan
dapat melanjutkan kerusakan bahan bijian dalam gudang (meski termasuk fungi lapangan) bila kandungan
air bahan cukup tinggi (Lillehoj dkk,1975;1976; Caldwell dan Tuite, 1974).
Terdapat beberapa faktor pokok yang akan mempengaruhi perkembangan fungi pada bahan pangan yang
disimpan, antara lain: 1) Kandungan air bijian yang disimpan, 2) suhu ruang penyimpanan, 3)periode
penyimpanan, 4) derajat awal penyerangan oleh fungi sebelum sampai tempat penyimpanan, 5) banyknya
benda-benda asing (bukan bahan sejenisnya) dan 6) terdapatnya aktivitas serangga dan kutu dalam ruang
simpan (Uraguchidan Yamazaki, 1978). Faktor-faktor seperti disebutkan diatas ditujukan pada bahan
dimana fungi tumbuh, maka untuk pertumbuhan fungi endiri memerlukan faktor fisik-khemis antara lain 1)
suhu, 2) aktivitasair (water activity), 3) tekanan osmosis, 4) pH, 5) potensial oksidasi-reduksi
(Eskin dkk, 1975). Suhu dan aktivitas air sangatlah penting dan perlu mendapat perhatian, disamping
faktor lainnya. Lihatlah dua table dibawah ini. Fungi pada umumnya akan dapat berkembang baik pada aw
sekitar 0,65- 0,80, sedangkan golongan fungi hidrofil diinginkan aw mencapai 0,89. Dalam kaitannya
dengan kelembaban relatif (Rh) yang dapat diukur dari sekeliling bahan maka umumnya diharapkan
kelembaban relatif sekitar 70-80%.
Setiap jenis fungi selain adalah batasan-batasan normal, mempunyai kekhususan diantara spesies dan
lainnya seperti terlihat pada beberapa table kelembaban relatif, suhu dan lainnya. Dibawah ini diberikan
gambaran Rh ruang penyimpanan dan suhu untuk pertumbuhan beberapa fungi penyimpanan yang
penting.
Kelembaban relatif minimum untuk perkecambahan fungi umumnya adalah 75% pada suhu biasa, dalam
keadaan iniuntuk setiap bahan bijian akan berbeda kandungan airnya sesuai komposisi (Pomeranz, 1974).
Keseimbangan lembab relatif bijian lebih penting daripada kandungan air guna mengendalikan kerusakan
fungi dalam ruang penyimpanan, meskipun keduanya mempunyai hubungan erat. Pertumbuhan fungi
berkaitan dengan kenaikan suhu yang dipengaruhi berbagai faktor antara laininaktivitas thermal enzim,
kehilangan substrat, mengecilnya oksigen dan kandungan air atau akumulasi CO2 menjadi terbatas.
Hubungan antara bagian-bagian tersebut sangat kompleks maka kondisi minimum, optimum dan
maksimum
sebagaimana tercantum dalam tabel diatas adalah perkiraan (Christensen dan Kaufmann, 1974)
11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 4 Komentar
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
OLEH:DR.H. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM
4.1 Pendahuluan
Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan yang optimum bagi
pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi dalam waktu yang relatif pendek.
Perbanyakan seperti ini disebabkan oleh pembelahan sel secara aseksual. Pembelahan sel terjadi secara
pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual.
Setelah pembentukan dinding sel melintang maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel, dan disebut
sel anak. Beberapa spesies mikroorganisme dapat bereproduksi dengan proses tambahan termasuk
produksi spora reproduktif, fragmentasi pertumbuhan berfilamen, dengan masing-masing fragmen
menghasilkan pertumbuhan dan penguncupan.
Para peneliti mikrobiologi tertarik untuk menentukan dengan tepat apa yang terjadi di dalam sel induk
ketika berevolusi ke suatu taraf pada saat membelah menjadi dua sel baru. Hasilhasil penelitian mengenai
proses pembelahan sel telah menampakkan hal- hal berikut:
Terdapat kenaikan jumlah bahan inti, yang terpisah menjadi dua unit, satu untuk masing-masing sel anak
baru.
Dinding sel dan membran sel tumbuh ke arah luar dan membran sel tumbuh (meluas) ke dalam sitoplasma
pada suatu titik di tengah-tengah sumbu panjang sel. Pada perbatasan tersebut disintesis dua lapisan
bahan dinding sel.
Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai kaitan dengan pembentukan septum
(dinding sel yang membagi) dan juga memungkinkan perpautan dengan daerah inti.
Pertumbuhan digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan biasanya mengacu pada perubahan di
dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan perubahan individu organisme. Inokulum
hamper selalu mengandung ribuan organisme. Pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan massa
melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya. Selama fase pertumbuhan seimbang (balanced growth),
maka pertambahan massa melebihi massa bakteri berbanding lurus (proporsial) dengan pertambahan
komponen selular yang lain seperti DNA, RNA, dan protein. Oleh karena itu maka mungkinlah untuk
mengembangkan pengukuran bagi pertumbuhan dengan berbagai cara.
Cara khas reproduksi bakteri ialah pembelahan biner melintang; satu sel membelah diri, menghasilkan dua
sel. Jadi bila kita mulai dengan satu bakteri tumggal, maka populasi bertambah secara geometric 1 2
22 23 24 25..2n atau dengan perhitungan sederhana,1 2 4 8 16 23
Istilah pertumbuhan sebagaimana digunakan pada bakteri mengacu pada perubahan dalam populasi total
dan bukannya perubahan dalam suatu individu organisme saja. Tambahan pula pada kondisi pertumbuhan
seimbang ada suatu pertambahan semua komponen selular secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan dapat
ditentukan tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah berbagai
komponen selular (RNA, DNA, protein) dan juga produk-produk metabolism tertentu. Pertumbuhan
mikroorganisme dapat diketahui dengan berbagai metode.
Tabel 4.1 Rangkaian metode-metode untuk mengukur pertumbuhan bakteri
Metode Penggunaan
Hitungan mikroskopik Perhitungan bakteri dalam susu dan vaksin
Hitungan cawan Perhitungan bakteri dalam susu, air, makanan, tanah, biakan dan sebagainnya
Membran atau filter Sama seperti hitungan cawan
Molekuler
Pengukuran kekeruhan Uji mikrobiologis, pendugaan hasil panen sel
dalam kaldu, biakan, atau suspense berair
Penentuan nitrogen Pengukuran panen sel dari suspense biakan
kental untuk digunakan pada
penelitian mengenai metabolisme
Penentuan berat Sama seperti untuk penentuan nitrogen
Pengukuran aktivitas Uji mikrobiologis
biokimiawi
4.2 Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar.
Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada umumnya
tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan
cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relatif
singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan mikroorganisme yang bersel banyak
(multiseluler). Pada mikroorganisme yang bersel satu (uniseluler) pertumbuhan ditandai dengan
bertambahnya sel tersebut. Setiap sel tunggal setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi
mikroorganisme yang lengkap, mempunyai bentuk dan
sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sei
secara individu dan pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian sel lainnya, yang
diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan kandungan didalam selnya. Pertumbuhan populasi
merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi
empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah banyak.
Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan populasi.
Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi yang kemudian
terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada
pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah sel atau massa sel yang terjadi
pada saat tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah sel perunit
volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume.
Penambahan dan pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya dapat digambarkan dalam
bentuk kurva pertumbuhan. Kurva tersebut merupakan penjabaran dari penambahan jumlah sel dalam
waktu tertentu, misal bernilai b, maka:
a. Pada generasi pertama, b = 12
b. Pada generasi kedua,b = 122
c. Pada generasi ke-n,b = 1x2n sehingga akhirnya: b=a x 2n
Dengan perhitungan logaritma, persamaan dapat dituliskan menjadi :
Log b = log 10a + alog 102
= log 10a + 0,301 n
= log 10b log 10a
atau n = 0,301
Pertumbuhan bakteri dalam biak statik akan mengikuti kurva pertumbuhan. Jika bakteri ditanam dalam
suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor mencapai minimum dan
pertumbuhan menjadi terbatas. Pertumbuhan biak bakteri dengan mudah dapat dinyatakan secara grafik
dengan logaritme jumlah sel hidup terhadap waktu. Suatu kurva pertumbuhan punya bentuk sigmoid dan
dapat dibedakan dalam beberapa tahap pertumbuhan. Ada beberepa tahap pertumbuhan yaitu : terdapat
kurva pertumbuhan atau gambar.
Tahap ancang-ancang yang mencakup interval waktu antara saat penanaman dan saat tercapainya
kecepatan pembelahan maksimum, lamanya tahap ancang-ancang ini terutama tergantung dari biak wal,
umur bahan yang ditanam dan juga dari sifat larutan biak.
Tahap eksponensial; Pada tahap pertumbuhan eksponensial terciri oleh kecepatan pembelahan maksimum
yang konstan kecepatan pembelahan diri sepanjang tahap log bersifat spesifik untuk tiap jenis bakteri dan
tergantung lingkungan.
Tahap stationer; Tahap ini dimulai kalau sel-sel sudah tidak tumbuh lagi. Kecepatan pertumbuhan
tergantung dari kadar substrat, menurunnya kecepatan pertumbuhan sudah terjadi ketika kadar subtrat
berkurang sebelum subtrat habis terpakai. Massa bakteri yang dicapai pada tahap stationer dinamakan
hasil atau keuntungan.
Tahap kematian; Pada tahap kematian dan sebab-sebab kematian sel bakteri dalam larutan biak normal
masih kurang diteliti. Ada kemungkinan bahwa sel-sel dihancurkan oleh pengaruh enzim asal sel sendiri
(otolisis)
Pertumbuhan bakteri dalam biak sinambung tidak akan mengikuti kurva pertumbuhan. Dalam
pertumbuhan bakteri ini terdapat prosedur yang menjadi dasar biak sinambung yang dilakukan dalam
kemostat dan turbidostat
1. Pertumbuhan dalam kemostat
Kemostat terdiri dari bejana biak yang dimasuki larutan biak dari bejana persediaan dengan kecepatan
aliran tetap. Diusahakan dalam bejana biak terdapat pemasokan O2 secara optimum dan supaya selekas
mungkin terjadi distribusi merata dari nutrien yang dialirkan masuk sebagai larutan biak. Kecepatan
pertambahan dinyatakan sebagai x = dx/dt dan kerapatan bakteri meningkat dengan x = x0 e /t. Biak
dalam kemostat dikendalikan subtrat. Stabilitas sistem ini berlandaskan keterbatasan kecepatan tumbuh
oleh konsentrasi subtrat yang diperlukan pertumbuhan (donor H, sumber N, Sumber S, atau sumber P).
2. Pertumbuhan dalam turbidostat
Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang dipertahankan
konstan. Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan biak sinambung dalam kemostat biak
static harus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh disamakan dengan organisme sial, tahap stationer dan
tahap kematian. Kalau pada biak sinambung merupakan sistem terbuka yang mengupayakan
keseimbangan aliran untuk organisme selalu terdapat kondisi lingkungan yang sama.
Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel. Hal ini dimaksudkan agar proses
metabolisme siklus pembelahan bakteri dapat dipelajari disperlukan suspensi sel yang mengalami
pembelahan sel dalam waktu sama yaitu sinkron. Sinkronisasi populasi sel dapat dicapai dengan berbagai
tindakan buatan antara lain dengan merubah suhu rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau
menyaring untuk memperoleh sel-sel yang sama ukurannya. Sinkronisasi pertumbuhan ini juga
dimaksudkan untuk menyediakan stater dengan usia yang sama.
4.3 Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut.
1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial, tetapi dalam tahap masa
persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan, apabila mikroorganisme yang ditanami pada substrat
atau medium yang sesuai, maka pertumbuhan akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan
mikroorganisme yang sudah tua meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme ini
membutuhkan masa persiapan atau fase lag. Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk
mensintesa enzim. Sehingga mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan
ekponensial. Fase ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari jenis
mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata terlihat. Karena
fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun fase-pengaturan jasad untuk
suatu aktivitas didalam lingkungan yang mungkin baru. Sehingga grafik selama fase ini umumnya
mendatar.
Kalau G ( = waktu generasi rata-rata ) sama dengan t ( = waktu yang dibutuhkan dari jumlah a menjadi
b ) dibagi oleh a ( = jumlah keturunan ) sehingga:
G = t / n
= 0,301
log10a -log10b
2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini disebut masa pertumbuhan,
yang setiap selnya tidak sama dalam waktu masa persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur kenaikan
jumlah populasi sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka mulailah
mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel sehingga kurva meningkat dengan
tajam (menanjak). Peningkatan ini harus diimbangi dengan banyak faktor, antara lain:
Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta assosiasi kehidupan di
antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media, temperatur, kadar oksigen,
cahaya, dan lain sebagainya.
Kalau faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti gambar. Pada fase
ini pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara ekponensial akan tercapai. Pada
fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme berkembang biak secara maksimal. Setiap sel
mempunyai kemampuan hidup dan berkembang biak secara tepat. Fase pengurangan pertumbuhan akan
terlihat berupa keadaan puncak dari fase logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana
penambahan jumlah individu mulai berkurang atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara
lain berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan pertumbuhan jasad. Fase
tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai puncaknya, maka zat-zat makanan yang
diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme, sehingga
pada masa pertumbuhan ini reda atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor faktor yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, maka
sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase
ini, gambaran grafik seakan mendatar. Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang maksimal stasioner
yang konstan.
4. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah yang konstan, sehingga
jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara
perlahan-lahan jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian
dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme
mati. Namun penurunan jumlah sel tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi
dan tetap hidup dalam beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva
dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ke titik awal
lagi.
Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah diterangkan kalau
faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan. Beberapa penyimpangan yang
sering terjadi pada gambaran kurva tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
Pengaruh lingkungan terhadap kurva pertumbuhan
1. Kurva A : Menunjukkan terdapatnya fase lag yang cukup lama sebelum mikroorganisme dapat tumbuh
dan bertambah.
2. Kurva B : Menunjukkan tidak adanya fase lag, karena begitu ditanamkan, maka pertumbuhan
mikroorganisme dapat langsung ke fase logaritmik atau fase eksponensial pertumbuhan.
3. Kurva C : Menunjukkan fase lag yang panjang atau lama serta tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang baru (mati).
4. Kurva D : adalah gambaran suatu kurva pertumbuahan mikroorganisme yang secara kontinu terus
menerus diberi tambahan sumber nutrient, sehingga ada kesinambungan pertumbuhan walau makin lama
mengarah kepada penurunan.
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
A. Faktor alam
1. Temparatur
Umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisme terletak antara 0-90oC. Temperatur
minimum adalah suhu paling rendah dimana kegiatan mikroorganisme masih dapat berlangsung.
Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktifitas
mikroorganisme, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling minimal. Sedang temparatur yang paling
baik bagi aktivitas hidup disebut temperatur optimum.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga golongan utama
yaitu:
Tabel 4. 4 Daerah aktivitas temperatur mikroorganisme
Suhu Pertumbuhan
Golongan Minimum Optimum Maksimum
Psychrophil 0oC 10o-15oC 30oC
Mesophil 15o-25oC 25o-37oC 40o-55oC
Thermophil 24o-45oC 50o-60oC 60o-90oC
Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri Mesophil. Suhu optimumnya sama dengan suhu
tubuh manusia ( 37oC ). Titik kematian termal suatu jenis mikroorganisme ialah nilai temparatur yang
dapat mematikan jenis tersebut didalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. Sedang waktu kematian
termal adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroorganisme pada suatu temperatur
yang tetap. Kedua istilah tersebut mempunyai arti yang penting di dalam praktek, terutama di dalam
industri pengawetan bahan makanan dan obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian
termal
antara lain: waktu, temperature, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikroorganisme, pH dan
komposisi medium.
Komposisi medium juga mempengaruhi kepekaan bakteri terhadap pemanasan. Adanya partikel atau
benda padat dan senyawa tertentu di dalam medium akan menaikkan resistensi ( ketahanan )
mikroorganisme terhadap panas, sebab penetrasi panas kedalam medium terhalang oleh adanya benda
atau zat tadi. Temparatur rendah menyebabkan gangguan pada metabolisme, jenisnya tergantung pada
temparatur dan cara perlakuanya. Kematian mikroorganisme pada temperatur rendah disebabkan oleh
terjadinya perubahan keadaan koloid protoplasma yang tidak reversible. Penurunan temperature yang tiba-
tiba di atas titik beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperature secara bertingkat
hanya mengakibatkan kegiatan metabolisme untuk sementara saja. Bila suspensi bakteri didinginkan
dengan cepat dari 45oC, maka jumlah bakteri yang mati mencapai 95%, tetapi pendinginan secara
bertingkat menyebabkan jumlah kematian tersebut akan berkurang.
Kematian akibat penurunan temperatur yang tiba-tiba, mungkin karena air menjadi tidak siap untuk
kegiatan fisiologi. Misalnya pada pembekuan, mungkin terjadi kerusakan sel oleh adanya kristal es di
dalam air antar sel. Proses pendinginan di bawah titik beku dan di dalam keadaan hampa udara secara
bertingkat, banyak digunakan untuk mengawetkan biakan dan proses tersebut disebut lyofilisasi. Hasil
lyofilisasi merupakan tepung yang terdiri atas sel yang lyofilik dan sangat mudah menarik air, juga tidak
menyebabkan denaturasi protein sebab molekul air protoplasma di dalam proses ini langsung dirubah
menjadi uap air tanpa melalui fase cair (sublimasi ).
2. Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak tergantung pada cahaya
matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet.
3.Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil makanan dari
luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara
yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai
kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang
tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%.
Kadar air bebas didalam larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan
tekanan uap air murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam
bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuaan, proses
pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan
menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar
zat terlarut.
4. pH
pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Umumnya asam mempunyai pengaruh
buruk terhadap pertumbuhan bakteri. Lebih baik hidup dalam suasana netral ( pH 7,0 ) atau sedikit basa
( pH 7,2-7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,6 7,5. Bakteri-bakteri yang patogen pada
manusia tumbuh baik pada pH 6,8-7,4, yaitu sama dengan pH darah.
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas pH bagi kegiatan enzim. Untuk
itu jasad dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5,
ragi antara 4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas. Atas dasar
daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan adanya tiga golongan besar,yaitu:
a. Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
b. Mikroorganisme yang mesofilik (Neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0
c. Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5.
5. O2 dari udara
Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup membutuhkan O2 yang diambil dari udara melalui
pernafasan. Fungsi O2 ini sudah jelas yaitu untuk pembakaran zat-zat jaringan, sehingga dihasilkan panas
dan tenaga. Hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 dalam jumlah yang normal disebut hidup
secara aerob. Organisme yang tidak hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas disebut
organisme anaerob. Berdasarkan responnya terhadap O2 bebas, maka bakteri dibagi dalam tiga golongan
yaitu :
Bakteri aerob ( obligate aerob )
Yaitu bakteri yang hanya hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas. Misalnya : Vibroiro cholera,
Corynebacterium diphtheriea
Bakteri anaerob ( obligate anaerob )
Yaitu bakteri yang hanya dapat hidup di dalam lingkungan yang tidak mengandung oksigen bebas. Misal:
Clostridium tetani,Treptonema pallida.
Fakultatif aerob
Yaitu bakteri yang hidup di dalam lingkungan yang mengandung oksigen bebas maupun tidak. Misal :
Salmonella typhi, Neisseria mengitidis. Bakteri-bakteri fakultatif aerob pada umumnya lebih baik tumbuh
pada pada lingkungan yang sedikit mengandung oksigen bebas. Karena itu lebih tepat bila dinamakan
bakteri microaerophil.
6. Tekanan osmotik
Air keluar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan osmotik antara cairan yang
ada di dalam dengan sel yang ada di luar bakteri.Protoplasma selalu mengandung zat yang terlarut di
dalamnya, karena itu tekanan osmotiknya selalu tinggi dari air murni. Bila bakteri dimasukkan dalam
aquades, maka air akan masuk ke dalam sel bakteri. Hal ini menyebabkan bakteri menggembung, mungkin
pecah dan mati. Peristiwa ini disebut Plasmoptysis.
Sebaliknya bila bakteri dimasukkan ke dalam cairan hipertonis akan menyebabkan plasma dari dinding sel
dan kematian bakteri. Peristiwa ini disebut Plasmolisa.
Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat menyebabkan plasmolisa.
Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan di dalam praktek untuk pengawetan bahan-bahan makanan,
seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, untuk pengawetan buah-buahan dengan
penambahan gula. Beberapa mikroorganisme dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar
gula yang tinggi, antara lain ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi), bahkan beberapa
mikroorganisme dapat tahan di dalam substrat dengan kadar garam sampai 30%,golongan ini bersifat
halodurik.
7. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti halnya manusia
tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di alam ini berada dalam
suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis.
B. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang keluar masuk sel
mikroorganisme menjadi kacau.
Oksidasi,beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga fungsi unsur terganggu.
Misal, mengoksidasi suatu enzim.
Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim. Sehigga
fungsi enzim terganngu.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam sel
mikroorganisme.
Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur.
Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
Logam-logam berat Klor dan senyawa klor
Fenol dan senyawa-senyawa sejenis Zulfonomida
Alkohol Detergen
Aldehit Zat pewarna
Yodium Peroksida
4.5 Media biak dan persyaratan bagi pertumbuhan
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme diperlukan suatu substrat yang disebut
media. Dikarenakan dengan media yang cocok, maka pertumbuhan mikroorganisme akan maksimal, subur
dan cepat. Media biak (larutan biak) dapat di buat dari senyawa-senyawa tertentu.
Media biak dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
Media biak sintetik : media ini dibuat dari senyawa senyawa kimia.
Media biak kompleks, media ini dibuat dari senyawa yang mengandung ektrak ragi, otolitas ragi, pepton
dan ekstrak daging.
Media biak padat, media ini dibuat dari larutan biak cair kemudian ditambahkan bahan pemadat yang
memberi konsistensi seperti selai pada larutan air.
Salah satu syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah kadar ion hidrogen yang ada
dilingkungannya. Perubahan kadar yang kecil saja sudah mampu menimbulkan pengaruh yang besar.
Alasan inilah yang amat penting untuk menggunakan nilai pH awal yang optimum dan
mempertahankannya sepanjang pertumbuhan. Organisme hidup paling baik pada pH 7. selain kadar ion
hydrogen, dibutuhkan juga karbondioksida dan kadar air, suhu dan tekanan osmatik. Pertumbuhan
mikroorganisme tergantung dari bahan-bahan makanan.
Pada dasarnya larutan biak sekurang-kurangnya harus mengandung sebagai berikut :
Kebutuhan nutrien pokok. Diantaranya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang, fosfat, kalium,
magnesium dan besi.
. Sumber-sumber karbon dan energi.
Zat-zat pelengkap, yaitu suplemen yang termasuk komponen dasar dan yang oleh beberapa
mikroorganisme tidak dapat disintesis dari komponen-komponen sederhana.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan mikroorganisme secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan
menyediakan media yang dikayakan. Kondisi pengkayaan adalah kondisi dimana organisme dapat tetap
tumbuh dengan kehadiran saingan dengan menetapkan sejumlah faktor (sumber energi, sumber karbon
dan sumber nitrogen akseptor hidrogen dan atmosfir gas, cahaya, suhu, pH dan selanjutnya) dapat
ditetapkan kondisi lingkungan tertentu dan dapat ditanamkan populasi campur yang terdapat dalam tanah
atau dalam lumpur. Bahan-bahan penanaman yang menguntungkan ialah bahan-bahan yang berasal dari
tempat dimana telah terjadi pengkayaan alamiah seperti : mikroorganisme pengolah CO dalam limbah air
pabrik gas, pengolah hemoglobin dalam limbah pajagalan dan oksidator hidrokarbon di ladang minyak
bumi dan bak minyak.
Untuk mikroorganisme yang sangat terspesialisasi harus dibuat kondisi pengkayaan yang sangat selektif.
Medium mineral yang bebas nitrogen terikat dan tanpa cahaya merupakan medium yang amat selektif
untuk sianobakteri yang memfiksasi nitrogen. Bila larutan medium yang sama dilengkapi dengan suatu
sumber energi atau sumber energi dan sumber karbon maka pada keadaan gelap dan pada kondisi aerob
dan tumbuh Azotobacter dan kalau Biak Murni.
Untuk menumbuhkan dan mengembang-biakan mikroorganisme, diperlukan suatu substrat yang disebut
media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami
(seperti tauge, kentang, daging, telur, wortel), ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia organik
ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme
dinamakan media. Secara garis besar media dibedakan atas :
1. Media hidup
Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virology untuk pembiakan berbagai virus, sedangkan
dalam bakterologi hanya beberapa
jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan percobaan.
2. Media mati
Berdasarkan konsentrasinya
Media padat, terbagi media agar miring, agar deep dan agar sebar. Media ini umumnya dipergunakan
untuk bakteri, ragi, jamur.
. Media cair, jika media tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media cair dipergunakan untuk
pembiakan mikroalga, bakteri dan ragi.
Media semi padat atau semi cair, jika penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang
seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang banyak memerlukan
kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif.
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya Sesuai dengan fungsi fisiologis dari masing-masing
komponen ( unsure hara ) yang terdapat di dalam media, maka susunan media pada semua jenis
mempunyai kesamaan isi, yaitu:
a. Kandungan air
b. Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain yang mengandung
nitrogen.
c. Kandungan sumber energi / unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat, lemak,protein, ataupun
senyawa-senyawa lain.
d. Faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.
Berdasarkan kepada persyaratan,susunan media dapat berbentuk:
a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telur,
ikan, umbi-umbian.
b. Media sintetis, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan dan
perkembang-biakan bakteri clostridium.
c. Media semi sintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahanbahan alami dan bahan-bahan
sintetis.
Berdasarkan sifat Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme, tetapi juga untuk isolasi, seleksi,evaluasi, dan diferensiasi biakan yang didapatkan
berdasarkan sifat-sifat media, yaitu:
Media umum, kalau media a dapat dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan satu atau
lebih kelompok mikroorganisme secara umum.
Media penyangga, kalau media dipergunakan dengan maksud memberikan kesempatan terhadap suatu
jenis atau kelompok mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis atau kelompok
lainnya yang sama-sama berada dalam satu bahan.
Media selektif, adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroorganisme
tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan untuk jenis jenis lainnya.
Media diferensial, adalah media yang dipergunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu serta
penemuan sifatsifatnya.
Media penguji, yaitu media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu dengan bantuan
mikroorganisme.
Media penghitungan, yaitu media yang digunakan untuk menghitungn jumlah mikroorganisme pada suatu
bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif ataupun media differensial dan penguji.
Agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media diperlukan persyaratan
tertentu, yaitu:
Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme.
Bahwa media harus dalam keadaan steril.
4.6 Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme ditentukan pula oleh kemampuan dalam mereproduksi sel.
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara aseksual (yang paling umum) dan secara seksual
(terjadi pada beberapa individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembang-biakan secara aseksual terjadi
secara pembelahan biner, yaitu sel induk membelah menjadi dua selanak. Kemudian masing-masing sel
anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya hingga makin membanyak. Selama sel membelah
maka akan terjadi keselarasan replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan menerima paling sedikit satu
kopi (salinan) dari genom.
Perbanyakan sel dengan cara pembelahan ini, kecepatannya ditentukan oleh waktu generasi.Ada jenis
yang mempunyai waktu generasi lambat atau lambat sekali. Ada pula yang waktu generasinya sangat
singkat atau cepat.
Tabel 4.5 Waktu generasi mikroorganisme
Kelompok Jenis
Mikroorganisme Waktu Generasi ( Jam )
Bakteri heterotrofik:
Bacillus megatarium 0,58
Escherichia coli 0,28
Rhizobium meliloti 1,80
Treponema pallidum 34,0
Bakteri fotosintetik:
Chloropseupdomonas 7,0
Ethylicum 2,4
Rhodopseudomonas spheroids 5,0
Rhodospirillum rubrum
Ragi:
Saccharomyces cerevisiae 2,0
Bakteri memang mempunyai cara-cara perkembang-biakan aseksual yang unik kalau dibandingkan dengan
mikroorganisme lainnya. Juga didalam kecepatan perbanyakan dan waktu generas, tetapi pembelahan sel
mikroorganisme tidak saja terjadi hanya secara biner sajamungkin pula dapat berbentuk multiple
perkuncupan.
Ragi, seperti ragi untuk membuat kue atau roti Saccharomyces cerevisiae pembelahan ada yang seperti
bakteri (dari satu sel menjadi dua dst.) tetapi ada pula yang membentuk kuncup, dimana tiap kuncup akan
membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya sehingga akhirnya
membentuk semacam mata rantai.
Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain, perbanyakan individunya terjadi secara
pembelahan atau replikasi DNA(gambar 47) Perkembang-biakan aseksual dapat juga terjadi secara
fragmentasi, yaitu pemotongan serat atau hifa atau filamen. Misal yang terjadi pada jamur atau mikroalge.
Filamen yang terpotong menjadi beberapa bagian, tiap potongannya akan tumbuh dan berkembang pula
seperti induknya. Perkembang-biakan aseksual yang paling umum lagi adalah melalui spora. Spora yang
dapat diumpamakan seperti biji tanaman tinggi, dihasilkan dalam berbagai bentuk mikroorganisme. Untuk
bakteri, spora terbentuk didalam sel, sehingga dinamakan endospora. Sedang untuk jamur misalnya, spora
terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakan
eksospora. Kalau spora jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah dan tumbuh menjadi
individu baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta
secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.
3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.
Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau sel telur yang telah di buahi oleh sel
jantan atau sel sperma), yang kemudian zigot akan berkecambah membentuk individu baru setelah
mengalami pembelahan. Rangkaian kehidupan mikroorganisme yang dimulai dari spora, spora
berkecambah, membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian menghasilkan alat perkembang
biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup. Pada bacteria siklus hidup kurang jelas rangkaianya,
berbeda pada jamur dan mikro alga. Pada jamur kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang sudah
dibudidayakan dan bernilai ekonomi dengan nama mushroom atau champignon, siklus hidupnya sangat
jelas mulai dari spora yang berkecambah, membentuk massa hifa atau misellia, membentuk tubuh buah
stadia awal sampai membentuk tubuh buah yang nyata terlihat. Juga pada alga hijau (Chlamydomonas)
jenis alag yang banyak kita temukan pada bak aquarium ataupun pada kolam ikan, serta pada protozoa
(Trypanosoma gambiense) penyebab penyakit tidur yang ditularkan melalui lalat tsese.
Di dalam siklus hidup, tahapan yang terjadi sejak spora berkecambah sampai menghasilkan kembali alat
perkembang biakan, akan di lalui tingkat perkembang biakan secara seksual ataupun aseksual sesuai
dengan sifat mikroorganisme. Faktor faktor yang mempengaruhi, khususnya factor lingkungan abiotik
seperti :
1. Kelengkapan unsur yang terdapat di dalam media 5. Cahaya
2. pH media 6. Sirkulasi oksigens
3. Kadar air media 7. Kelembaban
4. Temperatur
A. Bakteri
Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif yaitu dengan cara membelah diri.
Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, bakteri akan membelah diri dengan cepat. Pembelahan
terjadi setiap 15-20 menit. Sehingga dalam waktu kurang lebih 7-8 jam bakteri sudah menjadi jutaan.
Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:
1. Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada arah memanjang.
2. Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak selalu merupakan
penyekat yang sempurna,ditengah-tengah sering ketinggalan suatu lubang kecil, dimana protoplasma
kedua sel baru masih tetap berhubung-hubungan. Hubungan protoplasma ini disebut plasmodesmida.
3. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah, yaitu yang satu terlepas
sama sekali dari pada yang lain, setelah dinding melintang menyekat secara sempurna. Bakteri yang
semacam ini merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada medium yang padat. Sebaliknya, bakteri-
bakteri yang dindingnya lebih kokoh tetap bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini
merupakan koloni yang kasar permukaannya.
B. Jamur
Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan seksual.
1. Secara aseksual
Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang bersel satu. Tunas yang dihasilkan
disebut blastospora.
Dengan fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.
Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu membagi-bagi diri membentuk :
bentuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur (oidiospora)
bentuk empat persegi panjang ( artispora )
spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora
2. Secara seksual
Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang cocok. Untuk kecocokan ini diberikan
tanda + dan Proses perkawinannya terdiri atas persatuan 2 protoplas ( plasmogami ) kemudian diikuti
persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada yang menghasilkan alat kelamin jantan saja atau hanya alat
kelamin betina saja,sehingga jamur yang seperti ini disebut jamur berumah dua (diesi).jamur yang dapat
menghasilkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina disebut hermaprodit atu disebut berumah satu
(monoesi).
Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l kelamin jantan disebut anteridium,
sedangkan gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina disebut oogonium. Gamet jantan dan
betina yang tidak dapat dibedakan disebut isogamet. Jika jelas berbeda disebut anisogamet yang berciri
besar dan kecil,atau heterogamet (bila beda jenis kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet
gamet yang dapat bergerak (planogamet). Sel telur adalah suatu aplanogamet, sedangkan anterozoida
adalah planogamet.
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Persatuan planogamet
Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu disebut planogametogami. Kalau persatuan
terjadi antara dua gamet yang berbeda ukuran, atau planogamet yang satu dapat bergerak sedang yang
lain tidak, maka persatuan itu disebut anisogametogami.
b. Kontak antara gametangium
Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung antara dua
gametangium yang kompatiabel, sedang masing-masing gametangium selama plasmogami terjadi tidak
mengalami perubahan. Lewat suatu lubang atau saluran kecil yang terjadi antara kedua gametangium
yang mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti dari anteridium ke oogonium.
c. Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami
Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke oogonium,dalam hal ini ada dua cara :
Pertama, antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran, sehingga seluruh protoplast dari
anteridium pindah ke oogonium lewat lubang atau saluran tersebut. Kedua, gametangium luluh menjadi
satu tubuh baru.
1) Spermatisasi
Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia kecil berinti satu disebut
spermatia.spermatia dapat dibawa angin, air, serangga yang berguna untuk membuahi gametangium
betina.
2) Somatogami
Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin maupun sel kelamin dan persatuan antara
protoplas antara dua jenis yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap hifa dari jenis yang satu dengan
hifa jenis yang lainnya. Somatogami terdiri dari peristiwa.
a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik
b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-inti haploid dalam miselium yang
heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang homo kariotik, kemudian tumbuh
menjadi miselium baru.
d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya inti- inti haploid lagi.
11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 2 Komentar
SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI
OLEH: DR.H.M. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM
SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI
1.1. Pendahuluan
Mikrobiologi merupakan suatu istilah luas yang berarti studi tentang organisme hidup yang terlalu kecil
untuk dapat dilihat dengan mata terlanjang. Dalam bahasa Yunani Mikrobiologi diartikan mikros yang
berarti kecil, bios yang artinya hidup dan logos yang artinya kata atau ilmu. Dalam konteks pembagian
ilmu modern, Mikrobiologi mencakup studi tentang bakteri (bakteriologi), jamur (mikologi), dan virus
(virologi).
Di Indonesia sendiri, dunia mikrobiologi saat ini telah berkembang pesat dan mempunyai perhimpunan
sendiri yakni Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) adalah suatu organisasi profesi ilmiah dalam
bidang mikrobiologi yang beranggotakan ilmuwan, pakar dan teknisi yang mempunyai keahlian dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang mikrobiologi serta ilmuwan lain yang berminat dalam bidang
mikrobiologi.
Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel
tunggal, secara individual tidak Dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Walaupun beberapa pengaruh mikroorganisme telah diketahui dan juga telah
dimanfaatkan selama ribuan tahun, tetapi baru 300 tahun yang lalu organisme- organisme mikroskopik
terlihat dan dipelajari pertama kali.
Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia
mikroorganisme itu. Pada tahun 1675 Antonie, membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik,
sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air
jambangan bunga. Dari air hujan yang menggenang di kubangan-kubangan dan dari air jambangan bunga,
ia peroleh beraneka hewan bersel satu dengan menggunakan mikroskop buatan yang diperbesar hingga
300 kali. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan
mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan animalcule yang menurutnya merupakan
hewan-hewan yang sangat kecil. Selain itu ia juga menemukan adanya Hewan bersel satu ini kemudian
diberi nama Infusoria atau hewan tuangan. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati
benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumbuk lebih
banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang
mampu memperbesar 200- 300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut
dan mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7
September 1674 ia menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan
protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang
dikenal dengan bakteri. Pentingnya penemuan tersebut tidak dihargai pada saat itu terlebih lagi Penemuan
Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan darimana asal animalcules tersebut. Ada dua
pendapat yang muncul, satu mengatakan animalcules ada karena proses pembusukan tanaman atau
hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung terori yang mengatakan bahwa Makhluk
hidup berasal dari benda mati melalui proses abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea.
Pendapat ini mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya seperti halnya
organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut dengan biogenesis. Mikrobiologi tidak
berkembang sampai perdebatan tersebut terselesaikan dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis.
Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya sederhana dan perlu waktu
lebih dari 100 tahun.. Baru setelah hampir 200 tahun berikutnya, seorang ahli Perancis, Louis Pasteur,
Louis Pasteur (1822 1895) seorang ahli kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisme, Oleh
karena itu ia tertarik untuk meneliti peran mikroba dalam industri anggur dan pembuatan alkohol dalam
mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab rasa asam yang
tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur. Kenyataannya, ada satu jenis
mikroorganisme yang membantu pembuatan anggur, namun ada organisme lain yang menyebabkan
rusaknya minuman anggur. Setelah gagasan ini diterima studi tentang organisme dengan proses
metabolisme menjadi ilmu yang penting.
Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan
dengan lembaga Royal Society di Inggris.Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan miskroskop itu
kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar mikroorganisme yang
beraneka ragam. Atas kecermatanketelitian pengamatan leeuwenhock nyata sekali pada gambargambar
tersebut.Kemudian ia membuat sketsa bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang
(basillus), spiral (spirilum). Akan tetapi arti penemuan leeuwcnhock tidak dihiraukan sebelum tahun 1800,
ketika orang belum menyadari benar bahwa mikroorganisme adalah penyebab banyak penyakit atau
menyebabkan perubahan kimia pada pahan bahan disekitar kita yang tidak terhitung banyaknya. Dalam
sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dipandang sebagai peletak dasar utama atau bapak mikrobiologi.
1.2 Pembahasan
Mikrobiologi mencangkup pengetahuan tentang virus (virologi), pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi),
pengetahuan tetang hewan bersel satu (Protozoologi), pengetahuan tentang jamur (Mikologi), terutama
yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta Deuteromycetes.
Lebih dari satu abad yang lalu Louis Pasteur dan beberapa rekannya meyakinkan profesi medis bahwa
sebenarnya organisme yang kecil inilah yang menyebabkan penyakit. Informasi yang diperoleh dari
mikrobiologi membawa kemajuan besar untuk mengawasi banyaknya penyakit menular. Disamping itu
mikroorganisme telah digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pada
bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Jadi banyak fakta tentang metabolisme manusia yang diketahui oleh
sekarang, mula-mula diketahui terjadi pada bukan hanya studi tentang mikroorganisme penyebab
penyakit, tetapi merupakan studi tentang semua aktifitas hayati mikroorganisme.
1.2 Perkembangan Studi Mikroorganisme
Studi pengaruh dan pemanfaatan mikroorganisme, sebenarnya sudah berlangsung selama ribuan tahun,
tetapi baru 300 tahun yang lalu mikroorganisme dipelajari dan dikaji lebih mendalam.
1.2.1 Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723)
Antony van Leeuwenhoek (1632 1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi
sebenarnya adalah sebagai wine terster di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar
untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama dalam penggunaan
mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang
penemu mikrobiologi. Mikroorganisme untuk pertama kali diketahui oleh Leeuwenhoek dengan
menggunakan karya ciptaannya yaitu mikroskop. Dengan sarana ini ia mengamati mikroorganisme dalam
air hujan, air laut, bahan pengorekan dari sela-sela gigi, campuran yang sedang berfermentasi dan
berbagai bahan lainnya, kemudian ia menamakan hewan temuan pertamanya ini hewan kecil
(animalcule).
1.2..2 Teori Generatio Spontanea (Abiogenesis) dan Biogenesis
Teori Generatio Spontanea ini dikembangkan untuk menjelaskan adanya lalat pada daging yang
membusuk. Tikus pada makanan ternak yang terurai, dan ular yang membusuk pada air yang
menggenang. Pada abad XIX, muncul isu ilmu pengetahuaan mengenai asalusul kehidupan. Setelah
ditemukannya suatu dunia organisme yang tidak tampak dengan mata telanjang membangun minat
terhadap perbedaan mengenai asalusul kehidupan yaitu dari manakah asal jasad jasad renik ini muncul.
Oleh karena itu muncullah pertentangan dari para ahli dan ilmuwan, sehingga melahirkan dua aliran atau
tokoh yaitu aliran Non Vital dan aliran Vital. Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300
sebelum isa almasih) muncul suatu pendapat, bahwa kehidupan berasal dari bahan atau benda mati yang
mengalami penghancuran. Konsepsi ini dikenal sebagai teori sebagai spontan atau abiogenesis (abio,tidak
hidup: genesis asal). Aristoteles berpendapat, bahwa organisme hidup (mahluk mahluk kecil) terjadi
daribenda mati. Banyak orang pada masa yang lalu tidak sependapat bahwa mikroorganisme menjelma
melalui generasi spontan, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung berlakunya generasi. Spontan bagi
cacing, serangga,bahkan binatang seperti tikus dan katak.Ilmuwan-ilmuwan yang juga mengamati teori
Generatio Spontanea antaralain:
1. Francesco Redi
Francesco Redi (1668), seorang fisikawan Italia merupakan orang pertama yang melakukan pembantahan
teori generation spontania. Dia melakukan experimen dengan memasukkan daging ke dalam wadah yang
ditutup dengan kain tipis yang berlubang halus untuk mencegah masuknyalalat, ia membuktikan bahwa
belatung tidak terjadi secara mendadak pada daging yang membusuk. Lalatlah yang tertarik oleh daging
yang membusuk, bertelur di atas kain tipis penutup wadah. Ketiadaan belatung yang tumbuh pada daging
yang membusuk memberikan bukti yang menentukan untuk menentang perkembangan secara mendadak..
disamping itu dia melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar yang telah dipanaskan
terlebih dahulu. Redi memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat sela ia terdapat jauh dari sisa
sisa daging. Pada penelitiannya Redi menggunakan dua kerat daging segar yang diletakkan dalam dua
wadah. Wadah yang satu ditutupi kain yang tembus udara dan yang satu tidak ditutupi. Setelah beberapa
hari, pada daging tidak tertutup mulailah keluar belatungbelatung. Sementara itu pada daging yang
tertutup tidak tumbuh belatung dari experimen itu maka Franscesco Redi menyimpulkan dan menunjukkan
bahwa ulat yang ada dalam daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari
generatio. Sehingga Tujuan dari penelitian Redi ini adalah untuk menjelaskan bahwa setiap makhluk hidup
perlu asalusul dimana ia berasal. Teori Abiogenesis juga ditentang pula oleh Lazzaro Spallinzani.
2. John Needham (1713-1781)
Needhan (1713-1781), adalah seorang pendeta bangsa Irlandia. Selama tahun 1745-1750 ia mengadakan
eksperimeneksperimen atau percobaan dengan daging yang direbus. Ia juga mengadakan eksperimen-
eksperimen dengan berbagai rebusan padi-padian, dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut
disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun timbulah mikroorganisme dengan kata lain
menurutnya kehidupan dapat timbul dari benda mati. Pendapat ini lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis.
Kemudian air tersebut disimpannyarapat- rapat dalam botol tertutup, dan mengamati bahwa terdapat
mikroorganisme pada awal percobaan. Sehingga menyimpul bahwa jasad- jasad (mikroorganisme)
tersebut terjadi secara spontan dari daging. Dengan kata lain bahwa adanya animalcules berasal dari air
kaldu hasil. perebusan daging namun teori necdhan ini lalu dipatahkan oleh Lazzaro Spallanzani.
3. Lazzaro Spallanzani (1729-1799)
Lazzaro Spallinzani (1729 1799), seorang biologiwan italia, dalam usahanya untuk membantah dan
membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Nedham itu tidak benar.
Dia mengatakan bahwa perebusan dan kemudian penutupan botolbotol berisi air rebusan yang dilakukan
needham itu tidak sempurna. Kemudian Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus kaldu daging
selama 1 jam dan menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat dan hasilnya menunjukkan
tidak ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut, karena dengan menutup botol tidak
memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme. Jadi
ekperimen ini menentang teori abiogenesis. Hal ini juga tetap tidak dapat menyakinkan Needham bahwa
mikroorganisme tidaklah muncul karena generasi spontan. Lazzaro menyimpulkan bahwa faktor yang
menentukan kehidupan adalah potensi faktor biologis. Namun Needham bersikeras dan membantah bahwa
pemanasan yang oleh Spallanzani menyebabkan bahan makan makhluk hidup rusak, dan udara atau
oksigen itu hilang karena dikeluarkan dari toples selagi percobaan pemanasan sehingga generasi spontan
mikroorganisme tidak dapat hidup dan muncul.
4. Franz Shchulze (1815-1873) dan Theodor Shcwann (1810-1882).
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti Franz Shchulze (1815-1873) dan Theodor
Shcwann (1810-1882). Mereka berdua yang mencoba memecahkan kontroversi tentang peran udara. Pada
tahun 1836, Franz Schulze dengan experimennya melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung tertutup
yang berisi daging yang telah dimasak. Tahun 1837, Theodor Schwann mengalirkan udara melalui pipa
yang dipanai ke dalam tabung tertutup yang bersisi kaldu yang dipanasi dan membara ke dalam labu berisi
kaldu daging yang dididihkan berjam-jam lamanya. Maka baik Schultze maupun Schwann tidak
menemukan mikroorganisme di dalam kaldunya sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat maupun
oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat bahwa adanya asam dan panas
akan mengubah udara sehingga tidak mendukung pertumbuhan mikroba Namun tetap saja hal ini belum
meyakinkan mereka yang menyokong konsepsi abiogenesis terhadap eksperimen kedua sarjana tersebut.
Mereka mengatakan bahwa udara yang lewat asam ataupun pipa panas itu telah mengalami perubahan
sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan dan tidak mendukung timbulnya kehidupan
makhlukmakhluk baru. Sampai akhirnya tahun 1954 peneliti menyelesaikan perdebatan tersebut dengan
melakukan percobaan menggunakan tabung tertutup berisi kaldu yang telah dipanaskan. Ke dalam tabung
tersebut dimasukkan pipa yang pada sebagiannya diisi dengan kapas dan ujungnya dibiarkan terbuka.
Dengan demikian mikroba akan tersaring dan udara tetap bisa masuk. Dengan tidak ditemukannya
mikroba dalam kaldu daging tersebut membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah salah.
5. H. Scroeder dan Th. Von Dusch
H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854) melakukan percobaan yang lebih meyakinkan dan memantapkan.
Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui tabung berisi kapas yang steril menuju ke
dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan. Dengan cara ini mikroorganisme disaring keluar dari
udara oleh serat-serat kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak
mendapatkan mikroorganisme (jasad renik) baru yang tumbuh di dalam kaldu tersebut. Dengan demikian
tumbanglah teori abiogenesis.
6. Louis Pasteur dan John Tyndall
Louis Pasteur (1822-1895), seorang ahli kimia yang mendapat pengakuan nasional tidak lama setelah
memulai karirnya ketika ia menemukan rumus bangun asam tertarat. Kemudian Pasteur tertarik pada
industri minuman anggur dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi. Melalui
penelitian fermentasi gula, Pasteur mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan
mikroorganisme. Hal ini menandakan berakhirnya pertentangan konflik nonvital dan vital.
Berdasarkan hasil-hasil percobaan ilmuwan yang juga seorang biologiwan bernama Louis Pasteur ini, dapat
meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul dari benda mati, maka
muncullah teori Biogenesis yaitu Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo yang berarti semua
kehidupan itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Louis Pasteur
sebenarnya seorang sarjana kimia, akan tetapi berkat jasa-jasanya dalam bidang mikrobiologi demikian
banyaknya, sehingga ia disebut seorang pelopor mikrobiologi.
@Pernyataan Louis Pasteur tersebut, belum memberi jawaban atas pertanyaan darimana asal bakteri?.
Sesungguhnya, bahwa pertanyaan ini hingga sekarang belum terjawab, pertanyaan ini identik dengan
pertanyaandarimana asal kehidupan. Jawaban atas semua ini bergantung pada pandangan hidup
seseorang, dan dengan demikian terletak diluar bidang ilmu pengetahuan atau science. Seorang vitalist
akan menjawab berlainan dengan paham gereja yang berlandaskan materialisme, sehingga akan
menyebabkan timbulnya pemisahan antara ilmu dengan urusan agama dimana paham vital yang
mengarah pada peranan adanya organisme dan paham non vital yang peranannya mengarah pada faktor
diluar organisme. Pada masa pasteur terdapat salah seorang penyokong yang penuh dedikasi terhadap
generasi spontan (Abiogenesis) pasteur ialah Felix Arhimede Pautcht, seorang naturalis Perancis. Dalam
tahun 1859 ia menerbitkan laporan panjang lebar untuk membuktikan kejadiannya, tetapi ia tidak
memperhitungkan sifat Louis Pasteur yang cerdik, keras kepala dan tak kenal lelah.Karena merasa jengkel
akan logika dan data Pouchet, maka Louis Pasteur didalam tahun 1865 melakukan percobaan untuk lebih
meyakinkan dan untuk mengakhiri pertikaian itu untuk selama-selamanya. Louis Pasteur mempersiapkan
larutan nutrien (kaldu) didalam labu yang dilengkapi dengan lubang atau pipa panjang dan sempit
berbentuk leher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Dalam
percobaannya menggunakan tabung berleher angsa, Pasteur memanaskan dengan merebus larutan
nutrien (kaldu) itu dan udara tanpa perlakuan dan tanpa disaring kemudian dibiarkan lewat keluar masuk.
Setelah sekian lama, ternyata tidak ada mikroorganisme yang tumbuh dalam larutan itu. Pada prinsipnya
udara mampu masuk ke dalam tabung, namun partikel-partikel debu yang mengandung mikroorganisme
tidak mencapai larutan nutrien karena partikel debu akan menempel dan mengendap dalam bagian
lengkungan tabung leher angsa yang berbentuk huruf V dan aliran udara demikian berkurangnya
sehingga partikel-partikel debu yang mengandung mikroorganisme tidak terbawa masuk ke dalam labu.
Dalam hal ini mikroba beserta debu akan mengendap pada bagian tabung yang berbentu U sehingga tidak
akan dapat mencapai kaldu. Ia juga membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan Alpen.
Pasteur menemukan bahwa mikroorganime terbawa debu oleh udara dan ia menyimpilkan bahwa semakin
bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana, semakin sedikit kontaminasi yang terjadi. Dari hasil
experiment tersebut Pada tanggal 7 April 1864 ia mengatakan bahwa: For I have kept them and am still
keeping from them, that one thing that is above the power of man to make; I have kept from them, the
germ that float in the air, I have kept them from life.
Salah satu argumen klasik untuk menantang buiogenesis adalh bahwa panasang digunakan untuk
mensterilkan udara atau bahan juga dianggap merusak vital force. Mereka yang mendukung teori
abiogenesis berpendapat bahwa tanpa adanya kekuatan vital force tersebut mikroorganisma tidka dapat
muncul serta spontan. Untuk merespon argumen tersebut John Tyndall mengatakan udara dapat dengan
mudah dibebaskan dari mikroorganisma dengan cara melakukan percobaab dengan meletakkan tabung
reaksi berisi kaldu steril ke dalam kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang
sudah dibengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk
ke dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan adanya mikroba.
Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis.
Di antara bukti-bukti yang paling penting ialah hasil percobaan John Tyndall pada awal tahun 1870-an,
denan menciptakan sebuah kotak bebas debu, dan menempatkan tabung-tabung berisi kaldu steril
didalamnya. Selama udara dalam kotak bebas dari debu maka selama itu pula kaldu akan mengendap dan
tertahan pada tabung berleher angsa yang menuju ke dalam kotak, sehingga dari percobaan John Tyndall
terbukti bahwa mikroorganisme terbawa oleh partikel-partikel debu.
Disamping percobaan abiogenesis Pasteur juga tertarik pada industry minuman anggur dan perubahan-
perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi. Pada zaman dahulu, orang memperbaiki mutu produk-produk fermentasinya dengan cara
mencoba-coba, tanpa menyadari bahwa mutu sesungguhnya bergantung kepada penyediaan atau
perbaikan kondisi bagi pertumbuhan mikroorganisme pelaku fermentasi tersebut. Barulah setelah Pasteur
menelaah peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi pada pembuatan anggur maka orang menjadi
mengerti bahwa mikroorganisme itulah yang menyebabkan terjadinya fermentasi.
Dimana proses fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang dihasilkan sel hidup yang menyebabkan
berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu. Untuk masa berpuluh-puluh tahun tetap dianut adalah
tentang proses fermentasi. Proses tersebut adalah suatu proses kimia.Karena jasad pemrosesannya tidak
nampak. Serta kalaupun kemudian adanya pertumbuhan jasad (misal ragi) pada permukaan larutan
dianggap sebagai akibat proses fermentasi. Tetapi berkat penelitian tiga orang ahli, antara lain Pasteur
pada tahun 1830, dapat diketahui dan dipastikan bahwa proses fermentasi adalah proses biologis dimana
mikroorganisme (ragi) yang berperan. Ia setelah membuktikan ketidakbenaran teori spontan, jadi
memastikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab fermentasi, ia siap membantu para pembuat
minuman anggur dan bir Perancis, yang acapkali menghadapi kesukaran untuk menghasilkan produk
bermutu tinggi. Setelah memeriksa banyak kelompok minuman anggur, maka dia menemukan berbagai
macam mikroorganisme. Pasteur menetapkan bahwa dengan seleksi yang tepat terhadap mikroorganisme
yang bersangkutan, maka dapat dipastikan bahwa akan diperoleh hasil yang baik dan merata secara
konsisten. Untuk mencapai hal ini, maka mikroorganisme yang sudah ada dalam sari buah harus
dihilangkan dan fermentasi yang baru dimulai dengan biakan, yaitu suatu pertumbuhan mikroorganisme
yang diambil dari tong anggur yang dinilai baik. Pasteur menyarankan agar menghilangkan tipe-tipe
mikroorganisme yang tidak diinginkan dengan pemanasan-yang tidak sampai merusaka aroma sari buah
tetapi cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Ia mendapati bahwa perlakuan dengan suhu 62,80C
selama setengah jam cukuplah untuk mencapai hal tersebut. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi,
digunakan secara meluas pada industri fermentasi, tetapi yang paling kita kenal ialah yang dimanfaatkan di
industri hasil susu, untuk membunuh jasad-jasad renik penyebab penyakit yang terdapat dalam susu dan
produk-produk susu. Bahkan sebelum Pasteur berhasil membuktikan bahwa bakteri menjadi sebab
beberapa penyakit, banyak pengamatan yang cermat menentang keras adanya teori nutfah penyakit.
Dalam tahun 1546 Francastoro dari Verona (1483-1553) menyatakan bahwa penyakit dapat disebabkan
oleh jasad renik yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang dipindahkan (ditularkan) dari seseorang ke
seseorang lain. Pada
tahun 1762 von Plnciz dari Vienna tidak hanya mengemukakan bahwa sesungguhnya makhluk hiduplah
yang menjadi penyebab penyakit, tetapi juga berpendapat bahwa berbagai jasad renik menimbulkan
bermacammacam penyakit pula. Konsepsi parasitisme, yakni adanya organism yang hidup pada atau
didalam organisme lain dengan mengambil nutrient dari padanya, tersebar luas dalam tahun 1700-an.
Dikarenakan keberhasilan Pasteur dalam memecahkan masalah fermentasi maka pemerintah Perancis
memintanya untuk meneliti pebrine, penyakit pada ulat sutra yang menghancurkan industri sutra yang
penting di Negara tersebut. Ternyata masalah itu rumit, dan selama bertahun mereka mencari-cari
pemecahannya dengan susah payah. Akan tetapi, pada akhirnya ia berhasil mengisolasi jasad renik (suatu
protozoa) penyebabnya. Pasteur bahkan meningkat lebih lanjut dan menganjurkan kepada para petani ulat
sutra agar mereka menyeleksi ulatulat / baru yang sehat dan bebas penyakit untuk menghindari penyakit
itu. Kemudian pasteur (1877) menangani masalah antraks. Penyakit pada sapi, domba, dan terkadang
manusia. Setelah mengamati penyebab penyakit itu dari darah hewan yang mati karena penyakit tersebut.
Maka ia menumbuhkannya dalam labu labu di laboratorium. Walaupun sejak jaman dulu sudah banyak
ahli yang mempunyai keyakinan bahwa penyebab penyakit dapat berpindah tempat dan menyebar dari
satu orang ke orang lain, baik melalui udara, melalui air. Ataupun melalui pembawa lainnya. Baru oleh
Fracastorius (1478-1553) dasar-dasar yang meyakinkan tentang perpindahan dan penyebaran jasad
penyebab penyakit, mulai diungkapkan. Serta lebih kurang satu setengah abad kemudian oleh Kircher
(1602-1680) cara-cara yang pasti tentang penularan, penyebaran dan perpindahan jasad penyebab
penyakit lebihterperinci. Uraian, bahasan, dan batasan Kircher inilah yang kemudian dapat
mengungkapkan berbagai jenis penyebab penyakit serta cara penyebaran dan penularannya, seperti yang
kemudian dilanjutkan oleh Panum (1820-1885) ahli kedokteran Denmark untuk penyakit campak, Snow
(1813-1858) dan Budd (1811-1880) tentang epidemi kolera Asia, dan sabagainya. Pada periode ini
terjadinya gejala pembengkakan pada luka yang dibiarkan,kemudian diketahui, disebabkan oleh adanya
pertumbuhan mikroorganisme pengubah darah menjadi nanah yang kemudia banyak hidup di sekitar dan
didalam luka.
Menurut Pasteur, fermentasi asam laktat yang tidak ingin terjadi dari kontaminasi dengan bakteri
berbentuk batang. Produksi etanol terjadi karena aktivitas sel khamir. Menurut penelitian yang dilakukan
Pasteur bahwa jenis bakteri mampu mengubah gula menjadi produk akhir. Jadi suatu bakteri
menyebabkan pembentukan asam laktat dari gula. Jenis lain membentuk asam butirat dan seterusnya.
Pasteur menemukan bahwa proses fermentasi terjadi tanpa adanya udara. Ialah yang pertama
menggunakan istilah aerob (aerobic) dan anaerob (anaerobic) yang artinya proses yang memerlukan udara
dan proses yang yang tidak mungkin berlangsung jika tidak ada udara.
7. Robert Koch (1843-1910)
Di Jerman, Robert Koch (1843 1910) seorang profesional di bidang kesehatan mendapat hadiah
mikroskop dari istrinya untuk hadiah ulang
tahunnya yang ke-28.. Koch adalah seorang dokter yang tenang dan sangat teliti, ia terkadang melalaikan
praktek dokternya untuk mengejar ilmu baru yang sangat memukau yaitu bakteriologi. Selanjutnya ia
mulai meneliti dunia mikroorganisma yang sudah dilihat oleh Pasteur. Baik Pasteur maupun Koch menjadi
rival bersama yang sama-sama ingin mengetahui penyebab penyakit anthrax yang sangat merugikan
peternak sapi dan domba di Eropa. Koch akhirnya menemukan dari darah domba yang telah mati karena
anthrax. Dengan sering meninggalkan prkateknya sebagai dokter, Koch membuktikan bahwa bakteri
tersebut penyebab anthrax dengan cara memisahkan bakteri untuk batang tersebut dari bakteri lain yang
ada kemudian menginjeksikannya ke dalam tikus yang sehat. Tikus selanjutnya menunjukkan
perkembangan menuju anthrax dan bakteri yang diisolasi dari tikus menunjukkan kesamaan bakteri yang
berasal dari domba yang sakit sebelumnya. Pada 1876, setelah meneliti selama 6 tahun Koch
mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab anthrax. Ia juga menyarankan bahwa
ternak sakit supaya dibunuh dan dibakar atau dikubur yang dalam, setelah ia mengetahui bahwa spora
yang dihasilkan oleh bakteri dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan di daerah peternakan. Dengan
penemuan anthraxnya Koch merupakan orang pertama yang membuktikan mikroba tertentu merupakan
agen penyakit tertentu. Selanjutnya Koch dan kawan-kawan menemukan bakteri penyebab tuberculosis
dan cholera. Perkembangan teknik laboratorium untuk mempelajari mikroorganisma. Koch dan anggotanya
banyak memberi kontribusi mengenai teknik-teknik tersebut. Diantaranya adalah prosedur pengecatan
bakteri untuk pengamatan dengan mikroskop cahaya dan juga koch menemukan bakteri yang
menimbulkan tuberkolosis dan kolera. Khusus mengenai Robert Koch yang sampai sekarang namanya
tetap dikenang dan dihargai karena jasajasanya besarnya di bidang mikrobiologi kedokteran dan
kemanusiaan. Berkat penelitian Koch ini maka ihwal dan penyebab penyakit TBC, tifus, difteri, kolera dan
gonorhu serta antraks, dapat terungkap dan dipisahkan secara murni. Yang paling penting untuk diketahui
adalah Postulat Koch yang menjadi dasar bagi seorang ahli untuk mencari, menemukan dan mengetahui
jasad penyebab suatu penyakit didalam suatu wabah yang sedang berkecamuk. Tahap-tahap kerja
Postulat tersebut mempunyai 4 dalil, yaitu :
Bahwa mikroorganisme yang disangka penyebab harus selalu didapatkan pada semua penderita penyakit
dan tidak didapatkan pada bukan penderita atau yang masih sehat.
Bahwa mikroorganisme penyebab harus dapat dibiakkan secara murni di dalam media tanpa kehadiran
bagian/jaringan jasad yang tadinya dikenai.
Bahwa biakan jasad yg sudah dibiakkan, bila diinokulasikan (disuntikkan) kepada hewan percobaan, akan
menimbulkan gejala penyakit yg sama
Bahwa biakan jasad yang sudah diinokulasikan. Dapat diisolasi/dipisahkan kembali serta kalau kemudian
dibiakkan akan mempunyai bentuk yang sama seperti asal.
Dalam perkembangan berikutnya, nama-nama seperti Ehrlich (1854- 1915), Von Behring dan Kitasato
(1890), Metchnikoff (1883), Loeffer (1884) Park (1894) dan banyak nama-nama ahli di bidang mikrobiologi,
merupakan nama yang ditulis dengan tinta emas di dalam sejarah perkembangan mikrobiologi. Seperti
secara khusus untuk bidang mikroorganisme penyakit di Amerika Serikat oleh Rush (1813), Webster
(1843), Spencer (1851), Welch (1894), McCoy (1910) dalam bidang penyakit sipilis, pes, kolera, tifus dan
difteri. Virus misalnya, sudah sejak Pasteur dan Koch melakukan penelitian, masalahnya sudah ada dan di
usahakan untuk diketahuinya. Tetapi baru ketika diumumkan hasil penelitian Iwanowski (1892) sarjana
mikroorganisme Rusia, meneliti penyebab penyakit aneh pada daun tembakau (yang dikenal dengan nama
TMV/tobacco mosaic virus) Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit
mosaik pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring
dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring
bakteri.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari
bakteri. Selanjutnya nama-nama ahli seperti Buist (1887), Negri (1903),Ricketts (1906), Woodruff dan
Goodpasture (1930), Stanley (1937) banyak berkecimpung didalam penelitian dan
pengembangan virus. Pada tahun 1900 seorang ahli bedah bernama Walter reed (1851-1902) dengan
menggunakan manusia sebagai volunteer membuktikan bahwa virus tersebut dibawa oleh nyamuk tertentu
lainnya membawa protozoa penyebab malaria. Salah satu cara penting untuk mencegah penyakit tersebut
adalah mengurus air yang tergenang yang digunakan nyamuk untuk tempat berkembang biak. Pada massa
periode modern ditandai dengan diraihnya beberapa hadiah Nobel oleh para ahli mikrobiologi yang
bergerak dalam bidang pengobatan dan kedokteran, seperti oleh Domagk (1939) untuk penemuan obat-
obat sulfa sebagai obat ampuh untuk infeksi bakteri, oleh Flemming, Florey & Chain (1945) untuk
penemuan antibiotika penisilin, oleh Waksman (1952) untuk penemuan antibiotik sterptomisin, oleh
Stanley (1946) untuk penemuan protein-virus secara murni, dan oleh Enders, Welle Beadle (1954) untuk
penemuan virus poliomyelitis sehingga pembuatan vaksin polio memungkinkan untuk dilakukan. Metode
pencegahan dan pengobatan yang telah dikemukakan untuk memberantas penyakit karena
mikroorganisme mencakup imunisasi (misalnya vaksinasi), antisepsis (cara-cara untuk meniadakan atau
mengurangi kemungkinan infeksi), kemoterapi (perawatan pasien dengan bahan kimia), dan cara-cara
kesehatan masyarakat (misalnya, pemurnian air, pembuangan limbah, dan pengawetan makanan). Pasteur
melanjutkan penemuannya mengenai penyebab dan pencegahan penyakit-penyakit menular. Sekitar 1880
ia mengisolasi bakteri yang menjadi penyebab kolera ayam dan menumbuhkannya pada biakan murni.
Untuk menunjukkan bahwa benar-benar dia telah mengisolasi bakteri penyebab penyakit tersebut maka ia
menggunakan teknik-teknik dasar yang dikemukakan Koch.
Pada tahun 1880, Pasteur dengan menggunakan teknik dari Konch untuk mengisolasi dan membiakkan
bakteri yang menyebabkan kolera pada ayam. Untuk membuktikan penemuannya, Pasteur membuat
demonstrasi dihadapan publik tentang percobaannya yang telah dilakukan berulang kali di laboratorium.
Dia menginjeksikan biakkan bakteri kolera pada ayam sehat dan menunggunya sampai ayam tersebut
menunjukkan gejala penyakit. Akan tetapi hasilnya membuat Pasteur mendapat malu karena ayamnya
tetap hidup dan sehat. Pasteur kemudian mengevaluasi langkah-langkah yang menyebabkan demonstrasi
tersebut gagal. Dia menemukan bahwa secara kebetulan dia menggunakan biakan tua seperti yang telah
dilakukan sebelumnya, dan satu kelompok adalah ayam yang tidak pernah di inokulasi. Selanjutnya kedua
kelompok ayam tersebut diinjeksi dengan biakan segar. Hasilnya, kelompok ayam yang kedua mati sedang
kelompok ayam yang pertama tetap sehat. Pertama hal ini membuatnya bingung, tetapi Pasteur segera
menemukan jawabannya. Pasteur menemukan bahwa, bakteri jika dibiarkan tumbuh menjadi biakan tua
menjadi avirulen yaitu kehilangan virulensinya atau kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Tetapi
bakteri avirulen ini masih dapat menstimulasikan sesuatu dalam tubuh host dan pada infeksi berikutnya
manjadi imun atau tahan terhadap penyakit. Pasteur selanjutnya menerapkan prinsip imunisasi untuk
mencegah anthrax. Pasteur menyebut bakteri yang telah avirulen tersebut engan vaccin dari bahasa latin
vaccayang artinya sapi dan imunisasi dengan biakan tersebut dikenal dengan vaksinasi (istilah yang
diturunkan dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi) dan imunisasi dengan biakan bakteri diatenuasi
disebutnya vaksinasi. Dengan demikian Pasteur telah menghormati Edward Jenner (1749- 1823). Dengan
vaksinasi tersebut Pasteur mengenali atau mengetahui hasil kerja sebelumnya yang dilakukan oleh Edward
Jenner (1749 1823) yang telah sukses memfaksinasikan para pekerjanya di peternakan yang telah
terkena copox dari ternak sapinya tetapi tidak pernah berkembang menjadi serius. Jenner menduga bahwa
karena terbiasa menghadapi cowpox akan mencegahnya dari serangan smallpox. Untuk membuktikan
hipotesisnya ini Jener menginokulasi James Phipps pertama dengan materi yang menyebabkan cowpox
yang diambil dari luka, kemudian dengan agen smallpox. Anak laki-laki tersebut tidak menunjukkan gejala
smallpox. Nama Pasteur selanjutnya dikenal dimana-mana dan oleh banyak orang dianggap sebagai
peneliti tentang mikroorganisme yang ajaib. Untuk itu ia diminta membuat vaksin pencegah hidrofobia
atau rabies, penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing, kucing, atau binatang yang
terinfeksi lainnya. Pasteur adalah seorang ahli kimia, bukan dokter dan Pasteur tidak biasa memperlakukan
manusia. Disamping kenyataan bahwa penyebab penyakit rabies adalah belum diketahui, tetapi Pasteur
mempunyai keyakinan yang kuat bahwa itu adalah mikroorganisma. Ia dapat membuat kelinci terkena
penyakit setelah diinokulasi dengan saliva anjing. Selanjutnya Pasteur dan asistennya mengambil otak dan
tulang belakang kelinci tersebut dan mengeingkannya dan membuatnya menjadi larutan. Anjing yang
diinokulasi dengan campuran tersebut dapat terhindar dari rabies. Akan tetapi vaksinasi terhadap anjing
sangat berbeda dengan manusia. Pada bulan Juli 1885, seorang anak laki-laki bernama Joseph Meister
digigit oleh serigala dan keluarganya membujuk Pasteur untuk menginokulasi anak tersebut. Kekawatiran
Pasteur dan orang-orang menjadi berkurang setelah anak laki-laki tersebut tidak mati. Selanjutnya Pasteur
menjadi terkenal dan memperoleh banyak dana yang kemudian digunakan untuk mendirikan Institute
Pasteur di Paris yang sangat terkenal.
Dalam waktu yang bersamaan. Elie Metchnikoff (1845-1916) yang bekerja di laboratorium Pasteur,
mengamati bahwa leukosit, semacam sel dalam darah manusia, dapat memakan bakteri penyebab
penyakit yang ada dalam tubuh. Pelindung terhadap infeksi ini dinamakan fagosit atau pemakan sel dan
prosesnya disebut fagositosis. Dalam pengertian umum, kata sepsis berarti infeksi, antisepsis berkenaan
dengan cara-cara pemberantasan atau pencegahan infeksi. Telah dikemukakan mengenai
diperkenalkannya oleh Semmelweis tentang caracara aseptik selama kelahiran agar mengurangi terjadinya
demam nifas karena mikroorganisme. Dalam tahun 1860-an seorang ahli bedah Inggris Joseph Lister
(1827-1912) mencari cara-cara menjauhkan mikroorganisme dari luka dan torehan (insisi) yang dibuat
para ahli bedah karena kematian akibat sebab-sebab tinggi sekali. Dalam tahun 1864, misalnya, Lister
mencatat 45 persen dari pasiennya sendiri meninggal setelah pembedahan. Desinfektan pada waktu itu
belum dikenal, tetapi asam karbolat (fenol). Sudah diketahui membunuh bakteri,maka Lister menggunakan
larutan encer asam tersebut untuk merendam perlengkapan bedah dan menyemprot
ruang bedah.Luka dan torehan yang dilindungi dengan cara ini jarang terkena infeksi dan dengan cepat
menjadi sembuh. Demikian gemilangnya keberhasilannya itu sehingga tekniknya dengan cepat diterima
oleh para ahli bedah lain, dan praktek antisepsis inilah yang mendasari prinsip teknik asesptik masa kini
yang digunakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka atau insisi. Sekarang banyak
sekali macam zat kimia, seperti alkohol dan larutan iodium, dan teknik fisik, seperti misalnya saringan
udara, dan lampu ultraviolet germisidal(dapat membunuh kuman), yang digunakan menurunkan jumlah
mikroorganisme di tempat tempat seperti kamar bedah dan kamar anak- anak untuk bayi yang prematur.
Pada peralihan abad ini telaah tentang mikrobiologi bercabang menjadi dua arah berbeda tetapi saling
melengkapi; yang pertama berkenaan dengan penelitian lebih lanjut untuk menemukan kegunaan
mikroorganisme dan yang kedua berkaitan dengan telaah terperinci ciri-ciri hayati jasad renik. Jasad-jasad
renik ini acapkali diteliti untuk memperoleh informasi mengenai organisme lain yang tidak mudah diperoleh
melalui percobaan-percobaan langsung pada organism tersebut. Penelitian ini dengan jasad renik telah
menghasilkan banyak sumbangan yang luar biasa bagi biologi, biokimia dan kedokteran. Mikrobiologi yang
merupakan bagian dari bidang biologi, tersusun oleh banyak disiplin (sub bidang). Pembagian disiplin ini
tergantung kepada arah atau orientasinya, apakah terhadap taksonomi (susunan dan pengelompokan
mikroorganisme), terhadap habitat (tempat hidup dan perkembangan mikroorganisme), terhadap
problema (permasalahan yang ada atau ditimbulkan akibat mikroorganisme), sehingga sedikitnya akan ada
21 disiplin/sub bidang mikrobiologi yang dikenal sesuai keberadaannya. Berdasarkan kepada disiplin
didalam bidang mikrobiologi, akan nampak jelas kaitan ilmu tersebut sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan.
Sebagai ilmu dasar karena di dalamnya tercakup pembahasan permasalahan yang berhubungan dengan
bentuk, sifat, perkembangbiakan, penyebaran dan lingkungan yang mempengaruhinya. Sedang sebagai
ilmu terapan, karena secara langsung jasad-jasad yang terdapat di dalam dapat berperan, baik di bidang
yang menguntungkan seperti proses pembuatan dan peningkatan nilai gizi-nutrisi dan organileptik bahan
makanan, industri farmasi, industri-kimia, bidang pertanian dan sebagainya. Juga secara langsung peranan
jasad-jasad sebagai penyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia, serta sebagai jasad penghasil
toksin (racun) yang membahayakan. Bahkan peranan mikroorganisme di dalam lingkungan hidup, yang
saat ini mulai dikembangkan adalah:
Sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi lingkungan
Juga sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan,
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengembangan penggunaan mikroorganisme sebagai
jasad parameter-alami (indikatoralami) terhadap perubahan didalam lingkungan, mulai banyak digunakan,
khususnya akibat adanya pencemaran domestik (dari rumah tangga) ataupun non-domestik (dari pabrik,
industri, pertanian dan sebagainya).
Mengkaji sejarah perkembangan mikrobiologi sangat menarik. Dimana dalam perjalanan sejarahnya
tepatnya pada abad ke XIX, muncul isu tentang asal-usul perbedaan pendapat dari para ilmuwan dan para
peneliti pada zaman itu. Mereka tetap bersikeras dengan pendapat dan teori-teori masing-masing,
sehingga secara tidak langsung, menyebabkan lahirnya dua paham aliran, yaitu paham aliran non vital
atau Abiogenesis yang lebih dikenal dengan teori generatio spontania, dimana para ilmuwan yang
mendukung teori ini berpendapat bahwa kehidupan itu asalnya atau kejadiannya secara tiba-tiba ada
dengan sendirinya, dan mereka menganggap bahwa makhluk hidup (mikroorganisme) berasal dari benda
mati. Adapun para ilmuwan penganut paham non vital diantaranya Antonie van Leeuwenhock yang diberi
gelar sebagai bapak mikrobiologi atau orang pertama kali yang meletakkan dasar utama, Jhon Needlot dan
John Nedham. Sedangkan para ilmuwan yang menganut paham aliran vital atau dikenal sebagai teori
biogenesis adalah Lazzaro Spallazani, Schwan dan Schroder, mereka mengemukakan bahwa makhluk
hidup ini berasal dari makhluk hidup yang sebelumnya. Mereka membantah dan menentang teori
abiogenesis atau generasio spontanea dengan melakukan berbagai pembuktian dan percobaan. Dari sini
terlihat bahwa timbulnya pertentangan-pertentangan dari para ilmuwan yang mengemukakan teori asal-
usul kehidupan ialah salah satunya adanya factor pertentangan ahli-ahli ilmuwan dari paham gereja yang
lebih berlandaskan atas unsur materialisme semata, dan adanya pemisahan ilmu pengetahuan dengan
urusan agama yang terutama berhubungan dengan Tuhan sebagai sang Khalik yang menciptakan alam
semesta. Sehingga teori-teori yang mengungkap tentang rahasia darimana sebenarnya asal-usul
kehidupan itu berasal, sesungguhnya belum semuanya terbukti. Jawaban atas ini bergantung pada
pandangan hidup seseorang, jika dikaitkan dengan segi spiritual yaitu aqidah Islam yaitu keyakinan dasar
seseorang tentang adanya Allah SWT sebagai pencipta, dan pengatur seluruh alam semesta. Dialah yang
maha kuasa atas segala sesuatunya, baik yang ada di langit dan di bumi semua berada di bawah
pengawasan dan kekuasaan Allah SWT. Bukti-bukti tentang penciptaan alam semesta termasuk di
dalamnya seluruh makhluk hidup di muka bumi, jelas tercantum dalam Al-Quran sebagaimana firman Allah
yaitu:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak menciptakan
langit, lalu dijadikan- Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Baqarah : 29)
Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagi-Nya, dalam kekuasan-Nya. Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuranukurannya dengan serapi-rapinya sesuai dengan apa yang dikehendaki mudah bagi Allah (QS Al-
Furqon:2).
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya :
Jadilah! maka terjadilah ia. (QS Yaasiin :82).
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan
seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan ) Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS. Al-Hijr: 28-29 ).
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiaanya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur)
kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat Bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah. (Q.S. Al-Hajj: 5).
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun
dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S. As-Sajadah: 4).
Dari penggalan bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah jelas bahwa kita sebagai orang yang beriman, yang
yakin akan adanya sang Khalik harus percaya bahwa seluruh makhluk baik di langit dan di bumi, baik
berukuran besar maupun kecil, bahkan sampai mikroorganisme (jasad renik) yang tidak dapat terlihat
dengan mata telanjang adalah makhluk ciptaan Allah SWT, sehingga dengan mempelajari sejarah
mikrobiologi. Secara tidak langsung pengetahuan tentang aqidah kitapun semakin bertambah.
Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit pengetahuannya, jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang
maha luas dan tak terbatas.
1.3 Ringkasan
Definisi mikrobiologi
Menurut bahasa mikrobiologi yang berasal dari bahasa yunani mikros yang berarti kecil, bios yang artinya
hidup dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian dapat ditarik satu arti mikrobiologi merupakan suatu
ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasap
mata biasa serta memerlukan suatu benda untuk dapat melihatnya yang telah kita kenal dengan nama
mikroskop yang mencakup bakteri, miko (jamur), viro (virus).
Perkebangan Mikrobiologi
Mikrobiologi mulai ada dan dipelajari sekitar 300 tahun yang lalu, dimulai dari beberapa ilmuwan yang
melakukan berbagai eksperimen untuk mengetahui keberadaan mikroba
Antonie Van Leeuwenhock (1632-1723)
Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih
banyak lensa sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang
menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Ia menyebut benda-
benda bergerak tadi dengan animalcule. Selain itu ia juga menemukan adanya hewan bersel satu ini
kemudian diberi nama Infusoria atau hewan tuangan. Maka muncul pendapat bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati biogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea. Pendapat ini
mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya.
@Louis Pasteur (1822 1895)
Mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab rasa asam yang
tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur. Ia membuat sketsa bakteri dengan bentuk bola (kokus),
silindris atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum). Melalui penelitian fermentasi gula, Pasteur
mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan mikroorganisme. Louis Pasteur dapat
meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul dari benda mati, maka
muncullah teori Biogenesis yaitu Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo yang berarti semua
kehidupan itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Untuk membunuh
mikroorganisme. Pasteur mendapati bahwa perlakuan dengan suhu 62,80C selama setengah jam cukuplah
untuk mencapai hal tersebut. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi.
@Aristoteles
Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300 sebelum isa almasih) muncul suatu pendapat,
bahwa kehidupan berasal dari bahan atau benda mati yang mengalami penghancuran. Teori ini disebut
juga dengan Teori Generateo Spontanea. Merupakan suatu teori yang berpendapat bahwa makhuk hidup
terjadi secara spontan.
@ Francesco Redi (1668)
Melakukan suatu penelitian menggunakan daging yang diletakan dalam suatu wadah dan diberi lubang
kemudian ditutup kain.. Percobaan yang kedua ia menggunakan daging yang telah dipanaskan, dalam satu
wadah ditutup dan satu wadah lain tidak diberi tutup. Pada daging tidak tertutup mulailah keluar belatung-
belatung. Pada daging yang tertutup tidak tumbuh belatung dari experimen itu maka Franscesco Redi
menyimpulkan dan menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam daging busuk adalah larva yang berasal dari
telur lalat, bukan hasil dari generatio.
@John Needham (1713 1781)
John Needhem mengadakan eksperimen dengan daging yang direbus juga berbagai rebusan padi-padian,
dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun
timbulah mikroorganisme, dengan kata lain menurutnya kehidupan dapat timbul dari benda mati. Pendapat
ini lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis. menyimpul bahwa jasad (mikroorganisme) tersebut terjadi
secara spontan dari daging.
@Lazzaro Spallanzani (1729 1799)
Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus kaldu daging selama 1 jam,dan menempatkannya pada
toples yang disegel/ditutup rapat dan hasilnya menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme dalam
kaldu tersebut, karena dengan menutup botol tidak memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang
sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme dan ini menentang teori abiogenesis.
@Franz Shchulze (1815 1873) dan Theodor Shcwann (1810 1882)
Franz Schulze experimennya melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung tertutup yang berisi daging
yang telah dimasak. Theodor Schwann mengalirkan udara melalui pipa yang dipanai ke dalam tabung
tertutup yang bersisi kaldu yang dipanasi dan membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan
berjamjam lamanya. Mereka berpendapat bahwa sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat
maupun oleh panas.
@H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854)
Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui tabung berisi kapas yang steril menuju ke
dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan. Dengan cara ini mikroorganisme disaring keluar dari
udara oleh serat-serat kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak
mendapatkan mikroorganisme (jasad renik) baru yang tumbuh di dalam kaldu tersebut. Hal ini
menyebabkan tumbangnya teori abiogenesis.
@Robert Koch (1843-1910)
Koch membuktikan bahwa bakteri tersebut penyebab anthrax dengan cara memisahkan bakteri untuk
batang tersebut dari bakteri lain yang ada kemudian menginjeksikannya ke dalam tikus yang sehat. Koch
mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu serta
antraks. Seiring dengan perkembangan mikrobiologi, terdapat peranan mikroorganisme dalam proses
fermentasi pada pembuatan anggur. Dimana proses fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang
dihasilkan sel hidup yang menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu, proses biologis
dimana mikroorganisme (ragi) yang berperan.
.
11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | Tinggalkan komentar
MORFOLOGI DAN ANATOMI MIKROORGANISME
Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara jutaan jenis makhluk hidup ini ada
yang terlihat oleh mata dan ada yang tak terlihat oleh mata. Mahluk hidup yang tidak dapat dilihat oleh
mata tersebut berukuran amat kecil, disebut mikroorganisme. Untuk mengetahui atau mengamati
mikroorganisme tersebut diperlukan alat bantu berupa alat pembesar, seperti loop, mikroskop biasa, dan
mikroskop elektron. Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah bakteri, jamur, dan virus. Secara umum,
bakteri, jamur, dan virus mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda. Di dalam
kehidupannya beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh
lingkungannya dan untuk mempertahankan hidupnya mikroorganisme melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula
perubahan itu bersifat permanent sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta struktur anatomi dari
bakteri, jamur, dan virus. Untuk mengidentifikasikan suatu mikroorganime dapat dilakukan dengan
mengetahui morfologi dan struktur anatominya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bentuk morfologi
dan struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus.
Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti umum didapatkan pada bacteria,
ragi dan mikroalgae. Dapat pula berbentuk filamen atau serat, yaitu rangkaian terdiri atas 2 sel atau lebih
yang berbentuk rantai, seperti yang umum didapatkan pada fungi dan mikroalgae.bentuk filament pada
kenyataannya dapat berupa filament semu kalau hubungan antara satu sel dengan yang lainnya tidak
nyata atau tidak ada. Filament benar apabila hubungan satu sel dengan lainnya terdapat terdapat
hubungan jelas, baik hubungan secara morfologis maupun secara fisiologis. Bentuk lainnya adalah koloni,
yaitu gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruangan. Bentuk jaringan semu, yaitu susunan serat
membentuk jaringan seperti yang didapatkan pada fungi atau jamur, tetapi jaringan tersebut tidak
berfungsi seperti layaknya jaringan yang dimiliki oleh tumbuhan ataupun hewan.
2.1. BAKTERI
1. Morfologi
Bentuk tubuh bakteri terpengaruh oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk membandingkan
bentuk serta ukuran bakteri perlu diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu harus sama, temperature dimana
piaraan itu disimpan harus sama, penyinaran oleh sumber cahaya apapun harus sama, dan usia piaraan
pun harus sama. Pada bakteri umumnya dikenal 3 macam bentuk yaitu kokus, basil, dan spiral.
a. Kokus
Kokus berasal dari kata coccus yang berarti bola, jadi kokus adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-
bola kecil. Beberapa kokus secara khas ada yang hidupnya sendiri-sendiri, ada yang berpasangan, atau
rantai panjang bergantung. Caranya membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah
pembelahan. Golongan kokus tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang berdiameter 0,5 m adapula
yang diameternya sampai 2,5 m. Pada bentuk kokus ada beberapa tipe morfologi diantaranya adalah:
1. Streptococcus
Kokus yang bergandeng-gandeng panjang serupa tali leher. Streptococcus dicirikan dengan sel-sel yang
membelah menjadi dua kokus, yang pada pembelahan berikutnya tidak memisahkan diri, biasanya dengan
meninggalkan dua kokkus yang melekat satu sama lain. Kokus yang senantiasa membelah dalam satu
bidang namun tidak memisahkan diri membentuk rantai kokkus. Berdiameter 0,5 1,2 mikron
2. Sarcina
Kokus yang mengelompok serupa kubus,yaitu kokus membelah ke dalam tiga bidang yang tegak lurus satu
sama lain membentuk paket kubus Berdiameter 4,0 4,5 mikron..
3. Staphylococcus
Kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian yaitu kokus yang membelah dalam dua bidang yang
membentuk dua gugusan yang tidak teratur bagaikan buah anggur. Berdimeter 0,8 1,0 mikron
4. Diplococcus
Kokus yang bergandengan dua-dua.
5. Tetracoccus
K okus yang mengelompokkan berempat.
b. Basil
Basil berasal dari kata bacillus yang artinya tongkat pendek atau batang kecil silindris. Bakteri yang
berbentuk basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai tongkat pendek atau batang kecil silindris. Basil
mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Ujung beberapa basillus di antaranya ada yang
berupa batang rokok dan ada yang berbentuk seperti cerutu. Basil juga sama seperti kokkus ada yang
bergandeng-gandengan panjang yang disebut Streptobasil, ada yang bergandengan dua-dua yang disebut
diplobasil dan ada yang terlepas satu sama lain. Ujung-ujung basil yang terlepasa satu sama lain itu
tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. Akan tetapi bila ditinjau dari segi
pembelahan basil membelah hanya dalam satu bidang sehingga disebut sebagai sel tunggal. Beberapa
basil ada yang bentuknya hampir sama dengan kokkus yaitu lebar dan panjangnya sama serta bentuknya
lonjong sehingga disebut koko basil. Basil ada yang lebarnya antara 0,2 sampai 2,0 , sedang panjangnya
ada yang satu sampai 15 .
c. Spiral
Spiral adalah bakteri yang bengkok atau tidak lurus atau berbentuk silinder. Bakteri yang berbentuk spiral
itu tidak banyak terdapat. Spiral terbagi menjadi tiga bentuk diantaranya :
1. Vibrio atau bakteri koma
Batang melengkung seperti koma dan kadang membelit seperti huruf S. Mempunyai spiral yang pendek.
2. Spiril
Bentuknya seperti spiral atau seperti lilitan. Individu-individu sel yang tidak saling melekat.
3. Spirocheta
Bentuknya seperti spiral tetapi pergerakannya sangat aktif yang dimungkinkan karena adanya flagela yang
membelit diketahui bentuk aslinya.
2. Anatomi bakteri
Struktur di luar dinding sel yang dapat dilihat pada mikroskop kekuatan tinggi dengan memfokuskan satu
sel bakteri tunggal maka struktur yang dapat dilihat adalah:
a. Flagellum atau Flagella
Falgella merupakan bentuk seperti rambut dan teramat tipis mencuat menembus dinding sel dan bermula
dari tubuh dasar suatu struktur granular tepat di bawah membran sel dalam sitoplasma, disebut flagellum
(jamak,flagella). Flagellum terdiri dari tiga bagian: tubuh dasar, struktur seperti kait, dan sehelai filamen
panjang di kluar dinding sel. Panjang flagellum biasanya beberapa kali lebih panjang dari selnya, namun
diameternya jauh lebih kecil daripada diameter selnya, misalnya 10 sampai 20 nm. Flagel merupakan
benang-benang protoplasma yang berpangkal pada titik tepat dibawah membran sel. Flagellum di buat
dari subunit-subunit protein yang disebut untuk pergerakan (motilitas). Tidak semua bakteri punya
flagellum, banyak spesies basillus dan spirilum memilikinya tapi flagellum jarang dijumpai pada kokus. Dari
golongan kokus tidaklah banyak yang dapat bergerak (motil) karena sebagian golongan kokkus adalah
bakteri non motil (tidak bergerak), kalaupun bakteri kokkus dapat bergerak biasanya hanya mempunyai
satu sampai lima flagel saja. Sedangkan dari golongan spiril banyak dapat bergerak karena mempunyai
flagel pada salah satu atau kedua ujung sel. Golongan basil yang dapat bergerak mempunyai flagel yang
tersebar baik pada ujung-ujung maupun pada sisi.
Berdasarkan tempat kedudukan flagel tersebut bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jika flagel hanya satu dan flagel itu melekat pada ujung sel maka bakteri tersebut monotrik
2. Jika flagel yang melekat pada salah satu ujung itu banyak maka bakteri tersebut disebut lofotrik
3. Jika banyak flagel yang melekat pada kedua ujung sel maka bakteri tersebut disebut amfitrik.
4. Jika flagel tersebar dari ujung sampai pada semua sisi bakteri maka bakteri tersebut disebut peritrik.
5. Jika bakteri tersebut tidak memiliki flagel sama sekali maka bakteri tersebut disebut atrik
Akan tetapi flagela bukanlah satu-satunya sarana untuk bergerak bagi bakteri. Beberapa tipe
memperlihatkan gerakan melata. Bakteri-bakteri ini melata di atas permukaan dengan gelombang-
gelombang yang dihasilkan di dalam protoplasma. Banyak bakteri yang dapat berenang dalam cairan
dengan kecepatan yang mengagumkan mengingat ukuranukurannya yang sangat kecil.
b. Pili atau Pilus dan Fimbria atau Fimbriae
Pili atau pilus ini banyak dimiliki oleh bakteri gram negatif. Apendiks ini yang disebut pilus (jamak, pili)
merupakan organ tambahan berbentuk benang yan berukuran lebih pendek, lebih lurus, dan jauh lebih
kecil daripada flagela. Pilus F berfungsi dalam pemindahan DNA pada konjugasi bakteri atau sebagai pintu
gerbang bagi masuknya bahan genetik, selama berlangsungnya perkawinan antar bakteri. Susunan kimia
phili terdiri sari protein yang dinamakan pilia, yaitu heteropolimer dari 18 asam amino yang bersifat
antigenic. Beberapa pili berfungsi sebagai alat untuk melekat pada permukaan yaitu pada jaringan-jaringan
hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya fimbria ini termasuk golongan yang disebut
lektin.
c. Kapsul (lapisan lendir)
Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya. Jika lendir ini
cukup tebal maka bungkus itu disebut kapsul atau lapisan lendir terdiri atas hasil metabolisme yang
disekresikan misalnya : karbohidrat dan pada species tertentu mengandung ungsur N atau P. Lendir ini
bukan suatu bagian integral dari sel melainkan suatu hasil pertukaran zat. Kapsul bakteri sangat penting
artinya baik bagi bakterinya maupun bagi organisme lain Bagi bakteri, kapsul merupakan penutup lindung
dan juga berfungsi sebagai gudang cadangan makanan. Kapsul bakteri-bakteri penyebab penyakit tertentu
menambah kemampuan bakteri tersebut untuk menginfeksi. Bakteri yang mempunyai kapsul itu termasuk
bakteri ganas (virulent). Bila bakteri itu kehilangan kapsulnya sama sekali, maka ia dapat kehilangan
virulensinya dan dengan demikian kehilangan kemampuannya menyebabkan infeksi.
Selain berfungsi sebagai penutup lindung atau melindungi sel dan lingkungan dan sebagai gudang
cadangan makanan, kapsul juga berfungsi sebagai antigen membantu mencegah ragositosis dan sebagai
hasil pembuangan dari sel.
d. Selongsong
Beberapa spesies bakteri, terutama dari lingkungan air tawar dan marin atau tempat yang kotor atau
tempat pembuangan limbah terbungkus di dalam selongsong atau tubul. Selongsong tersebut terdiri dari
senyawasenyawa logam tidak larut, seperti feri dan mangan okside yang mengendap di sekeliling sel
sebagai produk dari kegiatan metaboliknya. Senyawasenyawa logam ini dibentuk oleh sel dari senyawa-
senyawa besi dan mangan terlarut yang ada di lingkungan tersebut. Selongsong itu dapat meluas di sekitar
banyak sel yang berjajar dari ujung ke ujung, sehingga memberikan kesan pertumbuhan seperti filamen.
Sesungguhnya sel-sel yang terbungkus selongsong itu terdapat tunggal secara berkala mereka menyembul
dari suatu ujung terbuka selongsongnya. Dan mengawali lagi proses baru pembentukan selongsong.
Selongsong bukanlah suatu bagian yang amat diperlukan sel. Bakteri berselongsong membentuk suatu
kelompok utama mikroorganisme. Mereka banyak dijumpai di dalam habitat air tawar yang kaya akan
bahan organic, juga di aliran air kotor dan di tempat-tempat pembuangan limbah.
e. Tangkai
Spesies-spesies bakteri tertentu dicirikan oleh pembentukan suatu embel-embel setengah kaku yang
memanjang dari sel yang disebut tangkai. Diameter dari apendiks itu lebih kecil daripada diameter sel yang
menghasilkannya.Tangkai ini berfungsi untuk melekat pada permukaan padat.karena memiliki suatu
substansi yang lengket pada ujung yang jauh dari sel. Bakteri bertangkai banyak di jumpai di lingkungan
air tawar dan marin. Di lingkungan semacam itu kemampuan untuk melekat pada permukaan padat
amatlah penting bagi pertumbuhan dan ketahanan hidupnya.
f. Dinding sel
Dinding sel terletak dibawah substansi ekstraseluler seperti kapsul atau lendir dan diluar membran
sitoplasma terletak di dinding sel adalah suatu struktur yang amat kaku yang memberikan bentuk pada sel.
Fungsi utama dari dinding sel adalah menyediakan komponen struktural yang kaku dan kuat yang dapat
menahan tekanan osmosis yang tinggi disebabkan kimia tinggi ion organik dalam sel. Tanpa adanya
dinding sel, dalam kondisi normal bakteri akan menyerap air dan pecah. Semua dinding sel, peptidoglikan
atau meruein komponen ini memberi kekakuan yang diperlukan untuk mempertahankan keutuhan sel.
Peptidoglikan adalah molekul yang sangat besar terbuat dari N-asetil muramat dikaitkan tetrapeptida yang
terdiri atas empat asam amino,yaitu : L-alanin, D-alanin, asam D-glutamat, dan lisin atau asam
diaminopimelat, untuk menyediakan tambahan yang diperlukan bagi jembatan molekul asam amino yang
dihubungkan secara menyilang tetrapeptida yang terkait pada asam N-asitil muramat. Sebagian besar
komponen struktur dinding sel berkaitan silang oleh ikatan kovalen, dan setiap substansi yang
menghalangi pembentukan atau pengangkutan masing-masing komponen ke dinding sel akan
melemahkan struktur dan mematikan sel.
Funsi dinding sel yang paling menonjol adalah : memberi perlindungan pada lapisan protoplasma,
berperan dalam reproduksi sel, turut mengatur pertukaran zat dari dalam dan luar sel, mempengaruhi
kegiatan metabolisme.
Bakteri dari komponen dan struktur dinding selnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bakteri
gram-positif dan bakteri gram-negatif pengelompokan ini didasari teknik pewarnaan diferensial yang
disebut pewarnaan gram.
1. Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan semua bakteri gram-
positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil glukosamin dinding sel beberapa bakteri
gram positif mengandung substansi asam teikoat yang dikaitkan pada asam muramat dari lapisan
peptidoglikan. Asam teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam
teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah mengatur pembelahan sel normal. Apabila diberi pewarna
gram menghasilkan warna ungu
2. Bakteri gram-negatif
Dinding sel gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan, diluar lapisan peptidoglikan ada struktur
membran yang tersusun dari protein fostolipida dan lipopolisakarida. Apabila diberi pewarna gram
menghasilkan warna merah
CIRI Perbedaan Relatif
Gram Positif Gram Negatif
Struktur dinding sel Tebal (15-80 nm) Tipis (10-15 nm)
Berlapis tunggal Berlapis tiga (multi)
Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
(1-4 %) (11-22 %)
Peptidoglikan ada Peptigodoglikan ada di
sebagai lapisan tunggal; dalam lapisan kokus
komponen utama sebelah dalam jumlahnya
merupaka lebih dari 50 % sedikit merupakan sekitar
berat kering pada 10 % berat kering.
beberapa sel bakteri
Ada asam tekoat Tidak ada asam tekoat
Kerentanan terhadap Lebih rentan Kurang rentan
Penisilin
Pertumbuhan dihambat Pertumbuhan dihambat Pertumbuhan tidak
oleh zat-zat warna dasar dengan nyata begitu dihambat
misalnya unggu kristal
Persyaratan nutrisi Relatif rumit pada banyak Relatif sederhana
spesies
Resistensi terhadap Lebih resisten Kurang resisten
gangguan fisik
Bakteri dapat kehilangan dinding sel akibat pengaruh antibiotik, misalnya penisilin. Sel bakteri tersebut
disebut protoplas. Membran sitoplasma terletak didalam sitoplasma yang merupakan pembungkus dari
protoplasma dan membran ini ikut menyusut bersamasama dengan menyusutnya protoplasma pada waktu
mengalami plasmalisis membran stoplasma terdiri atas fospolifida (yang mengandung gliserol,asam lemak
dan fosfat) dan protein terpadu didalamnya membrane sitoplasma memiliki beberapa fungsi diantaranya
adalah :
1. Pada organisme aerob membran ini mengangkut elektron dan proton yang dibebaskan pada waktu
oksidasi dan mengubah energi yang dihasilkan dari oksidasi menjadi energi kimia yang dapat digunakan
oleh sel.
2. Membran sitoplasma mengandung enzim yang diperlukan untuk sintesis dan pengangkutan
peptidoglikan, asam teikoat dan komponen membran luar sel
3. Mengeluarkan enzim hidrolistis luar sel
4. Menjamin pemisahan material nukleus (DNA) ke sel anak pada waktu pembelahan sel.
5. Mengatur pengangkutan sebagian besar senyawa yang memasuki dan meninggalkan sel.
h. Cairan sel atau sitoplasma
Cairan sel atau eitoplasma atau disebut juga protoplasma. Protoplasma 80 % terdiri atas air, selain itu
protoplasama juga mengandung asam nukleat, protein, karbohidrat, lipida, ion organik, belerang, kalsium
karbohidrat dan volutin yaitu suatu zat yang banyak mengandung asam ribonukleat (ARN) dan yang
mudah menyerap zat warna tertentu.
i. Kromosom bakteri
Walaupun sel prokariot tidak memiliki pembungkus nukleus, kromosomnya terbuat dari asam
deoksiribonukleat yang secara kimia sama dengan yang terdapat dalam sel berbagai molekul tunggal
dalam sel juga terdapat potongan-potongan DNA yang disebut plasmid. Akan tetapi, karena sifat basofil
sitoplasma, tidaklah mudah untuk melihat DNA yang sudah di warnai, kecuali jika sel sebelumnya
dihidrolisis dengan asam lemak untuk menghilangkan asam ribonukleat sitoplasma.
j. Ribosom
Sitoplasma bakteri dipenuhi oleh ribosom-ribosom dalam jumlah yang besar ini menyebabkan tingginya
laju aktivitas metabolisme bakteri fungsi dari ribosom adalah dalam sintesis protein komposisi kimia dari
ribosom adalah 40 % protein dan 60% RNA.
k. Mesosom
Invaginasi (lekukan atau melipat kearah dalam membran sitoplasma akan biasanya menghasilkan suatu
struktur, biasanya bentuknya tak menentu yang disebut mesosom. Mesosom selalu sinambung dengan
membran siplasma, mereka sering dijimpai bermula pada titik tempat membran memulai invaginasi
sebelum terjadinya pembelahan sel dan mereka jadi lekat pada daerah nukleus. Fungsi dari mesosom
adalah dalam replikasi sel dengan bertindak sebagai organ pelekatan kromosom bakteri, juga berfungsi
dalam sintesis dinding sel dan pembelahan nukleus.
l. Inkubasi Sitoplasma
Berbagai substansi kimiawi dapat menumpuk dan membentuk granul serta globul dalam sitoplasma yang
disebut tubuh inklusi sel terdiri dari kepingan-kepingan kecil material yang tidak menjadi bagian untuk
struktur sel kepingan ini terdiri dari satuan butiran yang beraneka ragam yaitu : glikogen, tetesan asam
polihidroksibutirat, metafosfat anorganik, belerang, atau senyawa yang mengandung nitrogen. Satu inklusi
yang umum tersusun dari polimer polimeta fosfat yang berbobot molekul tinggi. Butiran-butiran khusus ini
yang rupanya bertindak sebagai fosfat dan sumber energi bagi sel butiran ini disebut butiran metakromat.
m. Kromatofor
Karena sel-sel prokariotik tidak mempunyai kloroplas maka pada bakteri terdapat kromatofor yang
mewakili sistem membran khusus dalam berfotosintesis krmotofor terbentuk gelembung yang terdapat
diseluruh sitoplasma kromaton tersebut berisi pigmen-pigmen yang berhubungan dengan fotosintesis.
n. Benang aksial
Benang aksial terdiri dari fibril yang dililitkan secara spiral disekelilingi organisme dan menempel pada
kedua kutub sel. Benang aksial terletak di luar dinding sel yang tersusun atas fibril yang saling
bertumpukan.Benang akasial berfungsi sebagai alat untuk menggerakan (motilitas) spirochaeta karena
benang akasial ini hanya terdapat pada spirochaeta.
o. Spora
Pada spesies-spesies tertentu, ialah bentuk bakteri menghasilkan spora. Spora bakteri ialah bentuk bakteri
yang sedang dalam usaha mengamankan diri dari pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai
fungsi yang sama seperti kista pada amoeba. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri
akan membentuk spora, jika keadaan lingkungan membaik maka spora akan pecah.
Marga yang mempunyai kemampuan membentuk endospora hanya marga bacillus, clostridium,
sporosarium, sporolactobacillus dan deslfotomaculum.. Endospora adalah tubuh kecil yang tahan lama
yang terbentuk di dalam sel dan mampu tumbuh menjadi organisme vegetative yang baru. Apabila sel
vegetatif membentuk endospora, sel ini membentuk enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama
sekali baru dan berubah bentuk, dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel.
Bakteri yang mampu membentuk endospara dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi
sebagai sel vegetatif, namun pada beberapa tahapan didalam pertumbuhannya terjadi sintesis protopiasma
baru didalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora.
Langkah-langkah utama didalam proses tersebut adalah sebagai berikut :
a) Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membawa sel ke dekat satu ujung sel
membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.
b) Pembentukan sederetan lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti dengan
selubung spora berlapis banyak.
c) Pelepasan spora bebas seraya sel mengalami irsis.
Salah satu ciri unik endospora bakteri ialah susunan kimiawinya semua endospora bakteri mengandung
sejumlah besar asam dipikolinat (subtansi yang tidak terdeteksi pada sel vegetatif).
2.2 JAMUR
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat pertumbuhan
berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju jadi
cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai
cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus
sedangkan khamir biasanya uniseluler.
Jamur atau cendawan merupakan organisme yang heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, maka mereka disebut saprofit.
Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks. Menguraikannya menjadi zat-zat
kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan akan meningkatkan
kesuburan tanah. Jadi mereka bisa sangat menguntungkan manusia. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain. cendawan
saprofitik juga penting dalam fermentasi industri misalkan pembuatan bir, minuman anggur dan produksi
antibiotik seperti penisilin. Peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada
kegiatan cendawan.
1. Morfologi Jamur
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
a. Khamir.
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang
lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang
terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 m lebarnya dan panjangnya dari 5-30 m
atau lebih.Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap
spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas
dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi
flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.
1). Khamir Murni
Adalah khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir
ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis,
Hansenula anomala, Nadsonia sp).
2).Khamir Liar
Adalah khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam
proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan
rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan
dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir
yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur.
3). Khamir Atas
Adalah khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir
itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk
kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomyces cereviceae).
4). Khamir Dasar
Adalah khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi. Jadi sel
khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager
(Saccharomyces carlsbergensis).
5). Khamir Palsu atau Torulae
Adalah khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual. Banyak
diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans).
b.Kapang.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten,
istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa
lebarnya 5-10 m, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 m. Disepanjang setiap
hifa terdapat sitoplasma bersama.
Ada 3 macam morfologi hifa:
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus
tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan
sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh
suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu
nukleus dalam setiap ruang.
Kapang lendir merupakan sekumpulan mikroorganisme yang heterogen. Pada kapang lendir terdapar ciri-
ciri hewan dan tumbuhan. Fase vegetatif atau somatic yang aselular dan merayap jelas mempunyai
struktur dan fisiologi seperti binatang, struktur reproduktifnya seperti tumbuhan,yaitu menghasilkan spora
yang terbungkus dinding yang nyata.gabungan fase seperti binatang dan seperti tumbuhan dalam satu
daur hidup merupakan ciri pembeda kapang lendir. Ada 4 tipe kapang lendir yang berbeda dalam struktur
dan fisiologi serta masing-masing mempunyai daur hidup yang khas yaitu kapang lendir sejati
(Myxomycetes), kapang lendir endoparasit (Plasmodiophoromycetes), kapang lendir jaring
(Labyrinthulales), kapang lendir selular (Acraciales).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrof, mereka memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya.Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang
lebih sederhana, kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.
Jadi mereka sangat menguntungkan bagi manusia.sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana
mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan yang lain. Cendawan saprofitik juga
penting dalam fermentasi industri, misalnya pembuatan bir, minuman anggur dan produksi antibiotic
seperti penisilin, peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada kegiatan
cendawan.
2. Anatomi Jamur
Jamur tersusun dari benang-benang yang panjang yang dihubungkan bersama dari ujung keujung.Benang-
benang itu disebut hifa.Banyak jamur mempunyai dinding sekat (septat) dalam hifanya yang membagi
masingmasing hifa menjadi banyak sel dengan nucleus pada masing-masing sel, susunan semacam ini
disebut sebagai hifa bersekat.Dalam beberapa klas fungi, benang-benang itu tidak mempunyai septat jadi
kelihatan sebagai satu sel panjang yang mengandung banyak nucleus.hifa semacam ini disebut hifa senosit.
Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur satu dengan yang lain.yang besar dapat memiliki
garis tengah 10-20 m (berbeda sekali dengan sel bakteri ,yang bergaris tengah reta-rata (mikrometer).
Panjang benang dapat berbeda tergatung pada sejumlah faktor tergantung pada sejumlah faktor seperti
bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Jamur juga memiliki hifa yang saling mmbelit untuk membentuk masa
benang ( masa ini disebut miselium ) yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang. Miselium
yang berbulu inilah yang memungkinkan jamur dikenal dengan mudah. Berbagai pigmen yang teramati
pada jamur terdapat hanya setelah sporaspora dibentuk.
Pada suatu koloni jamur dibedakan atas adanya hifa yang menjalar dan hifa yang tidak menjalar. Hifa yang
tegak menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora. Jamur yang sederhana yang terdiri dari
anyaman hifa yang disebut prolenkim atau pseudoprolenkim. Prolenkim adalah jaringan hifa yang kendor.
Pseudoprolenkim adalah jaringan hifa yang lebih padat dan seragam. Seringkali ada anyaman hifa yang
padat sekali dan berguna untuk mengatasi keadaan yang buruk disebut rizomorf. Stroma adalah jaringan
hifa yang cukup kuat atau padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam
bagian lainnya. Anyaman hifa sepadat rizomorf yang berguna untuk mengatasi keadaan buruk disebut
sklerotin. Pada jamur yang terdiri atas hifa yang tidak bersekat-sekat, inti tersebar dan tidak terikat pada
suatu tempat tertentu. Hifa yang berinti banyak disebut senisit ( coenocyte ). Pada jamur yang bersifat
parasit, zat makan dari inang dapat terserap oleh sel-sel jamur dengan jalan osmosis lewat dinding inang
dan inti jamur. Tetapi ada juga parasit-parasit yang membentuk semacam akar ( haustoria ) yang masuk
ke dalam sel inang untuk mengambil makanannya. Bentuk haustoria ada yang berupa suatu gelembung
bertangkai, tidak bertangkai dan atau berupa suatu hifa yang bercabang-cabang.
3. Reproduksi Jamur
Spora aseksual,yang berfungsi untuk penyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak spora
aseksual :
a.Konidiospora atau konidium.
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyak
dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk diujung atau disisi suatu hifa.
b. Sporangiospora.
Spora bersel ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium diujung hifa khusus (sporangiosfor).
Aplanospora ialah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil,motilitasnya
disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora.
Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora.
Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan buruk,terbentuk dari sel-sel
hifa somatik.
e. Blastospora.
Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora. Spora seksual, yang dihasilkan dari peleburan
2 nukleus. Terbentuk lebih jarang, lebih kemudian dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
dengan spora aseksual. Juga,hanya terbentuk dalam keadaan tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual :
a. Askospora.
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat 8
askospora didalam setiap askus.
b. Basidiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk diantara struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
c. Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdinding besar yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara
seksual serasi,disebut juga gametangia,pada beberapa cendawan melebur.
d. Oospora.
Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur,atau
oosfer,oleh gamet jantan yang terbentuk didalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap
oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelundung yang sangat terorganisasi yang disebut
tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang
umum disebut peritesium dan apotesium.
2.3. VIRUS
Virus adalah parasit intraselular obligat. Virus memberikan perhatian pada satuan biologi yang dalam
keadaan sendiri tidak memiliki kehidupan, sebab virus memanifestasikan kehidupan sendiri yang diukur
oleh reproduksi hanya setelah berhasil memasuki sel inang yang rentan. Jadi virus berada dalam daerah
somatik samar-samar antara hidup dan tidak hidup. Statusnya bergantung kepada apakah virus
berkembang biak didalam sel yang rentan atau apakah virus berada dalam ekstraselular. Pemilahan viru
dapat dilakukan berdasarkan ukuran, bentuk, susunan kimiawi, kisaran organisme yang diserang
kerusakan ditimbulkan pada sel dan mengubah sifat genetik.
Virus mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya jelas dibawah batas
penglihatan mikroskop cahaya. Ukuran virus dapat ditentukan dengan beberapa teknik, virus menduduki
kisaran 20 hingga 250 nm (satu nanometer adalah sepermilyar meter). Jadi bakteri yang panjangnya 1 nm
sama dengan 1000 nm. Tiga teknik dasar yang digunakan untuk menentukan ukuran virus adalah :
1. Filtrasi melalui membran yang degradasi yang ukuran pori membrannya diketahui.
2. Sentrifugasi kecepatan tinggi (100.000 kali lebih besar dari gravitasi)
3. Pengamatan langsung dengan mikroskop elektron
Virus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Virus Bakterial
Bakteriofage (atau sederhananya fage) yaitu virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat bereproduksi
didalam sel bakteri, ditemukan secara terpisah oleh Frederick W. T di Inggris pada tahun 1915 dan oleh
Felix dHerelle di institut Pasteur di Paris pada tahun 1917.
Ciri-ciri umum
Virus bacterial tersebar luas di alam. Bagi kebanyakan (tidak semua) bakteri, ada fage. Dengan teknik
yang sesuai, fage-fage ini dapat diisolasi dengan mudah di laboraturium. Bakteriofage seperti halnya
semua virus, terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang dikelilingi selubung protein. Virus bacterial terdapat
dalam bentuk yang berbedabeda, meskipun banyak yang mempunyai ekor yang digunakannya untuk
melewatkan asam nukleatnya ketika menginokulasi sel inang. Ada dua tipe utama virus bacterial yaitu litik
atau virulen dan tenang (lisogenik) atau avirulen. Bila fage litik dan menginfeksi sel, sel tersebut
memberikan
tanggapan dengan cara menghasilkan virus-virus baru dalam jumlah besar, yaitu pada akhir masa inkubasi,
sel inang itu pecah atau mengalami lisis, melepaskan fage-fage baru untuk menginfeksi sel-sel inang yang
lain. Hal ini disebut daur litik. Pada infeksi tipe tenang, akibatnya tidak sedemikian jelas. Asam nukleat
virus itu dibawa dan direplikasikan didalam sel-sel bakteri dari satu generasi ke generasi yang lain tanpa
terjadi lisis pada sel-selnya. Namun fage tenang dapat secara
mendadak menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel inangnya.
Disamping itu, ada pula beberapa fage berbentuk filament yang hanya sekedar keluar dari sel tanpa
mematikannya.
Morfologi dan struktur
a. Morfologi
Mikroskop elektron telah memungkinkan ditentukannya ciri-ciri struktural virus bakterial. Semua fage
mempunyai inti asam nukleat yang ditutupi oleh selubung protein atau kapsid. Kapsid ini tersusun dari sub
unit sub unit morfologis (seperti tampak pada mikroskop elektron) yang disebut kapsomer. Kapsomer
terdiri dari sejumlah sub unit atau molekul protein yang disebut protomer. Struktur halus dan anatomis
suatu bentuk morfologis umum bakteriofage yaitu satu kepala dan satu ekor.
Virus bakteri dapat dikelompokkan kedalam enam tipe morfologis, yaitu :
1. Tipe yang paling rumit mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan seludang kontraktil
dan serabut ekor.
2. Serupa dengan yang pertama, tipe ini mempunyai kepala heksagonal tetapi tidak mempunyai
seludang kontraktil, ekornya kaku dan mengenai serabut ekor ada yang mempunyai dan ada yang tidak.
3. Tipe ini dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal dan sebuah ekor yang lebih pendek daripada
kepalanya. Ekornya itu tidak mempunyai seludang kontraktil dan mengenai serabut ekor ada yang
mempunyai dan ada yang tidak.
4. Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor dan kepalanya tersusun dari kapsomer besar.
5. Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun dari kapsomer kecil.
6. Tipe ini berbentuk filamen.
Tipe-tipe 1, 2 dan 3 menunjukkan morfologi yang unik bagi bakteriofage. Tipe-tipe morfologis dalam
kelompok 4 dan 5 dijumpai pula pada virus tumbuhan dan hewan (termasuk serangga). Bentuk yang
seperti filamen pada kelompok 6 dijumpai pada beberapa virus tumbuhan. Bentuk virus pada umumnya
mengingatkan kita pada bentuk hablur, ada yang serupa kotak, berbidang banyak (polihedron), ada yang
serupa bola dan ada yang serupa batang jarum. Tubuh virus terdiri atas kulit yang berupa protein
sematamata dan isi tubuh ada yang berupa ADN saja atau ARN saja. Virus tanaman berisi ARN atau ADN,
virus hewan dapat mengandung ARN atau ADN sedang fage berisi ADN
Bentuk dan isi berbagai virus dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
VIRUS UKURAN BENTUK ASAM NUKLEAT
Mosaik tembakau 180 X 300 Jarum ARN
Kerdil tomat 300 Bola ARN
Poliomielytis 270 Bola ARN
Influenza 800 Bola ARN
cacar 280 X 220 X 220 Kotak AND
b. Struktur fage
Fage seperti halnya semua virus, dijumpai dalam dua bentuk struktural yang mempunyai simetri kubus
atau helikal. Pada penampilan keseluruhan, fage kubus adalah bentuk pada teratur,atau lebih spesifiknya
polihedra (tunggal, polyhedron) sedangkanfage helikal berbentuk batang. Virus T (fage T) terdiri atas
kepala, ekor, dan benang-benang ekor. Diameter kepala 50 65 m, sedang panjangnya sampai 100 m.
panjang ekor kira-kira 100 m juga ukuran ini berbeda bagi masingmasingT.
Beberapa Bakteriofage Escherichia coli
Kelompok bakteriofage yang diteliti paling ekstensif adalah fagekoli, dinamakan demikian karena
menginfeksi Escherichia coli galur B yang non motil.
Isolasi dan kultivasi virus bakterial
Virus bacterial mudah diisolasi dan dikultivasi pada biakan bakteri yang mudah dan sedang tumbuh aktif
dalam kaldu atau cawan agar. Pada biakan cair, melisisnya bakteri dapat menyebabkan suatu biakan yang
keruh menjadi jernih. Sedangkan pada biakan cawan agar, akan tampak oleh mata biasa daerah-daerah
yang jernih atau plak (plaque). Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage ialah harus adanya kondisi
optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling
umum ialah habitat inang. Sebagai contoh, fagekoli atau fage-fage lain yang patogenik bagi bakteri lain
yang dijumpai didalam saluran pencernaan dapat diisolasi dengan paling baik dari limbah atau pupuk
kandang. Hal ini dilakukan dengan sentrifugasi atau filtrasi bahan sumbernya dan penambahan kloroform
untuk membunuh sel-sel bakterinya.
Reproduksi virus bakterial
Banyak dari apa yang diketahui mengenai reproduksi bakteriofage telah diperoleh dari penelitian mengenai
fage-fage T yang bernomor genap yang virulen pada E. coli (T2, T3, T6). Kita akan menggunakan fage-
fage ini sebagai suatu model untuk membahas reproduksi fage.
Adsorpsi dan penetrasi
Langkah pertama pada reproduksi suatu bakteriofage ialah adsorpsi. Disini ujung ekor virus menjadi
melekat pada dinding sel. Pelekatan itu khusus bagi virus-virus tertentu tersebut dan bakteri yang rentan
mempunyai konfigurasi molekular yang komplementer pada situs-situs penerimanya yang berlawanan.
Bila terlampau banyak fage melekat pada bakteri itu dan menembusnya, maka mungkin terjadi lisis
prematur, yang tidak di sertai pembentukan virus-virus baru. Penetrasi yang sesungguhnya oleh fage ke
dalam sel inang bersifat mekanis, tetapi mungkin dipermudah oleh suatu enzim, lisozim, yang dibawa pada
ekor fage yang mencernakan dinding sel. Penetrasi tercapai bila :
1. Serabut ekor virus melekat pada sel dan ekor terikat erat pada diding sel.
2. Seludang sel berkontraksi, mendorong inti ekor kedalam sel melalui dinding sel danmembran sel.
3. Virus itu menginfeksikan DNAnya seperti sebuah alat suntik menyuntikkan vaksin.
Seludang proteinnya yang berbentuk kepala fage dan struktur ekor virus tetap tertinggal diluar sel. Setelah
melakukan penetrasi virus berikutnya melakukan replikasi yang diikuti dengan siklus yang dimilliki
(lisogenik atau litik).
Lisogeni
Tidak semua infeksi pada sel bakteri fage berlangsung sebagaimana diuraikan diatas untuk menghasilkan
lebih banyak partikel virus dan berakhiran dengan lisis. Suatu hubungan yang sama sekali berbeda dikenal
sebagai lisogeni, dapat berkembang antara virus dan bakteri inangnya. Pada lisogeni DNA virus fage
tenang itu tidak mengambil alih fungsi gen-gen sel tetapi menjadi tergabung ke dalam DNA inang dan
menjadi profage pada kromosom bakteri, berlaku seperti gen. Pada keadaan ini bakteri itu bermetabolisme
dan berbiak secara normal, dengan DNA virusnya diteruskan kepada setiap sel anak semua generasi
berikutnya. Tetapi, kadang-kadang karena alasan-alasan yang belum diketahui, DNA virus itu terlepas dari
kromosom inang dan terjadilah daur litik. Proses ini disebut induksi spontan.
b. Virus Hewan dan Tumbuhan
Seperti halnya bakteriofage, virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti asam nukleat yang
terletak di tengah dikelilingi oleh suatu kapsid yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Semua virion
memiliki struktur simetri sejati. Namun pada beberapa virus hewan, nukleokapsid (asam nukleat dan
kapsid) dibungkus oleh suatu membran luar yang disebut sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan
menyembuntikan simetri ini. Virion yang mempunyai sampul peka terhadap pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Kemampuan menginfeksinya dilumpuhkan oleh pelarut semacam ini. Virus yang tidak
bercampur disebut virion bugil. Virus-virus ini tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.
Virus-virus hewan dan tumbuhan sangat beragam ukuran serta bentuknya. tetapi tidak mempunyai
morfologi berudu yang khas seperti pada beberapa
bakteriofage. Ukuran dan bentuk merupakan ciri khas bagi setiap tipe virus. Ukuran virion berkisar dari 10
sampai 300 nm.
1. Morfologi
Virus hewan dan tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, berdasarkan pada morfologi
keseluruhan sebagai berikut :
a). Ikosahedral
Contoh-contohnya ialah poliovirus dan adenovirus masing-masing merupakan penyebab penyakit polio dan
infeksi saluran pernafasan.
b). Helikal
Virus rabies merupakan salah satu contohnya, banyak virus tumbuhan yang berbentuk heliks.
c). Bersampul
Nukleokapsid bagian dalam virus ini yang dapat berbentuk ikosahedral ataupun helikal dikelilingi oleh
sampul seperti membrane. Beberapa sampul mempunyai proyeksi permukaan yang disebut duri yang
terbuat dari glikoprotein (protein dengan gugusan-gugusan karbohidrat). Kehadirannya biasanya
dihubungkan dengan kemampuan virion beraglutinasi (menggumpal) dengan eritrosit atau sel-sel darah
merah. Virion bersampul bersifat pleomorfik (terbentuk beragam) karena sampul itu tidak kaku. Didalam
suatu virus bersampul seperti virus influenza, nukleokapsidnya bergelung didalam sampul.
d). Kompleks
Beberapa virus mempunyai struktur yang rumit sebagai contoh virus stomatitis vesiculer (patogen pada
ternak) berbentuk peluru dan bagian luar virion mempunyai duri-duri seperti yang dijumpai pada sampul.
Virus cacar (seperti virus vaksinia, virus yang avirulen atau tidak infektif yang digunakan untuk vaksinasi
terhadap penyakit cacar) tidak memiliki kapsid yang dapat dikenali dengan jelas. Tetapi mempunyai
beberapa selubung yang mengelilingi asam nukleat.
2. Stuktur dan Komposisi
Seperti halnya bakteriofage virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti asam nukleat yang
terletak ditengah dikelilingi oleh kapsid, yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Semua virion mempunyai
struktur simetri sejati, namun pada beberapa virus hewan nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid)
dibungkus oleh suatu membrane luar yang disebut sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan
menyembunyikan simetri ini. Virion yang mempunyai sampul peka terhadap pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Kemampuan menginfeksinya dilumpuhkan oleh pelarut semacam ini. Virus yang tidak bersampul
disebut virion bugil. Virus-virus ini tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.
a. Asam nukleat
Seperti halnya bakteriofage virus-virus ini hewan dan tumbuhan mengandung DNA atau RNA. Tetapi virion
yang sama tidak dapat mengandung kedua-duanya. Hal ini tentunya berbeda dengan semua bentuk
kehidupan selular yang tanpa perkecualian, mengandung kedua tipe asam nukleat dalam setiap sel. Ada
empat jenis asam nukleat yang mungkin yaitu :
DNA berutasan tunggal
RNA berutasan tunggal
DNA berutasan ganda
RNA berutasan ganda
Keempat tipe itu telah dijumpai pada virus hewan. Pada virus tumbuhan telah dijumpai RNA berutasan
tunggal dan ganda dan juga DNA berutasan tunggal. Disamping itu, struktur asam nukleat di dalam virion
dapat lurus atau bundar. Sebagai contoh virus simian pembentuk vakuola 40 (sv 40) yang di jumpai pada
sel-sel ginjal kera, mempunyai DNA bundar berutasan ganda. Sedangkan virus herpes,mempunyai DNA
lurus berutasan ganda.
b. Protein
Merupakan komponen kimiawi utama yang lain pada virus, dan merupakan bagian yang terbesar dari
kapsid. Banyak virus yang kini telah diketahui mengandung suatu enzim atau enzim-enzim yang berfungsi
dalam replikasi komponen-komponen asam nukleatnya. Beberapa virion dapat mengandung suatu enzim
khusus yang menggunakan RNA virus sebagai model untuk mensintesis utasan RNA kedua yang dapat
mengarahkan sel-sel inang untuk membuat virus. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim yang
mensintesis utasan DNA dengan menggunakan genom RNA virus sebagai acuan.
c. Lipid
Berbagai ragam senyawa lipid (lemak) telah ditemukan pada virus. Senyawa-senyawa ini meliputi fosfolipid,
glikolipid, lemak-lemak alamiah, asam lemak aldehide lemak dan kolesterol, fosfolipid adalah substansi lipid
yang predominan dan dijumpai pada sampul virus.
d. Karbohidrat
Semua virus mengandung karbohidrat karena asam nukleatnya itu sendiri mengandung ribose dan
deoksiribose. Beberapa virus hewan bersampul, seperti virus influenza dan miksovirus yang lain, pada
umumnya terdapat duri-duri yang terbuat dari glikoprotein. Keberadaan mikroorganisme merupakan bukti
empiris (faktual) kebesaran Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Berdasarkan Alquran tentang bukti-bukti
kebesaran Allah SWT dalam kehidupan alam semesta seperti tersirat dalam surat AN NAHL ayat 13 dan
surat THAAHAA ayat 6, yang berbunyi:
Wamaadzaroalakum fil ardhi muhtalifan alwaa nuhu inna fii dzaalika la aayatal liqoumiyyadzakruuna
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan
macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang mengambil pelajaran.
Lahumaafiisamaawaati wamaa fil ardhi wamaa baynahumaa wamaa tahtassaroo.
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang di antara keduanya
dan semua yang di bawah tanah.
11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 5 Komentar
SIMBIOSIS FUNGI ENDOFIT DENGAN INANG
Sebagian besar mikroorganisme pada tingkat tertentu dalam hidupnya dipengaruhi oleh kegiatan
mikroorganisme lain. Pengaruh tersebut dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah
satu dari fenomena antagonisme yaitu antibiosis. Dalam hal ini salah satu dari dua populasi organisme
yang berinteraksi menghasilkan senyawa antibiotik.
Antibiotik adalah substansi kimia alamiah hasil metabolisme sekunder mikroorganisme, yang mempunyai
kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme lain. Definisi tersebut
sangat terbatas, karena sekarang banyak molekul yang diperoleh melalui sintesis kimia,
mempunyai aktivitas terhadap mikroorganisme. Sekarang istilah antibiotika berarti semua substansi
baik yang berasal dari alam maupun sintetik yang mempunyai toksisitas selektif terhadap satu atau
beberapa mikroorganisme tujuan, tetapi mempunyai toksisitas cukup lemah terhadap inang (manusia,
hewan, atau tumbuhan) dan dapat diberikan melalui jalur umum.
Walaupun masa jaya penemuan antibiotika telah berlalu, dimulai sejak tahun 1939 sampai 1959, tetapi
penelitian dibidang ini bangkit kembali sejak tahun 1965 dengan penemuan antibiotika semisintetik seperti
-laktamin. Masa kini, bioteknologi antibiotika diarahkan untuk menemukan antibiotika baru dengan
mengeksploitasi dunia mikroba, mencari galur yang beragam dari habitat yang beragam, seleksi galur dan
perbaikan genetik, tekhnik media dan kultur, biosintesa molekul, fisiologi produksi antibiotika dan
optimalisasi, serta modelisasi fermentasi industri. Disamping itu digalakkan mencari antibiotika yang dapat
mengatasi AIDS, HIV dan virus hepatitis B (Sudirman, 1994).
Salah satu organisme penghasil antibiotika yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini adalah fungi
endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu sistem jaringan seperti daun, ranting, atau akar
tumbuhan. Fungi ini dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol,1988 ; Clay, 1988). Asosiasi beberapa fungi endofit dengan
tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri
maupun jamur (Bills dan Polyshook, 1992).
P E M B A H A S A N
A. Fungi Endofit
Fungi endofit adalah fungi yang terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting
ataupun akar tumbuhan (Clay, 1988). Fungi ini menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan
mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol, 1988 ; Clay, 1988).
Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, oleh Carrol (1988) digolongkan dalam dua kelompok,
yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi
dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih)
inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah
asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan
udara. Jenis ini hanya menginfeksi bagian vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan
metabolisme inaktif pada periode yang cukup lama.
Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi ini merupakan organisme yang sangat heterogen. Petrini et
al. (1992) menggolongkan fungi endofit dalam kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina.
Keragaman pada jasad ini cukup besar seperti pada Loculoascomycetes, Discomycetes, dan Pyrenomycetes.
Strobell et al. (1996), mengemukakan bahwa fungi endofit meliputi genusPestalotia, Pestalotiopsis,
Monochaetia, dan lain-lain. Sedangkan Clay (1988) melaporkan, bahwa fungi endofit dimasukkan dalam
famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus yaitu Atkinsonella, Balansiae, Balansiopsis,
Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiaeumumnya dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup
secara simbiosis mutualistik dengan tumbuhan inangnya. Dalam simbiosis ini, fungi dapat membantu
proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi
tumbuhan inang dari serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh fungi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. (Bacon, 1991 ; Petrini et al., 1992 ; Rao, 1994).
B. Produksi Senyawa Antibiotika Oleh Fungi Endofit
Banyak kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika yang aktif melawan bakteri
maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama dari
genus Coniothirum dan Microsphaeropsis (Petrini et al., 1992). Penelitian Dreyfuss et al. (1986),
menunjukkan aktivitas yang tinggi dari penisilin N, sporiofungin A, B, serta C yang dihasilkan oleh isolat-
isolat endofit Pleurophomopsis sp. dan Cryptosporiopsis sp. yang diisolasi dari tumbuhan Cardamin
heptaphylla Schulz. Lebih lanjut, suatu penelitian yang dilakukan oleh Tscherter dan Dreyfuss
(1982) dalam Petrini et al. (1992) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa galur-galur
endofit Cryptosporiopsis pada umumnya merupakan penghasil senyawa antibiotika berspektrum lebar.
Isolat fungi endofitXylaria spp. juga memiliki potensi besar dalam penelitian-penelitian industri farmasi
maupun pertanian. Suatu strain Xylaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika Selatan dan Meksiko
dilaporkan dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru dari kelompok sitokalasin (Dreyfuss et al.,
1986).
Penelitian Brunner dan Petrini ( 1992) yang melakukan seleksi pada lebih dari 80 spora fungi endofit,
hasilnya menunjukkan bahwa 75 % fungi endofit mampu menghasilkan antibiotika. Fungi
endofit Xylotropik, suatu kelompok fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan berkayu, juga merupakan
penghasil metabolit sekunder. Pada suatu studi perbandingan yang dilakukan terhadap berbagai fungi,
lebih dari 49 % isolat Xylotropik yang diuji menunjukkan aktivitas antibiotika, sedangkan fungi
pembandingnya hanya 28 % (Petrini et al., 1992).
Fungi endofit juga mampu menghasilkan siklosporin A, yang berpotensi sebagai antifungal dan bahan
imunosupresif (Borel et al., 1976 ; Petrini et al., 1992). Siklosporin dihasilkan oleh strain Acremonium
luzulae (Fuckel) W. Gams, yang diisolasi dari buah strawberry (Moussaif et al., 1977). Senyawa antibiotika
lainnya seperti sefalosporin mulanya dihasilkan oleh satu
strainCephalosporium dan Emericellopsis (Acremonium). Selanjutnya juga ditemukan pada fungi Anixiopsis,
Arachnomyces,Diheterospora, Paecilomyces, Scopulariopsis dan Spiroidium (Morin dan Gorman, 1982).
Fungi endofit Acremonium coenophialum yaitu yang berasosiasi dengan rumput-rumputan dapat
menghambat pertumbuhan patogen rumput Nigrospora sphaerica, Periconia sorghina dan Rhizoctonia
cerealis (White and Cole, 1985). Fungi endofit lainnya seperti Taxomyces andreanae dapat menghasilkan
senyawa taxol yang berguna sebagai obat anti kanker (Strobel et al., 1996). Menurut Bacon (1988), fungi
endofit yang mempunyai nilai komersial dalam bidang farmasi, antara lain Balansia spp. danAcremonium
coenophialum.
Kesimpulan
Fungi endofit dapat menjalin kehidupan bersama dengan tumbuhan inang, dan mampu melindungi
tumbuhan inang dari beberapa patogen virulen, diantaranya adalah Acremonium coenophialum. Berbagai
senyawa antibiotika yang sangat berguna yang dihasilkan oleh fungi endofit antara lain siklosporin
oleh Acremonium luzulae, dan senyawa taxol oleh Taxomyces andreanae.
02/09/2009 Posted by Anthony Zaif | BTR, MIKROBIOLOGI | 3 Komentar
LINGKUNGAN DAN PROSES ADAPTASI PERTAHANAN
MIKROORGANISME DALAM KEHIDUPAN
Abstrak
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik.
Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan,
sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik
(fisika dan kimia), dan faktor biotik. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
lingkungan apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam
hal fisik, kimia, dan biologi. Kesimpulan dari penulisan ini adalah faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme diantaranya adalah pengaruh temperatur,
zat warna, dan parasitisme
Kata kunci: Lingkungan, Biotik, Abiotik
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik. Makhluk-
makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya
sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari faktor
lingkungan adalah dengan cara menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar.
Penyesuaian mikroorganisme terhadap faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat
sementara, tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi
serta sifat-sifat fisiologik secara turun menurun.
Kehidupan mikroba tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam medium tempat
tumbuhnya. Beberapa mikroba dapat pula mengubah pH dari medium tempat hidupnya, perubahan ini
dinamakan perubahan secara kimia.
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat
resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri
dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor
biotik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:
Faktor-faktor fisik apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Faktor-faktor kimia apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Faktor-faktor biologi apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa sajakah yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam hal fisik, kimia, dan biologi.
Manfaat Penulisan
Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang faktor-faktor dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Aspek ekonomi, dengan mengetahui faktor-faktor dan pengaruh lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, masyarakat atau juga pihak industri dapat
mengembangbiakan mikroorganisme untuk dimanfaatkan dalam berbagai hal yang ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor Fisik
a. Pengaruh temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat
hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya
batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0
o
C dan 90
o
C, sehingga untuk masin -
masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu
jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba asih berlangsun. Temperatur optimum
adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang
paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yng mati setelah
mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature 60
o
C; sebaliknya bakteri yang
membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi dengan uap
100
o
C atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi untuk membunuh setiap spesies
bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121
o
C di
dalam otoklaf.
Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba terhadap pemanasan bahwa
sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat berpengaruh terhadap pemanasan. Sehubungan
dengan hal ini, maka buah-buahan yang masam lebih mudah disterilkan dari pada sayur mayur atau
daging.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperature yang sempit, misalnya Gonococcus yang
hanya dapat hidup pada kisaran 30-40
o
C. golongan mikroba yang memiliki batas temperatur minimum dan
maksimum tidak telalu besar, disebut stenotermik. Tetapi Escherichia coli tumbuh pada kisaran temperatur
8-46
o
C, sehingga beda (rentang) antara temperatur minimum besar, inilah yang disebut golongan
euritermik. Bila mikroba dipiara dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum
tidak segera mati, melainkan dalam keadaan dormansi (tidur).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur
antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan ini tumbuh d tempat-
tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
b. Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum pertumbuhan
antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C. umumnya hidup di dalam alat pencernaan,
kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada temperatur 40 C atau lebih.
c. Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperature tinngi,
optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C. golongan ini terutama terdapat di dalam
sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari 55 C.
Grafik pertumbuhan mikroba pada berbagai kisaran suhu pertumbuhan
Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan enzim. Hal
ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai temperatur yang melebihi maksimum,
mikroba akan mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis mikroba (Thermal Death Point)
adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat mematikan jenis mikroba yang berada dalam
medium standar selama 10 menit dalam kondisi tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah
kecepatan kematian mikroba akibat pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati
bersama-sama pada suatu temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang
lain terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu
temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu, temperatur, kelembaban,
bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal
(TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :
Nama mikroba Waktu
(menit)
Suhu (0C)
Escherichia coli 20-30 57
Staphylococcus aureus 19 60
Spora Bacilus subtilis 20-50 100
Spora Clostridium
botulinum
100-330 100
b. Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri
diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur di perlukan kelembaban yang
rendah dibawah 80%. Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan kering untuk waktu yang lama,
seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan kista.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan
parameter a
w
(water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-
0,6. bakteri umumnya memerlukan a
w
0,90- 0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada
a
w
terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat
tumbuh pada a
w
0,8. Bakteri umumnya memerlukan a
w
atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi
bakteri halofil hanya memerlukan a
w
0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk
spora, konidia atau dapat membentuk kista. Tabel berikut ini memuat daftar a
w
yang diperlukan oleh
beberapa jenis bakteri dan jamur :
Nilai aw Bakteri Jamur
1,00 Caulobacter
Spirillum
-
0,90 Lactobacilus
Bacillus
Fusarium
Mucor
0,85 Staphylococcus Debaromyces
0,80 - Penicillium
0,75 Halobacterium Aspergillus
0,60 - Xeromyces
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di
dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi
mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika
kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat
bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme berhenti.
Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan
dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-
syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di dalam
gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam
sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada pengeringan
pada suhu titik-beku.
Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum ataupun di
dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
c. Pengaruh perubahan nilai osmotik
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan
pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran
sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis,
maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel
membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah
mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat
tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang
dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula
dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang
termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium.Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi,
umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan
konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai
membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
d. Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium
alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya
beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli,
Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya
dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka
pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang
dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada
pH 8,4-9,5. Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai
berikut :
Nama mikroba pH
minimum optimum maksimum
Escherichia coli
Proteus vulgaris
Enterobacter aerogenes
Pseudomonas aeruginosa
Clostridium sporogenes
Nitrosomonas spp
Nitrobacter spp
Thiobacillus Thiooxidans
Lactobacillus acidophilus
4,4
4,4
4,4
5,6
5,0-5,8
7,0-7,6
6,6
1,0
4,0-4,6
6,0-7,0
6,0-7,0
6,0-7,0
6,6-7,0
6,0-7,6
8,0-8,8
7,6-8,6
2,0-2,8
5,8-6,6
9,0
8,4
9,0
8,0
8,5-9,0
9,4
10,0
4,0-6,0
6,8
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama pada mikroba yang
dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa Pseudomonadaceae. Oleh
karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer
merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai
contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah
garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH
-
.
e. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang
elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel,
maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti
sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) seperti Tween
80
dan Triton A
20
dapat mengurangi
tegangan muka cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
f. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya tekanan 1-400 atm
tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena
tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi
transport membran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai macam enzim. Tekanan diatas 100.000
pound/inchi
2
menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan
tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000
pound/inchi
2
(barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran.
Sebagai contoh adalah bakteri Spirillum.
g. Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi
kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m sampai 760 m
, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang
bergelombang antara 240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang
pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri
bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya
sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-
ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya.
Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga
dapat terhindar dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan,
ruang-ruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan, gedung-gedung bioskop dan sebagainya pada
waktu-waktu tertentu dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu.
2. Faktor-faktor Kimia
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada
fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan
daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan
bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali digunakan untuk
membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan
tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan
lain-lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni, efeknya lebih
baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya ,
oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri gram positif
iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit,
fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram
positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat
warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
g. Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau dicampur dengan
heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion
(detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik,
melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya.
Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri
atas garam dari suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan,
karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang encer pun
zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci
alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan
tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus
seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan,Pneumococcus, Gonococcus, dan
Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan
menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan golongan bakteri menjadi
kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat
memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan
antara sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari darah atau
cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara di dalam medium biasa.
Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat tumbuh
biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat.
Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat
i. Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh
jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini
banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-
macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus Streptomycesmenghasilkan
streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing-masing
mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik,
obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat
secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh
golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis,
polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil,
maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk
spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin
efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu
antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.
j. Garam Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali dipertunjukkan dengan
suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat dari logam,
dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen
atau mertiolat. ONa HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat
Rumus bangun merkurokrom, metafen atau mertiolat
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji bijian supaya
terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi
selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang
mempergunakan persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida,
akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di
kolam-kolam renang.
3. Faktor-faktor Biologi
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi
pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta
populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara
mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antar
mikrobanonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi
pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain
tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
- Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan
oleh Legionella pneumophila.
- Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan
kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi
bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah,
atau proses pembersihan air secara alami.
d. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-sama
mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik
(khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain
yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar tanaman kacang-
kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara algae sianobakteria
dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk
menghasilkan senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi
memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk faktor
tumbuh untuk algae.
Lichenes
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai
dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang
menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah
antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.
f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain
diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap
populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya
adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat.Thiobacillus
thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan
(host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit
biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteriBdellovibrio yang memparasit
bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna
organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya
berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium
nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey), dapat dilihat di gambar sebagai berikut.
KAJIAN RELIGI
Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah SWT telah menyiratkan akan pentingnya pengaruh lingkungan bagi
kehidupan makhluk hidup yang ia ciptakan termasuk mikroorganisme yang juga merupakan salah satu
contoh makhluk hidup ciptaan Allah SWT, hal ini tersirat dalam beberapa ayat di dalam Al-Quran
diantaranya dalam :
Q.S AL BAQARAH 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Q.S AL FURQAAN 61. Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia
menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan
sangat berperan dalam kehidupan mikroorganisme. Hal ini diisyaratkan oleh Al Quran dengan angin dan
cahaya matahari yang merupakan salalh satu faktor lingkungan yang berperan dalam kehidupan
mikroorganisme sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan Lingkungan dan Proses Adaptasi Pertahanan Mikroorganisme
Terhadap Kehidupan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu pengaruh
temperatur, kelembaban dan pengaruh kebasahan serta kekeringan, pengaruh perubahan nilai osmotic,
kadar ion Hidrogen (pH), tegangan muka, tekanan, hidrostatik, pengaruh sinar.
b. Faktor lingkungan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu Fenol Dan
Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis, Formaldehida (CH2O), alcohol, yodium, Klor Dan Senyawa Klor, zat
warna, Obat Pencuci (Detergen), Sulfonamida, antibiotik, garam-garam logam.
c. Faktor lingkungan biologi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu netralisme,
komensalisme, sinergisme, mutualisme (simbiosis), kompetisi, Amensalisme (Antagonisme), parasitisme,
predasi.
SARAN
Berdasarkan penulisan Lingkungan dan Proses Adaptasi Pertahanan Mikroorganisme Terhadap
Kehidupan maka dapat disarankan bahwa masyarakat ataupun pihak industri yang ingin memanfaatkan
jasa dari mikroorganisme harus selalu memperhatikan pengaruh lingkungan yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk proses kehidupannya. Hal ini sangat diperlukan agar masyarakat ataupun pihak
industri dapat memanfaatkan semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme tersebut untuk meningkatkan
pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat dalam kehidupannya, tanpa
menganggu kehidupan dari mikroorganisme tersebut.
DARTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online).
(http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-
mikroba/) Diakses Tanggal 17 Desember 2008.
Dwijoseputro. 1995. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Stanier Roger. Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Suriawiria U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.

02/08/2009 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 6 Komentar
GENETIKA MIKROORGANISME, SEBUAH ELEMEN DASAR PENYUSUN
KEHIDUPAN MIKROORGANISME
Abstrak
Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi dan
perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter organisme.
Genetika mikroba telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA, suatu pengamatan yang
melekat dasar bagi biologi molekuler. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian
dari genetika virus, bakteri, dan jamur dan komponen yang menyusun genetika dari virus,
bakteri, dan jamur. Kesimpulan dari penulisan ini adalah gen dari bakteri virus dan jamur
secara umum tersusun dari DNA dan RNA, namun dalam hal tertentu terdapat perbedaan
tergantung dari jenis bakteri, virus, dan jamur tersebut.
Kata Kunci: Genetika, DNA, RNA.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi dan perubahan
pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter organisme. Unit keturunan disebut
gen,adalah suatu segmen DNA yang nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau fisiologis
tertentu. Pendekatan tradisional pada genetika telah mengidentifikasikan gen sebagai dasar kontribusi
karakter fenotip atau karakte dari keseluruhan stuktural dan fisiologis dari suatu sel atau organisme,
karakter fenotip seperti warna mata pada manusia atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada
umumnya di amati pada tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi daam fenotip, atau perubahan
urutan DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen.(Jawets, 2001).
Penelaahan tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani bangsa Austria, Gregor
Mendel pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun 1860-an ia menyilangkan galur-galur kacang polong
dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya antara lain terjadi perubahan-perubahan pada warna,bentuk,
ukuran, dan siat-sifat lain dari kacang polong tersebut.penelitian inilah ia mengembangkan hukum-hukum
dasar kebakaan. Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk kehidupan. Hukum-hukum mendel
berlaku manusia dan juga organisme percobaan dahulu amat populer dalam genetika, yakni lalat
buah Drosophila. Namun sekarang, percobaan-percobaan ilmu kebakaan dengan menggunakan
bakteri Escherichia coli. Bakteri ini di pilih karena paling mudah di pelajari pada taraf molekuler sehingga
merupakan organisme pilihan bagi banyak ahli genetika. Hal ini membantu perkembangan bidang genetika
mikroba. Jasad renik yang di pelajari dalam bidang genetika mikroba meliputi bakteri, khamir, kapang, dan
virus (Waluyo, 2005).
Genetika mikrobia tradisional terutama berdasarkan pada pengamatan atau observasi perkembangan
secara luas. Variasi fenotif telah diamati berdasar kemampuan gen untuk tumbuh dibawah kondisi
terseleksi, misalnya bakteri yang mengandung satu genyang resisten terhadap ampisilin dapat dibedakan
dari bakteri kekurangan gen selama pertumbuhannya dalam lingkungan yang mengandung anti biotik
sebagai suatu bahan penyeleksi. Catatan, bahwa seleksi gen memerlukan expresinya dibawah kondisi yang
tepat, dapat diamati pada tingkat fenotif.
Genetika mikrobia telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA, suatu pengamatan yang melekat
dasar bagi biologi molekuler. Penemuan selanjutnya dari bakteri telahmengungkapkan adanya restriction
enzymes (enzim restriksi) yang memotong DNA pada tempat spesifik, menghasilkan fragmen potongan
DNA. Plasmida diidentifikasikan sebagai elemen genetika kecil yang mampu melakukan replikasi diri pada
bakteri dan ragi. Pengenalan dari sebuah fragmen potongan DNA kedalam suatu plasmid memungkinkan
fragmen di perbanyak (teramplifikasi). Amplifikasi regio DNA spesifik dapat di capai oleh enzim bakteri
menggunakan polymerase chain reaction (PCR) atau metode amplifikasi nukleotida berdasar enzim yang
lain (misalnya amplifikasi berdasar transkripsi). DNA yang di masukkan kedalam plasmid dapat di kontrol
oleh promoter ekspresi pada bakteri yang mengamati protein, di ekspresi pada tingkat tinggi. Genetika
bakteri mendasari perkembangan rekayasa genetika, suatu teknologi yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan di bidang kedokteran.(Jewetz, 2001).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
Apa pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur ?
Apa saja komponen yang menyusun genetika dari virus, bakteri, dan jamur ?
Tujuan Penelitian
Penulisan ini betujuan untuk mengetahui pengertian dari genetika virus, jamur, dan bakteri dan komponen
apa sajakah yang menyusun genetika virus, jamur, dan bakteri.
Manfaat Penelitian
Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur serta komponen apa sajakah yang
menyusun genetika virus, jamur, dan bakteri. Aspek ekonomi dengan mengetahui genetika dari
mikroorganisme serta kompoen penyusunnya maka pihak industri dapat membuat mikoorganisme yang
mempunyai kualitas yang sama yang digunakan dalam produksi di industrinya dengan memanfaatkan
genetika dari mikroorganisme yang mempunyai sifat unggul.
PEMBAHASAN
Struktur DNA dan RNA
Informasi genetika disimpan sebagai suatu urutan basa pada DNA. Pada RNA bakteriofaga
(contohnyaQ MS2) dan beberapa virus RNA (contohnya virus influenza, dan reovirus), informasi genetika
disimpan sebagai urutan basa dalam RNA. Kebanyakan molekul DNA adalah rantai ganda, dengan basa-
basa komplementer (A-T; G-C) berpasangan menggunakan ikatan hydrogen pada pusat molekul. Sifat
komplementer dari basa memungkinkan satu rantai (rantai cetakan, template) menyediakan informasi
untuk salinan atau ekpresi informasi pada suatu rantai yang lain (rantai penyandi). Pasangan-pasangan
basa tersusun dalam bagian pusat double helix DNA dan menentukan informasi genetiknya. Setiap empat
basa diikatkan pada phosphor-2-deoxyribose membentuk suatu nukleotida. Muatan negetif phosphodiester
backbone dari DNA berhadapan dengan pelarut, dan muatan ini tersusun sepanjang struktur linear dari
molekul. Panjang molekul DNA pada umumnya tersusun dalam ribuan pasang DNA ribuan pasang basa,
ataukilobase pavis (kbp). Suatu virus kecil dapat mengandung satu molekul DNA tunggal yang terdiri dari
lima kbp, sedangkan kromosomEshericia coli adalah 4639 kbp. Setiap pasangan basa dipisahkan dari
urutan sebelumnya sekitar 0,34 nm, atau 3,4 X 10
-7
nm, sehingga panjang keseluruhan
kromosom E.coli diperkirakan I nm. Oleh karena keseluruhan dimensi sel bakteri diperkirakan 1000 kali
lebih kecil dari pada panjangnya tersebut sehingga terbentuk lipatan yang melipat lagi atau supercoiling,
menyusun struktur fisik dari molekul in vivo.
RNA pada umumnya dalam bentuk rantai tunggal. Basa uracil (U) pada RNA membantu fungsi hibridisasi,
sedangkan thymine (T) pada DNA, sehingga basa-basa komplementer yang menentukan struktur RNA
adalah A-U dan C-G. keseluruhan struktur dari molekul RNA rantai tunggal di tentukan oleh hibridisasi di
antara urutan basa yang membentuk lipatan (loops), membentuk struktur utuh yang mampu
mengekspresikan informasi genetik yang terkandung dalam DNA.
Beberapa molekul RNA memiliki fungsi enzim (ribozymes). Fungsi utama RNA adalah komunikasi dari
susunan gen DNA ke ribosom dalam bentuk messenger RNA (mRNA). Ribosom yang mengandung
ribosomal RNA (rRNA) dan protein-protein, menterjemahkan pesan ke dalam struktur primer dari protein-
protein perantara aminoacyl transfer RNA (tRNA). Molekul-molekul RNA bervariasi dalam ukuran dari tRNA
yang kecil, yang mengandung kurang dari 100 basa, sampai mRNA yang dapat membawa pesan genetik
sepanjang ribuan basa. ribosom bakteri mengandung 3 macam rRNA dengan ukuran 150, 1540, dan 2900
basa, dengan sejumlah protein. Ribosom eukariota memiliki molekul rRNA yang lebih besar. Kebutuhan
fisiologik ini ditunjukkan dalam perputaran metabolic yang cepat dari kebanyakan mRNA. Selain itu, tRNA
dan rRNA yang dihubungkan dengan fungsi umumnya pada sintesa protein, cenderung stabil, dan
keduanya terhitung lebih dari 95 % dari total RNA dalam satu sel bakteri.
Contoh Gambar DNA dan Komponen Secara Umum


Genetika Bakteri
Ada dua fenomena biologi pada konsep hereditas yaitu:
1. Hereditas yang bersifat stabil di mana generasi berikut yang terbentuk dari pembelahan satu sel
mempunyai sifat yang identik dengan induknya
2. Variasi genetik yang mengakibatkan adanya perbedaan sifat generasi berikut dari sel induknya akibat
peristiwa genetik tertentu, misalnya mutasi
Pada bakteri, unit herediternya disebut genom bakteri. Genom bakteri lazimnya disebut sebagai gen saja.
Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat) tunggal, meskipun dikenal pula
adanya materi genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal), yang di sebut plasmid, yang tersebar luas
dalam populasi bakteri. Meskipun bakteri bersifat haploid, transimisi gen dari satu generasi ke generasi
berikutnya berlangsung secara linier, sehingga pada setiap siklus pembelahan sel, sel anaknya menerima
satu set gen yang identik dengan sel induknya.
Kromosom bakteri yang terdiri dari DNA mempunyai berat lebih kurang2-3% dari berat kering satu sel.
Dengan mikroskop elektron, DNA tampak sebagai benang-benang fibriler yang menempati sebgian besar
dari volume sel. Molekul DNA bila diekstraksi dari sel bakteri biasanya mempunyai bentuk yang sirkuler,
dengan panjang kira-kira 1 mm. DNA ini mempunyai berat molekul yang tinggi karena terdiri dari
heteropolimer dari deoksiribonukleotida purin yaitu Adenin dan Guanin dan deoksiribonukleotida pirimidin
yaitu Sitosin dan Timin.
Watson dan Crick, dengan sinar X menemukan bahwa struktur DNA terdiri dari dua rantai
poliribonukleotida yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan hidrogen antara purin di satu rantai
dengan pirimidin di rantai lain, dalam keadaan antiparalel, dan disebut sebagai struktur double helix.
Ikatan hidrogen ini hanya dapat menhubungkan Adenin (6 aminopurin) dengan Timin (2,4 dioksi 5 metil
pirimidin) dan antara Guanin (2 amino 6 oksipurin) dengan Sitosin (2 oksi 4 amino pirimidin). Singkatnya
pasangan basa pada suatu sekuens DNA adalah A-T dan S-G. Karena adanya sistem berpasangan demikian,
maka setiap rantai DNA dapat dijadikan cetakan/template untuk membangun rantai DNA yang
komplementer. Waktu terjadinya proses replikasi DNA dalam pembelahan sel, molekul DNA dari sel
anaknya terdiri dari satu rantai DNA yang komplememter tapi dibuat baru, dengan kata lain, pemindahan
materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah dengan cara semikonservatif.
Fungsi primer DNA pada hakikatnya adalah sebagai sumber perbekalan informasi genetik yang di miliki
oleh sel induk. Proses replikasi di kerjakan dengan amat lengkap sehigga sel anaknya mendapatkan pula
informasi genetik yang lengkap, sehingga terjadi kesetabilan genetik dalam suatu populasi
mikroorganisme. Satu benang kromosom biasanya terdiri dari 5 juta pasangan basa dan terbagi atas
segmen atau sekwens asam amino tertentu. Dari akan terbentuk stuktur protein. Protein ini kemudian
menjadi enzim-enzim, komponen membran sel dan struktur sel yang lain yang secara keseluruhan
menentukan karakter dari sel itu.
Mekanisme yang menunjukan bahwa sekuen nukleotida di dalam gen menentukan sekuens asam amino
pada pembentukan protein adalah sebagai berikut:
1. Suatu enzim amino sel bakteri yang disebut enzim RNA polimerase membentuk satu rantai
oliribonukleotida (= messesngerRNA = mRNA) dari rantai DNA yang ada. Proses ini diseut transkripsi. Jadi
pada transkripsi DNA, terbentuk satu rantai RNA yang komplementer denagan salah satu rantai double
helix dari DNA.
2. Secara enzimatik asam amino akan teraktifasi dan di transfer kepada transfer kepada transfer RNA
(= tRNA yang mempunyai daptor basa yang komplementer dengan basa mRNA di satu ujungnya dan
mempunyai asam amino spesifik di ujung lainnya tiga buah basa pada mRNA di sebut triplet basa yang
lazim disebut sebagai kodon untuk suatu asam amino.
3. mRNA dan tRNA bersama-sama menuju kepermukaan ribosom kuman, dan disinilah rantai
polipeptida terbentuk sampai seluruhkodon selesai dibaca menjadi menjadi suatu sekwen asam amino
yang membentuk protein tertentu. Proses ini disebut translasi.
DNA Bakteri
Bakteri memiliki kekurangan unsur-unsur yang mengacu pada stuktur komplek yang terlibat dalam
pemisahan kromsom-kromosom eukariota menjadi nukleid anak yang berbeda. Replikasi dari DNA bakteri
dimulai pada satu titik dan bergerak ke semua arah. Dalam prosesnya, dua pita lama DNA terpisah dan
digunakan sebagai model untuk mensistensiskan pita-pita baru (replikasi semikonservatif). Strukur dimana
dua pita terpisah dan sintesis baru terjadi disebut sebagai percabangan replikasi. Replikasi kromosom
bakteri sangat terkontrol, dan kromosom tiap sel yang tumbuh berkisar antara satu dan empat. Beberapa
plasmida bakteri bias memiliki sampai 30 tiruan dalam satu sel bakteri, dan mutas yang menyebabkan
control bebas dari relikasi plasmida bahkan bias menghasilkan tirun yang lebih banyak.
Replikasi pita DNA ganda sirkular dimuli pada locus ori dan membuuhkan interaksi dengan beberapa
protein. Dalam E coli, replikasi kromosom berakhir pada suatu tempat yang disebut ter. Dua kromosom
anak terpisah, atau terpecah sebelum pembagian sel, sehingga tiap-tiap keturunan memiliki satu DNA anak.
Hal ini dapat disempurnakan dengan bantuan topoisomerase atau melakukan pengkombinasian. Proses
serupa yang mengacu pada replikasi DNA plasmida, kecuali pada beberpa kasus, replikasinya adalah tidak
terarah.
Contoh Gambar Molekul DNA Bakteri

Transposon
Transposon tidak membawa informasi genetika yang dibutuhkan untuk memasangkan replikasi sendiri
terhadap pembagian sel, sehingga perkembangbiakannya tergantung pada penyatuan fisiknya dengan
replika bakteri. Penyatuan ini dibantu oleh kemampuan transposon untuk membentuk tiruannya sendiri,
yang mungkin disisipkan dalam replika yang sama atau mungkin disatukan pada replika lainnya.
Spesifisitas dari rangkaian pada bagian sisipan biasanya rendah, sehingga transposon kadang cenderung
menyisip dalam sistem acak. Sebagian besar plasmida ditransfer antar sel-sel bakteri, dan penyisipan dari
sebuah transposon ke dalam suatu plasmida bisa menyebabkan penyebaran dalam sebuah populasi.
Fagus
Bakteriofagus menunjukkan cukup banyak keragaman dalam sifat dasar asam nukleat mereka, dan
perbedaan ini direfleksikan pada bentuk replikasi yang berbeda. Berbagai strategi perkembangbiakan pada
dasarnya ditunjukkan oleh fagus litik dan temperature. Fagus litik menghasilkan banyak tiruan mereka
sendiri dalam satu laju pertumbuhan tunggal. Fagus temperatur membentuk mereka sendiri sebagai
profagus, baik dengan bagian replika yang terbentuk atau dengan membentuk replika bebas.
Pita DNA ganda dari banyak litik adalah linear dan fase pertama dari replikasinya merupakan pembentukan
DNA sirkular. Proses ini tergantung pada ujung-ujung kohesif, ekor pita tunggal pelengkap DNA yang
berhibridasi. Ligasi, pembentukan sebuah ikatan fosfodiester antar ekornya, meningkatkan DNA sitkular
yang terikat secara kovalen yang mungkin mengalami replikasi dengan cara yang serupa dengan yang
digunakan untuk replika lainnya. Pembelahan dari lingkaran sel menghasilkan DNA linear yang terbungkus
dalam lapisan protein unuk membentuk fagus turunan.
Pita tunggal DNA dari fagus filamentus diubah menjadi sebuah bentuk replikatif pita ganda sirkular.
Sebuah pita bentuk replikatif digunakan sebagai model dalam suatu proses yang terus menerus yang
menghasilkan pita DNA. Modelnya adalah lingkaran berputar, dan pita tunggal DNA yang dihasilkan
terbelah dan terbungkus protein untuk pengelupasan ekstraseluler.
Ditunjukkan diantara pita tunggal RNA, fagus merupakan partikel ekstraseluler terkecil yang mengandung
informasi untuk membantu replikasi diri mereka sendiri. RNA dari fagus MS2 misalnya, berisi (kurang dari
4000 nukleotida) tiga gen yang bias berlaku seperti mRNA yang mengikuti infeksi. Satu gen mewakili
protein pelindung dan yang lain mewakili polimerase RNA yang menghasilkan bentuk replikatif adalah inti
partikel infeksi baru. Mekanisme perkembangbiakan retrovirus, virus-virus RNA hewan yang menggunakan
RNA sebagai model untuk sintesis DNA.
Beberapa bakteriofagus sederhana yang dicontohkan oleh fagus P1 E. coli dapat dibentuk pada tahap
profagus sebagai plasmida. Pita ganda DNA dari bakteriofagus sederhana lainnya terbentuk sebagai
profagus melalui penyisipannya dalam kromosom induk. Tempat penyisipannya mungkin cukup spesifik,
seperti yang dicontohkan oleh penyatuan fagus E. coli pada lokus int. tunggal pada kromosom bakteri.
Contoh-Contoh Gambar Proses Genetika Bakteri




Genetika Virus
Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang. Replikasi genom virus
tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis makromolekul pada inang. Sering, bentuk parasitisme
genetik ini mengakibatkan debilitas atau kematian sel inang. Oleh karena itu, keberhasilan perbanyakan
virus memerlukan (1) suatu bentuk stabil yang memungkinkan virus bertahan hidup di luar inangnya, (2)
suatu mekanisme invasi pada sel inang, (3) informasi genetik untuk replikasi komponen virus dalam sel,
dan (4) informasi tambahan yang mungkin diperlukan untuk packaging (menyimpan) komponen virus dan
pengeluaran virus dari sel inang.
Perbedaan sering ditemukan antara virus pada sel eukariotik dengan virus pada sel prokariotik
(bacteriophage). Perhatian lebih tepat pada sub grup virus, tetapi jangan dilupakan dictum Andre Lwoff :
Virus adalah virus. Banyak konsep dasar dari biologi molekuler, muncul dari penemuan bacteriophage.
Molekul asam nukleat bacteriophage dikelilingi suatu mantel protein. Beberapa faga juga mengandung lipid,
tetapi hal ini adalah perkecualian. Asam nukleat pada faga bervariasi. Banyak faga memiliki DNA rantai
ganda, yang memiliki RNA rantai tunggal. Basa yang tidak umum ditemukan seperti
hydroxylmethylcytosine kadang kadang ditemukan pada asam nukleat faga. Banyak faga memiliki
struktur menyerupai alat injeksi syringe khusus yang dapat mengikat reseptor pada permukaan sel dan
menginjeksikan asam nukleat ke dalam sel inang.
Faga dapat dibedakan berdasarkan pada cara perbanyakan dirinya. Lytic phagers menghasilkan banyak
salinan dirinya sebagai cara memastikan sel inangnya. Kebanyakan laporan studi Lytic phagers, T-
phages (missal T2, T4) pada Escherichia coli, memerlukan waktu yang tepat untuk ekspresi gen virus
untuk koordinasi pembentukan faga. Temperate phages mampu masuk ke dalam suatuprophage pada
keadaan nonlitik, pada replikasi asam nukleatnya dikaitkan dengan replikasi DNA sel inang. Bakteri yang
membawaprophage disebut lysogenic, karena suatu signal fisiologik dapat menjadi trigger suatu siklus litik
yang mengakibatkan kematian sel inang dan mengeluarkan banyak salinan phages. Karakter
terbaik temperate phages adalah E.coli phage (lambda). Gen gen penentu litik atau
respons lysogenic pada infeksi telah diidnetifikasi dan interaksi yang kompleks telah diexsplorasi secara
teliti.
Filamenthous phages, contoh yang telah dipelajari dengan baik adalah E.coli phage M13, filamennya
mengandung DNA rantai tunggal yang kompleks dengan protein dan diperoleh dari inangnya, dimana
inang mengalami debilitas (keadaan memburuk) tetapi tidak dimatikan oelh infeksi ini. Rekayasa DNA ke
dalam phage M13 menyediakan rantai rantai tunggal yang sangat bernilai untuk analisis dan manipulasi
DNA.
Contoh Gambar Struktur Virus

Genetika Jamur
Genom adalah keseluruhan informasi genetik dalam suatu organisme. Hampir semua genom eukariota
dibawa pada satu atau lebih kromosom linear terpisah dari sitoplasma didalam membran inti sel (nukleus).
Diploid sel eukariota mengandung 2 homologeus(salinan evolusioner) dari setiap kromosom. Mutasi atau
perubahan genetik sering tidak dapat dideteksi pada sel diploid karena susunan satu salinan gen
kompensasi untuk perubahan fungsi homolognya. Satu gen yang tidak dapat mengekspresi fenotipitik pada
keberadaan homolognya. Dinyatakan resesif, sedangkan satu gen yang mengatasi efek homolognya
dinyatakan dominan. Efek mutasi dapat sangat tampak pada sel sel haploid, yang membawa hanya satu
salinan tunggal dari kebanyakan gen. Sel sel yeast(suatu eukairota) sering diteliti, Karena dapat
dipertahankan dan dianalisis pada keadaan haploid.
Sel-sel eukariota mengandung mithocondria. Pada beberapa kasus dinyatakan sebagai kllroplas. Didalam
setiap organel ini ada satu molekul DNA sirkuler yang mengandung beberapa gen yang berfungsi seperti
organel khusus. Kebanyakan gen berhubungan dengan fungsi organel, dibawa oleh kromosom eukariota.
Banyak yeast mengandung suatu elemen genetik tambahan, suatu lingkaran 2 m mampu berreplikasi
secara independen, mengandung 6,3 kbp DNA. Semacam lingkaran kecil DNA ini disebut plasmid, sering
ditmukan padagenetik eukariota. Ukuran kecil dari plasmid memudahkan manipulasi genetik, dan setelah
perubahannya, dapat dimasukkan ke dalam sel-sel. Oleh karena itu, plasmid digunakan pada rekayasa
genetika.
Repetitive DNA, dalam jumlah besar pada sel eukariota, telah di temukan pula pada sel prokariota. Pada
genom eukariota, repetitive DNA sering dihubungkan dengan region penyandi dan lokasi utama pada regio
penyandi dan lokasi utama pada region ekstra gen. susunan pendek berulang (short sequence,SSR) ini
atau short tandemly repeateds sequences (STR) ada dalam beberapa salinan atau sampai ribuan salinan
yang menyebar di seluruh genom. Adanya SSR pokariata telah di dokumentasikan dengan baik dan
beberapa menunjukan polymorfisme yang luas, variasi ini di perkirakan karena kesalahan pasangan rantai
(slipped-strand mispairing)dan hal ini di perlukan untuk adatasi dan hal ini di perlukan untuk adaptasi dan
variasi bakteri. Banyak gen eukariota disisipi intron, sisipan susunan DNA yang akan hilang pada mRNA
yang di tranlasi. Intron telah diamati pada gen archze tetapi hanya sedikit perkecualian yang tidak di
temukan pada eubakteria
Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom menunjukan bahwa
kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler yang mengandung DNA 580 kbp sampai
lebih dari 4600 kbp. Banyak bakteri pada jamur mengandung gen-gen tambahan pada plasmid yang
bervariasi mulai dari beberapa kbp sampai 100 kbp. DNA sirkuler (kromosom dan plasmid), yang
mengandung informasi genetik di perlukan untuk respirasinya disebut replicon. Membrane tidak
memisahkan gen bakteri dari sitoplasma seperti pada eukariota dengan beberapa perkecualian, gen bakteri
adalah haploid.
Gen-gen yang penting untuk pertumbuhan jamur dibawa pada kromosom, dan plasmid yang membawa
gen dikaitkan dengan fungsi-fungsi spesifik. Banyak plasmid membawa gen untuk di pindahkan dari satu
organisme ke organisme lain sebaik pada pengaturan DNA (rearrangement DNA). Oleh karena itu gen-gen
yang berasal dari hasil evolusi independent dapa di gabungkan dengan plasmid, dapat menyebar diantara
populasi bakteri secara luas. Akibat kejadian genetik ini telah diamati pada penyebaran plasmid pembawa
resistensi anti biotika setelah penggunaan anti biotika yang bebas di rumah sakit.
Transposon adalah element-element genetik yang mengandung beberapa kbp DNA, termasuk informasi
yang di perlukan untuk migrasinya dari satu lokus gen ketempat lainya, sehinga menciptakan mutasi.
Peran transposon pendek (750-200 bp), dikenel sebagai incertion element, menghasilkan banyak mutasi
akibat insersi. Element ini hanya membawa gen-gen untuk enzim-enzim, yang diperlukan untuk
mendorong transposisinya sendiri. Hampir semua bakteri membawa element IS, yang penting pada
pembentukan strain-strain dengan high-frequency recombinant (Hfr). Kompleks tranposon membawa gen-
gen untuk fungi-fungsi khusus seperti resistensi antibiotika dan diapit oleh IS. Tidak seperti plasmid,
tranposom tidak mengandung informasi genetik yang di perluken untuk replikasinya. Seleksi transposon
tergantung pada replikasinya sebagai bagian dari suatu replicon. Deteksi atau ekploitasi gen transposon di
capai dengan cara seleksi dari informasi genetik khusus (secara normal, resistensi terhadap antibiotika)
yang di bawanya.
DNA Eukariota
Replikasi DNA eukariota terjadi pada beberapa titk tumbuh di sepanjang kromosom linear. Replikasi akurat
pada ujung-ujung kromosom linear membutuhkan aktifitas enzimatis yang berbeda dari fungsi-fungsi
normal yang terkait dengan replikasi DNA. Berbagai aktifitas tersebut mungkin melibatkan telomere,
rangkaian DNA khusus (yang dibawa pada ujung kromosom eukariota) yang cenderung terlibat dalam
replikasi akurat dari ujung kromosom. Eukariota telah mengembangkan alat alat khusus yang disebut
kumparan, yang melepas kromosom anak menjadi nukleid terpisah yang baru terbentuk oleh proses
mitosis. Pembagian nukleid yang lebih ekstensif oleh meiosis merupakan satu faktor penting dalam
mempertahankan struktur kromosom dalam satu spesies. Terkadang sel sel tunggal tersebut merupakan
gamet. Pembentukan gamet yang diikuti oleh penyatuan mereka untuk membentu zigot zigot gandan
merupakan sumber utama untuk variabilitas genetika melalui rekombinasi eukariota.
Gambar Contoh Perkembangbiakan Jamur

Kajian Religi
Di dalam Al Quran, Allah SWT menyiratkan akan penciptaan makhluk hidup termasuk penciptaan
mikroorganisme yang merupakan bagian dari mahluk hidup ciptaan Allah SWT, serta proses penciptaan
dan komponen penyusun makhluk hidup termasuk mikroorganisme seperti dalam beberapa ayat yaitu:
Q.S Al Baqarah 164: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Q.S An Nur 45: Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu
ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Q.S An Nahl 12: Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-
bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya).
Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk hidup termasuk
mikroorganisme secara sempurna atau secara mendetail tanpa ada hal yang tertinggal atau kurang pada
diri makhluk hidup tersebut termasuk mikroorganisme. Sehingga kita sebagai makhluk hidup harus
bersukur dengan pemberian Allah SWT, termasuk penciptaan mikroorganisme yang banyak member
manfaat kepada manusia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan Genetika Mikroorganisme, Sebuah Elemen Dasar Penyusun
Kehidupan Mikroorganisme, dapat diambil kesimpulan bahwa:
v Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat) tunggal, meskipun dikenal
pula adanya materi genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal), yang di sebut plasmid, yang tersebar
luas dalam populasi bakteri.
v Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang. Replikasi genom virus
tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis makromolekul pada inang.
v Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom menunjukan bahwa
kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler yang mengandung DNA 580 kbp sampai
lebih dari 4600 kbp.
v Secara umum gen dari bakteri, virus, dan jamur tersusun atas DNA dan RNA
Saran
Berdasarkan penulisan Genetika Mikroorganisme, Sebuah Elemen Dasar Penyusun Kehidupan
Mikroorganisme, maka dapat disarankan bahwa untuk para ilmuwan atau mahasiswa agar lebih
meneliti tentang genetika karena masih banyak hal yang menjadi misteri tentang genetika dari
mikroorganisme, sehingga dapat diambil manfaat dari genetika mikroorganisme. Untuk pihak industri
penelitian yang mendalam pada genetika mikroorganisme sangat disarankan, salah satu manfaatnya
adalah dengan mengetahui genetika dari mikroorganisme tersebut maka pihak industri dapat
menghasilkan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pihak industri dengan didasarkan genetika dari
mikroorganisme yang unggul sehingga pihak industri dapat memperoleh untung atau manfaat yang besar.
Daftar Pustaka
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Syurachman, Agus. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.
01/31/2009 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 15 Komentar
NUTRISI MIKROBA, SEBUAH ESENSI DASAR UNTUK
KEHIDUPAN MIKROBA
Abstrak
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Unsur-unsur
dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan
sejumlah kecil logam lainnya. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan
untuk mendapatkan energi. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis nutrisi yang
ada pada mikoorganisme dan kegunaanya. Kesimpulan dari penulisan ini adalah jenis-jenis
nutrisi berdasarkan elemenya adalah sumber karbon, nitrogen, belerang, phospat, mineral,
dan oksigen. Fungsi utama dari nutrisi ini adalah sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor atau donor elektron.
Kata Kunci: Mikroba, Nutrisi, Kehidupan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini
diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan
mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari
lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya
disebut proses nutrisi (Suriawiria, 1985).
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan
pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi
tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena
itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Anonymous, 2006).
Menurut Waluyo (2005), peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya
bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient dalam media
pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru
(Jawetz, 2001).
Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang
digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi, adalaah bahan
makanan. Tuntutan berbagai mikroorganisme yang menyangkt susunan larutan makanan dan persyaratan
lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperkenalkan banyak resep untuk membuat
media biak untuk mikroorganisme. Pada dasarnya sesuatu larutan biak sekurang-kurangnya harus
memenuhi syarat-syarat berikut. Di dalamnya harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada
pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat dioloah (Schlegel, 1994).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
Apa saja jenis-jenis nutrisi yang diperlukan dalam perkembangan mikroorganisme ?
Apa saja fungsi nutrisi dalam kehidupan mikroorganisme ?
Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam jenis nutrisi yang diperlukan oleh
mikroorganisme dan apa saja fungsinya dalam membantu kehidupan mikroorganisme.
Manfaat Penulisan
Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang jenis-jenis nutrisi yang ada pada mikroorganisme dan apa saja kegunaan dari
mikroorganisme tersebut. Aspek ekonomi, dengan mengetahui jenis-jenis nutrisi dan fungsi nutrisi pada
mikroorganime, masyarakat atau juga pihak industri dapat mengembangbiakan mikroorganisme untuk
dimanfaatkan dalam berbagai hal yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
PEMBAHASAN
Jenis Nutrisi
Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik
organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai.
Sumber Karbon
Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk mereduksi
karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof, makhluk hidup yang
tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain adalah khemolitotrof, organisme
yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau thiosulfat sebagai reduktan dan
karbondioksida sebagai sumber karbon.
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik tersebut harus
dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene dapat menyediakan semua karbon dan
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi sangat sedikit organisme yang
memiliki jalur metabolik yang perlu untuk asimilasi naphthalene. Sebaliknya, glukosa, dapat membantu
pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Adalah penting bahwa substrat
pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk galur mikroba yang akan ditumbuhkan.
Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan
lebih dari cukup karbondioksida untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan sumber
karbondioksida pada medium pertumbuhannya (Jawetz, 2001).
Keperluan akan Zat Karbon
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik
menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO
2
, sebagai satu-satunya sumber
utama karbon selular. Perubahan CO
2
, menjadi unsur pokok sel organik adalah proses reduktif, yang
memerlukan pemasukan bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali ini, sebagian besar dari energi
yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik yang tereduksi harus dikeluarkan untuk
reduksi CO
2
sampai kepada tingkat zat organik.
Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena kebanyakan substrat
organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok sel organik, zat-zat itu biasanya tidak
usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai sumber karbon sel. Selain untuk memenuhi
keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik harus memberikan keperluan energetik untuk sel
itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon yang terdapat pada substrat organik memasuki lintasan
lintasan metabolisme yang menghasilkan energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO
2
(hasil
utama dalam metabolisme pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai campuran CO
2
dan
senyawa organik). Jadi, substrat organik biasanya mempunyai peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang
bersamaan berguna sebagai sumber karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat
menggunakan senyawa senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut
seluruhnya. Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu senyawa organik dan mereka
memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi organik ini
mempunyai fungsi biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-unsur pokok sel
organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu disebut faktor tumbuh.
Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa organik yang dapat
mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi. Keanekaragaman ini diperlihatkan secara
nyata bahwa tidak ada senyawa organik yang dihasilkan secara alamiah yang tidak dapat digunakan
sebagai sumber karbon dan energi oleh beberapa mikroorganisme. Karena itu, tidaklah mungkin untuk
memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber karbon organik untuk mikroorganisme. Variasi yang
luar biasa mengenai keperluan akan karbon adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam
mikrobiologi.
Bila keperluan karbon organik mikroorganisme tersendiri dipelajari, beberapa memperlihatkan tingkatan
serbaguna yang tinggi, sedangkan yang lain teramat khusus. Bakteri tertentu dari
golongan Pseudomonas misalnya, dapat menggunakan setiap salah satu diantara lebih dari 90 macam
senyawa organik sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Pada ujung lain dalam spektrum
terdapat bakteri yang mengoksidasi metan, yang hanya dapat menggunakan dua substrat organik, metan
dan methanol, dan bakteri pengurai selulose tertentu hanya dapat menggunakan selulose.
Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang bergantung pada sumber-sumber karbon organik
memerlukan CO
2
pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa ini digunakan
dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO
2
biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak oleh
organisme yang menggunakan senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi melalui
metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian, peniadaan CO
2
sama sekali sering
kali menangguhkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media organik, dan beberapa
bakteri dan cendawan memerlukan konsentrasi CO
2
yang relatif tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk
pertumbuhan yang memadai dalam media organik.
Sumber Nitrogen dan Belerang
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang 10 persen
dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk yang berbeda, dan mikroorganisme
beragam kemampuannya untuk mengasimilasi nitrogen. Hasil akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen
adalah bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH
4
+
).
Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO
3
) dan nitrit (NO
2
) secara
reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH
3
). Jalur asimilasi ini berbeda dengan jalur dissimilasi
nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme yang menggunakan ion ini sebagai elektron
penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal sebagai denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen
(N
2
), yang dikeluarkan ke atmosfer.
Kemampuan untuk mengasimilasi N
2
secara reduksi melalui NH
3
, yang disebut fiksasi nitrogen, adalah sifat
untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang memiliki kemampuan metabolisme ini. Proses tersebut
membutuhkan sejumlah besar energi metabolik dan tidak dapat aktif dengan adanya oksigen. Kemampuan
fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang berevolusi sangat berbeda dalam strategi biokimia
untuk melindungi enzim fixing-nitrogen nya dari oksigen.
Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH
4
+
sebagai sumber nitrogen utama, dan banyak
organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH
4
+
dari amina (R-NH
2
) atau dari asam amino
(RCHNH
2
COOH). Produksi amoniak dari deaminasi asam amino disebut ammonifikasi. Amoniak dimasukkan
ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang melibatkan glutamat dan glutamine.
Seperti nitrogen, belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk
bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil protein.
Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun, beberapa
bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO
4
2-
). Kebanyakan mikroorganisme dapat
menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida (H
2
S). Beberapa
mikroorganisme dapat mengasimilasi H
2
S secara langsung dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini
dapat menjadi racun bagi banyak organisme.
Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk tereduksi, sebagai gugus
sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme mampu menampung unsur-unsur ini dalam bentuk
oksida dan mereduksi sulfat dan juga nitrat. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroorganisme
adalah garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul (N
2
atau
dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai sumber nitrogen, jadi yang
mengandung nitrogen organik. Tidak semua mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa
diantaranya memerukan H
2
S atau sistein sebagai sumber S.
Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang
Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang terinduksi masing-
masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan organisme fotosintetik mengasimilasi kedua unsur
ini dalam keadaan anorganik yang teoksidasi, sebagai nitrat dan sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya
meliputi reduksi pendahuluan. Banyak bakteri nonfotosintetik dan cendawan dapat juga memenuhi
keperluannya akan nitrogen dan belerang dari nitrat dan sulfat. Beberapa mikroorganisme tidak dapat
mengadakan reduksi salah satu atau kedua anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi.
Keperluan akan sumber nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan nitrogen
sebagai garam-garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang, bahan itu dipenuhi dari
persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya sisteine).
Persyaratan akan nitrogen dan belerang sering kali juga dapat diperoleh dari zat gizi organik yang
mengandung kedua unsur ini dalam kombinasi organik yang tereduksi (asam amino atau hasil penguraian
protein yang lebih kompleks, seperti pepton). Tentu saja, senyawa-senyawa seperti itu dapat menyediakan
sumber karbon organik dan energi, sekaligus memenuhi keperluan selular akan karbon, nitrogen, belerang,
dan energi.
Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu N
2
. Proses
asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi nitrogen dan meliputi reduksi permulaan N
2
menjadi amino.
Sumber Phospor
Fosfat (PO
4
3-
) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti NAD, NADP
dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen dinding sel (teichoic acid),
beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi
sebagai fosfat anorganik bebas (P
i
).
Sumber Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg
2+
) dan ion ferrum (Fe
2+
) juga
ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi sebagai bagian dari
koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg
2+
dan K
+
keduanya sangat penting untuk fungsi dan kesatuan
ribosom. Ca
2+
dibutuhkansebagai komponen dinding sel gram positif, meskipun ion tersebut bebas untuk
bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut membutuhkan Na
+
untuk pertumbuhannya. Dalam
memformulasikan medium untuk pembiakan kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk
menyediakan sumber potassium, magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K
+
, Mg
2
+
,
Ca
2
+
, dan Fe
2
+
). Banyak mineral lainnya (seperti Mn
2
+
, Mo
2
+
, Co
2
+
, Cu
2
+
, dan Zn
2
+
) dibutuhkan: mineral ini
kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.
Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral, difasilitasi pada banyak bakteri
dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang mengikat besi dan mendukung trasnportasinya sebagai
kompleks terlarut. Semua ini meliputi hydroxymates(-CONH
2
OH) yang disebut sideramines, dan turunan
catechol (seperti 2,3-dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid memainkan peranan utama
dalam sifat invasi beberapa bakteri patogen.
Sumber Oksigen
Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO
2
dan dalam
bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang tergantung dari oksigen molekul (O
2
atau
dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke dalam substansi sel
kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic yang berantai panjang. Menilik
hubungannya dengan oksigen dapat dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme
aerob obligat yang mampu menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung
pada oksigen. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O
2
bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O
2
udara, jadi
bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O
2
, tetapi memperoleh energi semata-
mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain (Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih
dari peroleh energi dengan respirasi (dengan adanya O
2
) ke peragian (tanpa O
2
).
Tabel Kebutuhan Oksigen Pada Mikoorganisme

Banyak, kalau tidak sebagian besar, jenis bakteri aerob, bersifat mikroaerofil, artinya mereka memang
memerlukan O
2
untuk mendapatkan energi, tetapi tidak tahan terhadap tekana parsial udara (0,20 bar),
tetapi hanya tahan terhadap tekanan parsial 0,01 sampai 0,03 bar.
Tipe Tipe Nutrisi Utama Bakteri
TIPE SUMBER
ENERGI
UNTUK
PERTUMBUHA
N
SUMBER
KARBON
UNTUK
PERTUMBUHA
N
CONTOH GENUS
Fototrof
Fotoautotrof
Cahaya
Cahaya
CO
2

Senyawa organik
Chromatium
Rhodopseumdomon
Fotoheterotrof as
Kemotrof
Kemoautotrof
Kemoheterotr
of
Oksidasi senyawa
organik
Oksidasi senyawa
organik
CO
2

Senyawa organik
Thiobacillus
Esherichia

Contoh Nutrisi Mikronutrein

Contoh Produk Nutrisi Untuk Mikroorganisme

Contoh Grafik Nutrisi dan Pengaruhnya
Terhadap Jenis Bakteri

Fungsi Nutrisi Untuk Mikroba
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke dalam
medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya.
Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya
diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk
beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri
tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat
digantikan oleh kation monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk
padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong
tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong tipe holofitik. Jasad
holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus
dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal
sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi
sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis
besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber
aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.
1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai sumber oksigen untuk
bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam
metabolisme.
2. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat dioksidasi
dan cahaya terutama cahaya matahari.
3. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik
meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan
sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama
terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
4. Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat. Karena
elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap
elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia
pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik,
NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.
5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur mineral
lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan dalam jumlah sangat
sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad.
Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan
dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada
garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat
partikel debu. Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur
tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential) medium.
6. Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon yang sederhana. Faktor
tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan
struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus
prostetis atau bagian aktif dari enzim.
7. Sumber nitrogen
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan
sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya. Beberapa mikroba
dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia
penambat nitrogen.
Unsur utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri.
Elemen
% dari
berat
kering
Sumber Fungsi
Karbon 50
Kompleks organik
atau
CO
2
material Utama dari bahan selular
Oksigen 20
H
2
O, Kompleks
organik,
CO
2, dan O
2

Konstituen dari sel dan sel bahan air;
O
2 adalah
menerima elektron dalam
respirasi aerobik
Nitrogen +14
NH
3,
NO
3,
Kompleks
organik, N
2

Konstituen dari asam amino, asam
nukleik nucleotides, dan coenzymes
Hidrogen 8
H
2
O, Kompleks organik,
H
2

Utama dari organik memanjang dan
sel air
Fosfor 3 anorganik Fosfat (PO
4)

Konstituen dari asam nukleik,
nucleotides, phospholipids, LPS,
teichoic asam
Belerang 1
SO
4, H
2
S, S
o,
belerang
organik memanjang
Konstituen dari cysteine,
methionine, glutathione, beberapa
coenzymes
Kalium 1 Kalium GARAM dapur
Utama selular anorganik gigih dan
cofactor untuk enzim tertentu
Magnesium 0.5 0,5
Magnesium GARAM
dapur
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor tertentu untuk reaksi
enzimatis
Kalsium 0.5 0,5 Kalsium GARAM dapur
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor untuk enzim tertentu dan
komponen endospores
Besi 0.2 0,2 GARAM dapur besi
Komponen tertentu cytochromes
dan nonheme-besi dan protein yang
cofactor untuk beberapa reaksi
enzimatis
Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen
1. Berdasarkan sumber karbon
Berdasarkan atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan heterotrof. Jasad ototrof
ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya CO2 dan senyawa
karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik.
Jasad heterotrof dibedakan lagi menjadi jasad saprofit dan parasit. Jasad saprofit ialah jasad yang dapat
menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup atau sisa jasad yang telah mati. Jasad
parasit ialah jasad yang hidup di dalam jasad hidup lain dan menggunakan bahan dari jasad inang
(hospes)-nya. Jasad parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.
2. Berdasarkan sumber energi
Berdasarkan atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika menggunakan energi cahaya;
dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan atas sumber energi dan
karbonnya, maka dikenal jasad fotoototrof, fotoheterotrof, khemoototrof dan khemoheterotrof. Perbedaan
dari keempat jasad tersebut sbb:
Jasad Sumber Karbon Sumber Energi
Fotoototrof
Fotoheterotrof
Khemotrof
khemoheterotrof
Zat anorganik
Zat organik
Zat anorganik
Zat organik
Cahaya matahari
Cahaya matahari
Oksidasi zat anorganik
Oksidasi zat organik
3. Berdasarkan sumber donor elektron
Berdasarkan atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof dan organotrof. Jasad
litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa anorganik seperti H2,
NH3, H2S, dan S. jasad organotrof ialah jasad yang menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa
organik.
4. Berdasarkan sumber energi dan donor elektron
Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat digolongkan menjadi jasad
fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof. Perbedaan keempat golongan jasad
tersebut sbb:
Jasad Sumber Energi Sumber Donor Elektron Contoh
Fotolitotrof
Fotoorganotrof
Khemolitotrof
Khemoorganotrof
Cahaya
Cahaya
Oksidasi zat
anorganik
Oksidasi zat
organik
Zat anorganik
Zat organik
Zat anorganik
Zat organik
Tumbuhan tingkat
tinggi, alga
Bakteri belerang
fotosintetik
Bakteri besi,
bakteri
hidrogen, bakteri
nitrifikasi
Jasad heterotrof
5. Berdasarkan kebutuhan oksigen
Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob, anaerob, mikroaerob,
anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di dalam media cair dapat menunjukkan sifat
berdasarkan kebutuhan oksigen.
Obligat aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil Jasad aerob ialah jasad
yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses
respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob obligat atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak dapat
menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasinya. Jasad
mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob
fakultatif ialah jasad yang dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat
anaerob toleran. Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO
2
tinggi.
Interaksi Antar Jasad Dalam Menggunakan Nutrien
Jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu medium, maka aktivitas
metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan berbeda jika dibandingkan dengan jumlah
aktivitas masing-masing jasad yang ditumbuhkan dalam medium yang sama tetapi terpisah. Fenomena ini
merupakan hasil interaksi metabolisme atau interaksi dalam penggunaan nutrisi yang dikenal sebagai
sintropik atau sintropisme atau sinergitik. Sebagai contoh ialah bakteri penghasil metan yang anaerob
obligat tidak dapat menggunakan glukosa sebagai substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh
oleh adanya hasil metabolisme bakteri anaerob lain yang dapat menggunakan glukosa. Contoh lain ialah
biakan campuran yang terdiri atas dua jenis mikroba atau lebih sering tidak memerlukan faktor tumbuh
untuk pertumbuhannya. Mikroba yang dapat mensintesis bahan selnya dari senyawa organik sederhana
dalam medium, akan mengekskresikan berbagai vitamin atau asam amino yang sangat penting untuk
mikroba lainnya. Adanya ekskresi tersebut memungkinkan tumbuhnya mikroba lain. Kenyataan ini dapat
menimbulkan koloni satelit yang dapat dilihat pada medium padat. Koloni satelit hanya dapat tumbuh
kalau ada ekskresi dari mikroba lain yang menghasilkan faktor tumbuh esensiil bagi mikroba tersebut.
Bentuk interaksi lain adalah cross feeding yang merupakan bentuk sederhana dari simbiose mutualistik.
Dalam interaksi ini pertumbuhan jasad yang satu tergantung pada pertumbuhan jasad lainnya, karena
kedua jasad tersebut saling memerlukanm faktor tumbuh esensiil yang diekskresikan oleh masing-masing
jasad.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikroba,
dapat diambil kesimpulan bahwa:
v Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai yaitu:
- Sumber Karbon
- Sumber Nitrogen dan Belerang
- Sumber Phospor
- Sumber Mineral
- Sumber Oksigen
v Fungsi utama nutrisi bagi organisme diantaranya adalah: sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor atau donor elektron.

Anda mungkin juga menyukai