Identifikasi Peluang Pengembangan Mineral dan Batubara di Indonesia
Oleh: Harry Christian S (03111003035)
Dosen pengasuh : Dr. Ir. Hj. Susila Arita Rachman, DEA
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya 2013 BAB I P a g e | 2
PENDAHULUAN A. Latar belakang Substansi kebutuhan hidup yang penting bagi manusia ialah energi. Sebagaimana Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi kalor menjadi primadona di seluruh negara-negara karena dipakai sebagai bahan bakar penggerak industri, transportasi dan sebagainya. Jika penggunaan minyak bumi dan gas alam menjadi prioritas bahan bakar, maka hal ini memicu penurunan kuantitas sumber daya alam baik minyak bumi dan gas alam itu sendiri. Hal tersebut merupakan masalah besar yang menjadi tantangan manusia dewasa ini, agar bagaimana manusia tidak lagi menghitung-hitung seberapa besar cadangan minyak bumi dan gas alam yang tersisa melainkan menemukan dan menggerakkan bahan bakar alternatif lainnya. Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah kurang dari persyaratan ideal. Jadi salah satu sumber energi alternatif adalah batubara. Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energi nasional yang dicanangkan pemerintah, salah satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya, pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik sekunder maupun primer.
B. Rumusan Masalah 1. Mengidentifikasi jenis dan klasifikasi batubara 2. Mengidentifikasi kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara Indonesia tiap propinsi 3. Mengidentifikasi peluang pengembangan mineral dan batubara 4. Mengidentifikasi seberapa besar produksi, konsumsi, dan ekspor 5. Prediksi produksi batubara di masa yang akan datang
C. Batasan Masalah P a g e | 3
Dalam makalah ini hanya membahas pengidentifikasian pengembangan mineral dan batubara, klasifikasi dan jenis batubara, serta penggunaan batubara di Indonesia.
D. Hipotesis Batubara dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar konvensional (seperti bensin, minyak tanah, kerosen) yang cukup murah dan berdaya guna, serta dengan adanya pengidentifikasian tersebut diharapkan pembaca menemukan peluang pengembangan mineral dan batubara.
E. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah : 1. Memberitahukan identifikasi jenis dan klasifikasi batubara di Indonesia 2. Memberitahukan kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara Indonesia tiap propinsi 3. Mengidentifikasi peluang pengembangan mineral dan batubara 4. Mengidentifikasi seberapa besar produksi, konsumsi, dan ekspor
F. Manfaat Manfaat yang diperoleh bagi penulis dan pembaca adalah : 1. Pengetahuan tentang identifikasi batubara di tiap provinsi di Indonesia. 2. Pengetahuan tentang identifikasi peluang pengembangan mineral dan batubara di Indonesia 3. Pengetahuan tentang pentingnya batubara sebagai alternatif penghasil energi kalor. 4. Pengetahuan tentang pemanfaatan batubara di dalam industri-industri pabrik.
BAB II P a g e | 4
PEMBAHASAN Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadi batubara disebut dengan pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa, batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai berikut: 5(C 6 H 10 O 5 ) ---> C 20 H 22 O 4 + 3CH 4 + 8H 2 O + 6CO 2 + CO
C 20 H 22 O 4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara. Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara. a. Air Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture), air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan mempunyai tekanan uap normal dimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan pembasahan selama penambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in air dried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai tekanan uap di bawah normal. b. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur, jenis, dan sifat-sifat batubara. c. Nitrogen Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada ikatan karbon. d. Sulfur Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit sulfur, sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta sulfur organik. e. Abu Abu tang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineral yang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Mineral-mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925C. Abu yang terbentuk ini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut. f. Kalor Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium terikat sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%. (Setiawan, 2005) Jenis Batubara P a g e | 5
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat di alam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous, bituminous, dan anthrasite. Tabel 1. Jenis Batubara No Jenis Nyala (menit) Nilai Kalor (kal/gr) 1 Antrasit 5-10 7.222-7.778 2 Semi Antrasit 9-10 5.100-7.237 3 Bituminus 10-15 4.444-8.333 4 Sub-bituminus 10-20 4.444-6.111 5 Lignit 15-20 3.056-4.611 (sumber: Sukandarrumidi, 1995) Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya. a. Sifat batubara jenis antrasit Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi. b. Sifat batubara jenis semi antrasit Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi. c. Sifat batubara jenis bituminus Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan kandungan sulfur sedikit. d. Sifat batubara jenis lignit Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit, kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur juga tinggi. Adapun Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia tiap Propinsi (2005) terlampir di tabel 1.1 bawah ini : P a g e | 6
P a g e | 7
Identifikasi Sumberdaya Mineral dan Batubara Sasaran yang strategis bagi pembangunan nasional perlu dilakukan secara optimal sebagai salah satu modal dasar pembangunan. Pengembangan sumberdaya mineral dan batubara dengan misi sektoralnya dapat mendukung pertumbuhan sektor produksi, mendukung pembangunan daerah, seperti peningkatan pendapatan daerah, perluasan lapangan kerja dan berusaha, serta penciptaan sarana atau prasarana fisik. Maka itu pada jurnal yang penulis pedomankan untuk penulisan makalah tersebut ingin menyampaikan model serta bentuk untuk mengidentifikasi peluang pengembangan mineral dan batubara. Contoh kasus pada kajian jurnal tersebut berada di Propinsi Riau. Adapun metodologi yang digunakan untuk memenuhi pembuatan jurnal memerlukan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara pengumpulan data skunder dari berbagai sumber data seperti Dinas Pertambangan dan Energi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Promosi dan Investasi, Badan Pusat Statisik, dan instansi lainnya di Propinsi Riau. Model pengolahan dan teknik analisis digunakan pendekatan model statistika parametrik dan ditunjang dengan statistika deskriptif berupa tabulasi dan gambar diagram. Kondisi pertambangan di daerah peninjauan pembuatan jurnal atau sampel studi kasus. Propinsi Ria yang merupakan salahs atu propinsi di Indonesia yang mempunyai kekayaan sumberdaya alam, di samping migas yang menjadi motor produksi teratas ada juga potensi penambangan lainnya seperti pasir kuarsa, lempung, kaolin, bentonit, timah, granit, batugamping, batubara, gambut, emas, dan intan. Hasil penelitian di laboratorium mengenai bahan-bahan galian tersebut cukup memadai standar sebagai bahan baku industri. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka didapat 16 jenis bahan galian yang tersebar di 50 kabupaten/ kota se Propinsi Riau, untuk dipertimbangkan sebagai identifikasi peluang pengembangan mineral dan batubara berdasarkan skala prioritas. Analisis pengembangan potensi sumberdaya mineral dan batubara. Hasil pengembangan riset laboratorium tadi menunjukkan banyak bahan-bahan galian seperti batubara dan sebagainya sebagai pertimbangan untuk di prioritaskan juga dalam pemasaran di sektor produksi sebagai bahan baku. Diharapkan mineral dan batubara dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk menggerakkan roda pembangunan, dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat di sana. Dengan demikian maka diperoleh hasil akhir dari analisis faktor untuk menentukan arahan penelitian dan pengembangan sumberdaya mineral dan batubara di Propinsi Riau adalah sebagai berikut : Batubara (Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Sengingi, Indragiri Hulu) Batugamping (Kampar) Kaolin (Kampar) Pasir Kuarsa (Kampar) Titanium/Zirkon (Kampar, Kuantan Sengingi) Batugamping (Kuantan Sengingi) Kaolin (Pekanbaru, Rokan Hilir) Pasir Kuarsa (Rokan Hulu, Rokan Hilir, Pekanbaru) Kaolin (Rokan Hulu) Tanah Urug (Pekanbaru) Bentonit (Kampar) Dari hasil identifikasi peluang-peluang pengembangan sumberdaya mineral dan batubara melalui analisis prioritas, dapat dijadikan tolak ukur atau arahan pengembangan sumberdaya yang ada, lebih fokus. Potensi sumberdaya batubara yang tersebar melintas antar P a g e | 8
kota dan kabupaten di Propinsi Riau sangat cocok untuk dikembangkan sebagai prioritas utama, yaitu untuk sumber energi alternatif baik sebagai bahan bakar gasifikasi batubara pada PLTD, bahan bakar pada PLTU, industri semen, kertas, tekstil, metalurgi dan industri lainnya. Hal tersebut sesuai dengan program nasional yang tertuang dalam Perpres No 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Pengembangan gasifikasi batubara untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar pada PLTD dan pengembangan PLTU mulut tambang dapat menjadi solusi untuk permasalahan rasio elektrivitas di seluruh daerah Kabupaten/Kota se Propinsi Riau yang hingga saat ini masih rendah (39,6%), sementara permintaan energi listrik terus meningkat hingga 12% setiap tahun. Potensi sumberdaya mineral dan batubara apabila dikelola dengan perencanaan yang matang dan sinergis dengan sektor lainnya dapat menjadi penggerak pembangunan wilayah antara lain untuk peningkatan pendapatan daerah, perluasan kesempatan dan berusaha, pembangunan sarana dan prasarana dan lain-lain. Salah satu upaya adalah melakukan identifikasi peluang pengembangan potensi sumber daya mineral dan batubara. Diharapkan dari analisis awal ini teridentifikasi arah pengembangan potensi sumberdaya unggulan baik mineral maupun batubara yang dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk menggerakkan roda pembangunan, dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dari studi kasus di Propinsi Riau, diperoleh hasil identifikasi yang termasuk pada kelompok prioritas pertama, adalah pengembangan pemanfaatan batubara untuk gasifikasi batubara pada PLTD atau untuk PLTU mulut tambang, pengembangan upgrading batugamping untuk memperoleh kualitas yang memenuhi spesifikasi untuk pemutih kertas, kemudian pengembangan pasir kuarsa untuk berbagai keperluan berbagai industri.
Perkembangan Produksi
Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar 5,68 %. Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata- rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Perkembangan Konsumsi Dalam Negeri
Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya. a. PLTU PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara. Tercatat dari seluruh konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,342 juta ton, 71,11% di antaranya digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk PLN maupun yang dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun. P a g e | 9
Berdasarkan data dalam kurun waktu 1998-2005, Penggunaan batubara di PLTU untuk setiap tahunnya meningkat rata-rata 13,00%. Hal tersebut sejalan dengan penambahan PLTU baru sebagai dampak permintaan listrik yang terus meningkat rata-rata 7,67% per tahun. Namun demikian, sejak tahun 2003 krisis energi listrik nasional sudah mulai terasa sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan. Dalam upaya mengantisipasi kekurangan listrik dan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian BBM secara nasional, pemerintah merencanakan percepatan pembangunan PLTU berbahan bakar listrik 10.000 MW hingga akhir 2009.
Tabel 1.2 Konsumsi Batubara menurut Jenis Industri di Indonesia (1998-2005)
b. Industri Semen Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara pada industri semen berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara rata-rata naik sangat signifikan, yaitu 64,03%, namun pada tahun 2002 dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%. Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami perubahan yang positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun 2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen atau 5,77 juta ton. c. Industri Tekstil Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM), oleh karena itu dengan melambungnya harga BBM, banyak yang beralih ke bahan bakar ke batubara, walaupun harus melakukan modifikasi terhadap boiler atau mengganti boiler yang baru berbahan bakar batubara. Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yang menggunakan bahan bakar batubara hanya 18 perusahaan saja, namun pada tahun 2006 sudah bertambah menjadi 224 perusahaan tersebar di Pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Barat. Kebutuhan batubaranya pun meningkat sangat signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003 naik menjadi 3,07 juta ton pada tahun 2006. d. Industri Kertas Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas digunakan sebagai bahan bakar dimana energi panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak air pada boiler sehingga menghasilkan uap yang diperlukan untuk memasak pulp (bubur kertas). Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun waktu 1998- 2005 naik sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun untuk waktu mendatang diperkirakan P a g e | 10
perkembangannya akan stabil pada kisaran 3,0 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton. e. Industri Metalurgi dan Industri Lainnya Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi, namun ada trend perkembangan yang meningkat sejalan dengan kondisi produksi perusahaan yang mengalami turun naik. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005. Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia, pengecoran logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada 21 perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total kebutuhan diperkirakan mencapai 416.708 ton untuk tahun 2005. f. Briket Batubara Dari data tahun 1998 2005, perkembangan briket batubara berfluktuatif, namun cenderung ada peningkatan. Konsumsi terendah sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada mencapai 38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang dapat disubstitusi briket batubara untuk IKM dan rumahtangga sebesar 12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3 juta ton per tahun atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi pasar akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di Indonesia sebagai bahan alternative substitusi minyak tanah khususnya, bersama- masa dengan energi alternative lainnya seperti bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG. g. Upgrading Brown Coal, Gasifikasi, dan Pencairan Batubara Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah pengembangan teknologi batubara, dimana skala pilot plantnya dikembangkan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal (UBC), gasifikasi, dan pencairan batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke arah demo plant sebelum skala komersialisasi.
Perkembangan Ekspor
Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan bahan bakar batubara, serta kran ekspor China ditutup. Hal ini yang mengantarkan Indonesia sebagai pemasok (eksportir) terbesar pada tahun ini menyaingi Australia dan Afrika Selatan. Ekspor batubara Indonesia pada tahun 1992 hanya sebesar 16,288 juta ton, sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebesar 106,767 juta ton. Ini berarti volume ekspor rata-rata naik sebesar 16,00%. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan eksportir batubara terbesar, yaitu sekitar 95,36% dari jumlah ekspor batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang BUMN sebesar 2,52% dan KP sebesar 2,12%.
Masa Depan
Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.
P a g e | 11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Potensi sumberdaya mineral dan batubara apabila dikelola dengan perencanaan yang matang dan sinergis dengan sektor lainnya dapat menjadi penggerak pembangunan wilayah antara lain untuk peningkatan pendapatan daerah, perluasan kesempatan dan berusaha, pembangunan sarana dan prasarana dan lain-lain. Salah satu upaya adalah melakukan identifikasi peluang pengembangan potensi sumber daya mineral dan batubara. Diharapkan dari analisis awal ini teridentifikasi arah pengembangan potensi sumberdaya unggulan baik mineral maupun batubara yang dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk menggerakkan roda pembangunan, dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat.
B. Saran Beberapa saran yang penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Hendaknya pemerintah dan masyarakat mengoptimalkan pengembangan batubara agar pelaksanaannya dapat tersalurkan secara merata. 2. Pengkajian suatu daerah untuk mengembangkan potensi mineral dan batubara perlu dilakukan secara merata keseluruh daerah di Indonesia, agar lebih optimal jika melaksanakan penambangan atau penggalian untuk pencarian bahan baku dalam sektor produksi.
P a g e | 12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kajian Batubara Nasional. 2006. Batubara Indonesia. Website (http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf, diakses 17 November 2013)
_______, Program/ Kegiatan Tahun 2008 &2009
Badan Promosi dan Investasi Provinsi Riau, Profil dan Potensi Umum Provinsi Riau, 2007.
Suherman, Ijang. 2009. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 5, Nomor 4, Oktober 2009 : 171-182. Website (http://www.tekmira.esdm.go.id/newtek2/e- jurnal/Jurnal%20tekMIRA%20Oktober%202009.html, diakses 17 November 2013)