Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR

FARMAKOTERAPI 2

Calcium Channel Blocker
CCB









Disusun Oleh Kelas A/2010 :

Nita Dwi Indriani G1F010053
Indra Pradipta G1F010057
Kartiko Wicaksono G1F010061
Kurnia Mulyantari G1F010063
Raesa Swadistia G1F007011



JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

A. PENDAHULUAN
Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri yang
persisten. Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disbebkan oleh
penyebab yang spesifik atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab penyakit jantung
yang menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. (Dipiro et al ,2008 ).
Saat ini, hipertensi didiagnosis ketika seseorang mempunyai tekanan darah di atas
ambang batas. Hipertensi yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular
(CVD) adalah sebuah proses kompleks yang dimulai sebelum tekanan darah nilai
mencapai tingkat di atas ambang batas yang digunakan untuk mendefinisikan
hipertensi. (Thomas Giles et al, 2007)
Kalsium merupakan elemen esensial bagi pembentukan tulang dan fungsi
otot kerangka dan otot polos jantung/dinding artriole. Untuk kontraksi semua sel
otot tersebut diperlukan ion Ca intrasel bebas. Kalsium bebas juga perlu untuk
pembentukan dan penyaluran impuls jantung. Kadar ion Ca di luar sel lebih besar
dibanding kadar ion Ca di dalam sel. Kalsium bebas juga diperlukan untuk
pembentukan dan penyaluran impuls AV-jantung. Salah satu obat antihipertensi
yang digunakan di dunia adalah antagonis kalsium atau lebih dikenal dengan
Calcium Channel Blocker. (Tan Hoan et al,2008)
Penghambat kanal kalsium yang pertama kali ditemukan adalah verapamil.
Verapamil ditemukan oleh Hass&Hartfelder pada tahun 1962. Pada tahun-tahun
selanjutnya ditemukan berbagai macam penghambat kanal kalsium lain yang
disebut sebagai derivat. Penghambat kanal kalsium secara luas digunakan di dunia
untuk pengobatan penyakit hipertensi, angina pektoris dan aritmia. Penghambat
kanal kalsium mempunyai 3 golongan utama yang digunakan saat ini yaitu
benzothiazepine, phenylalkylamines, dihydropiridine. (Segura Julian et al, 2005)



B. ISI
1. Calsium Channel Blocker (CCB)
CCB digunakan secara luas untuk pengobatan penyakit kardiovaskular,
terutama angina pektoris, aritmias dan hipertensi arterial. Efek menguntungkan
dari obat tersebut berhubungan dengan vasodilatasi sistemik yang disebabkan oleh
penghambatan pada kanal ion Ca++ melalui kanal Ca++ subtipe L dalam
membran sel. Golongan obat CCB yang sering digunakan adalah :
Benzothiazepines (diltiazem), phenylalkylamines (verapamil), dan
dihydropiridines (nifedipine, amlodipine, dll) (Segure et all, 2005). Farmakologi
kedua golongan tersebut sangat berbeda. Efektivitas antihipertensinya sama, tetapi
efek farmakodinamiknya sangat berbeda. Kedua obat golongan ini mengikat pada
sisi kanal kalsium tipe L (Elliott, 2011).
Mekanisme Aksi
Semua CCB merupakan dilator arterial perifer. Kontraksi sel otot jantung
dan otot polos memerlukan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel dari cairan
ekstrasel. Ketika vaskuler otot polos dan otot jantung terstimulasi, kanal VS
(voltage-sensitive) dalam membran sel terbuka, sehingga kalsium masuk ke dalam
sel. Influks kalsium dari ekstrasel ke dalam sel melepaskan kalsium yang
tersimpan di retikulum sarcoplasma. Saat konsentrasi kalium intrasel meningkat,
Ca++ berikatan dengan protein, kalmodulin, kemudian mengaktivasi miosin
kinase sehingga memungkinkan myosin untuk berinteraksi dengan aktin untuk
menginduksi terjadinya kontraksi. CCB bekerja dengan cara menghambat influks
kalsium ke membran sel. Ada dua tipe kanal Ca++ yang berkaitan dengan voltase
yaitu : tipe L (high-voltage channel) dan tipe T low-voltage channel (T-type).
Sekarang tersedia CCB yang hanya memblok kanal tipe L, yang menyebabkan
vasodilatasi koroner dan perifer (Elliott, 2011).
Dihydropyridines menyebabkan refleks takikardia yang dimediasi oleh
baroreceptor karena efek vasodilator perifer yang sangat poten. Dihydropyridines
tidak menimbulkan konduksi melalui nodul atrioventricular dan tidak efektif
sebagai agen takiarrhitmias supraventricular.
Penghambat kanal Ca++ mempunyai 3 efek hemodinamik yang utama
yang berhubungan dengan pengurangan kebutuhan oksigen otot jantung yaitu :
1. Vasodilatasi koroner dan perifer
2. Penurunan kontraktilitas jantung
3. Penurunan automatisitas serta kecepatan konduksi pada nodus SA dan AV.

Penghambatan kanal Ca++ mengingkatkan suplai oksigen otot jantung
dengan cara :
1. Dilatasi koroner
2. Penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang mengakibatkan perfusi
subendokard membaik (Gunawan, 2007).

2. Nifedipine
Nifedipine merupakan agen Calsium Channel Blocker derivat 1,4
dihydropyridine. Obat ini dapat digunakan untuk management penyakit Angina,
hipetensi. Dihidropiridine lebih poten sebagai vasodilator perifer dari
nondihidropiridine (Dipiro, 2005)
Nifedipine kurang mempengaruhi kinetik Ca++, sehingga tidak tergantung
pada frekuensi stimulasi dan tidak mempengaruhi konduksi jantung. Derivat
dihidropiridin mempunyai efek yang lebih kuat terhadap otot polos daripada otot
jantung atau sistem konduksi. Nifedipin mempunyai efek inotropik negatif in
vitro, tetapi karena adanya relaksasi terhadap otot polos vaskular yang jelas pada
dosis rendah, maka disamping tekanan darah menurun, peningkatan kontraksi dan
frekuensi denyut jantung kompensasi akan meningkatkan sedikit konsumsi
oksigen (Gunawan, 2007).

Mekanisme Kerja
Nifedipine merupakan vasodilator perifer dan koroner tetapi kurang
berefek atau bahkan tidak berefek pada konduksi kardiak dan aktivitas inotropik
negatif. Penggunaan nifedipine menghasilkan vasodilatasi dengan penurunan
resistensi perifer, tekanan darah dan afterload, meningkatkan aliran darah koroner
dan meningkatkan heart rate. Hal ini akan meningkatkan suplai oksigen pada
miokardial dan kardiak output. Nifedipine tidak memiliki aktivitas antiarhitmia.
Nifedipine beraksi lambat pada channel tipe L. Memiliki selektivitas tinggi
terhadap vaskular otot polos daripada miocardium akan tetapi efek utamanya
adalah vasodilatasi. Tidak beraksi pada SA atau AV nodul dan aktivitas inotropik
negativ jarang terlihat pada dosis terapi (Sweetman, Sean C. 2009 ).

Indikasi dan Dosis
Nifedipine biasanya digunakan secara oral yang tersedia dalam beberapa
formulasi. Doses nifedipine tergantung pada formulasi yang digunakan.
Nifedipine long-acting biasanya digunakan dalam dosis 3090 mg/hari satu kali
sehari. Nifedipine di indikasikan untuk :
Hypertension
Nifedipine dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen
antihipertensi lain. Karena efek samping yang serius terhadap kardiovaskular,
maka hanya Nifedipine CR(Controle Releas) saja yang direkomendasikan untuk
manajemen hipertensi. AHFS. Dosis long acting nifedipine untuk hipertensi 10-40
mg dua kali sehari atau 20-90 mg sekali sehari (Sweetman, Sean C. 2009 ).
Angina
Angina pectoris terjadi ketika kebutuhan oksigen miokardial melebihi
persediaan oksigen miokardial. Dalam manajemen angina pectoris, nifedipine
memiliki efektifitas yang sama dengan agen -adrenergic blocker (e.g.,
propranolol) dan oral nitrate. Obat ini mengembalikan vasospasma arteri koroner
sehingga efektif menangai angina Prinzmetal's. Efek vasodilator pada sirkulasi
koroner dapat meningkatkan suplai oksigen miokardial, sedangkan dilatasi arteri
perifer disebabkan oleh reduksi kebutuhan oksigen mikordial (Carlisle BA, 2005)
Dosis yang diberikan untuk long acting adalah 10-40 mg dua kali sehari
atau 30-90 mg sekali sehari. Dalam bentuk capsule dapat diberikan 5-20 mg 3x
sehari (Sweetman, Sean C. 2009 ).

Raynauds syndrome
Nifedipine menimbulkan efek yang menguntungkan terhadap sindrom
Raynauds. Sediaan yang diberikan dalam bentuk capsul dengan dosis 5 to 20 mg
3x sehari (Sweetman, Sean C. 2009 ).
Efek Samping
Efek samping yang muncul dari nifedipine berhubungan dengan aksi
vasodilatornya dan sering dikurangi pada penggunaan terapi panjang. Efek
samping yang sering timbul seperti dizzi, flushing, pusing, hipotensi, edema
perifer, takikardia dan palpitasi. Nausea dan gangguan GI, meningkatkan
frekuensi micturition, letargi, sakit mata, gangguan visual, dan depresi mental
juga dapat terjadi. Peningkatan paradoksial pada nyeri dada iskemik dapat terjadi
pada awal pemberian dan pada beberapa pasien penurunan tekanan darah
disebabkan oleh iskemia serebral atau miokardial. (Sweetman, Sean C. 2009 ).

Kontraindikasi
Akut MI, shock kardiogenik, angina akut unstable, pengobatan serangan
angina kronik stabe (ASHP, 2002).

Interaksi Obat
Meningkatkan efek obat Aminophilin dan teophilin dan CYP1A2 substrates
Menurunkan efek kalsium
Menurunkan efek obat induser CYP3A4 I seperti carbamazepine, nafcillin,
phenobarbital, phenytoin, and rifampicin.
Meningkatkan konsentrasi quinidine. (ASHP, 2002).

Kombinasi dosis rendah nifedipine CR dan candesartan lebih unggul
dalam mengontrol tekanan darah dan dalam proteksi renal pada pasien hipertensi
(Hasebe, et all. 2005).
Nifedipine efektif digunakan dalam pengobatan hipertensi sedang pada ibu
hamil dan preterm labour. Efek samping nifedipine terhadap wanita hamil dan
janin jarang ditemuka (minimal). Tetapi, masih perlu dilakukan studi yang lebih
luas sebelum nifedipin direkomendasikan untuk terapi klinis (Anonim, 2000).
Nifedipin CR (Control Release) secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan aktivasi platelet, level microparticles dan level adiponectin pada
pasien hypertensi dengan Diabetes Melitus. Longacting antagonis kalsium
nifedipine mungkin mempunyai efek menguntungkan yaitu antiatherosclerotic
pada pasien dengan DM tipe 2 yang merupakan aksi antihypertensive (Nomura et
all, 2007). Adinopektin merupakan suatu hormon, dimana pada pasien DM tipe 2
dengan obesitas konsentrasi hormon ini akan menurun. Terjadinya
hipoadinopektin ini mungkin berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit
vaskuler pada pasien diabetes (Schulze, 2004).























C. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Penghambat kanal kalsium secara luas digunakan di dunia untuk
pengobatan penyakit hipertensi, angina pektoris dan aritmia. Penghambat kanal
kalsium mempunyai 3 golongan utama yang digunakan saat ini yaitu
Benzothiazepines (diltiazem), phenylalkylamines (verapamil), dan
dihydropiridines (nifedipine, amlodipine, dll). Farmakologi ketiga golongan
tersebut sangat berbeda. Efektivitas antihipertensinya sama, tetapi efek
farmakodinamiknya sangat berbeda. Ketiga obat golongan ini mengikat pada sisi
kanal kalsium tipe L.

Penghambat kanal Ca++ mempunyai 3 efek hemodinamik yang utama
yang berhubungan dengan pengurangan kebutuhan oksigen otot jantung yaitu :
1. Vasodilatasi koroner dan perifer
2. Penurunan kontraktilitas jantung
3. Penurunan automatisitas serta kecepatan konduksi pada nodus SA dan AV.


Nifedipine merupakan agen Calsium Channel Blocker derivat 1,4
dihydropyridine. Obat ini dapat digunakan untuk management penyakit Angina,
hipetensi. Dihidropiridine lebih poten sebagai vasodilator perifer dari
nondihidropiridine. Nifedipine merupakan vasodilator perifer dan koroner tetapi
kurang berefek atau bahkan tidak berefek pada konduksi kardiak dan aktivitas
inotropik negatif. Penggunaan nifedipine menghasilkan vasodilatasi dengan
penurunan resistensi perifer, tekanan darah dan afterload, meningkatkan aliran
darah koroner dan meningkatkan heart rate.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Nifedipine in Pregnancy. British Journal of Obstetrics and
Gynaecology March 2000, V01107, pp. 299-307.
ASHP, 2002. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health-
System Pharmacists, Inc.
Carlisle BA, Kroon L A, Koda -Kimble MA. 2005. Applied Therapeutics: The
Clinical Use of Drugs. 8th ed. Vancouver, WA: Applied Therapeutics,
Inc. 2005
DiPiro, J.T., Talbert,RL., Yee,G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey,L.M.,
2005. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6
th
Edition,
McGraw Hill, New York.
Elliott, William J. dan Venkata S. Ram. 2011. Calcium Channel Blockers. The
Journal of Clinical HypertensionVol 13 No 9 September 2011
Gunawan, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fak. Kedokteran UI : Jakarta.
Hasebe, et all. 2005. Controlled-release nifedipine and candesartan low-dose
combination therapy in patients with essential hypertension: the NICE
Combi (Nifedipine and Candesartan Combination) Study. Journal of
Hypertension: February 2005 - Volume 23 - Issue 2 - pp 445-453
Lippincott Williams & Wilkins, Inc.
Nomura, S et all. 2007. Effect of nifedipine on adiponectin in hypertensive
patients with type 2 diabetes mellitus. Journal of Human Hypertension
(2007) 21, 3844 & 2007 Nature Publishing Group All rights reserved
0950-9240/07 $30.00.
Segure, Julian, et all., 2005. Calcium Channel Blockers and Renal Protection:
Insights from the Latest Clinical Trials. J Am Soc Nephrol 16: S64S66,
2005. doi: 10.1681/ASN.2004110969.
Schulze MB, Rimm EB, Shai I, Ritai N, Hu FB. 2004. Relationship between
adiponectin and glycemic control, blood lipids, and inflammatory
markers in men with type 2 diabetes. Diabetes Care 2004; 27: 1680
1687.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth
edition. Pharmaceutical Press : London.
Thomas Giles et al. 2007. Expanding the Definition and Classification of
Hypertension. The Journal of Clinical Hypertension.
Tan Hoan et al,2008. Obat obat penting. Elex Media Komputindo Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai