Anda di halaman 1dari 25

LANGKAH-LANGKAH PROMOSI KESEHATAN

Oleh : YANTO HARYANTO




Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat,
bahkan semua komponen masyarakat. Kegiatan promosi
kesehatan diselenggarakan melalui proses : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dimana disetiap proses
tersebut menentukan berjalannya suatu promosi kesehatan.

1. Tahap Pengkajian

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan
adalah pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau
komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien, baik individu maupun
komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu
pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan
Bandman, 1995).
Pengkajian bertujuan untuk menetapkan dasar data tentang
kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait,
praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan
klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah
dasar untuk menetapkan proses asuhan keperawatan
selanjutnya.

Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan
upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat
merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan
proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas
adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun
negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat
agar dapat mengembangkan startegi promosi kesehatan.
Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi
profesional kesehatan yang peduli tentang membangun
masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan
pengkajian kesehatan komunitas, yaitu sebagai informasi yang
dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai pemberdayaan.

a. Menentukan Kebutuhan Manusia

Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu
menentukan prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang
kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk
menentukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia
mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat. Tingkat
pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan
seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga
mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat
keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri.
Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun
mengunakan suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan
kesehatan dan sosial menjadi empat tipe, yaitu:

1. Normative needs.
Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli
atau kelompok profesional. Contohnya perencanaan karir,
keuangan, asuransi, dan liburan.
2. Felt needs.
Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini
dapat diidentifikasi oleh masing-masing klien yang dapat
dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi.
3. Expressed needs.
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang
membedakannya adalah expressed needs dibuat
berdasarkan keinginan klien.
4. Comparative needs
Adalah kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi
tertentu, yang dapat dibandingkan dengan kelompok yang
sama atau individual.

Hirarki Kebutuhan Maslow
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan
sebagai fasilitator self-care dibandingkan pemberi asuhan
keperawatan. Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji
klien, termasuk individual client, keluarga atau komunitas dan
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai
dengan hasil (Roberta Hunt, 2005).
Adapun beberapa tahap dalam pengkajian yaitu
a. Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri
dari
Melakukan Konsultasi, --- Mengumpulkan data --- Membuat
penyajian --- penemuan --- Menentukan prioritas masalah.
b. Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari
Membuat tinjauan pustaka( literature review), ---
Mengambarkan group yang akan di berikan promosi
kesehatan, --- Mengeksplor lebih jauh mengenai masalah
kesehatan, --- Menganalisa faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan.

b. Tujuan pengkajian keperawatan dalam promosi
kesehatan
a. Untuk membantu intervesi langsung dengan sewajarnya
b. Untuk mengidentifikasi respon tentang kebutuhan spesifik
dari grup minoritas, komunitas, atau populasi yang
membutuhkan promosi kesehatan. Misalnya promosi
kesehatan yang dilakukan pada komunitas mantan
penderita kusta tentu berbeda dengan promosi yang
dilakukan pada orang normal.
c. Untuk menentukan risiko dari suatu komunitas, apa yang
akan terjadi jika komunitas tersebut diberi promosi
kesehatan dan apa yang akan terjadi jika kelompok
tersebut tidak diberi promosi kesehatan.
d. Alokasi sumber dana, prioritas dana dinas kesehatan
diharapkan digunakan untuk proses pencegahan penyakit
melalui promosi kesehatan bukan untuk biaya
pengobatan.


c. Proses pengkajian dalam promosi kesehatan.
Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah
kesehatan, masalah perilaku, faktor penyebab, sampai
keadaan internal dan eksternal. Output pengkajian ini
adalah pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-
lain.
a. Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat
data sekunder (Strata keluarga) informasi ini hanya
berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.
b. Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari
kunjungan rumah atau di Pos Yandu.
c. Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing,
enabling dan reenforcing factors) diperoleh melalui
survei cepat etnografi (Rapid etnography assesment)
yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.
d. Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana
promosi kesehatan) dan eksternal (peraturan,
lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.

Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat
dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan, yaitu
tentang :
a. Apa yang ingin saya ketahui?
b. Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?
c. Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?
d. Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?
e. Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan
dengan informasi ini?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui
secara lebih detail tentang :
a. Kebutuhan individu
Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang
bekerja dengan klien individu, ini sangat penting untuk
diketahui agar dapat meningkatkan partisipasi klien dalam
proses keperawatan.
b. Riwayat komunitas
Perawat komunitas selalu bekerja dengan kelompok atau
komunitas untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka.
Pengetahuan tentang profil komunitas dapat menjadikan
pengkajian lebih sistematik daripada melakukan
pengamatan subjektif
b. Pandangan masyarakat
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan
pandangan masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan
karena pertama, perawat perlu mendorong masyarakat lokal
untuk terlibat secara langsung dalam proses. Kedua,
perawat perlu memeberi keyakinan bahwa perawat
menyediakan informasi yang berguna dalam memenuhi
kebutuhan dalam aktivitas masyarakat. Proses ini dapat
dikatakan tidak akan berhasil jika masyarakat pasif dalam
penyediaan informasi dan tidak berpartisipasi secara
langsung dalam proses promosi kesehatan. Untuk membuat
masyarakat mau berpartisipasi dalam proses promosi
kesehatan, perawat dapat meminta bantuan dengan cara
melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat,
seperti :
Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum
dalam mayarakat, misalnya guru.
Pemuka agama
Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki
peranan dalam local communication seperti
shopkeepers dan bookmakers.

Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode
yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari :
a) Survey Langsung, dengan survey langsung kita dapat
melihat karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal
dan tipe rumah dan lingkungan rumah.
b) Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari
informan adalah kunci melalui wawncara atau focus
group discussion sangat menolong dalam mengatasi
masalah
c) Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif
berdasarkan orang, tempat dan social system yang ada di
komunitas. Informasi ini dapat membantu
mengidentifikasi tren, kestabilan dan perubahan yang
member dampak kesehatan individu di komunitas.
d) Menggunakan media seperti telephone
e) Diskusi panel pada komunitas promotor berdiskusi
bersama masyarakat mengenai maslah yang sedang
terjadi.

d. Menentukan tindak lanjut dalam pengkajian promosi
kesehatan lokal,
seperti :
National targets, misalnya Indonesia sehat 2010, MDGs.
a national theme, misalnya Hari AIDS Se-Dunia
a major determinant of health in the area, misalnya umur
Pragmatism on the basis of available skills and intercest
Cost and staffing
Longer-term strategy
Existing activity
Cost- effectiveness and what is amenable to change and
evaluation
Client choice
Professionals views

2. Tahap Perencanaan

a. Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa
promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada
prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu
memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien
meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Model
perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena
perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan
sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan
rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option
harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program
komprehensif disusun. Model perencanaan rasional
(Rational planning model) memberikan pedoman pilihan
dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah
terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang
akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap
perencanaan memerlukan ;
1) Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
2) Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
3) Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil.
Target harus SMART; Sesific, Measurable,
Achieveable, Realistic, Time-limited.
4) Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan
dalam pencapaian tujuan.
5) Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk
linier, namun ada juga model perencanaan yang
ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar), yang
mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan
feedback (umpan balik) pada tahap perencanaan
berikutnya.

b. Perencanaan Strategis Promosi Kesehatan
Strategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara
dalam pencapaian tujuan yang akan dicapai pada hasil
pelaksanaan tetapi tidak selalu masuk ke detail tentang
metode atau mengukur hasil. Perencanaan strategis
mengacu pada perencanaan sebuah kegiatan berskala
besar yang melibatkan berbagai intervensi pada patner
yang berbeda dan bertahap. Pada English white paper on
Public Health disebutkan bahwa perencanaan strategis
mengacu pada kebutuhan yang telah digabungkan dan
kebijakan yang terkait. Simnett (1995) menggambarkan
beberapa tingkat/taraf dalam pengembangan strategi
meliputi :


1) Identifikasi kegemaran patner
2) Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana
kita menginginkan sesuatu yang berbeda
3) Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan
4) Pembangunan, kebutuhan untuk merubah
permintaan sesuai dengan apa yang dicitakan dan
apakah program yang ada sejalan dengan harapan
5) Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa
yang akan dilakukan selanjutnya

c. Model Perencanaan Promosi Kesehatan
Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja
perencanaan promosi kesehatan dapat meliputi beberapa
stage :

Stage 1: Identifikasi kebutuhan dan prioritas
Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian
dan penyelidikan, atau mungkin dengan menyeleksi
sebagian klien dilihat dari kasus yang menjadi problem.
Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan
penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap
keadaan klien, bertanya langsung kepada klien tentang
topik terkait informasi dan nasehat yang mereka perlukan.
Selain itu, identifikasi dapat juga melihat pada cataan
kasus untuk dapat mengidentifikasi topik yang bersifat
umum. Contoh: tim kesehatan mungkin mengetahui
bahwa banyak orangtua bermasalah dengan pola
tidurnya, oleh karena itu pimpin atau beri arahkan kepada
mereka untuk melakukan set up di klinik masalah tidur.
contoh: pada Model perencanaan Tones (Tones, 1974)
memulai dengan menetapkan tujuan promosi kesehatan
yang kemudian dianalisa untuk menetukan intervensi
pendidikan/promosi kesehatan yang tepat. Intervensi yang
dilakukan dimodifikasi dengan merujuk karakteristik pada
kelompok target, dan detail rencana program prendidikan.
Model perencanaan Tones fokus pada intervensi
pendidikan, keberlangsungan dari strategi nasional pada
promosi kesehatan melengkapi tujuan promosi kesehatan
dalam pelaksanaan. Menurut Berry (1986) model
perencanaan dimulai dengan menyusun atau mengatur
sebuah kelompok kerja untuk mengkaji ulang (review)
masalah dan identifikasi proyek promosi kesehatan yang
sesuai dengan kasus/masalah yang ada.

Stage 2: Mementukan tujuan dan target
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan
kesehatan di beberapa area, contoh: mengurangi
konsumsi alcohol karena berhubungan dengan terjadinya
gangguan kesehatan. Objek atau sasaran membutuhkan
pernyataan spesifik dan harus merupakan pernyataan
yang mengaktifkan objek bekerjasama dalam pencapain
tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek atau sasaran
kemudian diarahkan untuk diberi pendidikan, menciptakan
kebiasaan yang sehat, mengacu pada kebijakan yang
terkait, dan menganalisa proses serta hasil kelingkunga.
Pendidikan objek/sasaran mungkin memutuskan
beberapa kategori meliputi :
1) Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait
dengan masalah yang dibahas dalam promosi
kesehatan.
2) Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju
pola hidup lebih sehat, yang dapat dilihat pada
perubahan tingkah laku dan kepercayaan
3) Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin
mahir pada kompetensi dan ketrampilan baru.

Target promosi kesehatan dapat meliputi :
1) Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup
dan peningkatan pelayanan. Contoh: mengurangi
kebiasaan merokok
2) Perubahan pada kebijakan kesehatan klien
3) Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan
kemampuan untuk bekerjasama. Contoh:
meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan)
da sector dalam guna mendukung program Indonesia
sehat 2010
4) Perubahan lingkungan menjadi lebih sehat, contoh
membudayakan membuang sampah pada tempatnya.

Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam
pencapaian tujuan
Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi
kesehatan yang akan dicapai dan memperhatikan segi
objek, artinya metode yang digunakan mampu memberi
reflek pada objek/target yang dituju. Berikut adalah
contoh dari pemilihan metode promosi kesehatan:
Tujuan: untuk menghindari resiko bunuh diri pada klien
ganguan jiwa Objek :
1) untuk menjamin bahwa dalam jangka waktu 2 tahun
pasien dengan schizopherinia mampu mengatur diri
dalam komunitas yang dimonitor setiap bulan sekali
2) untuk membangun konsep koping addaptif terhadap
stress pada masa muda dengan mengadakan
konseling bersama

Metode tertentu terkadang tidak cukup efektif digunakan
pada objek tertentu. Misalnya, pada promosi kesehatan
yang diadakan pada sekelompok kecil akan lebih efektif
dalam memberikan pendidikan dan melihat terjadinya
perubahan perilaku pada objek sebagai hasil dari
pelaksanaan sehingga metode pengajaran dapat
dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil tim
kesehatan. Sedangkan, pada taraf komunitas, metode
promosi keehatan akan lebih efektif apabila dilakukan
dengan cara beerjasama dengan pemerindah daerah
yang terkait guna mendukung pelaksanaan promosi
kesehatan yang akan dijalankan. Media massa juga
dapat menjadi metode promosi kesehatan pada cakupan
objek yang lebih kompleks lagi. Melalui media massa
akan lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap topic kesehatan, akan tetapi kurang efektif untuk
mengukur atau menilai terjadinya perubahan perilaku dari
objek sasaran. Oleh karena itu, dalam pemilihan metode
promosi kesehatan harus selalu menghubungkan antara
tujuan, objek yang menjadi sasaran, pengetahuan dan
juga ketrampilan dari tim kesehatan sehingga topic
kesehatan tidak hanya dimengerti tetapi mampu
diterapkan dalam kehidupan sehingga diperoleh
perubahan perilaku menuju kearah kebiasaan pola hidup
sehat.

Satge 4: Identifikasi sumber yang terkait
Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat
perencanaan selanjutnya adalah mempertimbangkan
mengenai sumber spesifik yang dibutuhkan dalam
mengimplementasi strategi pelaksanaan. Sumber dapat
berupa dana, ketrampilan dan keahlian, bahan seperti
selebaran atau kotak pembelajaran, kebijakan yang
menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan.

Stage 5: Menyusun metode rencana evaluasi
Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah
disusun sebelumnya tetapi dapat diusahakan lebih dari
tujuan yang telah ditetapkan atau kurang dari yang dicita-
citakan. Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan
pada partisipan mengenai pemahaman informasi pada
akhir sesi atau dapat juga dalam bentuk lebih formal
seperti dengan membagikan kuisioner kepada
peserta/partisipan untuk diisi sesuai apa yang dipahami
atau dimengerti setelah pelaksanaan promosi kesehatan.

Stage 6: Menyusun rencana pelaksanaan
Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan
yang meliputi penulisan detail rencana pelaksanaan,
seperti identifikasi topik/masalah, orang yang akan
menyampaikan informasi terkait dengan topic, sumber
yang akan digunakan, rentang waktu hingga tahap
rencana evaluasi.

Stage 7: Pelaksanaan atau Implementasi dari
perencanaan
Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan
mengenai hal yang harus dan tidak harus dilakukan,
sehingga tidak terjadi masalah yang tidak diharapkan.
Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu
direncanakan supaya dalam kenyataannya partisipan
diharapkan mampu menyerap atau menerima, mengerti,
memahami dan mau serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan
perilaku menjadi lebih sehat. Hasil atau out-put yang
ditunujukkan oleh partisipan setelah dilaksanakan promosi
keehatan menjadi bahan dalam penusunan evaluasi.

2. Tahap Implementasi
Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan
penyelesaian yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni
untuk mencapai kesehatan yang optimal, implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana perawatan terhadap
perilaku yang digambarkan dalam hasil individu yang
diusulkan. Pemilihan intervensi keperawatan tergantung
pada beberapa factor :
(1) hasil yang diinginkan klien
(2) karakteristik dari diagnosa keperawatan
(3) penelitian yang berkaitan dengan intervensi
(4) kelayakan pelaksanaan intervensi
(5) penerimaan intervensi oleh individu
(6) kemampuan perawat (Carpenito-Moyet, 2003).
Promosi Kesehatan ini dapat diimplementasikan dalam
berbagai tatanan, yaitu sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan melalui pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat.
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana
menyusun jadwal ulang apabila dalam melaksanakan
kegiatan tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini,
menyusun organisasi pelaksanaan promosi
kesehatan, berdasar atas rencana yang telah
disusun, mendapatkan media komunikasi yang
diproduksi oleh Dinas Kesehatan (apabila ada).
b. Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan
kepada LKM (seksi kesehatan) melalui pelatihan
sambil bekerja (on the job training), agar mampu
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan,
kemudian melakukan pemantauan terhadap
perkembangan hasil.
c. Implementasi Kegiatan, merupakan tahap
pelaksanaan kegiatan pelatihan yang berkaitan
dengan promosi kesehatan.
2. Promosi kesehatan di sekolah.
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah
menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu
meningkatkan kesehatannya (Health Promoting School).
Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di
sekolah mencakup 3 kegiatan pokok, yaitu :
a. Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School
Living), dalam hal ini tidak hanya lingkungan fisik
yang bersih, akan tetapi juga lingkungan sosialnya
juga harus harmonis dan kondusif , sehingga perilaku
sehat dapat tumbuh dengan baik.
b. Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan
untuk menanamkan kebiasaan hiddup sehat agar
dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri
sendiri dan lingkungannya serta ikut aktif dalam
usaha-usaha kesehatan.
c. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
penyuluhan kesehatan juga dapat dijadikan salah
satu cara untuk mempromosikan kesehatan di
sekolah.
3. Promosi kesehatan di Tempat Kerja
Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan
Cox sebagai kesempatan pembelajaran terencana yang
ditujukan kepada masyarakat di tempat kerja dan
dirancang untuk memfasilitasi pengambilan keputusan
dan memelihara kesehatan yang optimal.
Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat
dilakukan dengan :
a. Pemberian informasi, misalnya dengan membuat
media cetak atau menyelenggarakan pameran
kesehatan di tempat kerja.
b. Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
c. Pemberian resep, misalnya dengan melakukan
pelayanan konseling bagi pekerja agar mampu
berperilaku sehat.
d. Membuat system dan lingkungan yang mendukung.

4. Promosi kesehatan di rumah sakit
Pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit
dilakukan dalam rangka membantu orang sakit atau
pasien dan keluarganya agar mmereka dapat
mengatasi masalah kesehatannya, khususnya
mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Promosi
kesehatan di rumah sakit sebaiknya harus menciptakan
kesan rumah sakit tersebut menjadi tempat yang
menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan promkes
yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian contoh
b. Penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan
kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu
dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada
para pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.

Tahapan intervensi antara lain
1. Persiapan
Mencari baseline data dan penjajagan kebutuhan
mengenai topik-topik kesehatan
Informan: Pekerja - Manajer Direktur
2. Pelaksanaan
Pendidikan peer educator oleh outreach worker
Penyuluhan secara berkala di pabrik, mess
karyawan, masjid, radio
Penyebaran materi KIE
Pameran kesehatan
Pemutaran film


3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Melihat pencapaian apakah sesuai target.
Begitu banyak perhatian dapat ditujukan untuk
tujuan-tujuan, isi, strategi, dan metode program
promosi keperawatan sehingga 'proses' pelaksanaan
sering kali diabaikan. Parkinson (1982)
mengklasifikasikannya dengan tiga pendekatan ;
1. The pilot approach.
Ini adalah langkah pertama yang penting dalam
melaksanakan program promosi kesehatan. Green
(1986) menyebutnya sebagai site response, yaitu
mendapatkan umpan balik dari para peserta yang
terlibat dalam program, serta dari staf perencana,
pada kualitas program dalam semua dimensi-dari
bahan-bahan pendidikan (misalnya, pamflet atau
menampilkan ) dari kelayakan staf yang dipilih
untuk menyampaikan program. Umpan balik yang
berharga dari fase pilot ini juga dikenal sebagai
proses evaluasi, evaluasi dari suatu proses
termasuk kedalam fase pelaksanaan.

2. The phased-in approach.
Hal ini terjadi ketika program tersebut
dilaksanakan di berbagai tempat, daerah atau
wilayah. Sebuah program percontohan mungkin
menghasilkan proses evaluasi yang positif, dan /
atau evaluasi mungkin telah menghasilkan
penyesuaian program. Keputusan ini kemudian
dibuat untuk membuat atau memfasekan program
tersebut menjadi berbagai pengaturan dari waktu
ke waktu karena keterbatasan sumber daya,
kebutuhan akan bahan-bahan yang lebih tepat,
atau timelinenya.

3. Immediate implementation of the total program.
Program yang telah efektif di masa lalu, atau
program yang mempunyai pendekatan yang
standar, sering diimplementasikan secara
totalitas.
Secara keseluruhan suatu pendekatan pilot pada
setiap program yang baru dikembangkan adalah
suatu keharusan. Pendekatan ini berfungsi untuk
melibatkan komunitas Anda dalam desain, proses
evaluasi dan pelaksanaan, sehingga memastikan
komitmen dari masyarakat itu sendiri.

4. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya
memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses
keperawatan secara umum.. Didalam tahapan evaluasi
hal penting yang harus diperhatikan adalah standar
ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman
evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua
standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan ataupun
tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam
tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang
lebih dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif
klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan
promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah
sebagai berikut :
Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi
kesehatan
2. Menyatakan apakah tujuan program promosi
kesehatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait
program promosi
4. Memodifikasi rencana tindakan promosi
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi
kesehatan belum tercapai.

Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang
mencakup tujuan serta hasil yang diharapakan selalu
dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari
kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan
berdasarkan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan
promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena
segala tujuan dari kegiatan promosi kesehatan memiliki
aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan promosi
kesehatan.
Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan
dapat dilakukan dalam berbagai tinjauan. Hal ini meliputi
a. Evaluasi terhadap input
Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini
mencakup evaluasi terhadap segala input untuk
mendukung terlaksananya kegiatan promosi
kesehatan. Evaluasi pada komponen input sangat
penting karena input itu sendiri mencakup :
- jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai
pelaksana kegiatan promosi kesehatan
- banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan atau melaksanakan kegiatan
- banyaknya materi dan juga uang yang digunakan
untuk mendanai kegiatan.

Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan
sebagai bahan bakar dalam kegiatan. Oleh karena itu
evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik
buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat
ditentukan seberapa besar input yang ada.

b. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi
kesehatan meliputi :
- Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen
tinggi untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan
- Teori dan konsep dalam pemberian promosi
kesehatan
- Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan
dan sasarannya
- Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat
yang besar dalam promosi kesehatan. Evaluasi ini
akan memperlihatkan bagaimana berjalannya proses
promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari
evaluasi ini diharapkan akan diketahui sejauh mana
keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan
promosi kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi
kesehatan lebih dipusatkan pada pengamatan pada
obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi dilakukan
untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi
kesehatan terhadap pengetahuan, tingkah laku, dan
sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat.
Evaluasi hasil juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.
d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi
kesehatan meliputi melakukan pengkajian terhadap
seberapa berhasilkah penyelenggara promosi
kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan
evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi
kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar
dampak suatu kegiatan dilakukan.

Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2
cara yaitu:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa promotor terhadap
respon segera pada saat / setelah dilakukan tindakan
keperawatan atau promosi kesehatan
Ditulis pada catatan perawatan
Contoh: membantu pasien dudukajarkan klien
pencucian tangan yang benar dan latihan senam
hamil.
2. Evaluasi Sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan
Ditulis pada catatan perkembangan

Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang
dilakukan baik formati maupun sumatif. Promotor
dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat
posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif
(hasil yang tiadak diinginkan menandakan bahwa
masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah
potensial yang belum diketahui) dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah rumusan masalah (diagnosa keperawatan)
dan masalah-masalah kolaboratif akurat?
Apakah masyarakat mencapai hasil yang
diharapkan?
Apakah masyarakat menunjukkan perubahan
perilaku dan peningkatan kesadaran berdasarkan
kegiatan promosi yang dijalankan?
Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai
diagnosa sudah dapat teratasi?
Apakah kebutuhan masyarakat terkait program
promosi kesehatan sudah dipenuhi?
Apakah intervensi yang dilaksanakan harus
dipertahankan, diubah atau dihentikan?
Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi
yang belum direncanakan atau diimplementasikan?
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian
tujuan atau kurang tercapainya tjuan?
Apakah prioritas yang harus disusun kembali?
Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada
tujuan dan hasil yang diperkirakan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai
parameter dalam :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan
masyarakat terkait dengan promosi yang telah
dilaksanakn
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas
asuhan atau program promosi kesehatan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang
telah dilksanakan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun siklus baru dalam proses keperawatan.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan keperawatan
Sehingga dapat diperoleh data objektif untuk
menentukan rencana tindak lanjut, apakah intervesi
akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi positif), diubah
(modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap
hambatan-hambatan yang muncul selama proses
promosi kesehatan) atau dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai