Anda di halaman 1dari 10

Indikasi, Kontraindikasi Dan Komplikasi Eksodonsia

Indikasi

Beberapa Indikasi pencabutan gigi :
1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh
secara
tidak normal.
2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan
gigi yang tidak sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
4. Gigi yang tidak dapat dirawat secara endodontik/restorasi, gigi yang
tidak bisa lagi dirawat misalnya; tambal, perawatan saluran akar.
5. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi
ini jelas akan membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi
tersebut menjadi non vital atau mati.
6. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya
jaringan ikat seperti pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak
vital.
7. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada
garis fraktur tulang alveolar, kondisi ini sama dengan gigi pada fraktur pada
akar.
8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya
hal ini merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan
mempertimbangkan pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan yang
dibutuhkan dalam perawatannya.
9. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut
giginya, dengan pertimbangan 'langsung' menghilangkan keluhan sakit
giginya, walaupun gigi tersebut masih dirawat secara utuh.
Kontraindikasi
Untuk mendukung diagnosa yang benar dan tepat serta menyusun rencana
perawatan yang tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan, maka
sebelum dilakukan tindakan eksodonsi atau tindakan bedah lainnya harus
dipersiapkan dahulu suatu pemeriksaan yang teliti dan lengkap. Yaitu
dengan pertanyaan adakah kontra indikasi eksodonsi atau tindakan bedah
lainnya yang disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter spesialis akan
memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu
tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi
jiwa penderita.
Kontra Indikasi Sistemik
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan
pertimbangan khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi
mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang
memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit
tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien
sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang
menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk
menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan,
maupun setelah pencabutan gigi.
Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau
relative kadar insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa.
Penderita diabetes melitus digolongkan menjadi:
Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik,
britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang
yang predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur
di bawah 40 tahun.
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa
stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan
kegemukan. Lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2
dengan menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan
insulin atau hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus
mendapat pemberian insulin seperti biasanya sebelum dilakukan
pembedahan; dan makan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan
yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh
karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu
sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan
kemungkinan pasien harus rawat inap.

Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik
profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang
tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung
mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.
Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat defisiensi
leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis,
diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi
orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan
diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat
kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi
bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang
biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis
(hiperglikemia) lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang
sering terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul sangat cepat apabila
terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin dengan asupan
karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang
setelah beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan
tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan
pemberian glukosa secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan
mudah membaik. Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan
mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin menyebabkan kematian.
Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan cairan. Hal
tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).

Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun
ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan
pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi
dari pregnancy gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama
pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan
diabetes mellitus yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap
setelah melahirkan, namun cukup dapat menimbulkan masalah saat
dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan
pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud
untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya.
Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi
dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa
dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya
seperti abses,dll) bukanlah suatu kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila
pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja kecuali kasus akut
(politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan
antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
(FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau
memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada
dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi
vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda
sampai post-partus, maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi
dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi
gigi pada pasien hamil yang sehat bisa dilakukan dengan baik dan aman
di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah
keadaan psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum
pasien yang kurang jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-
nya.
Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus
mengetahui riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau
wawancara langsung dengan pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-
tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo
maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat,
misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk
mendukung diagnosa sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan
yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan
darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk
terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi.
Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan
tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu
konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan
berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter
spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan
eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien
serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah
dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi
penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.

Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari
dalam gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan
karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture)
pada pasien tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah
keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca
eksodonsia, atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan
pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan
darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan
prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi
dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
badan mkn lelah dan lemah
tanda2 anemia pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
limfonodi membesr dsluruh tbh
gusi berdarah
petechyae
perdarahan pasca eksodonsia
batuk2
pruritus
pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
Kek. Tbh penderita bkrg
bb berkurang
tanda2 anemia
pembesaran limfa
perut terasa kembung & mual
demam
gangguan gastro intestinal
gatal2 pada kulit
perdrahan pd bbgai bag tbh
gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
perbesaran lien
perdarahan petechyae
perdrahan gusi
rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain
itu, penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan
mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh
darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug
(gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi
antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah.
Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga
memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari
prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII.
Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX.
Sedangkan pada von Willebrands disease terjadi kegagalan pembentukan
platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah
kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan
darah yg tdk normal pada penderita
Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,
pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat,
pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila
kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor,
darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-
obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan
obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-
kuningan disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan,
membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila
pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan prolonged
hemorrahage yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga
bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu
kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan
premediksi dahulu dengan vitamin K.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan
secara hati-hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral
sering tidak terasa nyeri. Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral
dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem
kekebalan tubuh menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana
tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan
lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah.Bila pasien sudah
terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa
langsung cabut gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit
mematikan ini pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi
diri sesuai standar universal precautaion (waspada unievrsal).
Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup
wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin
HIV.
Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada
penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi
infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.

Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat
berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan
eksodonsi.
Malignansi Oral
Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan
mempunyai aktivitas yang rendah sehingga daya resisten kurang terhadap
suatu infeksi. Eksodonsia yang dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti
osteoradionekrosis rahang ( Archer, 1966 ). Apabila perawatan rad iasi
memang terpaksa harus dikerjakan sehubungan dengan malignansi
tersebut maka sebaiknya semua gigi pada daerah yang akan terkena radiasi
dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang berpendapat
bahwa semua gigi yang masih ada di daerah itu, dibuang bersih dahulu
sebelum penderita menerima radiasi yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi
seluruh processus alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus.
Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada daerah yang akan dikerjakan operasi
dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan mukobukal atau lipatam labial.
Semua tulang labial atau bukal diambil dengan menggunakan chisel dan
mallet. Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan interseptal,
dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers, chisel,
bone burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan
tulang kortikal bagian lingual diambil dengan meninggalkan sepertiga dari
tulang apeks alveolus. Kemudian flaps yang berlebihan digunting agar
masing-masing ujung flaps dapat bertemu dengan baik, tanpa terdapat
teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan perawatan radiasi dapat
dimulai dalam waktu seminggu.
Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan
shock anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh
karena itu, seorang dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk
mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan
palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara
difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat badan
susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus,
gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan
krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak
terkontrol meskipun telah diberi obat penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut,
termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan
kegagalan jantung.

Kontra Indikasi Lokal
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut
suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.
Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi
molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi
molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi).
Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan
menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut
di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang.
Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari
gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung.
Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan
atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan.
Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke
rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.
Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong
terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
Nyeri, sakit di sekitar wajah
Hidung tersumbat
Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
Kurang peka terhadap bau dan rasa
Eritem di sekitar lokasi sinus
Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah
bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui
aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia
adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-
tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat
pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat
dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah
mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan
berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh
tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang
disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma
Respon Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome =
SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk
kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3

Komplikasi
Pendarahan (individu dengan penyakit hati pasien yang menrima terapi
antikoagulan, pasien yang minum aspirindosis tinggi: cek lab dan kerja
sama dengan dokter spesialis
penanganan : menghindari pembuluh darah, mengetahui anatomi
regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor, vestikulum bukal M bawah,
a.fasialis, regio mandibula anterior, vaskularisasi melimpah
tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan arteri adalah dengan
penekanan langsung dengan jari kasa darah deras , diklem dengan
mehostat
Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan tidak terkontrol (fraktur
ujung akar / foramen, fraktur minor / mayor procalupolaris fraktur mandi
bula)
Cedera jaringnan lunak
lecet : kesalahan teknik flap
luka besar bibir yang teranestasi tertekan handpiece: aplikas salip
antibiotik / strtoid
empiseme sulokutan
Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena pencabutan m3 bawah yang
implikasi
terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang

Anda mungkin juga menyukai