Anda di halaman 1dari 4

Sabtu, 29 Oktober 2011

FALSAFAH, PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN


Oleh : Ir. Ahmad Syufri M.Si
Sumber: http://ahmadsyufri.blogspot.com/2011/10/falsafah-prinsip-dan-etika-
penyuluhan.html


A. Falsafah Penyuluhan

Falsafah berarti pandangan, yang akan dan harus diterapkan. Falsafah penyuluhan berpijak
pada pentingnya pengembangan individu dalam menumbuhkan masyarakat dan bangsa.
Falsafah penyuluhan berakar pada falsafah Negara Pancasila, terutama pada sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Jika pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis diminta bekerja keras meningkatkan
produksinya, seluruh warga Indonesia harus mau mengangkat harkat mereka, demi
kemanusiaan dan keadilan sosial, yang berlandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menghargai prinsip demokrasi, serta demi tercapainya persatuan bangsa (Margono
Slamet, 1989).
Falsafah penyuluhan berlandaskan pada falsafah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, yang
membawa konsekwensi pada: (1) perubahan administrasi penyuluhan dari yang bersifat
relatif sentralisme menjadi fasilitatif partisipatif, dan (2) pentingnya kemauan penyuluh
memahami budaya lokal yang seringkali mewarnai local agricultural praktis.

Landasan falsafah penyuluhan seperti itu mengandung pengertian:
1. Penyuluhan tidak selalu dibatasi oleh peraturan dari pusat yang kaku dan sentralistis.
Pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis berhak memperoleh keleluasaan
mengembangkan dirinya, dan secara cepat mampu mengantisipasi permasalahan-
permasalahan di daerah dan tidak menunggu petunjuk/restu dari pusat. Dalam setiap
permasalahan yang dihadapi, mereka bisa mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan untuk dapat menyelamatkan keluarganya. Dalam hal seperti itu,
penyuluh diberi kewenangan secepatnya mengambil inisiatif sendiri. Administrasi
yang terlalu regulatif, sangat membatasi kemerdekaan mereka mengambil keputusan
bagi usahanya.
2. Penyuluh selain memberikan ilmunya kepada pelaku utama dan pelaku usaha
agribisnis, ia harus mau belajar untuk mengembangkan dirinya (belajar dianggap
tidak rasional, penyuluh menganggap rasional adalah petunjuk pusat). Padahal
praktek-praktek usahatani yang berkembang dari budaya lokal, sering sangat rasional,
karena telah mengalami proses trial and error dan teruji oleh waktu.

Falsafah penyuluhan adalah:

Bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat membantu
dirinya meningkatkan harkatnya sebagai manusia.

Falsafah penyuluhan itu mengandung pengertian:
1. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, bukan bekerja untuk masyarakat
(Adicondro, 1990). Kehadiran penyuluh harus mampu menumbuhkan, menggerakkan,
serta memelihara partisipasi masyarakat, bukan sebagai penentu atau pemaksa.
2. Penyuluhan harus mampu mendorong terciptanya kreativitas dan kemandirian
masyarakat, agar memiliki kemampuan berswakarsa, swadaya, dan swakelola bagi
terselenggaranya kegiatan guna tercapainya tujuan, harapan dan keinginan-keinginan
masyarakat sasarannya. Penyuluhan harus mengacu pada terwujudnya kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

Dari falsafah penyuluhan pertanian (Ensminer, 1962) dapat dirumuskan:
1. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan,
sikap dan keterampilan masyarakat.
2. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita dan anak-
anaknya) untuk menjawab kebutuhan dan keinginannya.
3. Penyuluhan mengajar masyarakat tentang apa yang diinginkannya, dan bagaimana
cara mencapai keinginan-keinginan itu.
4. Penyuluhan bertujuan membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri.
5. Penyuluhan adalah belajar sambil bekerja dan percaya tentang apa yang
dilihatnya.
6. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pimpinan mereka, dan pengembangan
dunianya secara keseluruhan.
7. Penyuluhan adalah bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan masyarakat.
8. Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya masyarakatnya,
9. Penyuluhan adalah prinsip hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan
saling mempercayai antara satu sama lainnya.
10. Penyuluhan merupakan kegiatan dua arah.
11. Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang berkelanjutan.

B. Prinsip Penyuluhan
Prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam
pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten (Mathews, 1995).
Prinsip berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari
berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Prinsip dapat dijadikan sebagai landasan
pokok yang benar bagi pelaksanaan kegiatan.

Prinsip-prinsip penyuluhan adalah:
1. Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu. Dengan mengerjakan, mereka
akan mengalami proses belajar (menggunakan pikiran, perasaan, dan
keterampilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.
2. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang
baik atau bermanfaat. Sebab perasaan senang/puas atau tidak senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar di masa mendatang.
3. Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan lain.
Setiap orang cenderung mengaitkan/menghubungkan nya dengan kegiatan/ peristiwa
lain. Misalnya melihat cangkul orang ingat tentang persiapan lahan yang baik.
Melihat tanaman yang kerdil/subur akan mengingatkannya kepada usaha-usaha
pemupukan.

Prinsip penyuluhan (Dahama dan Bhatnagar,1980) mencakup:
1. Minat dan kebutuhan. Penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan
kebutuhan masyarakat. Harus dikaji, apa yang benar-benar menjadi minat dan
kebutuhan setiap individu maupun segenap warga masyarakatnya, sesuai dengan
sumberdaya, serta minat dan kebutuhan yang perlu mendapat prioritas dipenuhi
terlebih dahulu.
2. Keragaman budaya masyarakat. Penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan
/menyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak dari keluarga/kekerabatan.
3. Keragaan budaya. Penyuluhan harus memperhatikan keragaman budaya.
Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal. Perencanaan
penyuluhan yang seragam untuk seluruh wilayah akan menemui hambatan pada
keragaman budaya.
4. Perubahan budaya. Setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan perubahan
budaya. Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar
perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan. Penyuluh perlu
memperhatikan nilai-nilai budaya lokal seperti tabu, kebiasaan-kebiasaan, dll.
5. Kerjasama dan partisipasi. Penyuluhan akan efektif jika mampu menggerakkan
partisipasi masyarakat untuk selalu bekerja sama dalam melaksanakan program
penyuluhan yang dirancang.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu. Penyuluh harus memberi kesempatan pada
masyarakat untuk menawar setiap ilmu alternatif yang ingin diterapkan, penggunaan
metode penyuluhan, dan pengambilan keputusan yang akan dilakukan masyarakat
sasarannya.
7. Belajar sambil bekerja. Penyuluhan harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar
sambil bekerja atau belajar dari pengalaman yang ia kerjakan. Penyuluhan
menyampaikan informasi atau konsep-konsep teoritis dan memberi kesempatan pada
sasaran untuk mencoba memperoleh pengalaman melalui pelaksanaan kegiatan secara
nyata.
8. Penggunaan metode yang sesuai. Penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan
metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan
ekonomi, dan nilai sosial budaya) sasarannya. Suatu metode tidak efektif dan efisien
diterapkan untuk semua kondisi sasaran.
9. Kepemimpinan. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan
kepemimpinan lokal atau memanfaatkan pemimpin lokal yang telah ada untuk
membantu kegiatannya.
10. Spesialis yang terlatih. Penyuluh harus benar-benar orang yang telah memperoleh
latihan khusus tentang sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
Penyuluh yang disiapkan untuk menangani kegiatan khusus akan lebih efektif
dibanding yang disiapkan untuk melakukan beragam kegiatan (meski masih terkait
dengan pertanian).
11. Segenap keluarga. Penyuluhan harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan
dari unit sosial. Dalam hal ini terkandung pengertian-pengertian: (1) Penyuluhan
harus dapat mempengaruhi segenap anggota keluarga, (2) Setiap anggota keluarga
memiliki peran/pengaruh dalam pengambilan keputusan, (3) Penyuluhan harus
mampu mengembangkan pemahaman bersama. (4) Penyuluhan mengajarkan
pengelolaan keuangan keluarga, (5) Penyuluhan mendorong keseimbangan antara
kebutuhan keluaga dan kebutuhan usahatani, (6) Penyuluh harus mampu mendidik
anggota keluarga yang masih muda, (7) Penyuluh harus mengembangkan kegiatan-
kegiatan keluarga, (8) Memperkokoh kesatuan keluarga, baik masalah sosial,
ekonomi, maupun budaya, dan (9) Mengembangkan pelayanan keluarga terhadap
masyarakatnya.
12. Kepuasan. Penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. Kepuasan
akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-program penyuluhan
selanjutnya.

C. Etika Penyuluhan Pertanian

Etika, adalah tata pergaulan yang khas atau ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan
untuk mengindentifikasi, mengasosiasikan diri, dan dapat merupakan sumber motivasi untuk
berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu yang memilikinya. Etika bukanlah peraturan,
tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk membangkitkan kesadaran beritikad baik,
jika dilupakan atau dilanggar akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan,
kelompoknya, dan anggota kelompoknya (Kartono M, 1987).
Kegiatan penyuluhan bukan lagi menjadi kegiatan sukarela tetapi telah berkembang
menjadi profesi, karena itu setiap penyuluh perlu memegang teguh Etika Penyuluhan.

Penyuluh harus mampu berperilaku agar masyarakat selalu memberikan dukungan yang
tulus ikhlas terhadap kepentingan nasional. Perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan
oleh setiap penyuluh (SalmonP, 1987) adalah:
Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan
YME, jujur dan disiplin.
Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan
masyarakatnya, menghormati pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis dan
keluarganya (apapun keadaan dan status sosial-ekonominya) dan menghormati
sesama penyuluh.
Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai yang andal, yaitu berkeyakinan
kuat atas manfaat tugasnya, kerjanya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi dan
berkemampuan untuk bekerja teratur.
Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, mental dan semangat kerja yang
tinggi, selalu berusaha mencerdaskan diri dan selalu berusaha mengkaitkan
kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai