Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aldehid Keton
Aldehida dan keton sering disebut senyawa karbonil karena (senyawa itu)
mengandung gugus karbonil . Gugus karbonil itu secara kimia merupakan salah satu
dari gugus fungsi yang paling mudah menguap yang akan kita jumpai. Akan kita
lihat bahwa sejumlah besar reaksi penting melibatkan perubahan pada gugus
karbonilnya.
Tata nama keton secara IUPAC ditandai dengan akhiran on dan kedudukan
gugus karbonilnya ditunjukkan dengan angka sebelum akhiran on tersebut . Pada
penamaan dilakukan dengan menulis nama subtituennya kemudian diikuti akhiran
kata keton.
Tata nama ladehid secara IUPAC ditandai dengan ahiran al. Suatu senyawa
aldehid gugus fungsionalnya selalu berada pada karbon yang ujung sehingga penulisa
angka 1 sebelum kata al bisa diabaikan. Ahiran karbaldehid diberikan apabila gugus
aldehida ditambahkan pada suatu gugus lingkar. J ika gugus aldehida merupakan
subtituen pada induk denagn prioritas tatanama lebih tinggi maka digunakan istilah
formil (pine,dkk., 1998).

2.2 Reaksi Reaksi Aldehid Keton
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang
oleh nukloefil. Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni
dari pemutusan ikatan ini adalah gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, sering
kali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang
dikenal sebagai adisi eliminasi atau kondensasi. Aldehid keton mengandung sebuah
gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau
berdasarkan gugus karbonilnya.
2.2.1 Reaksi Kondensasi Aldehid Keton
Reaksi kondensasi merupakan reaksi dimana dua molekul bergabung
bersama disertai dengan hilangnya sebuah molekul kecil didalam proses
tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil tersebut adalah air.

NO
2
NO
2
R R
C=O + H
2
N-N NO
2
C=N-N NO
2
+ H
2
O
R H R H
Aldehida 2,4-dinitrofenilhidrazin 2,4-dinitrofenilhidrazon Air
atau keton
gambar 2.4 Reaksi Kondensasi Aldehid Keton
(Iskandar, 2009)
Pada reaksi diatas terjadi reaksi kondensasi dimana 2,4-
dinitrofenilhidrazin pertama tama memasuki ikatan rangkap C=O (tahap
adisi) menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang selanjutnya kehilangan
molekul air(Iskandar, 2009).
2.2.2 Adisi Sederhana Pada Aldehid Keton
Reaksi adisi pada aldehid keton terjadi pada ikatan rangkap antara C dan
O. Reaksi adisi ini akan mengubah ikatan rangkap tersebut menjadi ikatan
tunggal. Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal maka diperoleh
2-hidroksipropananitril.
O OH
CH
3
C + HCN CH
3
C CN
H H
Etanal Hidrogen sianida 2-hidroksipropananitril
Gambar 2.3 Reaksi Adisi Hidrogen Sianida
(Iskandar, 2009)
2.2.3 Reaksi Oksidasi Aldehid Keton
Aldehid adalah reduktor kuat, sehingga dapat mereduksi oksidator
oksidator lemah. Oksidasi aldehid menghasilkan asam karboksilat. Pereaksi
Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi Tollens dapat
dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag
2
O). Aldehid dapat mereduksi
pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag).
O O
R- C -H +Ag
2
O R-C-OH +2Ag
Gambar 2.3 Reaksi Oksidasi Aldehid
(Slamanto, 2012)

2.3 Uji Uji Aldehid Keton
Beberapa tes atau uji untuk dapat mempelajari sifat sifat aldehid dan keton
yaitu :
2.3.1 Oksidasi dengan KMnO
4
(Oksidator kuat)
Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator
kuat seperti KMnO
4
. Tes positif jika ion MnO
4
(warna ungu) berubah menjadi
endapan MnO
2
.
5R-CHO + 2KMnO
4
+ H
2
SO
4
5R-COOH + MnO
2
+ H
2
O
Aldehid Kalium Asam Asam Mangan Air
Permanganat Sulfat Karboksilat dioksida
(Mahmud, 2011)
2.3.2 Tes Tollens
Aldehida dengan pereaksi tollens (oksidator) dioksidasi menjadi asam
karboksilat yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
R-CHO + 2Ag(NH
3
)
2
OH 2Ag + R-COO
-
NH
4
+
+ 3NH
3
Aldehid Perak Amonia
(Mahmud, 2011)
2.3.3 Tes Fehling
Pereaksi fehling merupakan kompleks ion Cu (II) tartrat dalam larutan
asam ion Cu (II) direduksi ion Cu
2
O (endapan berwarna merah bata).
R-CHO + Cu
2+
R-COO
-
+ Cu
2
O
Aldehid Tembaga Tembaga oksida
(Mahmud, 2011)

2.4 Teori Sampel
2.4.1 Aseton (CH
3
COCH
3
)
Aseton berbentuk cairan, mudah menguap, tidak berwarna, beraroma
mint dan manis, rumus molekul C
3
H
6
O, berat molekul 58,08, tidih didih 56
o
C
(133 F), titik beku -95
o
C (-139 F), titik lebur -94
o
C, tekanan uap 180 mmHg
@ 20
o
C, berat jenis uap (udara =1) 2,0, berat jenis (air =1) 0,7899, larut
dalam air, larut dalam alkohol, eter, benzen, kloroform, dimetilformamid,
minyak (Kusuma, 2010).

2.4.2 Formaldehid (CH
2
O)
Formaldehid adalah suatu bahan kimia dengan rumus HCHO. Pada suhu
normal dan tekanan atmosfir berbentuk gas tidak berwarna dengan berat
molekul 30,03. Dalam perdagangan umumnya dikenal dengan nama formalin
atau formal, larutan formaldehid dalam bentuk padat dikenal sebagai Trioxane
(CH
2
O)
3
yaitu berbentuk polimer atau formaldehid. Pada suhu diatas 150
o
C
akan terdekomposisi menjadi metanol dan karbon monokdisa (Naria, 2004).

2.4.3 Benzaldehid (C
6
H
5
O)
Benzaldehid merupakan cairan tidak berwarna hingga kuning, berbau
almond pahit, iritasi pada mata dan kulit. Benzaldehid dapat digunakan sebagai
bahan tambahan pangan untuk peningkat rasa dan aroma, pada industri
kosmetik digunakan pada pembuatan parfum (Wirawan, 2010).
2.4.4 Isobutil Metil Keton (C
6
H
12
O)
Isobutil metal keton dibuat dari aseton melalui tiga langkah proses.
Proses pertama aseton mengalami proses kondensasi menjadi aldol untuk
membentuk alcohol diaseton, diaseton alcohol akan didehidrasi membentuk
metal oksida. Metal oksida kemudian akan diubah menjadi isobutyl metal
keton (Wikipedia, 2013).

Anda mungkin juga menyukai