Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DIARE
POSTED ON DECEMBER 3, 2012
0
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE










Dosen Pembimbing:
Ns. Siti Aisyah Nur, S.Kep
Oleh:
Yurita Rahmi
(11111643)


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab
kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua
terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi
masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap
anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau
dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare
akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3
pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung.
Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan
serius.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan
kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan
diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu
bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan.
Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. A. PENGERTIAN DIARE
Pengertian diare menurut Hendarwanto (1999) buang air besar defikasi dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal,
yaitu 100 200 ml sekali. Menurut Ngastiah (1999) diare adalah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces encer,
dapat berwama hijau atau bercampur lendir dan darah. Sedangkan menurut WHO (1980) diare
adalah defikasi encer lebih dari 3 kali sehari tanpa/ dengan daerah/ sendiri didalam tinja.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus

1. B. PENYEBAB DIARE
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
1. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
1. Faktor makanan
2. Faktor psikologis

1. C. MANIFISTASI KLINIS
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul
diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan empedu, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering
defikasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala
muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan
terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut,
serta kulit kering.
Bila berdasarkan terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi,
denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak
lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pemafasan
kusmaul).

1. D. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

1. E. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare.
Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti
oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan
kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS
baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah
parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan
respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh
tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat
membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

1. F. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia
jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock
hipovolemik.





1. G. PATOFISIOLOGI
PATHWAYS
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik


Endotoksin Tekanan osmotik Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus









Rangsangan pengeluaran


Hiperperistaltik


Diare


Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit


Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia
Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum













mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun
cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan
lemah
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002)


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare :
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbulah diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat-rangsangan-tertentu-(toksin)..pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena kenaikan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Sebagai akibat diare akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi
Selama sakit sering terjadi gangguan gizi dengan akibat penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat oleh karena:
Makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare/muntah bertambah hebat
Orang tua hanya memberikan air teh saja
Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
3. Hipoglikemia
2-3 % dari anak-anak diare
Jarang terjadi pada anak dengan gizi baik namun sering terjadi pada anak dengan KKP
(Kurang Kalori Protein)
Hipoglikemi terjadi karena penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu dan
kadang disebabkan adanya gangguan absorpsi glukosa
4. Gangguan sirkulasi darah
Akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa syok
hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang dan dapat menyebabkan hipoksi.


1. H. KOMPLIKASI
2. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
3. Renjatan hipovolemik
4. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia,perubahan
EKG
5. Hipoglikemia
6. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
7. Kejang, pada dehidrasi hipertonik
8. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
1. 1. Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun)
2. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali
baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah,
keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan
meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat :

ASKEP PADA ANAK DENGAN DIARE
1) Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau
lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta
imunisasi.
2) Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan,
penyulit persalinan.
3) Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik,
apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4) Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan
makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting,
colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5) Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit
dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6) Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan,
debu rumah
7) Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8) Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah
biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin
test dan reaksinya.
9) Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg 4 Kg. Berat badan bertambah 150 200 gr/minggu, TB bertambah
2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan,
mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

1. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya
dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah
belajar bermain dengan teman sebaya.
2. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
3. Reaksi Hospitalisasi
Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang
dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
Perubahan pola kegiatan rutin
Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
Kehilangan otonomi
Takut keutuhan tubuh
Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya
kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
1. Aktivitas Sehari-Hari
1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa
kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 200 cc / 24 jam
3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
1. h. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan,
dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas
tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat,
anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.

1. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda
roda tiga.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

1. 3. Diagnosa Keperawatan
2. a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
3. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
4. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
5. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
6. e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
7. f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

1. 4. Rencana Keperawatan
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
Berikan cairan oral dan
parenteral sesuai dengan
program rehidrasiPantau
intake dan output.
Sebagai upaya rehidrasi
untuk mengganti cairan
yang keluar bersama
feses.Memberikan
informasi status
keseimbangan cairan
untuk menetapkan
kebutuhan cairan
pengganti.
Kaji tanda vital,
tanda/gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksaan
laboratorium
Menilai status hidrasi,
elektrolit dan
keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan Pemberian obat-obatan
terapi definitif secara kausal penting
setelah penyebab diare
diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring
dan pembatasan aktivitas
selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan
metabolik
Pertahankan status puasa
selama fase akut (sesuai
program terapi) dan
segera mulai pemberian
makanan per oral setelah
kondisi klien
mengizinkan
Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan
selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik
sehingga terjadi
kekurangan nutrisi.
Pemberian makanan
sesegera mungkin
penting setelah keadaan
klinis klien
memungkinkan.
Bantu pelaksanaan
pemberian makanan
sesuai dengan program
diet
Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
Kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral sesuai
indikasi
Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan
mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih
lanjut
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi Rasional
Atur posisi yang nyaman
bagi klien, misalnya
dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan
permukaan abdomen dan
mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas
pengalihan untuk
Meningkatkan relaksasi,
mengalihkan fokus
memberikan rasa nyaman
seperti masase punggung
dan kompres hangat
abdomen
perhatian kliendan
meningkatkan
kemampuan koping
Bersihkan area anorektal
dengan sabun ringan dan
airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Melindungi kulit dari
keasaman feses,
mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian
obat analgetika dan atau
antikolinergik sesuai
indikasi
Analgetik sebagai agen
anti nyeri dan
antikolinergik untuk
menurunkan spasme
traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi
klinis
Kaji keluhan nyeri
dengan Visual Analog
Scale (skala 1-5),
perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
Mengevaluasi
perkembangan nyeri
untuk menetapkan
intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien
untuk membicarakan
kecemasan dan berikan
umpan balik tentang
mekanisme koping yang
tepat.
Membantu
mengidentifikasi
penyebab kecemasan dan
alternatif pemecahan
masalah
Tekankan bahwa
kecemasan adalah
masalah yang umum
terjadi pada orang tua
klien yang anaknya
mengalami masalah yang
sama
Membantu menurunkan
stres dengan mengetahui
bahwa klien bukan satu-
satunya orang yang
mengalami masalah yang
demikian
Ciptakan lingkungan
yang tenang, tunjukkan
sikap ramah tamah dan
tulus dalam membantu
Mengurangi rangsang
eksternal yang dapat
memicu peningkatan
kecemasan
klien.
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi Rasional
Kaji kesiapan keluarga
klien mengikuti
pembelajaran, termasuk
pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan
anaknya.
Efektivitas pembelajaran
dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental
serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses
penyakit anaknya,
penyebab dan akibatnya
terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari aktivitas
sehari-hari.
Pemahaman tentang
masalah ini penting untuk
meningkatkan partisipasi
keluarga klien dan
keluarga dalam proses
perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan Meningkatkan
pemberian obat, dosis,
frekuensi dan cara
pemberian serta efek
samping yang mungkin
timbul
pemahaman dan
partisipasi keluarga klien
dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan
cara perawatan perineal
setelah defekasi
Meningkatkan
kemandirian dan kontrol
keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri
anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga
untuk selalu mengunjungi
klien dan berpartisipasi
dalam perawatn yang
dilakukan
Mencegah stres yang
berhubungan dengan
perpisahan
Berikan sentuhan dan Memberikan rasa nyaman
berbicara pada anak
sesering mungkin
dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi
sensory atau terapi
bermain sesuai dengan
ingkat perkembangan
klien
Meningkatkan
pertumbuhan dan
perkembangan secara
optimun
1. 5. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya

1. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai