Vevy Adiati Sekar Purnama Ningsih Eva Citra Dewi Eka Sasmita Sari Ceyka Maduma Betti Aulia Anissa Tussholiha
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2010 4 3 2 1 Pendahuluan PENGERTIAN ETIKA MORAL
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang mengatur bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang melibatkan aturan atau prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik dan buruk atau kewajiban dan tanggung jawab. Moral, istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku dan nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat., baik berupa kata-kata maupun bentuk perbuatan yang nyata. Metode Pendekatan Pembahasan Masalah Etika Metode Otoritas Metode Consensum Hominum Metode Pendekatan Intuisi atau Self-evidence Metode Argumentasi atau metode Sokratik
Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktek profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dl pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa teori etik. Teori tersebut diklasifikasikan menjadi : 1. Teori teleologi 2. Teori deontologi (formalisme) 1. Teori Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani, dr kata telos berarti akhir Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yg menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan. Sering disebut the end justifies the means artinya makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi dan menekankan pada pencapaian hasil akhir yg terjadi pencapaian hasil akhir dg kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
Teleologi dibedakan menjadi : 1. Rule utilitarianisme 2. Act utilitarianisme 2. Teori Deontologi (Formalisme).
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti tugas, berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekwensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yg dapat menjadi penentu apakah suatu tindakan tsb secara moral benar atau salah.
Contoh penerapan deontologi Seorang perawat yg yakin bahwa klien harus diberi tahu ttg yg sebenarnya terjadi walaupun hal itu sangat menyakitkan Contoh lain seorang perawat yang menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agama yg melarang tindakan membunuh. Secara luas teori ini dikembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991) Kerangka pembuatan keputusan
Berikut ini beberapa contoh model pengambilan keputusan etis keperawatan yg dikembangkan oleh Thompson dan Jameton. Ketode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991) adalah: - model I terdiri dari enam tahap - model II terdiri dari tujuh tahap - model III yang merupakan keputusan bioetis.
Model I Tahap 1, Identifikasi masalah. Klasifikasi masalah dilihat dari konflik hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yg timbul dan mengkaji parameter waktu untuk pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat.
Tahap 2, perawat, harapan/keinginan klien dan orang yg terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dan konflik yg terjadi. Lanjutan Model I. . . Tahap 3, Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban atas pertanyaan, Jenis tindakan apa yang benar?
Tahap 4, Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai dasar yang menjadi pusat masalah dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan, Bagaimana aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?
Tahap 5, Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Pembuatan keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika, apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu? Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Model II
Tahap 1, mengenali dengan tajam masalah yang trade, apa intinya, apa sumbernya, mengenali hakikat masalah. Tahap 2, mengumpulkan data atau informasi yang berdasarkan fakta, meliputi sumber data yang termasuk variabel masalah yang telah dianalisa secara teliti. Tahap 3, menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan orang yang terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya, relevansi keterlibatannya dengan masalah etika. Tahap 4, Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yang relevan untuk penyelesaian masalah dengan mengemukakan konsep filsafat yang mendasari etika maupun konsep sosial budaya yang menentukan ukuran yang diterima Lanjutan Model II. . . Tahap 5, mengonsep argumentasi semua jenis isu yang didapati merasionalisasi kejadian, kemudian membuat alternatif tentang tindakan yang akan diambilnya. Tahap 6, mengambil tindakan, setelah semua alternatif diuji terhadap nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara etis. Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang sistematis. Tahap 7, Langkah terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang dilakukan mencapai hasil yang diinginkan, mencapai tujuan penyelesaian masalah. Bila belum berhasil harus mengkaji lagi hal-hal apa yang menyebabkan kegagalan dan menjadi umpan balik untuk melaksanakan pemecahan atau masalah secara ulang.
Model III (model keputusan bioetis)
Tahap 1, tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu atau keunikan. Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi. Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral professional. Tahap 5, Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan. Lanjutan Model III . . . Tahap 6, identifikasi konflik-konflik nilai bila ada. Tahap 7, gali siapa yang harus membuat keputusan. Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan Tahap 9, Tentukan tindakan dan laksanakan keputusan atau tindakan Tahap 10, Evaluasi hasil (Sumber: JB Thompson and HO Thompson: Ethic in Nursing, 1981)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam praktik keperawatan
Faktor agama dan adat-isitiadat Faktor sosial Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi Faktor legislasi dan keputusan yuridis Faktor dana atau keuangan Faktor pekerjaan atau posisi klien maupun perawat Kode etik keperawatan Hak-hak klien Contoh Kasus Seorang janda berumur 38 tahun yang bekerja sebagai buruh harian, datang kerumah sakit dengan keluhan yang dikarenakan adanya gangguan pada di sekitar kepalanya seperti pusing serta sering merasa bingung, sering merasa lelah, sering mimisan dan juga rambutnya yang banyak rontok setiap hari serta berat badannya turun dari 56 kg ke 44 kg selama 2 bulan, tetapi badannya seolah-olah mengembang dan terlihat lebam disekitar tubuhnya BABnya juga sering tercampur darah. Namun sebelum itu dia mengalami demam yang berkesepanjangan dan tulang-tulangnya terasa ngilu, dan sering berkeringat pada malam hari. Setelah menjalani pemeriksaan dari dokter jaga dia mendapat rujukan ke dokter spesialis penyakit darah. Setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut, dia diwajibkan datang 3 hari kemudian untuk mengambil hasil tes laboratorium. Setelah 3 hari dia datang dengan kondisi yang semakin parah, bengkak pada kaki dan juga pergelangan tangan, rasa lemas dan sulit tidur karena sering berkeringat pada malam hari dan sakit kepala, sesak nafas dan rasa mual dan muntah. Setelah mendapat penjelasan dari dokter spesialis penyakit dalam mengenai hasil tes laboratorium, dia diwajibkan untuk rawat inap karena dia terdiagnosa penyakit kanker darah. Hasil tes laboratorium menunjukkan adanya pembengkakkan pada getah bening, dan tes darah menunjukkan anemia (sel darah merah yang sedikit) dan sel darah putih yang telah terdeformasi, sel darah putih jika dilihat melalui mikroskop teridentifikas jenis exact leukimianya. Lanjutan Contoh Kasus. . . Namun, dia mengeluh karena beberapa hari yang lalu ia tidak masuk kerja, sedangkan dia adalah tulang punggung bagi anak-anaknya karena pekerjaannya yang sebagai buruh harian. Dan juga penghasilannya yang pas-passan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan anak-anaknya berjumlah lima orang yang rata-rata masih kecil belum mampu ditinggal sendiri, namun jika dia dirawat dirumah sakit kendala yang dihadapi ialah tidak ada yang menemaninya selama dirumah sakit karena keluarganya sudah tidak ada lagi dan anak-anaknya yang masih dibawah umur tidak boleh masuk seenaknya kedalam rumah sakit. Namun setelah beberapa hari dirawat, dan kondisinya semakin parah. Dokter mnginstruksikan untuk melakukan transfuse darah secepatnya. Tapi dia memilki kepercayaan bahwa transfusi darah tidak sesuai dengan keyakinannya (dapat terkena penyakit menular (HIV)), namun selain itu juga dia tidak memiliki biaya untuk melakukan transfusi darah dan kemoterapi yang dianjurkan oleh dokter. Karena dia tidak mengerti dampak positif dari kemoterapi.
Penyelesaian Ditinjau dari factor agama dan adat-istiadat, seorang perawat disarankan memahami nilai yang diyakini dan maupun kaedah agama yang dianut oleh klien. Sehingga jika sang klien menganggap transfuse darah yang bertentangan dengan keyakinannya , sebaiknya perawat jangan terlalu memaksakan klien, namun memberi penjelasan tentang pentingnya transfuse darah pada penderita leukemia dan kemoterapi sebagai penanganan obat yang ampuh untuk membunuh sel-sel leukemia. Sedangkan masalah dana, kita sebagai perawat yang dituntut untuk memberi keputusan etis tidak harus membebani klien akan masalah keuangan namun kita harus memotivasinya atau membantu mencarikan donatur untuk menolong klien dalam menghadapi penyakitnya. Kita juga memotivasi psikologisnya dengan memberikan dukungan dan meyakinkan klien bahwa tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Sehingga dengan keyakinan untuk segera sembuh dapat mempercepat proses kesembuhannya, dan ia dapat bekerja dan berkumpul lagi dengan anak-anaknya. T h e E n d T h e E n d T h e E n d T h e E n d T h e E n d Thanks For Your Attention