Anda di halaman 1dari 20

ASKEP gastritis

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Lambung
2.1.1 Pengertian
Lambung adalah bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di
daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofogus
melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diagfragma di depan pankreas dan limpa, menempel
di sebelah kiri fundus uteri.
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a. ke kanan sampai ke pylorus inferior. Ligamentum gastrolienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
b. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esofogus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
2.1.1 Fungsi Lambung
a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan
getah lambung.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan :
1. Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
2. Asam garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan, dan
membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3. Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen
(kasinogen pada protein susu).
4. Lapisan lambung : jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang
sekresi getah lambung.
(Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat, Edisi 2, EGC 1997 : 77-78).

2.2. Konsep Gastritis
2.2.1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submucosa lambung. Adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2001, Hal : 127).
Gastritis adalah segala radang mucosa lambung (Ilmu Bedah, EGC 2004, Hal : 555).
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (www. Medicastore.com, 1 Februari
2007)
Gastristis atau tukak lambung sering dikenal sebagai sakit maag yakni proses
inflamasi/peradangan, iritasi dan infeksi pada mukosa ( jaringan lunak ) lambung. Lambung
merupakan tempat berkumpulnya makanan dan cairan yang telah dikunyah kemudian digiling
kembali menjadi bentuk yang lebih kecil dan disalurkan ke usus dua belas jari, bagian awal dari
usus kecil (www.Suara Merdeka.com). Penyakit maag, atau yang dikenal sebagai gastritis dalam
dunia medis, merupakan salah satu penyakit pada lambung.
2.2.2.Ada banyak klasifikasi dari gastristis beberapa klasifikasi gastristis yaitu :
a. Gastritis erosif, hemarogik, dan gastropati, keluhan yang timbul berupa nyeri uluhati yang
seperti terbakar dan nyeri. Keluhan lain berupa mual, muntah, diare, bahkan bisa muntah darah.
Penyebab antara lain obat-obatan (aspirin, NSAID), alkohol dan bahan korosif lain, trauma
langsung pada lambung (laser diatermi), kelainan pembuluh darah pada lambung, luka akibat
operasi lambung, dan yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan
pada daerah lambung (perut kiri atas) dan daerah uluhati.
b. Gastritis spesifik, keluhan yang timbul adalah nyeri pada daerah uluhati (anoreksia), keluhan
lain berupa mual dan bisa muntah. Pada pemeriksaan bisa terdapat nyeri tekan pada daerah
uluhati, atau bisa pula pada seluruh perut, tanpa tegangnya otot perut. Penyebabnya antara lain :
infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit dan nematodo) bagian dari penyakit saluran pencernaan lain
(misal penyakit crohn) bagian dari penyakit sistemik (misalnya sarkoidosis). Bila disebabkan
oleh infeksi/toksin biasanya sering disertai diare, nyeri perut yang hilang timbul, panas badan,
menggigil, dan kejang otot.
c. Gastritis kronis-non erosif non spesifik, keluhannya tidak spesifik, berupa perasaan tidak enak
pada uluhati yang terkadang disertai mual, muntah, perasaan penuh di uluhati pada penderita
biasanya juga ada riwayat keluhan serupa yang sering timbul, dan pola makan yang tidak
teratur. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada daerah uluhati penyebabnya antara lain
infeksi (khususnya helicobacter pylori) gastropati reaktif, autoimun (pada anemia perniciosa) dan
tumor pada lambung. Faktor kejiwaan, stres biasanya juga berperan dalam timbulnya serangan
ulang pada penyakit ini. (www.google.com).
Didasarkan pada manifestasi klinik, gastritis dapat dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan
kronik :
1. Gastritis akut
Gastritis (inflamasi akut mukosa lambung) sering akibat diet yang sembrono (Buku Ajar
keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, EGC, 2001 Hal : 1062)
Salah satu bentuk Gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit berat
adalah Gastritis erosif dan Gastritis hemoragik. Disebut hemoragik karena pada penyakit ini
akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa
lambung tersebut (Ilmu Penyakit dalam FKUI, 2001 Hal : 127).

a. Etiologi
1. Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin
2. Bahan kimia misalnya lysol
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernapasan,
gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
6. Refluks usus lambung
7. Endotoksin
8. Makan terlalu banyak
9. Makan terlalu cepat
10. Makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikrooganisme, dan terapi radiasi.
b. Patofisiologi
Membran mucosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan
dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mengsekresi sejumlah getah lambung,
yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi
dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala,
mulas, mual, dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien
asimtomatik. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Sudarth vol. 2, EGC, 2001,
Hal : 1062).

PATOFISIOLOGI

Makanan yang merangsang / Bakteri H.Pylory
Alkohol Refluks empedu
Asam Aspirin

Melekat pada epitel lambung Pengeluaran garam empedu
Perubahan kualitatif
Iritasi mukosa lambung Merusak lapisan pelindung mukus
lambung Sawar mukosa lambung

Terganggu
Perubahan
permeabilitas
Ganggren /
perforasi Sawar epitel
Penghancuran Sawar epitel

Asam
kembali berdifusi ke mukosa Peningkatan Histamin









(1) Nyeri
Penghancuran sel mukosa
Merangsang
peningkatan sekresi asam dan pepsin

Mual dan Muntah Meningkatkan permeabilitas
kapiler thd protein

(3) Resti kekurangan (2) Perubahan Nutrisi Mukosa menjadi udema
Volume cairan
Terjadi erosi


Mukosa kapiler rusak

( 4) Resti kekurangan cairan Perdarahan Resti
terhadap kerusakan perfusi jaringan

(5) Cemas

a. Gambaran Klinis
Gambaran klinis Gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat,
gejala yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat
hebat sampai terjadi rejatan karena kehilangan darah. Pada sebagian besar kasus gejalanya amat
ringan bahkan asimtomatis keluhan-keluhan tersebut misalnya nyeri timbul pada uluhati,
biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. Kadang-kadang disertai dengan
mual-mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala, pada
kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara










fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia difisiensi dengan etiologi yang tidak jelas. (Ilmu penyakit
dalam FKUI, 2001, Hal : 127).
b. Penatalaksanaan
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung
gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi
saluran gastrointestinal atas. Bila Gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat
asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
1. Untuk menetralisir asam digunakan antasida umum (misalnya aluminium hiroksida), untuk
menetralisir alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
2. Bila korosif luas atau berat, emetik dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida, serta cairan intravena.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
(Buku ajar keperawaran medikal bedah brunner and Suddarth vol 2, EGC, 2001, Hal : 1062).
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
2. Histopatologi biopsi mukosa lambung
3. Radiologi dengan kontras ganda
d. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Terjadi ulkus

1. Gastritis kronis
Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. (Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Salemba Medika, 2004, Hal : 59).
a. Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung
atau bakteri helicobacter pylory (H.Pylory) (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
and Suddarth vol 2, EGC,2001, Hal : 1062).
b. Etiologi
1. Anemia penyakit adisson dan gondok
2. Anemia kekurangan besi idiopatik
3. Ulkus lambung kronik
4. Imunologi
(Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Salemba Medika,
2004, Hal : 59)
Aspek imunologi dan bakteriologis
1. Aspek imunologi
Hubungan antara sistem imun dan Gastritis kronis jelas dengan ditemukannya autoantibodi
terhadap faktor intristik lambung dan sel parietal pada pasien dengan anemia pernisiosa, pasien
Gastritis kronik yang antibodi sel parietalnya positif dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa
mempunyai ciri-ciri khusus, secara histopalogis berbentuk Gastritis kronik atrofik predominasi
korpus dapat menyebar ke antrum dan hipergastrinemia.


2. Aspek bakteriologis
Gastritis yang ada hubungannya dengan helicobacter pylori lebih sering dijumpai dan bisanya
berbentuk Gastritis kronik aktif antrum (Ilmu penyakit dalam FKUI, 2001, Hal : 130).
c. Patofisiologis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai Gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan seluler. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai Gastritis H.pylori) mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung
bawah lambung dekat duodenum), dihubungkan dengan bakteri H.pylori : faktor diet seperti
minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus
kedalam lambung (Buku ajar keperawaran medikal bedan Brunner and Suddarth, Vol. 2, EGC,
2001. Hal : 1062).
d. Gambaran klinis
Nyeri uluhati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptikum, anemia, nyeri tekan epigastrium,
cairan lambung terganggu, aklorhidria, kadar gastrin serum tinggi pada gastrin kronik fundus
yang berat. (Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Salemba
Medika, 2004. Hal : 59-60).

e. Penatalaksanaan
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stres, dan memulai farmokoteropi, H.pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tesrosiklin
atau amoksisilin) dan garam bismul (pepto-Bismol). Pasien dengan Gastritis tipe A biasanya
mengalami malabsorpsi vitamin B 12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap faktor
intrinsik (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, vol. 2 EGC, 2001. Hal
: 1062).
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
2. Serangkaian pemeriksaan sinar x-gastroincestinal (61) atas
3. Pemeriksaan histologis
4. Tindakan diagnostik, tes serologis untuk antibodi terhadap antigen H.pylori
5. Tes pernapasan

g. Komplikasi
1. Pendarahan saluran cerna bagian atas
2. Terjadinya ulkus



2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer at al, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena
itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktek keperawatan
dari ANA (American Nursing Association).
(Nursalam, 2001. Hal : 17)
Dalam pengkajian pasien dengan gastritis sumber data dapat diperoleh dari pasien sendiri atau
keluarga, status kesehatan klien dan tim kesehatan lainnya.
Data-data yang perlu dikumpulkan antara lain :
1. Identitas
Mencakup identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan tanggal masuk rumah sakit. Identitas penanggung
jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa,
hubungan dengan penderita/pasien.
2. Keluhan Utama
Umumnya keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yaitu nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual dan muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal mulai sakit, kapan terjadi keluhan apakah sehabis makan atau sebelum makan, jenis
makanan apa yang dimakan sebelumnya (pedas, mencerna obat-obatan tertentu atau alkohol),
apakah pasien sekarang mengalami ansietas, stres, alergi, makan dan minum terlalu banyak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya atau kebiasaan pada pola
makan klien yang tidak teratur. Adakah riwayat penyakit lambung atau pembedahan lambung
sebelumnya, riwayat diet.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di dalam keluarga pernah ada yang menderita penyakit gastritis sebelumnya.
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen, identifikasi
lamanya waktu dimana gejala hilang, identifikasi metode yang digunakan untuk mengatasi
gejala, dehidrasi ( tungor kulit membran mukosa kering ), dan bukti adanya gangguan sistemik
yang menyebabkan gejala gastritis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (A. Carpenito, 2000.
(Nursalam. 2001. Hal : 35 ).
NANDA menyatakan bahwa bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial
sebagai, dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gastritis antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
2. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak
adekuat.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer,
Taptich dan Bernocchi. Losey, 1996). Perencanaan keperawatan juga diartikan sebagai rencana
tindakan keputusan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuannya terpenuhinya kebutuhan
pasien.
Perencanaan meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Menentukan prioritas masalah.
Masalah yang perlu segera dipecahkan mendapat prioritas utama.
Pertimbangan untuk menentukan prioritas masalah adalah :
A. Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah kesehatan yang mengancam kehidupan dan
keselamatan pasien.
B. Masalah yang sedang dihadapi diberi perhatian lebih dahulu daripada masalah yang mungkin
(potensial).
Urutan prioritas masalah pasien dengan Gastritis adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak
adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
2. Menentukan Tujuan / Kriteria Hasil
Tujuan keperawatan hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan yang direncanakan.
Menentukan Rencana Tindakan
Penyusunan rencana tindakan harus secara jelas dan singkat rencana tindakan itu sendiri
adalah langkah menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat dalam
rangka menolong pasien untuk mencapai suatu tujuan keperawatan.
3. Rasional
Merupakan dasar atau landasan dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada pasien
masalah tersebut diatas maka prioritas, tujuan kriteria hasil dan rasionalisasi dari gastritis adalah
:
4. Rencana Asuhan Keperawatan
A. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan mukosa
lambung teriritasi
1. Tujuan

2. Hasil yang diharapkan
:

:
Menghilangkan rasa nyeri klien

Melaporkan nyeri berkurang intervensi
keperawatan.
3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan.
b. Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi
mukosa lambung.
c. Gunakan teknik relaksasi.
4. Rasional
a. Dengan mengkaji tingkat nyeri klien dapat
mempermudah dalam memberikan tindakan keperawatan.
b. Membatasi/menghindari makanan yang dapat
mengiritasi lambung, menurunkan resiko pendarahan gaster/ulkus
pada beberapa individu.
c. Teknik relaksasi dengan mengalihkan perhatian pasien
dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
B. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
1. Tujuan
2. Hasil yang diharapkan
:
:
Menjamin masukan nutrisi adekuat.
Pasien menghindari makanan-
makanan pengiritasi atau minuman
yang mengandung kafein atau alkohol.
3. Intervensi
a. Dukungan fisik dan emosional diberikan dan pasien
dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup mual,
muntah, sakit uluhati dan kelelahan.
b. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut
selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut
berkurang.
c. Bila terdapat terapi intravena pemberiannya dipantau
secara teratur.
d. Hindari minum yang mengandung kafein
e. Penggunaan alkohol dihindari
f. Pasien disarankan untuk mengurangi/menghindari
merokok
4. Rasional
a. Membantu klien untuk mengurangi stres yang timbul
akibat dari penyakit yang diderita.
b. Memberikan istirahat pada traktus gastrointestinal
selama fase akut/kronis sampai kembali berfungsi normal.
c. Memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan
oral dapat dimulai, indikator kebutuhan cairan/nutrisi dan
keefektifan terapi dan menghindari terjadinya komplikasi.
d. Kafein dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang
dapat meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin.
e. Zat yang terkandung di dalam alkohol dapat mengiritasi
lambung.
f. Zat yang terkandung di dalam rokok yaitu nikotin akan
mengurangi sekresi bikarbonat pankreas dan dapat menghambat
netralisasi asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga dapat
meningkatkan aktivitas otot dalam usus yang dapat menimbulkan
mual dan muntah.
C. Diagnosa III : Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan masukan cairan
tidak cukup dan kehilangan cairan
berlebihan karena muntah.
1. Tujuan
2. Hasil yang diharapkan
:
:
Mempertahankan keseimbangan cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan
:
a. Mentoleransi terapi intravena
sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
b. Minum 6-8 gelas setiap hari
c. Mempunyai keluaran urine kira-kira 1
liter setiap hari.

d. Menunjukkan turgor kulit yang
adekuat.
3. Intervensi
a. Pantau masukan dan keluaran cairan setiap hari.
b. Pantau nilai elektrolit.
c. Waspada terhadap adanya indiator gejala hemoragik.
d. Ikuti pedoman penatalaksanaan pendarahan saluran
gastrointestinal.
4. Rasional
a. Haluan dan masukan cairan setiap hari dipantau untuk
mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi.
b. Nilai elektrolit perlu dikaji setiap 24 jam untuk
mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
c. Untuk menghindari metastase penyakit yang
menimbulkan hematemesis, takikardia dan hipotensi.
d. Untuk menghindari kesalahan dalam melakukan
tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya syok.
D. Diagnosa IV : Ansietas berhubungan dengan
pengobatan
1. Tujuan
2. Hasil yang diharapkan
:
:
Mengurangi ansietas
Menunjukkan berkurangnya ansietas


3. Intervensi Keperawatan
a. Bila mencerna asam atau alkali, lakukan tindakan
darurat.
b. Persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostik
endoskopi atau pembedahan.
c. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai tingkat
pemahaman pasien.
4. Rasional
a. Menghindari stres pasien yang berkelanjutan.
b. Membantu klien untuk menekan tingkat kecemasan
yang dirasakan.
c. Dengan mengetahui prosedur dan pengobatan klien
dapat mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.
E. Diagnosa V : Kurang pengetahuan tentang
penatalaksanaan diet dan proses
penyakit.
1. Tujuan : Meningkatkan kesadaran tentang
penatalaksanaan diet.
2. Hasil yang
diharapkan
: Mematuhi program pengobatan
a. Memilih makanan dan minuman
bukan mengiritasi.
b. Menggunakan obat-obatan sesuai
resep.
3. Intervensi
a. Evaluasi pengetahuan pasien tentang gastritis.
b. Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari.
c. Obat-obatan diberikan sesuai resep.
d. Jelaskan tentang pola makan.
4. Rasional
a. Memudahkan dalam memberikan tindakan keperawatan.
b. Untuk menghindari/mencegah terjadinya gastritis
berulang dikarenakan mengkonsumsi zat-zat yang dapat mengiritasi
mucosa lambung.
c. Mempercepat proses penyembuhan dan menghindari
obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung.
d. Pola makan yang teratur dapat mempercepat
penyembuhan dan meminimalkan timbulnya penyakit gastritis.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicus dan Bayne, 1994). (Nursalam, 2001. Hal :
17).

Anda mungkin juga menyukai