dr. Emilia Sp. P dan dr. Yuningsih RS. Ajidarmo 12 November 2012 12 November 2013 Presentasi 3. 31 Oktober 2013
Kabupaten Lebak Rangkas - Bitung R U A N G A N
R A W A T
I N A P
Identitas Pasien (dilakukan autoanamnesis). Nama : Tn. S Usia : 60 tahun Pekerjaan : Petani Pendidikan : SD Agama : Islam Alamat : Cipanas Suku : Sunda Warganegara : Indonesia Status Pernikahan :Nikah Jenis Kelamin : Laki laki Masuk IGD : 18 Okt 2013 Masuk rawat inap : 18 Okt 2013 Anamnesis Keluhan Utama : Sesak yang memberat sejak 1 hari SMRS IGD Ajidarmo (18 Oktober 2013) IGD Rs.Ajidarmo.
Riwayat Penyakit Sekarang 2 bulan SMRS
Mulai merasa sesak napas. Disertai batuk 1-3 hari. Batuk berulang, ada dahak berwarna putih, jarang disertai demam. DOE (+). Bolak-balik puskesmas di uap, Sesak nafas berkurang. Sulit makan (+), nafsu makan menurun (+), Penurunan BB, 1 kg (+). Nyeri ulu hati (+),
Mual (+), Muntah (+). 1 minggu SMRS Sesak napas dirasakan sejak pasien mulai batuk, bunyi ngik, bunyi ngrok-ngrok, Batuk, Dahak (+) putih, Darah (-), Demam (-), Dua bantal saat tidur malam hari (-), Keringat malam (-), nyeri dada saat bernapas (-), 1 hari SMRS Sesak yang memberat sejak 1 hari SMRS IGD Ajidarmo (18 Oktober 2013) Riwayat Penyakit Sekarang Di IGD Selama di IGD pasien telah mendapatkan oksigen, di uap rutin per 6 jam, obat penurun demam, obat batuk pilek, serta Obat antibiotik suntik. Riwayat Penyakit Dahulu Tuberkulosis (-), asma (-) alergi (-) campak (-) Riwayat keluarga : Tidak ada yg sedang batuk di rumah ataupun lingkungan dan pengobatan paru. Anak pasien juga merokok.
Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok (+) sejak usia muda. Pasien merokok 3 bungkus/ hari, Riwayat Sosial Pasien merokok sejak usia muda kurang lebih usia 19 tahun. Bila merokok pasien 3 bungkus rokok per hari. Pasien masih bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti pergi keladang dan ngobrol bersama teman-teman pasien. Pemeriksaan Fisik (18 Oktober 2013) Keadaan umum: Kesan sakit : sakit sedang, tampak sesak Kesadaran : composmentis Sianosis : - Oedema : - Tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 92x/menit Frekuensi nafas : 28x/menit Suhu : 37 0 C
Pemeriksaan Fisik Kepala Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik THT : dalam batas normal Tenggorok : T1/T1, arkus faring simetris, hiperemis (-) KGB : tidak membesar Trakea : di tengah JVP : 5-2 cmH2O
Kulit Warna : coklat Jaringan parut : (-) Pigmentasi : (-) Turgor : normal Ikterus : (-)
Pemeriksaan Fisik Dada: Bentuk dada : normal , Benjolan (-), venetaksi (-) Penggunaan alat bantu nafas, m. Stenocleidomastoideus +, retraksi sela iga, ekspirasi memanjang. venektasi Kanan Kiri Inspeksi Kiri dan kanan sama statis dan dinamis Palpasi anterior posterior
Fremitus kiri dan kanan sama Fremitus kiri dan kanan sama Perkusi anterior posterior
Sonor Sonor
Sonor Sonor Auskultasi anterior posterior
Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing +/+ Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing +/+ Pemeriksaan Fisik Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba di 2 jari medial midklavikula kiri Auskultasi : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : simetris, benjolan (-) palpasi : nyeri tekan (-), hati, limpa tidak teraba Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstrimitas Akral : akral kaki hangat, edema (-/-)
Diagnosis banding : Dispneu ec pneumothorak, Massa paru Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan Anjuran
Spriometri bila stabil EKG Cek BTA 3 x Penatalaksanaan Rawat inap O 2 3L/menit IVFD RL 500ml + aminofilin 360mg/ 12 jam Inhalasi combivent per 6 jam Ceftriaxone 1 x 3 gr Ranitidine 2 x 1 amp iv Ondansetron 3 x 1 amp iv capsul garam 3 x 500 mg Edukasi
Resume 1 HARI SMRS, SESAK NAPAS: Terus menerus, saat beraktivitas malam hari. Berkurang dengan istirahat, masih terasa. 1 x Bunyi ngik, Lama lama bunyi ngrok-ngrok, 1 Minggu SMRS, BATUK: ++ Berdahak putih, Sulit makan, Nafsu makan menurun, berat badan turun 1 kg dlm 2 bulan. 2 Bulan SMRS, Mulai sesak nafas Setelah batuk 1-3 hari, dahak Putih (+). jarang demam DOE (+), orthopnea (-), PND (-). F. RESIKO: merokok (+) sejak usia muda. Pasien merokok 3 bungkus/ hari, Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, denyut nadi: 92x/menit, frekuensi nafas : 28x/menit, retraksi sela iga +, otot bantu nafas +, suhu: 37 0 C, sesak nafas: ya, status nutrisi: kesan normal. Suara nafas vesikuler kiri dan kanan, Rh basah kasar +/+ Wh +/+, Ekstremitas : akral hangat (+). Pemeriksaan foto thorak menunjukkan kesan corakan bronkovaskular kasar Keterangan Leukosit 19,360/ul Meningkat Natrium 130 meq?l menurun Prognosis Ad Vitam :ad malam Ad functionam :ad malam Ad sanationam : Dubia ad malam
ANALISIS MASALAH PPOK Penyakit kronik: (+) hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. Emfisema diagnosis patologik dan bronkitis kronik diagnosis klinis. Jadi tidak dimasukkan dalam definisi PPOK, Faktor risiko : Riwayat pajanan : asap rokok, polusi udara, polusi tempat kerja Usia Gejala Klinis : Sesak napas Batuk kronik + produksi sputum Keterbatasan aktifitas Pemeriksaan fisis* Pemeriksaan foto toraks Curiga PPOK** Infiltrat,massa,dll Fasilitas spirometri (-) Fasilitas spirometri (+) Normal 30%<VEP1<70% prediksi VEP1/KVP < 80% PPOK secara klinis Berisiko PPOK derajat 0 PPOK derajat I/II/III/IV Bukan PPOK ANALISIS KASUS pada pasien PPOK Pasien laki-laki usia. 60 tahun sesak napas , aktivitas sesak (+) didahului batuk, dahak (+). Pasien perokok aktif sejak usia 19 tahun, 3 bungkus per hari. Pemeriksaan Fisik : Demam, takipnea, ronkhi basah kasar, wheezing. PP :leukositosis, hiponatremi. Foto thorak :corakan bronkovaskular meningkat, kasar. 05/09/2014 21 TEORI Merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan. Terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja Penyakit pada keluarga Faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir rendah, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok, dan polusi udara. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak. Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi. Keadaan Klinis Pada Pasien Merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan. Terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja Penyakit pada keluarga Faktor predisposisi: INFEKSI SALURAN NAPAS BERULANG, LINGKUNGAN ASAP ROKOK, DAN POLUSI UDARA. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak. Sesak dengan bunyi mengi. Anamnesis Eksaserbasi akut pada pasie ini ditandai dengan gejala: TEORI Batuk makin sering/hebat Produksi sputum bertambah banyak Sputum berubah warna Sesak napas yang bertambah Keterbatasan aktivitias bertambah Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik Kesadaran menurun
Pada pasien: Batuk makin sering/hebat (+) Produksi sputum bertambah banyak (+) Sputum berubah warna (-) Sesak napas yang bertambah + Keterbatasan aktivitas bertambah (+). Terdapat ancaman gagal napas akut pada gagal napas kronik Kesadaran menurun (-)
Pemeriksaan Fisik TEORI Bentuk dada : barrel chest Penggunaan otot bantu napas Pelebaran sela iga Hipertrofi otot bantu napas Fremitus melemah Hipersonor Suara napas vesikuler melemah atau normal Ekspirasi memanjang Mengi Pada pasien Bentuk dada : barrel chest Penggunaan otot bantu napas Pelebaran sela iga Hipertrofi otot bantu napas Fremitus melemah Hipersonor Suara napas vesikuler normal Ekspirasi memanjang Mengi Klasifikasi PPOK Derajat Klinis Faal Paru I: PPOK ringan Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum) VEP 1 /KVP < 70% VEP 1 80% prediksi II: PPOK sedang Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum), dapat disertai dengan sesak nafas saat beraktivitas VEP 1 /KVP < 70% 50% VEP 1 < 80% prediksi III: PPOK berat Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum), sesak nafas bertambah VEP 1 /KVP < 70% 30% VEP 1 < 50% prediksi IV: PPOK sangat berat Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan VEP 1 /KVP < 70% VEP 1 < 30% prediksi atau VEP 1
< 50% dengan gejala gagal nafas/gagal jantung kanan Pada pasien: Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum), dapat disertai dengan sesak nafas saat beraktivitas Indikasi rawat inap pasien PPOK TEORI EKSASERBASI: sedang - berat Terdapat komplikasi: Infeksi saluran napas berat Gagal Jantung akut pada gagal napas kronik Gagal jantung kanan. Pada Pasien Eksaserbasi : Sedang berat (+). Terdapat komplikasi: Infeksi saluran napas berat (+) Gagal jantung akut pada gagal napas kronk (-). Gagal jantung kanan (-). PEMERIKSAAN PENUNJANG HASIL LABORATORIUM PADA PASIEN Foto thorak Corakan bronkovaskular meningkat dan kasar Laboratorium - Hiponatremi - Leukositosis. Ket Leukosit 19,360/ul Meningkat Natrium 130 meq/l menurun Sputum Normal BTA I negatif Negatif BTA II negatif negatif Tujuan TATALAKSANA pada pasien: Mencegah progresivitas penyakit Mengurangi gejala Meningkatkan toleransi latihan Mencegah dan mengobati komplikasi Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang Mencegah atau meminimalkan efek samping obat Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru Meningkatkan kualitas hidup penderita Menurunkan angka kematian
Algoritma tata laksana PPOK eksaserbasi akut di rumah sakit Nilai berat gejala (kesadaran, frekuensi napas, pemeriksaan fisis), analisis gas darah, foto thorax 1. Terapi oksigen 2. Bronkodilator 1.Inhalasi/nebilizer (agonis 2 , antikolinergik) 2.Intravena 3.Antibiotik 4.Kortikosteroid sistemik 5.Diuretika bila ada retensi cairan
Mengancam jiwa (gagal napas akut) ICU
Tidak mengancam jiwa Ruang rawat 1. Terapi oksigen: O 2 3L/menit 2. Bronkodilator 1.Inhalasi/nebilizer (agonis 2 , antikolinergik): Inhalasi combivent per 6 jam 2.Intravena: IVFD RL 500ml + aminofilin 360mg/ 12 jam 3. Antibiotik: Ceftriaxone 1 x 3 gr
PADA PASIEN Follow Up Tanggal 19 Oktober 2013 S = Sesak (+). Demam (-), batuk (+), mual (-), muntah (-) O = KU/ Kes = Tampak sakit sedang/ CM FN = 80 kali/menit, reguler isi cukup. RR = 22 kali/menit, kedalaman sedang, retraksi sela iga +, S = 37,5 o C Kepala = deformitas (-), rambut jarang Mata = CA -/-, SI -/-, cekung -/- Hidung = NCH -/-, secret +/+ Mulut = sianosis (-), mukosa lembab Leher = KGB tidak teraba membesar Thoraks = C/ BJ I-II reg. murmur (-), gallop (-) P/ Sn vesikuler, rh+/+, wh +/+ Abdomen = datar, lemas, BU (+) normal , turgor < 2 detik Ekstremitas = akral hangat, CRT < 2, edema -/-,
A = PPOK Eksaserbasi akut. Gangguan elektrolit (hiponatremi ringan) Sindrom dispepsia perbaikan P = O 2 3L/menit IVFD RL 500ml + aminofilin 360mg/ 12 jam Inhalasi combivent per 6 jam Ceftriaxone 1 x 3 gr Ranitidine 2 x 1 amp iv Ondansetron 3 x 1 amp iv capsul garam 3 x 500 mg Follow Up Tanggal 20 Oktober 2013 S = Sesak (+). Demam (-), batuk (+), mual (-), muntah (-) O = KU/ Kes = Tampak sakit sedang/ CM FN = 80 kali/menit, reguler isi cukup RR = 20 kali/menit, kedalaman sedang S = 37,5 o C Kepala = deformitas (-), rambut jarang Mata = CA -/-, SI -/-, cekung -/- Hidung = NCH -/-, secret +/+ Mulut = sianosis (-), mukosa lembab Leher = KGB tidak teraba membesar Thoraks = C/ BJ I-II reg. murmur (-), gallop (-) P/ Sn vesikuler, rh+/+, wh +/+ Abdomen = datar, lemas, BU (+) normal , turgor < 2 detik Ekstremitas = akral hangat, CRT < 2, edema -/-,
A = PPOK Eksaserbasi akut. Gangguan elektrolit (hiponatremi ringan) Sindrom dispepsia perbaikan P = O 2 3L/menit IVFD RL 500ml + aminofilin 360mg/ 12 jam Inhalasi combivent per 6 jam Ceftriaxone 1 x 3 gr Ranitidine 2 x 1 amp iv Ondansetron 3 x 1 amp iv capsul garam 3 x 500 mg BTA 1: negatif BTA 2: negatif Resume, pasien APS pulang 1 HARI SMRS, SESAK NAPAS: Terus menerus, saat beraktivitas malam hari. Berkurang dengan istirahat, masih terasa. 1 x Bunyi ngik, Lama lama bunyi ngrok-ngrok, 1 Minggu SMRS, BATUK: ++ Berdahak putih, Sulit makan, Nafsu makan menurun, berat badan turun 1 kg dlm 2 bulan. 2 Bulan SMRS, Mulai sesak nafas Setelah batuk 1-3 hari, dahak Putih (+). jarang demam DOE (+), orthopnea (-), PND (-). F. RESIKO: merokok (+) sejak usia muda. Pasien merokok 3 bungkus/ hari, Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, denyut nadi: 92x/menit, frekuensi nafas : 28x/menit, retraksi sela iga +, otot bantu nafas +, suhu: 37 0 C, sesak nafas: ya, status nutrisi: kesan normal. Suara nafas vesikuler kiri dan kanan, Rh basah kasar +/+ Wh +/+, Ekstremitas : akral hangat (+). Pemeriksaan foto thorak menunjukkan kesan corakan bronkovaskular kasar, BTA I,II: negatif Keterangan Leukosit 19,360/ul Meningkat Natrium 130 meq?l menurun TINJAUAN PUSTAKA PPOK Emfisema adalah pembesaran abnormal dan permanen dari ruang alveolus, yang disebabkan oleh destruksi dinding alveolus serta penggabungan sakus alveoli yang berdekatan. Bronkitis kronik didefinisikan sebagai batuk kronik berdahak setiap hari selama paling sedikit 3 bulan dan selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. Kedua penyakit inilah yang paling berperan dan bersama-sama membentuk proses patofisiologis dan gambaran klinis dari PPOK. Penyebab yang paling banyak yang menyebabkan PPOK adalah: Asap Rokok Perokok aktif Perokok pasif Polusi udara Polusi dalam ruangan asap rokok, asap kompor Polusi di luar ruangan gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun) infeksi saluran napas bawah berulang Patogenesis PPOK ditandai dengan adanya inflamasi kronik yang ringan pada saluran napas, parenkim, dan pembuluh darah paru. Makrofag, CD8+ limfosit T, dan neutrofil meningkat di paru. Sel-sel inflamasi yang teraktivasi akan melepaskan mediator- mediator yakni leukotriene B4, IL-8, TNF, dan lain-lain yang dapat merusak struktur paru. Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi, dan polusi.
Rokok Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa pada detik pertama (VEP1). Pada perokok terjadi akumulasi neutrofil dan makrofag di alveolus. Akumulasi neutrofil ini akan mengaktifkan dan melepaskan granul-granul yang kaya akan cellular protease (neutrophil elastase, proteinase 3, dan cathepsin G) yang akan menyebabkan kerusakan jaringan. Infeksi Infeksi paru menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun lebih berat. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit di atas, tetapi bila ditambah merokok maka resiko akan lebih tinggi. Komponen-komponen asap rokok merangsang berbagai perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia dapat mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan ventilasi, terutama ekspirasi terhambat timbul hiperkapnia Komponen-komponen asap rokok merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. Progresi PPOK dikarakteristikan oleh akumulasi eksudat mukus inflamatorik pada lumen jalan napas kecil dan penebalan dinding-dindingnya. Dinding-dinding tersebut terinfiltrasi oleh adaptive dan innate inflammatory immune cells. Infiltrasi jalan napas oleh substansi-substansi sperti fagosit dan sel T CD4 meningkat seiring jalannya penyakit. Proses inflamasi ini berakibat pada proses repair dan remodeling mengakibatkan terjadinya fibrosis. Respon inflamasi ini disebabkan terutama oleh asap rokok (kebiasaan merokok) dan ekspos terus menerus terhadap agen iritan paru (polusi). Manifestasi klinis Gejala batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum berwarna bening dan mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik. Clubbing pada jari bukan ciri khas PPOK dan ketika ditemukan, kecurigaan diarahkan pada ganguan lainnya, terutama karsinoma bronkogenik. Sesak napas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit. Pada keadaan yang berat, sesak napas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara. Pada penyakit yang moderat hingga berat , pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan suara napas, ekspirasi yang memanjang, rhonchi, dan hiperresonansi pada perkusi. Karena penyakit yang berat kadang berkomplikasi menjadi hipertensi pulmoner dan cor pulmonale, tanda gagal jantung kanan (termasuk distensi vena sentralis, hepatomegali, dan edema tungkai) dapat pula ditemukan. Klasifikasi PPOK Derajat Klinis Faal Paru I: PPOK ringan Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum) VEP 1 /KVP < 70% VEP 1 80% prediksi II: PPOK sedang Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum), dapat disertai dengan sesak nafas saat beraktivitas VEP 1 /KVP < 70% 50% VEP 1 < 80% prediksi III: PPOK berat Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum), sesak nafas bertambah VEP 1 /KVP < 70% 30% VEP 1 < 50% prediksi IV: PPOK sangat berat Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan VEP 1 /KVP < 70% VEP 1 < 30% prediksi atau VEP 1 < 50% dengan gejala gagal nafas/gagal jantung kanan Anamnesis Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja Riwayat penyakit emfisema pada keluarga Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir rendah, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok, dan polusi udara Batuk berulang dengan atau tanpa dahak Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik PPOK dini umumnya tidak ada kelainan Ekspirasi yang memanjang petunjuk kelainan yang dini
Pemeriksaan Fisik Paru Inspeksi Pursed-lips breathing Barrel chest Penggunaan otot bantu napas Hipertrofi otot bantu napas Pelebaran sela iga Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai Edema dan jari tabuh (clubbing finger) pada ekstremitas Penampilan pink puffer pada enfisema (penderita tampak kurus, kulit kemerahan, dan pernapasan pursed lips breathing) atau blue bloator pada bronkitis kronik (penderita tampak gemuk, sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru)
Barrel Chest
Barrel Chest
Pink Puffer pada Emfisema
Blue Bloater pada Bronkitis Kronik
Sianosis pada Blue Bloater
Perbandingan (A) Pink Puffer dan (B) Blue Bloater
Pemeriksaan Fisis Paru Palpasi Pada emfisema: fremitus melemah, sela iga melebar. Perkusi Pada emfisema: hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah. Auskultasi Suara napas vesikular normal atau melemah. Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa. Ekspirasi memanjang. Bunyi jantung terdengar jauh.
Pemeriksaan Faal Paru Spirometri Obstruksi: % VEP1 (VEP1/VEP1 prediksi) < 80% dan atau % VEP1/KVP < 75% Uji Bronkodilator Dilakukan menggunakan spirometri, bila tidak ada dapat menggunakan APE meter Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE Perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal
Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Leukosit
Radiologi (Foto Polos Toraks) Posisi PA dan lateral Emfisema Hiperinflasi dengan ditandai oleh diafragma yang rendah atau mendatar, penciutan pembuluh darah pulmoner, hiperlusen, pertambahan diameter anteroposterior, ruang retrosternal melebar, adanya bulla, dan jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop/eyedrop appearance). Corakan paru bertambah menyerupai gambaran bronkitis kronik
Radiologi (Foto Polos Toraks) Bronkitis Kronik Pada 21-50% foto toraks penderita bronkitis kronik menunjukkan gambaran normal Corakan bronkovaskular yang bertambah dan hiperinflasi
Uji Provokasi Bronkus Pada sebagian kecil PPOK, terdapat hiperreaktivitas bronkus derajat ringan
Uji Coba Kortikosteroid Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30-50 mg per hari selama 2 minggu Pada PPOK, umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
Analisis Gas Darah Menilai gagal napas kronik stabil atau gagal napas akut pada gagal napas kronik Dilakukan pada penderita PPOK dengan gejala yang terus berlangsung dan bertambah berat Pada bronkitis kronik: hipoksemia yang sedang sampai berat dan hiperkapnia Emfisema: normoksia atau sedikit hipoksia dan normokapnia
Elektrokardiografi (EKG) Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai dengan P pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
Ekokardiografi Menilai fungsi jantung kanan.
Bakteriologi Spesimen sputum Pewarnaan Gram Kultur resistensi Untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat bagi infeksi saluran napas berulang penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK
DIAGNOSIS BANDING
Evaluasi dan Monitoring Penyakit Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai PPOK atau pasien yang telah didiagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan monitoring penyakit Pajanan faktor risiko, jenis zat dan lamanya terpajan Riwayat timbulnya gejala atau penyakit Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain (asma, TB paru) Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat penyakit paru kronik lainnya PENATALAKSANAAN Penyakit komorbid yang ada (penyakit jantung, rematik, atau penyakit yang menyebabkan keterbatasan aktivitas) Rencana pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien (keterbatasan aktivitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh ekonomi, perasaan depresi/cemas) Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko terutama berhenti merokok Dukungan dari keluarga
Menurunkan Faktor Risiko Menghindari/meminimalisasi rokok dan zat inhalasi lain yang bersifat iritan. Asap tembakau (rokok) Debu pekerjaan (organik dan inorganik) Beberapa jenis pekerjaan dengan paparan spesifik seperti tambang batubara, tambang emas, debu tekstil kapas adalah faktor risiko terjadinya PPOK Polusi udara (indoor) yang berasal dari dapur rumah tangga tidak berventilasi baik asap kompor, asap tungku atau kayu bakar Polusi udara (outdoor) gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan
Menurunkan Faktor Risiko Menghindari infeksi (terutama infeksi saluran napas) eksaserbasi akut Menjaga lingkungan yang sehat Perbaikan nutrisi
Tata Laksana PPOK Stabil Edukasi pada pasien dan keluarga Berhenti merokok Pengetahuan dasar PPOK Pencegahan dan pengobatan penyakit Pencegahan perburukan penyakit dengan menghindari faktor risiko Menghindari pencetus Penyesuaian aktivitas
2 agonist Xantin Kombinasi SABA + antikolinergik Kombinasi LABA + kortikosteroid Antioksidan Dipertimbangkan: mukolitik Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan uji steroid positif Vaksinasi influenza dipertimbangkan pada pasien usia > 60 tahun dan pada pasien PPOK sedang, berat, dan sangat berat. Tata Laksana PPOK Stabil Non Farmakologi Rehabilitasi Terapi oksigen Vaksinasi Nutrisi Ventilasi nonmekanik Intervensi bedah
Tatalaksana PPOK Eksaserbasi PPOK eksaserbasi dapat dikenali dari gejala berikut: Batuk makin sering/hebat Produksi sputum bertambah banyak Sputum berubah warna Sesak napas yang bertambah Keterbatasan aktiviti bertambah Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik Kesadaran menurun
Tatalaksana PPOK Eksaserbasi Optimalisasi penggunaan obat Bronkodilator Agonis 2 kerja singkat kombinasi dengan antikolinergik perinhalasi (nebulizer) Xantin intravena (bolus dan drip) Kortikosteroid sistemik masih kontroversial utamanya bermanfaat pada serangan akut
Tatalaksana PPOK Eksaserbasi Antibiotik Diberikan bila ada infeksi mengurangi keadaan eksaserbasi akut. Golongan makrolid baru (Azithromisin, Roksitromisin, Klaritromisin) Golongan kuinolon respirasi Sefalalosporin generasi III/IV Mukolitik Ekspektoran
Tatalaksana PPOK Eksaserbasi Terapi oksigen Terapi nutrisi Rehabilitasi fisik dan respirasi Evaluasi progresivitas penyakit Edukasi
Indikasi rawat pada pasien PPOK Eksaserbasi sedang dan berat Terdapat komplikasi Infeksi saluran napas berat Gagal napas akut pada gagal napas kronik Gagal jantung kanan
Indikasi Rawat ICU Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat Kesadaran menurun, letargi atau kelemahan otot-otot respirasi Setelah pemberian oksigen masih terjadi hipoksemia atau perburukan PaO 2 < 50 mmHg atau PaCO 2 > 50 mmHg memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau noninvasif).
Algoritma tata laksana PPOK eksaserbasi akut di rumah dan pelayanan kesehatan primer Algoritma tata laksana PPOK eksaserbasi akut di rumah sakit
Tata laksana PPOK dapat dibedakan berdasarkan derajatnya
Tata laksana PPOK dapat dibedakan berdasarkan derajatnya
Tata laksana PPOK dapat dibedakan berdasarkan derajatnya