Anda di halaman 1dari 177

1 - 1

BAB - 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan bahwa pengembangan kawasan perdesaan
harus sejalan dengan pengembangan pada kawasan perkotaan,
yang secara terintegrasi pengembangan keduanya ditujukan
untuk mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang wilayah
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Desa secara harpiah menurut Undang-undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa, adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain sebagai suatu kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua, disebutkan bahwa pembagian
daerah di Provinsi Papua pada tingkat Kabupaten/Kota terdiri
dari sejumlah Distrik, dimana tiap Distik terdiri dari sejumlah
Kampung. Distrik atau Kecamatan adalah wilayah kerja Kepala



1 - 2
Distrik sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota, sedangkan
Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
Kabupaten/Kota.
Kawasan kampung merupakan suatu bagian wilayah yang tidak
berdiri sendiri dan dalam konteks rencana tata ruang wilayah,
penataan ruangnya merupakan bentuk detail dari penataan
ruang wilayah kabupaten,
Dalam rangka implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten, kawasan kampung dan/atau pedesaan
yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten adalah salah
satu kawasan yang perlu dikembangkan, karena sumber daya
alam yang menjadi energi keberlanjutan pembangunan berada
pada kawasan tersebut.
Suatu wilayah bisa disebut kampung dan perdesaan karena
mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan perkotaan.
Suatu kawasan yang aktifitas utamanya atau aktifitas ekonomi
penduduknya bersandar pada pengelolaan sumberdaya alam
setempat atau pertanian dinamakan dengan kawasan
perdesaan. Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Kawasan perdesaan adalah wilayah
yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan



1 - 3
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kondisi kawasan kampung yang terdapat di Kabupaten Mappi
saat ini menunjukkan adanya dinamika yang terus mengalami
perkembangan pembangunan, sehingga Pemerintah Daerah
Kabupaten Mappi merasa perlu menyusun arahan rencana tata
ruang kawasan perdesaan yang meliputi rencana pemanfaatan
lahan, ragam bangunan, arsitektural dan rencana
teknis/rancang bangunan, serta sosial ekonomi budaya
kawasan perdesaan.
Rencana penataan ruang kawasan perkampungan/pedesaan
diharapkan nantinya mampu menjadi acuan atau koridor bagi
semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan
perdesaan. Yang lebih penting lagi adalah bahwa diharapkan
Rencana Tata Ruang tersebut mampu menjadi inspirasi dalam
menyusun terobosan untuk mengangkat masyarakat desa
menjadi lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut maka
rencana penataan ruang Kampung Aboge yang berada di Distrik
Asue diharapkan akan terwujud pola pemanfaatan ruang yang
efektif, tepat guna, berdasarkan spesifik daerah setempat dan
terintegrasi dengan rencana tata ruang wilayah dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
1.2. Landasan Teoritis
Dalam pengembangan tata ruang wilayah, kawasan perdesaan
harus dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan



1 - 4
kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak
dikotomis ini menjadi penting dan mendasar dalam
penyusunan peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan
perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan
keseimbangan perlakuan wilayah, khususnya oleh pelaku
pembangunan.
Selama ini masyarakat perdesaan dicirikan dengan kondisinya
yang serba terbatas dibandingkan dengan masyarakat
perkotaan. Dari aspek perekonomian, kegiatan ekonomi di
perkotaan lebih variatif dibanding di kampung sehingga
peluang berusaha juga lebih banyak. Dari segi pendidikan,
jumlah sarana serta kualitas pendidikan di perkotaan lebih baik
dibanding di kawasan perkampungan. Dari segi ketersediaan
sarana dan prasarana pelayanan umum di kawasan perkotaan
juga lebih lengkap dan lebih baik dibanding di kawasan
perkampungan. Dari segi ikatan sosial, masyarakat perdesaan
mempunyai sedikit kelebihan dibanding masyarakat perkotaan,
terutama dalam sikap tolong-menolong (bergotong-royong)
dan toleransi yang lebih tinggi serta keragaman budaya yang
masih tetap terpelihara di kawasan kampung/pedesaan.
Karakteristik penggunaan lahan di kawasan pedesaan/
kampung lebih bersifat heterogen, sehingga pola pemanfaatan
ruangnya juga sangat sederhana. Pemanfaatan lahan di desa
dibedakan atas dua fungsi, yaitu: Fungsi sosial untuk
perkampungan desa dan Fungsi ekonomi untuk aktivitas
ekonomi seperti, sawah, perkebunan, pertanian dan
peternakan. Pola tata ruang umumnya tergantung pada kondisi



1 - 5
topografi yang alami, letak rumah di kelilingi pekarangan cukup
luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap
mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan.
Pada kampung dan desa yang sudah berkembang dengan pola
tata guna lahan lebih teratur mengikuti arahan tata ruang yang
telah ditetapkan, umumnya terdapat pasar tradisional, tempat
ibadah rapi, sistem jaringan utilitas yang lebih baik, sarana dan
prasarana pendidikan dasar serta balai kesehatan yang lebih
lengkap. Semakin maju daerah perkampungan, bentuk
penataan ruang semakin teratur dan tertata dengan baik.
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang disebutkan bahwa Penataan ruang kawasan
kampung dan perdesaan diarahkan untuk:
1. Pemberdayaan masyarakat perdesaan;
2. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah
yang didukungnya;
3. Konservasi sumber daya alam;
4. Pelestarian warisan budaya lokal;
5. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk
ketahanan pangan; dan
6. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-
perkotaan.
Seperti pada rencana tata ruang pada umumnya, rencana tata
ruang kawasan pedesaan/kampung mencakup substansi
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pengembangan
kawasan perdesaan/kampung sebagai bagian dari sistem



1 - 6
wilayah secara utuh, yang diwujudkan dalam rencana struktur
ruang dan pola ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-
pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Untuk lebih jelas mengenai arahan penataan ruang kawasan
kampung dan pedesaan dapat dilihat pada Gambar 1-1.











Gambar 1-1 ; DIAGRAM ARAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN
KAMPUNG/PEDESAAN


Pemberdayaan
Masyarakat
Pertahanan Kualitas
Lingungan & Wilayah
Pendukungnya
Konservasi
Sumber
Daya Alam
Pelestarian
Budaya
Lokal
Pertahanan Kawasan
Lahan Tanaman
Pangan
Penjagaan Keseimbangan
Pembangunan Pedesaan-
Perkotaan
ARAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN KAMPUNG/PEDESAAN
(Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang penataan Ruang)
RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG KAWASAN KAMPUNG



1 - 7
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya kegiatan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue adalah untuk
merumuskan dokumen panduan umum yang menyeluruh
tentang perencanaan tata ruang kawasan Kampung Aboge
Distrik Assue. Sedangkan tujuan dari Kegiatan Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue
adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan kawasan yang seimbang antar elemen-
elemen, baik elemen pembangunan maupun mahluk hidup
di dalamnya.
2. Menciptakan permukiman yang terorganisir dalam segi
pembangunan.
3. Memicu masyarakat dalam berinvestasi di dalam kawasan.
4. Mewujudkan kawasan yang seimbang antar elemen-
elemen pembangunan dan interaksi mahluk hidup di
dalamnya.
5. Mewujudkan pembangunan yang teratur dalam
permukiman.
1.4. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue adalah :
1. Tersusunnya arahan rencana pengembangan kawasan
Kampung Aboge;



1 - 8
2. Terwujudanya pemanfaatan ruang secara efektif, tepat
guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah;
3. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan kawasan permukiman;
4. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia;
5. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan.
1.5. Manfaat
Manfaat dari Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue adalah :
1. Terwujudanya arahan pelaksanaan pembangunan yang
lebih jelas dan terarah, khususnya berkaitan dengan
penataan bangunan dan lingkungan;
2. Terwujudanya pemanfaatan ruang secara efektif, tepat
guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah;
3. Terwujudanya kesatuan karakter dan meningkatkan
kualitas bangunan gedung dan lingkungan;
4. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan
lingkungan yang berkelanjutan.





1 - 9
1.6. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue ini
sebagaimana yang tertuang dalam kerangka acuan disebutkan
antara lain adalah :
1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya;
3. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
4. Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
6. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang;
9. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;



1 - 10
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa;
19. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang
Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Umum dan Lingkungan;
20. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;



1 - 11
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas
Sungai;
22. Dan Peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
1.7. Ruang Lingkup
1.7.1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Wilayah perencanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue yang secara
geografis berada pada koordinat antara 138 40 0 - 139 20
0 Bujur Timur dan 5 40 0 - 6 20 0 Lintang Selatan.
Kampung Aboge berada di Distrik Assue, yang terletak di
Kabupaten Mappi. Secara administratif Kabupaten Mappi
terbagi atas lima belas distrik, salah satunya distrik Assue.
Kampung Aboge merupakan kampung yang berumur paling tua
dengan luas lahan yang lebih besar dari kampung-kampung
lainnya di Kabupaten Mappi.
Kawasan ini terletak berdekatan dengan Perkotaan Eci. Yang
mana Perkotaan Eci ini merupakan ibukota Distrik Assue,
dengan jumlah penduduk 4.100 jiwa.
Dalam penyusunan rencana tata ruang kampung Aboge, aspek
hinterland dan keterkaitan dengan wilayah sekitarnya menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari wilayah perencanaan. Untuk
lebih jelas mengenai lingkup wilayah perencanan dapat dilihat
pada Gambar 1-2.



1 - 12
GAMBAR 1-2 ; LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN





















WILAYAH PERENCANAAN
KAMPUNG ABOGE



1 - 13
1.7.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Kampung Aboge di Distrik Assue meliputi kegiatan sebagai
berikut :
(1) Tahap Persiapan, yang terdiri dari kegiatan :
Sinkronisasi arahan kerangka acuan (KAK), rencana
dan jadwal kerja;
Pengumpulan data awal, peta-peta, literatur dan
aspek regulasi terkait;
Persiapan survey (peralatan dan checklist data);
Penyusunan laporan pendahuluan.
(2) Survey dan pengukuran lapangan, yang meliputi:
Survey Instansional (data sekunder)
Data kebijakan pembangunan daerah terkait
dengan pengembangan wilayah perencanaan;
Data kondisi fisik dan lingkungan;
Data sosial budaya dan sosial politik;
Data kondisi ekonomi, potensi daerah, sarana
dan prasarana.
Data sistem transportasi dan aksesibilitas.
Data kependudukan dan data-data terkait
lainnya.
Survey dan Pemetaan Lapangan (data primer)
Delinasi luas dan batas-batas wilayah;
Pola Penggunaan lahan;
Dan data-data lain yang terkait.



1 - 14
(3) Analisis Wilayah Perencanaan
Analisis aspek tata ruang kawasan dalam lingkup
regional, terkait dengan arahan fungsi, peranan dan
kedudukan wilayah perencanaan dalam lingkup
regional.
Analisis kondisi fisik lingkungan dan hasil
pemetaan, yang meliputi penilaian terhadap aspek
topografi, penggunaan lahan, aspek sarana dan
prasarana, sosial, budaya dan ekonomi, aspek
pergerakan, aksesibilitas dan transportasi.
Analisis kondisi aktual serta issue pokok dan
permasalahan pengembangan wilayah perencanaan
Analisis rencana dan daya dukung pengembangan;
Sistem Pusat-Pusat Permukiman;
Daya Dukung Dan Daya Tampung Wilayah Serta
Optimasi Pemanfaatan Ruang.
(4) Perumusan Konsep Rencana Tata Ruang
Perumusan tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang;
Perumusan Rencana Struktur Ruang;
Perumusan Rencana Pola Ruang;
Perumusan Arahan Pemanfaatan Ruang;
Intensitas Pemanfaatan Ruang;
Tata Bangunan, Sistem Sirkulasi dan Jalur
Penghubung, Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau;
Tata Kualitas Lingkungan;
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.



1 - 15
(5) Evaluasi dan Review Rumusan Rencana Dan Peta
Tahap ini akan dilakukan evaluasi dan review hasil
rumusan rencana dengan Tim Teknis dan Pihak terkait.
Kegiatan lain pada tahap ini adalah FGD dengan
masyarakat dan Stakeholder Terkait guna menjaring
aspirasi dalam penyempurnaan rencana.
(6) Perbaikan dan Penyempurnaan Rumusan Rencana
Hasil evaluasi dan review serta koordinasi dan sinkronisasi
dengan Instansi terkait akan menghasilkan rumusan
rencana tata ruang Kampung Aboge yang lebih baik dan
harmonis dengan rencana pembangunan wilayah.
1.8. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan Laporan Pendahuluan Kegiatan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di
Distrik Assue adalah sebagai berikut :
BAB-1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, maksud dan
tujuan, manfaat, ruang lingkup dan sistematika
laporan.
BAB-2 PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Bab ini menguraikan tentang pendekatan dan
metodologi pelaksanaan kegiatan Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di



1 - 16
Distrik Assue.
BAB-3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAERAH
Bab ini menguraikan tentang aspek kebijakan dan
peraturan perundang-undangan terkait dengan
pengembangan Kampung Aboge.
BAB-4 KONDISI UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah
perencanaan dalam konteks regional Kabupaten
Mappi.
BAB-5 MANAJEMEN PELAKSANAAN
Bab ini menguraikan tentang rencana kerja, waktu
pelaksanaan pekerjaan, personil serta tugas dan
tanggungjawabnya, organisasi pelaksanaan pekerjaan
dan jadwal penugasan personil serta pelaporan.




2 - 1
BAB - 2
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1 Metode Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam bagian bab pendahuluan dijelaskan bahwa maksud
dilakukannya Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Kampung Aboge di Distrik Assue adalah untuk merumuskan
dokumen panduan umum yang menyeluruh tentang
perencanaan tata ruang kawasan Kampung Aboge Distrik
Assue. Sedangkan tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan kawasan yang seimbang antar elemen-
elemen, baik elemen pembangunan maupun mahluk hidup
di dalamnya.
2. Menciptakan permukiman yang terorganisir dalam segi
pembangunan.
3. Memicu masyarakat dalam berinvestasi di dalam kawasan.
4. Mewujudkan kawasan yang seimbang antar elemen-
elemen pembangunan dan interaksi mahluk hidup di
dalamnya.
Dengan sasaran yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Tersusunnya arahan rencana pengembangan kawasan
Kampung Aboge;



2 - 2
2. Terwujudanya pemanfaatan ruang secara efektif, tepat
guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah;
3. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan kawasan permukiman;
4. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia;
5. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan.
Sesuai dengan maksud dan tujuan serta sasaran dari
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge
tersebut, maka pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan
pendekatan pada prinsip-prinsip perencanaan tata ruang
dengan tetap memperhatikan potensi dan permasalahan, isu
strategis serta kecenderungan perkembangan (trend) dan
mengacu pada prinsip bottom up planning yang menjadi
paradigma baru dalam perencanaan tata ruang. Adapun
pendekatan teknis yang digunakan dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge terdiri dari :
(1). Pendekatan Spastial
Pendekatan spatial dilakukan untuk mengetahui fungsi,
peranan dan kedudukan wilayah perencanaan dalam
konteks regional, baik dalam lingkup nasional, provinsi
agar rencana tata ruang yang disusun dapat harmonis
dan sinkron dengan rencana tata ruang wilayah regional.



2 - 3
Selain sinkronisasi dan harmonisasi pemanfaatan ruang,
penyusunan rencana diarahkan untuk mengukur daya
dukung dan daya tampung serta optimasi pemanfaatan
ruang, agar wilayah perencanaan mampu menampung
kegiatan yang akan berkembang dimasa mendatang.
Pendekatan keruangan (spatial) didasarkan pada
pandangan bahwa penataan ruang harus
menintegrasikan unsur-unsur pembentuk ruang seperti
manusia/mahluk hidup dan kegiatan sosial yang
membentuk suatu kesatuan ruang. Dengan demikian
pendekatan keruangan (spatial) merupakan sinkronisasi
penataan ruang dalam rangka memenuhi kebutuhan
ruang yang serasi, selaras dan seimbang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan
spatial dilakukan pada tahapan kegiatan :
Sinkronisasi dan harmonisasi dengan rencana tata
ruang wilayah;
Analisis dan arahan daya dukung dan daya tampung
wilayah serta optimasi pemanfaatan ruang;
Analisis dan arahan pola dan struktur ruang di
wilayah perencanaan;
Analisis dan arahan kecenderungan (trend)
perkembangan wilayah;
Analisis dan arahan keterkaitan antar kompenen
pembentuk ruang;
Analisis dan arahan intensitas pemanfaatan ruang
dan pola jaringan pergerakan;



2 - 4
Analisis tingkat aksesibilitas jaringan pergerakan
barang dan manusia;
Analisis jumlah penduduk dan penyebarannya.
(2). Pendekatan Regulasi dan Standar Kelayakan Teknis
Pendekatan terhadap aspek regulasi dan standar
penyusunan rencana tata ruang agar rencana tata ruang
Kampung Aboge yang disusun sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan dan standar-
standar yang berlaku.
(3). Pendekatan Pengembangan Ekonomi Wilayah
Rencana Tata Ruang Kampung Aboge yang disusun
diharapkan akan berdampak pada meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, untuk itu dilakukan
pendekatan terhadap potensi dan daya dukung sektor
dan atau komoditi unggulan sebagai pendorong ekonomi
lokal yang didukung dengan rencana sistem pusat
permukiman dan sistem prasarana.
(4). Pendekatan Terpadu dan Integrasi
Rencana Tata Ruang Kampung Aboge yang disusun akan
menjadi pedoman dalam mempercepat pembangunan
ekonomi serta mendayagunakan sumberdaya alam
secara seimbang, untuk itu arahan rencana yang akan
disusun diarahkan untuk menciptakan keterpaduan dan
integrasi berbagai kepentingan yang bersifat lintas



2 - 5
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan
(pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat).
(5). Pendekatan Lingkungan Yang Berkelanjutan
Penyusunan rencana tata ruang Kampung Aboge
dilakukan untuk mewujudkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable
Development). Untuk itu dalam perumusan rencana
dilakukan dengan memperhatikan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara struktur ruang
dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia
dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan antar daerah serta antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.
(6). Pendekatan Peranserta Masyarakat
Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berperan serta dalam kegiatan pembangunan kawasan
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 68 tahun 2010 Tentang Bentuk & Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka pelaksanaan pekerjaan ini
akan di lakukan secara terbuka sehingga masyarakat
dimungkinkan untuk memberi masukan berupa
informasi, data, tanggapan, saran-saran dan lain
sebagainya terkait dengan penyusunan rencana tata
ruang Kampung Aboge.



2 - 6
2.2 Fungsi dan Kedudukan Rencana Tata Ruang
Kampung Aboge
Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang menyebutkan bahwa pengembangan kawasan
perdesaan harus sejalan dengan pengembangan pada kawasan
perkotaan, yang secara terintegrasi pengembangan keduanya
ditujukan untuk mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang
wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. Kawasan kampung dan/atau pedesaan yang
merupakan bagian dari wilayah kabupaten adalah salah satu
kawasan yang perlu dikembangkan, karena sumber daya alam
yang menjadi energi keberlanjutan pembangunan berada pada
kawasan tersebut.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara
berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai
tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang
merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan
daerah dan bagian dari pembangunan nasional yang
mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta dijaga
konsistensinya, baik dari segi substansi maupun
operasionalisasinya.



2 - 7
Dalam konteks kepentingan wilayah, maka Rencana Tata Ruang
Kampung Aboge pada dasarnya merupakan suatu bagian
wilayah yang tidak berdiri sendiri dan dalam konteks rencana
tata ruang wilayah, penataan ruangnya merupakan bentuk
detail dari penataan ruang wilayah kabupaten. Rencana tata
ruang ini menjadi pedoman dalam mempercepat pembangunan
ekonomi serta mendayagunakan sumberdaya alam secara
seimbang, melalui arahan rencana pemanfaatan lahan, ragam
bangunan, arsitektural dan rencana teknis/rancang bangunan,
serta sosial ekonomi budaya.
Rencana Tata Ruang Kampung Aboge diharapkan nantinya
mampu menjadi acuan atau koridor bagi semua pihak yang
berkepentingan dengan pengembangan perdesaan. Yang lebih
penting lagi adalah bahwa diharapkan Rencana Tata Ruang
tersebut mampu menjadi inspirasi dalam menyusun terobosan
untuk mengangkat masyarakat desa menjadi lebih baik.
Rencana tata ruang di tingkat Kabupaten disusun oleh daerah
otonom kabupaten, dengan memperhatikan arahan
pengembangan wilayah yang lebih luas maupun keterpaduan
dengan berbagai sektor terkait. Sedangkan produk
perencanaan pada tingkat administrasi terdiri dari rencana
umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang yang dilengkapi
dengan pengaturan zonasi sebagai pedoman perijinan. Adapun
kedudukan Rencana Tata Ruang Kampung Aboge dalam sistem
penataan ruang dapat dilihat pada Gambar 2-1.




2 - 8
GAMBAR 2-1
KEDUDUKAN RENCANA TATA RUANG KAMPUNG ABOGE


RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
NASIONAL (RTRWN)
RTRW PROVINSI
RTRW
KOTA
RTRW
KABUPATEN
RTR PULAU
RTR KAWASAN
STRATEGIS NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI
RENCANA DETAIL TATA
RUANG (RDTR) KOTA
RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA
RTR KAWASAN
PERKOTAAN
RENCANA DETAIL TATA
RUANG (RDTR) KABUPATEN
RTR KAWASAN
STRATEGIS KABUPATEN
RTR KAWASAN
PERDESAAN/KAMPUNG
RTR KAWASAN
AGROPOLITAN



2 - 9
2.3 Metodologi
2.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari survey lapangan melalui
pengamatan, pengukuran, dan wawancara, sedangkan data
sekunder diperoleh dengan studi pustaka dan literatur. Data
primer diperoleh langsung dari survey lapangan (lokasi studi)
melalui kegiatan pengamatan, pengukuran dan wawancara
pada saat survey lapangan.
2.3.2 Metode Analisis Data
Analisis Fisik Lingkungan
Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini
adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam
tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan
wilayah dan/atau kawasan dapat dilakukan secara
optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem.
Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi
masukan dalam penyusunan rencana tata ruang, karena
akan memberikan gambaran kerangka fisik
pengembangan wilayah dan/atau kawasan. Data-data
yang dibutuhkan dalam aspek analisis fisik dan lingkungan
meliputi : kondisi klimatologi, topografi, geologi, hidrologi,
bencana alam, penggunaan lahan, dan lain-lain.



2 - 10
- Data klimatologi adalah data iklim berdasarkan hasil
pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah yang
bersangkutan, meliputi: data curah hujan, hari hujan,
intensitas hujan, temperatur rata-rata, kelembaban
relatif, kecepatan dan arah angin, lama penyinaran
(durasi) matahari. Data klimatologi ini dapat
diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika di
wilayah sekitarnya yang terdekat, atau pada
kabupaten dalam bentuk laporan, atau dapat juga
diperoleh pada Badan Meteorologi dan Geofisika
Pusat di Jakarta. Kedalaman data adalah pengamatan
selama 10 tahun (bila tersedia).
- Data topografi berupa peta topografi dengan skala
terbesar yang tersedia, yang dapat diperoleh pada
instansi: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Direktorat Topografi - TNI Angkatan
Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, dan instansi terkait lainnya. Dari peta
topografi ini dapat diturunkan beberapa peta yang
berkaitan dengan bentuk bentang alam dan
kemiringannya, yakni peta morfologi dan peta
kemiringan lereng/lahan, yang dalam hal ini
dikelompokkan sebagai peta data, karena
penganalisisan berikutnya berpijak pada peta
morfologi dan kemiringan lereng ini, bukan peta



2 - 11
topografi yang merupakan data mentahnya.
- Peta morfologi adalah pengelompokan bentuk
bentang alam berdasarkan rona, kemiringan lereng
secara umum, dan ketinggiannya, pada beberapa
satuan morfologi (daratan, perbukitan dan gunung
berapi). Satuan morfologi dataran adalah bentuk
bentang alam yang didominasi oleh daerah yang
relatif datar atau sedikit bergelombang, dengan
kisaran kemiringan lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi
satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas
dua subsatuan, yakni subsatuan morfologi dataran
berkisar antara 0% - 2%; dan subsatuan morfologi
medan bergelombang dengan kisaran kemiringan
lereng lebih dari 2% hingga 5%.
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang
alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun
kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan
lereng yang bervariasi. Secara lebih rinci satuan
morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga
subsatuan, yakni: subsatuan morfologi perbukitan
landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15%
dan memperlihatkan relief halus; subsatuan
morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan
lereng berkisar antara 15% - 40% dan
memperlihatkan relief sedang, dan subsatuan
morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih
dari 40% dan memperlihatkan relief kasar.



2 - 12
Satuan morfologi tubuh gunung berapi hampir sama
dengan satuan morfologi perbukitan, dan umumnya
merupakan subsatuan perbukitan sedang hingga
terjal, namun membentuk kerucut tubuh gunung
berapi. Satuan tubuh gunung berapi ini perlu
dipisahkan dari satuan perbukitan, karena tubuh
gunung berapi mempunyai karakterisitk tersendiri
dan berbeda dari perbukitan umumnya, seperti
banyak dijumpai mata air, kandungan-kandungan gas
beracun, dan sumber daya mineral lainnya yang khas
gunung berapi.
- Peta kemiringan lereng diturunkan dari peta
topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya
banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan
suatu wilayah, demikian juga pengembangan
jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh besarnya
kemiringan lereng ini. Peta ini memuat pembagian
atau klasifikasi kemiringan lereng di wilayah
dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas
sebagai berikut: (1) Kemiringan lereng 0 % - 2%; (2)
Kemiringan lereng > 2% - 5%; (3) Kemiringan lereng
> 5% - 15%; (4) Kemiringan lereng > 15% - 40% dan
(5) Kemiringan lereng > 40%. Pada peta topografi
dengan skala dan kelengkapan yang memungkinkan,
selang kemiringan > 5% - 15%, dibagi lagi atas: > 5%
- 8%, dan > 8% - 15%.




2 - 13
- Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah
dan/atau kawasan perencanaan dan daerah
sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi daerah
yang lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan
gambaran umum kondisi fisik secara regional baik
menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola
aliran sungai, serta kondisi litologi dan struktur
geologi secara umum. Gambaran umum kondisi
geologi atau fisiografi ini dapat dilihat pada Peta
Geologi Indonesia. Data geologi yang diperlukan
dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari
tiga bagian, yakni data geologi umum, geologi
wilayah, dan data geologi permukaan.
- Data hidrologi adalah data yang berkaitan dengan
kondisi keairan, baik air permukaan maupun air
tanah. Untuk itu penyajian data hidrologi ini
dibedakan atas air permukaan dan air tanah. Air
permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di
permukaan seperti: mata air, danau, sungai, dan
rawa. Pada data air permukaan ini masing-masing
jenis sumber air tersebut hendaknya diikuti besaran
atau debitnya, sehingga dapat terlihat potensi air
permukaan secara umum. Khusus untuk sungai
disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS) dan
Daerah Aliran Sungai (DAS) nya, karena masing-
masing WS umumnya mempunyai karakteristik
berbeda, demikian juga dengan DAS yang diharapkan



2 - 14
dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai
orde yang terkecil. Data sungai ini juga dilengkapi
dengan pola aliran, arah aliran air permukaan pada
masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang
secara tidak langsung akan memperlihatkan aktivitas
sungai tersebut baik pengaliran maupun
pengikisannya. Data air permukaan ini dapat
diperoleh pada instansi pengairan setempat ataupun
pusat, dilengkapi dengan pengamatan lapangan yang
menunjukkan kondisi keairan sesaat pada waktu
pengamatan yang akan menunjukkan potensi air
pada musim tertentu (penghujan atau kemarau,
tergantung waktu pengamatan). Sedangkan untuk
data mata air kemungkinan juga dapat diperoleh dari
peta hidrologi yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah
dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah
dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh
masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-
sumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah
bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur
penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik
tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa
air. Selain besarannya air tanah ini perlu diketahui
mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan



2 - 15
hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang
memerlukan teknologi tambahan untuk
pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari
kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan
pengamatan struktur geologi yang cermat. Kondisi
air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidro-
geologi baik yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi
lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.
- Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau
proses alam yang terjadi akibat upaya alam
mengembalikan keseimbangan ekosistem yang
terganggu baik oleh proses alam itu sendiri ataupun
akibat ulah manusia dalam memanfaatkan sumber
daya alam. Kemungkinan bencana alam yang akan
timbul, dalam hal ini bencana alam beraspek geologi,
seperti: banjir, longsor/gerakan tanah, amblesan,
kekeringan, dan lainnya, pada dasarnya dapat
dikenali dari kondisi geologi, sejarah bencana alam
yang pernah terjadi di wilayah tersebut, dan gejala
bencana alam dalam bentuk lokal atau mikro yang
kemungkinan akan meluas atau merupakan indikasi



2 - 16
terjadinya bencana yang lebih makro. Kemungkinan
bencana atau daerah rawan bencana alam ini
tentunya perlu dikenali sedini mungkin, agar
tindakan pengamanan bila daerah tersebut memang
akan dikembangkan, telah disiapkan, atau sejak dini
dihindari pengembangan pada daerah rawan
bencana. Berbagai jenis bencana alam dan daerah
pengaruhnya adalah data bencana alam yang
dimintakan dalam studi ini, dan bila perlu masing-
masing jenis bencana disajikan dalam peta terpisah
sesuai dengan ketersediaan datanya.
- Penggunaan lahan di wilayah perencanaan perlu
diketahui secara terinci, terutama sebaran bangunan
yang bersifat tidak meluluskan air/kedap air. Hal ini
berkaitan erat dengan rasio tutupan lahan yang ada
saat ini yang nantinya digunakan dalam
penghitungan ketersediaan air tanah bebas. Selain
untuk mengetahui rasio tutupan lahan, data
penggunaan lahan juga diperlukan untuk mengetahui
pengelompokan peruntukan lahan, termasuk
aglomerasi fasilitas yang akan membentuk pusat
permukiman serta bangunan-bangunan yang
memerlukan persyaratan kemampuan lahan tinggi,
yang akan digunakan dalam penentuan rekomendasi
kesesuaian lahan. Di samping itu dengan mengetahui
sebaran penggunaan lahan di wilayah ini, maka akan
terlihat pada daerah-daerah mana penggunaan lahan



2 - 17
yang ternyata menyimpang dari kesesuaiannya atau
melampaui kemampuannya, sehingga dapat
dijadikan masukan juga dalam memberikan
rekomendasi kesesuaian lahan. Data penggunaan
lahan disajikan berupa peta penggunaan lahan/tata
guna lahan dan tabel luas penggunaan lahan.
Studi-studi fisik yang pernah dilakukan menyangkut fisik
ataupun lingkungan dapat diperoleh sebagai masukan
data dalam analisis kelayakan fisik kawasan ini, dan harus
dicantumkan sumbernya. Studi-studi ini sangat membantu
dalam penentuan arahan kesesuaian peruntukan lahan,
ataupun dalam rekomendasi, karena daerah yang sudah
disarankan peruntukannya dari studi terdahulu bila dalam
analisis kelayakan fisik kawasan ini tidak termasuk
pengembangan wilayah dapat diperuntukan sebagaimana
usulan semula.
Kebijakan pengembangan fisik yang ada perlu diketahui,
terutama kebijakan penggunaan lahan. Hal ini diperlukan
dalam penentuan rekomendasi kesesuaian lahan, karena
kebijakan penggunaan lahan yang telah digariskan baik
oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah tentunya
dalam rekomendasi coba dipenuhi dengan memberikan
persyaratan-persyaratan khusus sesuai dengan kendala
dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian data
mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh dalam
analisis fisik pengembangan harus disertakan, agar tidak
menimbulkan pertentangan antara rekomendasi



2 - 18
kesesuaian lahan dengan kebijakan yang ada dan sudah
berjalan.
Analisis Kemampuan Lahan
- Satuan kemampuan lahan (SKL) morfologi
Dilakukan untuk pemilahan bentuk bentang
alam/morfologi pada wilayah perencanaan yang
mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya. Sasarannya adalah : Memperoleh
gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai kawasan budidaya dilihat dari
segi morfologinya dan mengetahui potensi dan
kendala morfologi masing-masing tingkatan
kemampuan lahan terhadap morfologi.
Data yang dibutuhkan adalah Peta morfologi skala
terbesar yang tersedia, Peta kemiringan lereng, Peta
morfologi bila sudah pernah dilakukan studi sejenis,
dan hasil pengamatan lapangan mengenai morfologi
ini.
Keluaran dari analisis ini
adalah Peta Satuan
Kemampuan Lahan
Morfologi dan Potensi
dan kendala morfologi
masing-masing tingkatan
dalam SKL Morfologi.



2 - 19
Metode analisis adalah sebagai berikut : (1) Hitung
kemiringan lereng wilayah perencanaan secara
terinci dari peta topografi, dan sesuaikan/pertajam
dengan hasil pengamatan lapangan, dengan
pembagian seperti yang disyaratkan pada kompilasi
data; (2) Dalam kasus tidak tersedia peta topografi
yang memadai, kemiringan lereng
ditentukan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan dan plotting pada peta dasar (peta ini
adalah merupakan peta sketsa kemiringan lereng);
(3) Tentukan satuan-satuan morfologi yang
membentuk wilayah perencanaan berdasarkan peta
topografi dan atau peta kemiringan lereng tersebut;
(4) Tentukan tingkatan kemampuan lahan morfologi
berdasarkan peta-peta hasil analisis di atas, dan
persyaratan atau batasan yang diharapkan pada
pengembangan wilayah; serta (5) Deskripsi potensi
dan kendala morfologi masing-masing tingkatan SKL
Morfologi.
- Satuan Peta Lahan Kestabilan Lereng
Melakukan analisis untuk pengetahui tingkat
kemantapan lereng di wilayah perencanaan dalam
menerima beban pada pengembangan wilayah.
Sasarannya adalah : Memperoleh gambaran tingkat
kestabilan lereng untuk pengembangan Wilayah,
Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup



2 - 20
aman untuk dikembangkan sesuai dengan fungsi
kawasan dan Mengetahui batasan-batasan
pengembangan pada masing-masing tingkatan
kestabilan lereng.
Data yang dibutuhkan adalah : Peta Topografi, Peta
Morfologi, Peta Kemiringan Lereng, Peta Geologi,
Peta Geologi Permukaan, Karakteristik Air Tanah
Dangkal, Besar Curah Hujan, Penggunaan lahan yang
ada saat ini, Data Bencana Alam (bahaya gerakan
tanah, kegempaan, gunung berapi, dan pengikisan).
Keluaran dari analisis ini adalah : Peta Satuan
Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng dan Deskripsi
masing-masing tingkatan kestabilan lereng.
Metode analisis adalah sebagai berikut : (1) Tentukan
dahulu daerah yang diperkirakan mempunyai lereng
tidak stabil dari peta topografi, morfologi, dan
kemiringan lereng; (2) Pertajam perkiraan di atas
dengan memperhatikan kondisi geologi daerah-
daerah tersebut; (3) Kaitkan hasil analisis di atas
dengan kondisi geologi permukaan serta pengamatan
lapangan, dan karakteristik air tanah dangkalnya; (4)
Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini pada
daerah tersebut apakah bersifat memperlemah
lereng atau tidak; (5) Bila sudah ada hasil penelitian
mengenai bencana gerakan tanah di wilayah ini,
maka daerah yang rawan bencana adalah daerah
yang mempunyai lereng tidak stabil, dan ini



2 - 21
merupakan masukan langsung bagi SKL Kestabilan
Lereng; (6) Amati kondisi kegempaan di wilayah ini,
karena gempa akan memperlemah kestabilan lereng;
dan (7) Tentukan tingkat kestabilan lereng di wilayah
ini serta deskripsi masingmasing tingkat tersebut
berdasarkan tahapan-tahapan di atas.
Analisis Tingkat Pelayanan
Analisis tingkat pelayanan sarana dan prasarana
dilakukan untuk mengetahui kecukupan layanan terhadap
penduduk disekitarnya. Tingkat pelayanan fasilitas
dihitung dengan menggunakan standar SNI 03-1733-1989
(Daya Dukung Komuniti). Cara penghitungan tingkat
pelayanan fasilitas ini adalah :

X
Tp =

Tp = Tingkat Pelayanan
Jika Tp > 1,5 : fasilitas yang ada pelayanannya baik
bahkan melayani wilayah sekitarnya
(regional),
Jika 1 < Tp< 1,5 : fasilitas yang ada pelayanannya sudah
cukup
Jika Tp < 1,0 : fasiltas yang ada pelayanannya belum
mencukupi
Jumlah Fasilitas
Eksisting
Standar Penduduk
Pendukung
Jumlah Penduduk



2 - 22
Dari analisa tingkat pelayanan fasilitas tersebut akan
diketahui tingkat pelayanan sarana dan prasarana yang
ada di wilayah masing-masing.
Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan meliputi : jumlah penduduk, ratio
jenis kelamin, tingkat pendidikan penduduk, mata
pencaharian dan lain-lain diperoleh dari Kantor BPS.
Selanjutnya data primer dan sekunder ini diolah dan
hasilnya disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data
kependudukan menggunakan metoda statistik deskriptif
dengan rumus sebagai berikut :



Dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Laju pertambahan penduduk




Untuk mengetahui beban tanggungan penduduk usia
produktif terhadap penduduk usia non produktif
digunakan persamaan Rasio Beban Tanggungan sebagai
berikut :


Jumlah penduduk
Kepadatan Penduduk = ------------------------------ x 100 %
Luas daerah
Pertumbuhan Penduduk (Pt) = Po (1 + r)
t




2 - 23




Dimana :
RBT = Rasio Beban Tanggungan
P
0-14
= Usia penduduk usia 0 - 14 tahun
P
15-64
= Usia penduduk usia 15 - 64 tahun (usia produktif)
P
65
= Usia penduduk umur 65 tahun keatas
Analisis Aspek Sosial Budaya
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya
alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis aspek
sosial budaya. Penilaian/analisis aspek sosial budaya
dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa
indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur
sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana budaya,
potensi sosial budaya masyarakat, atau kesiapan
masyarakat terhadap suatu pengembangan.
Tujuan analisis aspek sosial budaya adalah mengkaji
kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung atau
menghambat pengembangan wilayah, serta memiliki
fungsi antara lain:
(1) Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang
wilayah serta pembangunan sosial budaya
masyarakat.
(2) Mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat
P
0-14
+ P
65

RBT = --------------- x 100 %
P
15-64




2 - 24
(3) Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial
budaya yang mendukung pengembangan wilayah.
(4) Menentukan prioritas-prioritas utama dalam
formulasi kebijakan pembangunan sosial budaya
masyarakat.
(5) Memberikan gambaran situasi dan kondisi objektif
dalam proses perencanaan.
(6) Sebagai acuan pelaksanaan pemantauan, pelaporan,
dan penilaian program-program pembangunan
sosial budaya secara integratif.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan
analisis aspek sosial budaya antara lain:
a. Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang
terbentuk di wilayah perencanaan.
b. Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya,
meliputi pasar tenaga kerja, keragaman sosial
budaya penduduk, serta jumlah dan pertumbuhan
penduduk.
c. Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial
budaya yang mendukung pengembangan wilayah
perencanaan.
Data yang dibutuhkan untuk analisis sosial budaya di
wilayah perencanaan antara lain meliputi:
(1) Data makro, yang diperoleh dari BPS atau data yang
diperoleh dari Instansi/Lembaga Pemerintah
lainnya.
(2) Data mikro, yang diperoleh dari hasil-hasil studi



2 - 25
sosial budaya di wilayah dan/atau kawasan.
Pengumpulan data analisis sosial budaya ini bersifat
sekunder atau desk study, yaitu mengkaji referensi yang
relevan dengan objek penelitian, dengan menggunakan
data existing suatu wilayah dan/atau kawasan dan
informasi yang diperlukan untuk menganalisis masalah.
Data yang dibutuhkan dipilih sesuai kebutuhan yaitu
meliputi aspek sosial budaya yang dapat mengukur
tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perencanaan.
Pada hakekatnya pengukuran indikator sosial budaya
tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan
kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan kelembagaan.
Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang
sederhana dan hanya mengukur satu aspek saja karena
keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat
ditentukan oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku
utama pembangunan (stakeholders) seperti Pemerintah,
Swasta, dan Masyarakat sendiri.
Analisis Perekonomian (Sektor Unggulan)
Perencanaan sektor perekonomian akan optimal bila
didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative
advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Keunggulan komparatif lebih menekankan
pada kepemilikan sumber daya ekonomi, sosial, politik
dan kelembagaan, seperti kepemilikan sumber daya alam,
sumber daya manusia, infrastruktur dan lain-lain.



2 - 26
Sementara itu keunggulan kompetitif lebih menekankan
efisiensi pengelolaan (manajemen perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan) penggunaan sumber-
sumber tersebut dalam produksi, konsumsi maupun
distribusi.
Yang menjadi perhatian dalam pengembangan sektor
ekonomi dimulai dengan melakukan identifikasi sektor
unggulan atau potensi ekonomi daerah hingga rencana
strategis indikasi program. Dalam mengidentifikasi
potensi kegiatan ekonomi terdapat dua faktor utama yang
perlu diperhatikan, yaitu :
Sektor ekonomi yang unggul atau mempunyai daya
saing dalam beberapa periode tahun terakhir dan
kemungkinan prospek sektor ekonomi di masa
datang.
Sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan
di masa mendatang, walaupun pada saat ini belum
mempunyai tingkat daya saing yang baik.
Dalam mengidentifikasi sektor unggulan atau potensi
ekonomi, digunakan alat bantu analisis, diantaranya
adalah : analisis Shift Share, analisis Location Quotient
(LQ), Teknik tipologi Klassen, dan metode analisis lainnya
yang sering digunakan dalam analisis sektor unggulan
atau potensi ekonomi suatu daerah.

2.3.3 Konsep Perancangan Kawasan



2 - 27
(1) Rencana Peruntukan Lahan Makro
Rencana peruntukan lahan makro merupakan suatu
arahan/guideline pengembangan kawasan dengan tujuan
menciptakan keterpaduan ruang dan aktivitas,
mengupayakan adanya hirarki skala pelayanan,
mensinergikan pola pencapaian dan kecenderungan
pergerakan penduduk sehingga tercipta kesinambungan
dan keterkaitan antar kawasan. Peruntukan lahan makro
pada kawasan meliputi pusat pemerintahan, hunian,
perumahan dan pemukiman jasa dan komersial, taman
budaya (civic center) dan fasilitas guest house.
Pola peruntukan menggunakan pola radial concentric
yang mengacu pada kondisi fisik dasar kawasan. Pola ini
menggunakan jaringan radialnya sebagai penghubung
unit lingkungan dengan kawasan pusat pelayanan
sedangkan antar unit lingkungannya menggunakan pola
concentric. Pola ini akan dikombinasikan dan
disinergikan dengan karakter lahan yang berkontur.
Sistem jaringan penghubung tersebut diharapkan dapat
menciptakan suatu kawasan yang terpadu. Tautan antar
fungsi dan aktivitas diupayakan dapat tercipta suatu
aktivitas pendukung yang menjadi bangkitan aktivitas
disekitarnya.
Rencana peruntukan lahan makro merupakan upaya
menghubungkan keterkaitan antara peruntukan lahan
Kawasan dengan kawasan lain disekitarnya pada



2 - 28
khususnya dan Kabupaten (regional) pada umumnya.
Oleh karena itu kebijaksanaan peruntukan lahan
Pengembangan Kawasan harus disusun secara terpadu
dengan mempertimbangkan konteks dan pola
peruntukan lingkungan sekitar.
Sasaran yang hendak dicapai adalah menentukan jenis
dan macam fungsi ruang dan penyebaran masing-masing
akivitas dalam kawasan pusat pelayanan. Peruntukan
Lahan terdapat 5 (lima) Zona Pemanfaatan yaitu :
a. Zona Civic Center (Pusat Pemerintah dan Taman
Budaya)
Merupakan representasi kawasan.
Merupakan filosofi dan paradigma yang berarti
pelayanan dan pengabdian.
Sebagai suatu landmark kawasan (pembentuk
citra kawasan).
b. Zona Hunian
Sebagai fasilitas hunian khusus terbatas.
Berfungsi dan berperan sebagai unit
lingkungan terpadu yang akan menunjang
aktivitas dipusat pelayanan (core area).
Sebagai noddle pengait dengan fungsi-fungsi
lain yaitu komersial dan perumahan serta
pusat pelayanan publik yang lain.

c. Zona Pemukiman



2 - 29
Berperan sebagai bangkitan aktivitas kawasan.
Merupakan suatu unit lingkungan terpadu
dengan fasilitas umum dan sosial serta
prasarana dan sarana lingkungan.
Mengkaitkan fungsi-fungsi unit lingkungan lain
dibelakangnya (hinterland) sehingga tercipta
kemudahan pencapaian dan kemudahan
pelayanan fasilitas.
d. Zona Komersial
Berfungsi sebagai pusat pelayanan dan publik
area.
Merupakan suatu komersial strip area pada
koridor jalan.
Sebagai suatu ruang orientasi kecenderungan
pergerakan penduduk (ditindaklanjuti dengan
penataan jalan dan perangkatnya).
e. Zona Pelayanan Publik
Berfungsi sebagai pelayanan masyarakat.
Merupakan pusat unit lingkungan.
Sebagai orientasi perkembangan unit
lingkungan.
(2) Rencana Peruntukan Lahan Mikro (Peruntukan
Lantai)
Rencana peruntukan Lahan mikro merupakan kelanjutan
dari penajaman detail fungsi ruang. Sasaran utamanya
adalah untuk menentukan alokasi jenis peruntukan lahan
serta distribusi secara spasial (ruang) didalam



2 - 30
perencanaan Kawasan Tujuan dari penentuan
peruntukan lahan mikro adalah :
Menjamin adanya keterkaitan fungsi dan aktivitas
antar unit lingkungan dan pusat pelayanan baik dari
skala lingkungan maupun skala regional.
Menetukan jenis dan macam aktivitas dan fungsi
ruang pada kawasan perencanaan.
Mengupayakan adanya keterkaitan aktivitas
sehingga tercipta aktivitas yang berkelanjutan.
Menentukan pemanfaatan fungsi dan aktivitas yang
dibatasi antara kepentingan publik dan privat.
Peruntukan Lantai Dasar
Dalam Peruntukan lantai dasar Secara umum peruntukan
lantai dasar harus berorientasi pada kepentingan umum
(public amenities), sehingga ruang-ruang disekitarnya
dapat terjaga kesinambungannya baik dari hirarki fungsi
ruang maupun aksesibilitas pejalan kaki. Dengan
demikian fungsi ruang transisi pada media perpindahan
dari fungsi satu ke fungsi lain tetap terjaga (integrated
interchange).
Yang penting disini adalah fungsi ruang untuk
peruntukan lantai dasar pada fungsi komersial, hal ini
dimaksudkan agar terjadi keterkaitan dan
kesinambungan pergerakan pejalan kaki dan skala
manusia yang terbentuk oleh enclosure ruang (koridor).
Peruntukan Lantai Atas



2 - 31
Peruntukan lantai atas digunakan sebagai aktivitas
dengan sifat ruang privat dan semi privat. Lantai atas
pada tiap-tiap fungsi merupakan suatu ruang utama.
Perlu ditetapkan fungsi-fungsi ruang lantai atas yang
sesuai dengan program yang sudah ditetapkan.
(3) Rencana Sistem Pergerakan (Sirkulasi)
Rencana sistem Pergerakan ini mempunyai tujuan
sebagai suatu sistem penghubung (linkage system) yang
akan mengkaitkan aktivitas satu dengan yang lainnya.
Prinsip keterjangkauan, kemudahan, kenyamanan dan
keamanan diupayakan sebagai dasar perencanaan.
Beberapa elemen sistem pergerakan adalah : Sirkulasi,
kendaraan dan Pedestrian.
Sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
kemampuan lahan (land capability) melalui perbaikan
tingkat pencapaian ke dan di dalam kawasan.
Tujuan :
Menjamin keterkaitan (linkage) diantara sistem
sirkulasi.
Meningkatkan hubungan fungsional diantara
berbagai jenis peruntukan didalam kawasan.
Merupayakan keterkaitan (linkage) serta
pemisahan yang jelas antara berbagai moda
sirkulasi (pejalan kaki, kendaraan dan service).



2 - 32
Mengupayakan keterpaduan sistem dan sarana
transportasi.
(4) Rencana Ruang Terbuka dan Ruang Hijau
Diarahkan sebagai orientasi solid void kawasan, zone
interaksi dan akuluturasi budaya, perlindungan terhadap
sumber daya alam dan ekosistem. Ruang terbuka terdiri
dari ruang terbuka umum dan ruang terbuka khusus,
sedangkan pemanfaatannya ruang terbuka dapat
menjadi ruang terbuka hijau.
Luas KDH diarahkan mempunyai luas 30 % dari total
luas kawasan Rencana Sarana Prasarana dan Utilitas
Bangunan dan Lingkungan, sesuai dengan arahan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.
Sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan kawasan dengan jalan menyediakan
lingkungan yang aman, sehat dan menarik serta
berwawasan ekologis, melalui penciptaan berbagai jenis
ruang terbuka dan pola tata hijau.
Konsep ruang terbuka dan tata hijau ini nantinya sangat
mempengaruhi citra dari Kawasan. Upaya yang dapat
dilakukan untuk membantu mencapai sasaran tersebut
adalah dengan jalan perbaikan lingkungan pejalan kaki.
Dengan adanya ruang terbuka dapat mengakomodasi
pertumbuhan dan menghindari dampak negative
pertumbuhan kawasan.




2 - 33
(a) Ruang Terbuka Umum (Publik)
Ruang terbuka umum utama pada Kawasan
sebaiknya diarahkan didaerah pusat budaya.
Dengan demikian jalur-jalur pejalan kaki
(pedestrian) menuju ruang terbuka umum
tersebut harus dalam kondisi baik dan dapat
dipergunakan dengan nyaman pada siang atau
malam hari.
(b) Ruang Terbuka yang bersifat tidak umum (private
owned) namun terbuka untuk umum
Ruang terbuka yang bersifat tidak umum/privat
(private owned) namun terbuka untuk umum
(publicly accessible) pada kawasan perencanaan,
terdapat pada sub-sub blok komersial campuran
dan perkantoran komersial. Ruang terbuka
tersebut bersifat menerus, oleh karena itu harus
mampu menampung fungsi-fungsi yang
berorientasi pada pejalan kaki, jalur tembus,
dengan tempat-tempat duduk. Tidak
diperkenankan adanya pagar antara sub-blok dan
jalan, atau dengan membuatnya transparan
sebagai bagian yang menyatu dengan unsur tata
hijau.
(c) Ruang Private
Ruang terbuka private/tertutup untuk umum
merupakan ruang terbuka yang memiliki



2 - 34
pencapaian terbatas. Ruang terbuka private harus
memiliki sistem penerangan yang layak dengan
tempat-tempat duduk yang layak untuk
memberikan kesempatan penghuni saling
berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik.
Keberadaan ruang terbuka private dapat ditunjang
dengan sarana rekreasi aktif seperti lapangan
badminton atau basket. Ruang luar dapat
dipisahkan oleh pembatas dari pepohonan, perdu
maupun tanaman lain.
(d) Pola Tata Hijau
Sebagai salah satu unsur penting dalam
perencanaan dan perancangan ruang terbuka di
kawasan tropis adalah pola tata hijau dan iklim
mikro. Penggunaan unsur air dan sirkulasi udara
alami sangat mendukung aspek perancangan
ruang luar yang baik.
Pola tata hijau pada blok-blok komersial
diupayakan berkarakter formal, sedangkan pada
unit hunian sedikit informal. Batas antar sub blok
dapat ditanami dengan tanaman rumput dan tata
hijau sebagai buffer.
(5) Rencana Aktivitas Penunjang
Aktivitas pendukung diarahkan kepada aktivitas yang
mempu menjadi bangkitan aktivitas kawasan misalnya



2 - 35
sektor non-formal pariwisata, kesenian, PKL dan unsur-
unsur tradisi yang diharapkan dapat menjadi modal awal
terjadinya kekuatan aktivitas terbaru di kawasan
pengembangan.
(6) Rencana Detail
a. Rancangan Tata Bangun
Sasaran utamanya adalah untuk menetapkan
bentuk, besaran dan massa bangunan yang dapat
menciptakan dan mendefinisikan ruang (luar) yang
akomodatif terhadap berbagai bentuk kegiatan yang
mengambil tempat ke dalam kawasan.
Tujuan :
Menetukan garis sempadan bangunan, setback
bangunan dan jarak bebas antar bangunan.
Menentukan besar sosok dan proprsi massa
bangunan.
Menetukan kepadatan (blok) bangunan.
Menetukan ketinggian bangunan.
Menentukan titik acuan ketinggian ( 0.00 m).
Merekomendasikan ambang volume bangunan
(building envelope).
Merekomendasikan tata letak bangunan, dari
segi orientasi, ekologi dan iklim.



2 - 36
Mengupayakan keterpaduan konsep
arsitektural yang selaras antara kinerja dan
fungsi.
Tata Bangunan ini mencakup bentuk dan
pengelompokan massa bangunan yang membantu
terciptanya suatu lingkungan kawasan yang
terpadu. Dalam menentukan bentuk dan massa
bangunan dipengaruhi oleh kaidah-kaidah di balik
wujud fisik kawasan. Dengan adanya bentuk dan
massa bangunan akan menciptakan batas ruang
yang membantu terwujudnya sistem ruang terbuka.
Secara umum, tata bangunan tersebut terbentuk
dari batas khayal ambang volume (building
envelope) yang tercipta dari penggabungan
ketinggian maksimum bangunan serta batasan luas
bangunan. Pendekatan ini dilakukan agar
fleksibilitas dalam perencanaan dan perancangan
bangunan tetap terpelihara dengan tetap
mengupayakan terpenuhinya peruntukan lahan,
serta mengenali batasan dari intensitas
pemanfaatan lahan yang dapat ditampung dalam
sub-blok.
Dalam perencanaan dan perancangan arsitekturnya
diupayakan untuk memadukan antara konsep
arsitektur dan konsep ruang luar serta
menyelaraskan kinerja arsitektural berdasarkan



2 - 37
fungsi, sehingga dapat menciptakan citra dan
identitas arsitektural pada Kawasan akan terwujud
suatu sense of place.
Blok Pemerintahan dan Budaya
Pembangunan blok pemerintahan dan pusat
budaya diharapkan dapat mengendalikan
pengembangan dan mempertahankan ruang
terbuka hijau yang ada dengan tetap
meningkatkan kualitas pelayanan pada skala
regional.
Pada blok pemerintahan bangunan di tata
dengan teratur untuk memberikan kesan
formal dan monumental sedangkan untuk blok
pusat budaya, massa-massa bangunan ditata
sedikit bebas dan organis untuk memberikan
kesan non formal dan rekreatif. Pengaturan
massa bangunan harus dikonfigurasikan
membentuk ruang-ruang positif pada
kawasan.
Blok Hunian
Pembangunan blok-blok hunian diharapkan
dapat memberikan karakter yang akan
meningkatkan sense of community dalam
kawasan tersebut. Perencanaan unit-unit
dalam sub blok hunian umumnya berbentuk
memanjang (linier) menyesuaikan dengan



2 - 38
konfigurasi lahannya, dengan tidak
meninggalkan fleksibilitas dalam perancangan
tapak dan bangunan. perencanaan massa yang
linier dan menerus pada tapak diharapkan
dapat membentuk ruang orientasi tengah
(innercourt) yang tertata dengan baik dan
terpisah dari jalan umum.
Unit-unit hunian diusahakan terlindung dari
sinar matahari yang berlebihan, berkarakter
dan manusiawi. Pemakaian balkon dan
penggunaan atap miring dengan bahan
penutup atap yang selaras dengan sistem
pelapis luar bangunan sangat dianjurkan.
Pemakaian warna dalam blok hunian harus
selaras dengan blok lain, sehingga akan
tercipta sense of unity pada kawasan.
Pemakaian jendela kaca yang tidak
memantulkan sinar dengan jalan menghindari
pemakaian kaca cermin (reflective glass).
Blok Komersial dan Jasa
Perencanaan dan perancangan blok-blok
komersial dan perkantoran harus dapat
memberikan dampak visual dan memberikan
identitas terhadap kawasan. Bangunan-
bangunan dalam blok komersial dan
perkantoran harus membentuk hubungan



2 - 39
arsitektural yang selaras dan serasi dengan
bangunan-bangunan hunian.
b. Tata Informasi (Signage) Dan Streetscape
Sasaran utamanya untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang informatif sehingga akan
memudahkan dalam orientasi dan sikulasi. Jenis-
jenis tata informasi (signage) dan streetscape yang
direncanakan antara lain :
Tata Informasi Terpadu (Built-In Signage
System)
Tata informasi yang terpadu ditujukan pada
citra, karakter dan tata bangunan. Yang
termasuk didalamnya antara lain adalah
bangunan yamg berfungsi sebagai landmark,
focal point serta bahan eksterior bangunan
yang mampu memberikan petunjuk (clues)
kepada pengunjung kawasan yang akan
berorientasi (menentukan tujuan).
Pengelolaan podium bangunan juga dapat
memberikan arah pengunjung ke pintu masuk
utama maupun servis tiap bangunan. Bentuk
podium tertentu yang menarik dijadikan
sebagai pintu masuk servis sebaiknya
diletakkan pada tempat yang tidak
mengganggu pemandangan.



2 - 40
Tata Informasi Yang Mengarahkan (Directional
System)
Tata informasi yang mengarahkan ditujukan
untuk menerangkan identitas dan lokasi bisnis
serta fasilitas dan jasa yang ada pada kawasan.
Termasuk juga rambu-rambu lalulintas dan
rambu untuk pejalan kaki yang masing-masing
harus konsisten pada kawasan. Rambu bisa
juga dalam bentuk tulisan dan simbol grafis.
Papan Nama (Organized Billboards)
Papan Nama biasanya ditujukan pada rambu
usaha, seperti billboard. Pembuatan papan
nama harus diatur (dari ukuran, pemasangan,
dan lain-lain) agar dapat tercipta keserasian
serta mengurangi dampak visual yang negatif
dalam kawasan. Papan nama akan
menciptakan sense of place yang positif dan
menarik serta tidak mengganggu. Daerah
pemasangan papan nama akan diatur dan
ditentukan dalam panduan rancangan masing-
masing sub-blok. Dengan adanya sistem rambu
dan papan nama yang terpadu akan
memberikan kemudahan bagi pengunjung jika
memasuki ataupun mencari daerah dalam
kawasan.




2 - 41
Perangkat Jalan (Street Furniture)
Sistem informasi yang direncanakan dan
dirancang dengan baik dan terpadu akan
memberi nilai tambah pada karakter bangunan
dan membuat hidup streetscape dalam
kawasan. Termasuk dalam streetscape
tersebut antara lain adalah: perangkat
jalan/street furniture, patung-patung, kanopi,
awning dan lampu jalan. Yang termasuk dalam
street furniture adalah semua unsur skala kecil
yang dapat dipakai oleh umum, misalnya:
tempat duduk, tempat sampah, kios-kios,
shelter, box telepon, dan lain-lain.
Pemakaian bahan dan warna harus konsisten
pada masing-masing blok. Pemasangan patung
atau sculpture di ruang-ruang terbuka umum
sangat mendukung kualitas ruang terbuka.
Penggunaan kanopi dan awning dapat
melindungi pejalan kaki dari hujan dan
matahari disamping dapat memberikan
keteduhan. Penggunaan pergola dan
pemasangan tenda juga dapat memberikan
kesan indah dan selaras dengan karakter
bangunan.




2 - 42
Kegiatan Pendukung (Support Activities)
Kegiatan-kegiatan pendukung (support
activities) yaitu semua fungsi informal yang
membantu terciptanya streetscape,
memperkuat kualitas ruang kawasan
pengembangan bagi kepentingan umum.
Termasuk didalamnya adalah para penjaja
barang, penjual makanan, juga kegiatan kaki
lima lain yang terorganisir dengan baik dan
terpadu.
Kegiatan pendukung tersebut berpotensi
untuk melayani berbagai lapisan masyarakat
yang melaksanakan aktivitas sehari-hari
mereka di pusat-pusat bisnis kawasan. Dengan
begitu akan tercipta integrasi dan interaksi
sosial, serta penciptaan kualitas lingkungan
yang lebih baik dan sehat.
c. Prasarana dan Utilitas
Sasaran utamanya untuk menyediakan sistem
utilitas yang terpadu (integrated) dalam sistem
prasarana. Penyediaan prasarana umum seperti: air
bersih, air kotor, limbah padat, listrik, telepon dan
utilitas lainnya diusahakan tertanam di dalam
tanah, khususnya dibawah ROW atau Daerah Milik
Jalan (Damija). Sempadan yang memadai perlu
disediakan di sepanjang jalan untuk menampung



2 - 43
sistem utilitas ini. Saluran utilitas ke dalam sub-sub
blok bermuara dari jalur utilitas ini.
Penyediaan listrik, telepon dan utilitas lainnya
harus dipertimbangkan dengan baik untuk jangka
panjang maupun untuk jangka pendek (interim),
khususnya yang berkaitan dengan penempatan
utilitas selama masa kontruksi dan pembangunan.
Penyediaan air bersih dan pengolahan limbah untuk
jangka panjang sangat terkait dan berhubungan
dengan aspek pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di masa mendatang.
Perencanaan yang optimal harus dilakukan dalam
penentuan sistem pengolahan limbah padat. Dalam
hal ini unit pengolahan limbah harus disediakan
didalam sub-blok atau dipusatkan untuk seluruh
kawasan.
d. Sarana Lingkungan dan Fasilitas Umum
Sasaran utamanya untuk memberikan sumbangan
fasilitas masyarakat dengan melayani seluruh fungsi
di dalam dan di sekitar kawasan. Pengadaan sarana
lingkungan dan fasilitas umum pada kawasan
menjadi bagian dari kontribusi dan kewajiban
Pemerintah Daerah, dimana penataan fisiknya tidak
terlepas dari konsep sub-blok secara keseluruhan.
Termasuk didalam sarana lingkungan pada
kawasan ini adalah ruang terbuka umum seperti



2 - 44
taman-taman pada daerah gerbang masuk kawasan,
jalur-jalur pejalan kaki pada kedua sisi jalan-jalan
utama kawasan. Jalur-jalur tersebut dilengkapi
dengan street furniture yang mampu mewadahi
kegiatan masyarakat. Selain itu juga pengadaan
fasilitas halte (pemberhentian bus) dan jembatan
penyeberangan pejalan kaki.
Beberapa fasilitas dan sarana dasar tersebut antara
lain adalah :
1. Fasilitas Peribadatan.
2. Fasilitas Pendidikan.
3. Fasilitas Perekonomian (Toko, warung, Pasar).
4. Fasilitas Pelayanan Umum.
5. Fasilitas olah raga dan rekreasi.
6. Fasilitas Umum: Sub Terminal, Pangkalan Ojek,
Pemakaman Umum, dll.






3 - 1
BAB - 3
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAERAH

3.1 Kebijakan Program Pembangunan Daerah
3.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Tahun 20052025
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Mappi Tahun 20052025 dijabarkan visi
pembangunan daerah yaitu: Mappi Kawasan Sejuta Rawa
Produktif di Selatan Papua yang Berbudaya, Maju, Mandiri, dan
Adil. Visi tersebut diharapkan dapat diwujudkan melalui proses
pembangunan yang interaktif, produktif, dan dinamis yang
mengutamakan keharmonisan dan kedamaian, sesuai dengan
motto Kabupaten Mappi yaitu Usubi Yohokuda Tako Bayaman
atau Damai Bersehati Saling Melayani.
Visi sebagaimana tersebut di atas secara garis besar
mengandung dua bagian pokok, yaitu: Kawasan Sejuta Rawa
Produktif di Selatan Papua, menunjukkan eksistensi dan jati diri
wilayah Kabupaten Mappi yang menjadi faktor pembeda dari
wilayah kabupaten/kota atau daerah lainnya dalam konstelasi
regional, nasional, dan internasional; dan Berbudaya, Maju,
Mandiri dan Adil menunjukkan tujuan dan cita-cita masyarakat
Kabupaten Mappi yang akan diwujudkan dalam kurun waktu
20 tahun.




3 - 2
Dari visi tersebut, dirumuskan 5 (lima) misi pembangunan
Kabupaten Mappi tahun 20052025 yaitu sebagai berikut :
(1) Mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan beradab
dalam perikehidupan yang aman, tertib, bersatu, damai
dan adil;
Melalui upaya meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk membina kehidupan sebagai umat beragama yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dilandasi sikap
toleransi dan saling menghormati antar umat beragama
maupun dalam interaksi antar komunitas adat/budaya,
sehingga dapat mendorong terciptanya kehidupan
masyarakat yang aman, tertib, bersatu dalam kedamaian
yang dapat menempatkan nilai-nilai adat/tradisi dan
budaya serta kearifan lokal sebagai inspirasi dalam
pembangunan sekaligus dapat memperkokoh eksistensi
dan jati diri masyarakat Mappi dalam lingkungan
nasional dan global.
(2) Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat dan
mempunyai daya saing, melalui upaya-upaya :
(i) Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
disertai wawasan IPTEK, kompetensi kerja dan
kemampuan berprestasi, serta etos kerja yang
tinggi dengan menyediakan prasarana dan sarana
pendidikan yang memadai, penyediaan tenaga
pengajar dan manajemen sekolah yang memadai,
kebijakan sistem pendidikan bagi kelompok



3 - 3
masyarakat asli Papua dan tergolong tidak
mampu;
(ii) Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat dengan menjamin pelayanan
kesehatan yang menjangkau hingga ke tingkat
kampung, penyediaan prasarana dan sarana
kesehatan yang baik termasuk manajemen rumah
sakit hingga pusat pelayanan kesehatan
masyarakat di tingkat Distrik, kebijakan sistem
pelayanan kesehatan daerah bagi kelompok
masyarakat asli papua dan tergolong tidak
mampu, penyediaan sumber daya manusia bidang
kesehatan, dan pembinaan wawasan kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana dan sejahtera;
(iii) Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi
dan penanganan masalah-masalah kependudukan
yang diorientasikan pada pengendalian jumlah
dan penyebaran penduduk;
(iv) Meningkatkan kualitas penanganan dan
penyelesaian masalah sosial; dan
(v) Meningkatkan kualitas partisipasi dan kompetensi
masyarakat dalam pembangunan terutama dalam
mendorong kesetaraan gender, peran-serta
pemuda dan lembaga kepemudaan, serta
peningkatan prestasi olah raga.



3 - 4
(3) Mewujudkan infrastruktur yang memadai di seluruh
kawasan guna menciptakan kehidupan yang nyaman dan
ramah lingkungan; melalui upaya-upaya:
(i) Pengendalian pemanfaatan ruang sesuai
peruntukkannya guna mencegah terjadinya
penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan;
(ii) Mendorong percepatan dan pemerataan
pembangunan prasarana dan sarana dasar yang
memadai guna menunjang pembukaan dan
pengembangan kawasan yang masih terisolir dan
tertinggal dengan meningkatkan investasi
pembangunan prasarana dan sarana pokok yang
langsung dirasakan oleh masyarakat sampai ke
tingkat kampung, serta memberikan peluang
seluas-luasnya untuk masuknya investasi yang
dapat menunjang upaya percepatan
pembangunan di daerah yang masih terisolasi
tersebut;
(iii) Mengoptimalkan pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan yang mendukung
kelancaran akses antar wilayah, percepatan
pertumbuhan ekonomi wilayah, dan peningkatan
kualitas pelayanan sosial;
(iv) Mengembangkan moda transportasi yang handal,
berkualitas, aman, lancar, dan terpadu serta
terjangkau oleh masyarakat, yang



3 - 5
menghubungkan pusat-pusat kegiatan antar
wilayah;
(v) Meningkatkan kuantitas dan kualitas
pembangunan prasarana dan sarana dasar
perumahan dan permukiman yang memadai
mencakup rumah-rumah layak huni, air bersih,
sanitasi, persampahan, listrik, pos dan
telekomunikasi, jalan lingkungan, sistem drainase
dan pengendalian banjir, dan fasilitas penunjang
lainnya; dan
(vi) Menerapkan konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui pengembangan
sistem pengelolaan lingkungan dan sumber daya
alam yang tetap menjaga fungsi, daya dukung dan
daya tampung, pemanfaatan ruang yang serasi,
pemanfataan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan, serta
pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati sebagai modal dasar bagi pembangunan
Kabupaten Mappi.
(4) Mewujudkan Kemajuan dan Keunggulan Perekonomian
yang Berlandaskan Ekonomi Kerakyatan;
Melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan
memperkuat ekonomi di wilayah kampung berbasis
keunggulan masing-masing sektor dengan membangun
sistem produksi, distribusi dan pelayanan dalam rangka
mengurangi kesenjangan sosial antara ibukota



3 - 6
kabupaten dengan distrik maupun distrik dengan
kampung, keberpihakan kepada ekonomi rakyat dengan
memperkuat perekonomian rakyat yang tumbuh sebagai
komoditi unggulan, mengembangkan kesempatan
kepada masyarakat kampung untuk mengakses sistem
perekonomian dan tanpa diskriminasi gender dalam
pengembangan ekonomi;
(5) Mewujudkan Pemerintahan yang Baik dan Bersih,
Berkeadilan, Demokratis, dan Berlandaskan Hukum.
Melalui upaya pemantapan kelembagaan demokrasi yang
lebih kokoh, memperkuat peranan civil society,
meningkatkan kualitas pelaksanaan desentralisasi,
otonomi daerah dan otonomi khusus, mengembangkan
budaya tertib hukum, mengembangkan hukum adat yang
merupakan amanat otonomi khusus menjadi hukum
positif, tidak diskriminatif dan berpihak kepada rakyat
yang miskin di tingkat kampung.
Dari ke-5 (lima) misi RPJPD tersebut, misi ke-3 (tiga) yaitu
mewujudkan infrastruktur yang memadai di seluruh kawasan
guna menciptakan kehidupan yang nyaman dan ramah
lingkungan, melalui upaya-upaya: pengendalian pemanfaatan
ruang, percepatan dan pemerataan pembangunan prasarana
dan sarana dasar yang memadai, pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan, pengembangan moda transportasi,
peningkatan kuantitas dan kualitas pembangunan prasarana
dan sarana dasar perumahan dan permukiman serta penerapan



3 - 7
konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat
diwujudkan antara lain melalui kegiatan penyusunan rencana
tata ruang Kampung Aboge ini.
Tema Pembangunan dan Agenda Pembangunan untuk setiap
periode 5 (lima) tahunan atau setiap tahap pembangunan
jangka menengah adalah sebagai berikut:
1. RPJMD Tahap ke-I Tahun 20072012 bertemakan
Meningkatkan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam
Menyelenggarakan Pelayanan Kepada Masyarakat,
dengan agenda pokok:
(i) Restrukturisasi Organisasi Pemerintah Daerah dan
Pembinaan Aparatur;
(ii) Peningkatan Pengelolaan dan Pengawasan
Keuangan Daerah;
(iii) Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan
Prasarana Dasar;
(iv) Pelestarian Lingkungan Hidup dan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan;
(v) Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan
Peningkatan Kualitas Hidup Beragama; dan
(vi) Peningkatan Supremasi Hukum dan
Penghormatan Hak-hak Masyarakat Adat.
2. RPJMD Tahap ke-II Tahun 20122017 bertemakan
Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Aparatur Dalam Menunjang Perbaikan Mutu



3 - 8
dan Pelayanan Kepada Masyarakat, dengan agenda
pokok:
(i) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Aparatur dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan;
(ii) Pembangunan Infrastruktur Dasar Berbasis RTRW
dan Kelestarian Lingkungan Hidup;
(iii) Penyelenggaraan Pembangunan Berbasis
Kampung / Distrik;
(iv) Peningkatan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan
Masyarakat; dan
(v) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Sinergitas
Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam.
3. RPJMD Tahap ke-III Tahun 20172022 bertemakan
Meningkatkan Kapasitas Pemerintah Daerah dan
Peran serta Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Pembangunan, dengan agenda pokok:
(i) Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Pemerintahan
Pada Semua Tingkatan;
(ii) Pengembangan Jaringan Infrastruktur Berbasis
Perencanaan Wilayah Pembangunan dan
Pembangunan Berbasis Kampung / Distrik;
(iii) Peningkatan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan
Masyarakat; dan
(iv) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Sinergitas
Potensi Investasi.



3 - 9
4. RPJMD Tahap ke-IV Tahun 20222026 bertemakan
Mendorong Percepatan Pembangunan Melalui
Sinergitas Pemerintah dan Masyarakat, dengan
agenda pokok:
(i) Peningkatan dan Pemerataan Mutu
Penyelenggaraan Pemerintahan Pada Semua
Tingkatan;
(ii) Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur
Berbasis RTRW, Pembangunan Berbasis Kampung
/Distrik, dan Kelestarian Lingkungan Hidup;
(iii) Peningkatan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan
Masyarakat;
(iv) Restrukturisasi Ekonomi Kabupaten Berbasis
Potensi Wilayah Pembangunan; dan
(v) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Sinergitas
Investasi.
Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka panjang daerah
Kabupaten Mappi, ditetapkan tema Pembangunan dan Agenda
Pembangunan untuk setiap periode 5 (lima) tahun atau setiap
tahap pembangunan jangka menengah sebagaimana dapat dilihat
pada diagram Gambar 3-1.







3 - 10
GAMBAR 3-1
SKEMA TAHAPAN RPJMD KABUPATEN MAPPI













Sumber : RPJPD Kabupaten Mappi tahun 2007-2026
RPJMD Tahap ke-I
Tahun 20072012
RPJMD Tahap ke-II
Tahun 20122017
RPJMD Tahap ke-III
Tahun 20172022
RPJMD Tahap ke-IV
Tahun 20222026
Tema : Meningkatkan Kapasitas
Pemerintah Daerah dalam
Menyelenggarakan Pelayanan
Kepada Masyarakat,
Agenda pokok:
Restrukturisasi Organisasi
Pemerintah Daerah dan
Pembinaan Aparatur;
Peningkatan Pengelolaan dan
Pengawasan Keuangan Daerah;
Percepatan Pembangunan
Infrastruktur dan Prasarana
Dasar;
Pelestarian Lingkungan Hidup
dan Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan;
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat dan Peningkatan
Kualitas Hidup Beragama; dan
Peningkatan Supremasi Hukum
dan Penghormatan Hak-hak
Masyarakat Adat.
Tema : Meningkatkan Kapasitas
Sumber Daya Manusia (SDM)
Aparatur Dalam Menunjang
Perbaikan Mutu dan Pelayanan
Kepada Masyarakat.
Agenda Pokok :
Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Manusia (SDM) Aparatur
dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan;
Pembangunan Infrastruktur
Dasar Berbasis RTRW dan
Kelestarian Lingkungan Hidup;
Penyelenggaraan Pembangunan
Berbasis Kampung / Distrik;
Peningkatan Kualitas Hidup dan
Kesejahteraan Masyarakat; dan
Peningkatan Pertumbuhan
Ekonomi dan Sinergitas
Pengelolaan Potensi Sumber
Daya Alam.
Tema : Meningkatkan Kapasitas
Pemerintah Daerah dan Peran serta
Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Pembangunan.
Agenda Pokok :
Peningkatan Mutu
Penyelenggaraan Pemerintahan
Pada Semua Tingkatan;
Pengembangan Jaringan
Infrastruktur Berbasis
Perencanaan Wilayah
Pembangunan dan Pembangunan
Berbasis Kampung/Distrik;
Peningkatan Kualitas Hidup dan
Kesejahteraan Masyarakat; dan
Peningkatan Pertumbuhan
Ekonomi dan Sinergitas Potensi
Investasi.
Tema : Mendorong Percepatan
Pembangunan Melalui Sinergitas
Pemerintah dan Masyarakat.
Agenda Pokok :
Peningkatan dan Pemerataan
Mutu Penyelenggaraan
Pemerintahan Pada Semua
Tingkatan;
Pembangunan dan
Pengembangan Infrastruktur
Berbasis RTRW, Pembangunan
Berbasis Kampung / Distrik, dan
Kelestarian Lingkungan Hidup;
Peningkatan Kualitas Hidup dan
Kesejahteraan Masyarakat;
Restrukturisasi Ekonomi
Kabupaten Berbasis Potensi
Wilayah Pembangunan; dan
Peningkatan Pertumbuhan
Ekonomi dan Sinergitas Investasi.



3 - 11
3.1.2 Rencana Pembangunan Menengah Panjang Daerah (RPJMD)
Tahun 20122017
Dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi daerah,
permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kabupaten
Mappi serta dengan dengan mempertimbangkan aspek budaya
dalam masyarakat, maka visi Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Mappi tahun 2012 - 2016 adalah visi dari Bupati dan
Wakil Bupati Mappi Terpilih, yaitu : Mewujudkan Kualitas Hidup
Masyarakat Kabupaten Mappi Yang Bermartabat Dan
Berkualitas Dengan Pendekatan Pada Kearifan Budaya Sebagai
Dasar Pembangunan.
Visi tersebut merupakan implementasi dari upaya mendukung
terwujudnya Visi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten
Mappi 2005-2025 yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
Mappi Kawasan Sejuta Rawa Produktif di Selatan Papua yang
Berbudaya, Maju, Mandiri dan Adil", Visi Pembangunan Jangka
Panjang Provinsi Papua yaitu Papua yang Mandiri Secara Sosial,
Budaya, Ekonomi dan Politik" dan Visi Pembangunan Nasional
yaitu "Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur".
Cakupan pernyataan Visi sebagaimana tersebut di atas secara
garis besar mengandung 4 (empat) bagian pokok, yaitu :
1. Masyarakat Kabupaten Mappi, mengandung makna
seluruh warga/masyarakat/ penduduk yang hidup dan
mengabdikan hidupnya di Kabupaten Mappi dan tercatat
sebagai penduduk di Kabupaten Mappi, yang secara
sosio-kultural mencakup warga masyarakat suku-suku



3 - 12
Papua asli maupun masyarakat suku-suku lain yang
berasal dari luar pulau Papua;
2. Bermartabat, mengadung makna bahwa pembangunan
jangka menengah (2012-2016) di Kabupaten Mappi
diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang
bermartabat, yang tercermin dari karakter masyarakat
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat
aturan hukum yang berlaku yang merupakan wujud
nyata harga diri dan identitas jati diri berlandaskan nilai-
nilai luhur kearifan lokal (adat/ istiadat/tradisi yang
positif) dalam konteks kehidupan sosial di tingkat lokal,
regional, nasional, dan internasional;
3. Berkualitas, mengandung makna bahwa pembangunan
jangka menengah (2012-2016) di Kabupaten Mappi
diarahkan untuk dapat mewujudkan masyarakat yang
berkualitas yang tercermin dari capaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang semakin tinggi
sebagai indikasi dari meningkatnya kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dapat diukur dari :
a. Meningkatnya angka partisipasi sekolah, angka
rata-rata kelulusan, angka melanjutkan sekolah
yang disertai capaian strata pendidikan yang
semakin tinggi,
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang
ditunjukkan oleh menurunnya angka kematian ibu
dan bayi, angka kecukupan gizi yang semakin baik,
serta usia harapan hidup yang terus meningkat,



3 - 13
c. Meningkatnya produktifitas dan daya beli
masyarakat seiring dengan perkembangan kondisi
perekonomian daerah.
d. Tingkat capaian IPM yang semakin tinggi juga
menjadi indikasi dari meningkatnya kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik, kinerja
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dan
kinerja pembangunan di daerah.
4. Kearifan Budaya sebagai Dasar Pembangunan,
mengandung makna bahwa nilai-nilai luhur adat
istiadat/tradisi positif dari kebudayaan Mappi menjadi
ruh atau jiwa yang mewarnai setiap bentuk
pembangunan yang dilaksanakan, sehingga semangat
Usubi Yohokuda Tako Bayaman dapat tercermin sebagai
karakter pembangunan di Kabupaten Mappi.
Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten
Mappi tersebut, maka dirumuskan 7 (tujuh) Misi Pembangunan
Kabupaten Mappi Tahun 2012-2016, yaitu sebagai berikut :
a. Membangun dan menyediakan infrastruktur sebagai
upaya mengurangi/membuka isolasi daerah,
b. Meningkatkan mutu dan menambah tenaga
kependidikan (kapasitas para guru atau pendidik),
c. Meningkatkan pelayanan mutu hidup sehat bagi
masyarakat (penyediaan prasarana dan sarana tenaga
medis, dokter ahli, dokter umum, bidan, dan mantri)
serta memperhatikan kesejahteraan para medis,



3 - 14
d. Melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan
ekonomi rumah tangga berupa investasi dan bantuan
modal usaha kepada petani dan nelayan serta pedagang
kecil,
e. Menjadikan masyarakat mappi yang demokratis (saling
menghormati, rasa persaudaraan, menghargai perbedaan
suku, ras, bahasa, agama dan budaya), serta tetap
berpegang pada nilai-nilai universal sebagaimana dalam
konvensi internasional mengenai hak asasi manusia
(HAM),
f. Meningkatkan prasarana dan sarana keagamaan,
melakukan kegiatan safari toleransi umat beragama dan
mengimplementasikan motto Kabupaten Mappi "Usubi
Yohokuda Tako Bayaman" artinya damai bersehati saling
melayani, dan
g. Meningkatkan prasarana dan sarana olah raga
berprestasi dan olah raga masyarakat.
Adapun tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah
Kabupaten Mappi Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :
a. Mendorong percepatan pemerataan pembangunan
secara proporsional melalui peningkatan kinerja
pembangunan prasarana dan sarana di seluruh wilayah
distrik/kampung dengan yang di pembangunan daerah
yang serasi, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyelenggara
pendidikan guna mendorong peningkatan akses dan
mutu pendidikan bagi masyarakat.



3 - 15
c. Mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera melalui
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dan
bina keluarga berencana (KB), pemberdayaan
perempuan, dan pelayanan sosial kependudukan.
d. Mendorong potensi sumber daya ekonomi kerakyatan
sebagai basis pengembangan ekonomi lokal yang
menunjang perbaikan kesejahteraan masyarakat.
e. Memfasilitasi peningkatan produktifitas UMKM dan
koperasi sebagai basis ekonomi masyarakat yang
berpotensi menyerap tenaga kerja sekaligus menjadi
daya tarik investasi.
f. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih (good
governance dan clean government).
g. Meningkatkan supremasi hukum dalam mewujudkan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).
h. Meningkatkan kesadaran hidup beragama dan toleransi
antar Umat beragama maupun antar komunitas
adat/budaya.
i. Memasyarakatkan olah raga sebagai media partisipasi,
bina prestasi dan pengembangan potensi generasi muda.
Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan
komperhensif tentang bagaimana pemerintah Kabupaten
Mappi mencapai tujuan dan sasaran RPJMD tahun 2012-2016
dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang
komperhensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan
kinerja birokrasi. Perencanaan strategis tidak saja



3 - 16
mengagendakan berbagai kegiatan pembangunan, tetapi juga
segala program yang mendukung dan menciptakan layanan
masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk
didalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas
birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfatan teknologi
informasi.
Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-
program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi
dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan
pembangunan daerah (strategy focused management).
Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan
bagaimana sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas
dengan serangkaian arah kebijakan. Rumusan strategi tersebut
juga dapat menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana
pemerintah daerah menciptakan nilai tambah (Value Added)
bagi stakeholder pembangunan daerah. Penetapan strategi
dilakukan untuk menjawab cara pencapaian sasaran
pembangunan. Sebuah strategi dapat dilakukan untuk
menjawab lebih dari 1 (satu) sasaran pembangunan.
Adapun Strategi Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Mappi Tahun 2012-2016, meliputi :
1. Pembangunan Infrastruktur Terpadu Berbasis Tata
Ruang yang Dinamis, yaitu ditujukan untuk mencapai :
a. Terwujudnya perencanaan tata ruang dan
perencanaan program pembangunan daerah yang
berkesinambungan, dan



3 - 17
b. Terwujudnya pembangunan dan pengembangan
prasarana dan sarana dasar di seluruh wilayah
distrik.
2. Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA dan
Lingkungan Hidup, yaitu ditujukan untuk mencapai
terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup.
3. Peningkatan Kualitas Pendidikan Masyarakat, yaitu
ditujukan untuk mencapai meningkatnya akses dan mutu
pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar 9
tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi
anak-anak usia sekolah.
4. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat dan
Keluarga Sejahtera, yaitu ditujukan untuk
mencapai :
a. Meningkatnya akses dan mutu penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang didukung oleh
ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai
serta tenaga medis dan paramedis yang profesional.
b. Meningkatnya mutu pembinaan keluarga berencana
(KB) dalam mewujudkan keluarga sehat dan
sejahtera.
5. Peningkatan Pelayanan Sosial dan Pengelolaan
Kependudukan, yaitu ditujukan untuk mencapai :
a. Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan sosial
bagi masyarakat, yang mencakup perlindungan



3 - 18
perempuan dan anak-anak, serta penyandang
masalah kesejahteraan sosial lainnya, dan
b. Meningkatnya mutu proses penatalaksanaan data
dan statistik kependudukan guna menunjang upaya
peningkatan mutu pelayanan masyarakat.
6. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sektor-
sektor Pertanian, Kelautan dan Perikanan, serta
Kehutanan dan Perkebunan, yaitu ditujukan untuk
mencapai meningkatnya kegiatan ekonomi sektor
kehutanan, pertanian dan perkebunan, serta kelautan
dan perikanan sebagai sektor unggulan ekonomi daerah.
7. Pengembangan Kapasitas dan Peran Sektor UMKM
dan Koperasi dalam meningkatkan daya serap
Tenaga Kerja dan promosi investasi di daerah, yaitu
ditujukan untuk mencapai meningkatnya kegiatan
ekonomi lokal melalui perkuatan kelembagaan UMKM
dan Koperasi maupun pengembangan investasi sektor
pariwisata maupun sektor lainnya yang menunjang
perluasan kesempatan kerja dan peluang usaha bagi
masyarakat.
8. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan
serta Penegakkan Hukum dan HAM, yaitu ditujukan
untuk mencapai :
a. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan
pemerintahan;



3 - 19
b. Meningkatnya kemampuan keuangan (fiskal)
daerah;
c. Meningkatnya mutu pengendalian dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
d. Meningkatnya ketaatan dan kesadaran hukum
masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan
ketertiban masyarakat (kamtibmas).
9. Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama, yaitu
ditujukan untuk mencapai meningkatnya rasa aman dan
kesadaran masyarakat untuk menjalankan
peribadatannya, yang dilandasi sikap saling
menghargai/menghormati antar umat beragama
maupun antara komunitas adat/budaya.
10. Pembinaan Prestasi Olah Raga dan Kepemudaan,
yaitu ditujukan untuk mencapai :
a. Meningkatnya daya dukung prasarana dan sarana
Olah Raga guna mendorong minat masyarakat
maupun upaya mencetak prestasi di tingkat lokal,
regional, dan nasional; dan
b. Tersedianya prasarana dan sarana penunjang
kegiatan pengembangan potensi generasi muda.
Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan
perumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran dari tahun ke tahun selama 5
(lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan



3 - 20
strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya.
Arah kebijakan Kabupaten Mappi merupakan fokus/tema
pembangunan setiap tahunnya selama 5 (lima) tahun.
Pentahapan dan fokus/tema ini mencerminkan urgensi
permasalahan yang hendak diselesaikan berkaitan dengan
pengaturan berdasarkan waktu. Penekanan fokus/tema dalam
setiap tahunnya selama 5 (lima) tahun memiliki
kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam
rangka mencapai visi, misi tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Adapun arah kebijakan Kabupaten Mappi pada
setiap tahunnnya (2012-2016) adalah sebagai berikut :
1. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2012)
Pembangunan pada tahun 2012 diarahkan kepada
pengembangan aktivitas pembangunan yang sesuai
dengan potensi dan karakteristik wilayah dan tidak
bertentangan dengan struktur dan pola ruang yang ada,
dengan dukungan infrastruktur wilayah yang memadai
guna menunjang upaya meningkatkan pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Selaras
dengan arahan tersebut, maka tema pembangunan
Kabupaten Mappi pada tahun 2012 adalah Meningkatkan
Kinerja Pelayanan Masyarakat melalui Penataan
Kelembagaan Pemerintah dan Penatalaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Berbasis Kampung/Distrik.




3 - 21
2. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2013)
Pembangunan pada tahun 2013 diarahkan kepada
pengembangan infrastruktur wilayah untuk menunjang
seluruh aktivitas masyarakat serta pelayanan kesehatan
dan pendidikan yang selaras dengan aspek tata ruang
(berbasis spasial). Selain itu, pembangunan juga
diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia baik tenaga kerja maupun unsur aparatur
pemerintah guna menunjang upaya meningkatkan
pendidikan, aparatur pemerintah guna menunjang upaya
meningkatkan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Selaras dengan arahan tersebut, maka tema
pembangunan Kabupaten Mappi pada tahun 2013 adalah
Meningkatkan Kinerja Pelayanan Masyarakat melalui
Penataan Wilayah Pembangunan dan Penatalaksanaan
Pembangunan Berbasis Kampung/Distrik.
3. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2014)
Pembangunan pada tahun 2014 masih tetap diarahkan
kepada pengembangan infrastruktur wilayah untuk
menunjang seluruh aktivitas masyarakat sebagai
perwujudan upaya peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat, sekaligus mendukung
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi rakyat berbasis
sumber daya alam (sektor-sektor pertanian, kelautan
dan perikanan, serta kehutanan dan perkebunan). Pada
tahun ini, pembangunan tetap difokuskan pada



3 - 22
pengembangan kualitas sumber daya manusia,
khususnya di sektor pendidikan (peningkatan kualitas
tenaga pendidik dan lulusan anak didik), sektor
kesehatan (peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
pelayanan kesehatan), serta sektor ekonomi dan
ketenagakerjaan (kualitas tenaga kerja yang kompeten
dan produktif).
Dengan demikian, diharapkan kualitas sumber daya
manusia, khususnya tenaga kerja dan pencari kerja dapat
mendukung dan berperan aktif dalam pengembangan
sentra ekonomi rakyat berbasis SDA, dan mempunyai
daya saing yang cukup memadai dalam lingkup pasar
tenaga kerja. Dalam rangka meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelayanan publik, maka pembangunan
tahun ini tetap berlandaskan pada penerapan tata kelola
pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Dengan
demikian, peningkatan daya dukung infrastruktur,
kualitas sumber daya manusia dan tata kelola
pemerintahan yang baik, diharapkan dapat merangsang
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi rakyat yang
mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah.
Selaras dengan arahan tersebut, maka tema
pembangunan Kabupaten Mappi pada tahun 2014 adalah
"Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Utama pada
Pusat-Pusat Kegiatan Ekonomi di Seluruh Wilayah
Distrik".



3 - 23
4. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2015)
Pembangunan pada tahun 2015 diarahkan kepada upaya
memantapkan peningkatan kualitas pelayanan publik
yang telah terbangun secara bertahap mencakup daya
dukung infrastruktur wilayah, penyelenggaraan
pendidikan masyarakat, kesehatan masyarakat, dan
pengembangan sentra-sentra ekonomi berbasis sumber
daya alam. Fokus pelaksanaan pembangunan diarahkan
pada peningkatan kinerja pelaksanaan pembangunan
pada tingkat Distrik dan Kampung guna menunjang
pengembangan potensi masing-masing wilayah secara
proporsional. Upaya tersebut diselaraskan pula dengan
upaya perkuatan kapasitas dan kapabilitas aparatur
tingkat Kampung, aparatur tingkat Distrik, serta
koordinasi intensif dengan unsur aparatur lainnya (TNI
dan Polri) dalam menunjang stabilitas keamanan dan
ketertiban masyarakat. Selaras dengan arahan tersebut,
maka tema pembangunan Kabupaten Mappi pada tahun
2015 adalah Meningkatkan Kinerja Pelaksanaan
Pembangunan di Tingkat Distrik melalui Penataan
Kelembagaan Pemerintah yang Menunjang
Penatalaksanaan Pembangunan Berbasis Kampung/
Distrik.
5. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2016)
Pembangunan pada tahun 2016 diarahkan kepada upaya
melanjutkan serta mengembangkan hasil-hasil



3 - 24
pembangunan di sektor-sektor strategis mencakup
sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
ketenagakerjaan melalui upaya meningkatkan daya
saing-nya di tingkat regional maupun nasional. Kualitas
SDM yang baik dan berdaya saing tinggi, diharapkan
mampu memberikan kontribusi berupa produktifitas
maupun unjuk prestasi dalam lingkup regional dan
nasional.
Fokus pelaksanaan upaya peningkatan daya saing
diharapkan dapat mendorong keterlibatan masyarakat
maupun dunia usaha di seluruh wilayah Distrik/
Kampung untuk mampu memberikan kontribusinya,
sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan
investasi di daerah. Capaian prestasi yang baik dan
konsisten yang ditunjukkan dari daya saing yang tinggi
akan mendukung eksistensi Kabupaten Mappi dalam
lingkup regional maupun nasional. Selaras dengan
arahan tersebut, maka tema pembangunan Kabupaten
Mappi tahun 2016 adalah "Meningkatkan Kinerja
Pembangunan dalam rangka Mewujudkan Masyarakat
Mappi yang Bermartabat dan Berkualitas".
Program pembangunan merupakan bentuk instrumen
kebijakan yang memuat satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat. Pelaksanaan
program pembangunan daerah bertujuan untuk mencapai
sasaran dan tujuan pembangunan, sesuai dengan visi dan misi
Kepala dan Wakil Kepala daerah terpilih. Guna mencapai misi,



3 - 25
tujuan dan sasaran pembangunan yang berpedoman kepada
strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka disusun
program pembangunan Kabupaten Mappi untuk kurun waktu
lima tahun kedepan berdasarkan sasaran strategis yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Program Pembangunan untuk mencapai visi dan misi
berdasarkan strategi pembangunan Kabupaten Mappi 2012-
2016, yaitu:
Strategi -1 Pembangunan Infrastruktur Terpadu Berbasis
Tata Ruang Yang Dinamis
1. Perencanaan Tata Ruang dan program
Pembangun yang Berkesinambungan, yang
dijabarkan dengan program :
Perencanaan Tata Ruang;
Pemanfaatan Ruang;
Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Perencanaan Pembangunan Daerah;
Pengembangan Data/Informasi;
Kerjasama Pembangunan;
Perencanaan Pembangunan Daerah;
Perencanaan Pembangunan Ekonomi;
Perencanaan Sosial Budaya;
Pengembangan Data/Informasi dan
Statistik.




3 - 26
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Transportasi, Perhubungan dan
Telekomunikasi pada Kawasan Pusat
Pertumbuhan Ekonomi, dengan program :
Pembangunan Jalan dan Jembatan;
Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-
Gorong;
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan;
Pembangunan Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan;
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
dan Fasilitas LLAJ;
Peningkatan Pelayanan Angkutan;
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan;
Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas.
3. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perumahan
dan Permukiman, yang dijabarkan dengan
program :
Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan;
Pengembangan Perumahan.
4. Kebutuhan Energi Kelistrikan, yang dijabarkan
dengan program Pembinaan dan
Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan.



3 - 27
Strategi- 2 Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA Dan
Lingkungan Hidup
Peningkatan Pengelolaan SDA dan Lingkungan
Hidup, yang dijabarkan dengan program :
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa dan Pengairan Lainnya;
Penyediaan dan Pengolahan Air Baku;
Pengembangan Kinerja Persampahan;
Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan
Lingkungan Hidup;
Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembinaan dan Pengawasan Bidang
Pertambangan.
Strategi -3 Peningkatan Kualitas Pendidikan Masyarakat
Peningkatan Akses dan Mutu Penyelenggaraan
Pendidikan, yang dijabarkan dengan program :
Pendidikan Anak Usia Dini
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun;
Pendidikan Menengah;
Pendidikan Non Formal;
Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan;
Manajemen Pelayanan Pendidikan;
Pendidikan Tinggi;



3 - 28
Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan
Perpustakaan.
Strategi - 4 Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
Dan Keluarga Sejahtera
Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
serta Pembinaan Keluarga Berencana (KB), yang
dijabarkan dengan program :
Obat dan Perbekalan Kesehatan;
Upaya Kesehatan Masyarakat;
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
Perbaikan Gizi Masyarakat;
Pengembangan Lingkungan Sehat;
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular;
Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin;
Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan
Sarana-Prasarana Puskesmas, Puskesmas
Pembantu dan Jaringannya;
Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan
Anak;
Pengadaan, peningkatan sarana dan
prasarana rumah sakit/rumah sakit
jiwa/Rumah sakit paru-paru/rumah sakit
mata;



3 - 29
Pemeliharaan sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/Rumah sakit paru-
paru/rumah sakit mata;
Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
Keluarga Berencana (KB);
Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS
termasuk HIV/AIDS;
Pengembangan Bahan Informasi Pengasuhan
dan Pembinaan Tumbuh kembang Anak.
Strategi - 5 Peningkatan Pelayanan Sosial Dan Pengelolaan
Kependudukan
1. Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan dan Anak, dengan program :
Keserasian kebijakan peningkatan kualitas
Anak dan Perempuan;
Peningkatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan;
Peningkatan Peranserta dan Kesetaraan
Jender dalam Pembangunan;
2. Peningkatan Pelayanan dan Penanganan
Masalah Kesejahteraan Sosial, dengan
program:
Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas
Adat Terpencil dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial Lainnya;



3 - 30
Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan
Sosial;
Pembinaan Anak Terlantar;
Pembinaan Para Penyandang Cacat dan
Trauma;
Pembinaan Eks Penyandang Penyakit
Kesejahteraan Sosial (Eks
Narapidana/PSK/ Miras/Narkotika) dan
Penyakit Sosial Lain;
Pemberdayaan Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial.
3. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan
Kependudukan, yang dijabarkan dengan
program Penataan Administrasi pendudukan.
Strategi - 6 Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemanfaatan
Sektor-Sektor Pertanian, Kelautan Dan
Perikanan, Serta Kehutanan Dan Perkebunan
1. Revitalisasi Pertanian, Kelautan dan
Perikanan, Kehutanan, dan Perkebunan,
dengan program :
Peningkatan Kesejahteraan Petani;
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan;
Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan;



3 - 31
Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Ternak;
Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;
Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/
Perkebunan Lapangan;
Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
Hutan;
Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
Pembinaan dan penertiban industri
kehutanan;
Peningkatan Kesadaran dan Penegakan
Hukum dalam Pendayagunaan SD Laut;
Pengembangan Budidaya Perikanan;
Pengembangan Perikanan Tangkap;
Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan;
Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Pedesaan.
2. Peningkatan Ketahanan Pangan, yang
dijabarkan dengan program Peningkatan
Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan.
Strategi - 7 Pengembangan Kapasitas Dan Peran Sektor
UMKM Dan Koperasi Dalam Meningkatkan
Daya Serap Tenaga Kerja Dan Promosi
Investasi Di Daerah



3 - 32
1. Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
UMKM dan Koperasi maupun Masyarakat
melalui Fasilitasi Akses kepada Sumber Daya
Produktif, yang dijabarkan dengan program :
Pengembangan Kewirausahaan dan
Kompetitif Usaha Kecil Menengah;
Penciptaan Iklim Usaha Mikro Kecil
Menengah yang kondusif;
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
bagi Usaha Mikro Kecil Menengah;
Perlindungan Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan;
Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam
Negeri;
Pembangunan industri kecil dan
menengah.
2. Peningkatan Promosi dan Pengembangan
Pariwisata dan Investasi di Daerah, yang
dijabarkan dengan program :
Peningkatan iklim investasi dan realisasi
investasi;
Pengembangan nilai budaya;
Pengembangan kemitraan.
3. Peningkatan Kompetensi SDM Tenaga Kerja
dan Perlindungan Tenaga Kerja, yang



3 - 33
dijabarkan dengan program : Peningkatan
Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja.
Strategi - 8 Peningkatan Kualitas Tata Kelola
Pemerintahan Serta Penegakkan Hukum Dan
HAM
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Aparatur dalam rangka Meningkatkan
Pelayanan Publik, dengan program :
Pelayanan Administrasi Perkantoran;
Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur;
Peningkatan Disiplin Aparatur;
Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS;
Pendidikan Kedinasan;
Peningkatan Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan;
Peningkatan Sumber Daya Aparatur;
Pembinaan dan Pengembangan Aparatur;
Peningkatan Kapasitas Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah;
Peningkatan Kerjasama Antar
Pemerintah;
Penataan Peraturan Perundang-
Undangan;
Penataan Daerah Otonomi Baru;




3 - 34
Penataan Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah;
Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan;
Penyelamatan dan Pelestarian Arsip;
Pengembangan Komunikasi, Informasi
dan Media Massa;
Kerjasama Informasi dan Media Massa;
Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang
Komunikasi dan Informatika.
2. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang dijabarkan dengan program Peningkatan
Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah.
3. Peningkatan Fungsi Pengawasan
Pembangunan Daerah, yang dijabarkan
dengan program :
Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
Pelaksanaan Kebijakan KDH;
Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan;
Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan
Sistem dan Prosedur Pengawasan;
Optimalisasi Pemanfatan Teknologi
Informasi.
4. Penegakan hukum dan nilai-nilai demokrasi
dalam mewujudkan Keamanan dan Ketertiban



3 - 35
Masyarakat (Kamtibmas), dengan program-
program :
Pemberdayaan Masyarakat untuk
Menjaga Ketertiban dan Keamanan;
Pengembangan Wawasan Kebangsaan;
Pencegahan Dini dan Penanggulangan
Korban Bencana Alam;
Peningkatan Pemberantasan Penyakit/
Gejolak Sosial Masyarakat;
Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan.
Strategi - 9 Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama
Pengembangan Kualitas Kehidupan Beragama dan
Kerukunan Hidup Beragama, dengan program :
Fasilitasi dan Stimulasi Sarana dan Prasarana
Keagamaan.
Strategi-10 Pembinaan Prestasi Olah Raga Dan Pemuda
Peningkatan Prestasi Olahraga dan Pembinaan
Kepemudaan, yang dijabarkan dengan program :
Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.
Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga.
Peningkatan Peranserta Kepemudaan.





3 - 36
3.2 Kebijakan Tata Ruang
3.2.1 Arahan Rencana Struktur Ruang Kabupaten Mappi
A. Rencana Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) merupakan
wilayah yang meliputi beberapa kota berikut wilayah
pengaruhnya yang disebabkan oleh perannya sebagai
simpul jasa distribusi, kota-kota tersebut saling terkait
dalam suatu susunan hirarkis.
Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten
Mappi Tahun 20102030, Rencana sub-sistem satuan
wilayah pengembangan (SWP) Kabupaten Mappi dibagi
dalam 5 (lima) SWP, yaitu:
(1) Wilayah Pengembangan Mappi Tengah; dengan
pusat pengembangan di Kepi yang melayani
wilayah Distrik Obaa dan Distrik Passue.
SWP Mappi Tengah berfungsi Kawasan Pusat
pemerintahan tingkat distrik, Pusat
pengembangan wilayah parsial, Pusat pelayanan
jasa dan perdagangan, Pusat orientasi pemasaran,
Pusat pelayanan sosial ekonomi, Sentra produksi
tanaman pangan kacang hijau, Sentra produksi
buah-buahan nanas, jeruk valencia, jeruk siam, dan
alpukat, Sentra produksi tanaman palawija sawi
dan terung, Sentra produksi perkebunan kopi,
Pusat pengembangan pendidikan, Daerah



3 - 37
pengembangan permukiman dan Pusat pelayanan
transportasi.
(2) Wilayah Pengembangan Mappi Utara; dengan
pusat pengembangan di Senggo yang melayani
wilayah Distrik Citak Mitak dan Distrik Kaibar.
SWP Mappi Utara berfungsi sebagai Kawasan
Pusat pelayanan sosial, perdagangan dan jasa,
Sentra produksi buah-buahan durian dan
rambutan, Pusat orientasi pemasaran, Pusat
pelayanan transportasi, Pengembangan
permukiman, Pusat pemerintahan tingkat distrik,
Pengembangan pariwisata taman anggrek dan
rumah pohon, Cagar Budaya Suku Kuruway
Kombay.
(3) Wilayah Pengembangan Mappi Barat; dengan
pusat pengembangan di Eci yang melayani
wilayah Distrik Haju dan Distrik Assue.
SWP Mappi Barat berfungsi sebagai Kawasan
Pusat pemerintahan tingkat distrik, Sentra
produksi buah-buahan jambu biji dan jeruk siam
besar, Sentra produksi tanaman palawija
kangkung, Pengembangan permukiman, Pusat
perekonomian dan perdagangan, Pengembangan
pelayanan transportasi, Sentra produksi pertanian
tanaman pangan ubi kayu dan kacang tanah,



3 - 38
Pengembangan pariwisata sejarah (Lordes di
Kampung Kerke).
(4) Wilayah Pengembangan Mappi Timur; dengan
pusat pengembangan di Bade yang melayani
wilayah Distrik Edera dan Distrik Venaha.
SWP Mappi Timur berfungsi sebagai Kawasan
Pusat pemerintahan tingkat distrik, Pusat
pengembangan wilayah parsial, Pusat orientasi
pemasaran, Pusat pelayanan sosial ekonomi,
Daerah pengembangan permukiman, Sentra
produksi pertanian tanaman pangan ubi jalar,
jagung, kacang tanah, dan kedelai, Sentra produksi
buah-buahan pepaya dan jeruk keprok, Sentra
produksi tanaman palawija kubis, cabe, tomat,
kacang panjang, bayam, dan ketimun, Sentra
produksi tanaman perkebunan kelapa, karet dan
kapuk randu, Pengembangan peternakan (sapi,
kambing, babi, itik, ayam buras), Pengembangan
perikanan, Pengembangan pusat pelayanan
transportasi, Pusat pengembangan agroindustri,
Pengembangan pariwisata (Pariwisata kepala arus
Sungai Digoel).
(5) Wilayah Pengembangan Mappi Selatan; dengan
pusat pengembangan di Kota Mur yang melayani
wilayah Distrik Nambioman Bapai dan Distrik
Minyamur.



3 - 39
SWP Mappi Selatan berfungsi sebagai pusat
pelayanan sosial, pengembangan permukiman,
pengembangan pelayanan transportasi,
pengembangan perdagangan dan jasa, pusat
pemerintahan tingkat distrik, pusat pelayanan
sosial, perdagangan dan jasa, sentra produksi
pertanian tanaman pangan padi, sentra produksi
buah-buahan pisang, jambu air, jambu bol, dan
mangga, sentra produksi perkebunan jambu mete,
sentra produksi perikanan, pemeliharan
kawasan lindung, pengembangan perikanan,
pengembangan permukiman, pariwisata (pantai
wagin), industri pengolahan ikan dan
pengembangan pariwisata (kepala arus).
Kampung Aboge yang berada di Distrik Assue termasuk
dalam Wilayah Pengembangan Mappi Barat; dengan
pusat pengembangan di Eci yang melayani wilayah
Distrik Haju dan Distrik Assue. Fungsi Kawasan sebagai
Pusat pemerintahan tingkat distrik, Sentra produksi
buah-buahan jambu biji dan jeruk siam besar, Sentra
produksi tanaman palawija kangkung, Pengembangan
permukiman, Pusat perekonomian dan perdagangan,
Pengembangan pelayanan transportasi, Sentra produksi
pertanian tanaman pangan ubi kayu dan kacang tanah,
Pengembangan pariwisata sejarah (Lordes di Kampung
Kerke). Untuk lebih jelas mengenai pembagian SWP
dapat dilihat pada Gambar 3-2.



3 - 40
GAMBAR 3-2 ; PETA PEMBAGIAN SWP KABUPATEN MAPPI























3 - 41
B. Rencana Sistem Pusat Kegiatan
Sistem pusat kegiatan meliputi rencana perkotaan dan
fungsi-fungsi pusat permukiman. Arahan sistem
perkotaan sebagaimana dalam RTRW Kabupaten Mappi
Tahun 20102030 meliputi :
1. PKW (pusat kegiatan wilayah) Kawasan Perkotaan
Bade di Distrik Edera.
2. PKL (pusat kegiatan lokal) meliputi Kawasan
Perkotaan Keppi di Distrik Obaa dan Kawasan
Perkotaan Waemeaman di Distrik Nambioman
Bapai.
3. PKLp (pusat kegiatan lokal promosi) meliputi
Kawasan Perkotaan Eci di Distrik Assue serta
Kawasan Perkotaan Sumuraman di Distrik
Minyamur dan Kawasan Perkotaan Kotiak di Distrik
Passue.
4. PPK (pusat pelayanan kawasan) meliputi Kawasan
Perkotaan Kabe yang berada di Distrik Minyamur,
Kawasan Perkotaan Haju yang berada di Distrik
Haju, dan Kawasan Perkotaan Senggo yang berada
di Distrik Citak Mitak dan Distrik Kaibar.
Prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan
sistem pusat permukiman di Kabupaten Mappi meliputi :
a. Pengembangan sistem transportasi yang
mendukung struktur ruang pada sistem
perkotaan;



3 - 42
b. Menjaga keberadaan kawasan lindung;
c. Pengintegrasian fungsi dan sistem perkotaan atau
pusat permukiman;
d. Antisipasi terhadap perkembangan kegiatan di
masa mendatang.
Sedangkan sistem kota yang dikembangkan dilakukan
berdasarkan pertimbangan :
a. Hirarki sistem kota;
b. Sebagai pusat pelayanan jasa dan produksi yang
didukung oleh tingkat ketersediaan prasarana dan
sarana lingkungan permukiman yang memadai
serta memberikan manfaat berupa peningkatan
pengembangan wilayah dan perkembangan lintas
sektor;
c. Kemampuan daya dukung lahan dari kawasan
perkotaan yang akan dikembangkan;
d. Sebaran penduduk perkotaan dan desa-desa yang
mempunyai sifat perkotaan;
e. Memiliki akses yang berorientasi pada skala
pelayanan regional dan lokal;
f. Arahan kebijakan yang telah ada.
Fungsi kawasan perkotaan untuk masing-masing pusat
permukiman adalah sebagai berikut:
1. PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Bade di
Distrik Edera.



3 - 43
Kawasan Perkotaan Bade mempunyai fungsi
pelayanan meliputi : Pusat pemerintahan tingkat
distrik, pengembangan wilayah parsial, pusat
pengembangan wilayah parsial, pusat orientasi
pemasaran, pusat pelayanan sosial ekonomi,
daerah pengembangan permukiman, sentra
produksi pertanian tanaman pangan ubi jalar,
jagung, kacang tanah dan kedelai, sentra produksi
buah-buahan pepaya dan jeruk keprok, sentra
produksi tanaman palawija, kubis, cabe, tomat,
kacang panjang, bayam dan ketimun, sentra
produksi tanaman perkebunan kelapa, karet dan
kapuk randu.
2. PKL terdiri dari Kawasan Perkotaan Keppi dan
Kawasan Perkotaan Edera.
Kawasan Perkotaan Keppi dalam jangka
panjang memiliki fungsi pelayanan meluputi:
pusat pemerintahan tingkat distrik, pusat
pengembangan wilayah parsial, pusat
pelayanan jasa dan perdagangan, pusat
orientasi pemasaran, pusat pelayanan sosial
ekonomi, sentra produksi tanaman pangan
kacang hijau, sentra produksi buah-buahan
nanas, jeruk valencia, jeruk siram, sentra
produksi perkebunan kopi, pusat
pengembangan pendidikan, daerah



3 - 44
pengembangan permukiman dan pusat
pelayanan transportasi.
Kawasan Perkotaan Waemeaman, Obaa dan
Edera sebagai PKL mempunyai fungsi
pelayanan meliputi : Pusat pemerintahan
tingkat kabupaten, Pusat pelayanan sosial,
Pengembangan permukiman, Pengembangan
pelayanan transportasi, Pengembangan
perdagangan dan jasa.
3. PKLp terdiri dari Kawasan Perkotaan Eci,
Kawasan Perkotaan Mur dan Kawasan Perkotaan
Kabe.
Kawasan Perkotaan Eci di Distrik Assue
berfungsi sebagai: Pusat pemerintahan
tingkat distrik, Sentra produksi buah-buahan
jambu biji dan jeruk siam besar, Sentra
produksi tanaman palawija kangkung,
Pengembangan permukiman, Pusat
perekonomian dan perdagangan, serta
Pengembangan pelayanan transportasi.
Kawasan Perkotaan Mur berfungsi sebagai:
Pusat pemerintahan tingkat distrik, pusat
pelayanan sosial, perdagangan dan jasa,
sentra produksi pertanian tanaman pangan
padi, Sentra produksi buah-buahan pisang,
jambu air, jambu bol dan mangga, sentra
produksi perkebunan jambu mete, sentra



3 - 45
produksi perikanan, pengembangan
permukiman, pelayanan transportasi,
Pemeliharan kawasan lindung.
4. PPK terdiri dari Kawasan Perkotaan Kabe,
Kawasan Perkotaan Haju dan kawasan Perkotaan
Senggo (Ibukota Distrik Citak Mitak).
Kawasan Perkotaan Kabe berfungsi sebagai:
Pusat pemerintahan tingkat distrik,
Pengembangan perikanan, Pengembangan
permukiman, Pengembangan pelayanan
transportasi, pemeliharan kawasan lindung,
pariwisata (Pantai Wagin), Pengembangan
industri pengolahan ikan, Pengembangan
pariwisata (Kepala arus).
Kawasan Perkotaan Haju berfungsi sebagai:
pusat pelayanan sosial, perdagangan dan jasa,
sentra produksi buah-buahan durian dan
rambutan, pusat orientasi pemasaran, pusat
pelayanan transportasi dan pengembangan
pemukiman.
Kawasan Perkotaan Senggo berfungsi
sebagai: Pusat pelayanan sosial, perdagangan
dan jasa, sentra produksi buah-buahan
durian dan rambutan, pusat orientasi
pemasaran, pusat pelayanan transportasi dan
pengembangan permukiman.



3 - 46
Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010
2030, pengembangan Kampung Aboge diarahkan untuk
mendukung Kawasan Perkotaan Eci di Distrik Assue
sebagai PKLp.
C. Arahan Pemanfaatan Ruang
Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana yang tertuang
dalam RTRW Kabupaten Mappi Tahun 20102030,
terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
I. Perwujudan Sistem Transportasi Wilayah
1. Transportasi Darat
(a) Konsep pembangunan jaringan jalan
internal
Konsep pembangunan jalan baru
yang menghubungkan antar
ibukota distrik di Kabupaten Mappi
sampai dengan akhir tahun
perencanaan 2028 yaitu jalan yang
menghubungkan Bade Mur
Sahapikya Kepi Kabe Kotiak
Waemeaman Yagatsu Eci
Senggo Amazu.
Konsep pembangunan jalan baru
yang menghubungkan kampong-
kampung ke pusat ibukota distrik.
Terutama di Kampung Nohon,
Wairu Dua, Atty, Ogorito, Sagis,



3 - 47
Kumaban, Kiki, Jufo Kecil, Kaibu
dan Sogope.
(b) Program pembangunan jaringan jalan
internal
Pembangunan jaringan jalan baru
antara lain : Jalan Kepi Mur
Bade, jalan Waemeaman
Sumuraman (rencana pelabuhan)
dan jalan Eci Waemeaman.
(c) Program pembangunan jaringan jalan
eksternal
Pembangunan jalan baru
penghubung wilayah Selatan
Propinsi Papua (jalan lintas
selatan) yang menjadi jalur poros
Utara Selatan Kabupaten Mappi.
Menghubungkan Kabupaten
Merauke Kabupaten Fak Fak
dengan jalur yang melewati
Kabupaten Mappi, yaitu melewati
Bade Mur Kepi Waemeaman
Yagatsu Eci Senggo.
Jalan jalur tengah (RTR Tanah
Papua) Kabupaten Mappi
Kabupaten Jayapura Kabupaten
Nabire merupakan jalur Utara
Kabupaten Mappi. Jalan tersebut



3 - 48
melewati Kumaban, Tiau, Amazu,
dan Sagis.
Jalan pengumpan Kabupaten Mappi
Kabupaten Bouven Digoel (RTR
Tanah Papua) merupakan jalur
poros Barat Timur Kabupaten
Mappi. Jalan ini melewati Kepi
Kotiak.
(d) Program pemeliharaan jalan
Pemeliharaan jalan di seluruh ruas
jalan yang berfungsi arteri,
kolektor dan sekunder.
(e) Program peningkatan pelayanan
angkutan umum
Pengembangan trayek-trayek baru.
Peremajaan angkutan perdesaan.
Perencanaan kembali trayek-trayek
yang sudah tidak berjalan.
(f) Program pengembangan terminal
Pengembangan terminal tipe-C di
wilayah Distrik Edera, Obaa dan
Assue.
(g) Program pengembangan jalur angkutan
pedesaan.
Pengembangan jalur trayek baru
yaitu Kepi Waemeaman, Bade
Gimikia dan Eci - Waemeaman.



3 - 49
2. Transportasi Air (Sungai/Laut)
(a) Program pembangunan dermaga sungai
Pembangunan dermaga/pelabuhan
baru yaitu di Sumuraman.
Pembangunan dermaga/pelabuhan
baru yaitu di sebelah Barat Pulau
Yar di Distrik Minyamur, yang
dilengkapi dengan kantor bea
cukai, kantor pengawasan teritorial
dan SPBU.
(b) Program perbaikan dermaga sungai
Perbaikan dermaga/pelabuhan di
Bade.
(c) Program pemeliharaan dermaga sungai
Pemeliharaan dermaga di seluruh
distrik yang berfungsi dermaga/
pelabuhan rakyat atau dermaga/
pelabuhan nusantara.
(d) Program pengembangan jaringan baru
transportasi air
Trayek 1, yaitu Kabupaten Mappi
Kabupaten Boven Digoel (Kepi/
Sumuraman-Mur-Bade-Kabupaten
Boven Digoel), melalui Sungai
Obaa, Sungai Mappi, Kali Kawarga
dan Sungai Digoel.



3 - 50
Trayek 2, yaitu Kabupaten Asmat-
Kabupaten Mappi Kabupaten
Boven Digoel (Asmat-Sumuraman-
Kepi-Boven Digoel), melalui Laut
Arafura, Kali Kok II, Sungai Mappi,
Sungai Obaa, Kali Kawarga, dan
Sungai Digoel.
Trayek 3, Yaitu Kabupaten Mappi -
Kabupaten Merauke (Kepi-Mur-
Merauke), melalui Sungai Obaa,
Sungai Mappi, Kali Kawarga, Sungai
Digoel dan Laut Arafura.
Trayek 4, yaitu Kabupaten Mappi
Kabupaten Merauke (Sumuraman-
Merauke), melalui Laut Arafura.
Trayek 5, yaitu Kabupaten Mappi
Kabupaten Asmat (Kepi-Mur-
Sumuraman -Asmat), melalui
Sungai Obaa, Sungai Mappi, Kali
Kok II dan Laut Arafura.
(e) Pengembangan penyeberangan sungai
Menghubungkan Kabupaten Mappi
dengan Kabupaten Merauke yang
melintasi Sungai Digoel di
Banamepe.
(f) Pengembangan penyeberangan laut
perintis Tanah Papua



3 - 51
Menghubungkan antara Kabupaten
Mappi dengan Kabupaten Asmat.
3. Transportasi Udara
(a) Studi pemilihan dan kelayakan bandara
baru Kabupaten Mappi.
(b) Penyelesaian pembangunan bandara
Mur di Nambioman Bapai.
(c) Rencana mengoperasian kembali
bandara Amazu di Kaibar.
(d) Rencana pelebaran bandara Kepi.
II. Perwujudan Sistem Jaringan Energi
Perwujudan program pengembangan sistem
jaringan energi yaitu :
1. Peningkatan pelayanan jam operasional
listrik.
2. Peningkatan luas daerah pelayanan di
Kabupaten Mappi.
3. Pengembangan sumber energi listrik baru,
misalnya dengan mengunakan Solar cell di
Distrik Kaibar, Citak Mitak, Assue, Haju,
Minyamur, Venaha dan Passue.
III. Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Perwujudan program pengembangan sistem
jaringan telekomunikasi yaitu :
1. Pembangunan sistem jaringan kabel primer
dan sekunder di Kabupaten Mappi.



3 - 52
2. Peningkatan kualitas luas daerah pelayanan
TELKOM.
3. Pengembangan kemitraan dengan pihak
swasta atau masyarakat dalam memperluas
wilayah pelayanan jaringan telekomunikasi
melalui jaringan seluler.

IV. Perwujudan Sistem Sumber daya air
1. Peningkatan dan pengoperasian kembali
jaringan irigasi di Sungai Digoel dan Kali
Mappi.
2. Pembangunan dan pengembangan jaringan
drainase baru di kawasan perkotaan.
3. Pengelolaan sumber daya air dengan
bekerjasama dengan pemerintah daerah
terdekat di daerah perbatasan dengan
Kabupaten lain.
4. Pembangunan dan pengembangan
pengelolaan air bersih secara komunal
(PDAM) khususnya di pusat di Waememan
(Distrik Nambioman Bapai), Kepi (Distrik
Obaa), dan Bade (Distrik Edera).
5. Pengembangan air sumur pada daerah-
daerah yang belum terjangkau pelayanan
jaringan air bersih PDAM, yaitu distrik
Nambioman Bapai, Minyamur, Assue, Passue,
Venaha, Citak Mitak, dan Edera.



3 - 53
6. Identifikasi, perlindungan dan penggunaan
secara optimal mata air terutama di daerah
yang belum terjangkau pelayanan jaringan air
bersih.
7. Pengembangan kemitraan dengan pihak
swasta atau masyarakat dalam mamperluas
wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas
pelayanan air bersih di daerah-daerah yag
belum terlayani PDAM dan air bersih
perdesaan.
V. Perwujudan Sistem Prasarana Pengelolaan
Lingkungan
1. Program Pengembangan Sistem
Persampahan
(a) Pengembangan pengolahan sampah
dengan konsep reduce, reuse, recycle
di Kabupaten Mappi.
(b) Studi kelayakan penentuan lokasi TPA
di Kabupaten Mappi.
(c) Pengembangan cara pengumpulan dan
pengangkutan sampah terpilah.
2. Program Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Tinja
(a) Pembangunan jamban umum dan MCK
daerah perdesaan di Kabupaten Mappi.



3 - 54
(b) Peningkatan kesadaran masyarakat
untuk membangun MCK pribadi dan
umum di Kabupaten Mappi.
(c) Studi dan pengembangan sistem
pengolahan limbah domestik secara off
site di Kabupaten Mappi.
VI. Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya
1. Program Pengembangan Perumahan dan
Permukiman
(a) Pembangunan sarana dan prasarana
rumah sederhana sehat
(b) Penataan lingkungan permukiman
penduduk.
(c) Pembangunan sarana prasarana air
bersih pedesaan.
2. Program Pengembangan Fasilitas Pendidikan
(a) Penambahan sarana dan prasarana
pendidikan TK, SD, SLTP dan SLTA
yang berkualitas pada masa yang akan
datang untuk distrik-distrik yang
masih kekurangan fasilitas pendidikan.
(b) Peningkatan kualitas fasilitas
pendidikan.
(c) Rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas
pendidikan yang sudah rusak.
(d) Penyediaan tenaga pendidik



3 - 55
(e) Peningkatan mutu pendidikan melalui
pendidikan kemampuan guru dan
tenaga pendidikan.
3. Program Pengembangan Fasilitas Kesehatan
(a) Penambahan fasilitas kesehatan untuk
masa masa mendatang terutama untuk
puskesmas.
(b) Penyediaan tenaga medis dokter untuk
tiap tiap puskesmas umum maupun
puskesmas terutama untuk wilayah
wilayah terpencil.
(c) Peningkatan kapasitas dan pelayanan
rumah sakit umum.
(d) Rehabilitasi dan rekonstruksi untuk
fasilitas kesehatan yang terbengkalai.
4. Program Pengembangan Fasilitas
Pemerintahan/ Pelayanan Umum
(a) Pembangunan semua kantor distrik
pemekaran disetiap distrik.
(b) Pembangunan fasilitas pemerintahan
pada distrik pemekaran, yaitu Distrik
Passue, Distrik Venaha, Distrik Kaibar
dan Distrik Minyamur.
(c) Perluasan maupun pemeliharaan
fasilitas fasilitas pemerintahan untuk
meningkatkan pelayanan.




3 - 56
5. Program Pengembangan Perdagangan
(a) Peningkatan jam operasional pasar.
(b) Peningkatan sarana dan prasarana
pasar.
(c) Rehabilitasi dan rekonstruksi pasar.
6. Program pengembangan Fasilitas
Peribadatan
(a) Penambahan fasilitas peribadatan
seperti gereja khatolik dan gereja
Kristen, terutama untuk distrik yang
masih kekurangan fasilitas
peribadatan.
(b) Peningkatan kualitas sarana dan
prasarana peribadatan.
(c) Rehabilitasi fasilitas peribadatan.
3.2.2 Arahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Mappi
Sedangkan arahan perwujudan rencana pola ruang meliputi
hal-hal sebagai berikut :
A. Perwujudan Kawasan Lindung
1. Kawasan Lindung (secara umum)
(a) Konservasi dan pengelolaan kawasan
lindung dalam rangka mempertahankan,
fungsi dan kualitas lindung di Kabupaten
Mappi.
(b) Mengarahkan secara bertahap kawasan-
kawasan yang sesuai untuk kawasan lindung



3 - 57
dan secara kriteria lokasi dan standar teknis
memenuhi untuk ditetapkan sebagai
kawasan lindung pada kawasan hutan
produksi tetap, hutan produksi terbatas,
pertanian tanaman tahunan (perkebunan/
tanaman keras).
2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya
(a) Pengawasan keberadaan vegetasi dan fauna
meliputi lahan seluas 113.522,521 Ha yang
tersebar di Kabupaten Mappi bagian
selatanmeliputi Distrik Nambioman Bapai dan
Distrik Minyamur.
(b) Pengaturan vegetasi dan pembutaan parit
resapan, sumur resapan di seluruh Distrik,
sebagai kawasan resapan air di Distrik
Nambioman Bapai dan Minyamur.
3. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten
Mappi, meliputi :
(a) Kawasan Sempadan Pantai, yaitu sepanjang
pantai di wilayah Distrik Nambioman Bapai,
Minyamur dan Edera dengan luas 2.541,07
ha.
(b) Kawasan Sempadan Sungai, yaitu sepanjang
sungai Bulaka, Digul Hilir, Eiladen Hilir,
Eiladen Hulu, Mappi, Odamun, dan



3 - 58
Wildeman. Sempadan sungai terdapat di
semua distrik, dengan total luas sempadan
sungai 39.911,14 ha.
(c) Kawasan Sekitar Rawa, yaitu kawasan
tertentu, disekeliling danau/waduk/ rawa
yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi danau/
waduk/rawa dengan luas 54.385,28 Ha.
(d) Kawasan Sekitar Mata Air, yaitu terletak di
wilayah Kabupaten yang memiliki mata air,
diantaranya Mata Air Bagayo yang terletak
diarah Timur Kota Waemeaman, dan Air
Rawa Tokhom yang juga merupakan
tampungan sebagian aliran dari mata air
Bagayo.
4. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya di
Kabupaten Mappi, meliputi :
(a) Kawasan Pantai Berhutan Bakau, yaitu
terdapat di wilayah Distrik Edera, Venaha,
Minyamur dan Nambioman Bapai. Dengan
total luas lahan 44.900,57 Ha. Hutan bakau
paling luas terdapat di Distrik Minyamur dan
Nambioman Bapai.
(b) Kawasan Wisata Alam, yaitu berada pada
hutan wisata seperti hutan anggrek di Distrik
Kaibar.



3 - 59
(c) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan, terdiri dari seni budaya serta
bangunan dan benda peninggalan sejarah
(artefak) sebagaimana disajikan dalam
Tabel 3-1.
TABEL 3-1
KAWASAN SUAKA CAGAR BUDAYA YANG
DILINDUNGI DI KABUPATEN MAPPI
NO POTENSI OBJEK LOKASI
1 Seni Budaya Suku Anak
Dalam
Tarian Adat
Pakaian Adat
Ukiran
Semua Distrik
Semua Distrik
Setiap
Kampung
Setiap
Kampung
2 Bangunan
dan Benda
peninggalan
sejarah
(artefak)
Tempat
keramat suku
Awyu,
Yaghai,Wiyag
ar, Kuruway
Citak.
Rumah Adat
Semua Distrik
Setiap Distrik
Sumber : RTRW Kab. Mappi 2010-2030
5. Kawasan pelestarian alam
Pengembangan dan pemeliharaan kawasan pantai
berhutan bakau di Nambioman Bapai dan
Minyamur, Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di seluruh Distrik.
6. Kawasan rawan bencana
(a) Pengendalian kawasan rawan bencana banjir
pasang surut di Distrik Minyamur,
Nambioman Bapai dan Edera.



3 - 60
(b) Pengawasan kawasan rawan bencana
gerakan tanah/tanah longsor di semua
distrik. Potensi rawan gerakan tanah terdapat
di Distrik Obaa, Edera dan Citak Mitak.
B. Perwujudan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan.
1. Kawasan Hutan
(a) Pengembangan budidaya hutan produksi
tetap dan pengembangan hutan tumpang
sari untuk ekonomi masyarakat.
Hutan Produksi Tetap, yaitu terdapat
hampir di semua distrik dengan total
luas lahan 661.786,96 ha.
Hutan Produksi Terbatas, yaitu
terdapat di Distrik Minyamur dengan
luas lahan 9.553,64 ha.
Hutan produksi yang dapat dikonversi,
yaitu terdapat di semua distrik, kecuali
di Distrik Obaa dan Distrik Passue
dengan luas lahan 148.028,87 ha.
(b) Pengembangan budidaya perkebunan/
buah-buahan dengan partisipasi
masyarakat, dan pengembangan unit usaha



3 - 61
pengolahan hasil pertanian pada hutan
produksi terbatas.
Kawasan Peruntukan Perkebunan
terdapat di semua distrik, dengan luas
lahan 1.163.392,02 ha.
2. Kawasan Pertanian
(a) Intensifikasi pertanian, perbaikan dan
pembangunan irigasi dan pencegahan
konversi lahan tersebar di Distrik Edera dan
Nambioman Bapai.
(b) Peningkatan intensifikasi pertanian,
pengembangan komoditas bernilai
ekonomis, penganekaragaman budidaya
tanaman tahunan, peningkatan
produktivitas lahan dengan multi kultur,
pengembangan budidaya di kawasan lahan
kritis.
(c) Kawasan Peruntukan Pertanian tersebar
pada distrik-distrik yang mendapatkan
sistem pengairan yang baik, meliputi
seluruh distrik dengan luas lahan
392.771,45 ha.
(d) Pengembangan budidaya perkebunan/
buah-buahan dengan partisipasi masyarakat
di Distrik Obaa, Edera, Assue, Nambioman
Bapai dan Citak Mitak.



3 - 62
(e) Pemantapan lahan budidaya perikanan
tanpa perubahan alih fungsi lahan dari lahan
yang sudah ada di Distrik Edera,
Nambioman Bapai dan Minyamur.
Kawasan Peruntukan Perikanan di
Kabupaten Mappi, yaitu paling banyak
terdapat di Distrik Nambioman Bapai.
Kawasan perikanan di Kabupaten
Mappi tersebar di semua distrik,
kecuali di Haju tidak terdapat
peruntukan kawasan perikanan. Luas
kawasan perikanan adalah 27.412,67
ha.
(f) Pengembangan kawasan peternakan di
Distrik Citak Mitak dan Obaa.
Kawasan Peruntukan Peternakan di
Kabupaten Mappi, yaitu terdiri dari
ternak Sapi, Kambing, Babi, Itik, Ayam
Buras dan Ayam Kampung dengan luas
lahan 12.304,58 Ha, usaha perternakan
ini tergolong usaha kecil dan terdapat
di hampir semua distrik kecuali Distrik
Haju dan Kaibar. Untuk pengembangan
peternakan dikembangkan di lahan
padang rumput savana, mengingat di
wilayah ini banyak terdapat padang



3 - 63
savana untuk pakan ternak berupa
rumput.
3. Kawasan Peruntukan Pemukiman
Kawasan Peruntukan Pemukiman di Kabupaten
Mappi, terdiri dari :
Permukiman Kota, yang diarahkan pada
kampung pusat pertumbuhan, dimana
kampung ini merupakan kampung yang
menjadi simpul jasa dan simpul distribusi
dari kampung-kampung sekitarnya.
Inventarisasi pembangunan yang dilakukan
di kampung pusat pertumbuhan diharapkan
dapat menjadi pemicu dan pemacu
pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya.
Kampung pusat pertumbuhan di Kabupaten
Mappi salah satunya terdapat di Distrik Assue
yaitu Khanami.
Permukiman Desa, yaitu berada pada hampir
seluruh wilayah Kabupaten Mappi dengan
luas 13.370,8 ha. Kawasan ini diarahkan
dapat menunjang kegiatan pertanian modern
untuk menunjang kegiatan ekonomi dengan
sumber daya setempat untuk memanfaatkan
lokasi yang dekat dengan kawasan kota.





3 - 64
4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pengembangan wisata di Kabupaten Mappi yaitu
Wisata Taman Angggrek yang ada di Distrik Kaibar
atau tepatnya terdapat di Kampung Fomu dengan
luas wilayah 4.113,77 ha dan pengembangan Wisata
Pantai Wagin, terletak di Kampung Wagin (Distrik
Nambioman Bapai) dengan luas wilayah kurang
lebih 886,48 Ha. Wisata kepala arus, dengan loksi
pusat objek wisata di Mappi Pos. Wisata sejarah
bangunan penjara pemerintahan Belanda di Masin
Distrik Obaa.
5. Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan Peruntukan Lainnya, terdiri dari :
Kawasan Industri Pengolahan Ikan, akan
dikembangkan di Wagin, Distrik Minyamur
dengan luas lahan 30,54 ha. Industri
pengolahan ikan tersebut untuk menunjang
adanya potensi perikanan yang cukup besar
di Wagin.
Kawasan Agroindustri, dikembangkan di
Distrik Edera dengan luas lahan 290,37 ha.
Agroindustri dikembangkan dalam rangka
menunjang pertanian di Bade yang diarahkan
untuk pengembangan pertanian sawah irigasi
teknis sebagai lumbung padi Kabupaten
Mappi.




4 - 1
BAB - 4
KONDISI UMUM WILAYAH PERENCANAAN

4.1. Letak dan Batas Administrasi
Secara geografis Kabupaten Mappi terletak pada posisi 5100
- 7300 Lintang Selatan dan 138300 - 140100 Bujur
Timur, dengan luas wilayah sekitar 28.518,63 km atau
2.851.632,84 ha.
Secara administratif kewilayahan, Kabupaten Mappi
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asmat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Merauke
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Boven
Digoel
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Arafura
Kabupaten Mappi merupakan salah satu kabupaten hasil
pemekaran dari Kabupaten Merauke, yang ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002, dengan ibukota
Kabupaten berada di Kota Kepi Distrik Obaa.
Pada awal pembentukannya Kabupaten Mappi meliputi 6
(enam) Distrik, yaitu Distrik Haju, Nambioman Bapai, Edera,
Assue, Citak Mitak dan Obaa. Kemudian pada tahun 2007
(diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mappi Nomor 7
Tahun 2006) dilakukan pemekaran wilayah distrik menjadi 10




4 - 2
(sepuluh) distrik. Sejalan dengan perkembangan era tata
pemerintahan, maka pada tahun 2009 ditetapkan Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2009 yang mengukuhkan terbentuknya
5 (lima) distrik baru yang merupakan hasil pemekaran dari 3
(tiga) distrik lama dengan membawahi 136 Kampung dan 1
Kelurahan. Dengan demikian dari tahun 2010 di Kabupaten
Mappi telah terbentuk sejumlah 15 (lima belas) distrik dengan
rincian dapat dilihat pada Tabel 4-1 dan Gambar 4-1
TABEL 4-1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN MAPPI
NO. DISTRIK IBUKOTA
LUAS WILAYAH JUMLAH
KAMPUNG/
KELURAHAN
(km
2
)
%
1 Obaa Kepi 2.307 8,09 17 Kampung
2 Nambioman Bapai Mur 4.704 16,49 14 Kampung
3 Edera Bade 1.654 5,79
6 Kmp + 1
Kelurahan
4 Venaha Sahapikya 2.951 10,35 7 Kampung
5 Minyamur Kabe 2.054 7,20 10 Kampung
6 Passue Kotiak 2.075 7,27 10 Kampung
7 Haju Yagatzu 1.432 5,02 18 Kampung
8 Assue Eci 3.265 11,45 15 Kampung
9 Citak Mitak Senggo 1.456 5,10 7 Kampung
10 Kaibar Amazu 1.570 5,51 6 Kampung
11 Syachame Asset 1.055 3,69 6 Kampung
12 Bamgi Yeloba 750 2,63 5 Kampung
13 Yakomi Yame 787 2,76 5 Kampung
14 Passue Bawah Wonggi 1.229 4,31 6 Kampung
15 Ti-Zain Kumaban 1.229 4,31 5 Kampung
JUMLAH 28.518 100 137
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012






4 - 3

























GAMBAR 4-1 ; PETA ADMINISTRASI WILAYAH KABUPATEN MAPPI




4 - 4
4.2. Kondisi Fisik Lingkungan
4.2.1 Iklim dan Curah Hujan
Kondisi iklim di seluruh wilayah Kabupaten Mappi tergolong
iklim tropis, dengan perbedaan kondisi yang cukup signifikan
antara musim kemarau dengan musim hujan. Musim hujan
umumnya terjadi antara bulan Desember sampai dengan April,
dengan curah hujan berkisar antara 1.500 mm - 2.014 mm per-
bulan. Musim kemarau relatif lebih pendek dari musim hujan,
dan umumnya terjadi antara bulan Mei sampai dengan
November, sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi monsoon
tenggara yang terbawa oleh udara kering Australia.
Sebagaimana umumnya kawasan hujan tropis, pada musim
kemarau rata-rata curah hujan mencapai > 60mm per-bulan.
Secara umum, rata-rata curah hujan di Kabupaten Mappi
mencapai rata-rata 2.522 mm/tahun, dengan suhu minimum
tercatat antara 24C - 27C dan maksimum antara 32C - 34C,
dan tingkat kelembaban udara antara 78% - 81%.
4.2.2 Topografi
Profil topografis wilayah Kabupaten Mappi hanya menunjukkan
satu level kelas ketinggian yaitu antara 0 m 100 m dari
permukaan laut (mdpl). Oleh karena sebagian besar merupakan
daerah dataran rendah. Kondisi fisik geografis Kabupaten
Mappi sebagian besar terdiri dari dataran rendah dan berawa-
rawa-rawa permanen yang ditutupi oleh hutan sagu dan nipah
dengan tingkat kemiringan 0% - 8,0% yang mencakup sekitar
70% luas wilayah-serta hamparan savana yang luas.




4 - 5
Dataran tinggi berbukit dan berbatu dapat ditemukan di arah
Utara wilayah Kabupaten Mappi atau daerah pedalaman
wilayah bukit berbatu yang ditutupi hutan hujan tropis dengan
tingkat kemiringan 5% - 12% yang mencakup sekitar 30% luas
wilayah.
4.2.3 Geologi dan Kebencanaan
Karakteristik geologi di lokasi perencanaan tidak terlepas dari
tatanan geologi umum regional Papua. Struktur geologi secara
umum di Papua tersusun oleh interaksi lempeng benua dan
samudera, sehingga dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) mandala
geologi, yaitu benua (continent) di sebelah selatan, samudera
(oceanic) di sebelah utara dan transisi di bagian tengah. Setiap
mandala geologi memiliki karakteristik masing-masing
menurut stratigrafi, proses magmatik dan sejarah tektoniknya.
Kabupaten Mappi berada dalam Mandala benua (continent)
yang struktur geologinya terdiri dari endapan batuan
gamping atau dolomit yang membentang sampai ke benua
Australia.
Geologi di wilayah ini terbentuk dari lempeng Australia yang
periode pembentukannya dikenal dengan Orogenesa Melanesia.
Orogenesa ini mengakibatkan pola struktur kraton Australia
yang mantap.
Kondisi geologi di Kabupaten Pegunungan Mappi merupakan
priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada
tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada
Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan




4 - 6
berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut
dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk
lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat
yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang
berumur Miosen. Sebagian besar wilayah berupa endapan
sungai muda; endapan klastika lepas terdiri dari pasir, lumpur
dan kerikil, merupakan dataran banjir. Rona kelabu muda
menengah; twekstur umumnya sangat halus; pola aliran
berkelok dengan bentuk tapal kuda, setempat terlihat undak
sungai dan jejak alur yang hamper sejajar sungai serta
kelurusan tumbuhan penutup cukup tebal. Selain itu pada
beberapa wilayah terbentuk alluvium fan (kipas alluvium)
terutama bahan rombakan gunung api telah tersayat.
Berdasarkan data RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010-2030,
ada potensi kejadian alam di Kabupaten Mappi yang bersifat
destruktif yaitu : gempa, banjir (pasang surut), petir dan kepala
arus. Untuk bencana gempa, Kabupaten Mappi mempunyai 3
(tiga) skala gempa yaitu skala MMI IV MMI V, skala MMI V
MMI VI, dan skala MMI VI- VII. Untuk seluruh distrik yang
berada di Kabupaten Mappi, berada pada skala gempa MMI IV
MMI V. Skala gempa MMI V MMI VI terletak di Distrik Assue,
Distrik Citak Mitak, Distrik Kaibar, Distrik Obaa, Distrik Passue,
dan Distrik Venaha. Sedangkan untuk skala gempa VI VII
hanya terdapat di Distrik Kaibar. Sebagai gambaran, kondisi
skala MMI IV berarti gempa terasa didalam rumah, saat ada
truk berat lewat atau terasa seperti ada truk barang berat
menabrak rumah, barang-barang yang tergantung bergoyang,




4 - 7
jendela pintu berderik, gelas gemerincing, dinding dan rangka
rumah berbunyi. Kondisi skala MMI V berarti gempa dirasakan
di luar rumah, orang tidur terbangun, cairan tumpah bergerak-
gerak dan tumpah sedikit, barang perkakas rumah yang kecil
dan tidak stabil bergerak jatuh. Pintu-pintu terbuka tertutup,
pigura-pigura dinding bergerak, lonceng bandul
berhenti/mati/tidak cocok. Kondisi skala MMI VI berarti gempa
terasa oleh semua orang, banyak orang lari keluar karena
terkejut, orang berjalan kaki terganggu, jendela berderit,
gerabah, barang-barang dari rak berjatuhan, pohon-pohon
bergoyang. Dan skala MMI VII berarti gampa dapat dirasakan
oleh sopir yang sedang mengemudikan mobil, orang yang
sedang berjalan kaki sulit berjalan dengan baik.
Untuk banjir yang disebabkan pasang surut air laut hanya
terjadi pada daerah yang dekat dengan pantai. Wilayah
Kabupaten Mappi sebagian besar di dominasi dataran, sehingga
pada saat musim hujan akan rawan terjadi petir. Sedangkan
fenomena kepala arus disebabkan oleh pertemuan arus pada
percabangan maupun muara sungai pada saat air surut, dan
dan umumnya terjadi pada bulan purnama. Sungai atau kali
yang terlewati kepala arus yaitu Sungai Digul, Kali Mappi, Kali
Kok, dan Kali Kawarga. Gerakan tanah menengah hampir
terdapat di semua distrik kecuali Distrik Minyamur, dengan
luas wilayah potensi gerakan tanah terbesar adalah terdapat di
Distrik Venaha dan Distrik Citak Mitak. Artinya potensi gerakan
tanah menengah adalah daerah tersebut mempunyai potensi
menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat




4 - 8
terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama
pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan. Sedangkan
potensi gerakan tanah rendah terdapat di semua distrik,
dengan potensi gerakan tanah terbesar berada di Distrik Assue
dan Distrik Nambioman Bapai.
4.2.4 Tanah
Jenis tanah Kabupaten Mappi mayoritas berupa alluvial,
hidromorf kelabu, kompleks-lithosol-renzina, padsolik, dan
gambut dengan tekstur yang umumnya terdiri dari pasir
(sand), debu (silt) dan tanah liat (clay). Struktur tanah
sedemikian memberikan harapan untuk peningkatan pertanian
dan perkebunan. Struktur tanah yang dimaksud adalah alluvial
terdapat di Distrik Nambioman Bapai dan Edera, pozzolith
merah kuning terdapat di Distrik Edera, Obaa dan Citak mitak,
organosol terdapat di Distrik Nambioman Bapai, Obaa, Citak
Mitak dan hidromorf kelabu terdapat di Distrik Nambioman
Bapai, Edera dan Citak Mitak.
4.2.5 Hidrologi
Kondisi wilayah Kabupaten Mappi yang sebagian besar
merupakan dataran rendah sehingga wilayah ini menjadi
daerah aliran sungai-sungai yang berhulu dari pegunungan di
Bagian Tengah Papua. Aliran sungai-sungai tersebut biasa
digunakan sebagai sarana transportasi atau penghubung antar
distrik. Adapun sungai-sungai di Kabupaten Mappi dapat dilihat
pada Tabel 4-2.




4 - 9
TABEL 4-2
SUNGAI-SUNGAI DI KABUPATEN MAPPI
NO SUNGAI PANJANG (km) LEBAR (m) KEDALAMAN (m)
1 Digul 180 300-900 6-28
2 Edera 170 80-120 4-15
3 Mappi 145 50-200 9-18
4 Ia 95 40-70 4-12
5 Obaa 165 25-65 7-20
6 Bapai 107 60-700 6-22
7 Widelman 130 70-400 7-30
8 Dearam 115 40-120 4-25
9 Yuliana 145 50-300 5-22
10 Assue 160 40-200 5-20
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
Selain sungai-sungai tersebut, terdapat sungai-sungai lain yang
lebih kecil yaitu : Sungai Freskap, Purmi, Surung dan Sungai
Sawa.
Daerah aliran Sungai Yuliana, Sungai Mappi dan Sungai Digul
merupakan bagian dari wilayah sungai (WS) Einlanden-Digul-
Bikuma yang mengalir dari Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Nduga.
4.2.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Mappi dapat dikelompokkan
kedalam 4 (empat) kelompok besar, yaitu penggunaan lahan
untuk kehutanan, perairan dan rawa, pertanian dan non
pertanian. Dari empat kelompok penggunaan lahan untuk
kehutanan terdiri dari : hutan primer, hutan sekunder, hutan
mangrove dan hutan rawa, untuk penggunaan lahan perairan
dan rawa terdiri dari : perairan sungai, belukar rawa dan rawa,




4 - 10
untuk penggunaan lahan pertanian terdiri dari perkebunan dan
pertanian campuran, sedangkan non pertanian terdiri dari :
savana, semak belukar, tanah terbuka, permukiman, jalan dan
bandar udara.
Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010-
2030 pola pemanfaatan ruang terbagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
lindung meliputi hutan lindung, sedangkan kawasan budidaya
meliputi hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan
produksi yang dapat di konvesi, permukiman, perkebunan,
pertanian, rawa, savana dan tanah terbuka.
Dari luas wilayah Kabupaten Mappi 28.518 km
2
ha atau
2.851.632 Ha, penggunaan lahan terbesar adalah untuk
kawasan kehutanan dengan total sebesar 74,30% atau sekitar
2.118.750 ha yang tersebar di seluruh Distrik. Penggunaan
lahan untuk belukar Rawa sebesar 5,33 %, Rawa 2,10 %,
savana 1,82 %, Semak Belukar 2,52 % dan tanah terbuka
6,57 %.
Sedangkan untuk penggunaan lahan terbangun yang terdiri
dari kawasan permukiman, jalan dan bandara sebesar 0,51%
atau sekitar 14.569 ha. Penggunaan lahan untuk pertanian
campuran dan perkebunan di seluruh wilayah relative kecil
yaitu masing-masing 1,16 % dan 0,005 %.
Untuk lebih jelas mengenai prosentasi luas penggunaan lahan
di Kabupaten Mappi dapat dilihat pada Tabel 4-3 dan Tabel 4-4.




4 - 11


TABEL 4-3
LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2007 (Ha)
NO
PEMANFAATAN
LAHAN
LUAS PENGGUNAAN LAHAN PER-DISTRIK (Ha) LUAS TOTAL
KABUPATEN
MAPPI
NAMBIO-
MANBAPAI
EDERA OBAA HAJU ASSUE
CITAK
MATIK
KAIBAR PASSUE
MINYA-
MUR
VENAHA
1 Hutan primer 47.107,48 94.728,14 82.882,86 14.013,08 61.036,62 132.256,99 38.071,56 168.390,59 0,01 239.740,69 878.227,92
2 Hutan Sekunder 10.256,69 93.865,68 8.415,14 - 1.079,92 - - 3.585,03 449,51 37.637,9 155.289,87
3 Hutan
Mangrove
58.732,9 4.173,55 - - - - - - 33.733,13 606,85 97.246,43
4 Hutan Rawa 125.523,56 48.143,11 49.244,03 97.705,33 214.233,53 76.406,28 219.631,62 16.165,95 90.894,3 50.037,88 987.985,59
5 Belukar Rawa 47.035,51 18.718,79 8.860,92 2.857,26 29.184,83 15.454,3 9.087,34 1.715,19 8.685,01 10.098,62 152.030,15
6 Perkebunan - - - - - - - - - 141,39 141,39
7 Pertanian
Campuran
633,35 17.052,84 7.786,19 980.36 750,09 - 799,71 903,27 - 4.237,78 33.143,59
8 Rawa 1.502,29 2.564,77 15.561,14 11.614,93 1.575,29 17.184,86 4.502,35 2.062,69 1.096,2 2.191,01 59.885,53
9 Savana 32.692,62 2.525,34 4.023,57 1.543,36 409,91 3.531,76 - 523,23 5.709,3 870,47 51.829,56
10 Semak Belukar 11.805,82 12.308,85 20559,35 1.031,33 4.717,08 501,99 - 612,18 4.966,9 15.470,21 71.973,71
11 Tanah Terbuka 53.382,44 27.225,69 27.656,17 11.978,6 10,353,3 20.945,56 3.673,23 11.985,93 12.320,56 7.907,82 187.429,3
12 Permukiman 1.330,59 5.812,73 2.985,77 453,59 967,63 762,51 386,86 219,23 192,01 818,42 13.929,34
13 Jalan 340,17 - 168,47 21,07 - - - - - - 529,71
14 Bandar Udara 10,97 69,43 11,65 - - - - - - 18,23 110,28
15 Perairan 79.945,39 18.667,27 2.985,77 625,03 2.160,21 1.486,08 3.706,31 1.366,41 47.388,58 4.152,72 162.044,76
Sumber : RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010-2030





4 - 12
TABEL 4-4
PROPORSI PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2007 (%)
NO
PEMANFAATAN
LAHAN
PROPORSI PENGGUNAAN LAHAN PER-DISTRIK (%) TOTAL
KABUPATEN
MAPPI
NAMBIO-
MANBAPAI
EDERA OBAA HAJU ASSUE
CITAK
MATIK
KAIBAR PASSUE
MINYA-
MUR
VENAHA
1 Hutan primer 5,36 10,79 9,44 1,60 6,95 15,06 4,34 19,17 - 27,30 30,80
2 Hutan Sekunder 6,60 60,45 5,42 - 0,70 - - 2,31 0,29 24,24 5,45
3 Hutan Mangrove 60,40 4,29 - - - - - - 34,69 0,62 3,41
4 Hutan Rawa 12,70 4,87 4,98 9,89 21,68 7,73 22,23 1,64 9,20 5,06 34,64
5 Belukar Rawa 30,94 12,31 5,83 2,10 19,20 10,17 5,98 1,13 5,71 6,64 5,33
6 Perkebunan - - - - - - - - - 100 0,005
7 Pertanian
Campuran
1,91 51,45 23,49 2,96 2,26 - 2,41 2,73 - 12,79 1,16
8 Rawa 2,51 4,28 26 19,40 2,63 28,71 7,52 3,45 1,83 3,66 2,10
9 Savana 63,08 4,87 7,76 2,98 0,79 6,81 - 1,01 11,02 1,68 1,82
10 Semak Belukar 16,40 17,10 28,57 1,43 6,55 0,70 - 0,85 6,90 21,49 2,52
11 Tanah Terbuka 28,48 14,53 14,76 6,39 5,52 11,18 1,96 6,39 6,57 4,22 6,57
12 Permukiman 9,55 41,73 21,44 3,26 6,95 5,47 2,78 1,57 1,38 5,88 0,49
13 Jalan 64,22 - 31,80 3,98 - - - - - - 0,02
14 Bandar Udara 9,95 62,96 10,56 - - - - - - 16,53 0,004
15 Perairan 49,34 11,52 1,57 0,39 1,33 0,92 2,29 0,84 29,24 2,56 5,68
Sumber : RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010-2030




4 - 13

4.2.7 Kehutanan
Luas areal kehutanan di Kabupaten Mappi mencapai 2.118.750
ha atau sekitar 74,30% yang tersebar di seluruh Distrik, dengan
potensi sumber daya kehutanan yang sangat kaya akan hasil
hutan dan hasil hutan ikutan, berupa : gaharu/kemendangan,
kulit gambir, kulit masohi, kemiri, kayu putih, kayu lawang,
sagu, rotan, jambu, berbagai jenis satwa, anggrek dan buah
merah.
Berdasarkan fungsi kawasan kehutanan, maka di Kabupaten
Mappi terdapat Kawasan hutan lindung dan hutan produksi
yang terdiri dari hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas
dan hutan produksi yang dapat dikonversi.
Adapun rincian luas kawasan kehutanan berdasarkan
fungsinya di Kabupaten Mappi adalah sebagai berikut :
1. Hutan Lindung berfungsi sebagai kawasan lindung.
Hutan lindung di Kabupaten Mappi terletak di Distrik
Minyamur dan Distrik Nambioman Bapai, yang terpusat
pada muara Sungai Digoel, muara Kali Kok, dan muara
Kali Yuliana, dengan luas seluruhnya 114.541,1 Ha.
Distrik Minyamur memiliki hutan lindung paling luas
yaitu 66.062,61 Ha, sedangkan Distrik Nambioman Bapai
sekitar 48.478,49 Ha.






4 - 14
2. Hutan Produksi dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
Hutan produksi tetap, terletak di semua distrik di
Kabupaten Mappi dengan luasan terbesar di
Distrik Nambai dengan luas 249.024,82 Ha dan
terkecil di Distrik Minyamur dengan luas
15.760,18 Ha. Total luasan hutan produksi ini
sekitar 1.601.322,78 Ha.
Hutan produksi terbatas, hanya terdapat di Distrik
Minyamur saja dengan luas sebesar 15.772,69 Ha.
Hutan produksi yang dapat dikonversi, terdapat di
seluruh distrik di Kabupaten Mappi dengan luas
total 948.828,3 Ha. Hutan konversi terluas berada
di Distrik Venaha sebesar 255.602,72 Ha, dan yang
terkecil di Distrik Passue dengan luas 9.783,96 Ha.
Untuk lebih jelas mengenai luas kawasan kehutanan
berdasarkan fungsinya di Kabupaten Mappi pada tahun 2007
dapat dilihat pada Tabel 4-5.




4 - 15



TABEL 4-5
LUAS KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN MAPPI BERDASARKAN FUNGSINYA PADA TAHUN 2007
NO DISTRIK
AREAL
PENGGUAAN
LAIN
HUTAN
LINDUNG
HUTAN
PRODUKSI
YANG DAPAT
DIKONVERSI
HUTAN
PRODUKSI
TERBATAS
HUTAN
PRODUKSI
TETAP
JUMLAH
Ha %
1 Assue - - 127.050,96 - 197.167,97 324.218,93 12,06
2 Citak Mitak - - 33.127,01 - 233.635,9 266.762,91 9,92
3 Edera 3.000,99 - 221.064,34 - 103.119,55 327.184,88 12,17
4 Haju - - 64.349,76 - 78.169,48 142.519,24 5,30
5 Kaibar 1.720,5 - 20.483,34 - 25.394,84 276.152,68 10,27
6 Minyamur - 66.062,61 60.447,09 15.772,69 15.760,18 158.042,57 5,88
7 Nambioman Bapai 3.885,5 48.478,49 88.836,49 - 249.024,82 390.225,3 14,51
8 Obaa - - 68.082,63 - 160.062,56 228.145,19 8,48
9 Passue - - 9.783,96 - 196.379,29 206.163,25 7,67
10 Venaha - - 255.602,72 - 114.054,19 369.656,91 13,75
JUMLAH
8.606,99 114,541,10 948.828,30 15.772,69 1.601.322,78 2.689.071,86 100
Sumber : RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2010-2030





4 - 16
4.3. Sosial Kependudukan
4.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan
Aspek kependudukan merupakan aspek utama dalam
perencanaan dan penyusunan program pembangunan.
Penduduk merupakan subjek yang harus dibina dan
dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak
pembangunan dan sebagai objek dimana hasil pembangunan
harus dapat dinikmati oleh penduduk.
Berdasarkan data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012,
jumlah penduduk Kabupaten Mappi pada tahun 2011 sebesar
85.129 jiwa. Jumlah tersebut mengalami pertambahan sebesar
9.576 jiwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dimana pada
tahun 2007 berjumlah 75.553 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Mappi pada periode tahun 2007-2011
rata-rata 3,04 % pertahun. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi
pada tahun 2010-2011 sebesar 4,59 % dan tahun 2007-2008
sebesar 4,26 %.
Pertumbuhan penduduk pada tahun 2010-2011 hampir merata
di seluruh distrik yaitu antara 4,57 % sampai 4,60 %.
Pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Distrik Passue
Bawah sebesar 4,60 % dan terendah di Distrik Venaha, Bamgi,
Yakomi dan Ti-Zan, masing-masing sebesar 4,57 %. Sementara
di Distrik Assue yang menjadi lokasi perencanaan memiliki
pertumbuhan 4,59%. Untuk lebih jelas mengenai laju
pertumbuhan penduduk periode tahun 2007-2011 dapat
dilihat pada Tabel 4-6.




4 - 17
TABEL 4-6
PERTUMBUHAN JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAPPI
PERIODE TAHUN 2007-2011
TAHUN
PENDUDUK (JIWA) PERTUMBUHAN
(%)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
2007 38.592 36.961 75.553 4,26
2008 40.823 37.951 78.774 1,89
2009 41.925 38.338 80.263 1,41
2010 42.618 38.777 81.395 4,59
2011 44.261 40.868 85.129 -
RATA-RATA 3,04
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
Jumlah dan pertumbuhan penduduk di seluruh Distrik pada
tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 4-7.
TABEL 4-7
JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN MAPPI
TAHUN 2010-2011
NO. DISTRIK
PENDUDUK (JIWA) PERTUMBUHAN (%)
TAHUN 2010-2011 2010 2011
1 Obaa 19.454 20.346 4,59
2 Nambioman Bapai 7.904 8.267 4,59
3 Edera 7.128 7.455 4,59
4 Venaha 2.164 2.263 4,57
5 Minyamur 4.310 4.508 4,59
6 Passue 5.100 5.334 4,59
7 Haju 8.774 9.177 4,59
8 Assue 8.887 9.295 4,59
9 Citak Mitak 4.930 5.156 4,58
10 Kaibar 1.680 1.757 4,58
11 Syachame 2.857 2.988 4,58
12 Bamgi 2.206 2.307 4,57
13 Yakomi 1.685 1.762 4,57
14 Passue Bawah 2.281 2.386 4,60
15 Ti-Zain 2.035 2.128 4,57
JUMLAH 81.395 85.129 4,59
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012




4 - 18
4.3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Meskipun pertumbuhan penduduk hampir merata di suluruh
Distrik tapi distribusi penduduk tidak merata, pada beberapa
distrik menunjukkan tingkat kepadatan yang tinggi sementara
di beberapa distrik sangat rendah. Untuk lebih jelas mengenai
distribusi dan kepadatan penduduk pada tahun 2011 dapat
dilihat pada Tabel 4-8.
TABEL 4-8
DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MAPPI
TAHUN 2011
NO. DISTRIK
LUAS
WILAYAH
(km
2
)
JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN
PENDUDUK
(Jiwa/km
2
)
Jiwa %
1 Obaa 2.307 20.346 23,90 8,82
2 Nambioman Bapai 4.704 8.267 9,71 1,76
3 Edera 1.654 7.455 8,76 4,51
4 Venaha 2.951 2.263 2,67 0,77
5 Minyamur 2.054 4.508 5,29 2,19
6 Passue 2.075 5.334 6,27 2,57
7 Haju 1.432 9.177 10,78 6,41
8 Assue 3.265 9.295 10,91 2,85
9 Citak Mitak 1.456 5.156 6,06 3,54
10 Kaibar 1.570 1.757 2,06 1,12
11 Syachame 1.055 2.988 3,51 2,83
12 Bamgi 750 2.307 2,71 2,08
13 Yakomi 787 1.762 2,07 2,24
14 Passue Bawah 1.229 2.386 2,80 1,94
15 Ti-Zain 1.229 2.128 2,50 1,73
JUMLAH 28.518 85.129 100 2,98
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012





4 - 19
Distribusi penduduk terbesar berada di Distrik Obaa yang
merupakan Ibukota Kabupaten Mappi sebesar 20.346 jiwa atau
23,90% dan terendah di Distrik Kaibar 1.757 jiwa atau 2,06%,
sementara di Distrik Assue sebesar 9.295 jiwa atau
10,91 %.
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Mappi rata-rata
2,98 jiwa/km
2
, kepadatan tertinggi berada di Distrik Obaa dan
Distrik Haju masing-masing sebesar 8,82 jiwa/km
2
dan 6,41
jiwa/km
2
, sementara kepadatan terendah berada di Distrik
Venaha dan Kaibar yaitu masing-masing sebesar 0,77 jiwa/km
2
dan 1,12 jiwa/km
2
. Di Distrik Assue sendiri memiliki tingkat
kepadatan penduduk 2,85 jiwa/km
2
.
4.3.3 Struktur Kependudukan
a. Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Mappi pada tahun 2011
yang sebesar 85.129 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 44.261 jiwa dan perempuan sebanyak 40.868
jiwa. Ini berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan dengan rasio jenis kelamin
108,30. Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan serta ratio jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 4-9.
Di Distrik Assue yang menjadi keberadaan lokasi
perencanaan Kampun Aboge memiliki penduduk laki-laki
sebanyak jiwa 5.040 dan perempuan 4.252 jiwa dengan
rasio jenis kelamin 118,53.




4 - 20
TABEL 4-9
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011












Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012

b. Kelompok Umur dan Ratio Ketergantungan
Pembagian kelompok umur terdiri dari 16 (enam belas)
kelompok, dengan proporsi penduduk usia muda (di
bawah 15 tahun) masih sekitar 42,33 % dan proporsi
penduduk usia produktif (1564 Tahun) tercatat 56,94
%, sedangkan proporsi penduduk usia lanjut (64 tahun
ke atas) tercatat 0,73 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4-10.


NO DISTRIK
PENDUDUK (JIWA)
RATIO JENIS
KELAMIN LAKI-LAKI
PEREM-
PUAN
JUMLAH
TOTAL
1 Obaa 10.907 9.435 20.342 115,60
2 Nambioman Bapai 4.085 4.185 8.270 97,61
3 Edera 3.858 3.597 7.455 107,26
4 Venaha 1.143 1.120 2.263 102,05
5 Minyamur 2.307 2.201 4.508 104,82
6 Passue 2.645 2.691 5.336 98,29
7 Haju 4.727 4.450 9.177 106,22
8 Assue 5.040 4.252 9.292 118,53
9 Citak Mitak 2.734 2.421 5.155 112,93
10 Kaibar 920 837 1.757 109,92
11 Syachame 1.551 1.437 2.988 107,93
12 Bamgi 1.149 1.159 2.308 99,14
13 Yakomi 915 847 1.762 108,03
14 Passue Bawah 1.184 1.203 2.387 98,42
15 Ti-Zain 1.096 1.033 2.129 106,10
JUMLAH 44.261 40.868 85129 108,30




4 - 21
TABEL 4-10
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2011
NO
KELOMPOK
UMUR
(Tahun)
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
(Jiwa)
PROSENTASI
(%) LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 0 - 4 6.976 6.663 13.639
16,02
2 5 - 9 6.139 5.946 12.085
14,20
3 10 - 14 5.516 4.798 10.314
12,12
4 15 - 19 4.484 3.928 8.412
9,88
5 20 - 24 3.864 3.993 7.857
9,23
6 25 - 29 4.036 4.127 8.163
9,59
7 30 - 34 3.583 3.218 6.801
7,99
8 35 - 39 2.799 2.447 5.246
6,16
9 40 - 44 2.287 1.881 4.168
4,90
10 45 - 49 1.787 1.483 3.270
3,84
11 50 - 54 1.244 1.085 2.329
2,74
12 55 - 59 723 618 1.341
1,58
13 60 - 64 501 385 886
1,04
14 65 - 69 215 184 399
0,47
15 70 - 74 66 66 132
0,16
16 > 75 41 46 87
0,10
JUMLAH 44.261 40.868 85.129 100
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
Dari data tersebut terlihat bahwa proporsi umur
penduduk didominasi oleh usia produktif, dengan
penduduk usia muda yang relatif besar dan menjadi
potensi sumber daya manusia untuk pembangunan.
Penduduk usia produktif yang besar ini diharapkan akan
membantu kelancaran roda perekonomian dan
pembangunan Kabupaten Mappi di masa mendatang.
Jumlah penduduk usia produktif (15-64) sebesar 48.473
jiwa sedangkan penduduk usia non produktif yaitu
penduduk usia < 15 tahun dan > 64 tahun sebesar 36.656




4 - 22
jiwa, sehingga angka beban tanggungan penduduk usia
produktif terhadap penduduk usia tidak produktif
(Dependency Ratio) di Kabupaten Mappi pada tahun 2011
sebesar 75,62 %, sehingga setiap 100 orang usia
produktif menanggung beban 75 orang penduduk non
produktif.
c. Rumah Tangga
Informasi tentang jumlah rumah tangga dan komposisi
rumah tangga sangat diperlukan dalam perencanaan
maupun implementasi kebijakan pemenuhan pelayanan
dasar seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan
lain-lain. Istilah rumah tangga dan keluarga sendiri
sering dicampur adukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian rumah tangga lebih mengacu pada sisi
ekonomi, sedangkan keluarga lebih mengacu pada
hubungan kekerabatan, fungsi sosial dan lain sebagainya.
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Mappi pada tahun
2011 sebanyak 18.506 keluarga, dengan rata-rata
anggota keluarga berjumlah 4,60 jiwa/rumah tangga.
Jumlah rumah tangga terbanyak berada di Distrik Obaa
sebanyak 4.485 rumah tangga dengan rata-rata anggota
keluarga berjumlah 4,54 jiwa dan terkecil berada di
Distrik Yakomi sebanyak 256 rumah tangga dengan rata-
rata anggota keluarga berjumlah 6,88 jiwa. sedangkan di
Distrik Assue terdapat 2.182 rumah tangga dengan rata-
rata anggota keluarga berjumlah 4,26 jiwa.




4 - 23
Untuk lebih jelas mengenai jumlah dan rata-rata anggota
rumah tangga di Kabupaten Mappi pada tahun 2011
dapat dilihat pada Tabel 4-11.
TABEL 4-11
JUMLAH DAN RATA-RATA ANGGOTA RUMAH TANGGA
KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO. DISTRIK
JUMLAH
PENDUDUK
(JIWA)
JUMLAH
RUMAH
TANGGA
RATA-RATA
ANGGOTA RUMAH
TANGGA (Jiwa)
1 Obaa 19.454 4.485 4,54
2 Nambioman Bapai 7.904 1.728 0,48
3 Edera 7.128 1.598 4,66
4 Venaha 2.164 454 4,98
5 Minyamur 4.310 978 4,61
6 Passue 5.100 1.187 4,49
7 Haju 8.774 1.987 4,61
8 Assue 8.887 2.182 4,26
9 Citak Mitak 4.930 1.241 4,15
10 Kaibar 1.680 371 4,73
11 Syachame 2.857 526 5,68
12 Bamgi 2.206 492 4,69
13 Yakomi 1.685 256 6,88
14 Passue Bawah 2.281 462 5,17
15 Ti-Zain 2.035 459 4,64
JUMLAH 81.395 18.506 4,60
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
4.4. Fasilitas Sosial
4.4.1 Pendidikan
Salah satu sarana dasar sosial yang perlu diperhatikan dalam
rencana pembangunan adalah fasilitas pendidikan. Jumlah
fasilitas pendidikan di Kabupaten Mappi pada tahun 2011
tersedia dari tingkat dasar hingga menengah. Fasilitas sarana




4 - 24
pendidikan dasar dan menengah tersebar di seluruh wilayah
dengan jumlah masing-masing untuk Taman Kanak-kanak (TK)
sebanyak 7 unit, sekolah dasar (SD) sebanyak 143 unit, SLTP
sebanyak 12 unit dan SLTA/sederajat sebanyak 4 unit dan SMK
1 unit. Di Distrik Assue sendiri terdapat 1 unit TK, 14 Sekolah
dasar, 1 unit SLTP dan 1 unit SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4-12.
TABEL 4-12
JUMLAH SARANA PENDIDIKAN TAHUN 2011
NO DISTRIK
JENIS SARANA PENDIDIKAN
TK SD SLTP SLTA SMK
1 Obaa 2 24 3 1 1
2 Nambioman Bapai 1 13 1 - -
3 Edera 2 21 2 1 -
4 Venaha - 13 2 - -
5 Minyamur - 11 - - -
6 Passue - 9 1 - -
7 Haju - 13 1 - -
8 Assue 1 14 1 1 -
9 Citak Mitak 1 13 1 1 -
10 Kaibar - 12 - - -
11 Syachame - - - - -
12 Bamgi - - - - -
13 Yakomi - - - - -
14 Passue Bawah - - - - -
15 Ti-Zain - - - - -
TOTAL 7 143 12 4 1
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
4.4.2 Kesehatan
Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk
menciptakan manusia yang sehat, mandiri, cerdas dan
produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin.




4 - 25
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah, melalui
pemerataan fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan
secara merata, mudah dan murah serta dapat menjangkau
masyarakat luas.
Jenis sarana kesehatan di Kabupaten Mappi terdiri dari rumah
sakit dan puskesmas serta puskesmas pembantu. Jumlah rumah
sakit sebanyak 1 (satu) unit, puskesmas perawatan 7 unit,
puskesmas non perawatan 11 unit dan puskesmas pembantu
64 unit. Di Distrik Asseu sendiri terdapat 1 unit puskesmas
perawatan, 1 unit puskesmas non perawatan dan 8 unit
puskesmas pembantu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4-13.
TABEL 4-13
JUMLAH SARANA KESEHATAN TAHUN 2011
NO DISTRIK
JENIS SARANA KESEHATAN
RUMAH
SAKIT
PUSKESMAS
PUSKESMAS
PEMBANTU
PERA-
WATAN
NON
PERAWATAN
1 Obaa 1 1 1 12
2 Nambioman Bapai - 1 2 8
3 Edera - 1 1 10
4 Venaha - - 1 5
5 Minyamur - - 1 4
6 Passue - 1 1 5
7 Haju - 1 1 4
8 Assue - 1 1 8
9 Citak Mitak - 1 1 5
10 Kaibar - - 1 3
11 Syachame - - - -
12 Bamgi - - - -
13 Yakomi - - - -
14 Passue Bawah - - - -
15 Ti-Zain - - - -
TOTAL 1 7 11 64
Sumber: Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012




4 - 26
4.4.3 Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang terdapat di Kabupaten Mappi terdiri
dari masjid dan langgar, gereja katolik, gereja protestan, dan
pure. Secara umum ketersediaan fasilitas peribadatan di
Kabupaten Mappi didominasi oleh fasilitas peribadatan agama
katholik. Penyebaran fasilitas peribadatan tercatat sebanyak
11 unit masjid, 2 unit langgar dan musholla, 126 unit geraja
katolik. Di Distrik Assue sendiri terdapat 4 unit mesjid, 2 unit
musholla dan 19 unit gereja khatolik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4-14.
TABEL 4-14
JUMLAH SARANA PERIBADATAN TAHUN 2011
NO DISTRIK
JENIS SARANA PENDIDIKAN
MESJID
LANGGAR/
MUSOLLA
GEREJA
KATHOLIK
GEREJA
PROTESTAN
PURE
1 Obaa 3 - 20 - -
2 Nambioman Bapai 1 - 12 - -
3 Edera 1 - 18 - -
4 Venaha - - 12 - -
5 Minyamur - - 10 - -
6 Passue - - 10 - -
7 Haju 1 - 10 - -
8 Assue 4 2 19 - -
9 Citak Mitak 1 - 15 - -
10 Kaibar - - - - -
11 Syachame - - - - -
12 Bamgi - - - - -
13 Yakomi - - - - -
14 Passue Bawah - - - - -
15 Ti-Zain - - - - -
TOTAL 11 2 126 - -
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012








4 - 27
4.5. Prasarana Jalan Dan Transportasi
4.5.1 Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana transportasi yang berperan penting
dalam aspek perekonomian, sosial budaya, lingkungan hidup,
politik, pertahanan dan keamanan, yang akan dipergunakan
untuk kemakmuran masyarakat. Jalan berfungsi sebagai
prasarana distribusi barang dan jasa yang merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Panjang jalan di wilayah Kabupaten Mappi pada tahun 2011
mencapai 767,962 km, yang keseluruhannya merupakan Jalan
Kabupaten.
Berdasarkan jenis permukaannya, jalan dibedakan atas jalan
aspal, kerikil, tanah dan jenis lainnya. Jalan aspal pada tahun
2011 memiliki panjang 130,89 km atau sekitar 17,04 % dan
jalan tanah panjangnya 637,07 km (82,96 %). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4-15.
TABEL 4-15
PANJANG JALAN MENURUT JENIS PERMUKAAN
DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO
JENIS PERMUKAAN
JALAN
PANJANG (Km) PROSENTASE
TAHUN 2011
(%)
2010 2011
1 Aspal 98,68 130,89 17,04
2 Kerikil - -
3 Tanah 622,17 637,07 82,96
4 Lainnya - -
TOTAL PANJANG 720,85 767,96 100
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012




4 - 28
Berdasarkan kondisi lapisan permukaannya, jalan dibedakan
atas kondisi baik, sedang, rusak dan rusak berat. Berdasarkan
data Kabupaten Mappi dalam Angka, kondisi lapisan
permukaan jalan di Kabupaten Mappi pada tahun 2011 terdiri
dari : 130,89 km dalam kondisi baik atau sekitar 17,04 %,
kondisi jalan sedang sepanjang 40,33 km atau 5,25 %, kondisi
rusak sepanjang 19,95 km atau 2,60 % dan 576,79 km atau
75,11 % dalam kondisi rusak berat. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4-16.
Dengan melihat kondisi jalan tersebut dapat diketahui bahwa
kualitas jalan di sebagian besar wilayah Kabupaten Mappi perlu
ditingkatkan, terutama dalam kaitannya dengan penyusunan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
TABEL 4-16
PANJANG JALAN MENURUT KONDISI JALAN
DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO KONDISI JALAN
PANJANG (Km) PROSENTASE
TAHUN 2011
(%)
2010 2011
1 Baik 93,68 130,89 17,04
2 Sedang 33,33 40,33 5,25
3 Rusak 7,65 19,95 2,60
4 Rusak Berat 586,19 576,79 75,11
TOTAL PANJANG 720,85 767,96 100
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
4.5.2 Transportasi Laut dan Sungai
Sistem transportasi air di Kabupaten Mappi terdiri dari
transportasi laut dan sungai yang keduanya tak terlepas satu
sama lain. Pelabuhan dan dermaga di Kabupaten Mappi berada
di dalam jalur sungai dan berakses langsung ke Laut Arafura.




4 - 29
Prasarana transportasi air yang ada digolongkan atas Dermaga
Nusantara dan Dermaga Rakyat, yang saling terkoneksi
menghubungkan masing-masing wilayah.
1. Dermaga nusantara berada di Dermaga Sumuraman
Distrik Minyamur, Dermaga Bade di Distrik Edera,
Dermaga Kepi di Distrik Obaa, Dermaga Eci di Distrik
Assue, dan Dermaga Amanim di Distrik Citak Mitak.
2. Dermaga rakyat berada di Dermaga Mur Distrik
Dambioman Bapai, Dermaga Sahapikya di Distrik
Venaha, Dermaga Yagasu di Distrik Haju, Dermaga Kotiak
di Distrik Passue dan Dermaga Basma di Distrik Kaibar.
Di lokasi perencanaan Kawasan Senggo telah ada Dermaga
Amanim yang berperan menghubungkan kawasan dengan
distrik lain di Kabupaten Mappi.
4.5.3 Transportasi Udara
Kabupaten Mappi memiliki kondisi aksesibilitas yang relatif
sulit dengan wilayah lain di Papua. Hingga saat ini seluruh
pelayanan pengangkutan ke wilayah ini hanya dilakukan
dengan transportasi udara. Terdapat 3 (tiga) bandar udara di
wilayah ini yaitu bandara Kepi diIbukota Kabupaten, Bandara
senggo dan Bandara Bade.
Kondisi lapangan terbang yang ada pada umumnya hanya
dapat didarati pesawat kecil jenis cessna, pilatus, twin otter
dan cassa, kecuali lapangan terbang Kepi sudah dapat didarati
pesawat jenis ATR-42 dan Dash-7, itupun sangat tergantung
pada perubahan cuaca yang seringkali berkabut.




4 - 30
Jumlah penumpang dan kedatangan pesawat di Kabupaten
Mappi pada tahun 2011 dapat dilihat pada Table 4-17.
TABEL 4-17
JUMLAH KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN PENUMPANG DAN
PESAWAT DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO BANDARA
BANYAKNYA PENUMPANG
YANG DATANG DAN
BERANGKAT (ORANG)
BANYAKNYA PESAWAT
YANG DATANG DAN
BERANGKAT
(Penerbangan)
DATANG BERANGKAT DATANG BERANGKAT
1 Kepi 8.232 10.197 807 854
2 Sengo 171 243 27 39
3 Bade 1.277 1.251 165 126
JUMLAH 9.680 10.441 999 1.019
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
4.6. Jaringan Utilitas
4.6.1 Air Bersih
Salah satu kebutuhan pokok hidup sehari-hari yang tidak dapat
terpisahkan adalah Air bersih. Pelayanan air bersih di
Kabupaten Mappi yang terkelola sampai saat ini belum ada,
sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih masih
mengandalkan air hujan dan air tanah.
4.6.2 Listrik
Listrik merupakan kebutuhan mutlak bagi aktivitas keseharian
masyarakat, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, sektor
usaha dan industri. Pelayanan kebutuhan listrik di Kabupaten
Mappi belum merata, layanan listrik baru menjangkau wilayah
Kepi dan Bade yang dikelola oleh PT. PLN, dengan jumlah
konsumen sebanyak 1.136 sambungan dan kapasitas terpasang




4 - 31
1.378,75 kVA serta jumlah mesin yang ada sebanyak 9 unit.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4-18.
TABEL 4-18
WILAYAH PELAYANAN DAN DAYA TERPASANG LISTRIK DI
KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO WILAYAH PLN KONSUMEN
KVA
TERPASANG
JUMLAH
MESIN
BEBAN
PUNCAK
1 Lises Kepi 377 612 4 308
2 Lisdes Bade 580 594,35 3 215
3 Sub. Ranting Bade 179 172,40 2 34
JUMLAH 1.136 1.378,75 9 557
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
Distribusi penjualan listrik pada tahun 2011 meliputi :
sambungan untuk sosial sebanyak 3,64 %, rumah tangga
sebanyak 52,65%, Bisnis 22,72%, dan industri 20,98 %. Untuk
lebih jelas mengenai distribusi pelayanan dan jumlah satuan
sambungan listrik di Kabupaten Mappi dapat dilihat pada
Tabel 4-19.
TABEL 4-19
DISTRIBUSI PENJUALAN LISTRIK MENURUT JENIS PELANGGAN
DI KABUPATEN MAPPI, 2011
NO JENIS PELANGGAN
PENJUALAN
LISTRIK
(KWH)
(%)
RATA-RATA
TARIF PER
KWH
(RP/KWH)
1 Sosial (S2 & S3) 1.602.480 3,64 632
2 Rumah Tangga (S1 & R) 23.190.785 52,65 785
3 Bisnis (B) 10.008.505 22,72 855
4 Industri (I) 9.241.395 20,98 842
5 Kantor Pemerintah (P1 & P2) 0 0 0
6 Penerangan Jalan Umum (PJU) 0 0 0
7 Multiguna (M) 0 0 0
JUMLAH 44.043.165 100
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012




4 - 32
4.6.3 Pos dan Telekomunikasi
Sejalan dengan perkembangan wilayah Mappi yang terus
meningkat, manfaat pelayanan jasa pos dan telekomunikasi
semakin besar dirasakan oleh masyarakat, baik untuk
keperluan usaha ataupun keperluan rumah tangga.
Pelayanan pos di Kabupaten Mappi dilayani oleh beberapa
kantor pos yang melayani jasa surat menyurat, penjualan
benda-benda pos, pengiriman dana dan barang, dan lain-lain.
Pelayanan kantor pos di Kabupaten Mappi pada tahun 2011
terdiri dari kantor pos pembantu 2 buah di Distrik Obaa dan
Distrik Edera.
Pelayanan pos rumah sebanyak 3 buah di Distrik Nambioman
Bapai, Distrik Assue dan Distrik citak Mitak. Selain itu terdapat
Pos Desa di 3 distrik yaitu di Distrik Nambioman Bapai, Distrik
Assue dan Distrik Citak Mitak. Untuk lebih jelas mengenai
jumlah fasilitas pelayanan kantor pos di Kabupaten Mappi pada
tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4-20.
Untuk pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Mappi baru
menjangkau beberapa distrik. Jaringan telekomunikasi yang
ada berupa jaringan sambungan induk otomat dan sambungan
induk visat dari TELKOM dan Provider selluler.
Untuk layanan sambungan induk otomat melayani wilayah
Edera dengan 228 satuan sambungan. Pelayanan jasa
Telekomunikasi ini belum merata ke setiap wilayah, mengingat
masih terbatasnya jaringan telekomunikasi yang ada. Untuk




4 - 33
sambungan induk visat melayani wilayah Senggo, Kepi dan
Assue masing-masing 3 (tiga) satuan sambungan.
TABEL 4-20
JUMLAH FASILITAS PELAYANAN KANTOR POS DI KABUPATEN MAPPI
PADA TAHUN 2011
NO DISTRIK
KANTOR
POS
POS
PEMBANTU
KANTOR POS
DESA
POS
RUMAH
POS
DESA
1 Obaa - 1 - - -
2 Nambioman Bapai - - - 1 1
3 Edera - 1 - - -
4 Venaha - - - - -
5 Minyamur - - - - -
6 Passue - - - - -
7 Haju - - - - -
8 Assue - - - 1 1
9 Citak Mitak - - - 1 1
10 Kaibar - - - - -
11 Syachame - - - - -
12 Bamgi - - - - -
13 Yakomi - - - - -
14 Passue Bawah - - - - -
15 Ti-Zain - - - - -
JUMLAH - 2 - 3 3
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012
Untuk lebih jelas mengenai pelayanan jaringan telekomunikasi
di Kabupaten Mappi pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel
4-21.
TABEL 4-21
BANYAKNYA SAMBUNGAN TELEKOMUNIKASI MENURUT JENIS DAN
LOKASI DI KABUPATEN MAPPI TAHUN 2011
NO LOKASI JENIS SAMBUNGAN
BANYAKNYA
SAMBUNGAN
1 Edera Sambungan Induk Otomat 228
2 Senggo Sambungan Induk Visat 3
3 Kepi Sambungan Induk Visat 3
4 Assue Sambungan Induk Visat 3
Sumber : Data Kabupaten Mappi Dalam Angka tahun 2012




4 - 34
Sementara saluran provider selluler yang ada baru ada 1 (satu)
buah dari Telkomsel yang melayani area sekitar Ibukota
Kabupaten.
4.7. Perekonomian Wilayah
4.7.1 Struktur Perkonomian
Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase menunjukkan
besarnya peranan nilai tambah masing-masing sektor ekonomi
dalam menciptakan PDRB. Dengan kata lain bahwa struktur
ekonomi menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
kemampuan produksi masing-masing sektor ekonomi.
Struktur ekonomi di Kabupaten Mappi sampai saat ini
didominasi oleh sektor pertanian, jasa-jasa dan bangunan.
Pertumbuhan kontribusi sektor pertanian pada periode tahun
2006-2011 menunjukkan penurunan, dimana pada tahun 2006
menjadi sektor dominan dengan kontribusi 47,30% tapi pada
tahun 2011 turun menjadi 31,90%. Sementara kontribusi
sektor bangunan dan jasa-jas mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2006 masing-masing mencapai 17,71% dan
22,52 % dan pada tahun 2011 kontribusi masing-masing
sebesar 22,76% dan 33,46%. Kondisi tersebut menunjukkan
adanya pergeseran kontribusi sektor pertanian karena
mengalami penurunan luas areal akibat pertumbuhan
bangunan atau banyaknya perubahan lahan pertanian menjadi
bangunan. Sementara sektor lainnya yang termasuk tinggi
adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 6,19%
dan sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi sebesar 3,38%.




4 - 35
Untuk lebih jelas mengenai distribusi masing-masing sektor
kegiatan terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000
pada periode tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 4-22.
TABEL 4-22
PROSENTASE DISTRIBUSI LAPANGAN USAHA TERHADAP PDRB
KABUPATEN MAPPI TAHUN 2006-2011 (%)
LAPANGAN USAHA
TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian
47,3
0
41,9
1
37,2
6
36,2
5
35,7
0
31,9
0
2. Pertambangan & Galian
0,52
0,51 0,49 0,48 0,47 0,45
3. Industri Pengolahan 0,58 0,55 0,50 0,47 0,44 0,41
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5. Bangunan 17,7
1
18,2
2
19,4
9
20,5
6
21,0
8
22,7
6
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,28 6,51 6,41 6,39 6,45 6,19
7. Pengangkutan dan Telekomunikasi 3,66 3,71 3,60 3,61 3,60 3,38
8. Keuangan, sewa dan jasa 1,44 1,58 1,63 1,53 1,60 1,44
9. Jasa-jasa 22,5
2
27,0
1
30,6
2
30,7
1
30,6
5
33,4
6
JUMLAH 100 100 100 100 100 100
Sumber : Diolah dari data PDRB Kabupaten Mappi, 2006-2011
4.7.2 Pertumbuhan Ekonomi
Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase yang
menunjukkan besarnya peranan nilai tambah masing-masing
sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan kata lain bahwa
struktur ekonomi menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap kemampuan produksi masing-masing sektor
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan produksi
barang dan jasa.




4 - 36
Pertumbuhan ekonomi pada periode tahun 2006 sampai 2011
menunjukkan pertumbuhan rata-rata yang tinggi setiap tahun
di atas 9,78 %.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada periode tahun 2007-2008
sebesar 16,26 % dan pada tahun 2010-2011 mencapai 14,24%.
Kegiatan yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah sektor
jasa-jasa dan bangunan dimana pada tahun 2010-2011 masing-
masing mencapai 24,71 % dan 23,36 %.
Pertumbuhan masing-masing sektor kegiatan PDRB
berdasarkan harga konstan tahun 2000 periode tahun 2006-
2011 dapat dilihat pada Tabel 4-23.
TABEL 4-23
LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR
HARGA KONSTAN TAHUN 2000, TAHUN 2006 2011 (%)
LAPANGAN USAHA
TAHUN
2006-
2007
2007-
2008
2008-
2009
2009-
2010
2010-
2011
1. Pertanian -1,56 3,37 9,10 8,12 2,07
2. Pertambangan & Galian 9,97 12,18 8,19 8,75 8,34
3. Industri Pengolahan 4,78 5,29 5,29 4,44 5,90
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,95 4,87 1,90 4,91 3,67
5. Bangunan 14,34 24,36 18,29 12,54 23,36
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,10 14,51 11,76 10,79 9,79
7. Pengangkutan dan Telekomunikasi 12,64 12,80 12,45 9,47 7,37
8. Keuangan, sewa dan jasa 21,65 19,97 5,50 15,02 2,48
9. Jasa-jasa 33,29 31,77 12,50 9,55 24,71
TOTAL PDRB 11,10 16,26 12,14 9,78 14,24
Sumber : Diolah dari PDRB Kabupaten Mappi, 2006-2011






5 - 1
BAB - 5
MANAJEMEN PELAKSANAAN

5.1. Rencana Kerja
Rencana kerja pelaksanaan Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue ini dilakukan sebagai
berikut :
(1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan
pekerjaan, pada tahap persiapan ini dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
Mobilisasi personil;
Koordinasi dengan pengguna jasa dan tim supervisi;
Sinkronisasi arahan kerangka acuan (KAK), rencana
dan jadwal kerja;
Studi literatur dan pengumpulan data/informasi
awal;
Pengumpulan data awal, peta-peta, literatur dan
aspek regulasi terkait;
Menyiapkan peralatan survey termasuk ceklist
data;
Penyusunan dan pembahasan Laporan
Pendahuluan.




5 - 2
(2) Survey dan Pemetaan Lapangan
Survey dan pengukuran lapangan untuk mengidentifikasi
data primer dan data sekunder, yang meliputi
a. Survey Instansional (data sekunder)
Data kebijakan pembangunan daerah terkait
dengan pengembangan wilayah perencanaan;
Data kondisi fisik dan lingkungan;
Data sosial budaya dan sosial politik;
Data kondisi ekonomi, potensi daerah, sarana
dan prasarana.
Data sistem transportasi dan aksesibilitas.
Data kependudukan dan data-data terkait
lainnya.
b. Survey dan Pemetaan Lapangan (data primer)
Penggunaan lahan;
Delinasi luas dan batas-batas wilayah;
Pola Penggunaan lahan;
Dan data-data lain yang terkait.
(3) Tahap Analisis Data
Proses analisis merupakan proses untuk mengidentifikasi,
menganalisis, memetakan dan mengapresiasi karakteristik
dan kondisi wilayah perencanaan.
Adapun metode analisis secara garis besar terdiri dari
metode analisis kualitatif dan kuantitatif, yang meliputi hal-
hal sebagai berikut :



5 - 3
a. Analisis aspek tata ruang kawasan dalam lingkup
regional, terkait dengan arahan fungsi, peranan dan
kedudukan wilayah perencanaan dalam lingkup
regional.
b. Analisis kondisi fisik lingkungan dan hasil pemetaan,
yang meliputi penilaian terhadap aspek topografi,
penggunaan lahan, aspek sarana dan prasarana,
sosial, budaya dan ekonomi, aspek pergerakan,
aksesibilitas dan transportasi.
c. Analisis kondisi aktual serta issue pokok dan
permasalahan pengembangan wilayah perencanaan;
d. Analisis rencana dan daya dukung pengembangan;
e. Sistem Pusat-Pusat Permukiman;
f. Daya Dukung Dan Daya Tampung Wilayah Serta
Optimasi Pemanfaatan Ruang.
(4) Perumusan Konsep Rencana Tata Ruang
a. Perumusan tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang;
b. Perumusan Rencana Struktur Ruang;
c. Perumusan Rencana Pola Ruang;
d. Perumusan Arahan Pemanfaatan Ruang;
e. Intensitas Pemanfaatan Ruang
f. Tata Bangunan, Sistem Sirkulasi dan Jalur
Penghubung, Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau;
g. Tata Kualitas Lingkungan;
h. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.



5 - 4
5.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue disusun agar tim
tenaga ahli dapat melaksanakan pekerjaan secara sistematis
sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam kerangka acuan
kerja.
Jangka waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di
Distrik Assue ini adalah 4 (empat) bulan kalender, terhitung dari
tanggal diterbitkannya Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan
(SPMK).
Jadwal pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue mengacu pada
tahapan rencana kerja, waktu pelaksanaan pekerjaan dan jadwal
layanan personil tenaga ahli, yang dirinci berdasarkan periode
mingguan (week).
Untuk lebih jelas mengenai jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat
dilihat pada Tabel 5-1.







5 - 5
TABEL 5-1 : JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
NO URAIAN KEGIATAN
BULAN-I BULAN-II BULAN-III BULAN-IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PERSIAPAN
1.1. Sinkronisasi arahan kerangka acuan (KAK), rencana dan jadwal kerja
1.2. Pengumpulan data awal, peta-peta, literatur dan aspek regulasi terkait
1.3. Persiapan survey (peralatan dan checklist data)
2. TAHAP SURVEY DAN PENGUKURAN
2.1 Survey Instansional (data sekunder)
2.2 Survey dan Pemetaan Lapangan (data primer)
3. TAHAP KOMPILASI DAN ANALISIS DATA
3.1. Analisis peraturan perundang-undangan (regulasi) terkait
3.2. Analisis aspek tata ruang kawasan dalam lingkup regional
3.3. Analisis kondisi fisik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi
3.4. Analisis potensi/permasalahan pengembangan kawasan
3.5. Analisis rencana dan daya dukung
4. PERUMUSAN KONSEP RENCANA TATA RUANG
5. DISKUSI DAN PRESENTASI
5.1. Pembahasan Laporan Pendahuluan (Inception Report)
5.2. Pembahasan Laporan Antara (Interim Final Report)
5.3. Laporan Draft Akhir (Draft Final Report)
6. PELAPORAN (PENYERAHAN LAPORAN)
6.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
6.2. Laporan Antara (Interim Report)
6.3. Laporan Draft Akhir (Draft Final Report)
6.4. Laporan Akhir (Final Report) dan Album Peta
6.5. Soft Copy seluruh laporan dalam format CD/DVD






5 - 6
5.3. Personil, Tugas dan Tanggung Jawabnya
Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung
Aboge di Distrik Assue akan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman dibidang pekerjaan Kajian dan Pemetaan
Kawasan Reklamasi Pantai. Adapun personil dan kualifikasi
tenaga ahli serta tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Kampung Aboge di Distrik Assue adalah sebagai berikut :
(1) Ketua Tim/Ahli Perencanaan Wilayah Dan Kota
Memiliki latar belakang pendidikan Magister perencanaan
kota/wilayah yang berpengalaman dalam pekerjaan
perencanaan tata ruang dan pengembangan kawasan
minimal selama 7 (tujuh) tahun. Tugas dan tanggung
jawab Ketua Tim antara lain adalah sebagai berikut :
Melakukan koordinasi antar personil tenaga ahli
yang terlibat dalam pekerjaan mulai dari
pelaksanaan persiapan, survey, pengolahan data
dan perumusan arahan pengembangan kawasan;
Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian,
kemutakhiran, dan kelengkapan data serta
ketetapan waktu pelaksanaan kegiatan;
Memimpin tim kerja dalam pelaksanaan survey
lapangan dan pengolahan data serta perumusan
rencana tata ruang;




5 - 7
Memimpin tim dalam rapat-rapat dan diskusi yang
dilakukan secara berkala dengan seluruh anggota
tim ahli dan dengan Tim Teknis;
Bertugas melakukan analisis dan kajian potensi dan
permasalahan serta arahan rencana tata ruang,
melakukan analisis kondisi infrastruktur, sarana
dan prasarana, melakukan analisis dan kajian
klasifikasi dan menyusun indikasi program
pembangunan, serta hal-hal lain yang menyangkut
aspek desain dan perencanaan kawasan.
(2) Ahli Sipil
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Teknik Sipil
yang berpengalaman dalam pekerjaan perencanaan tata
ruang dan pengembangan kawasan minimal selama 5
(lima) tahun. Adapun tugas dan tanggung jawab Tenaga
Ahli Sipil antara lain adalah sebagai berikut :
Melakukan survey dan inventarisasi data dari segi
sipil struktur;
Menganalisis potensi pengembangan kawasan
ditinjau dari aspek sipil struktur;
Melakukan analisis kondisi pengembangan
konstruksi serta kebutuhan sarana dan prasrana;
Menyusun arahan pengembangan kawasan.






5 - 8
(3) Ahli Arsitektur
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Arsitektur
yang berpengalaman dalam bidang rencana tata ruang
minimal selama 5 (lima) tahun. Adapun tugas dan
tanggung jawab Tenaga Ahli Arsitektur antara lain adalah
sebagai berikut :
Melakukan analisis tapak, berkaitan dengan detail
desain arsitektur;
Melakukan kajian terhadap aspek-aspek yang
terkait dengan arsitektur bangunan sarana dan
prasarana, termasuk desain sistem jaringan utilitas,
dan taman;
Mempersiapkan dan memberikan materi/petunjuk
teknis bidang arsitektur.
Menyusun arahan pengembangan kawasan yang
berkaitan dengan detail desain arsitektur bangunan.
(4) Ahli Geodesi/Pemetaan
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Geodesi yang
berpengalaman dalam bidang pemetaan dan
pengembangan kawasan minimal selama 5 (lima) tahun.
Tugas dan tanggung jawab Tenaga Ahli Geodesi/Pemetaan
antara lain adalah sebagai berikut :
Melakukan survey dan pengukuran lapangan;
Membuat peta dasar/tematik hasil dari ploting dan
survei lapangan;




5 - 9
Membuat delinasi dan menghitung luas areal
wilayah perencanaan;
Berkoordinasi dengan semua anggota tim terkait
dengan kondisi dan validasi data lapangan,
pengembangan model topografis tanpa
mempengaruhi sifat-sifat morphologis kondisi
lapangan, dan strategi teknis pentahapan
penyesuaian topografis atas fungsi-fungsi terkait;
Mempersiapkan dan memberikan materi/ petunjuk
teknis bidang geodesi.
(5) Ahli Teknik Lingkungan
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Teknik
Lingkungan yang berpengalaman dalam bidang sarana
dan prasarana pengembangan kawasan minimal selama 5
(lima) tahun. Tugas dan tanggung jawab Tenaga Ahli
Teknik Lingkungan antara lain adalah sebagai berikut :
Memberikan masukan teknis mengenai teknik
perbaikan, pengelolaan, penataan dan
pengembangan lingkungan;
Mempersiapkan dan memberikan materi/petunjuk
teknis bidang teknik lingkungan pada setiap tahap
perencanaan, agar proses perencanaan berlangsung
secara besinambungan dan terkendali;
Membantu sepenuhnya tugas ketua tim berkaitan
dengan aspek penyehatan lingkungan;




5 - 10
(6) Ahli Geologi Tata Lingkungan
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Geologi yang
berpengalaman dalam pekerjaan perencanaan tata ruang
dan pengembangan kawasan minimal selama 5 (lima)
tahun. Tugas dan Tanggung jawab Tenaga Ahli Geologi
Tata Lingkungan antara lain adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
pengembangan kawasan dari aspek geologi dan tata
lingkungan;
Melakukan analisis geologi struktur tanah pada
kawasan pengembangan;
Melakukan analisis daerah rawan bencana alam
pada kawasan pengembangan.
(7) Ahli Sosial Budaya
Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Sosial yang
yang berpengalaman dalam pekerjaan perencanaan tata
ruang dan pengembangan kawasan minimal selama 5
(lima) tahun. Tugas dan Tanggung jawab Tenaga ahli
Sosial Budaya antara lain adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
pengembangan kawasan dari aspek sosial dan
budaya;
Mengidentifikasi aspek sosial budaya masyarakat
sekitar terkait tata ruang Kampung Aboge;




5 - 11
Melakukan analisis sosial budaya dalam
pengembangan tata ruang Kampung Aboge.
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Tenaga Ahli akan dibantu
oleh asisten tenaga ahli dan Tenaga Pendukung dengan rincian
sebagai berikut :
Asisten Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota : 1 orang
Asisten Ahli Teknik Sipil : 1 orang
Asisten Ahli Arsitektur : 1 orang
Asisten Ahli Geodesi/Pemetaan : 1 orang
Asisten Ahli Geologi Tata Lingkungan : 1 orang
Asisten Ahli Teknik Lingkungan : 1 orang
Asisten Ahli Sosial Budaya : 1 orang
Sekretaris/Administrasi : 1 orang
Operator Komputer : 1 orang
Operator CAD/GIS : 1 orang
Surveyor : 1 orang
5.4. Jadwal Penugasan Personil
Jadwal penugasan personil tenaga ahli pada kegiatan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kampung Aboge di
Distrik Assue dihitung dengan satuan orang bulan (OB). Jadwal
pelaksanaan pekerjaan berlangsung selama 120 (seratus dua
puluh) hari atau 4 (empat) bulan kalender dan jumlah total
penugasan tenaga ahli adalah 28 orang bulan (OB). Untuk lebih
jelas mengenai jadwal penugasan personil tenaga ahli dapat
dilihat pada Tabel 5-2.





5 - 12




TABEL 5-2 : JADWAL PENUGASAN PERSONIL TENAGA AHLI
POSISI PENUGASAN
MASUKAN PERSONIL (BULAN)
ORANG
BULAN
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Team Leader 4

2. Ahli Teknik Sipil 4

3. Ahli Arsitektur 4

4. Ahli Geodesi/Pemetaan 4

5. Ahli Teknik Lingkungan 4

6. Ahli Geologi Tata Lingkungan 4

7. Ahli Sosial Ekonomi 4

JUMLAH TOTAL ORANG BULAN TENAGA AHLI 28






5 - 13
5.5. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Guna menunjang kelancaran koordinasi, pertukaran informasi,
evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan, maka disusun
kerangka organisasi pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu
pada kemudahan interaksi antar pihak serta tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing.
Struktur organisasi pelaksanaan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kampung Aboge di Distrik Assue ini, secara
garis besar terdiri dari 2 (dua) pihak yang memiliki tugas dan
tanggung jawab masing-masing untuk menghasilkan produk
pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Dua pihak
tersebut adalah Pihak Satuan Kerja Dinas Pekerjaan umum
Kabupaten Mappi sebagai Pengguna Jasa dan Pihak Konsultan
sebagai Penyedia Jasa. Selain kedua pihak tersebut, pelaksanaan
pekerjaan melibatkan beberapa pihak lain yang terkait dan
keterlibatannya sangat dibutuhkan dalam pekerjaan ini. Pihak-
pihak tersebut adalah : SKPD terkait di tingkat Kabupaten Mappi
dan Masyarakat.
Tim Kerja Konsultan terdiri dari tim tenaga ahli yang diketuai
dan dikoordinir oleh tenaga ahli Perencanaan wilayah dan Kota
yang bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Perusahaan
dalam penyelesaian pekerjaan ini. Dalam pelaksanaan pekerjaan,
tim ini akan berkoordinasi secara aktif dengan tim teknis yang
dibentuk oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mappi. Untuk
lebih jelas struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat
dilihat pada Gambar 5-1.




5 - 14
GAMBAR 5-1; SKEMA ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

KONSULTAN PERENCANA (Penyedia Jasa)
A. TIM TENAGA AHLI :
1. Ketua Tim 1 orang
2. Tenaga Ahli T. Sipil 1 orang
3. Tenaga Ahli Arsitektur 1 orang
4. Tenaga Ahli T. Lingkungan 1 orang
5. Tenaga Ahli Geologi 1 orang
6. Tenaga Ahli Sosial Budaya 1 orang
B. TENAGA TIM PENDUKUNG

TIM TEKNIS
YANG DITUNJUK OLEH
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN
FORUM DISKUSI
DAN ASISTENSI
SKPD/DINAS TERKAIT DI
KABUPATEN MAPPI
MASYARAKAT
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN MAPPI
(PENGGUNA JASA)
RENCANA TATA RUANG
KAMPUNG ABOGE




5 - 15
Mekanisme pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kampung Aboge ini, secara rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mappi, terdiri dari :
a. Kuasa Pengguna Anggaran sebagai Pemimpin
Kegiatan, dalam hal ini bertindak sebagai penanggung
jawab pekerjaan dan berperan dalam koordinasi
khususnya yang bersifat administratif.
b. Tim Teknis yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna
Anggaran, sebagai tim yang bertanggung jawab dalam
melakukan koordinasi dan konsultasi terhadap materi
teknis dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh
konsultan serta membantu dalam koordinasi dengan
instansi terkait lainnya.
2. Konsultan, terdiri dari :
a. Direktur Perusahaan, bertanggung jawab terhadap
kontrak yang disepakati, manajemen personil dan
pembiayaan proyek secara keseluruhan.
b. Ketua Tim (Team Leader), secara umum
bertanggung jawab terhadap aspek manajerial dan
koordinasi maupun kualitas materi pekerjaan serta
hasil perencanaan, selain itu tugas dan tanggung
jawab lainnya adalah sebagai berikut :
Menyiapkan kerangka pendekatan, metodologi,
rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
pekerjaan;




5 - 16
Menyusun outline dan membuat laporan;
Memimpin tim dalam setiap diskusi dan
koordinasi dengan pengguna jasa;
Bertanggung jawab terhadap hasil dan kualitas
pekerjaan;
Menyusun rencana tata ruang Kampung Aboge.
c. Tenaga Ahli, bertanggung jawab terhadap pekerjaan
dalam bidang ilmu atau keahliannya masing-masing
sesuai dengan ketetapan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Selain tenaga ahli, pekerjaan ini juga akan
dibantu oleh asisten tenaga ahli, surveyor dan tenaga
pendukung.
3. Pihak Terkait Lainnya
Terdiri dari unsur tim teknis dan SKPD terkait di Kabupaten
Mappi, Instansi dan stakeholder terkait dan Masyarakat.
Instansi dan stakeholder terkait yang dimaksud dalam
pekerjaan ini adalah pihak-pihak yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat memberikan
data atau informasi serta masukan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
5.6. Pelaporan
Pelaporan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Kampung Aboge ini terdiri dari :
Laporan Pendahuluan sebanyak 5 (lima) eksemplar,
Laporan Antara sebanyak 5 (lima) eksemplar,
Laporan Draft Akhir sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,




5 - 17
Laporan Akhir sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
Album Peta format A-3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
Soft Copy seluruh laporan dan album peta sebanyak 10
(sepuluh) keeping.

Anda mungkin juga menyukai