Anda di halaman 1dari 8

RESENSI JURNAL

(Socialization of Physical and Social Aggression in Early Adolescents Peer,


Closeness and Peer group influence)
Laporan ini ditujukan untuk memenuhi UTS Perkembangan Peserta Didilk
Dosen / Asisten : Agus Taufiq, Dr. M.Pd / Afdal, M.Pd










NAMA: MARFUATUN
NIM: 1102282


PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FPTK UPI
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
(Santrock, 2003). Masa remaja juga merupakan suatu masa perkembangan yang penuh
dengan berbagai tantangan baik itu dari segi fisik maupun segi psikis. Dari kesimpulan diatas
dapat kita lihat bahwa masa remaja sangat rentan akan berbagai masalah, baik dalam
perkembangan fisik, perkembangan psikis, perkembangan bahasa dan perkembangan
sosialnya. Permasalahan yang terjadi pada remaja sebagian besar dipengaruhi oleh adanya
perubahan dari dalam diri dan sosialnya.
Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek sosialnya. Pada
masa kanak-kanak, mereka lebih mengutamakan relasi sosial dengan ayah, ibu dan saudara
kandung. Di bawah pengawasan dan perhatian orang tuanya anak akan merasa aman.
Relasinya lebih bersifat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (makan, minum, dsb).
Tetapi begitu mereka memasuki usia remaja, kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orang tua
akan dikesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan kehadiran teman-teman
sebayanya. Dengan kehadiran teman-teman sebayanya, remaja merasa dihargai, di-orang-kan
serta merasa dapat diterima oleh lingkungannya. Perasaan-perasaan tersebut dapat membantu
remaja untuk lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya serta mampu untuk memiliki citra
diri yang positif. Sehingga teman sebaya memiliki fungsi bagi perkembangan kepribadian si
remaja. Ada beberapa aspek kepribadian yang dapat dikembangkan melalui kehadiran teman
sebaya, yaitu :
1. Aspek Fisik. dengan kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-
sama menyukai aktifitas fisik. Misalnya kelompok sepak bola, karate, dll.
2. Aspek Intelektual. Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti
ajang diskusi atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan
intelektualnya.
3. Aspek Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya,
misalnya nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan
lainnya yang bisa menyalurkan emosi mereka.
4. Aspek Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa
dihargai oleh lingkungannya.
5. Aspek Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di bidang
keagamaan.
Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang positif
bagi perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik bagi
remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang perlu diperhatikan agar
remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
1. Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain
dengan teman sebaya dan kapan membantu orang tua.
2. Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dala,
berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
3. Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif.
4. Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.
5. Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.
6. Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan
teman-teman remaja yang lain.

















BAB II
ISI

A. Deskripsi jurnal
Jurnal 1
- Judul : Socialization of Physical and Social Aggression in Early
Adolescents Peer
- Pengarang : Bing Shi, Sun Yat-sen
- Tahun terbit : 2012
- Sumber/Resource : Blackwell Publishing (ONLINE)
Jurnal 2
- Judul : Closeness and Peer group influence
- Pengarang : Mark Morgan and Joel W.Grube
- Tahun terbit : 1991
- Sumber/Resource : British Journal of Social Psychology, 30, 159-169 (ONLINE)


B. Deskripsi teori yang terdapat pada jurnal

Seperti yang telah dikemukakan Corsaro&Eder,1990, Crockett, Lossof, &
Peterson,1984; Eder,1985; Harris, 1995; Rubin, Bukowski,& Parker, 2006 bahwa tingkat
agresi pada remaja awal akan meningkat jika teman sepermainananya lebih agresif, dan
akan menurun jika teman sepermainannya kurang agresif, teman sepermainan yang
kemudian membentuk kelompok. Teman sebaya memiliki hubungan asosiasi yang kuat
dan konsisten (Kandel, 1980) sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang.
Teori dampak sosial mengemukakan bahwa status sosial seseorang dalam unit sosial
akan mempengaruhi keterbukaannya terhadap pengaruh anggota lain, khususnya pada
anggota yang berstatus tinggi dalam kelompoknya (Latane, 1981).
Teman sebaya memberikan konstribusi dalam perkembangan sikap anak baik positif
maupun negatif begitu pula dengan posisinya dalam lingkungan sosial.



C. Hasil penelitian dan pembahasan
Posisi teman sebaya mempengaruhi pembentukan sikap dan sifat seorang individu
dalam perkembangan sosialnya. Sosialisasi fisik dan agresi sosial pada remaja awal
menunujukan tingkat agresi yang dipengaruhi oleh posisi teman sebaya dalam suatu
kelompok. Agresi ditunjukkan baik fisik maupun verbal. Individu yang tidak mengikuti
norma atau tidak memiliki status sosial yang tinggi akan menjadi korban anggota yang
lainnya. Agresi fisik biasanya dilakukan oleh remaja laki laki. Teman sebaya
merupakan peringkat tertinggi yang mempengaruhi penggunaan narkoba di Irlandia.
Teman sebaya yang rata rata memiliki usia yang sama, mampu memberikan presepsi
yang kuat dalam menanamkan keyakinan pada individu untuk penggunaan narkoba. Pada
masa remaja, teman sebaya merupakan salah satu posisi yang paling diprioritaskan oleh
individu, artinya posisi keluarga mulai tergeserkan oleh posisi teman sebaya. Teman
sebaya dianggap mampu memahami karakteristik seorang individu karena memiliki
banyak kesamaan contohnya usia yang sama. Perubahan ini merombak aspek aspek
sosial terdahulu yang terdapat pada individu, contohnya ketika ia berkelompok dengan
teman- teman sebaya yang memiliki status sosial yang tinggi, maka ia dapat melakukan
bullying pada individu yang memiliki status yang lebih rendah darinya. Tetapi sebagai
salah satu anggota kelompok, ia juga memiliki konsekuensi yang tinggi ketika individu
tersebut tidak mematuhi norma yang ada dalam kelompoknya maka ia bisa dicemooh
bahkan dijauhi oleh anggota lain yang terdapat dalam kelompok yang sama.

D. Analisis individual mengenai hasil
Laursen (2005 : 137) menandaskan bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja. Penegasan Laursen dapat dipahami
karena pada kenyataannya remaja dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini
menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebaya mereka (Steinberg,
1993 : 154). Pada masa remaja posisi orangtua mulai tergeser oleh teman sebaya, hal ini
dinilai karena teman sebaya lebih memberikan kenyamanan dan mengerti karakter remaja itu
sendiri. Pola pikir orang tua yang dinilai kolot dan ketinggalan zaman, membuat remaja lebih
memilih teman sebaya dalam mengambil keputusan. Remaja adalah masa awal terjadinya
perubahan sosial, yang awalnya bersifat egosentrins akan berubah menjadi sociable. Begitu
memasuki usia remaja kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orang tua akan tergantikan oleh
kehadiran teman teman sebayanya. Dengan kehadiran teman-teman sebayanya, remaja
merasa dihargai, di-orang-kan serta merasa dapat diterima oleh lingkungannya. Perasaan-
perasaan tersebut dapat membantu remaja untuk lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya
serta mampu untuk memiliki citra diri yang positif. Sehingga teman sebaya memiliki fungsi
bagi perkembangan kepribadian si remaja. Pengembangan aspek aspek kepribadian dapat
dikembangkan dengan bantuan teman sebaya. Teman sebaya memberikan pengaruh baik
positif maupun negatif dalam kepribadian anak. Sosialisasi yang tepat akan memberikan
pengaruh yang baik bagi anak. Pengelompokan teman - teman sebaya ini biasanya didasari
oleh beberapa faktor contohnya status sosial, dll. Faktor faktor tersebut kemudian
membentuk sikap anak dalam memperlakukan orang lain. Kaitan teman sebaya dengan
pendidikan, telah disebutkan sebelumnya bahwa teman sebaya dapat memberikan pengaruh
positif maupun negatif pada anak. Begitupun dalam pendidikan, ketika seorang individu
bergaul dengan kelompok yang sering bolos pada jam belajar maka ia pun dapat terpengaruhi
untuk ikut bolos pada jam pelajaran. Sebaliknya, jika seorang individu bergaul dengan
kelompok yang rajin mengerjakan tugas, maka ia pun akan terpengaruh untuk rajin
mengerjakan tugas. Pengaruh teman sebaya sangat kuat pada masa remaja, karena pada masa
remaja teman sebaya adalah salah satu yang didengarkan.
Kelebihan isi jurnal :
- Menjelaskan betapa kuatnya pengaruh teman sebaya dalam masa perkembangan remaja
melalui penelitian yang dilakukan pada beberapa sampel anak.
- Mendeskripsikan pengaruh negatif yang sering terjadi pada masa perkembangan remaja
melalui teman sebaya.
- Menyimpulkan bahwa keterikatan masa remaja seorang individu dengan teman sebaya
begitu kuat.
- Memberikan gambaran umum situasi masa perkembangan remaja yang dipengaruhi
teman sebaya.
Kekurangan isi jurnal :
- Kedua isi jurnal tidak mendeskripsikan secara umum mengenai teman sebaya.
- Lebih terpaku pada analisis kasus yang ada.
- Kurang mengkritisi kasus yang terjadi.



DAFTAR PUSTAKA

Navisah, sovi. 2010. Perkembangan sosial remaja.
Tersedia di :http://sovinavisah.blogspot.com/2012/10/perkembangan-sosial-remaja.html
(online)
Bing Shi, Sun Yat-sen. 2012.Socialization of Physical and Social Aggression in Early
Adolescents Peer (journal). Blackwell Publishing (ONLINE)
Mark Morgan and Joel W.Grube. 1991. Closeness and Peer group influence (journal). British
Journal of Social Psychology, 30, 159-169 (ONLINE)

Ewintri. 2012. Pentingnya relasi teman sebaya.
Tersedia di : http://ewintri.wordpress.com/2012/01/10/pentingnya-relasi-teman-
sebaya/#more-370 (online)

Anda mungkin juga menyukai