Anda di halaman 1dari 85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id










































ommit to user
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE
DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C
SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013















SKRIPSI

OLEH:
ARI AWALUDIN JAMIL
X4610020




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ii


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iii


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE
DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C
SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013









Oleh:
ARI AWALUDIN JAMIL
X4610020

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
J urusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
v






perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vi

ABSTRAK


Ari Awaludin J amil. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT
TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA
SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013.Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember2012.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar lompat tinggi
gaya straddle pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran
2012/2013 dengan bantuan tutor sebaya.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 28 orang
yang terbagi atas 14 siswa putra dan 14 siswa putri. Teknik pengumpulan data
adalah melalui pengamatan dan pengukuran kemampuan teknik dasar lompat tinggi
gaya straddle dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Analisis data
menggunakan statistik deskriptif yang didasarkan pada analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan bantuan
tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle siswa
dari prasiklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. dari hasil analisis yang
diperoleh, peningkatan pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 67.89% dengan
jumlah siswa yang tuntas adalah 19 siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan
persentase ketuntasan sebesar 85.71%. dengan jumlah siswa yang tuntas 24 siswa.
Kemampuan teknik dasar dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat walaupun
belum optimal. Pelaksanaan siklus 2 menyebabkan kemampuan teknik dasar dan
ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik serta terjadinya
diskualifikasi saat melompat dapat diminimalkan sehingga bisa mendukung suatu
pembelajaran yang berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah melalui pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle dengan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar lompat
tinggi gaya straddle dalam pembelajaran Penjas siswa kelas VIII C SMP Negeri 10
Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.


Kata kunci: hasil belajar lompat tinggi gaya straddle, tutor sebaya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vii

MOTTO


#Ketidakmampuan bukanlah masalah situasi,tapi masalah ada dalam diri kita
sendiri.
(AAJ & Ariend)
#Tuhan memberi kita satu lidah,akan tetapi memberi kita 2 (dua) telinga,agar kita
mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.
(La Rouchefoucauld)
#Segala sesuatu dalam kehidupan ini harus melalui proses.biarkanlah proses itu
berjalan sebagaimana adanya agar hasil yang di inginkan tercapai.
( Motivator)
#J angan menganggap remeh setiap detail dalam suatu tugas, karena jika kurang satu
bagian terkecilpun,tugas itu tidak akan bisa berjalan sempurna.
(Penulis)
#Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.
(AL Quran surat Al Israa' ayat 36)




perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
viii

PERSEMBAHAN


Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :


Kasih sayang, perhatian, serta Do a kalianlah yang menjadi semangat dalam
hidupku, aku sangat bangga memiliki kalian.


Candatawa dan kalianlah yang menjadi motivasi dalam keseharianku
Kakak bangga memiliki kalian.(Arif NH,M.Anwar F,A.Fatkhur R.)


My princess yang selalu memberi semangat dan perhatian

Keluarga besar mbah Khusosi (alm)



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN BANTUAN TUTOR
SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 10 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Progran Studi Pendidikan J asmani Kesehatan dan
Rekreasi, J urusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua J urusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
3. Ketua Program Studi Pendidikan J asmani Kesehatan dan Rekreasi, J urusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Ismaryati, M.Kes., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Waluyo, M.Or., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMP Negeri 10 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Slamet S.R, S.Pd., selaku Guru mata pelajaran Penjas SMP Negeri 10
Surakarta, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Para siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013
yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
x

9. Keluarga besar FKIP J POK dan kos Kemi Fc.( Supri, Didi, Evan, Subhan,
Topo, Parwoto, J oni, Anji, Kasno, Siwi, Giri, Hendra,Haryono, ) kos bastill (
Narto, Oji ) yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.


Surakarta, Desember 2012

Penulis,











perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7
1. Lompat Tinggi ........................................................................ 7
2. Gaya dalam Lompat Tinggi ................................................... 7
a. Lompat Tinggi Gaya Straddle ........................................... 7
b. Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ............................... 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xii

1) Awalan .......................................................................... 8
2) Tolakan dan Tumpuan .................................................. 9
3) Sikap badan di atas Mistar ............................................ 10
4) Saat Mendarat ............................................................... 11
3. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama .......... 11
a. Pengertian belajar dan Pembelajaran ................................ 11
b. Hakikat Pembelajaran ........................................................ 12
c. Prinsip Prinsip Pembelajaran ............................................ 13
4. Pengertian Strategi ................................................................. 14
5. Instrumen Pembelajaran ......................................................... 15
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................. 15
b. Instrumen Evaluasi ............................................................ 15
c. Lembar Observasi Pembelajaran ....................................... 16
6. Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 16
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................. 16
b. Fase fase Pembelajaran Kooperatif ................................. 17
7. Macam-macam model Pembelajaran Kooperatif ................... 18
a. Student Teams Achievement Division (STAD) ................ 19
b. Tim Ahli (J igsaw) .............................................................. 19
c. Investigasi Kelompok ........................................................ 19
d. Tutor Sebaya ...................................................................... 20
e. Aplikasi Tutor Sebaya dalam pembelajaran Lompat Tinggi
Gaya Straddle .................................................................. 20
1) Kebaikan Tutor Sebaya ....................................... 21
2) Kelemahan Tutor Sebaya .................................... 22
8. Prinsip- prinsip dalam DAP (Developmentally Appropriate
Practice) ................................................................................. 21
a. Patut Menurut Umur .......................................................... 21
b. Patut Menurut Lingkungan Sosial Budaya ........................ 22
c. Patut Menurut Anak sebagai individu yang unik .............. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xiii

9. Pembelajaran teknik Lompat Tinggi gaya Straddle dengan Tutor
Sebaya .................................................................................... 23
a. Latihan Awalan ................................................................. 24
b. Latihan Menumpu ............................................................. 24
c. Melayang ........................................................................... 24
d. Melompat dan Mendarat ................................................... 25
B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 29
1. Tempat Penelitian................................................................... 29
2. Waktu Penelitian .................................................................... 29
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 30
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 30
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 31
E. Uji Validitas Data ........................................................................ 31
F. Analisis Data ................................................................................ 32
G. Indikator Kinerja Penelitian ......................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 34
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 39
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 39
1. Siklus 1 Pertemuan 1 .............................................................. 41
2. Siklus 1 Pertemuan 2 .............................................................. 48
3. Siklus 2 Pertemuan 1 .............................................................. 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ................................. 57
D. Pembahasan.................................................................................. 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
1. Simpulan ...................................................................................... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xiv

2. Implikasi ...................................................................................... 64
3. Saran ............................................................................................ 66
Daftar Pustaka ................................................................................................ 67
Lampiran ........................................................................................................ 68


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ilustrasi Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ................................. 8
2. Ilustrasi Awalan Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle .................... 9
3. Ilustrasi Tumpuan Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ................. 10
4. Ilustrasi Sikap badan saat diatas Mistar ............................................. 10
5. Ilustrasi Sikap badan saat Mendarat .................................................. 11
6. Ilustrasi Pembelajaran Tutor Sebaya ................................................. 21
7. Ilustrasi Awalan dengan permainan memindahkan bola .................. 24
8. Permainan melompati kardus dengan tumpuan satu kaki .................. 24
9. Permainan menggapai sasaran bola yang di gantung ........................ 24
10. Permainan Lompat kardus dalam pembelajaran Lompat Tinggi..... 24
11. Analisis Interaktif Milles dan Huberman ........................................ 33
12. Siklus PTK dalam Penjas ................................................................ 34
13. Grafik Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya
Straddle Siklus 1 .............................................................................. 52
14. Grafik Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya
Straddle Siklus 2 .............................................................................. 57
15. Grafik Peningkatan persentasi ketuntasan Hasil Belajar Teknik dasar
Lompat Tinggi Gaya Straddle ......................................................... 58

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xvi

DAFTAR TABEL


Tabel Halaman
1. Fase- fase Pembelajaran Kooperatif ............................................ 17
2. J adwal Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 29
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data ................................................ 31
4. Hasil Pencapaian Hasil belajar Siswa .......................................... 34
5. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 40
6. Deskripsi Hasil Pengamatan Hasil belajar Lompat Tinggi Gaya
Straddle pada Prasiklus ............................................................... 42
7. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil belajar Lompat
Tinggi Gaya Straddle pada Siklus1.............................................. 52
8. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil belajar Lompat
Tinggi Gaya Straddle pada Siklus2.............................................. 56






perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xvii

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran Halaman
1
2
3
4

5

6
7
8
9
10
11
12
13

14

15

16
17
18
19

20
Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Tinggi ..............................
Bentuk Kartu Ceria.............................................................................
Lembar Contoh Penilaian Kartu Ceria................................................
Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Survei
Awal....................................................................................................
Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Survei
Awal....................................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Survei Awa
Lembar Observasi Alat Pembelajaran
Data Hasil Belajar Lompat tinggiSurvei Awal..................................
Silabus Pembelajaran Siklus 1............................................................
Rencana Pelaksanaan Pe
Silabus Pembelajaran Siklus 2............................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelaj
Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1
Pertemuan 1........................................................................................
Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1
Pertemuan 1........................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 1
.
Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 1 Pertemuan 1.....
Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1.........
Hasil Kartu Ceria pada Siklus 1 Pertemuan 1...................................
Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1
Pertemuan 2........................................................................................
Rekap Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1
70
71
72

73

74
75
76
77
90
91
111
112

129

130

131
132
133
134

135

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xviii


21

22
23
24
25

26

27

28
29
30
31

32

33

34
35
36
37
38
39
40
41
42
Pertemuan 2........................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 1
Pertemuan ..
Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 1 Pertemuan 2.....
Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 2.........
Hasil Kartu Ceria pada Siklus 1 Pertemuan 2.....................................
Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2
Pertemuan 1........................................................................................
Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2
Pertemuan 1........................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 2
.............
Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 2 Pertemuan 1.....
Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1.........
Hasil Kartu Ceria pada Siklus 2 Pertemuan 1.....................................
Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2
Pertemuan 2........................................................................................
Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2
Pertemuan 2........................................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 2
.
Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 2 Pertemuan 2.....
Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 2.........
Hasil Kartu Ceria pada Siklus 2 Pertemuan 2.....................................
Data Hasil Belajar Lompat tinggi p
Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 1 Pertemuan 2...........
Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 2 Pertemuan 1...........
Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 2 Pertemuan 2...........
Foto Pembelajaran pada
Foto Pembelajaran pada ..
136

137
138
139
140

141

142

143
144
145
146

147

148

149
150
151
152
153
154
155
156
165
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xix


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan gerak fisik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,
maka dalam pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga. Dari
cabang-cabang olahraga yang harus diajarkan, peserta didik harus melakukan
dengan gerak fisik sesuai tuntutan cabang olahraga yang dipelajari
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat yang diajarkan bagi
peserta didik. Membelajarkan lompat tinggi bagi peserta didik Kelas VIII C SMP
harus disesuaikan dengan karakteristiknya baik fisiologis, psikologis dan sosial.
dari hasil observasi di SMP Negeri 10, diketahui pelaksanaan pembelajaran penjas
secara keseluruhan telah berjalan dengan baik, Namun dalam sub pokok bahasan
atletik khususnya materi gerak dasar lompat tinggi, masih banyak siswa yang
belum maksimal dalam hasil belajarnya seperti siswa hanya mampu melompat
tanpa memperhatikan kecepatan lari,tolakan,dan pada saat di atas mistar serta
posisi mendarat. Pada kenyataannya, pembelajaran lompat tinggi peserta didik
Kelas VIII C sering dilakukan seperti orang dewasa. Peserta didik harus
melakukan gerakan lompat tinggi secara berulang-ulang sesuai instruksi dari guru
Penjas. Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 10 Surakarta. Dari pembelajaran
lompat tinggi pada peserta didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta, ternyata
sebagian besar siswa kurang senang dengan nomor lompat tinggi. Para peserta
didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tidak memiliki semangat belajar,
bermalas-malasan melakukan tugas ajar, kurang berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran dan lain sebagainya. Data tersebut ditemukan pada saat diadakan
survey awal, Kondisi yang demikian mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak
tercapai dengan baik, Kasus yang ditemukan oleh peneliti pada saat observasi di
SMP Negeri 10 Surakarta khususnya saat pembelajaran lompat tinggi siswa kelas
VIII C tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan angka 42.85% dari jumlah siswa 28
mendapat nilai di atas 75 hanya 12 siswa, sedangkan yang lainnya nilainya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
2



bawah 75 atau belum tuntas. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya siswa tidak tertarik terhadap mata pelajaran atletik kususnya lompat
tinggi, sarana dan prasarana yang kurang memadai dan faktor perencanaan,
pengemasan dan penyajian pembelajaran yang kurang menarik, disamping
minimnya pengetahuan guru tentang perkembangan model dan desain
pembelajaran khususnya yang terkait dengan pembelajaran Penjas. Permasalahan
pembelajaran tersebut tentunya berakibat pada prestasi belajar siswa, baik yang
berhubungan dengan nilai proses maupun hasilnya.
Menciptakan pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle yang
menyenangkan sangat penting agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, maka
seorang guru Penjas harus mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Salah satu karateristik peserta
didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta terutama Kelas VIII C
yaitu senang bermain, Pembelajaran penjas dengan bantuan tutor sebaya sangat
sesuai dengan Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) dalam tutor
sebaya anak di bebaskan untuk meng explor (menjelajah) seluas-luasnya
kemampuan yang ada pada dirinya serta menemukan segala sesuatu untuk dirinya
yang akan mengembangkan kreatifitas siswa itu sendiri. Tutor sebaya adalah
model pembelajaran kooperatif yang paling tepat dalam membelajarkan penjas
pada siswa SMP dikarenakan pada masa-masa umur tersebut anak paling suka jika
dijadikan tutor dan juga demikian yang menjadi peserta tutornya lebih senang jika
yang menjadi contoh temanya sendiri. tetapi dari sekian banyak model
pembelajaran kooperatif Tutor Sebaya tersebut yang tepat karena sesuai dengan
prinsip DAP .
Dengan demikian merupakan tugas yang harus di selesaikan oleh para
Guru penjas, didalam mengajarkan materi penjas seorang guru harus bisa
menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi dan karakteristik anak yang memiliki
ciri khas dan keunikan dalam bersikap dan bertingkahlaku dalam pembelajaran
penjas. Kekhasan tersebut yaitu cara mereka memahami, dan melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
3



pembelajaran. Karakteristik siswa inilah yang harus diangkat untuk menjembatani
antara keinginan guru dan anak, guru harus mampu menerapkan model
pembelajaran yang baik dan tepat sesuai dengan perkembangan anak . Namun
pada kenyataanya sekarang ini, masih banyak para guru penjas kurang memahami
model pembelajaran penjas.
Berdasarkan karakteristik siswa yang telah dijelaskan diatas, maka
pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle disesuaikan dengan kondisi
siswa. Perlu diketahui oleh seorang guru bahwa siswa mempunyai karakter cepat
bosan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pembelajaran teknik lompat tinggi
gaya straddle hendaknya bisa diajarkan secara bervariasi dalam bentuk aktivitas
yang menyenangkan. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran atletik harus diterapkan melalui bentuk-bentuk desain pembelajaran
yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Seorang guru harus mampu
menerapakan desain pembelajaran yang baik dan tepat. Dengan desain
pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi pelajaran dan
hasilnya juga akan optimal.
Pembelajaran strategi belajar mengajar terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan guru salah satunya ialah : Tutor Sebaya dimana setiap siswa
diharapkan mengerti, memahami dan mampu mengajarkan materi yang di
sampaikan guru kepada teman atau anggota kelompoknya dan bagi siswa yang
merasa canggung untuk bertanya langsung kepada guru mungkin karena takut
atau ada alasan lain maka siswa tersebut dapat bertanya kepada teman satu
kelompoknya.
Menggunakan model pendekatan pembelajaran tutor sebaya merupakan
cara yang sangat baik untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan di dalam
rentang keterampilan dan aktivitas yang luas, Tutor sebaya pada dasarnya
merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada cabang olahraga apa
saja bahkan dapat digunakan di kelas untuk teori. Model pembelajaran ini bukan
hal yang baru. Guru dapat menggunakan kelompok sebagai penyampaian materi.
Membelajarkan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan model
pembelajaran tutor sebaya jarang sekali dilakukan oleh para guru Penjas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
4



termasuk di SMP Negeri 10 Surakarta. Pembelajaran lompat tinggi pada peserta
didik Kelas VIII C dilakukan secara konvensional. Dari pembelajaran secara
konvensional ternyata peserta didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta
kurang maksimal berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
mencerminkan pembelajaran yang dilakukan kurang berkualitas. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
agar siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang
mendalam untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran tutor sebaya
sebagai salah satu alternatif dalam permasalahan pembelajaran lompat tinggi. Hal
tersebut dilaksanakan dengan menggunakan penelitian jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran lompat tinggi di SMP Negeri 10 Surakarta khususya pada siswa
Kelas VIII C. Maka diperlukan upaya pengoptimalan hasil belajar siswa melalui
tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Tinggi gaya
straddle Dengan Bantuan Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas VIII C Negeri 10
Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah bantuan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar
lompat tinggi gaya straddle siswa Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun
pelajaran2012/2013?
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya
Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya adalah suatu model pendekatan
dalam mengajar dengan menggunakan teman sebaya atau sejawat sebagai tutor
yaitu guru memilih siswa yang sudah lulus dalam survey awal selanjutnya guru
dan kolaborator memilih siswa yang mampu menjalankan tugasnya sebagai tutor
dan diberikan pengarahan dan pelatihan lebih intensif dari pada teman-teman yang
lainya seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
5



1. Tutor lebih sering diberi materi yang lebih mendalam tentang lompat
tinggi gaya straddle.
2. Tutor diberi latihan dengan porsi lebih banyak.
3. Hasil belajar lompat tinggi gaya straddle.
Hasil belajar lompat tinggi adalah hasil penilaian dari melakukan
rangkaian gerakan lompat tinggi dari awalan, tumpuan/tolakan, saat melayang,
mendarat dan tinggi lompatan.
4. Siswa Kelas VIII C SMP 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.
Siswa Kelas VIII C SMP 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013
berjumlah 28 siswa. Dengan perincian siswa putra berjumlah 14 anak dan siwa
putri berjumlah 14 anak.
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk:
Meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya staddle dengan bantuan
Tutor Sebaya. Pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran
2012/2013
D. Manfaat Hasil Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Manfaat bagi siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas,
serta meningkatkan kemampuan lompat tinggi.
b. Dapat meningkatkan teknik lompat tinggi gaya straddle sehingga hasil
belajar meningkat dan kriteria ketuntasan minimum (KKM) dapat
tercapai.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
6



2. Manfaat bagi guru Penjas SMP Negeri 10 Surakarta
a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru Penjas dalam pembelajaran Penjas
agar lebih berkualitas.
b. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara
profesional, terutama dalam pendekatan pembelajaran Perjasorkes.
3. Manfaat bagi sekolah SMP Negeri 10 Surakarta
Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat
terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya
akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user


7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Tinggi
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang
olahraga atletik. Lompat tinggi merupakan suatu bentuk gerakan melompat
setinggi-tingginya dengan target melawati rintangan atau mistar. Gerakan-
gerakan dalam lompat tinggi tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis
tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan setinggi-
tingginya. Seperti yang dikemukakan oleh J arver
adalah mengoptimalkan perubahan energy kinetic pada saat lari menjadi
gerakan anguler (bersudut) sewaktu take off, sehingga diperoleh lompatan yang
.
2. Gaya dalam Lompat Tinggi
a. Lompat Tinggi Gaya Straddle
Lompat Tinggi gaya straddle bagi kita lebih dikenal dengan gaya
anjing kencing. Cara melakukanya, Awalan dari samping, menumpu dengan
kaki yang terdekat dengan mistar kemudian kaki ayun diayaunkan kuat ke
depan atas, di atas mistar seolah-olah tidur telungkup. Kepala segera
diturunkan dan kaki tumpu diluruskan atau disepakkan ke belakang atas.
Adanya sikap seperti ini maka pendaratan sering lebih cenderung dengan
tangan kanan terlebih dahulu dan diteruskan berguling. Tetapi bagi pemula,
pendaratan akan lebih mudah dilakukan dengan kaki ayun lebih dahulu.
Perlu pula di ketahui, bahwa pada saat kaki tumpu akan melewati mistar
tidak harus di sepakkan lurus ke belakang atas, akan tetapi dari dari sikap
lutut kaki tumpu yang agak tertekuk itu langsung ditarik kebelakang,
sehinggga sikap badan akan sedikit terlentang, dan pendaratan dengan sisi
bahu atau punggung terlebih dahulu. Cara ini hanya mungkin dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
8

apabila alas pendaratan bukan dari pasir, tetapi dari bahan yang lunak( kasur
busa/ matras)










Gambar 2.1. Ilustrasi Teknik lompat Tinggi Gaya Straddle (J arver 2009: 53)

1) Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar
lompat tinggi terdiri empat tahapan yaitu awalan, Tolakan atau tumpuan,
Sikap badan di atas mistar dan sikap mendarat. Keempat tahapan
tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak
terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih
jelasnya keempat teknik dasar lompat tinggi dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
a) Awalan
Awalan merupakan tahap pertama dalam teknik lompat tinggi
gaya straddle. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan
maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada
posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan lompat tinggi harus
dilakukan dengan harmonis, Lancar dan kecepatan yang tinggi, Tanpa
ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan dalam bertumpu.
Menurut J arver (2009:52) "Awalan adalah untuk meningkatkan
kecepatan sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan momentum
anguler tanpa menghambat . Adapun pelaksanaannya
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
9

Pertama jarak awalan tergantung pada tiap-tiap pelari (sekitar
7 sampai 9 langkah). J arak awalan harus cukup jauh dan lari cepat
untuk mendapatkan momentum yang paling besar, kecepatan awalan
dan irama langkah harus tetap. Pada saat melangkah konsentrasi
tertuju pada lompatan yang setinggi-tingginya.
Melalui gambar 2 berikut ini di sajikan Ilustrasi gerakan pada
saat melakukan Awalan.







Gambar 2.2. Ilustrasi Awalan teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle
(Syarifuddin , 1992:76)

Awalan di sesuaikan dengan tinggi mistar yang akan
dilompati. Kecepatan awalan dalam lompat tinggi biasanya dilakukan
secara berangsur-angsur. Artinya mulai dari pelan makin lama makin
cepat, namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa tiga langkah yang
terakhir akan melakukan tolakan, langkah harus lebih panjang dan
cepat, serta badan agak direndahkan dan agak di condongkan ke
depan.

b) Tolakan atau Tumpuan
Tolakan atau tumpuan posisi kaki sama dengan lompat yang
lainnya yakni harus kuat/keras dengan bantuan ayunan kedua tangan
untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila tolakan
menggunakan kaki kanan, maka awalan harus dilakukan dari sebelah
kiri mistar. Pada waktu menolakan kaki bersamaan dengan ayunan
kedua tangan ke atas di samping kepala, di mana badan melompat ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
10

atas dan membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama
atau serentak.
Melalui gambar 3 berikut ini di sajikan Ilustrasi gerakan pada
saat menumpu/menolak.

Gambar 2.3. Ilustrasi Tumpuan teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle
( Syarifuddin , 1992:77)

c) Sikap badan di atas Mistar
Perhatikan pada saat posisi badan berada diatas mistar,
sehingga akan membantu pendaratan pada fase melayang bertujuan
Sikap
badan di atas mistar hendaknya terlentang dengan kedua kedua kaki
tergantung lemas, dagu agak di tarik dekat dada, serta punggung
berada di atas mistar seperti busur yang melenting.
Melalui gambar 4 berikut ini disajikan Ilustrasi gerakan pada
saat badan berada di atas mistar:

Gambar 2. 4. Ilustrasi sikap badan di atas mistar ( Syarifuddin, 1992:80)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
11

d) Saat Mendarat
Posisi badan saat mendarat sangat menentukan benar atau
tidak lompat tinggi ini di lakukan. Mendarat dengan sikap dan gerakan
yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh
pelompat, karena mendarat adalah sikap akhir dari rangkaian gerakan
lompat tinggi yang menentukan berhasil atau tidaknya dalam
melakukan lompatan. Bagi para pemula pendaratan dengan sisi bahu
atau punggung terlebih dahulu jika alas yang digunakan bukan bak
pasir tetapi matras/ kasur busa.
Gambar 2.5. Ilustrasi sikap badan saat mendarat ( Syarifuddin, 1992:80)

3. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama
a. Pengertian belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan sebuah proses dari yang belum bisa menjadi
bisa dari yang belum tahu menjadi tahu, sehingga adanya pengalaman
dalam proses belajar. Intinya pada proses belajar dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan atau kompetensi pribadi. Sehingga akan terjadi
perubahan dalam hal pola pikir dan tindakan karena pengalaman yang
dimilikinya. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk menbantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan
kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran sehingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
12

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik.
Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga
mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the
learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.

b. Hakekat Pembelajaran
Menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi
aktif. Antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik.
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada
perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan
terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua
subjek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction diantara menurut
Purwadarminta yang dikutip H.J .Gino Suwarni,sucipto, Maryanto dan
Sutijan (1998:30) dalam Kristiyanto
di kemukakan Sanjaya (2010

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang
jelas. Ini berarti, Proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya
tidak jelas. jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode
mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru
harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar,
metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang akan
dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar
mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar
cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
13

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka
kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungan dengan
usaha meningatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam
empat kemampuan yakni:
1) Merencanakan program belajar mengajar.
2) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.
3) Menilai kemampuan proses belajar mengajar.
4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi
atau mata pelajaran yang di pegangnya.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan
dan juga perbedaan. Diantaranya menurut Nasution yang dikutip Gino dkk
(1998: 51) dalam Kristiyanto (2010: 125)
tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam
kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat,
penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa
untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam
proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
tepat.
Menurut Sanjaya menyatakan bahwa sejumlah prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:
1) Berpusat pada siswa
2) Belajar dengan melakukan
3) Mengembangkan kemampuan sosial
4) Mengembangkan keingintahuan,imajinasi dan fitrah
5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
6) Mengembangkan kreatifitas siswa
7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi
8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
9) Belajar sepanjang hayat (Kristiyanto, 2010: 125)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
14

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk
diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar,
maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Pengertian Strategi
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan tertentu.
demi tercapainya tujuan harus menggunakan perencanaan yang baik dan
benar. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus
(yang diinginkan) yaitu sebagai berikut:
1) Wawasan waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh kedepan,
yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati
dampaknya.
2) Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi
tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama,
dampak akhir akan sangat berarti.
3) Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya atau perhatian
terhadap rentang sasaran yang sempit.
4) Pola keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa
sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu.
Keputusan- keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya
mengikut suatu pola yang konsisten.
5) Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spectrum kegiatan
yang luas mulai dari proses alokasi sumberdaya sampai dengan
kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang
waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua
tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara
yang akan memperkuat strategi. ( Hamdani,2010:18).
Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan,
pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
15

5. Instumen Pembelajaran
Pembelajaran yang baik dan terencana merupakan syarat awal
tercapainya hasil belajar yang baik dengan demikian apabila kita mau
melakukan suatu pembelajaran, baik itu teori maupun praktek khususnya
pembalajaran penjas tentu harus di dukung dengan instrumen dalam
pembelajaran seperti alat-alat, sarana dan prasarana sampai dengan alat
pendukung sebagai pelengkap demi kelancaran dan tercapainya hasil
pembelajaran yang maksimal. diantaranya yaitu:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat diartikan sebagai
perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada
saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP juga mengambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan di
dalam silabus. Langkah-langkah Penyusunan RPP yaitu (a) mengisi kolom
identitas; (b) menentukan alokasi wajtu yang dibutuhkan untuk pertemuan
yang telah ditetapkan; (c) menetukan SK, KD dan indikator yang akan
digunakan; (c) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan
Indikator yang telah ditentukan; (d) mengidentifikasi materi ajar berdasrkan
materi pokok atau pembelajaran yang terdapat dalam silabus; (e)
menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; (f) menentukan
langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (g)
menentukan alat/bahan/sumber belajar; (h) menyusun kriteria penilaian,
lembar pengamatan, contoh soal, teknik pensekoran.
b. Instrumen Evaluasi
Instrument evaluasi disini yaitu alat, sarana dan prasarana yang
digunakan untuk pengumpulan data dan menentukan nilai kepada objek
tertentu berdasarkan kriteria tertentu.dan juga semua alat dan bahan yang
terlibat dalam penelitian ini dan di gunakan sebagai evaluasi.seperti: lembar
observasi kondisi awal, lembar observasi siklus 1 dan 2 dan hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
16

triangulasi data yang kemudian di jadikan sebagai acuan dalam penentuan
hasil akhir dalam penelitian.

c. Lembar Observasi Pembelajaran
Observasi pembelajaran adalah cara-cara untuk menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Lembar
observasi pembelajaran berarti lembar penilaian yang dilakukan pada saat
pembelajaran sedang berlangsung dengan mengamati tingkah laku individu
atau kelompok.

6. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan paham konstuktivis. Dalam pembelajaran
kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Beberapa cirri pembelajaran kooperatif adalah:
1) Setiap anggota memiliki peran.
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara
belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok.
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
17

b. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang
sederajat tetapi heterogen (kemampuan, jenis kelamin, suku/ras), dan satu
sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
untuk memberi kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara
aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama belajar dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi
yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk
mencapai ketuntasan belajar. Selengkapnya fase pembelajaran kooperatif
dalam Suprijono (2009:65) sebagai berikut:
Tabel 2. 1. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goasl and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajarn dan
mempersiapkan peserta didik siap
belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik
kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membentu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil pembelajaran
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan presentasi individu maupun
kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
18

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan pertisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama, siswa yang berbeda latar belakangnya. J adi dalam pembelajaran
kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru.
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,
maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar
sekolah.
Pendekatan dalam kooperatif dimulai dengan informasi guru
tentang tujuan- tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Dari tabel diatas tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian
tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung
dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana
keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang
positif dalam belajar kelompok.
7. Macam -macam model Pembelajaran kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
19

dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi
tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu..

b. Tim Ahli ( Jigsaw)
J igsaw bisa dikatakan hampir sama dengan pembelajaran tipe
STAD hanya pada pemberian materinya yaitu, pemberian materi pada tiap
tiap kelompok berbeda sesuai dengan bagian-bagianya. Misalkan materi
yang disampaikan mengenai system ekskresi. Maka seorang siswa dari satu
kelompaok mempelajarai tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok
yang satunya tentang paru paru, begitupun siswa yang lainya.

c. Investigasi Kelompok
Implementasi tipe investigasi kelompok yaitu guru membagi kelas
menjadi kelompok kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok di sisni dapat mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik
untuk di selidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas atas
topik yang dipilih.selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan
laporanya kepada seluruh kelas dan setelah satu kelompok selesai
mempresentasikan guru menilai setiap kelompok kemudian menerangkan
tentang masing-masing topik dan meng evaluasi hasil presentasi kelompok-
tersebut.

d. Tutor Sebaya
- benar
dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada
peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
sama, saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. (Silberman, 2009: 165).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
20

Pembelajaran Tutor Sebaya merupakan bagian dari model
pembelajaran kooperatif yang tujuanya yaitu bagaimana membuat
siswa terlibat aktif dalam pembelajan tersebut dan fungsi teman
adalah sebagai tutor bagi siswa yang belum begitu paham.
Dalam bukunya Silberman (2009: 165) berikut kami sajikan
prosedur pelaksanaan tutor sebaya:
1) Membagi kelas ke dalam sub-kelompok. membuat sub-
kelompok sebanyak topik yang diajarkan.
2) Masing-masing kelompok di beri sejumlah informasi, konsep,
atau keahlian untuk mengajar yang lain. Topik yang di berikan
hendaknya yang saling berhubungan.
3) Kelompok membuat persentase atau mengajarkan topiknya
kepada teman satu kelas. Sebaiknya menghindari ceramah atau
membaca laporan. Guru membantu mereka agar membuat
pengalaman belajar untuk peserta didik seefektif mungkin.
4) memberikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan
mempersiapkan, kemudian meminta setiap kelompok
mempersentasekan pelajaran mereka.
5) Menghargai setiap usaha mereka dengan cara pemberian
penghargaan walaupun hanya tepuk tangan dan ucapan yang
menyenangkan dan nilai dari hasil apa yang telah mereka
kerjakan.

e. Aplikasi Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya
Straddle
Aplikasi Tutor Sebaya kedalam pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle dapat di uraikan sebagai berikut. Dalam satu kelas terdapat 28 siswa
, kemudian di bagi menjadi 3-4 kelompok. Dari hasil observasi yang
dilakukan sebanyak 6 orang siswa yang memiliki hasil keterampilan teknik
lompat tinggi gaya straddle dengan hasil yang maksimal. Setiap kelompok
memiliki 2-3 orang tutor dan masing-masing kelompok mendapatkan
materi yang sama. Guru memerintahkan kepada tutor untuk melakuan
gerakan-gerakan yang sudah dikuasai oleh tutor dan juga di bawah
bimbingan guru, kemudian guru memberikan tes tentang materi yang
diajarkan oleh tutor dengan melibatkan tutor.
Pembelajaran Tutor Sebaya ini mudah dan sangat cocok di
applikasikan dalam pembelajaran lompat tinggi, maka sangat tepat untuk di
terapkan di siswa SMP khususya kelas VIII C yang di harapkan hasil
belajarnya meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan yaitu semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
21

banyak siswa yang bersemangat, termotivasi, dan pada akhirnya tercapailah
tujuan pembelajaran yang di inginkan.
Berikut Ilustrasi pembelajaran Tutor Sebaya.

1 2 3 4






Ket. : Tutor
: Anggota Kelompok


Gambar 2.6. Ilustrasi pembelajaran Tutor Sebaya

1) Kelebihan Tutor Sebaya
Pembelajaran penjas dengan bantuan Tutor Sebaya sangat sesuai
dengan Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) dalam
Tutor Sebaya anak di bebaskan untuk meng explor (menjelajah) seluas-
luasnya kemampuan yang ada pada dirinya serta menemukan segala
sesuatu untuk dirinya yang akan mengembangkan kreatifitas siswa itu
sendiri. Tutor Sebaya adalah model pembelajaran kooperatif yang tepat
dalam membelajarkan penjas pada siswa SMP dikarenakan pada masa-
masa umur tersebut anak paling suka jika dijadikan tutor dan juga
demikian yang menjadi peserta tutornya lebih senang jika yang menjadi
contoh temanya sendiri. tetapi dari sekian banyak model pembelajaran
kooperatif Tutor Sebaya yang tepat karena sesuai dengan prinsip DAP .
2) Kelemahan Tutor Sebaya
Tutor Sebaya juga memiliki kekurangan yaitu jika dalam satu
kelompok siswa merasa ada saingan dan kebetulan siswa tersebut
menjadi tutor maka pembelajaran yang diharapkan tidak sesuai dengan
yang kita harapkan,dikarenakan anak yang di jadikan tutornya adalah
sainganya. Waktu yang dipakai relative lebih lama, karena dulunya
penerapanya di dalam kelas maka jika di aplikasikan di lapangan sedikit
membingungkan. Tentunya semua hal tersebut dapat diatasi apabila
semua pihak yang bersangkutan bekerjasama demi tercapainya tujuan
dari pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
22

8. Prinsip prinsip dalam DAP (Developmentally Appropriate Practice)
konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya,
yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai
dengan kondisi sosial budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai
dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan
pengalaman-pengalamannya. DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang
interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah
prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka.
Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan
mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu
membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen
dan dalam pengalaman nyata.
Menurut Bredekamp dan Rosegrant Sebagaimana dikutip oleh
Rebecca Novick dalam papernya (2012) Terdapat tiga dimensi yang harus
dipahami dalam konsep DAP yaitu:
a. Patut Menurut Umur
Pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan anak
secara kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi
pendidik untuk mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi sosial apa saja
yang sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini
sangat penting sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan
kurikulum, serta menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan
menyenangkan.
b. Patut menurut lingkungan Sosial dan Budaya
Pemahaman pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak
dapat dijadikan dijadikan sebagai acuan guru dalam mempersiapkan
materi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak. Disamping
itu, pendidik juga dapat mempersiapkan anak secara lebih dini untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
23

menjadi individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial
budayanya.
c. Patut menurut anak sebagai individu yang unik
Pendidik juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan
pribadi yang unik, dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan
kekerangannya, serta pengalaman masing masing anak dalam
berinteraksi. Program DAP yang dikemukakan oleh Bredekamp dalam
bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai
aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi
siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil
maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai
aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema
yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu
bermakna bagi anak. Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan
kebermaknaan artinya apa yang bermakna bagi anak menunjuk pada
pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dengan minat-minatnya.
9. Pembelajaran teknik lompat Tinggi Gaya Straddle dengan Tutor Sebaya
Sebagai model pembelajaran yang berbasis pembelajaran, model
Tutor Sebaya dalam pelaksanaan pembelajarannya membutuhkan persiapan
dan rancangan yang sistematis. Pembelajaran dengan model Tutor Sebaya
dalam teknik lompat tinggi gaya straddle disesuaikan dengan langkah-langkah
menganalisis dan mensintesis model Tutor Sebaya dengan lompat teknik
lompat tinggi gaya straddle yang mengarah pada 4 (empat) pengembangan.
Latihan gerakan tersebut mengarah pada teknik lompat tinggi gaya straddle
dengan bentuk permainan agar siswa tidak terkesan bosan sehingga mudah
untuk mengikuti serta menirukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
24

Berikut ini permainan pengembangan ketrampilan awalan,
menumpu/menolak dan melayang serta mendarat :
a. Latihan Awalan
Latihan awalan dengan memindahkan bola:
Siswa di bagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok dibagi
menjadi dua berbaris berhadapan. Kelompok tersebut memindahkan
anggotanya dengan cara memindahkan bola dengan berlari secepat-
cepatnya.


Gambar 2.7. Melatih Awalan dengan bantuan Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran Teknik lompat tinggi gaya straddle.

b. Latihan menumpu
Latihan menumpu dengan estafet kardus dengan satu kaki. melatih
koordinasi otot kaki sebagai gerakan pada saat menolak. Siswa diberi
kesempatan memindahkan kardus melalui samping badan dan kemudian
melompatinya

Gambar 2.8. Permainan melompati kardus dengan tumpuan/tolakan
satu kaki
c. Melayang
Melayang menggapai sasaran:
Siswa diberi kesempatan menggapai sasaran yang tersedia yang digantung
diatas mistar.





Gambar 2.9. Permainan mengapai sasaran dengan Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle
Sasaran
10 15
Lari
4-5 m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
25

d. Melompat dan Mendarat
Melompat dan mendarat dengan permaian antar regu atau
kelompok.

Gambar 2.10. Permainan lompat kardus yang berdiri dengan Tutor Sebaya
dalam Pembelajaran Teknik lompat tinggi gaya straddle
( Syarifuddin, 1992)

Pembelajaran Lompat Tinggi yang dikemas dalam bentuk
pembelajaran Melalui Tutor Sebaya dapat mengembangkan keterampilan
gerak anak, mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani, memberikan
dorongan kerjasama, saling menghargai, penyalur kebutuhan dan
keinginan,sebagai sumber belajar dan rangsangan beraktivitas, sebagai
tempat menyalurkan energi bagi anak tersebut, dan tempat belajar
bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian.
Melalui Ilustrasi dan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa
model pembelajarn Tutor Sebaya dapat di gunakan untuk membantu
meningkatkan keaktifan siswa, memberikan rasa kemandirian dan
memberikan percaya diri bahwa suatu pembelajaran bisa didapatkan dari
temanya,dengan melakuan pembelajaran yang demikian di harapkan dapat
tercapai hasil pembelajaran yang meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
26

B. Kerangka Berpikir
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan program
pendidikan melalui gerak. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
yakni menggunakan kegiatan siswa itu sendiri secara efektif dalam
pembelajaran. Siswa di beri kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan melakukan latihan yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
Pembelajaran penjas harus disesuaikan dengan model dan tipe
pembelajaran yang tepat. Banyaknya model pembelajaran menuntut seorang
guru pendidikan jasmanai olahraga dan kesehatan harus menguasai dan
memahami model- model pembelajaran pendidikan jasmanai. Tutor Sebaya
adalah model pembelajaran kooperatif yang paling tepat dalam
membelajarkan penjas pada siswa SMP dikarenakan pada masa-masa umur
tersebut anak paling suka jika dijadikan tutor dan juga demikian yang
menjadi peserta tutornya lebih senang jika yang menjadi contoh temanya
sendiri. tetapi dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif Tutor
Sebayalah yang paling tepat karena sesuai dengan prinsip DAP
Permasalahan umum dalam pembelajarn penjas adalah kurangnya
model dan strategi pembelajaran sehingga mempengaruhi peran siswa dalam
kegiatan belajar. Selama ini metode yang digunakan guru belum sesuai
dengan karakteristik pembelajaran penjas bagi siswa.yaitu masih banyak
siswa yang belum maksimal dalam hasil belajarnya seperti siswa hanya
mampu melompat tanpa memperhatikan kecepatan lari,tolakan,dan pada
saat di atas mistar serta posisi mendarat. Pada kenyataannya, pembelajaran
lompat tinggi peserta didik Kelas VIII C sering dilakukan seperti orang
dewasa. Peserta didik harus melakukan gerakan lompat tinggi secara
berulang-ulang sesuai instruksi dari guru Penjas, dari data awal yaitu dari
jumlah 28 siswa hanya 12 siswa atau 42.85% yang mampu melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
27

rangkaian gerakan keterampilan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan
baik dan benar
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut:


Kondisi Awal Guru kurang
kreatif dan
inovatif
dalam proses
pembelajaran
1. Siswa kurang tertarik
dan cepat bosan dengan
pembelajaran penjas
2. Hasil belajar lompat
tinggi kurang maksimal dan
cenderung rendah.
3. Siswa kurarng banyak
mencoba dan belum
menunjukan sikap antusiasme
terhadap pembelajaran.
Tindakan
Meng
aplikasikan
model Tutor
Sebaya
kedalam
pembelajaran
penjas
Siklus I :
-belajar awalan dengan
memindahkan bola.
-menumpu dengan estafet
kardus.
-melayang dengan
menggapai sasaran .
-mendarat dengan
melompati kardus dalam
pembelajaran lompat tinggi
gaya straddle yang di
bantu oleh tutor.
Siklus II :
-belajar awalan dengan
memindahkan bola.
-menumpu dengan estafet
kardus.
-melayang dengan
menggapai sasaran.
-mendarat dengan
melompati kardus dan
melakukan permainan
estafet kardus di lanjutkan
melakukan rangkaian
gerakan lompat tinggi
gaya straddle.
Kondisi Awal
Kondisi
Akhir
Hasil belajar
lompat tinggi
gaya straddle
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
28

Berdasarkan kerangka konseptual yang di gambarkan tersebut
bahwa, pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan Tutor Sebaya
merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan gerak dasar siswa. Melalui pembelajaran ini siswa menjadi
lebih senang dan aspek-aspek yang terdapat pada diri siswa dapat
dikembangkan. Pembelajaran lompat tinggi dengan Tutor Sebaya aspek
yang di kembangkan yaitu : Kebugaran jasmani, memupuk rasa
kebersamaan dan kerjasama, mengembangkan skill dan untuk
mengembangkan sikap kompetisi. Hal ini dapat diartikan, pembelajaran
yang di aplikasikan melalui Tutor Sebaya tidak hanya mengembangkan
aspek hasil pembelajaran lompat tinggi saja, tetapi aspek yang lain yang
sangat berguna untuk perkembangan siswa tersebut kedepan
Aplikasi pembelajaran Tutor Sebaya dan model-model yang di
terapkan di dalamnya diharapkan siswa mampu mengembangkan dan meng
explorasi seluas luasnya materi yang diberikan guru dalam pembelajaran
Penjas model Tutor Sebaya juga sedikit banyak mengadopsi permaian yang
mengarah ke pembelajaran lompat tinggi tersebut dengan tujuan untuk
merangsang siswa agar tidak cepat bosan dan lebih tertarik melakukan
gerakan-gerakan tersebut. Diharapkan siswa dalam melakuakan
pembelajaran dengan penuh kesenangan dan rasa tanggung jawab yang
tinggi, sehingga hal ini akan merangsang Kemampuan siswa untuk
menjalankan model Tutor Sebaya ini, sehingga dapat meningkatkan hasil
pembelajaran lompat tinggi dan mendapatkan hasil pembelajaran yang
maksimal dan juga meningkatkan skill siswa.
Karakteristik pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan
model Tutor Sebaya tersebut menunjukan bahwa, pendekatan pembelajaran
lompat tinggi dengan bantuan Tutor Sebaya memberikan pengaruh yang
optimal terhadap peningkatan hasil belajar lompat tinggi.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
29

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMP N) 10 Surakarta yang beralamatkan di jalan Kartini
No.12 Telp (0271) 635910 Surakarta 57131 atau 100 m sebelah selatan
mangkunegaran kota Surakarta. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP N 10
Surakarta ini tergolong belum lengkap dan belum memadai hal ini terlihat
ketika survei awal seperti sarana olahraga.

2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama kurang
lebih dua bulan, yaitu bulan September sampai dengan Oktober 2012.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus mempunyai
kesempatan dua kali pertemuan, namun pertemuan bisa ditambah lagi
sebelum mencapai target capaian yang ditentukan oleh guru dan peneliti.
Setiap tatap muka merupakan bagian dari siklus yang dapat digunakan untuk
melihat peningkatan kemampuan gerak dan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran teknik lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya. Waktu
pelaksanaan tindakan dari awal siklus, siklus I, kemudian siklus II tersebut
dapat dilihat pada jadwal yang berupa Gantt Chart sebagai berikut :
Tabel 3.1. J adwal Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan Penelitian
Bulan
Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Persiapan Penelitian

a. Koordinasi peneliti dengan kepala
sekolah dan guru Penjas



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
30



B. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa
kelas VIII C SMP N 10 Surakarta. tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah
28 dengan rincian jumlah siswa putra 14 siswa dan jumlah siswa putri 14
siswa.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut :
1. Informan, meliputi:
a. Siswa: Untuk mendapatkan data tentang lompat tinggi dengan penerapan
pembelajaran pada siswa kelas VIII C SMP N 10 Surakarta tahun
pelajaran 2012/2013.
b. Guru Penjas : Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan pembelajaran
lompat tinggi melalui model Tutor Sebaya.
2. Tempat penelitian di lapangan halaman SMP Negeri 10 Surakarta, Peristiwa
yang terjadi yaitu proses pembelajaran Lompat tinggi gaya straddle dengan
bantuan tutor sebaya serta Peristiwa yang berlangsung serta kejadian-
kejadian selama pembelajaran, data tentang aktivitas guru, aktivitas siswa,
dan pelaksanaan Tutor Sebaya.
2. Pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I



b. Siklus II



3. Analisis Data dan Pelaporan

a. Analisis data (hasil tindakan 2
siklus)


b. Menyusun laporan/skripsi
c. Penggandaan dan pengumpulan
laporan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
31

3. Dokumen, berupa daftar absensi dan daftar nilai Penjas kelas VIII C,
silabus, RPP, dan sebagainya, hasil tes lompat tinggi.

D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi informasi
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif. Aspek kualitatif berupa
catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi dengan
berpedoman pada lembar observasi.
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
Tabel 3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
No J enis Data
Sumber
Data
Teknik
Pengumpulan
Instrumen
1
Hasil belajar
lompat tinggi
gaya straddle
dengan
bantuan
Tutor Sebaya
Siswa Non tes Lembar observasi
2
Aktivitas
siswa selama
PBM
Kejadian-
kejadian
selama
PBM
Pengamatan Lembar observasi
3
Efektifitas
penggunaan
alat bantu
Kejadian-
kejadian
selama
PBM
Pengamatan
Lembar observasi
dan menggunakan
perekam gambar
atau foto.

E. Uji Validitas Data
Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Penelitian Tindakan
Kelas ini menggunakan triangulasi data. Pengumpulan lebih dari satu jenis data
mungkin terlihat berlebihan, namun sebenarnya hal ini dapat lebih membantu
peneliti. Sebagai contoh dengan mengumpulkan data yang berbeda dengan
yang dikumpul di sekolah yang selaras dengan struktur sekolah yang sudah
berjalan. Dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar lompat tinggi dan afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
32

siswa diambil melalui pengamatan dan pengukuran oleh guru penjas. Data
kognitif siswa diambil menggunakan bentuk mengerjakan soal di dalam kelas.
Kemudian untuk memperkuat data digunakan lembar observasi yang dilakukan
oleh peneliti. Dalam lembar observasi tercatat data tentang proses tindakan,
pengaruh tindakan, kendala dalam inplementasi tindakan, identifikasi penyebab
terkendalanya tindakan, dan persoalan lain yang timbul. Ini dimaksudkan
bagaimana pengambilan data yang beragam dapat berhasil berjalan bersama
mengumpulkan data dari berbagai sisi yang dapat memperkuat kasus yang
diteliti. Meskipun demikian ada satu yang harus melebihi atau di atas yang
sudah berjalan. Hanya 1 dari metode pengumpulan data yang bersangkutan
dengan proses penelitian dan oleh karena itu harus secara hati-hati dimasukkan
dalam rencana penelitian.
Uji validitas data dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah
sebagai berikut :
1. Menggunakan triangulasi data observer dari peneliti, guru, dan teman
sejawat
2. Menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya
3. Kemampuan melakukan rangkaian teknik lompat Tinggi Gaya Straddle.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Afifuddin dan
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
analisis data. Kegiatan pengumpulan yang benar merupakan jantungnya
penelitian, sedangkan analisis data akan member kehidupan dalam kegiatan
lih, memilah, membuang,
menggolongkan, serta menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasi data
untuk menjawab pertanyaan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemakan pada
data, (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/tujuan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
33

(Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 132). Dalam penelitian ini ada dua
jenis data yang dianalisis menggunakan statistik diskriptif yaitu :
1. Data kuantitatif yaitu nilai dari siswa yang meliputi aspek psikomotor, afektif
dan kognitif yang telah di jumlahkan.
2. Data kualitatif yang berupa lembar observasi yang berisi tentang gambaran
tentang ekspresi siswa dan guru dalam menyampaikan materi.
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis dengan menggunakan prosentase untuk melihat peningkatan
hasil kemampuan gerak dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan keterampilan
gerak dasar lompat tinggi dianalisis dengan menjumlahkan nilai dari 4 aspek.
Kemudian dikategorikan dalam batas tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM.
Berikut skema model interaktif dalam analisis data :









Gambar 5. Analisis Interaktif Milles dan Huberman (2009:337)


G. Indikator Kinerja Penelitian
Melalui pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya,
diharapkan kemampuan penguasaan lompat tinggi siswa meningkat menjadi lebih
baik dibandingkan sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan adalah siswa
menguasai gerakan lompat tinggi.
Penelitian ini ditentukan indikator keberhasilan yaitu apabila 80% dari
jumlah siswa (28 siswa) dapat memperoleh nilai penguasaan lompat tinggi sama
atau lebih dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu nilai 75
Penyajian data
Reduksi data
Display data
Penarikan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
34

Persentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Hasil Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Aspek yang diukur
Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara mengukur
Kemampuan dalam
melakukan lompat
tinggi
80 %
Diukur dan diamati pada saat guru
melaksanakan proses pembelajaran,
pengamatan secara langsung pada
kemampuan teknik gerak lompat tinggi
di setiap tatap muka yang meliputi
psikomotor, afektif dan kognitif
(mengerjakan soal)
Siklus akan dihentikan jika rata-rata atau lebih siswa sudah mencapai
80 % dari KKM(75) dikarenakan dalam penelitian ini jumlah siklus tidak bisa
tentukan.

H. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.







Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan
J asmani dan Kepelatihan Olahraga
(Agus Kristiyanto, 2010: 19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
35

Keterangan:
1. Plan (perencanaan tindakan): peneliti mengobservasi siswa yang dijadikan
subjek penelitian.
2. Action (pelaksanaan tindakan): guru dan peneliti berkolaborasi membuat
model pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lompat tinggi.
3. Observation (observasi dan interpretasi): mengamati proses penerapan model
pembelajaran tutor sebaya dan melakukan wawancara kepada siswa setelah
diteliti.
4. Reflection (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan
penerapan model pembelajaran tutor sebaya yang telah dilakukan pada siklus
1 dan siklus selanjutnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
hasil belajar pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran
2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran tutor sebaya. Setiap tindakan
upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus.
Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

1. Rencana Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil tes dan pengukuran lompat tinggi dan hasil nilai
ketuntasan hasil belajar, selanjutnya peneliti merencanakan tindakan 1, meliputi
kegiatan sebagai berikut.
Pada tahap ini peneliti menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri
dari :
1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjas
2) Membuat rencana perencanaan pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
36

3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
5) Menyiapkan skenario pembelajaran lompat tinggi.
6) Menyiapkan lembar Observasi.

b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan mengacu pada RPP yang telah
direncanakan, sebagai berikut :
1) Menyampaikan bahan ajar secara umum dilanjutkan pemanasan.
2) Membentuk kelompok belajar
3) Melakukan latihan teknik dasar lompat tinggi dengan permainan
(awalan, tumpuan/tolakan,gerakan pada saat di atas mistar dan
pendaratan dengan beberapa permainan).
4) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi .
5) Menarik kesimpulan dan memberikan penilaian selama proses
pembelajaran berlangsung.
6) Melaksanakan pendinginan.

c. Pengamatan Tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil keterampilan Lompat Tingi
dengan bantuan Tutor Sebaya; (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan
keterampilan Lompat Tingi dengan Tutor Sebaya; (3) Kemampuan melakukan
rangakaian gerakan ketrampilan Lompat Tinggi dengan menggunakan bola
yang sudah digantung; (4) Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung;
(5) Efektivitas penggunaan Tutor Sebaya terhadap pembelajaran lompat tinggi.

d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
37

2. Rancangan Siklus II
Berdasarkan dari analisis dan refleksi pada siklus pertama, maka
perencanaan tindakan berikutnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Guru dan peneliti bersama-sama membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang
diterapkan dalam PTK, yaitu menerapkan model pembelajaran tutor
sebaya untuk meningkatkan kemampuan teknik lompat tinggi gaya
straddle dengan tingkat kesulitan yang meningkat.
2) Menyiapkan alat yang digunakan dalam permainan untuk membantu
pembelajaran dan menyiapkan formasi penataan alat yang lebih
menarik lagi.
3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan proses pembelajaran dilapangan dengan langkah-langkah
kegiatan antara lain:
1) Menyampaikan bahan ajar secara umum dilanjutkan pemanasan.
2) Membentuk kelompok belajar
3) Melakukan teknik lompat tinggi gayastraddle.
4) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi (awalan,
tumpuan/tolakan,gerakan pada saat di atas mistar dan pendaratan
dengan bantuan tutor sebaya).
5) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi dengan peralatan yang
sesungguhnya serta di ukur ketinggianya.
6) Menarik kesimpulan dan memberikan penilaian selama proses
pembelajaran berlangsung.
7) Melaksanakan pendinginan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
38

c. Tahap Pengamatan Tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil tes keterampilan lompat
tinggi; (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan lompat
tinggi; (3) Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Dengan demikian hasil belajar gerak dasar lompat tinggi gaya straddle
terjadi peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor
sebaya sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user


39
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survei untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan. Hasil
dari survei awal sebagai berikut:
1. Siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang
mengikuti pelajaran Penjas berjumlah 28 anak yang terdiri atas 14 siswa putra
dan 14 siswa putri. Dilihat dari hasil penilaian harian siswa yang nilainya baik
pada pelajaran Penjas, khususnya yang berhubungan dengan materi lompat
tinggi gaya straddle hanya berjumlah 12 siswa, dan selebihnya belum tuntas
dalam mengikuti pelajaran lompat tinggi gaya straddle. Dari kegiatan
pengamatan siswa cenderung sulit diatur saat pembelajaran Penjas
berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh observer saat melakukan
pengamatan. Saat mengikuti pembelajaran Penjas, siswa menunjukkan sikap
seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak
memperhatikan pelajaran sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara
dengan teman lainnya, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.
2. Guru kurang bisa mengkondisikan kelas. Dikarenakan model pembelajaran
yang monoton maka situasi pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan.
Keadaan seperti ini berdampak pada rendahnya kemampuan teknik dasar
lompat tinggi gaya straddle.
Dari hasil observasi juga diperoleh kondisi awal yang didapat
berdasarkan pengamatan langsung di lapangan selama proses pembelajaran oleh
guru penjas. Berikut merupakan hasil observasi yang telah dilakukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
40

Tabel 4.1. Deskripsi Pratindakan (Prasiklus)
Aspek yang Diukur
Pratindakan
Cara Mengukur
J umlah Siswa
yang Tuntas
Persentase
Ketuntasan
Kemampuan siswa
dalam melakukan
teknik dasar lompat
tinggi gaya Straddle.
12 42.85%
Diamati pada saat
guru memberikan
materi teknik
dasar lompat
tinggi gaya
straddle dan soal
kognitif dalam
kelas.


Berdasarkan data awal yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai yang
menunjukkan angka ketuntasan 42.85% dari jumlah keseluruhan siswa. Ini berarti
16 dari 28 siswa belum mencapai batas KKM yaitu nilai 75. J umlah dari nilai
siswa yang mendapat nilai dibawah 75 menjadi bukti kongkrit bahwa kemampuan
teknik dasar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas VIII C belum mampu
mencapai batas ketuntasan belajar siswa.
Selain hasil survei berupa pengambilan data tentang hasil keterampilan
dan rangkaian lompat tinggi gaya straddle, kenyataan atau kondisi di lapangan
pada saat observasi ditemukan terdapat beberapa siswa kurang memperhatikan
saat pembelajaran penjas. Dari kegiatan pengamatan siswa cenderung sulit diatur
saat pembelajaran penjas berlangsung. Saat mengikuti pembelajaran penjas, siswa
menunjukkan sikap seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru,
tidak memperhatikan pelajaran sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara
dengan teman lainnya, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya. Selain
itu sarana dan prasarana yang dimiliki sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan
sedikitnya alat-alat olahraga yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas.
Seperti peralatan lompat tinggi hanya memiliki 2 buah matras , tidak memiliki
bilah, tidak memiliki bendera, dan lain sebagainya.
Dari kondisi awal yang telah diketahui, peneliti menerapkan dua siklus
dengan menerapkan pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
41

untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada kelas VIII C. Pada setiap
siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan pembelajaran lompat tinggi
dengan bantuan tutor sebaya didalam pembelajaran tersebut setiap tahapan
gerakan pada lompat tinggi gaya straddle dimodifikasi, baik alat-alat
pembelajaran maupun peraturanya.
Skenario pembelajaran telah dibuat sebagai kegiatan lanjutan yang
meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan
refleksi tindakan. Penelitian diakhiri sampai ada perubahan pada indikator
partisipasi siswa ke arah yang lebih baik. Pembahasan masing-masing siklus dapat
dilihat seperti di bawah ini.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap
sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil tes kemampuan
lompat tinggi dan nilai ketuntasan hasil belajar sebelum diberi pembelajaran
penjas, dan setelah diberi siklus 1 dan siklus 2. Berikut ini disajikan secara
berturut-turut pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:
1. Siklus 1 Pertemuan 1
a. Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan PTK lompat tinggi meliputi: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi dan (4) analisis dan
refleksi.
Pada siklus 1 diberi pembelajaran teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle dengan bantuan tutor yaitu masing- masing kelompok di beri dua
orang tutor dan memperagakan gerakan lompat dari Awalan, tumpuan,
melayang, mendarat yang dikemas dalam bentuk permainan. Pembelajaran
ini diberikan satu (1) kali dalam satu minggu selama dua minggu.
Sebelum siklus 1 diberikan, peneliti bersama guru penjas
melakukan tes dan pengukuran hasil belajar lompat tinggi dan penilaian
observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui survei awal (pratindakan) kemampuan lompat tinggi sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
42

penelitian. Survei awal (pratindakan) kemampuan lompat tinggi dan
ketuntasan hasil belajar disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


Tabel 4.2 Deskripsi hasil belajar Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII C SMP N
Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Survey Awal ( pratindakan)
Aspek yang Diukur
Pratindakan
Cara Mengukur
J umlah Siswa
yang Tuntas
Persentase
Ketuntasan
Kemampuan siswa
dalam melakukan
teknik dasar lompat
tinggi gaya Straddle.
12 42.85%
Diamati pada saat
guru memberikan
materi teknik
lompat tinggi gaya
straddle dan soal
kognitif dalam
kelas.


Berdasarkan data awal yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai yang
menunjukkan angka ketuntasan 42.85% dari jumlah keseluruhan siswa. Ini berarti
16 dari 28 siswa belum mencapai batas KKM yaitu nilai 75. J umlah dari nilai
siswa yang mendapat nilai dibawah 75 menjadi bukti kongkrit bahwa kemampuan
teknik dasar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas VIII C belum mampu
mencapai batas ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes dan pengukuran kemampuan lompat tinggi dan
hasil nilai ketuntasan hasil belajar, selanjutnya peneliti merencanakan tindakan 1,
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti merancang skenario pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar lompat tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peneliti bersama guru penjas SMP N 10 Surakarta membuat permainan
yang melatih teknik dasar lompat tinggi gaya straddle seperti gerakan
yang melatih awalan, tumpuan, melayang, mendarat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
43

b) Peneliti, guru penjas, dan siswa merefleksikan terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan
c) Peneliti bersama guru penjas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) materi teknik dasar lompat tinggi sesuai dengan
materi pada siklus 1.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari kamis, 20 September 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N
10 Surakarta. Setiap tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Tahap
pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan dalam RPP, implementasinya adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan selama dua minggu dengan
dua (2) kali pertemuan. Dalam satu minggu pembelajaran diberikan
dengan satu kali pertemuan dengan waktu pembelajaran 2 x 40 menit.
Pelaksanaan tindakan 1 dengan memberikan pembelajaran penjas dengan
bantuan tutor yang berisikan pengenalan tentang lompat tinggi gaya
straddle yaitu permainan yang menuju kearah pembelajaran lompat tinggi
gaya straddle seperti permainan yang melatih gerakan awalan,
(memindahkan bola), melatih gerakan tumpuan/tolakan (estafet kardus),
melatih gerakan pada saat melayang (melayang menggapai sasaran),
melatih gerakan pendaratan (melompat kardus). Pelaksanaan dari masing-
masing pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Guru menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan
alat.
b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi
respon siswa.
c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses
pembelajaran dengan berdoa kemudian mempresensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
44

d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan
pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.
e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi
awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.
f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis.

2) Kegiatan Inti
a) Pengenalan Lompat Tinggi
Lompat tinggi merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik
yang sering dipertandingkan ditingkat Internasional maupun
Nasional maupu tinggkat daerah. Lompat tinggi atau dalam bahasa
Inggris disebut high jump.
b) Pengenalan Alat Lompat Tinggi
Alat yang di gunakan dalam Lompat Tinggi yaitu: Matras 4x5
Meter,tiang dengan tinggi 2 meter,mistar dengan panjang 4,25
meter, meteran, tiang, mistar dan peralatan untuk permainan
seperti, bola, tali plastik, kardus.
c) Teknik Dasar Lompat Tingi Gaya Straddle
(1) Awalan
Posisi badan dari condong ke depan menjadi tegak, yang
berikutnya menjadi condong ke belakang dengan titik berat
badan agak direndahkan untuk memperoleh pelencangan
tungkai tolak dan ayunan kaki ayun yang lebih panjang pada
waktu menolak.
(2) Tolakan/ Tumpuan
Menolak ditandai oleh jejak tumit kaki tolak pada titik
tolakan yang jaraknya kira-kira 80cm dari tiang.
kecondongan badan ke belakang, dengan sudut kecondongan
antra 100-120 derajat. Tungkai dan tubuh bagian atas lurus,
telapak kaki tolak membuat gerak guling dari tumit sampai
ujung kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
45

(3) Saat Melayang
horizontal untuk dapat melewati mistar. Sementara itu terjadi
putaran pada poros bahu dan panggul sambil bergerak
menuju ke arah mistar dengan sikap badan yang agak pasif
dan mengendur.

(4) Pendaratan
kaki ayun dan tangan yang dekat dengan kaki ayun
bersama-sama mendarat, dengan badan mengeper, terus
berguling ke depan pada bahu.
d) Rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya straddle yang di
peragakan siswa dengan gerakan yang di contohkan tutor,dengan
awalan dan ketingian mistar maksimum 65 cm .
e) Setiap akhir pembelajaran guru penjas memberikan tes kepada
siswa dengan melakukan rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle satu siswa diberi kesempatan 3 kali lompatan.
3) Penutup
a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat teman
yang ada di hadapanya dan bergantian.
b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal yang
telah dipelajari selama proses pembelajaran.
c. Observasi Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar
observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat
tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi
tersebut adalah :
1) Proses Tindakan
Pertemuan pertama pengenalan tentang lompat tinggi dan
pembelajaran teknik dasar lompat tinggi. berjalan cukup baik. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
46

sudah menyampaikan materi dan memberi contoh. Namun masih
banyak siswa yang gerakannya masih salah dalam melakukan teknik
dasar awalan, tumpuan/tolakan,saat melayang, pendaratan. Pada gerak
awalan ada 12 siswa yang masih salah, pada gerak tolakan/tumpuan
ada 11 siswa yang masih salah, pada gerak melayang ada 19 siswa
yang masih salah, dan pada pendaratan ada 15 siswa yang masih
salah.
2) Pengaruh Tindakan
Pembelajaran yang menggunakan bantuan tutor sebaya ternyata
lebih menarik perhatian siswa. Peserta didik menjadi semangat untuk
mengikuti permainan yang diberikan oleh guru. Perbaikan-perbaikan
gerakan mulai bisa diamati menjadi lebih baik meskipun belum
semuanya mengalami peningkatan.
3) Kendala dalam Implementasi Tindakan
Ada beberapa kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan
tindakan. Pada pertemuan pertama, siswa masih sulit diatur di awal
kegiatan. Konsentrasi siswa terkadang tidak fokus. Hal ini disebabkan
karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran tutor sebaya. Selain
itu pembelajarannya kurang menantang belum ada permainan yang
berkaitan dengan inti pembelajaran.
4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan
Kendala yang dihadapi dapat diidentifikasi penyebabnya. Dalam
1 lapangan digunakan dengan kelas lain dalam waktu yang bersamaan
Konsentrasi yang tidak fokus disebabkan karena siswa melihat secara
langsung siswa dari kelas lain dengan materi pembelajaran yang
berbeda. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran karena belum
sepenuhnya siswa memahami dan terbiasa dengan teknik dasar lompat
tinggi gaya straddle



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
47

d. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan pertama tersebut, peneliti
melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:
1) Pada pertemuan pertama, indikator yang tercantum dalam RPP
belum sepenuhnya tercapai. Namun demikian telah menujukan
hasil yang lebih baik. Terbukti dengan hasil rekap nilai dimana
siswa yang nilainya sudah mencapai KKM bertambah 5 siswa
yaitu Amar Riyan, Della K, Disma, Faisa ahmad, Intan.
2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana
yang telah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
3) Pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya dalam
proses pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan guru lebih
menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga proses belajar
mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal.
4) Hasil dari rekap nilai psikomotor, afektif dan kognitif sudah
menunjukkan peningkatan. Meskipun telah menujukan
peningkatan akan tetapi belum sesuai dengan target capaian pada
siklus I. Maka peneliti harus melanjutkan pada pertemuan
berikutnya dengan perbaikan-perbaikan pada kekurangan yang
ditemui pada pertemuan pertama.
5) Untuk menghindari gangguan konsentrasi siswa, guru akan
melakukan pencegahan dengan menjaga suasana kondusif diwaktu
proses belajar mengajar. Mengkondisikan siswa untuk tidak
terpengaruh dengan sekolah lain. Salah satu caranya adalah dengan
membuat barisan yang berlawanan arah dengan kelas yang lain
serta pembelajaran dibuat menyenangkan.
6) Agar pembelajaran menjadi lebih tertib, guru akan selalu
memantau, mengingatkan siswa, dan menegur siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran atau bercanda dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
48

7) Dalam penyusunan RPP selanjutnya hendaknya memilih bentuk
pemanasan yang menarik yang berkaitan dengan inti pembelajaran
tujuannya siswa lebih terbiasa dengan teknik dasar lompat tinggi
gaya straddle. Untuk menumbuhkan motivasi dan antusias siswa
terhadap pembelajaran maka siswa diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk melakukan aktifitas dan bertanya apabila mereka
mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung. J ika
diperlukan, penguatan yang diberikan kepada siswa tidak hanya
berupa kata-kata atau pujian saja, tetapi juga berupa hadiah atau
reward.
2. Siklus 1 Pertemuan Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari analisis dan refleksi pada pertemuan pertama, maka
perencanaan tindakan berikutnya adalah sebagai berikut:.
1) Guru dan peneliti bersama-sama membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang
diterapkan dalam PTK, yaitu menerapkan pembelajaran tutor sebaya,
untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle dengan tingkat kesulitan yang meningkat
2) Menyiapkan alat yang digunakan dalam permainan untuk membantu
pembelajaran dan menyiapkan formasi penataan alat yang lebih
menarik lagi.
3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari kamis, 27 September 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N 10
Surakarta. Setiap tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Tahap
pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan dalam RPP, implementasinya adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
49

a) Guru menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan
alat.
b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi
respon siswa.
c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses
pembelajaran dengan berdoa kemudian mempresensi.
d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan
pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.
e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi
awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.
f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis dan dilanjutkan
pemanasan menggunakan permainan Bangau dan Katak .

2) Kegiatan Inti
a) Pengenalan Lompat Tinggi
Lompat tinggi merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik
yang sering dipertandingkan ditingkat Internasional maupun
Nasional maupu tinggkat daerah. Lompat tinggi atau dalam bahasa
Inggris disebut high jump.
b) Pengenalan Alat Lompat Tinggi
Alat yang di gunakan dalam Lompat Tinggi yaitu: Matras 4x5
Meter,tiang dengan tinggi 2 meter,mistar dengan panjang 4,25
meter, meteran, tiang, mistar dan peralatan untuk permainan
seperti, bola, tali plastik, kardus.
c) Rangkaian teknik dasar lompat tingi gaya straddle dengan
ketinggian mistar minimal 65cm dan dengan rangkaian gerakan
serta gayanya.
d) Setiap akhir pembelajaran guru penjas memberikan tes kepada
siswa dengan melakukan rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle satu siswa diberi kesempatan 3 kali lompatan.
3) Penutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
50

a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat teman
yang ada di hadapanya dan bergantian.
b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal yang
telah dipelajari selama proses pembelajaran.

c. Observasi Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar
observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat
tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi
tersebut adalah :
1) Proses Tindakan
Pertemuan kedua, guru menjalankan skenario yang ada dalam
RPP. Peserta didik semakin tertarik dengan pemanasan yang
diberikan dibuat sebuah permainan yang menantang. Siswa
antusias dalam mengikuti permainan. Semua siswa mengikuti
proses pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran terkadang
beberapa siswa afektifnya masih kurang.
2) Pengaruh Tindakan
Pembelajaran menjadi semakin menarik. Dengan didahului
dengan pemanasan yang dibuat permainan dalam bentuk kompetisi
antar individu dapat lebih terlihat kemampuan gerak yang semakin
baik. Peningkatan kebenaran gerak dari sebagian besar siswa.
Semangat yang ditunjukkan oleh siswa juga semakin tinggi.
3) Kendala dalam Implementasi Tindakan
Pelaksanaan permainan dalam pemanasan terkadang harus
terhambat karena ada siswa yang tidak mematuhi peraturan yaitu
melompatkan bola terlalu jauh sehingga bola sering hilangdan
menjadi lama,dan juga pemburu kesulitan untuk mengenai sasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
51

yang menyebabkan permainan terpaksa diulang sehingga siswa
yang lain dirugikan.
4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan
Guru kurang dalam penanaman sikap kepada peserta
didiknya.
5) Persoalan lain yang timbul
Kondisi lapangan yang harus berbagi dengan kelas lain,
sehingga tempat untuk melakukan pemanasan tidak dapat leluasa.

b. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan kedua tersebut, peneliti
melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:
1) Siklus 1 pertemuan kedua, indikator yang tercantum dalam RPP
juga belum sepenuhnya tercapai. Namun ada peningkatan yang
lebih baik lagi. Pada pertemuan ini, siswa yang tuntasbertambah
menjadi 19 anak dari batas nilai KKM .
2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana
yang telah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
3) Untuk menghindari gangguan konsentrasi siswa, guru harus tetap
menjaga suasana kondusif diwaktu proses belajar mengajar.
Mengkondisikan siswa untuk tidak terpengaruh dengan kelas lain.
Salah satu caranya adalah dengan membuat suasana pembelajaran
lebih menyenangkan.
4) Agar pembelajaran menjadi lebih tertib, guru harus selalu
memantau, mengingatkan siswa, dan menegur siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran atau bercanda dengan temannya.
5) Hasil dari rekap nilai psikomotor, afektif dan kognitif sudah
menunjukkan peningkatan yang baik. Dari data tersebut dapat
dihitung bahwa target capaian pada siklus I sudah terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi
gaya Straddle Pada Siklus I
Aspek yang
Diukur
Survei Awal Siklus I
Cara Mengukur
J umlah
Siswa
yang
Tuntas
Persentase
Ketuntasan
J umlah
Siswa
yang
Tuntas
Persentase
Ketuntasan
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
teknik dasar
lompat tinggi
gaya straddle
12 42.85% 19 67.89%
Diamati saat
proses belajar
mengajar dengan
menggunakan
lembar observasi
peneliti




Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar
Lompat Tingi gaya straddle.

Berdasarkan diskripsi tabel 4.3 dan gambar 4.1, pada akhir siklus 1
dapat dilihat 19 siswa sudah mencapai batas KKM. Angka ini menunjukkan
67.89% dari jumlah siswa di Kelas VIII C SMP Negeri 10 telah tuntas.
Persentase ini sudah melebihi target capaian yaitu 60%. Maka proses
tindakan dilanjutkan ke Siklus 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
53

3. Siklus 2 Pertemuan 1
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan, sebagai berikut:
1) Guru dan peneliti berkolaborasi membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan
dalam PTK dan berdasarkan apa yang telah terjadi pada siklus I.
2) Menyiapkan alat-alat menarik yang dapat digunakan dalam permainan
untuk membantu pembelajaran.
3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan pertama pada hari kamis,
4 Oktober 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N 10 Surakarta. Setiap
tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Siklus 2 diberikan dengan
tujuan agar kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle lebih
baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. siswa diberikan pembelajaran
terlebih dahulu yang bertujuan sebagai pembiasaan dalam gerakan awalan
,tumpuan, melayang,dan mendarat pembelajaran ini sama dengan gerakan
pemanasan pada siklus 1. Bentuk pembelajaran lompat tinggi dengan
bantuan tutor sebaya pada siklus 2 pertemuan 1 sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Guru Menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan
alat yang dibantu oleh para peserta didik.
b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi
respon siswa.
c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses
pembelajaran dengan berdoa kemudian presensi.
d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan
pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.
e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi
awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
54

f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis dan dilanjutkan
pemanasan menggunakan permainan halang rintang.

2) Kegiatan Inti
a) Guru penjas memberikan pembelajaran yang dinamakan
permainan dengan permainan ini di harapkan
siswa akan terbiasa dengan gerakan melompat dan apabila
kelompok yang menang akan memberikan sanksi kepada
temanya yaitu melompat dan melewati kardus sebanyak 3kali
b) Siswa melakukan gerakan lompat tinggi gaya straddle dengan
tingkat kesulitan yang ditambah dan perbaikan gaya dan
tekniknya.
c) Guru memberikan kesempatan 1 kali rangkaian gerakan lompat
tinggi kemudian mengoreksi kesalahan.
d) Guru memberikan kesempatan 2 kali dengan menambah
tingkat kesulitan masing- masaing siswa sampai mereka
mendapatkan nilai terbaik.
4) Penutup
a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat
teman yang ada di hadapanya dan bergantian.
b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal
yang telah dipelajari selama proses pembelajaran.
c. Observasi Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar
observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat
tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi
tersebut adalah :
1) Proses Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
55

Pertemuan kedua pada siklus 2 proses tindakan telah berjalan
dengan lancar. Guru menyampaikan materi dengan baik. Peserta
didik juga dapat dikondisikan dengan baik. Pembelajaran
berlangsung menarik pembelajaran menembak sasaran. Semua
siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir tindakan.
2) Pengaruh Tindakan
Peningkatan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle dengan bantuan tutor sebaya telah diamati dapat
meningkatkan kemampuan gerak. Selain psikomotor yang
meningkat, afektif dan kognitif juga semakin baik.
3) Kendala dalam Implementasi Tindakan
Konsentrasi pembelajaran sedikit terpecah karena kondisi
cuaca yang panas tidak seperti biasanya dan banyak siswa yang
kondisi badannya kurang fit (pusing, batuk, dan pilek), tetapi
pembelajaran dapat berjalan sesui dengan yang diharapkan.
4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan
Karena kondisi cuaca panas dan banyak siswa yang kondisi
badannya kurang fit (pusing, batuk, dan pilek) yang mungkin
disebabkan karena banyak belajar karena akan menghadapi ujian
tengah semester.
d. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I pertemuan Kedua
tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:
1) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang
dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2.
2) Pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor
sebaya yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur
kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi
dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang
dilakukan pada siklus 2 pertemuan pertama dapat terlaksana dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
56

3) Guru dan peneliti memberikan reward bagi siswa yang dapat
melakukan gerakan dengan benar.
4) Afektif siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada siklus II
pertemuan pertama telah semakin baik, tetapi masih ada 6 siswa
(Fachry, Amalia,Dewi, Suwaninur,Ardi,Nimas) yang belum dapat
mencapai nilai maksimal dikarenakan masih sulit untuk diatur. Pada
saat melakukan permainan terkadang masih seenaknya sendiri dan
suka mengganggu temanya.
5) Pemahaman materi yang telah dituangkan dalam pengerjaan soal
sudah ada sedikit peningkatan dibanding siklus sebelumnya.
6) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya
straddle meningkat dari 67.89% ketuntasan pada siklus 1 menjadi
85.71% pada siklus II. Ini membuktikan bahwa target capaian
ketuntasan sudah tercapai.
Dengan demikian baik secara ketuntasan belajar maupun rata-rata
hasil belajar teknik dasar lompat tinggi gaya straddle terjadi peningkatan
yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor sebaya
sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar lompat tinggi.
Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil Belajar Lompat tinggi
Pada Siklus 2
Aspek
yang
diukur
Pratindakan Siklus I Siklus II
Cara
Mengukur
J umlah
Siswa
tuntas
Persentase
Ketuntasan
J umlah
Siswa
tuntas
Persentase
Ketuntasan
J umlah
Siswa
tuntas
Persentase
Ketuntasa
n
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
teknik dasar
lompat tinggi
gayastraddle
12 42.85% 19 67.89 % 24 85.71%
Diamati pada
saat guru
memberikan
materi gerak
dasar lompat
tinggi dan
soal kognitif
dalam kelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user



Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar lompat tinggi gaya
straddle Siklus II
Berdasarkan hasil deskripsi pada gambar 4.2 kemampuan teknik
dasar lompat tinggi gaya straddle kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta
tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan persentase ketuntasan.
Data Pratindakan menunjukkan 12 siswa tuntas dengan persentase
ketuntasan 42.85%. Setelah diadakan tindakan pada siklus 1 mengalami
peningkatan menjadi 19 siswa tuntas dengan persentase ketuntasan
67.89%. Dan setelah diadakan siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 24
siswa tuntas dengan persentase ketuntasan 85.71%. Dari jumlah total 28
siswa masih ada 4 siswa yang belum mencapai batas KKM pada semester
I tahun ajaran 2012/2013.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2, terdapat
peningkatan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
58

VIII C SMP Negeri 10 Surakarta. Peningkatan ini dapat dilihat pada grafik yang
merupakan gambaran peningkatan dari kemampuan tersebut.


Gambar 4.3. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Teknik Dasar Lompat Tinggi Gaya Straddle.
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan keadaan
siswa pratindakan yang semula 42.85% meningkat menjadi 67.89% pada siklus 1 dan
masih meningkat lagi menjadi 85.71% pada siklus 2. Peningkatan ini merupakan
peningkatan secara aspek psikomotor, afektif dan kognitif siswa.

D. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar lompat tinggi gaya straddle. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII
C SMP Negeri 10 Surakarta melalui penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle dengan bantuan tutor sebaya. Melalui penerapan pembelajaran lompat
tinggi gaya straddle yang semula bersifat monoton dan membosankan, akan
menjadi lebih menyenangkan, tidak monoton, tidak menegangkan, dan
membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran lompat tinggi.
Siklus 1 dilaksanakan dalam 2x pertemuan. Pelaksanaan tindakan 1
merupakan tindak lanjut dari hasil survey awal yang menunjukkan bahwa kelas
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Awal - Siklus 2 42.85% 67.89% 85.71%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
Awal - Siklus 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
59

VIII C SMP Negeri 10 Surakarta memiliki masalah dalam pembelajaran Lompat
Tinggi gaya straddle. Berdasarkan masalah yang ada di kelas tersebut, peneliti
dan guru penjas melakukan diskusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa
kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta dalam pembelajaran Lompat Tinggi Gaya
Straddle.
Pada pelaksanaan tindakan 1, siswa melakukan pembelajaran lompat
tinggi dengan cara melihat guru dan tutor memperagakan teknik dasar lompat
tinggi gaya straddle pengenalan tentang lompat tinggi, pengenalan tentang alat
lompat, cara melakukan lompatan, gaya dalam lompat tinggi dan gerakan
gerakannya mulai dari awalan, tumpuan/tolakan, saat diatas mistar dan saaat
mendarat , dan gerakan pemanasan yang dibuat permainan dari hasil pengamatan
peneliti terhadap proses pembelajaran, dapat diketahui bahwa pembelajaran
lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya tersebut pada siklus I masih terdapat
kekurangan atau kelemahan. Kekurangan tersebut berasal dari guru, siswa, dan
peralatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.
Kelemahan dari segi guru, yaitu pemberian umpan dari guru untuk
membuat siswa aktif dalam pembelajaran masih kurang mendapat respon dari
siswa, apersepsi yang diberikan masih belum memberi gambaran bagi siswa
tentang materi yang sedang diajarkan, tanya jawab yang belum maksimal, dan
belum adanya penguatan dari guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan dari segi siswa, antara lain siswa tidak berkonsentrasi dan belum
tampak aktif serta sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Di samping
itu, beberapa siswa dalam melakukan gerakan lompat tinggi masih banyak
mengalami kesulitan terutama pada gerak tumpuan, saat diatas mistar dan
pendaratan sehingga hasilnya kurang maksimal, serta kebanyakan dalam
melakukan gerak tumpu apalagi setelah mendekati mistar masih banyak yang
ragu-ragu dalam menentukan kaki tumpu. Nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes
lompat tinggi pada tindakan 1 ini masih harus ditingkatkan karena belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sedangkan kelemahan
yang muncul dari segi jenis permainan pembelajaran kurang menantang siswa
untuk termotivasi pada materi lompat tinggi, karena jenis permainan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
60

tindakan 1 masih terkesan monoton belum dapat membangkitkan minat siswa,
selain itu pembiasaan gerak dasar lompat tinggi belum begitu dimunculkan.
Solusi yang disepakati oleh guru dan peneliti dalam pelaksanaan siklus 2,
yaitu guru lebih menghidupkan suasana dalam kelas, melakukan apersepsi
secukupnya sebelum pembelajaran dimulai, menggunakan jenis permainan yang
memunculkan gerakan-gerakan yang membuat siswa akan lebih terbiasa dengan
teknik dasar lompat tinggi, serta mencontohkan teknik dasar lompat tinggi yang
benar secara konkrit dan sejelas mungkin, memberikan kesempatan bertanya
seluas-luasnya bagi siswa, memancing siswa untuk aktif di dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan kecil, serta memberikan penghargaan/ reward disetiap
munculnya sisi positif yang dilakukan siswa. Penghargaan tidak hanya dilakukan
melalui pemberian pujian, tetapi juga tepuk tangan dan pemberian reward atau
hadiah. Penggunaan jenis permainan dan peragaan tutor dalam pembelajaran pada
siklus 2 lebih dipersiapkan, yaitu sebelum berlatih teknik dasar lompat tinggi,
Halang Rintang nya
siswa akan lebih terbiasa dalam melakukan gerak lompat tinggi gaya straddle.
Selain itu dalam siklus 2 ini, ditambahkan dengan peraturan sehingga memotivasi
siswa untuk lebih memperbaiki gerakan yang dilakukan. Pada pelaksanaan siklus
2 sebelum siswa diberi tes, terlebih dahulu siswa diberikan kesempatan melompat
beberapa kali sehingga sudah menjadi terbiasa. latihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak tumpu/tolak serta tidak
ragu-ragu lagi apabila sudah sampai di depan mistar.
Siklus 1 dalam penelitian ini masih belum mampu mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, guru penjas dan
peneliti mengadakan tindakan perbaikan dari siklus 1, yaitu dengan merencanakan
dan melaksanakan siklus 2. Berdasarkan hasil observasi, analisis, dan refleksi
pada siklus 1, peneliti bersama guru penjas merencanakan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan pada siklus 2 untuk mengatasi kelemahan proses pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle yang telah dilaksanakan pada siklus 1.
Dilihat dari perbaikan pada tindakan 1, pelaksanaan tindakan 2
menunjukkan peningkatan pembelajaran yang maksimal. Dari pelaksanaan siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
61

2 dapat dilihat peningkatan motivasi belajar dan kemampuan melakukan lompat
tinggi gaya straddle yang cukup signifikan pada siswa, jika dibandingkan pada
hasil pembelajaran pada tindakan 1 ataupun sebelum dilaksanakannya tindakan.
Dibandingkan sebelum adanya tindakan, pelaksanaan siklus 1 berdampak positif
pada meningkatnya kualitas proses dan hasil lompat tinggi gaya straddle yang
dilakukan siswa. Namun demikian, hasil pembelajaran pada siklus 1 belum
mampu mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan masih
ditemukan beberapa kelemahan dalam proses pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus 1, dilakukan perbaikan
kelemahan proses pembelajaran dengan melaksanakan siklus 2. Dari proses
pembelajaran pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan, baik proses
maupun hasil lompat tinggi gaya straddle yang dilakukan oleh siswa kelas VIII C
SMP Negeri 10 Surakarta. Keberhasilan siklus 2 ini dapat dilihat dari perubahan
tingkah laku siswa dalam merespon dan mengikuti jalannya pembelajaran sebuah
materi yang ditawarkan oleh guru. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran
guru penjas dalam memberikan motivasi serta reward kepada siswa, serta media
yang digunakan dalam pembelajaran lompat tinggi. Pemilihan media
pembelajaran yang tepat dan efektif sangat menentukan keberhasilan sebuah
pembelajaran karena karakteristik suatu media pembelajaran akan berbeda antara
satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru harus melakukan banyak
pertimbangan dalam memilih suatu media pembelajaran agar menemukan media
yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2 menunjukkan
peningkatan pembelajaran dibandingkan sebelum adanya tindakan. Pelaksanaan
siklus 1 berdampak positif pada meningkatnya kualitas proses dan kemampuan
gerak yang dilakukan siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah terlaksana
dengan baik, peneliti yang bekerjasama dengan guru penjasorkes menemukan
beberapa hal sebagai temuan pada saat penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatnya Kemampuan Teknik Dasar Lompat tinggi gaya straddle.
Peningkatan kemampuan gerak dapat dilihat dari hasil selama proses
belajar siswa dari sebelum tindakan hingga akhir siklus terakhir. Sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
62

pelaksanaan tindakan, siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan nilai
pada angka 75 sebanyak 12 siswa yaitu 42.85% tuntas dari jumlah siswa
sebanyak 28 peserta didik. Selanjutnya mengalami peningkatan pada siklus 1
menjadi 19 siswa atau 67.89%. dari jumlah siswa dan meningkat menjadi 24
atau 85.71% pada siklus 2. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada
siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta mencapai keberhasilan pada
pelaksanaan siklus kedua. Dengan tercapainya indikator keberhasilan, maka
penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan.
2. Meningkatnya Keaktifan Siswa
Penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan
tutor sebaya dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan
memanfaatkan media pembelajaran berarti guru melakukan usaha untuk
membuat proses pembelajaran menjadi tidak monoton, semata hanya
menggunakan media ceramah saja. Guru memancing siswa untuk aktif dan
memberikan kesempatan seluas-luasnnya bagi siswa untuk bertanya tentang
kejelasan materi ataupun kesulitan yang dihadapi siswa ketika mengikuti
proses pembelajaran. Guru Peneliti dan Tutor mempersiapkan dan
memperagakan sejelas mungkin sehingga membuat siswa lebih semangat
untuk mencoba serta menyerap pesan yang disampaikan oleh guru penjas dan
peneliti.
3. Meningkatnya Perhatian Siswa
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru sangatlah penting. Perhatian
ini akan turut menentukan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
dijelaskan oleh guru. Dalam hal ini guru harus mampu memunculkan sesuatu
yang baru, unik, dan inovatif dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya
adalah pemilihan media yang kreatif dan menyenangkan dan juga ke
kreatifannya tutor dalam menjelaskan dan memperagakan setiap gerakan
kepada teman-temanya.

4. Meningkatnya Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
63

Dengan adanya penelitian ini membuat guru semakin piawai dalam
memimpin kelas. Pengelolaan kelas pada pelaksanaan tindakan 1 dan 2 jauh
lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan pada survei awal. Sedikit demi
sedikit kelemahan guru berkurang karena setiap akhir siklus guru dan peneliti
melakukan analisis dan refleksi kegiatan pembelajaran. J ika terdapat
kekurangan dalam siklus yang bersangkutan, pada pelaksanaan tindakan
selanjutnya akan dicarikan solusi pemecahan dan meminimalkan kekurangan
tersebut sehingga kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dapat teratasi dan tidak akan terulang kembali. Selain itu
guru juga dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian tersebut, sehingga
wawasan dan pengetahuan guru dapat berkembang sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan bekal jika terdapat masalah yang
serupa .

















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
64

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Proses Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10
Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilaksanakan dalam dua siklus dan berjalan
dengan lancar. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan
tidakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) Refleksi.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa penerapan pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor sebaya, dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa
kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh,
terdapat peningkatan yang signifikan dari siklus 1 dan siklus 2. Kemampuan
gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada siklus 1 dalam persentase kelulusan
adalah 67.89%. jumlah siswa yang mencapai batas KKM adalah 19 siswa. Pada
siklus 2 terjadi peningkatan persentase kelulusan sebesar 85.71%. dengan 24
siswa berhasil mencapai batas KKM dari keseluruhan jumlah siswa.

B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang
digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan
materi, mengembangkan keprofesionalitas atau kemampuan guru dalam dalam
mengajar, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana
untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
65

pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di
lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan
materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan
prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat
dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,
efektif, dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan
penerapan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lompat
tinggi gaya straddle dan juga meningkatkan kemampuan dan ketuntasan hasil
belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan
sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin mengembangkan proses
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle kepada para siswanya. Bagi guru
bidang studi Pendidikan J asmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran
Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar lompat tinggi
gaya straddle bagi pemula yang lebih efektif. Apalagi bagi guru yang memiliki
kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang
lebih banyak.
Pemberian tindakan dari siklus 1 dan 2 memberikan deskripsi bahwa
terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada
pelaksanaan tindakan pada pertemuan dan siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan
tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses
maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
66

pembelajaran Penjas, penerapan pembelajaran tutor sebaya ini dapat merangsang
aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran
Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran
jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan
sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya
kepada para guru penjas sebagai berikut:
1. Guru Penjas hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola
kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus
meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain
itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk
masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas
mengajarnya.
2. Guru Penjas hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode
untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam hal ini khususnya materi
lompat tinggi gaya straddle.
3. Dengan penerapan tutor sebayan dapat meningkatkan hasil belajar lompat
tinggi gaya straddle dan dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Anda mungkin juga menyukai