Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN III

STANDARISASI LARUTAN AgNO


3

I. TUJUAN
Praktikan dapat menentukan kadar atau konsentrasi dari larutan Argentum Nitrat
(AgNO
3
) dengan prinsip pengendapan Cl
-
dengan larutan AgNO
3
secara bertingkat
menggunakan metode titrasi Argentometri cara Mohr pada pH = 7 9.
II. DASAR TEORI
Titrasi pengendapan merupakn cara titrasi yang didasarkan terjadinya endapan
selama proses titrasi, berdasarkan reaksi pengendapannya, titrasi pengendapan dibagi
menjadi dua yaitu :
1). Argentometri, yaitu titrasi yang melibatkan larutan baku AgNO
3

2). Titrasi sulfat oleh larutan ion Ba
2+
, titrasi ini jarang digunakan karena banyak kendala.
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak, jadi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan
dengan ion Ag
+
.
Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi, argentometri dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Cara Mohr, ialah pembentukan endapan berwarna
2. Cara Volhand, ialah pembentukan zat warna yang mudah larut
3. Cara Fayans, ialah pengendapan dengan indikator adsorbsi.
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak
ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Metode ini digunakan untu menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan
pengendapan Ag
+
, yang reaksi umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Ag
+
+ X
-
AgX (X
-
= Cl
-
, Br
-
, CNS
-
)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Statif 1. Indikator K
2
CrO
4
5%
2. Buret 2. Larutan AgNO
3

3. Erlenmeyer 3. Larutan

baku primer NaCl 0,0100 N
4. Pipet Volume 4. Aquades
5. Pipet Tetes
6. Corong
7. Gelas Kimia
IV. CARA KERJA
1. Ambil larutan Natrium Klorida (NaCl)

0,100 N sebanyak 10,0 mL menngunakan pipet
volum kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 1 mL indikator K
2
CrO
4
5% ke dalam erlenmeyer yang sudah terisi larutan
natrium klorida

0,100 N.
3. Siapkan larutan AgNO
3
untuk titrasi (tuang larutan AgNO
3
ke dalam buret melaui
corong, dan pastikan larutan tepat pada angka nol).
4. Titrasi larutan yang ada di erlenmeyer dengan larutan AgNO
3
.
5. Hentikan titrasi pada saat terbentuk endapan merah bata.
6. Catat hasil yang diperoleh dengan mengamati garis pada buret.
7. Ulangi percobaan (titrasi) minimal 3 kali, untuk mendapatkan hasil yang mendekati
akurat
V. HASIL PERCOBAAN
No. Volume NaCl 0,100 N Volume AgNO
3

1 10,000 mL 0,00 - 10,53 mL
2 10,000 mL 0,00 - 10,00 mL
3 10,000 mL 0.00 - 09,90 mL
4 10,000 mL 0,00 - 09,85 mL
5 10,000 mL 0,00 - 10,20 mL
Rata-rata 10,000 mL 10.096 mL
Perhitungan
N
1
. V
1
= N
2
.V
2

N AgNO
3
=

= 0,0991 N
VI. PEMBAHASAN
Titrasi menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam
yang sukar larut. Standarisasi larutan AgNO
3
dengan NaCl merupakan titrasi yang
tergolong dalam presipitimetri jenis argentometri. Reaksi yang terjadi adalah :
AgNO
3 (aq)

+ NaCl
(aq)
AgCl
(s)
+ NaNO
3 (aq)

AgNO
3 (aq)

+ Cl
-
(aq)
AgCl
(s)
putih + NO
-
3 (aq)

Larutan AgNO
3
dan NaCl pada awalnya tidak berwarna (bening), ketika NaCl
ditambahkan dengan garam natrium bikarbonat yang berwarna putih, larutan tetap jernih
dan garam tersebut larut dalam larutan, penambahan larutan ini dimaksudkan agar pH
larutan tidak terlalu asam maupun basa sehingga dapat dikatakan bahwa garam tersebut
berperan sebagai buffer.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida seperti NaCl dengan
AgNO
3
sebagai pentitran dan K
2
CrO
4
sebagai indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan ditambahkan indikator K
2
CrO
4
5% yang kemudian dititrasi sedikit
demi sedikit dengan AgNO
3
akan terbentuk endapan putih yang merupakan AgCl. Dan
ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO
3
sementara jumlah AgNO
3
masih ada
maka AgNO
3
akan bereaksi dengan indikator K
2
CrO
4
yang berwarna krem. Dalam titrasi
ini, perlu dilakukan secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar Ag
+
tidak
teroksidasi menjadi AgO yang menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.
Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan dengan megukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag
+
dapat tepat diendapkan.
Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna suspensi dari kuning
manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena timbulnya Ag
2
CrO
4
saat hampir
mencapai titik ekivalen, hampir semua ion Cl
-
berikatan manjadi AgCl. Larutan standar
yang digunakan dalam metode ini adalah AgNO
3
yang memiliki normalitas 0,100 N,
adanya indikator K
2
CrO
4
menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran
sehingg terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir
adalah perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan Ag
+
.
Pada analisa

Cl
-

terjadi reaksi
Ag
+
(aq)
+ Cl
-
(aq)
AgCl
(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut
reaksi 2Ag
+
(aq)
+ CrO
4(aq)
Ag
2
CrO
4

(s)

Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi
pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion
indikator tanpa mengendapkan zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka
akan tenrbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag
2
O sehingga titran
terlalu banyak terpakai.
2Ag
+
(aq)
+ 2OH
-
(aq)
2AgOH
(s)
Ag
2
O
(s)
+ H
2
O
(l)

Bila pH terlalu rendah, ion CrO
4
-
sebagian akan berubah manjadi Cr
2
O
7
-

2H
+
+ 2CrO
4
-2
Cr
2
O
7
-2
+ H
2
O
Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak
menimbulkan endapan atau sanagt terlambat.
Selama titrasi Mohr larutan harus diaduk secara baik bila tidak secara lokal akan
terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen
tercapai dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya titik akhir
manjadi tidak tajam.
Dari percobaan kami diperoleh volume rata-rata AgNO
3
sebanyak 10,875 mL,
sehingga diperoleh Normalitas AgNO
3
0,0099 N melalui rumus N1.V1 = N2.V2.
Kelemahan titrasi Mohr adalah jika terjadi kelebihan titran akan menyebabkan
indikator mengendap sebelum titik ekivaklen tercapai, sehingga titik akhir titrasi tidak
akurat. Selain itu indikator kalium kromat juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika
kelebihan warna kalium kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada
saat titik ekivalen sulit dilihat karena kalium romat bereaksi dengan AgNO
3
membentuk
Ag
2
Cr
2
O
4
yang berwarna krem.
VII. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa normalitas atau konsentrasi AgNO
3

(argentum nitrat)

dapat diketahui melalui analisis menggunakan metode titrimetri, titrasi
argentometri dengan standar primer natrium klorida (NaCl) 0,100 N yang melibatkan
K
2
CrO
4
sebagai indikator yang menunjukkan perubahan warna menjadi endapan merah
bata pada titik ekivalen.
Konsentrasi dari AgNO
3
dapat diketahui berdasarkan volume AgNO
3
rata-rata
yang diperoleh dari titrasi yaitu 10,875 mL sehingga dengan rumus N1.V1 = N2. V2
didapatkan konsentrasi AgNO
3
0,0099 N
Dapus: http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-larutan-agno3.html


Perak nitrat merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah
prekursor serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti yang digunakan dalam
fotografi. Hal ini jauh lebih sensitif terhadap cahaya dari halida. Hal ini pernah disebut lunar
kaustik karena perak disebut luna oleh para ahli alkimia kuno, karena mereka percaya perak
yang dikaitkan dengan bulan [1].Penemuan
Albertus Magnus, pada abad ke-13, didokumentasikan kemampuan asam nitrat untuk emas
dan perak yang terpisah dengan melarutkan perak. [3] Magnus mencatat bahwa solusi yang
dihasilkan dari nitrat perak bisa menghitamkan kulit. Nama umum yang pada saat itu adalah
perak asam nitrat.[Sunting]Synthesis
Perak nitrat dapat dibuat dengan perak bereaksi, seperti emas perak atau foil perak, dengan
asam nitrat, menghasilkan perak nitrat, air, dan oksida nitrogen.

3 Ag + 4 HNO3 3 AgNO3 + 2 H2O + NO
3 Ag + 6 HNO3 3 AgNO3 + 3 + 3 H2O NO2
dll
Ini dilakukan di bawah lemari asam karena oksida nitrogen beracun (s) berevolusi selama
reaksi. [4][Sunting] Reaksi
Reaksi khas dengan perak nitrat adalah untuk menangguhkan batang tembaga dalam larutan
perak nitrat dan biarkan selama beberapa jam. Para perak nitrat bereaksi dengan tembaga
untuk membentuk kristal mirip rambut dari logam perak dan solusi biru nitrat tembaga:

2 AgNO3 + Cu Cu (NO3) 2 + 2 Ag
Perak nitrat juga terurai bila dipanaskan:

2 AgNO3 2 Ag + O2 + 2 NO2
Logam yang paling nitrat termal terurai menjadi oksida masing-masing, tetapi oksida perak
terurai pada suhu lebih rendah dari perak nitrat, sehingga penguraian hasil perak nitrat perak
unsur sebagai gantinya.[Sunting] Penggunaan[Sunting] Prekursor untuk senyawa perak
lainnya
Perak nitrat adalah garam paling mahal dari perak, ia menawarkan beberapa keuntungan
lainnya juga. Ini adalah non-higroskopis, berbeda dengan fluoroborate perak dan perklorat
perak. Hal ini relatif stabil terhadap cahaya. Akhirnya, larut dalam pelarut banyak, termasuk
air. Nitrat dapat dengan mudah digantikan oleh ligan lain, rendering AgNO3
serbaguna. Pengobatan dengan solusi ion halida memberikan endapan AgX (X = Cl, Br,
I). Ketika membuat film fotografi, perak nitrat diobati dengan garam halida natrium atau
kalium untuk membentuk perak halida tidak larut di situ di fotografi gelatin, yang kemudian
diterapkan pada strip tri-asetat atau polyester.Demikian pula, perak nitrat digunakan untuk
menyiapkan beberapa perak berbasis bahan peledak, seperti marah, azida, atau acetylide,
melalui reaksi presipitasi.
Pengobatan perak nitrat dengan basis memberi oksida perak abu-abu gelap: [5]

2 AgNO3 + 2 NaOH Ag2O + 2 NaNO3 + H2O



Standarisasi larutan AgNO
3
dengan NaCl merupakan titrasi yang termasuk dalam
presipitimetri jenis argentometri. Reaksi yang terjadi adalah:
AgNO
3
(aq) + NaCl
(aq)
AgCl
(s)
+ NaNO
3(aq)

Larutan AgNO
3
dan larutan NaCl, pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang
jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambah dengan garam natrium bikarbonat yang
berwarna putih, larutan tetap jernih tidak berwarna, dan garam tersebut larut dalam larutan.
Penambahan garam ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa,
atau dapat dikatakan garam ini sebagai buffer. Larutan kemudian berubah menjadi kuning
mengikuti warna K
2
CrO
4
yang merupakan indikator.
Setelah dititrasi dengan AgNO
3,
awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang
merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO
3
, sementara jumlah
AgNO
3
masih ada, maka AgNO
3
kemudian bereaksi dengan indikator K
2
CrO
4
membentuk
endapan Ag
2
CrO
4
yang berwarna krem.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga
dilakukan secara kuat agar Ag
+
tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir
titrasi menjadi sulit tercapai.
Sedangkan pada titrasi sampel merupakan titrasi yang menggunakan metode Fajans.
Dalam titrasi ini digunakan indikator Eosin karena indikator ini memiliki trayek pH antara 2
8 dan eosin digunakan dalam titrasi untuk anion yang berupa Br
-
, I
-
, atau SCN
-
. Selain itu,
asam cuka digunakan untuk menjaga agar pH tidak terlalu tinggi ataupun rendah, karena
indikator adsorpsi bersifat asam lemah yang tidak dapat digunakan dalam keadaan larutan
yang terlalu asam.
Dalam titrasi perubahan warna yang terjadi adalah pada awalnya larutan sampel yang
ditambah dengan asam cuka, akuades dan asam cuka tetap tidak berwarna. Ketika
ditambahkan dengan amilum, larutan menjadi sedikit keruh karena pengaruh suspensi
amilum. Dan ketika ditambah dengan eosin yang berwarna merah, larutan menjadi berwarna
kuning.
Saat dititrasi menggunakan AgNO
3
larutan makin lama makin mengental akibat
terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi antara ion X
-
dalam sampel dengan
Ag
+
. Kemudian lama-kelamaan warnanya berubah dari kuning menjadi merah muda akibat
dari penyerapan ion Fl
-
oleh kelebihan ion Ag
+
dalam koloid.

2. Titrasi Argentometri
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada
titrasi Argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992).
Berdasarkan indicator yang dipergunakan untuk menentukan titik akhir, argentometri
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Cara Mohr (1856) : indicator K2CrO4, titrant adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan
garam klorida dengan titrasi langsung atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun
terlalu basa (berada diantara 6-10)

CARA MOhR
Dalam titrimetri, analat (Air Keran) direaksikan dengan suatu bahan lain (AgNO
3
) yang
diketahui / dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bahan (titrant) yang saya gunakan
adalah berupa larutan AgNO
3
dengan konsentrasi 0,05 M.
Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu sampel (air keran + K
2
CrO
4
) ditambah larutan
AgNO
3
dari buret sedikit demi sedikit, sampai kedua zat (sampel dan AgNO
3
) tepat menjadi
ekivalen satu sama lain. Pada saat titrant (AgNO
3
) ditambahkan tepat ekivalen, maka
penambahan titrant (AgNO
3
) harus segera dihentikan, saat itu dinamakan titik akhir titrasi.
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi, untuk itu reaksi harus
memenuhi syarat-syaratnya, yakni:
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut pesamaan yang jelas (dasar teoritis)
2. Tepat dan reversible (dasar praktis)
3. Ada penunjuk akhir titrasi (indicator)
4. Larutan baku.
Titrasi yang saya lakukan adalah titrasi Argentometri yakni titrasi yang menggunakan
AgNO
3
. Argentometri dimana terbentuk endapan dibedakan menjadi tiga macam cara
berdasarkan indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. Yaitu cara Mohr, cara
Volhard, dan Cara Fajans. Dari tiga cara tersebut disini saya menggunakan cara Mohr, sebab
cara ini yang tepat untuk menentukan kadar Cl
-
dalam air keran. Pada cara ini menggunakan
idikator K
2
CrO
4
dengan titraant AgNO
3
.
Pada percobaan, indikator (K
2
CrO
4
) menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir
dengan titrant (AgNO
3
) sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang
menunjukan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag
+
.
Pada analisa Cl
-
mula-mula terjadi reaksi:
Ag
+
+ Cl
-
AgCl
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag
+
+ CrO
4
-
Ag2CrO
4
-

Dapus: http://organiksmakma3b03.blogspot.com/2012/03/pembuatan-perak-nitrat-agno3.html
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag
+
. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri
(titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran volumenya.
Metode-metode dalam Titrasi Argentometri :
Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan baku sekunder perak nitrat (AgNO
3
) dengan penambahan larutan
kalium kromat (K
2
CrO
4
) sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida (AgCl) dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat (Ag
2
CrO
4
) yang berwarna
merah.
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan
titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl
-
, Br
-
, I
-
) atau anion lainnya (CN
-
, CNS
-
)
dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO
3
) dan membentuk endapan perak halida
(AgX).Konstanta kesetimbangan reaksi pengendapan untuk reaksi tersebut adalah ; Ksp AgX
= [Ag+] [X
-
]

METODE MOHR :
Prinsip :
AgNO
3
akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila
semua Cl
-
sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO
3,
, maka kelebihan sedikit Ag+ akan
bereaksi dengan CrO4
2-
dari indikator K
2
CrO
4
yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi
telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag
2
CrO
4.
Tingkat keasaman
(pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr
dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K
2
CrO
4
akan
berbentuk HCrO4
-
, sehingga larutan AgNO
3
lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk
endapan Ag
2
CrO
4
. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak
karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO
3
sebagai penitrasi lebih banyak yang
dibutuhkan.
Dapus: http://praktikumkimiaanalitik.blogspot.com/2012/12/argentometri.html
Perak nitrat, AgNO3 sangat berbahaya. Di laboratorium sekolah, zat ini digunakan dalam jumlah yang sangat
sedikit dan encer. Padatannya terdapat di laboratorium karena umumnya dibeli dalam bentuk padat. Hati-hati
cara menyimpannya, gunakan seperlunya. Zat ini beracun dan bersifat korosif. Jangan sampai perak nitrat ini
mengenai mata, mulut, maupun kulit, karena iritasi yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan yang parah. Pada
saat praktikum, anak-anak ada yang telapak tangannya terkena zat ini, kemudian menjadi hitam. Berarti kulitnya
terbakar. Namun setelah kejadian itu, ada beberapa anak yang malah berpikiran lain, yaitu warna hitam dari
kulit yang terbakar oleh perak nitrat dimanfaatkan untuk membuat tahi lalat. Memang bercak hitam itu lama
hilangnya, walaupun sudah mandi dan digosok dengan sabun. Tahi lalat buatan itu hingga sekitar satu bulan.
Pada saat perak nitrat mengenai kulit, kulit terbakar dan terjadi bercak hitam. Membran sel di daerah bercak itu
rusak dan pigmen kulit juga rusak. Kerusakan ini lama sembuhnya, menunggu pembentukan baru; bahkan
kerusakan ini dapat permanen. Larutan perak nitrat mudah terserap oleh kulit, tersebar ke tubuh. Zat ini
merusak apapun yang dilewatinya; syarafpun dapat rusak. JJika zat ini mengenai mata, dapat merusak kornea
mata. Uapnya mengganggu pernafasan, dapat berakibat fatal jika sampai ke paru-paru. Pencernaan juga dapat
terganggu, mungkin diare atau yang lain.
Tubuh sama sekali tidak memerlukan ion perak, walaupun banyak mineral yang mengandung ion-ion logam lain
sangat diperlukan tubuh. Proses fisiologi tubuh juga tidak memerlukan ion perak. Jika ion perak masuk ke tubuh,
perak akan bereaksi dengan protein. Sedangkan protein mengadung belerang; maka belerang bereaksi dengan
ion perak terbentuklah perak sulfida, Ag2S. Inilah racun terberat bagi tubuh dan dapat berakibat fatal.
Dapus: http://etnarufiati.guru-indonesia.net/artikel_detail-15939.html
Perak nitrat adalah senyawa kimia yang memiliki banyak kegunaan. Para ahli kimia kuno menamakan perak
sebagai luna, sehingga menyebut perak nitrat sebagai lunar caustic.
Kegunaan perak nitrat pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu, dalam bidang
industri dan dalam bidang medis/kedokteran.
Rumus molekul dari AgNO3 membuatnya menjadi senyawa yang banyak digunakan diberbagai bidang aplikasi,
antara lain:
Bidang Kedokteran
> Obat tetes mata
> Kedokteran Gigi untuk menyembuhkan luka yang terlihat di dalam mulut*.

Bidang Industri
> Cermin
> Plating
> Pewarna dan tinta
> Bahan peledak
> Fotografi
> Keramik

Dapus: http://www.logammulia.com/industrial-silver-nitrate-id
1. AgNO3 (Silver Nitrate)


Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap
serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Potensi Bahaya : Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menyebabkan hal yang sama.
Dapus: http://muklis-chemicalengineer.blogspot.com/2011/01/9-senyawa-kimia-yang-
sangat-berbahaya.html

perak nitrat
Agno
3
beracun, korosif, kristal tidak berwarna; larut dalam gliserol, air, dan
alkohol panas; meleleh pada 212_C; digunakan dalam pengobatan eksternal,
fotografi, mewarnai rambut, perak plating, manufaktur tinta, dan silvering cermin,
dan sebagai reagen kimia.
Dapus: http://id.termwiki.com/ID:silver_nitrate
2. AgNO3
A. Sifat Fisika :
1.Padatan Kristal
2.Tidak Berwarna
3.Tidak Berbau
4.Tidak Aromatis
5.Rumus Kimianya AgNO3
B. Sifat Kimia :
1.Larut dalam air
2.Merupakan Garam
3.Oksidator Kuat
4.Dapat diisolasi
5.Beracun
Dapus: http://demoln.blogspot.com/2012/03/sifat-fisika-dan-sifat-kimia-zat-kimia.html
Perak
Ditulis oleh Yulianto Mohsin pada 21-10-2006
Sejarah
(Anglo-Saxon, Seolfor siolfur; Latin argentum). Perak telah dikenal sejak jaman purba kala. Unsur
ini disebut dalam Alkitab. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor dan di pulau-pulau di
Laut Aegean mengindikasikan bahwa manusia telah belajar memisahkan perak dari timah sejak
3000 SM.

Sumber-sumber
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih
timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting
untuk menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko, Kanada, Peru dan Amerika Serikat
merupakan negara-negara penghasil perak.

Produksi
Perak juga dapat diambil dalam proses pemurnian tembaga secara elektrolisis. Perak yang dijual
secara komersil mengandung setidaknya 99.9% perak. Perak murni dengan kandungan 99.999+%
juga tersedia secara komersil.

Sifat-sifat
Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras dibanding emas dan
sangat lunak dan mudah dibentuk, terkalahkan hanya oleh emas dan mungkin palladium. Perak
murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan
memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air,
tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung
belerang.

Kegunaan
Perak sterling digunakan untuk perhiasan, perabotan perak, dsb. dimana penampakan sangat
penting. Campuran logam ini biasanya mengandung 92.5% perak, dengan sisanya tembaga atau
logam lainnya. Perak juga merupakan unsur penting dalam fotografi, dimana sekitar 30%
konsumsi industri perak digunakan untuk bidang ini. Perak juga digunakan sebagai campuran
logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium. Cat perak
digunakan untuk membuat sirkuit cetak. Perak juga digunakan untuk produksi kaca dan dapat
didepositkan sebagai lapisan pada gelas atau logam lainnya dengan metoda chemical deposition,
electrode position atau dengan cara penguapan. Ketika perak baru saja didepositkan, lapisan ini
merupakan reflektor cahaya paling baik. Tapi lapisan ini juga cepat rusak dan ternoda dan
kehilangan reflektivitasnya. Walau lapisan perak bagus untuk cahaya, ia sangat buruk untuk
memantulkan sinar ultraviolet. Silver fulminate, bahan peledak yang kuat, kadang-kadang
terbentuk saat pembentukan perak. Silver iodide digunakan untuk membuat hujan buatan. Silver
chloride memiliki sifat-sifat optikal yang unik karena bisa dibuat transparan. Silver nitrate,
atau lunar caustic, yang merupakan senyawa perak yang penting banyak digunakan di bidang
fotografi. Selama beratus-ratus tahun, perak telah digunakan sebagai bentuk pembayaran dalam
bentuk koin oleh banyak negara. Belakangan ini sayangnya, konsumsi perak telah jauh melebihi
produksi.

Penanganan
Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat berbahaya.
Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut) di udara jangan
sampai melebihi 0.01 g/m
3
(berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam per minggu).
Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat
terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat menimbulkan pigmen-
pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Perak memiliki sifat-sifat yang
dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang besar.
Dapus: http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/perak/

Anda mungkin juga menyukai