Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Dinas kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah dalam bidang


kesehatan dan dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas (Kadin). Kepala Dinas
berkedudukan dibawah bupati serta bertanggung jawab langsung pada Bupati melalui
sekretaris daerah. Tugas tugas pokok Dinas Kesehatan adalah melaksanakan urusan
pemerintah daerah sesuai dengan asas otonomi serta kewajiban pembantuan dalam
bidang kesehatan di lingkup daerah atau kabupaten.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinkes memiliki beberapa fungsi, diantaranya
adalah:
Fungsi perumusan kebijakan teknis di dalam bidang medis
Fungsi penyelenggara urusan pemerintah dan layanan umum dalam bidang
medis di ruang lingkup kabupaten,
Fungsi pelaksanaan dan pembinaan tugas dalam bidang pelayanan,
pencegahan penyakit, dan rujukan, usaha kesehatan masyarakat, serta sumber
daya kesehatan di ruang lingkup kabupaten.
Fungsi pemantauan, pelaporan dan evaluasi dalam bidang medis di ruang
lingkup kabupaten
Fungsi pelaksana tugas kesekretarian dinas
Fungsi pelaksana tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang diserahkan dari
Bupati sesuai dengan tugas pokok serta fungsinya.

Struktur organisasi
1. Kepala dinas
Kadin bertugas melaksanakan urusan pemerintah daerah sesuai asas
otonomi daerah dan tugas pembantuan dalam bidang kesehatan. Kadin
bertugas untuk merumuskan kebijakan baik kebijakan operasional maupun
teknis terkait tentang kesehatan, mengarahkan kegiatan dan penyusunan
program dinas kesehatan sesuai usulan tata usaha, UPTD dan puskesma.
Kadin juga bertugas untuk memantau pelaksanaan kegiatan dan program
Dinkes, membiuna pelaksanaan program dengan instansi terkait, membina
pelaksanaan ketatausahaan, UPTD, dan bidangteknis; melaporkan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dinas pada bupati, serta
mengevaluasi tiap pelaksanaan program secara periodik.
2. Sekretariat memiliki beberapa tugas pokok untuk membantu kerja Kadin
dalam menyelenggarakan pelayanan, pernecanaan, mengendalikan,
memantau, mengevaluasi program, aset dan pengembangan dalam bidang
medis serta melakukan pembinaan administrasi. Sekretariat dan sekretaris
membawahi beberapa kepala sub bagian yaitu:
Kepala sub bagian perencanaan: memiliki tugas membantu sekretariat
untuk melaksanakan pernecanaan, pembinaa, pengendalian data serta
melakukan evaluasi program dinas.
Kepala sub bagian umum dan pelayanan: memiliki tugas untuk membantu
sekretaris menyelenggarakan fungsi ketatausahaan, rumah tangga, serta
pengelolaan administrasi kepegawaian.
Kepala sub bagian keuangan: memiliki tugas membantu sekretaris untuk
melaksanakan kegiatan anggaran berdasarkan kinerja serta
pertanggungjawaban keuangan.
3. Kepala bidang layanan medik dan farmasi memiliki tugas untuk membantu
kadin melaksanakan kegiatan pelayanan medis dasar, pelayanan rujukan, atau
pelayanan khusus. Kepala bidang layanan kesehatan membawahi beberapa
seksi yaitu:
Seksi layanan medik dasar, rujukan, spesialis
Seksi farmasi dan makanan dan minuman
4. Kepala bidang layanan kesehatan masyarakat bertugas untuk membantu kadin
melaksanakan kegiatan peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Kepala
bidang membawahi beberapa seksi yaitu:
Seksi gizi dan seksi kesehatan keluarga
5. Kepala bidang pengendalian, pemberantasan penyakit dan kesehatan
lingkungan, memilki tugas untuk membantu kadin melaksanakan kegiatan
penyehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit. Kepala bidang
membawahi beberapa seksi yaitu:
Seksi pengamatan penyakit, penyehatan lingkungan dan
penanggulangan bencana, seksi pengendalian dan pemberantasan penyakit
6. Kepala bidang jaminan, promosi dan informasi memiliki tugas untuk
membantu melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Seksi jaringan informasi dan promosi, seksi jaminan kesehatan
masyarakat
7. Unit pelaksanan teknis memiliki tugas untuk melaksanakan tugas operasional
di wilayah kerja masing-masing yang mencakuo bimbingan, penyuluhan,
pembinaan dan pelatihan dalam bidang kesehatan.
8. Jabatan fungsional memiliki tugas untuk melaksanakan sebagian tugas dalam
bidang kesehatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki

Sistem Kesehatan Nasional
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan dan
orang-rang yang menggunakan pelayanan tersebut disetiap wilayah, serta negara
dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia
maupun dalam bentuk material. Dalam definisi lebih luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya.
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai
faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat pada setiap saat dibutuhkan.
Sistem kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
Tujuan sistem kesehatan nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
Landasan sistem kesehatan nasional meliputi:
a. Landasan idiil yaitu pancasila
b. Landasan konstitusional yaitu, UUD 1945, khususnya pasal 28 A, 28 H, ayat
1 dan ayat 3 serta pasal 34 ayat 2 dan ayat 3 pasal 28 B ayat 2 pasal 28 C ayat
1.
c. Landasan operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Pembiayaan Kesehatan: pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu
rata-rata 2,2% dari produk domestik bruto. Presentase ini masih jauh dari anjuran
organisasi kesehatan sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun.
Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya
mendukung pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat,
terintegrasi, stabil dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
2. Pelayanan
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Surveilans epidemiologi.

Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan
serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit
atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi
tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang
terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan
adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya
Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.

Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus
menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap
saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans
epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi
yang akan dimanfaatkan dalam :

1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular,
penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program
kesehatan lainnya.
3. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan
keracunan serta bencana.
4. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program
Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya
surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat
diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :
a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan lainlain
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
d. Untuk memastikan keadaankeadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya
transmisi penyakit.
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya,
distribusinya, dsb.

Undang-undang kesehatan
Ketentuan Umum
Pasal 1
Dengan undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kesehatan adalah keadaan kesejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup yang produktif secara social dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
memungkinkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atu
masyarakat.
3. Tugas kesehatan adalah setiap orang yang mengadakan dire dalam bidang
kesehatan serta gemlike pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan dalam tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
5. Tranplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh
sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan
tubuh yang tidak befogs lebih baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan ke
dalam jaringan tubuh untuk jaringan memelihara kesehatan, pengetahuan dan
penyembuhan penyakit pemulihan kesehatan dan atau kosmetika.
7. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau peratan dengan Cara,
obat dan peralatan dengan Cara, obat dan pengobatannya yang mengacu
kepada pengalaman dan keterampilan turun-temurun, dan diterapkan dengan
Norma yang berlaku dalam masyarakat.
8. Kesehatan Marta adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang berubah secara bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa,
maupun air.
9. Sedian Farmasi adalah obat, bahan obat, obat taradisional, dan kosmetika.
10. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galanek) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-menurun talah digunakan
untuk penobatan berdasarkan pengalaman.
11. Alat Kesehatan adalah instrument, apparatus mesin Implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungi tubuh.
12. Zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik tubuh.
13. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan ditribusi obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
14. Penbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
15. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas
usaha bersamaan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu
yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya.

Asas dan Tujuan
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan kemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

Hak dan Kewajiban
Pasal 4
Setiap orang mempunyai hak yang sama alam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
Pasal 5
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perseorangan, keluarga dan lingkungan.

Tugas dan Tanggung Jawab
Pasal 6
Pemerintah bertugas mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaran upaya
kesehatan.
Pasal 7
Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
Pasal 8
Pemerintah bertugas mengerjakan peran serta masyarakat dalam
menyelenggarakan dan pembiayan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi
sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap
terjamin.
Pasal 9
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Upaya Kesehatan
Bagian Pertama : Umum
Pasal 10
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit preventif, peyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pasal 11
1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dimaksud dalam pasal 10 dilaksanakan
melalui kegiatan:
a. Kesehatan keluarga
b. Perbaikan gizi
c. Pengamanan makanan dan minuman
d. Kesehatan lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Pemberantasan penyakit
g. Penyembuhan penyakit
h. Penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit
i. Penyuluhan kesehatan masyarakat
j. Pengamanan sediaan-sediaan farmasi dan alat kesehatan.
k. Pengamanan zat adiktif
l. Kesehatan sekolah
m. Kesehatan olahraga
n. Pengobatan tradisional
o. Kesehatan matra

2) Peyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didukung oleh sumber daya kesehatan.
Bagian Kedua : Kesehatan Keluarga
Pasal 12
1) Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil,
bahagia, dan sejahtera.
2) Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kesehatan
suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Pasal 13
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan,
persalinan, pasca persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalainan.
Pasal 15
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan Tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukansesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan
timahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan pengaturan pemerintah.
Pasal 16
1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapatkan keturunan.
2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan,
ditanamkan dalam rahim istri dari nama ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
c. Pada sarana kesehatan tertentu.
2) Ketentuan mengenai persaratan penyelenggaraan kehamilan di luar cara alami
sebagaimana dimasud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 17
1) Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2) Kesehatan anak yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui peningkatan
kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, untuk prasekolah,
dan usia sekolah.
Pasal 18
1) Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan dalam
keluarganya.
2) Pemerintah membantu pelaksanaan dan mengembangkan kesehatan keluarga
melalui kegiatan yang menunjang peningkatan kesehatan keluarga.
Pasal 19
1) Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kemampuan agar tetap produktif.
2) Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia usia lanjut
untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

Bagian Ketiga : Perbaikan Gizi
Pasal 20
1) Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan
gizi.
2) Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan,
penyembuhan, dan atau pemulihan akibat gizi salah

Bagian Keempat : Pengemanan Makanan dan Minuman
Pasal 21
1) Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan
mengenai standar atau persyaratan kesehatan.
2) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label
yang berisi:
a. Bahan yang dipakai
b. Komposisi setiap bahan
c. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
d. Ketentuan lainnya.
3) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan, standar dan atau
persayaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana
dimaksud alam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dan
disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
4) Ketantuan mengenai pengamanan makanan dan minuman sebagaimana
dimaksud alam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Bagian Kelima : Kesehatan Lingkungan
Pasal 22
1) Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
2) Kegiatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.
3) Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah
padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor
penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
4) Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.
5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam : Kesehatan Kerja
Pasal 23
1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pecegahahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dalam ayat (3) dan ayat (3)
diterapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketujuh : Kesehatan Jiwa
Pasal 24
1) Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat yang
optimal baik intellektual maupun emosional.
2) Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa,
pencegahan dan penanggulangan masalah psokososial dan gangguan jiwa,
penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa.
3) Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerja, lingkungan masyarakat, didukung
sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya.

Pasal 25
1) Pemerintah melakukan pengobatan dan perawatan, pemulihan dan penyaluran
bekas penderita gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan dan
atau perawatan ke dalam masyarakat.
2) Pemerintah membangkitkan, membantu dan membina kegiatan masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan dalam Masalah psikososial dan
gangguan jiwa pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa,
pemulihan serta penyaluran bekas penderita ke dalam masyarakat.

Pasal 26
1) Penderita gangguan jiwa yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
keamanan dan ketertiban umum wajib di obati dan dirawat di sarana pelayanan
kesehatan jiwa atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
2) Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa dapat dilakukan atas
permintaan suami atau istri atau wali atau anggota keluarga penderita atau atas
prakarsa pejabat yang bentanggung jawab atas keamanan dan ketertiban
diwilayah setempat atau hakim pengadilan bilamana dalam suatu perkara timbul
persangkaan bahwa yang bersangkutan adalah penderita gangguan jiwa.

Pasal 27
Ketentuan mengenai kesehatan jiwa dan upaya penanggulangannya ditetapkan
dangan peraturan pemerintah.

Ketentuan Pidana
Pasal 80
1. Barang siapa dengan sengaja dengan melakukan tindakan medis tertentu
terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal
15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara dengan lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk
menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan
hukum dan tidak memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketetuan
tentang jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam pasal . ayat (.) dan ayat (.) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 ( lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial
dalam pelaksanaan transplansi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfusi
darah sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (..) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (limas belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 300.000.000,00- (tiga ratus juta rupiah).
4. Barang siapa dengan sengaja:
a. Mengedarkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi standar dan atau
persyaratan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 ayat (3).
b. Memproduksi dan atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi syarat farmakope Indonesia dan atau buku standar
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (..) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 ( lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 300.000.000,00- (tiga ratus juta rupiah)

Bagian Keenam : Kesehatan Kerja
Pasal 23
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pecegahahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dalam ayat (3) dan ayat (3)
diterapkan dengan Peraturan Pemerintah

Bagian Ketujuh : Kesehatan Jiwa
Pasal 24
1. Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat yang
optimal baik itelektual maupun emosional.
2. Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa,
pencegahan dan penanggulangan masalah psokososial dan gangguan jiwa,
penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa.
3. Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan pekerja, lingkungan masyarakat, didukung sarana
pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
267/Menkes/SK/III/2008 Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai