Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGARUH KELOMPOK SOSIAL DAN KELUARGA

TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK (STUDI KASUS


PADA SISWA MIN MALANG 1)
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan sosial masyarakat sangatlah pesat. Perkembangan itu terjadi
baik dalam taraf interaksi secara langsung maupun melalui media. Kecenderungan masyarakat
untuk berinteraksi sosial bukan lagi sebagai ajang silaturahmi atau urusan kerja, namun interaksi
sosial tersebut sudah meluas sampai ke tuntutan life style (gaya hidup). Sebagian besar orang
menganggap bahwa orang yang tidak berinteraksi secara luas dikatakan sebagai orang yang
kolot, namun di sisi lain interaksi sosial dalam kelompok-kelompok tersebut juga belum tentu
memberikan dampak yang positif terhadap diri seseorang.
Anak usia SD, mungkin jika dilihat dari segi usia mereka belum matang. Orang tua
menganggap bahwa anak akan berkembang, belajar, bergaul, dan bertindak sesuai dengan usia
mereka. Namun saat ini, boleh jadi orang tua harus berpikir ulang untuk menyatakan hal
tersebut, karena anak usia SD sudah mulai berinteraksi dan bertindak yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan sosialnya. Contoh untuk kasus ini yaitu anak yang seharusnya bermain
dengan sebayanya pada usia ini, mereka telah mengubah permainannya dengan membahas
tentang kegiatan orang dewasa, misalnya cinta orang dewasa. Contoh lain yaitu anak-anak yang
seharusnya dibangun untuk menjadi pondasi persatuan bangsa dalam pergaulannya sering terlibat
tawuran, pertengkaran, pilih-pilih teman, dan kelompok yang saling bermusuhan.
Selain interaksi sosial dalam kelompok anak juga melakukan interaksi sosial di dalam
keluarga. Sebuah pendapat menyatakan bahwa keluarga adalah dasar pendidikan anak.
Nampaknya hal tersebut boleh dibenarkan, karena orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat
penting dalam tahap perkembangan sosial anak. Anak mulai berani berpendapat, berbicara, dan
berinteraksi adalah di dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga harus mampu membangun
kepercayaan diri anak dalam berpendapat, berbicara maupun berinteraksi sebagai bekal ketika
mereka berada di dalam kelompok sosial. Hal tersebut seharusnya bisa dilakukan dengan baik
oleh keluarga, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dan
orang dewasa lainnya dalam keluarga selalu sibuk dengan kegiatannya dan kurang
memperhatikan perkembangan sosial anak. Adakalanya juga ketika terjadi kesalahan yang
dilakukan anak, orang dewasa selalu menghukum atau memarahi sehingga berdampak kepada
rendahnya kepercayaan diri anak. Kenyataan-kenyataan tersebut mungkin tidak akan pernah
terpikirkan oleh orang dewasa di sekitar anak, namun baik disengaja atau tidak hal tersebut
benar-benar akan berdampak terhadap perkembangan sosial anak.
Contoh-contoh permasalahan tersebut hanyalah sebagian kecil yang dialami anak dalam
tahap perkembangan psikososialnya. Berbagai interaksi anak dalam kelompok sosial maupun
dalam keluarga tentunya masih banyak yang harus dikaji. Perlu juga dikaji pengaruh-
pengaruhnya terhadap perkembangan psikososial anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi
kasus dengan judul Analisis Pengaruh Kelompok Sosial dan Keluarga terhadap Perkembangan
Psikososial Anak (Studi pada Siswa MIN Malang 1).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah.
1. Bagaimanakah pengaruh kelompok sosial terhadap perkembangan psikososial anak?
2. Bagaimanakah pengaruh keluarga terhadap perkembangan psikososial anak?

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori
1. Kelompok Sosial
Marvin Shaw (dalam Myers, 2012:354) menyatakan bahwa kelompok adalah dua
individu atau lebih yang melakukan interaksi dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang ahli
psikologi dari Australian National University, John Tuner (dalam Myers, 2012:354) menyatakan
bahwa istilah kelompok dianalogikan sebagaimana kata kita berbeda denga mereka. Johson
(dalam Myers, 2012:354) secara eksplisit menyatakan bahwa kelompok sosial adalah suatu yang
membantu individu untuk memenuhi kebutuhan saling memiliki, mencapai sesuatu, dan
mendapat identitas sosialnya.
Sherif (dalam Gerundang, 1983:89) menyatakan bahwa kelompok sosial merupakan satu
kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang melakukan interaksi sosial yang
mendalam dan teratur sehingga di dalam hubungan tersebut telah terdapat pembagian tugas,
struktur, dan norma yang khas. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Sherif tersebut, ciri-ciri
utama dari kelompok yaitu adanya motif yang sama, adanya reaksi-reaksi dan kecakapan-
kecakapan seperti pembagian tugas, terdapat struktur kelompok yang jelas, dan adanya norma-
norma yang dijadikan sebagai pedoman. Kelompok-kelompok sosial (dalam Gerundang,
1983:90) dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Jenis-jenis
kelompok sosial tersebut yaitu kelompok primer, kelompok sekunder, dan kelompok resmi-tidak
resmi.
2. Keluarga
BKKBN (dalam Sunarti, 2001:4) menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Pitts (dalam Sunarti, 2001:5) menyatakan bahwa keluarga sebagai
struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anggotanya serta memelihara
masyarakat yang lebih luas. Johnsons (dalam http://file.upi.edu) menyatakan bahwa keluarga
adalah dua orang atau lebih yang memiliki hubungan darah, berkumpul dalam satu atap dan
memiliki ikatan emosional serta kewajiban antara satu sama lainnya. Hubungan bersifat terus-
menerus.
Friedman (dalam http://file.upi.edu) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi antara
lain fungsi afektif dan koping, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fisik. Menurut BKKBN
(dalam http://file.upi.edu) fungsi keluarga yaitu meliputi fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta
kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi serta fungsi pembinaan
lingkungan. Keluarga dipandang sebagai sistem terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem
yang lebih besar sesuai dengan fungsinya sebagai keluarga yang dapat diterima di dalam
lingkungan sosial. Keluarga sebagai sistem terbuka tersebut harus memiliki ketahanan keluarga
dalam mengelola masalah dan stress.
3. Psikososial
Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari cara manusia dalam berpikir, saling
mempengaruhi, dan berelasi satu dengan yang lainnya. Psikologi sosial juga mempelajari sikap-
sikap dan keyakinan, konformitas dan independensi serta cinta dan benci (Myers, 2012:4). Baron
& Byrne (dalam Hanurawan, 2011:4) menjelaskan bahwa psikologi sosial merupakan cabang
dari ilmu psikologi yang mempelajari cara individu dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku
yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain baik secara langsung, diimajinasikan, maupun
diimplikasikan. Steg & Rothengatter (dalam Hanurawan, 2011:4) menyatakan bahwa psikologi
sosial merupakan ilmu dasar yang bertujuan untuk mempelajari perilaku sosial, motivasi sosial,
kognisi sosial, dan emosi sosial. Dalam hal ini, psikologi sosial dapat diartikan sebagai cabang
ilmu psikologi yang mempelajari cara-cara berperilaku individu yang dipengaruhi serta
mempengaruhi perilaku orang lain dalam konteks sosial.
4. Perkembangan Psikososial pada Anak Usia SD
Ditinjau dari delapan tahap yaitu Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya), Autonomy
vs Doubt (kemandirian vs keraguan), Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah), Industry vs
Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri), Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan
identitas), Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi), Generativity vs Self Absorption
(generativitas vs stagnasi), Integrity vs Despair (integritas vs keputusasaan) dalam teori
perkembangan psikososial Erick Erikson, maka anak usia SD berada pada tahap Industry vs
Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri). Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berinteraksi
dengan orang lain di luar keluarga sudah mulai berkembang. Anak belajar berinteraksi dengan
guru dan teman hingga memperoleh keterampilan sosial. Pada proses pendidikan, jika
memperoleh prestasi maka anak akan memperoleh kepercayaan diri. Anak sudah mulai peduli
pada sikap dan penampilan yang akan membuat posisi mereka sejajar dengan temannya
(http://rimatrian.blogspot.com).

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Jurnal penelitian yang berjudul Hubungan Beban Kerja Pengetahuan Ibu dan Pola Asuh
Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Miskin,
menunjukkan hasil bahwa rata-rata pola asuh psikososial yang dilakukan keluarga untuk
merangsang perkembangan anak mereka tergolong sedang yaitu 62,1% (Salimar, dkk, 2011).
2. Jurnal penelitian yang berjudul Hubungan Kualitas Kebersamaan Ibu dan Anak dengan
Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun di TK Ar-Ridlo Kecamatan
Blimbing Kota Malang, menunjukkan hasil bahwa anak usia prasekolah usia 4-6 Tahun di TK
Ar-Ridlo yang kualitas kebersamaan dengan ibunya cukup memiliki perkembangan psikososial
yang baik (Ahsan, dkk, 2013).
3. Jurnal penelitian yang berjudul Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir) terhadap Perceraian
Orangtua dan Konsekuensi Psikososial yang Menyertainya, menunjukkan bahwa proses
penerimaan remaja akhir terhadap perceraian orangtua berbeda-beda pada tiap individu dan
dampaknya yaitu pada psikososial yang meliputi kognisi, emosi, psikomotor (tindakan), maupun
dampak sosial yang meyertainya (Andayani, T.R dan Karyanta, N.A, 2012).

2.3 Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Interaksi yang terjadi di dalam kelompok terkadang memberikan efek yang berlebihan
terhadap individu, begitu pula individu juga memiliki peran untuk mempengaruhi kelompok. Di
dalam suatu kelompok terjadi berbagai kejadian yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan
sosial individu maupun kelompok. Di antara pengaruh-pengaruh tersebut (dalam Myers, 2012:
355) yaitu: (a) fasilitasi sosial, yaitu di mana seseorang terpengaruh oleh keberadaan orang lain,
(b) kemalasan sosial, yaitu berkaitan dengan kecenderungan usaha individu yang lebih sedikit
ketika berada dalam kelompok, (c) deindividuasi, yaitu suatu fenomena di mana individu merasa
kehilangan perasaan sebagai diri pribadi dan kelompok , (d) polarisasi kelompok, yaitu apabila
kelompok mampu memberikan penguatan dan pendapat yang mewakili kecenderungan dari
anggota sehingga pendapat individu dapat diperkuat di dalam kelompok, (e) pemikiran
kelompok, yaitu suatu kecenderungan kelompok yang dapat menghambat atau membantu
individu dalam mengambilan suatu keputusan yang terbaik, (f) pengaruh minoritas, yaitu
menggambarkan bagaimana individu dapat mempengaruhi kelompok.
2. Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak mendapatkan pengalaman
bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman-pengalaman interaksi
dalam keluarga tersebut akan menentukan sikap/perilaku anak dalam berinteraksi di dalam
kelompok maupun masyarakat. Apabila interaksi di dalam keluarga mengalami masalah, maka
otomatis perkembangan psikologi sosial anak akan mengalami masalah terutama dalam
berinteraksi di masyarakat. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masalah dan
mempengaruhi perkembangan psikososial anak (dalam Gerundang, 1983:184) antara lain yaitu.
(a) Status sosio-ekonomi. Keadaan sosio-ekonomi memiliki peranan dalam perkembangan anak
terutama dalam kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilannya. Umumnya,
keadaan sosio-ekonomi pada taraf sangat tinggi dan sangat rendah dapat memicu handicap sosial
bagi perkembangan anak.
(b) Keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga disini adalah keluarga yang terdapat ayah dan ibu serta
terjalin interaksi yang harmonis. Ketidak utuhan dalam keluarga memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan anak. Anak-anak dalam kondisi ini rata-rata memiliki kecenderungan
menjadi anak yang nakal, sulit di didik, dan suka menyeleweng.
(c) Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua. Peran orang tua dalam perkembangan anak tidak
sebatas fisik dan interaksi, namun juga meliputi cara-cara dan sikap dalam pergaulannya.
Kecenderungan orang tua yang bersikap otoriter, overprotection, penolakan orang tua terhadap
anak akan dapat menjadi suatu handicap bagi perkembangan anak.
(d) Status anak. Status anak yang dimaksud dalam hal ini yaitu anak tunggal, bungsu, sulung, dan
sebagainya. Dalam sebuah penelitian oleh Cattell diperoleh data bahwa anak tunggal cenderung
bersifat kekanak-kanakan, anak sulung cenderung bersifat kurang aktif dan berusaha karena
merasa dihargai sebagai anak pertama, sedangkan anak berikutnya termasuk anak bungsu lebih
giat berusaha untuk mendapat penghargaan dan pengakuan yang sama.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif di dalam penelitian ini bermaksud untuk menggali informasi secara subjektif
dari partisipan. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian akan diuraikan sebagai
makna subjektif yang menggambarkan kondisi yang ada pada diri partisipan. Oleh karena itu,
data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif ini adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau dari perilaku yang akan diamati. Dalam penelitian ini,
pendekatan penelitian kualitatif akan diarahkan pada suatu individu yang akan diamati secara
utuh sesuai dengan masalah yang muncul.

3.2 Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model studi kasus. Model ini dipilih
karena melalui model ini peneliti dapat menganalisis secara mendalam masalah melalui berbagai
alat pengumpul data. Model ini dapat menjaga keutuhan dari objek yang diteliti (apa adanya)
serta mempertahankan fokus pada sasaran. Sasaran kasus akan dikaji dengan detail sesuai
dengan konteks sehingga keterkaitan antar variabel yang akan diteliti dapat dipahami secara
mendalam dan utuh. Studi kasus pada penelitian ini akan dilaksanakan pada individu.

3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswi kelas V di MIN Malang 1 yang
bernama Priscilla Areta Salsabila , usia anak 10 tahun merupakan anak tunggal dan memiliki
latar belakang keluarga yang broken home.

3.4 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dari penelitian ini meliputi observasi, inventori dan wawancara.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan instrument observasi yang relevan
dengan permasalahan yang diteliti. Inventori disini digunakan untuk mengetahui konsep diri
siswa melalui peryataan-pernyataan. Wawancara akan dilakukan secara langsung dan intens
kepada subjek penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis tematik.
Analisis data dilaksanakan berdasarkan tema. Tema dalam hal ini adalah cakupan masalah yang
akan diamati.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
1. Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Dalam mengungkap pengaruh kelompok sosial terhadap perkembangan psikososial anak,
peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara. Wawancara satu-satunya alat
pengumpul data yang digunakan karena waktu dan kesempatan untuk mengobservasi kegiatan
sosial anak tidak memungkinkan. Adapun hasil dari wawancara terhadap anak adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Wawancara Anak
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki banyak
teman di sekolah?
Iya, karena saya adalah anak yang senang bersahabat
2. Apakah kamu tipe orang yang suka
mengikuti apa kata teman?
Tidak, karena saya tidak senang dimanfaatkan oleh
teman kecuali dalam hal kebaikan
3. Apakah kamu punya kelompok
belajar/kelompok bermain yang ke
mana-mana selalu bersama?
Iya, setiap hari kita bersama, selalu bersama dan
tidak pernah terpisah
4. Apakah kamu suka malas ketika
bekerjasama dalam kelompok?
Tidak, karena saya adalah orang yang aktif dalam
kelompok
5. Apakah kamu pernah merasa malas
dengan teman-teman si dalam
kelompokmu?
Tidak, karena mereka juga selalu aktif yang
membuat kelompok lebih nyaman
6. Apakah kamu sering dipaksa untuk
mengikuti apa kata kelompokmu?
Tidak, teman kelompokku selalu bermusyawarah
untuk mengatakan sesuatu
7. Apakah kamu sering berpendapat
di dalam kelompokmu?
Iya, karena setiap anak dalam kelompok harus
berpendapat sesuai dengan apa yang disarankan
8. Apakah pendapatmu selalu
diterima oleh kelompokmu?
Tidak, karena terkadang pendapat teman yang lain
jauh lebih baik
9. Apakah kamu punya keinginan
agar teman-teman di dalam
kelompokmu selalu mengikuti apa
katamu?
Tidak, tetapi saya hanya ingin teman-teman selalu
sportif dalam mengikuti kegiatan kelompok
10. Apakah kamu senang berada di Iya, saya senang karena kelompok saya selalu
No. Pertanyaan Jawaban
dalam kelompok itu? berkerjasama dengan baik
2. Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Dalam mengungkap pengaruh keluarga terhadap perkembangan psikososial anak, peneliti
menggunakan alat pengumpul data berupa inventori, observasi dan wawancara terhadap orang
tua. Dari ketiga alat pengumpul data tersebut diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.2 Inventori Anak
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban
Ya Tidak
1. Saya terlahir di dalam keluarga yang kaya


2. Saya selalu dapat membeli apa yang saya inginkan


3. Saya dapat mengikuti les, privat, dan pengembangan keterampilan
lainnya sesuai keinginan saya


4. Saya mendapat uang saku lebih dari Rp.10000 setiap hari


5. Saya berangkat sekolah naik mobil dengan diantar sopir


6. Saya memiliki keluarga yang utuh


7. Saya selalu disayang dan diperhatikan oleh ayah dan ibu

8. Saya sangat rukun dengan anggota keluarga yang lain

9. Saya memiliki keluarga yang bahagia

10. Saya selalu ceria dan tidak pernah bersedih atau kesepian di rumah

11. Orang tua saya selalu memaksa saya untuk mematuhi
perintah/aturan


12. Saya sering tidak boleh melakukan hal-hal yang saya sukai oleh
orang tua dengan alasan berbahaya, tidak baik, dll


13. Saya adalah anak yang manja


14. Saya adalah anak yang mandiri

15. Saya diakui sebagai anak yang baik oleh orang tua saya

16. Saya adalah anak tunggal

17. Saya suka bersikap kekanak-kanakan seperti anak yang usianya
lebih kecil dari saya


18. Saya selalu belajar dengan baik agar mendapat penghargaan dari
orang tua


19. Saya senang dilahirkan sebagai diri saya

20. Di usia saya sekarang, saya sudah belajar mengerjakan tugas-tugas
membantu orang tua di rumah



Tabel 4.3 Observasi Keluarga
No. Aspek yang Diamati
Rentang Skor
4 3 2 1
1. Orang tua pulang larut malam



2. Orang tua memarahi anak jika tidak serius
belajar/mengerjakan tugasnya



3. Orang tua memperhatikan nilai/prestasi anak di sekolah

4. Orang tua mengantar atau menjemput anak di sekolah


5. Anak membantu pekerjaan orang tua di rumah

6. Anak berkomunikasi akrab dengan orang tua

7. Anak menelpon orang tua/cemas ketika orang tua belum
No. Aspek yang Diamati
Rentang Skor
4 3 2 1
juga pulang kerja
8. Anak menghormati orang tua
9. Anak mendengar apa kata orang tua
10. Terjalin interaksi yang hangat dan penuh keceriaan antara
orang tua dan anak

Keterangan:
4 = Bila selalu melakukan
3 = Bila kadang-kadang melakukan
2 = Bila jarang melakukan
1 = Bila tidak pernah melakukan
Kemudian dari wawancara terhadap orang tua dalam hal ini ibu sebagai single parent diperoleh
data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Wawancara Orang Tua
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Anda selalu
memperhatikan putri Anda?
Iya selalu saya perhatikan karena dia anak satu-satunya
2. Apakah Anda selalu
memberikan apa yang menjadi
keinginannya?
Tidak, terkadang minta barang yang mahal atau minta
yang aneh-aneh dan tidak penting ya tidak dibelikan.
3. Apakah ada sesuatu hal yang
membuat anda merasa bersedih
ketika memikirkan putri Anda?
Iya, ada pasti terlebih karena saya sudah tidak hidup
bersama lagi dengan Ayahnya. Saya kasihan kalau
melihat dia punya keluarga yang berbeda dengan teman-
temannya. Tapi untungnya dia menyadari, dan tidak
mempermasalahkan. Dia anak yang kuat.
4. Apakah Anda setiap hari selalu
bersama dengan putri Anda?
Iya, jika pulang kerja saya selalu temani dia di rumah,
tapi terkadang kalau pulang kerja larut malam terpaksa
dia di rumah sendirian. Saya sangat beruntung dia
anaknya sangat pemberani dan mandiri.
5. Apakah Anda selalu menemani
putri Anda ketika dia sedang
belajar?
Iya, saya selalu temani dia saat belajar dulu, sebelum dia
punya guru privat.

4.2 PEMBAHASAN
1. Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dijelaskan bahwa anak tidak terpengaruh dengan
keberadaan orang lain/temannya (fasilitasi sosial). Dalam hal ini, anak tidak pernah mengikuti
temannya jika apa yang dilakukan tidak baik menurutnya. Di dalam kelompok, anak juga tidak
pernah malas/bergantung terhadap kelompok (kemalasan sosial), hal ini terlihat bahwa anak
selalu aktif dalam kegiatan kelompoknya. Hal tersebut juga dipicu oleh kekompakan kelompok
yang baik karena selalu bersama dan tidak pernah bertengkar/ terpisahkan. Anak juga tidak
menunjukkan fenomena kehilangan perasaan diri pribadi dan kelompok (deindividu) karena
kelompok telah memberikan kenyamanan dan kebersamaan yang membuat anak senang.
Kelompok sosial di mana anak berada adalah kelompok belajar dan bermain di sekolah.
Di dalam kelompok tersebut segala keputusan selalu dimusyawarahkan. Setiap anak dalam
kelompok harus berpendapat sehingga kelompok mampu memberikan penguatan dan pendapat
yang mewakili kecenderungan dari para anggota kelompok (polarisasai kelompok). Dalam hal
ini, pendapat anak dapat diperkuat di dalam kelompok. Kelompok juga membantu anak dalam
mengambil keputusan yang terbaik (pemikiran kelompok). Peran anak dalam kelompok juga
tidak lebih dominan karena anak hanya ingin teman-temannya selalu sportif dalam mengikuti
kegiatan kelompok. Tidak ada keinginan dalam dirinya untuk menjadi yang paling menonjol
dalam kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak tidak dapat mempengaruhi kelompok
(pengaruh minoritas).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari berbagai pengaruh yang
mungkin muncul dalam perkembangan psikososial anak hanya polarisasi kelompok saja yang
berpengaruh terhadap perkembangan psikososial anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak
telah memiliki konsep diri yang baik dan tidak tergantung secara berlebihan dengan keberadaan
kelompok/orang lain. Kelompok sosial anak juga telah memberikan pemikiran yang positif yang
dapat memberikan kepercayaan diri dalam diri anak dalam membuat keputusan.
2. Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak
Berdasarkan hasil inventori, wawancara, dan observasi dapat dijelaskan bahwa (status
sosio-ekonomi) keluarga anak bukan pada taraf kaya. Anak hanya berasal dari keluarga yang
sederhana, namun kepedulian orang tua terhadap pendidikan dan pengembangan diri anak sangat
baik sehingga anak dapat mengikuti les, privat, dan pengembangan keterampilan lain. Anak
berasal dari keluarga yang broken home, ayah dan ibunya bercerai sejak dia masih kecil. Namun,
peran ibu sebagai single parent mampu mengcover keadaan tersebut sehingga anak masih dapat
merasakan keluarga yang bahagia, berinteraksi dengan akrab dan hangat (keutuhan keluarga).
Anak juga tidak kehilangan kasih sayang karena besarnya kasih sayang dari ibunya.
Dalam mendampingi perkembangan psikososial anak, orang tua (dalam hal ini ibu
sebagai single parent) memiliki kecenderungan bersikap over protection mengingat anak
merupakan anak satu-satunya. Namun, ibu tidak pernah memberikan paksaan/bersikap otoriter
terhadap anak mengenai suatu peraturan tertentu. Perilaku over protection yang dilakukan ibu
tersebut semata-mata agar anak tidak terancam bahaya, meskipun begitu anak tidak lantas
menjadi anak yang manja. Anak tetap tumbuh berkembang menjadi anak yang mandiri. Anak
juga mendapatkan pengakuan sebagai anak yang baik dari orang tua, sehingga lebih positif bagi
konsep diri anak (sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua). Partisipan dalam penelitian ini
adalah anak tunggal. Meskipun dilahirkan sebagai anak tunggal, dia tidak pernah bersikap
kekanak-kanakan. Dia bisa hidup mandiri karena sang ibu sering pulang kerja hingga larut
malam. Dia menggantikan peran ibunya untuk membersihkan rumah dan melakukan pekerjaan
rumah lainnya. Dia juga tumbuh dan berkembang menjadi anak yang menghormati orang tuanya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa status sosio-ekonomi tidak
mempengaruhi perkembangan psikososial anak karena anak masih tetap bisa mengembangkan
dirinya. Keutuhan keluarga juga tidak menjadi alasan anak untuk tidak tumbuh dan berkembang
dengan baik karena ibu mampu memberikan yang terbaik bagi anak. Sikap ibu yang over
protection merupakan salah satunya hal yang mempengaruhi anak yaitu anak tidak dapat
melakukan aktivitas yang dia sukai. Status sebagai anak tunggal juga tidak menjadi alasan anak
untuk bersikap manja dan kekanak-kanakan, hal tersebut karena keadaan membutuhkan anak
untuk bisa bersikap mandiri. Anak juga menjadi anak yang pemberani secara psikologis. Anak
juga mendapatkan pengakuan sebagai anak yang baik, hal tersebut membangun sikap positif
pada diri anak dalam perkembangan psikososialnya.


BAB 5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini,dapat disimpulkan.
1. Dari berbagai pengaruh yang mungkin muncul dalam perkembangan psikososial
anak hanya polarisasi kelompok saja yang berpengaruh terhadap perkembangan
psikososial anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak telah memiliki konsep
diri yang baik dan tidak tergantung secara berlebihan dengan keberadaan
kelompok/orang lain. Kelompok sosial anak juga telah memberikan pemikiran
yang positif yang dapat memberikan kepercayaan diri dalam diri anak dalam
membuat keputusan.
2. Status sosio-ekonomi tidak mempengaruhi perkembangan psikososial anak karena
anak masih tetap bisa mengembangkan dirinya. Keutuhan keluarga juga tidak
menjadi alasan anak untuk tidak tumbuh dan berkembang dengan baik karena ibu
mampu memberikan yang terbaik bagi anak. Sikap ibu yang over protection
merupakan salah satunya hal yang mempengaruhi anak yaitu anak tidak dapat
melakukan aktivitas yang dia sukai. Status sebagai anak tunggal juga tidak
menjadi alasan anak untuk bersikap manja dan kekanak-kanakan, hal tersebut
karena keadaan membutuhkan anak untuk bisa bersikap mandiri. Anak juga
menjadi anak yang pemberani secara psikologis. Anak juga mendapatkan
pengakuan sebagai anak yang baik, hal tersebut membangun sikap positif pada
diri anak dalam perkembangan psikososialnya.
5.2 SARAN
Ketika melakukan observasi dalam penelitian ini saya sangat tersentuh dan terharu. Satu
hal yang menjadi saran saya bagi wanita yang berperan sebagai single parent, bahwa single
parent bukanlah alasan untuk tidak bisa mendidik anak dengan baik sesuai dengan tahap
perkembangannya. Bahkan saya hampir tidak percaya bahwa partisipan dalam penelitian ini
adalah anak korban perceraian, karena setiap hari dia selalu ceria dan membuat saya tertawa. Itu
sangat menginspirasi sekali. Kekurangan dan perbedaan bukanlah alasan untuk tidak tertawa
bahagia.


DAFTAR RUJUKAN

Ahsan, Susmarini, D dan Yanuar, P.T. 2013. Hubungan Kualitas Kebersamaan Ibu dan Anak
dengan Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun di TK Ar-Ridlo
Kecamatan Blimbing Kota Malang. (Online), (http://old.fk.ub.ac.id), diakses 29 September
2013.

Andayani, T.R dan Karyanta, N.A.2012. Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir) terhadap
Perceraian Orangtua dan Konsekuensi Psikososial yang Menyertainya. (Online),
(http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id), diakses 29 September 2013.

Gerundang, W.A. 1983. Psychologi Sosial. Jakarta: PT. Eresco.

Hanurawan, F. 2011. Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-Masalah Perilaku Sosial. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Myers, D.G. 2012. Psikologi Sosial (Mandasari, D., Ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Nisak, M.K dan Wantah, M.E. 2013. Teori Perkembangan Psikososial Erick H. Erikson. (Online),
(http://rimatrian.blogspot.com), diakses 11 Desember 2013.

Salimar, Hastuti, D dan Latifah, M. 2011. Hubungan Beban Kerja Pengetahuan Ibu dan Pola Asuh
Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Miskin.
(Online), (http://journal.ipb.ac.id), diakses 29 September 2013.

Sunarti, E. 2010. Fungsi dan Peran Keluarga. (Online), (http://euissunarti.staff.ipb.ac.id), diakses 10
Desember 2013.

Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah Keluarga. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 29
September 2013.

Anda mungkin juga menyukai