Anda di halaman 1dari 8

JANGAN PANGGIL AKU SURTI

Karya:Yulian I stiqomah



Prolog: (dengan iringan music) oleh narator


Kala aku berkaca pada cermin hati, Kubiarkan anganku menukik ke dalam bayang diri,
kubayangkan 'andai hari ini aku mati'. Tak dapat kupungkiri, keinginan duniawi kian
mendominasi, frustasi makin mengerak dalam hati. Mengikis kadar iman yang terpatri. Ah, kini,
terpampang sudah dalam cermin hati, Aku bukanlah yang dulu lagi.

(musik meninggi sejenak)


Para pemirsa Klub Teater FATWA MTsN Sumberagung Jetis Bantul di bawah bimbingan
Ibu Yulian Istiqomah dan Ibu Lutfiatul Khasanah, dan berserta segenap kru Poduksi, dengan
BANGGA. mempersembahkan sebuah drama yang berjudul JANGAN PANGGIL AKU
SURTI Karya Yulian Istiqomah, dengan Pemain : Yessy sebagai Surti, ..Fika. sebagai Emak ,
Fajar Sebagai Bapak, Anna Sebagai Ibu Kantin, Estri sebagai Guru, Alif Sebagai Amel, dan Hera
Sebagai Via.

----------Selamat Menyaksikan!!............

SETTING: Di sebuah ruang keluarga.



ADEGAN I

Pada suatu pagi, Bapak dan Simbok bercakap-cakap.Bapak Tampak sedang membaca koran dan
minum kopi.

MUSIK: REKAMAN IRINGAN LAGU PEDESAAN, UYON-UYON ATAU CAMPUR
SARI.

1. Emak : Pakne! (MENYAPA PELAN)

2. Bapak : (DIAM DAN BERDEHEM, NYRUPUT KOPI)

3. Emak : Pak, Bagaimana anak kita Pak, Si Surti?

4. Bapak : Piye apanya? (MELIRIK SIMBOK SEBENTAR DAN KEMBALI MEMBACA
KORAN)

5. Emak : Sepertinya Si Surti itu sudah berubah.

6. Bapak : Ya biar tho , Mak. Wajar. Sudah waktunya, dia kan bukan anak kecil lagi. (BACA
KORAN)

7. Emak : Oalah, Apa Sampeyan tidak memperhatikan perubahan anehnya si Surti itu tho?
(AGAK KERAS)

8. Bapak : Perubahan yang bagaimana? (MELIHAT EMAK)

9. Emak : Masyaallah, paringana sabar. Saya pusing memikirkan masa depan anak kita.
Sampeyan malah santai-santai begitu tiap kali diajak rembugan. Anak kita, Si surti itu, sudah
geblinger Pakne. Padahal dulu dia itu anak sing nyenengake. Sekolahe pinter, ngajine yo rajin,
nganti dialem-alem karo mbah kyai Jupri.

10. Bapak : Sik...sik... geblinger sing kepiye tho, Mak?

11. Emak : Pak, kalau tak perhatikan, si Surti itu beli barang sing aneh-aneh. Kalung, gelang,
karo barang do teng klenik sing ra wangun dinggo, kayak artis-artis sing neng tv-tv kae lho.
Bukan itu saja, tingkahnya juga makin ndak karuan! Tidak mau ngerti kondisi orang tua!

12. Bapak : Walah, tak pikir opo. Kalau hanya seperti itu ya wajar tho, Mak. Rasah dipikir. Jare
cah ABG, kui jenenge GAUL.

(EMAK MRENGUT, DARI ARAH DALAM MUNCUL SI SURTI DENGAN DANDANAN
GAUL BAJU SEKOLAHNYA)



13. Surti : Mak, Pak. minta uang! (DENGAN GAYA TIDAK SANTUN MENYODORKAN
TANGANNYA)

14. Emak : Wis, sekarang Sampeyan lihat sendiri kan geblingernya tingkah anak kita ini?
(BERDIRI)

15. Bapak : Sabar tho, Mak. (MENGAMATI SURTI YANG BERSEDEKAP ANGKUH) Kamu
sudah sarapan belum Nduk?

16. Surti : Ah, bosan, Pak. Tempe lagi tempe lagi!... bisa kurus kering badanku ini.

17. Bapak : (MENGGELENGKAN KEPALA) Ya sudah, ini uangnya! (MEMBERIKAN UANG
10rb)

18. Surti : (MEREBUT UANG DARI TANGAN BAPAK) Hah...? Sepuluh ribu? Mana cukup
buat makan enak di restoran sama teman-temanku, Pak?! (MARAH) Aku minta 100 Ribu!!

19. Emak : Oalah Ngger.... Kokyo kurang ajar timen tekonmu... Mbok yo ngaca tho Nduk... Kita
itu hanya orang miskin. Rasah berlagak sugih. Opo anane! Istighfar, Nduk. Jangan sampai Allah
murka dan menimpakan balasanNYA padamu. Seharusnya kita ini harus banyak bersyukur
masih bisa makan, masih bisa ........

20. Surti : Halah!... Syukur-syukur! Aku capek hidup miskin, Mak! (MARAH )

21. Bapak : (MEMBENTAK) Surti!!....

22. Surti : Aaah, Surti! Surti!... (MARAH) Jangan panggil aku Surti! Aku bosan jadi Surti!! Surti
yang dulu sudah mati!! (MENINGGALKAN PANGGUNG)

23. Emak : (SEDIH) Astaghfirullahaladzim.... Duh Gusti.... Ujian apalagi ini.... Emak kok
serasa sudah kehilangan surti yang dulu, Pak. Bapak lihat sendiri kan? Ia bukan seperti Surti
kita...

24. Bapak : Sabar, Mak. Kita doakan saja, semoga Allah memberinya petunjuk dan
menjauhkannya dari hal yang menyesatkan. Sudah, Bapak pergi dulu, mau ngluku sawahnya
mbah kaji Jupri. Mungkin sampai malam. (MENINGGALKAN PANGGUNG)

25. Emak : (MEMBERESI GELAS DAN KORAN, LANTAS MASUK KE RUANG DALAM,
SISI PANGGUNG DALAM)
FADE OUT


ADEGAN II

Sore harinya, Emak terlihat sedang membersihkan ruang keluarga dengan kemoceng, sambil
sesekali melihat ke arah luar panggung, menanti Surti pulang. Terdengar suara music kejawen,
lalu disusul dengan kumandang andzan Isya.

26. Emak : (MEMBERSIHKAN MEJA, MELIRIK KE LUAR) Masyaallah, sudah Isya begini
kok Surti belum pulang juga. Gek kamu itu kemana tho, Nduk....

27. Ibu Kantin : Assalamualaikum... (BERHENTI DI PINGGIR PANGGUNG)

28. Emak : (MEMPERHATIKAN TAMU YANG TAK DIKENALNYA) Waalaikumsalam...
mari masuk, Bu.

29. Ibu Kantin : (TERSENYUM, LALU DENGAN RAGU BERJALAN MASUK SAMBIL
MENGAMATI SEKELILING PANGGUNG) Maaf, Bu... apa benar ini rumahnya Neng Rosa?
Duh, saya kok jadi ragu.

30. Emak : (BINGUNG, DAN TERSENYUM) Waduh, di dalam rumah ini tidak ada yang
bernama Rosa, Bu. Jadi mungkin ibu memang keliru.

31. Ibu Kantin : (MENGGELENG DAN MENGULURKAN SEBUAH FOTO) Ah, tetapi orang-
orang itu tadi menunjukkan rumah ini ketika saya menunjukkan foto ini, Bu. Apa ini anak ibu?

32. Emak : (TERKEJUT MENGAMATI FOTO SURTI) Hah, Surti? Ini... ah, ini memang anak
saya, Bu. Tapi namanya Surti bukan Rosa.

33. Ibu Kantin : Saya juga bingung mengapa namanya jadi Surti, ia selalu bilang pada saya
namanya Rosa. Berarti saya tidak salah alamat. Begini Bu, jujur kedatangan saya kemari mau
menagih hutang anak ibu di kantin saya.

34. Emak : (KAGET) Hutang? Anak saya punya hutang?

35. Ibu Kantin : Ya, Bu, 200 rb!

36. Emak : Dua ratus ribu? Apa ..... tidak salah Bu?

37. Ibu Kantin : Anak ibu ini sering metraktir teman-temannya di warung saya. Tapi ya itu,
ngutang. Ia bilang tidak bawa uang cash, tapi bawanya ATM dan Cek. Saya percaya saja, lha
tampang dan penampilannya saja seperti orang berduit. Wah... saya juga tidak mengira kalau
ternyata.... (MEMPERHATIKAN SEKELILING) ia hanya anak orang miskin.

38. Emak : Oalah Surti! Anake wong kere we kok yo ndadak berlagak Sugih tho Nduk.... Pakai
nama Rosa segala. Mbokyo sak madya saja tho, Nduk...... (SEDIH)

39. Bapak : (MASUK PANGGUNG DAN MELETAKKAN CAPINGNYA) Ada apa tho , Mak.
Kok le nggrentes?

40. Emak : Oalah Pakne, anakmu, Surti. punya hutang sama ibu ini 200rb. Gek kita ini mau
bayar pake apa? Wong untuk makan saja kita susah.

41. Bapak : (MENGELUARKAN UANG 200rb DARI KANTONGNYA) Alhamdulillah,
Makne. Tadi dapat rejeki dari mbah kaji Jupri 200rb. Ini Bu, maafkan tingkah anak saya ya..

42. Ibu Kantin : (TERSENYUM) Terima kasih ya, Pak. Uang ini untuk kulakan besok pagi, agar
bisa jualan lagi. Kalau begitu, sudah sah. Saya permisi. Asalamualaikum. (KELUAR
PANGGUNG)

43. Bapak : (MENGULURKAN UANG 10 Rb PADA EMAK) waalaikumsalam........ Ini, Mak.
Tinggal ini uang Bapak. Semoga cukup untuk makan besok pagi. Mana Surti?

44. Emak : Belum pulang je, Pakne. Mbok ya sampeyan cari sana tho Pak.

45. Bapak : Biarlah Mak. Nanti juga pulang sendiri. Asal pintu tidak usah dikunci. Bapak capek,
mau sholat, lalu istirahat dulu. Ayo, masuk, Mak. Pijitin bapak saja. (MEREKA BERDUA
LANTAS MASUK KE SISI PANGGUNG DALAM)
FADE OUT

ADEGAN III

Pagi harinya, terdengar kicauan burung bersahutan dan langgam jawa... Bapak muncul ke
panggung, Membawa sebuah radio kecil, meletakkan di meja lantas mengutak-utiknya. Di
panggung diperdengarkan suara rekaman penggalan berita

Isi berita (direkam): Para pendengar setia RRI yang berbahagia, info Jogja kembali kami
sampaikan ke ruang dengar anda. Aksi anarkhis demo mahasiswa yang menuntut penurunan
harga BBM kembali mewarnai negeri ini. Pagi ini, sejumlah mahasiswa dari salah satu
universitas di Jogjakarta berunjukrasa di depan kantor DPRD kota Yogyakarta. Para oknum
menemukan bahwa aksi unjuk rasa ini juga ditumpangi oleh para provokator yang berani
membayar masa untuk ikut berunjukrasa. Para pengunjukrasa akhirnya berhasil merusak pagar
dan memecahkan beberapa kaca jendela. Keadaan semakin ricuh ketika aparat mulai
memberikan tembakan peringatan. Tindak anarkhis ini menyebabkan satu korban tewas dengan
sangat mengenaskan......

(SEBELUM BERITA SELESAI, BAPAK SUDAH MEMATIKAN RADIO DENGAN
MARAH)

46. Bapak : (MARAH) Katanya kaum intelektual, kok tingkahnya seperti berandalan! Tidak
berpendidikan! Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?

47. Emak : (BERTERIAK, MEMANGGIL DARI DALAM ) Pak! Pakne!

48. Bapak : Ada apa tho? Mreneo!

49. Emak : (TERGOPOH-GOPOH KELUAR MEMBAWA SELEMBAR KERTAS) Ini... ini
bacalah, Pakne! Surti pergi! Oalah, Pak... gek kepiye iki?

50. Bapak : piya-piye.... Sik tho ini surat dari surti? (MELIHAT KE EMAK, EMAK
MENGANGGUK) Berarti tadi malam anak itu pulang. (BERDIRI DAN MULAI MEMBACA)



Rekaman surat: Bapak... Emak... malu aku jadi anakmu. Tlah kerentangkan kedua telapak
tanganku, tetapi tak cukup untuk sembunyikan rasa maluku. Tiga belas tahun aku menjadi
anakmu, namun tak pernah kuluangkan waktuku untuk menyayangimu, meski tak pernah
sedetikpun kau lupa mendoakanku. Tak pernah kubuat kau bangga dengan prestasiku, akhlak
dan tingkah lakuku. Sungguh tak pantas aku menjadi anak emasmu. Mak... beri aku waktu, agar
aku dapat kembali membuatmu haru karena bangga padaku. Bapak... Emak.. aku pergi. Aku
akan mencari uang sendiri, bagaimana pun caranya, untuk membayar hutang-hutangku. Aku tak
ingin membebani kalian lagi. Maafkan aku. Anakmu, Surti.



51. Bapak : (TERDIAM DI KURSI) Gek pergi kemana anak itu? Kali ini bapak kok khawatir,
Mak.

52. Emak : coba tak datang ke saudara-saudara, Pak. Mudah-mudahan surti ke sana. (BERDIRI
DAN HAMPIR KELUAR, NAMUN DARI ARAH LUAR PANGGUNG MUNCUL GURU
DAN AMEL)

53. Guru dan Amel :Assalamualaikum...

54. Bapak dan Emak : Waalaikumsalam....

55. Guru : Bu, benar ini rumahnya Surti? Saya gurunya dan ini Amel, teman dekat Surti.

56. Emak : Iya, benar. Ada apa ya Bu?

57. Guru : Tadi Amel melaporkan bahwa Surti kabur. Ia tidak akan datang ke sekolah lagi.
Makanya kedatangan kami kemari, berharap bertemu Surti, Bu. Salah satu teman dekat Surti saat
ini juga sedang menelusuri keberadaan Surti di tempat-tempat nongkrong Surti, Bu.

58. Amel : Tadi pagi sekali waktu Surti mampir ke rumah saya, ia hanya terlihat kalut, minta
maaf, lalu pergi begitu saja setelah meninggalkan surat ijin untuk sekolah dalam waktu yang tak
terbatas.

59. Guru : Benar Bu, yang saya khawatirkan Surti itu kan sudah kelas tiga, sebentar lagi sudah
akan mulai berbagai macam tryout. Kalau ini dibiarkan, saya takut Surti tidak lulus UN, Bu.

60. Emak : (MELIHAT KE BAPAK YANG SEDARI TADI HANYA TERDIAM) Duh Gusti,
bagaimana ini, Pak?

61. Bapak : Apa di sekolah Surti punya banyak hutang, Nak Amel? Coba bacalah suratnya ini!
(MEMBERIKAN SURAT AMEL YANG LANTAS DIBACA GURU)



62. Amel : Iya,Pak. Bahkan saya sering tidak habis pikir, surti yang sekarang itu kok bisa jauh
berbeda dengan surti yang dulu. Yang saya dengar, Surti punya semacam cs di luar sekolah Pak.
Dan mereka jauh lebih tua dari Surti. Nah, Surti sering nongkrong bersama mereka. Ia tidak mau
lagi mendengar saran saya dan Via. padahal dulu kami begitu dekat.

63. Guru : Saya kok khawatir ya Pak. Di luar sana situasi sedang tidak bersahabat. Tapi semoga
Surti terhindar dari marabahaya.

(HENING.... MUSIC MENINGGI TEGANG......TIBA-TIBA DATANG VIA MEMBAWA
SEBUAH JAKET DAN TAS MILIK SURTI)

64. Via : Bu Guru, saya hanya berhasil menemukan jaket dan tas milik Surti di kafe depan kantor
DPRD. Tapi saya tidak tahu Surti dimana. Kata pemilik kafe, mungkin tas dan jaket ini tertinggal
saat situasi ricuh sekali, sepertinya baru saja ada demo. Bahkan kata orang-orang di sekitar sana,
ada satu mahasiswi yang tewas mengenaskan menjadi sasaran tembakan warga yang kebetulan
membawa pistol. Tetapi pemicu kericuhannya sudah ditangkap dan dipenjara, beberapa di
antaranya justru perempuan.

65. Guru : Via, kamu tahu siapa nama korban yang tewas itu?

66. Via : Sudah dibawa ke rumah sakit Sarjito, Bu. Emh...sebentar, tadi dengar-dengar kalau
tidak salah namanya ro...sa, Ya! Benar, namanya ROSA!

67. Emak : Masyaallah.... ROSA?! (KAGET, TERDUDUK LEMAS DI KURSI, PUCAT)

68. Bapak : Ada apa, Mak? Korban itu Rosa, bukan Surti. (TEGAS BAPAK)

69. Emak : (MALAH BERTERIAK) Duh...Gusti.... Surti!!..... (TERSEDU)

70. Bapak : Istiqhfar Mak! Semoga anak kita selamat.

71. Emak : (MENANGIS) Anak kita sudah mati,Pak...... Rosa itu nama samarannya Surti!!...

Surti sudah MATI!

72. Guru : Se... sebaiknya... kita cek dulu, Bu (BINGUNG)

73. Amel : Tapi Rosa itu memang nama samarannya Surti, Bu. Mendengar cerita Via, saya yakin
korban tewas itu memang Surti dan Surti terlibat demo mungkin karena dibayar.

74. Bapak dan Guru : Innalillahiwainnailaihi rojiun..

75. Emak : S-U-R-T-I .....!!!!....... (PINGSAN DAN LANGSUNG DIPEGANGI OLEH GURU
DAN AMEL)



MUSIK: Meninggi... Menyayat... dan slow....

NARATOR:


Sungguh, Allah itu Maha Segalanya. Allahlah Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur segala
hal yang terjadi di dunia. Bersyukurlah kita akan segala nikmatNYA dan hanya kepadaNYAlah
kita berlindung dari segala marabahaya. Sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali Imran
ayat 145 yang artinya:


Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya. Barang siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan baranga siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula
kepadanya pahala akhirat itu, dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.






(Musik meninggi)


DEMIKIANLAH pemirsa, telah kita saksikan bersama persembahan drama yang berjudul
JANGAN PANGGIL AKU SURTI karya : Ibu Yulian Istiqomah. Kami segenap kru yang
terlibat mengucapkan terimakasih dan SAMPAI JUMPA!!

Anda mungkin juga menyukai