Anda di halaman 1dari 15

BAB I

I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik
pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti anemia, fatique, dan osteoporosis.
Pasien mengalami nyeri kronis serta peningkatan disabilitas, yang bila tidakdiobati, dapat
menurunkan angka harapan hidup3,14Prevalensi artritis reumatoid relatif konstan pada banyak
populasi, sekitar 0,5 - 1%.Prevalensi tinggi artritis reumatoid dilaporkan pada suku Indian
Pima sebesar 5,3% dan Indian Chippewa sebesar 6,8%. Sebaliknya prevalensi rendah
dilaporkan pada populasi dari Cina dan Jepang.15Di Jawa Tengah, Indonesia, prevalensinya
sebanyak 0,2% di desa dan 0,3% di kota.16

2.2 K
riteria Artritis Reumatoid

Kriteria American College of Rheumatology (ACR)/European League
Against Rheumatism (EULAR) 2010 untuk artritis reumatoid mulai diperkenalkan
dengan menitikberatkan pada gambaran klinis tahap awal penyakit. Artritis reumatoid
ditegakkan berdasarkan adanya sinovitis pada paling sedikit 1 sendi, tidak adanya
diagnosis alternatif lain yang dapat menjelaskan penyebab sinovitis, serta skor total
individu dari 4 kriteria (keterlibatan sendi, pemeriksaan serologis, peningkatan
acute
-
phase reactant
, dan durasi geja
la)
6.


Apa Itu Artritis Reumatoid (AR)?
Pengertian
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun
(penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian dan anggota gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku
pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat. AR dapat
menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering adalah sendi di pergelangan tangan,
buku-buku jari, lutut, dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang termasuk
sendi di tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan bahkan sambungan antar tulang
sangat kecil di telinga bagian dalam.
Meskipun sangat jarang terjadi, namun pada kasus tertentu AR juga dapat menimbulkan
kematian jika tidak ada upaya dalam mengobati terutama jika penderita telah mengidap
rematik hingga berbulan-bulan atau sampai bertahun-tahun. Satu hal yang perlu diwaspadai
yaitu jika rematik tidak segera diobati dengan baik dan benar, maka akan berisiko
menimbulkan kecacatan seperti kerusakan sendi dan yang lebih parah dapat menimbulkan
kelumpuhan.

Penyebab
Penyebab dari penyakit ini hingga sekarang belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang diperkirakan berperan dalam timbulnya penyakit ini yaitu sistem kekebalan tubuh dan
infeksi virus Epstein Barr (EBV).

Gejala Awal
Gejala awal tersering yang dialami penderita AR adalah kelelahan mendadak, kaku
sendi di pagi hari, nyeri dan pembengkakan pada sendi kecil pada buku-buku jari dan
pergelangan pada kedua tangan.


Fakta Singkat
AR merupakan penyakit sendi autoimun yang paling sering dijumpai.
Prevalensi penyakit AR relatif menetap pada banyak populasi masyarakat, yaitu
sebesar 0,5-1% dengan angka kejadian tertinggi bervariasi tergantung dari jenis
kelamin dan suku bangsa (sekitar 12-1200 per 100.000 penduduk).
Penyakit ini dapat terjadi pada semua golongan usia namun, seringkali muncul pada
usia 20-40 tahun.
Sedikitnya terdapat 1,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat yang menderita AR, dan
75% di antaranya adalah wanita.
Perkembangan ilmu pada terapi yang ditujukan untuk penyakit AR ini telah
berkembang pesat dan hasil perkembangan ini telah banyak membantu para penderita
AR.

Referensi:
1. Tehlirian et al. Rheumatoid Arthritis. In: Klippel J. Primer on the Rheumatic
Diseases. 13
th
Edition. Springer. New York. 2008
2. American College of Rheumatology. Diakses melalui http://www.rheumatology.org/
3. Gabriel SE. The epidemiology of rheumatoid arthritis. Rheum Dis Clin North Am.
2001 May;27(2):269-81

ungkin jarang mendengar tentang penyakit yang satu ini. Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit otoimun yang menyebabkan peradangan kronik pada sendi. Penyebab penyakit ini
belum diketahui dengan pasti, namun diduga ada keterlibatan faktor genetik, infeksi, dan
faktor lain yang merangsang sistem imun untuk menyerang jaringan tubuh yang normal.
Penyakit ini bisa menyerang semua usia, walaupun wanita dan dewasa muda sampai usia
pertengahan adalah kelompok yang paling sering terserang. Penderita artritis reumatoid
biasanya akan mengeluhkan persendiannya meradang (sendi hangat pada perabaan, bengkak,
kemerahan dan terasa nyeri), adanya kaku sendi di pagi hari, disertai gejala lain seperti
demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah, anemia, dll. Hati-hati! Anda
mungkin bisa salah mengira bahwa ini merupakan penyakit akibat asam urat yang meningkat
atau hanya sekedar pegal dan ngilu biasa, namun menyepelekan penyakit ini dapat berakibat
fatal! Pentingnya Deteksi dan Terapi Dini Artritis reumatoid adalah penyakit yang progresif
atau cepat berkembang. Peradangan yang terjadi pada sendi akan berlangsung terus dan
menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga bisa terjadi kecacatan dan kelumpuhan.
Kerusakan yang terjadi pada sendi ini bersifat permanen, yang berarti akan terus menetap
seumur hidup. Oleh sebab itu deteksi dini penyakit sangat penting dilakukan sehingga
pengobatan terhadap penyakit artritis reumatoid ini dapat segera dilakukan dan kecacatan
bisa dicegah. Pada dasarnya belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit artritis
reumatoid. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mencapai remisi (penyakit dalam
keadaan tidak aktif, gejala penyakit reda, dan penderita merasa nyaman). Pengobatan yang
dilakukan secara dini terbukti menentukan keberhasilan terapi. Dan pengobatan yang agresif
bisa memperbaiki fungsi sendi, mencegah kecacatan dan disabilitas. Jenis-jenis Pengobatan
Artritis Reumatoid Farmakologis - Obat penghilang rasa nyeri dan radang (NSAID dan
steroid) NSAID (Non-steroid anti-inflammatory drugs) bekerja efektif untuk menghilangkan
nyeri dan peradangan namun hanya sebentar saja. Sementara steroid bisa menekan reaksi
peradangan lebih cepat dan mempunyai sedikit kemampuan dalam mengurangi kerusakan
sendi, tapi tidak dapat digunakan jangka panjang karena efek sampingnya yang besar. - Obat
perubah perjalanan penyakit konvensional (DMARD Disease-modifying anti-rheumatic
drugs) Obat ini mempunyai efek anti peradangan dan/atau anti proliferasi. DMARD dapat
menghambat atau mencegah kerusakan sendi, namun ia kurang bermanfaat untuk
menghilangkan nyeri. - Agen biologik Obat-obat yang termasuk golongan ini dibuat dengan
cara biologi molekuler untuk menghasilkan anti sitokin dan anti sel permukaan (sitokin dan
sel permukaan adalah substansi yang berperan dalam peradangan dan kerusakan sendi). Agen
biologik menghentikan perjalanan penyakit ini, mencegah kecacatan dan disabilitas. Ia
bekerja lebih cepat dari DMARD konvensional. Non farmakologis - Proteksi sendi -
Fisioterapi dan rehabilitasi - Psikoterapi Pembedahan Makanan dan Olahraga Adakah
makanan yang harus dipantang? Sebenarnya tidak ada diet khusus untuk penderita artritis
reumatoid. Yang perlu diperhatikan dalam diet ini adalah makanan sehat dan nutrisi
seimbang. Namun sebaiknya penderita mengurangi makanan yang tinggi lemak jenuh (lemak
babi, bistik, mentega) karena bisa memperburuk peradangan dan memperbanyak konsumsi
makanan yang tinggi omega-3 (salmon, tahu, kenari) karena bisa mengurangi peradangan.
Sejumlah orang juga melaporkan bahwa tomat, kentang, buah sitrun, merica dan kopi bisa
memperburuk gejala penyakit ini. Pada penyakit artritis reumatoid olahraga diperlukan untuk
mengurangi keluhan nyeri, serta menjaga kekuatan otot dan tulang. Jenis olahraga yang
dipilih sebaiknya olahraga peregangan dan tidak terlalu membebani sendi, seperti berenang,
aerobik air. Jadi, sebenarnya belum ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan
penyakit artritis reumatoid. Pengobatan dilakukan untuk mencapai remisi penyakit.
Walaupun begitu, pentingnya mengenali gejala secara dini, memberikan pengobatan secara
dini dan agresif akan memberikan hasil yang lebih memuaskan sehingga kerusakan pada
sendi serta kecacatan bisa dicegah. Sumber: Isbagio, Harry. Artritis Reumatoid. Disampaikan
pada Seminar dan Workshop Reumatoid Artritis 23 Oktober 2011. Hidayat, Rudy.
Tatalaksana Artritis Reumatoid. Disampaikan pada Seminar dan Workshop Reumatoid
Artritis 23 Oktober 2011

Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/kesehatan/pengobatan-segera-dan-agresif-
kunci-terapi-artritis-reumatoid






1 Arthritis Reumatoid
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan
degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) yang terjadi secara terus-menerus
terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, seperti tulang
rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel
darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan
granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium,
terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Fonnie 2007).
Epidemiologi
Arthritis rheumatoid masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan 0,5-1 %
dari populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada penderita AR dua
kali lebih besar dari yang tidak menderita. America Arthritis Fondation melaporkan, penderita
AR berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung sehingga meningkatkan angka
kematian penderita Cardiovascular dan infeksi. Lima puluh persen pasien AR mengalami
kecacatan fungsional sementara setelah 20 tahun, 80 % cacat dan dapat mengurangi usia
harapan hidup 3-18 tahun (Holm 2001).
Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang dihubungkan
dengan terjadinya penyakit AR, seperti faktor kerentanan terhadap penyakit dan
faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga meningkatkan risiko berkembangnya penyakit
(DCD 2005).
Faktor kerentanan seperti :1) jenis kelamin; 2) Usia : Dapat terjadi pada usia
muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama pada wanita kasus AR meningkat; 3)
Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai mekanisme; 4) Genetik,
keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR memiliki risiko lebih tinggi, dan
dihubungkan dengan gen HLA-DR4. Faktor inisiasi adalah perokok , infeksi bakteri
atau virus menjadi inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet
mengawali inflamasi sendi
Fisiologi dan Anatomi
Secara anatomi sendi berada pada pertemuan tulang yang memberikan sifat
mudah bergerak. Struktur sendi terdiri dari hialin kartilago yang menutupi kapsul.
Bagian terluar kapsul terdiri dari fibrous suatu jaringan lunak, periosteum dan bagian
dalam terdapat lapisan sinovial. Sinovial adalah suatu kapsul, yang menutup
ligamen dan tulang. Lapisan luar kapsul membentuk membran fibrous dan sisi
kapsul terdapat membran sinovium yang tipis terisi oleh cairan yang mengisi kapsul
dan berfungsi sebagai lumbrikasi pada ujung tulang yang menutup kapsul dan
melenturkan kartilago. Kartilago dan cairan sinovial memberi sifat mampu bergerak
pada sendi. Membran sinovial AR mengandung sel serupa fibroblas (sinoviosit, tipe
sel B) dan makrofag. Sinoviosit bersifat imunoreaktif, disekresi oleh kolagen dan
proteoglikan termasuk ekspresi vascular sel adhesi molekul 1 (VCAM-1) dan antigen
(Jose 2003).
Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-
struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi.
Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel
darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi
dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis
sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi
oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas.
Etiologi
Arthritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun kompleks, yang
menyebabkan terjadinya gangguan fungsi normal sistem imun. Penyebab pasti dari
kerusakan sistem imun belum dapat dijelaskan (Bratawijaya 2004). Penyakit
autoimun AR dihubungkan dengan berbagai faktor seperti infeksi virus, bakteri,
kemiripan molekuler (sel antigen), pembentukan oksidan yang berlebih oleh hormon,
usia, obes dan obat yang diduga menyebabkan kegagalan autoregulasi aktivitas sel
B dan sel limfosit T. Break-down sistem imun diduga dapat terjadi oleh kepekaan
genetik (Husney 2004).
Patogenesis
Arthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan
degenerasi jaringan ikat. Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terus-
menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di
sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi
ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis
ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan
hipertropi dan penebalan pada membran sinovium, terjadi hambatan aliran darah
dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Wiralis 2008).
Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki
fungsi antara lain memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun,
infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan, membersihkan jaringan mati, darah yang
membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin meningkat, kelebihan
sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi AR.
Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan NO.
Nitrit oksida, diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai
manifestasi sistemik (Rahmat 2006).
Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke
sinovium dan menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen
berkenalan dengan sistem imun. Elemen-elemen sistem imun (gambar 1) dibawa ke
tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah (hiperemi) dan permeabilias
kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak
membawa makrofag dan sel imun lain (Fonnie 2007).

Saat inflamasi leukosit
berfungsi menstimulasi produksi molekul leukotriens, prostaglandin (membuka
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah) dan NO (gas yang berperan dalam
fleksibilitas dan dilatasi pembuluh darah, dalam jumlah yang tinggi merupakan
substansi yang berperan besar pada berbagai kerusakan AR) (Visioli 2002).
Peningkatan permeabilitas vaskular lokal menyebabkan anafilatoksin (C3,
C5). Local vascular pada endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan
permeabilitas vaskular, ekspresi molekul adhesi pada endothel, pembuluh darah,
ekspresi molekul MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag (Anonim
2010).

(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)
Gambar 1. Mekanisme inflamasi yang terlibat dalam proses AR
Inflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan
hiperplasia sel endotel pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang
dapat menurunkan aktivitas vaskuler pada jaringan sinovial. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada peningkatan metabolisme yang
memacu terjadinya hipertropi (bengkak) dan hiperplasia (membesar) dan sel dalam
keadaan hipoksia (gambar 2). Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang
menjadi edema dan menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium
tumbuh dan membelah secara abnormal, membuat lapisan sinovium menebal,
sehingga sendi membesar dan bengkak (Ackerman and Rosai 2005).


(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)
Gambar 2. Perbandingan sel normal dan kondisi hipoksia
Berkembangnya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial
membentuk jaringan yang disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang
menebal membentuk granulasi. Panus dapat menyebar ke dalam sinovium sendi
dan bersifat destrukstif terhadap elemen sendi (Bresnihan et al 1998).
Interaksi antara antibodi dan antigen menyebabkan perubahan komposisi cairan sinovial,
cairan sinovial kurang mampu mempertahankan fungsi normal dan bersifat agresif-
destruktif. Respons dari perubahan dalam sinovium dan cairan sinovial, menyebabkan
kerusakan sejumlah besar sendi dan jaringan lunak secara bertahap berdasarkan fase
perkembangan penyakit (tabel 1) (Ackerman and Rosai 2004).


Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan
ligamen, perubahan struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi
aktivitas harian dan menghilangkan fungsi normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh
serangan panus (proliferasi sel pada lining sinovial) ke subkodral tulang. Destruksi
tulang menyebabkan area hialin kartilago dan lining synovial tidak dapat menutupi
tulang, sendi dan jaringan lunak (Hellman 2004 & Ackerman 2004).
Tahap lebih lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan
menghasilkan instabilitas terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas
otot tertekan oleh destruksi tulang, lebih jauh menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi sendi yang bersifat ireversibel dan dapat terjadi perubahan degeneratif
terutama pada densitas sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya
pergerakan sendi secara signifikan, ditandai dengan ketidak stabilan sendi (Hellman
2004 & Ackerman 2004).
Manifestasi Klinik
Karateristik dari AR adalah munculnya gambaran tertentu pada sendi kecil seperti
jari tangan dan kaki kaku pada pagi hari dan ada yang kondisinya memburuk sepanjang
hari; disertai dengan gejala lain seperti menghilangnya nafsu makan, lesu, demam, anemi
dan bengkak pada jaringan di bawah kulit (nodul rheumatoid); bengkak dan nyeri pada sendi
jari kaki, tangan, pergelangan, siku dan lutut. Pada fase lanjut terjadi hancurnya jaringan
artikular dan deformitas. Pada kondisi yang lebih berat dapat menyerang mata, paru atau
pembuluh darah. Arthritis rheumatoid memiliki ciri khusus seperti adanya nodul-nodul
rheumatoid, konsentrasi RFs yang abnomal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi
tulang (Tsou 2007).
Herbal dan Jus Buah
Herbal yang digunakann untuk mengatasi arthritis rheumatoid adalah bawang putih,
beluntas, daun sendok, gandarusa, jahe merah, kunyit, sambiloto, sembung, temulawak,
dan sidaguri. Herbal-herbal tersebut mengandung berbagai macam antioksidan yang
mencegah penyakit yang disebabkan oleh asam urat. Bawang putih mengandung alilin yang
akan terpecah menjadi alisin dan berguna untuk menghancurkan endapan darah arteri
menghilangkan nyeri (anti-inflamasi) dan diuretik. Beluntas mengandung flavonoid yang
berfungsi menghilangkan nyeri akibat rematik, nyeri tulang, dan sakit pinggang. plantagin,
aukubin, asam ursolik pada daun sendok berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam
darah, diuretic, melarutkan endapan garam kalsium yang terdapat dalam ginjal dan kandung
kencing. Justicin pada gandarusa berfungsi antirematik. Jahe merah, temulawak dan kunyit
memiliki minyak atsiri, gingerol, kurkumin, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah,
anti inflamasi, dan menghilangkan nyeri rematik (Agromedia 2008). Berikut tabel bermacam-
macam buah yang berguna untuk mengatasi rematik:


Membedakan Penyakit Rematoid Artritis,
Gout dan Osteoartritis
June 12, 2013 by antonia
Penyakit Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis
merupakan penyakit yang menimbulkan peradangan dan rasa sakit pada persendian, namun
tahukah Anda apa yang membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis?
Meskipun sama-sama menyerang daerah pensendian, namun ketiganya memiliki definisi,
penyebab, faktor risiko, dan penanganan yang berbeda. Ingin tahu lebih jelasnya, yuk simak
penjelasan dibawah ini :
Dari definisinya, kita bisa membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis.
Jika penyakit Rematoid Artritis merupakan peradangan sendi yang terjadi akibat serangan
dari sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Nah, gout sendiri terjadi akibat tubuh terlalu banyak
memproduksi asam urat sehingga menumpuk di persendian atau jaringan tubuh lainnya yang
mengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan dan peradangan. Sedangkan, osteoarthritis sendiri
adalah adanya peradangan/inflamasi pada persendian yang terjadi akibat adanya penipisan
atau kerusakan pada tulang rawan yang memiliki fungsi sebagai bantalan tulang.
Dilihat dari penyebabnya, maka akan diketahui apa saja yang bisa membedakan Penyakit
Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis. Ingin tahu lebih jelas, yuk simak beberapa
penyebab ketiga penyakit berikut ini.
Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui secara jelas, ada yang mengatakan karena
faktor keturunan (genetic), namun dicurigai akibat adanya virus, bakteri, dan jamur yang
membuat imunitas tubuh menyerang bagian yang salah pada jaringan tubuh dan
mengakibatkan peradangan. Penyebab penyakit gout adalah meningkatnya kadar asam urat
dalam darah akibat mengonsumsi makanan yang mengandung purin secara berlebihan. Selain
itu, masih ada beberapa faktor penyebab lainnya, diantaranya : obesitas, konsumsi alkhohol
secara berlebihan, diet tinggi purin, konsumsi minuman tinggi fruktosa, penderita ginjal
kronis, hipertensi, dan pengguna obat diuretik rutin, dan lain-lain. Nah, yang menjadi
penyebab dari penyakit osteoatritis sendiri, diantaranya adalah kelainan bawaan sejak lahir,
gangguan hormonal, obesitas, diabetes, asam urat, dan adanya pembedahan pada persendian
yang mengakibatkan trauma.
Faktor risiko terbesar penyakit Artritis Reumatoid adalah wanita dari berbagai ras dari kusia
20 tahun hingga 50 tahun. Untuk memperkuat diagnosis Artritis Reumatoid, maka perlu
dilakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan sendi, biopsi nodul dan rontgen yang bisa
memberikan petunjuk tentang adanya perubahan pada persendian. Langkah yang bisa
dilakukan adalah mengistirahatkan sendi, untuk pengobatan, biasanya akan diberikan obat
anti peradangan non steroid, dan beberapa obat lainnya tergantung tingkat keparahan.
Penyakit gout bisa menyerang siapa saja, baik tua maupun muda. Untuk memperkuat
diagnosis, Anda bisa melakukan tes darah dan uji fluida. Sedangkan pengobatan bisa
dilakukan dengan mengistirahatkan bagian tubuh yang sakit dan mengurangi makanan yang
mengandung purin. Sedangkan faktor risiko penyakit osteoarthritis adalah semua orang yang
berumur diatas 40 tahun, dimana susunan protein dalam tulang rawan mulai berkurang.
Untuk memperkuat diagnosis osteoarthritis adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik,
rontgen, pemeriksaan cairan sendi, dan tes darah. Sedangkan pengobatan sendiri bisa
dilakukan adalah untuk mengurangi rasa sakit, namun jika kondisi kerusakan sangat parah,
maka tindakan pembedahan bisa dilakukan.
Apa itu Jari Leher Angsa?
Oleh dr. Sylvie Sakasasmita
Jari Leher Angsa = Artritis Reumatoid?

Jari leher angsa yakni kondisi dimana sendi pangkal jari menekuk, buku jari I
menekuk ke arah punggung tangan dan buku jari II menekuk ke arah telapak tangan.
Diperkirakan 50% penderita RA mengalami kelainan ini.
Kelainan jari leher angsa ini dapat menyebabkan sulitnya menekuk jari yang terkena secara
normal sehingga menyebabkan munculnya disabilitas saat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti berkancing, mengambil gelas, atau mencubit.

Mengapa bisa terbentuk jari leher angsa?
RA (tersering)
Mallet Finger (akibat ruptur tendon pada di daerah jari tangan)
Cerebral palsy (karena ketidakseimbangan otot)
Penyebab lainnya: kelonggaran lempeng fibrosa pada tangan khususnya pangkal jari
atau ligamen jari, spasme otot tangan, dan perubahan posisi pada fraktur tulang tengah
jari.

Pada RA, terdapat ligamen jari yang teregang akibat peradangan sendi kronis yang terjadi
yang lama-kelamaan akan membuat ligamen jari tersebut melemah sehingga ligamen tersebut
tidak dapat menjaga posisi jari tetap lurus. Kelemahan ligamen jari ini juga dapat disebabkan
adanya kontraksi terus menerus dari otot intrinsik jari yang diakibatkan oleh RA, trauma, dan
cerebral palsy.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Jari Leher Angsa?
Pengenalan dari hal yang mendasari munculnya jari leher angsa tidaklah sulit pada
kebanyakan penderita. Mekanisme yang mendasari munculnya jari leher angsa dapat
ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan yakni,
pemeriksaan bentuk tangan, adanya ruptur tendon, fleksibilitas sendi jari, dan pemeriksaan
radiografi tangan kadang juga diperlukan.

Klasifikasi dari jari leher angsa dibagi menjadi 4:
Tipe 1 dan 2 adalah deformitas fleksibel
Tipe 3 dan 4 adalah deformitas kaku
Dikategorikan tipe 4 bila sudah terdapat kerusakan sendi

Bagaimana cara mengobati dan merehabilitasinya?
Terapi dari jari leher angsa bertujuan untuk memperbaiki kelainan yang mendasari bila
memungkinkan. Kelainan ringan dapat diterapi dengan penggunaan bidai jari (bidai cincin),
yang memperbaiki kelainan bentuk sementara itu masih memungkinkan seseorang
menggunakan tangannya.

Sementara itu, kelainan yang berat membutuhkan tindakan pembedahan, di antaranya:
Pelepasan kulit
Rekonstruksi ligamen dan tendon
Penggabungan sendi
Penggantian sendi / arthroplasty (penggunaan sendi buatan) yang terbuat dari implan
silastik
Pada cerebral palsy dengan ketegangan otot diperlukan pemotongan saraf ulnaris

Ketidakmampuan mencubit dapat diperbaiki dengan pembedahan dengan mengembalikan
posisi sendi atau menyambung sendi ibu jari atau jari (arthrodesis interfalangs) ke dalam
posisi yang memungkinkan fungsi yang normal.

Bagaimana cara untuk mencegah munculnya jari leher angsa?
Jari leher angsa dapat dicegah dengan mengobati rheumatoid arthritis.
Tentu perlu dihindari cedera pada tangan dan berlatih secara teratur. Menggerakkan jari
secara pasif sampai gerakan maksimal yang bisa dilakukan untuk mencegah kekakuan. Bila
disadari adanya kelainan bentuk jari secara dini, gunakan bidai jari untuk menjaga sendi jari
tetap lurus. Segera periksakan ke dokter sebelum kelainan bentuk jari tersebut menetap.
Ketika kelainan bentuk jari itu menetap maka hasil dari terapi menjadi sulit diprediksi.
Kompres hangat atau dingin apakah bermanfaat?
Kompres hangat dan es dapat mengurangi nyeri dan kekakuan jari RA. Kompres hangat
dilakukan selama 15 menit sebelum latihan. Kompres hangat dapat melebarkan pembuluh
darah dan meningkatkan aliran darah, oksigen dan nutrien ke daerah yang nyeri. Kompres
hangat selama beberapa menit setelah latihan juga dapat mengurangi kekakuan.
Namun, beberapa pasien RA lebih menyukai kompres dingin, yang dapat mengurangi
pembengkakan dan nyeri dengan mengecilkan pembuluh darah. Dilakukan juga selama 10-15
menit.

Harapan kesembuhan
Bagi penderita jari leher angsa yang masih ringan, perbaikan biasanya mulai dirasakan 8-12
minggu setelah fisioterapi. Sedangkan bagi penderita jari leher angsa yang memerlukan
pembedahan, akan mengalami kesembuhan setelah 6 bulan paska pembedahan.

REFERENSI
1. Steinberg DR. Hand and Finger Deformities. 2008
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/hand_disord
ers/hand_and_finger_deformities.html
2. Swan Neck Deformity: Causes, Diagnosis and Treatment.2009.
3. http://www.joint-pain-expert.net/swan-neck-deformity.html
4. Zielman D. Hand and Finger Rheumatoid Arthritis. 2012
5. http://www.webmd.com/rheumatoid-arthritis/guide/hand-and-finger-ra?page=3
6. Eorthopod.A Patients Guide to Swan Neck Deformity of the Finger. 2003
7. http://www.stcroixortho.com/Topic-
Detail.aspx?id=69ccdc8b47beee060b775f78b27fa694
This entry was posted in Uncategorized on

Anda mungkin juga menyukai