Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang
maha Esa yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan
kepada setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut
oleh Pemberi kehidupan tersebut. Berbicara mengenai aborsi tentunya kita
berbicara tentang kehidupan manusia karena aborsi erat kaitanya dengan wanita
dan janin yang ada dalam kandungan wanita.
Pengguguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbincangan, baik dalam
forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum
maupun disiplin ilmu lain. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari
semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini
perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk
diri pelaku mapun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi
menyangkut norma moral serta hukum suatu kehidupan bangsa.
Aborsi telah dikenal sejak lama, Aborsi memiliki sejarah panjang dan telah
dilakukan oleh berbagai metode termasuk natural atau herbal, penggunaan alat-
alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional lainnya. Jaman Kontemporer
memanfaatkan obat-obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam
melakukan aborsi. Legalitas, normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi
secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak negara di dunia isu aborsi
adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik atas kontroversi etika
dan hukum. Aborsi dan masalah-masalah yang berhubungan dengan aborsi
1
Universitas Sumatera Utara
2


menjadi topik menonjol dalam politik nasional di banyak negara seringkali
melibatkan gerakan menentang aborsi pro-kehidupan dan pro-pilihan atas aborsi
di seluruh dunia.
Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan
hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa
ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana
dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal
ataupun dilakukan secara ilegal. Dalam memandang bagaimana kedudukan
hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan
dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya
dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam
hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat
dibenarkan apabila merupakan aborsi provokatus medikalis. Sedangkan aborsi
yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortusi
provokatus criminalis.
Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia atau
(abortuis provokatus) maupun karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan
sendirinya, dalam arti bukan karena perbuatan manusia (aborsi spontanus). Aborsi
yang terjadi karena perbuatan manusia dapat terjadi baik karena didorong oleh
alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan
untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka kandungannya harus
digugurkan (aborsi provokatus therapeutics atau bisa disebut aborsi
therapeuticus). Di samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak dibenarkan
oleh hukum (abortus provokatus criminalis atau disebut aborsi criminalis)
Universitas Sumatera Utara
3


Penguguran kandungan itu sendiri ada 3 macam:
1
1. ME (menstrual Extraction) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir
dengan penyedotan. Tindakan pengguguran kandungan ini sangat sederhana
dan secara psikologis juga tidak terlalu berat karena masih dalam gumpalan
darah

2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan
pengguguran kandungan yang sederhana
3. Aborsi (pengguguran Kandungan) diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik
tetapi di rumah sakit
Masalah pengguguran kandungan (aborsi) pada hakekatnya tidak dapat
dilepaskan kaitannya denagn nilai-nilai serta norma-norma agama yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia, terkait dengan Hukum pidana positif di
Indonesia pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat pada
Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Menurut ketentuan yang tercantum
dalam Pasal 346, 347, dan 348 KUHP tersebut, abortus criminalis meliputi
perbuatan-perbuatan sebagai berikut:
2
1. Menggugurkan kandungan (Afdrijing van de vrucht atau vrucht afdrijiving)

2. Membunuh kandungan (de dood van de vrucht veroorken atau vrucht doden)
Dalam pelaksanaan aborsi, banyak cara yang digunakan baik itu yang
sesuai dengan protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh
dokter, bidan maupun pihak-pihak yang sebenarnya tidak ahli dalam
melakukannya yang mencari keuntungan semata. Padahal seharusnya, aborsi
hanya boleh dilakukan untuk tindakan medis dengan maksud menyelamatkan
nyawa ibu, contohnya keracunan kehamilan atau pre-eklampsia. Tiap tahunnya,
berjuta-juta perempuan Indonesia mengalami kehamilan yang tidak direncanakan,

1
http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Tanggal 20 April 2009
2
Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1981, Hal. 192.
Universitas Sumatera Utara
4


dan sebagian darinya memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka dengan aborsi
walaupun telah dengan tegas dalam undang-undang bahwa aborsi adalah tindakan
legal kecuali karena adanya indikasi kedaruratan medis. Pada saat ini banyak
tenaga medis yang terlibat secara langsung dalam tidakan aborsi. Ada yang
terlibat dengan perasaan ragu-ragu dan tetap membatasi pada kasus-kasus sulit
yang menyudutkan mereka untuk mendukung pengguguran, namum ada pula
yang melakukanya tanpa perasaan bersalah. Menghadapi situasi seperti ini, tenaga
medis tetap harus berusaha menyadari tugasnya untuk membela kehidupan.
Wanita yang mengalami kesulitan itu perlu dibantu dengan melihat jalan keluar
lain yang bukan pengguguran langsung. Tenaga medis hanya berani menolak
pengguguran langsung dengan indikasi sosial-ekonomi. Kesulitan sosial-ekonomi
semestinya diperhatikan secara sosial-ekonomi, bukan dengan pengguguran
secara langsung.
Selama puluhan tahun aborsi, telah menjadi permasalahan bagi perempuan
karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik itu moral, hukum, politik, dan
agama. Kemungkinan terbesar timbulnya permasalahan tersebut berakar dari
konflik keyakinan bahwa fetus memiliki hak untuk hidup dan para perempuan
memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dalam hal ini melakukan
pengguguran kandungan. Perkembangan konflik yang tidak kunjung mendapatkan
titik temu mengakibatkan munculnya penganut paham pro-life yang berupaya
mempertahankan kehidupan dan pro-choice yang mendukung supaya perempuan
mempunyai pilihan untuk menentukan sikap atas tubuhnya dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
5


aborsi.
3
Dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan
dan pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman
mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari UU kesehatan, UU
praktik kedokteran, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), UU
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan UU hak asasi manusia
Mencuatnya permasalahan aborsi di Indonesia, agaknya perlu
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang memberikan alternatif solusi
yang tepat.
Pertentangan moral dan agama merupakan masalah terbesar yang sampai
sekarang masih mempersulit adanya kesepakatan tentang kebijakan
penanggulangan masalah aborsi. Oleh karena itu, aborsi yang ilegal dan tidak
sesuai dengan cara-cara medis masih tetap berjalan dan tetap merupakan masalah
besar yang masih, mengancam. Adanya pertentangan baik secara moral dan
kemasyarakatan dengan secara agama dan hukum membuat aborsi menjadi suatu
permasalahan yang mengandung kontoroversi. Dari sisi moral dan
kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat
kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan, hasil hubungan
seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui
bahwa janin yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat. Di samping
itu, banyak perempuan merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri.
Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan
manusia melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun.

3
Loqman, Loebby, 2003, Jurnal Obsetri dan Ginekologi Indonesia, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo,Yogyakarta, Hal 232.
Universitas Sumatera Utara
6


(HAM). Keadaan seperti di atas inilah dengan begitu banyak permasalahan yang
kompleks yang membuat banyak timbul praktik aborsi gelap, yang dilakukan baik
oleh tenaga medis formal maupun tenaga medis informal. Baik yang sesuai
dengan standar operasional medis maupun yang tidak. Sebelum keluarnya
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan ketentuan mengenai aborsi
diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992. Dimana dalam ketentuan UU
kesehatan memuat tentang aborsi yang dilakukan atas indikasi kedaruratan medis
yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir cacat sehinga sulit hidup diluar
kandungan.
Sebelum terjadinya revisi undang-undang kesehatan masih banyak
perdebatan mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan. Hal itu
dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi
terhadap korban perkosaan. Selama ini banyak pandangan yang menafsirkan
bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis
sehingga dapat dilakukan karena gangguan psikis terhadap ibu juga dapat
mengancam nyawa sang ibu. Namum dipihak lain ada juga yang memandang
bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis karena memang
tidak menbahayakan nyawa sang ibu dan dalam Undang-undang Kesehatan No.
23 Tahun 1992 tidak termuat secara jelas didalam pasalnya. Dengan keluarnya
revisi undang-undang kesehatan maka mengenai legalisasi aborsi terhadap korban
perkosaan telah termut dengan jelas di dalam Pasal 75 ayat 2 UU No.36 Tahun
2009 tentang kesehatan
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adapun
Ketentuan yang berkaitan degan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
7


KUHP Bab XIX Pasal 229,346 s/d 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya
aborsi sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan mengatur ketentuan aborsi dalam Pasal 76,77,78. Terdapat
perbedaan antara KUHP dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam
mengatur masalah aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan
apapun, sedangkan UU Kesehatan memperbolehkan aborsi atas indikasi
kedaruratan medis maupun karena adanya perkosaan. Akan tetapi ketentuan
aborsi dalam UU No. 36 Tahun 2009 tetap ada batasan-batasan yang tidak boleh
dilanggar, misalnya kondisi kehamilan maksimal 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir. Selain itu berdasarkan Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun
2009, tindakan medis (aborsi), sebagai upaya untuk menyelamatkan ibu hamil dan
atau janinnya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi
serta pertimbangan tim ahli. Hal tersebut menunjukan bahwa aborsi yang
dilakukan bersifat legal atau dapat dibenarkan dan dilindungi secara hukum.
Namun keadaan ini bertentangan dengan Undang-undang Hak Asasi Manusia
Pasal 53 mengenai hak hidup anak dari mulai janin sampai dilahirkan. Dalam hal
ini dapat dilihat masih banyak perdebatan mengenai legal atau tidaknya aborsi
dimata hukum dan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa masih terdapat banyak
pertentangan mengenai permasalahan aborsi ini , hal ini dapat dilihat dari adanya
pihak-pihak yang mendukung dilakukanya legalisasi aborsi karena berkaitan
dengan kebebasan wanita terhadap tubuhnya dan hak reproduksinya dan dilain
pihak ada pandangan yang kontra terhadap aborsi kareana setiap janin dalam
Universitas Sumatera Utara
8


kandungan mempunyai hak untuk hidup dan tumbuh sebagi manusia nantinya.
Selain itu dari uraian diatas terdapat suatu celah yang sebenarnya melegalkan
aborsi hal ini dapat dilihat dari berlakunya hukum positif yang memuat dapat
dilakukannya aborsi berdasarkan ketentuan, terutama yang termuat dalam
Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009. Untuk itu penulis akan
mengangkat permasalahan bagaimana tinjauan aborsi bila dikaitkan dengan
Undang-undang kesehatan. Yang berjudul Tinjauan Yuridis Tentang Aborsi
ditinjau Dari Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah tinjauan tentang aborsi bila dikaitkan dengan hak asasi
manusia dan hak janin untuk hidup?
2. Bagaimanakah tinjauan yuridis aborsi berdasarkan undang-undang kesehatan
dan legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan?
3. Bagaimanakah pendapat umum masyarakat tentang aborsi yang dilakukan
oleh korban perkosaan dan legalisasi terhadap aborsi?
C . Tujuan dan Manfaat penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tinjaun tentang aborsi bila dikaitkan dengan
hak asasi manusia dan hak janin untuk hidup dan dilindungi
Universitas Sumatera Utara
9


2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan tentang aborsi provokatus medicalis
dan aborsi provokatus criminalis ditinjau dari undang-undang kesehatan dan
bagaimana tinjauan tentang legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan dan
pandangan agama
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap aborsi yang
dilakukan oleh korban perkosaan dan pandangan masyarakat tentang
legalisasi aborsi
Manfaat yang dapat diperoleh dan diketahui dari penulisan skiripsi ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skiripsi ini tentu
akan menambah pemahaman dan pandangan masyarakat tentang aborsi dan
dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah
yang diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum
pidana di Indonesia
2. Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah, peradilan dan praktisi
hukum dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah bagaimana
pandangan masyarakat tentang aborsi untuk memutus dan menyelesaikan
perkara-perkara yang sedang dihadapi
b. Sebagai informasi bagi masyarakat terhadap pelarangan tindakan aborsi
kriminalis kecuali aborsi criminalis yang dilakukan oleh korban perkosaan
c. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu
terutama di bidang hukum pidana
Universitas Sumatera Utara
10


C. Keaslian
Sepanjang yang pernah ditelusuri dan diketahui dilingkungan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Tinjaun Yuridis
Tentang Aborsi Ditinjau Dari Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang
kesehatan belum pernah ditulis. Dengan demikian, penulisan skiripsi ini adalah
asli
E. Tinjauan Kepustakaan
1.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah aborsi, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus
merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan
hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh. Menurut Fact Abortion, Info Kit on Womens
Health oleh Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah
kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus)
mencapai 20 minggu.
Pengertian aborsi
4
Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai
pengguguran kandungan (aborsi). aborsi didefenisikan sebagai terjadinya
keguguran janin; melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran (dengan
sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu)
5

4
http:www.lbh-apik.or.id/fact-32.htm, Aborsi Dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan,
Tanggal 22 April 2009
5
Js, Badudu, dan Sultan Mohamad Zair,1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, Hal 15.

Universitas Sumatera Utara
11


Dewasa ini, dimana ilmu kedokteran sudah semakin maju, pengguguran
kandungan atau aborsi ini dilakukan dengan cara penyedotan, menggunakan alat
suction pump ataupun curettage (pembersihan dengan kuret) yang berakibat
pendarahan besar. Tindakan ini jelas mendatangkan risiko tinggi, belum lagi
kemungkinan adanya infeksi
Pada dasarnya istilah aborsi digunakan untuk menunjukkan pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan
pandangan umum, suatu peristiwa dikatakan sebagai aborsi memberikan batas
yaitu apabila feutus itu keluar dari kandungan sebelum 28 minggu hamil dan berat
feutus yang keluar 1000 gram.
6
Dan apabila merujuk dari segi kedokteran atau Medis, Keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk
lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli
tentang aborsi, yaitu:

7
a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila
fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28
minggu

b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu,
yaitu fetus belum viable by law
c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana
plasentasi belum selesai

6
Manopo Abas, Aborsi, Kumpulan Naskah-Naskah Ilmiah dalam Simposium Aborsi di
Surabaya, Departermen Kesehatan RI, Jakarta, 1974, Hal.20
7
Rustam Mochtar, Sinopsis Obsetetri, Penerbit EGC, Jakarta, 1998, Hal. 209
Universitas Sumatera Utara
12


Sampai saat ini janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan mempunyai berat 297 gram waktu lahir, akan tetapi berat badan
dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka aborsi ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan, sebelum janin mencapai 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
Kadangkala kehamilan seorang wanita dapat gugur dengan sendirinya
tanpa adanya suatu tindakan ataupun perbuatan yang disengaja. Hal ini sering
disebut dengan keguguran atau aborsi spontan. Ini sering terjadi pada ibu-ibu
yang masih hamil muda, dikarenakan suatu akibat yang tidak disengaja dan
diinginkan atupun karena suatu penyakit yang dideritanya. Secara umum , aborsi
atau pengguguran kandungan dapat diartikan sebagai: keluarnya pembuahan
janin yang belum waktunya dari kandungan ibu dan belum dapat hidup diluar
kandungan.
Secara umum pengertian aborsi kriminalis adalah suatu kelahiran dini
sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada
umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara
yuridis abortus provokatus criminalis adalah setiap penghentian kehamilan
sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam
kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.
Bertolak pada pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa dalam aborsi
ini ada unsur kesengajaan. Artinya, suatu perbuatan atau tindakan yang
dilakukan agar kandungan lahir sebelum tiba waktunya. Menurut kebiasaan maka
bayi dalam kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu 9 bulan 10
hari. Hanya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam kandungan dapat lahir
Universitas Sumatera Utara
13


pada saat usia kandungan baru mencapai 7 bulan atupun 8 bulan. Dalam hal ini
perbuatan aborsi ini biasanya dilakukan sebelum kandungan berusia 7 bulan.
Menurut pengertian kedokteran, aborsi (baik keguguran maupun
pengguguran kandungan) berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat
tertanamnya sel telur yang sudah (blastosit) dirahim sampai kehamilan 28
minggu. Batas 28 minggu dihitung sejak haid terakhir itu diambil karena sebelum
28 minggu, janin belum dapat hidup (viable di luar rahim).
Menurut hukum pengertian aborsi adalah lahirnya buah kandungan
sebelum waktunya oleh suatu perbuatan yang bersifat sebagai perbuatan pidana
kejahatan. Dalam pengertian ini, perhatian dititik beratkan pada kalimat oleh
suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai perbuatan pidana kejahatan.
Menurut literatur ilmu hukum, telah terdapat kesatuan pendapat sebagai
doktrin bahwa pengertian aborsi mempunyai arti yang umum tanpa dipersoalkan
umur janin yang mengakhiri kandungan sebelum waktunya karena perbuatan
seseorang.
Demikian antara lain pengertian aborsi atau pengguguran kandungan, baik
pengertian menurut ilmu kedokteran, pengertian umum, maupun pengertian
menurut ilmu hukum, bahwa pengguguran kandungan itu adalah suatu perbuatan
yang sengaja dilakukan atau dilakukan sebelum waktunya.
2.
Menurut pakar agama pengguguran kandungan apapun alasannya
merupakan suatu perbuatan yang dilarang. Dari sudut ilmu kedokteran,
pengguguran kandungan pada usia berapapun juga, dilarang. Sebab begitu sperma
bertemu dengan sel telur berarti telah terjadi pembuahan.
Macam-Macam Aborsi
Universitas Sumatera Utara
14


Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi
provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:
8
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/
Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum
janin bisa hidup diluar kandungan.

2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di
luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak
bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di
luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang
oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran
bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme
adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya yang
unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang
tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang
ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi medis)

8
C.B. Kusmaryanto,Kontoversi Aborsi, Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta, 2002.
Hlm 11-18
Universitas Sumatera Utara
15


yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan
dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak
dilakukan wanita yang mengadakan Pre natal diagnosis yakni diagnosis
janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami
hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah
medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama
adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan
agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan selanjutnya adalah
menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar
lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya,
agar kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam
itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam. Dan menghisap
otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot keluar
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan:
9
a. Aborsi Spontanus atau ilmiah

Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar baik
faktor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma atau sel

9
Taber Ben-zion, Kedaruratan Obsetetri dan Gonekologi, Penerbit EGC, Jakarta, 1994, Hal
56
Universitas Sumatera Utara
16


telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada kelalaian bentuk rahim.
Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya penyakit syphilis,
infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi pada penyakit malaria.
Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena sang ibu hamil muda,
sementara ia melakukan pekerjaan yang berat-berat ataupun keadaan
kandungan yang tidak kuat dalam rahim karena usia wanita yang terlalu
muda hamil utaupun terlalu tua.
Aborsi spontan dibagi atas:
1. Aborsi komplektus
Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu.
2. Aborsi habitualis
Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut.
Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang wanita
mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan oleh ganguan
dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain
skipping (meloncat dengan tali), naik kuda, naik sepeda dan lain-lain.
Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka
keadaan ini disebut aborsi habitualis.yang biasanya terjadi pada
kandungan minggu kelima sampai kelimabelas.
3. Aborsi inkompletus
Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu.
4. Aborsi diinduksi
Universitas Sumatera Utara
17


Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat terapi atau non
terapi.
5. Aborsi insipiens
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi
serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan 20 minggu.
6. Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.
7. Missed Abortion
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi
tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
8. Aborsi septik
Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dari
produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.
b. Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan
pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat karena
kandungan tidak dikehendaki.
Aborsi provocatus terdiri dari:
10
1. Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis


10
Ediwarman, Hukum Tentang Pengguguran Kandungan Menurut Pandangan Hukum
pidana dan Hukum Islam, Fakultas Hukum-USU, Medan, 1996, Hal.4
Universitas Sumatera Utara
18


Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik
karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang
hamil menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus dapat juga
dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan
perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di luar kandungan, sakit
jantung yang parah, penyakit TBC yang parah, tekanan darah tinggi,
kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi untuk melakukan aborsi
provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua
orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi
dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung
2. Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh siibu maupun
oleh orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan
dengan alasan-alasan tertentu, misalnya malu mengandung karena
hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan
pelaku, baik itu dari wanita yang mengaborsikan kandunganya
ataupun orang yang melakukan aborsi seperti dokter secara medis
ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang hanya akan mencari
keuntungan materi saja
3.
Suatu peristiwa atau kejadian mesti ada penyebabnya, ada latar belakang
atau alasannya. Demikian pula halnya dengan aborsi. Kesehatan merupakan faktor
yang paling penting dalam kehidupan manusia, seorang wanita adakalanya
mendapat gangguan pada kesehatannya apabila ia sedang mengandung, yang ada
Latar Belakang Terjadinya Aborsi
Universitas Sumatera Utara
19


kalanya kondisi tubuhnya tidak sanggup untuk terus mengandung. J ika kandungan
itu tidak segera digugurkan, maka jiwa akan terancam. Dengan demikian, untuk
menyelamatkan jiwa si ibu tersebut, maka tidak ada jalan lain selain melakukan
aborsi. Biasanya tindakan ini dilakukan dirumah sakit, dan harus ditentukan
apakah aborsi yang akan dilakukan itu benar-benar untuk menghindarkan ibu dari
penyakit berat atau menghindarkan kematian akibat dari mengadung itu.
Untuk menentukan memberi izin atau menolak suatu aborsi merupakan
suatu tanggung jawab yang berat. Keputusan demikian membutuhkan tidak saja
pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit yang diderita, akan tetapi juga
pengalaman yang luas dan pengetahuan banyak mengenai prognosa penyakit
dalam kehamilan dan persalinan sehingga dapat menjadi alasan untuk melakukan
aborsi.
Beberapa alasan, latar belakang mengapa kehamilan yang terjadi itu
kemudian harus digugurkan, antara lain:
1. Alasan Medis
Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa si ibu jika ia hamil,
misalnya penyakit jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter,
adakalanya kehamilan terjadi tanpa direncanakan. J ika hal itu terjadi dokter
dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa si ibu dengan menggugurkan
kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi, ibu meninggal. Ny
Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut:
11
1. untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita

2. untuk menjaga kesehatan ibu/wanita

11
K. Bertenens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002 hlm 35
Universitas Sumatera Utara
20


3. untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan wanita
4. untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita atau
salah satu anak dalam keluarga
5. untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita
6. untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat
dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara yang
melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan, dan
Thailand, sebagai alasan untuk memperbolehkan aborsi
2. Hamil Karena Perkosaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi, modernisasi
disertai sekularisme dan globalisasi, telah menyebabkan dampak negatip dalam
kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri sebenarnya bebas
nilai (tidak bernilai buruk atau baik). Yang membuat menjadi berakibat buruk
adalah manusianya itu sendiri seperti media cetak dan elektronik. Kedua media itu
dapat bernilai baik bila digunakan untuk maksud-maksud yang baik pula. Namum
akan menjadi buruk jika digunakan untuk meyebarluaskan pornografi. Majunya
teknologi dan ilmu pengetahuan baik dibidang komunikasi,transformasi dan
telematika ada membawa dampak negatip bagi kehidupan masyarakat, seperti
televisi, internet dan lain sebagainya. Kemajuan di bidang komunikasi dan
transformasi kadagkala banyak disalahgunakan oleh masyarakat terutama
dikalangan anak muda sehingga banyak memberikan dampak yang sangat buruk
di dalam kehidupan bermasyarakat.
Akibat dampak negatip dari semuanya itu adalah meningkatnya kejahatan
dikalangan masyarakat terutama para remaja, terutama kejahatan seks. Bila hal ini
berlangsung terus dikwatirkan rusaknya moral pemuda kita yang nantinya
diharapakan sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Kita tidak heran lagi
mendengar berita-berita tentang perkosaan akhir-akhir ini terhadap seorang
wanita. Diantara kasus-kasus perkosaan yang sering terjadi seringkali yang
Universitas Sumatera Utara
21


menjadi korban adalah gadis dibawah umur. Ada lagi juga dilakukan oleh ayah
terhadap anak kandungnya sendiri. Semua itu mengajak kita untuk senantiasa
waspada dan mawas diri. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut diatas
menyebabkan hamilnya wanita yang bersangkutan bagaimana bayi dalam
kandungan tersebut? Akankah diminta pertanggung jawaban dari orang yang
melakukan perbuatan itu? mungkin, maka jalan yang ditempuh adalah melakukan
aborsi. Yang menjadi pertanyaan lain adalah haruskah seorang yang menjadi
korban perkosaan yang hamil melakukan aborsi terhadap janin yang
dikandungnya. Hal tersebut kembali kepada korban tersebut, untuk itu sebelum
mengambil sikap untuk menggugurkan kandungan korban perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, terutama dari konsultan ataupun dukungan moril dari
keluarga. Karena aborsi diharapakan dapat menjadi jalan terakhir dari
permasalahan tersebut. Karena bagaimanapun bayi yang dikandung akibat
perkosaan tidak bersalah.
3. Bayi yang dikandung cacat
Kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan manusia mengetahui
janin sejak masih dalam kandungan. Bukan saja tentang jenis kelaminnya saja,
tetapi juga tentang apakah janin tersebut menderita cacat atau tidak. Salah satu
cacat berat yang dapat dideteksi sejak dini adalah kelainan fisik atau mental yang
disebut sebagi sindroma down.
12

12
Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangan Terhadap Bioetika, Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 53

Universitas Sumatera Utara
22


Pada kelainan ini, selain terdapat kelainan fisik yang berat, juga terdapat
kelainan perkembangan mental yang sangat terlambat (idiot). Dimana anak
tersebut jika lahir kedunia akan selalu tergantung pada orang lain.
Selain sindroma Down, adanya kepala tidak berkembang (anensefali ) atau
cairan otak tersumbat (hidrosefalus) juga dapat dideteksi sejak janin masih di
dalam kandungan. Dalam keadaan seperti ini, dokter tidak dapat mengelakkan diri
dari keharusan memberitahukan hal itu kepada orangtuanya, agar mereka siap
mental menghadapi serta dapat menentukan rencana kedepan. Ada kemungkinan
pasangan orangtua itu lebih memilih untuk mengugurkan kandungannya
4. Sosial ekonomi
Tidak dapat kita pungkiri kebutuhan manusia semakin lama semakin
meningkat. Sedangkan untuk memuaskan kebutuhan tersebut kadangkala terdapat
banyak keterbatasan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan maka salah satu
penyebab aborsi adalah karena kemiskinan, dimana seseorang melakukan aborsi
karena tidak sanggup untuk membiayai kehidupan anak tersebut kelak, sehingga
jalan yang diambil adalah dengan melakukan aborsi
5. Hamil diluar nikah
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan
diantara masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol. Perlakuan dan
tingkah negatip yang dilarang dalam norma-norma dalam masyarakat pun menjadi
tren dikalangan anak muda saat ini. Salah satunya adalah seks bebas diantara anak
muda yang nantinya akan menyebabkan kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan
yang ditempuh ketika seseorang wanita hamil diluar nikah adalah aborsi. Aborsi
Universitas Sumatera Utara
23


dilakukan karena tidak adanya kesiapan untuk mempunyai anak dan rasa malu
kepada masyarakat kerena hamil diluar nikah
4.
Secara terperinci dapat digambarkan resiko yang terjadi akibat aborsi yang
dilakukan secara serampangan adalah:
Akibat Aborsi
Melakukan aborsi bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang ringan, oleh
karena perbuatan ini dilakukan secara tidak hati-hati, akan dapat mengakibatkan
hilangnya jiwa si wanita yang mengandung tersebut. Aborsi yang dilakukan oleh
tenaga medis yang ahli sebenarnya juga memiliki resiko yang sangat besar dan
kapan saja dapat membahayakan nyawa ibu apalagi bila aborsi itu dilakukan oleh
orang yang tidak punya keahlian tentang kandungan, misalnya tukang pijat, dukun
yang hanya mengandalkan pengetahuan berdasarkan pasangan saja. Akan tetapi
inilah yang sering terjadi dalam masyrakat terutama aborsi provokatus criminal
dimana aborsi dijadikan sebagai suatu konsep saling menguntungkan anatara satu
pihak dengan pihak lain.
Aborsi atau pengguguran kandungan adalah dilema yang sekarang menjadi
fenomena sosial. Permintaan penggugaran kandungan semakin lama semakin
banyak, sementara aborsi yang dilakukan dengan legal membutuhkan prosedur
yang sangat sulit. Yang kemudian mengkhawatirkan karena tidak adanya praktek
resmi yang khusus menangani aborsi, maka praktek gelap atau yang illegal
berkembang pesat. Padahal, selain keamanannya tidak terjamin, praktek ini ada
kalanya membuka peluang pemerasan.
13

13


http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/Akibat Aborsi.html, 28 juli 2009
Universitas Sumatera Utara
24


1. Pendarahan yang disebabkan luka berkepanjangan, sehingga menyebabkan
shock yang bila tidak cepat diatasi akan mengakibatkan kematian
2. Penyumbatan pembuluh darah oleh gelembung udara (emboli udara). Ini
disebabkan banyaknya pembuluh darah yang terbuka pada luka selaput lendir
rahim. Gelembung udara bias leluasa masuk dan ikut beredar bersama aliran
darah. Seandainya tiba pada pembuluh darah ynag lebih kecil pada alat-alat
vital seperti paru-paru, otak, jantung, ginjal, serta lainnya, dimana hal itu
dapat menyebabkan kematian
3. Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya atau
injakan dan tekanan yang dipaksakan sekiranya rahim telah robek, maka
terjadilah penumpukan darah yang makin lama makin kotor dan akhirnya
menjadi shock karena kehilangan banyak darah
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh
5. Telah berulang kali operasi cesar
6. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang
disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll
7. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat
8. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
9. Kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
10. Kanker payudara kerena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita
11. Kanker indung telur
12. Kelainan pada plasenta/ ari-ari (placenta previa) yang akan memyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya
13. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
14. Ganguan jiwa dsertai degan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus ini
sebelum melakukan aborsi harus berkonsultasi dengan psikiater
Selain itu dampak yang diatas salah satu akibat yang paling bahaya dari
aborsi tidak aman ini adalah kematian ibu hamil. Data WHO (World Health
Organization) menyebutkan bahwa 15-50% kematian ibu disebabkan oleh
pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan
tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal
dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia akibat aborsi yang tidak
Universitas Sumatera Utara
25


aman sedangakan, Departemen Kesehatan mencatat aborsi tak aman memberikan
kontribusi 30-50 persen pada AKI di Indonesia.
14

Tempo 20 juli 2008

F. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan dan
menganalisis permasalahan yang dikemukakan yang bertujuan untuk
mendeskriptifkan secara konkret tentang tinjauan yuridis terhadap aborsi ditinjau
dari Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009. Pendekatan penelitian ini
dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris yaitu penelitian
dilakukan dengan cara lebih dahulu meneliti bahan-bahan perpustakaan hukum
yang berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya melihat secara obyektif
melalui ketentua-ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta melihat
kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat yakni lingkungan-
lingkungan kampus dan lingkungan rumah sakit dan praktek Psikiater
3. Sumber Data
Penelitian ini data yang dikumpulkan untuk selanjutnya dijadikan sebagai
bahan dalam pengolahan data yang bersumber dari
a. Data primer, yakni merupakan data pokok yang bersumber dari responden
yang ditetapkan untuk itu, berdasarkan wawancara terhadap beberapa
dokter kandungan
Universitas Sumatera Utara
26


b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dalam hal ini Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Undang-Undang Kesehatan No. 39 Tahun 2009 dan buku-buku
literature yang menyangkut aborsi
c. Data tersier, yaitu semua dokumen berisi konsep-konsep dan keterangan
yang mendukung bahan hukun primer dan bahan hukum sekunder yaitu
kamus
4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah
a. Studi pustaka dengan cara mempelajari literature-literatur buku tentang
aborsi
b. Wawancara secara langsung kepada responden.
1. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat umum dalam hal
mencari tahu pandangan masyarakat terhadap aborsi, dokter kandungan
yang pernah melakukan aborsi, dokter ahli kejiwaan, dan tenaga-tenaga
kesehatan yang pernah membantu aborsi
2. Penentuan responden ini dilakukan secara acak dengan tidak melihat
wilayah hukumnya, artinya responden ditetapkan dari beberapa tempat
yang berbeda. Penentuan secara acak dimaksud adalah dengan bantuan
siapa saja yang memberi informasi tentang pandangan mereka tentang
aborsi
c. Quesioner (daftar pertanyaan) degan cara membagikannya kepada
responden
5. Analisis data
Universitas Sumatera Utara
27


Data akan dianalisis secara kualitatif degan mempelajari jawaban dari
responden. Karena sifat penelitian adalah deskriptif maka semua data yang
dikumpul dan diseleksi serta dianalisis sedang data yang diperoleh di
lapangan akan di edit sesuai dengan data yang diperlukan sehingga akan
diperoleh gambaran dalam prakteknya terhadap permasalahan yang ingin
dijawab
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam
melakukan penulisan skiripsi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan penulisan skiripsi ini. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
menyusun serta mempermudah pembaca unutk memahami dan mengerti isi dari
skiripsi ini. Keseluruhan skipsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar
isi dari bab perbab diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, permasalaahn, tujuan dan
manfaat penulisan, tinjaun kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan
BAB II : ABORSI DITINJAU DARI HAK ASASI MANUSIA DAN HAK
JANIN UNTUK HIDUP
Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana tinjauan tentang
aborsi bila dikaitkan dengan hak asasi manusia terutama hak wanita
atas tubuhnya dan hak reproduksi wanita dan juga bagaimana tinjauan
tentang aborsi bila dikaitkan dengan hak janin untuk hidup

Universitas Sumatera Utara
28


BAB III : TINJAUAN YURIDIS ABORSI BERDASARKAN
UNDANG UNDANG KESEHATAN No. 36 TAHUN 2009 DAN
LEGALISASI ABORSI TERHADAP KORBAN PERKOSAAN
Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana tinjauan tentang aborsi bila
dikaitkan dengan undang-undang kesehatan dan legalisasi aborsi
terhadap korban perkosaan
BAB IV : PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KORBAN
PERKOSAAN
Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana pandangan masyarakat
terhadap aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan dan bagaimana
pandangan masyarakat terhadap legalisasi aborsi di Indonesia.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir yang memuat kesimpulan dan
saran setiap permasalahan.









Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai