Anda di halaman 1dari 6

12/17/2010 2:02:00 AM

Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian,


mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia,
membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik,
serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang
yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya
Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh
cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa
akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski
sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang
menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.

Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang
dikasihi. Bayangan indah itu laksana
air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.

Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin
beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam
pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh
kaum An-Nakha. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka
singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim
dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyuannya bersilaturahim itulah dia bertemu dengan
seorang gadis yang cantik jelita.

Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah!
Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Karena bahasa jiwa jauh lebih
jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang
hanya ada di ujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat.
Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak
muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah
ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi
kenyataan.

Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang
tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang
oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali
yang pertama.

Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati terkembang dalam kata terurai dalam
perbuatanKetika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak
nyata

Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya
terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan. Cinta hanya kuat
ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari
pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang
kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan! Agar tidak jadi liar,
agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syariatnya. Akhirnya diapun mengutus
seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring
sejalan dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera
bapak saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai
cintanya dalam keutuhan syariat. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak
ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar
betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan merusak
anugerah Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya
yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas
baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan
akhirnya mati, dipijak orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang back street tak
ubahnya seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti akan datang
belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur
jiwa binasa.

Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan
beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir barangkali masih ada celah untuk bisa
diikhtiarkan maka rencanapun disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis
mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda
tambatan hatinya:

Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar penderitaanku
terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan
datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila
engkau mau datang ke rumahku.

Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun berpesan
kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan
hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang
api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.

Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh
pemuda tadi.

Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan
harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas
oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga
yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini
orang suka menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari pada
merasakan keindahan cintanya.

Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan selalu takut
kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelar
yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.
Si gadis berbangga dengan kesalehan kekasihnya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam
hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan
terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada Sang Pemilik Cinta. Lalu diapun
meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang
berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun
beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar
kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi menahahan
kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi
lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan,
memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan
dapat menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia., menyampaikan
segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa karena rindu yang sudah tak
tertanggungkan, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan
kekasihnya. Dan saat tertidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab
segala keluh-kesah hatinya.

Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya
Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang
suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam
kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-
doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.

Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia. Demikian pula, cinta
juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang
hendak merusak keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi
penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi
yang berbeda.

Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak
kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia
tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang
sangat menyenangkan.

Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku? Tanya
Pemuda itu di alam mimpinya.

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:

Kasih

cinta yang terindah adalah mencintaimu,

sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.

Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu

burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.

Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, Di mana
engkau berada?

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

Aku berada dalam kenikmatan

dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir

berada dalam syurga abadi yang dijaga

oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa

yang akan menunggu kedatanganmu,

wahai kekasih

Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku pun tidak
dapat melupakanmu! Pemuda itu mencoba merespon syair kekasihnya

Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon
untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, hingga Allah berkenan
memberikan pertolongan kepadaku! jawab si gadis kekasihnya itu.

Bilakah aku dapat melihatmu kembali? Tanya si pemuda menegaskan

Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari, Jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah
mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat
menghadirkan romantismenya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada
mereka berdua menjadi pengantin syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan
aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi
buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan.
Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai
tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga
mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan
cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum : 21).
_

Anda mungkin juga menyukai