Disusun Oleh: Muhammad Sibghotulloh Ridho NPM 230210100042
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR
2013 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keben atau Barringtonia asiatica merupakan tumbuhan yang melimpah di Indonesia, namun belum banyak pemanfaatannya. Sehingga perlu dilakukan skrining untuk mendapatkan informasi tentang tumbuhan ini. Telah diketahui bahwa tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa fenol dan flavonoid yang merupakan senyawa antioksidan. Maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui kebenarannya, sehingga dilaksanakan praktikum Uji Aktivitas Antioksidan ini.
1.2. Tujuan Tujuan dari Praktikum Uji Aktivitas Antioksidan adalah mengetahui besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel Barringtonia asiatica terhadap radikal bebas DPPH. 1.3. Prinsip Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan besar serapan senyawa hasil reaksi radikal DPPH dengan antioksidan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampel (Barringtonia asiatica) Klasifikasi Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Lecythidales Famili : Lecythidaceae Genus : Barringtonia Spesies : Barringtonia asiatica
Keben atau Barringtonia asiatica merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4- 16 meter. keben mempunyai sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut ketika sedang pasang. ia juga memiliki banyak percabangan yang terletak di bagian bawah batang mendekati tanah. Bentuk daunnya cukup besar, mengkilap dan berdaging. daun mudanya berwarna merah muda dan akan berubah menjadi kekuningan setelah tua. Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk pembius ikan, sedangkan di Kepulauan Bismarck, biji buah keben yang masih segar diparut dan dibubuhkan langsung pada bagian tubuh yang mengalami rasa sakit atau pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air dan diminum sebagai obat batuk, obat flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dapat pula dibubuhkan pada luka atau limpa yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya sebagai pembius ikan dan terkadang untuk meredakan sakit kepala. Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak dalam waktu yang lama. Pohon ini juga ditanam untuk dimanfaatkan sebagai pohon peneduh di sepanjang pantai. Selain itu , ekstrak biji buah keben dapat digunakan untuk membuat obat tetes mata yang mampu mengobati berbagai macam gangguan mata. Bahkan saat ini , ekstrak biji buah keben telah digunakan sebagai obat bius untuk ikan kerapu yang akan dikirim ke tempat jauh. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan , maka waktu pingsan ikan akan semakin lama. 2.2 Uji aktivitas antioksidan radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan tanaman obat adalah metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC 50 ). Hal ini dapat dicapai dengan cara menginterpretasikan data eksperimental dari metode tersebut. DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009). Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah digunakan secara luas untuk menguji kemampuan beberapa molekul sebagai penangkap radikal bebas. Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva, van Beek, Linssen, de Groot, dan Evstatieva, 2002; Prakash, Rigelhof, dan Miller, 2010).
Gambar 1. Perubahan warna larutan pada reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Witt, Lalk, Hager, dan Voigt, 2010) Menurut Ariyanto cit. Armala (2009), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC 50 , seperti pada tabel berikut:
Figure 1 Mekanisme reaksi radikal bebas Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh,membran dinding sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit (Subeki 1998, dalam nadjeeb.wordpress.com). Suatu tanaman dapat memiliki aktivitas antioksidan apabila mengandung senyawaan yang mampu menangkal radikal bebas seperti fenol dan flavonoid. 2.3. Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Kimia Bahan Hayati Laut dengan judul Fraksinasi dilaksanakan pada : Hari, Tanggal : Rabu , 18 Mei 2013 Waktu : 10.00 WIB Tempat : Laboratorium Bioteknologi Kelautan Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat dan Fungsinya a. Tabung reaksi, wadah untuk mereaksikan senyawa b. Rak tabung, untuk menyimpan tabung reaksi c. Mikropipet, untuk memindahkan cairan dengan ukuran sangat kecil dan teliti d. Spektrofotometer, untuk menginkubasi sampel dengan suhu tertentu e. Vortex, untuk menghomogenkan pelarut. 3.2.2 Bahan a. Barringtonia asiatica b. Pelarut c. DPPH
3.3 Prosedur Praktikum 1. Melarutkan 0,01 gram ekstrak ke dalam 10 ml pelarut untuk membuat larutan stok sampel 1000 ppm 2. Melakukan pengenceran bertingkat untuk membuat variasi konsentrasi 3. Membuat larutan DPPH 1 nm dengan Kristal DPPH dalam pelarut 4. Mengambil larutan ekstrak masing-masing 4.5 ml dan direaksikan dengan 500 ml dalam tabung reaksi 5. Mereaksikan 4.5 ml pelarut methanol dengan 400 ml larutan DPPH 2 nm untuk membuat larutan blanko 6. Menghomogenkan larutan menggunakan vortex 7. Menginkubasi selama 30 menit dengan suhu 37 o C 8. Absorbs diukur dengan spektrofotometer UV-invisible pada panjang gelombang 517 nm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil absorbansi sampel (ppm) % inhibisi 0,585 600 13,23 0,42 450 37,78 0,432 300 37,33 0,33 150 51,112
absorbansi sampel (ppm) inhibisi 0,59 600 32,57 0,538 450 38,51 0,69 300 21,14 0,871 150 0,48 y = -0.0755x + 63.162 R = 0.8581 0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 I n h i b i s i
( % )
Konsentrasi (ppm) Grafik IC50 Barringtonia asiatica Kelompok 1-4 % inhibisi Linear (% inhibisi)
y = 0.0758x - 5.235 R = 0.7663 0 10 20 30 40 50 0 200 400 600 800 I n h i b i s i
( % )
Konsentrasi (ppm) Grafik IC50 Barringtonia asiatica Kelompok 5-8 inhibisi Linear (inhibisi) y = 0.0089x + 25.244 R = 0.0104 0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 %
I n h i b i s i
Konsentrasi (ppm) Grafik IC50 Barringtonia asiatica Pengulangan I % Inhibisi Linear (% Inhibisi)
4.2 Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan uji aktivitas antioksidan yang terkandung di dalam Barringtonia asiatica, dengan menggunakan radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC 50 ). Pada proses prosedur dilakukan larutan dari ekstrak yang direaksikan dengan larutan DPPH 1 nm menghasilkan perubahan warna menjadi kuning. Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009). y = 0.0688x - 2.1029 R = 0.8364 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 100 200 300 400 500 600 700 %
I n h i b i s i
Konsentrasi (ppm) Grafik IC50 Barringtonia asiatica Pengulangan II % Inhibisi Linear (% Inhibisi) Absorbansi larutan ini diukur dengan spektrofotometer UV-visible pada panjang gelombang 517 nm. Pada tabel hasil pengamatan dan grafik di atas dapat dilihat bahwa ekstrak keben memiliki kandungan antioksidan, terlihat dari persentase inhibisi yang berbanding lurus dengan penambahan ppm. Semakin besar persentase inhibisi berarti semakin besar kemampuan kandungan dalam ekstrak untuk menghambat proses oksidasi yang dilakukan radikal bebas. Dari hasil yang ditampilkan dapat disimpulkan bahwa ekstrak Barringtonia asiatica memiliki kandungan antioksidan, senyawa tersebut seperti fenol dan flavonoid.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji pada praktikum ini: Untuk mengetahui kemampuan antioksidan pada suatu bahan dapat dilakukan dengan metode uji antioksidan dengan DPPH Proses penangkalan radikal bebas oleh antioksidan dilakukan dengan cara molekul antioksidan berperan sebagai inhibitor kemampuan oksidasi dari molekul radikal bebas Sampel Barringtonia asiatica memiliki kandungan antioksidan meski tidak begitu besar, karena pada praktiku ini sampel yang digunakan merupakan biji dari buah keben. 5.2 Saran Praktikan diharapkan untuk teliti dalam melaksanakan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Totok, Sutamto. 2011. Keben. (http://sogolagro.wordpress.com/2011/05/04/ keben) Diakses pada 29 April 2013 Armala, M. M., 2009, Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos caudatus H. B. K.) dan Profil KLT, Skripsi, 39, Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan Mohammad, N.S., 2009, Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its Essential Oil Composition, Grasas Aceites, 60(4), 405-412. Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., dan Evstatieva, L.N., 2002, Screening of Plant Extracts For Antioxidant Activity: A Comparative Study on Three Testing Methods, Phytochemical Analysis, 13, 8-17. Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2010, Antioxidant Activity,http://www.medallionlabs.com, diakses tanggal 19 Mei 2013 Witt, S., Lalk, M., Hager, C., dan Voigt, B., 2010, DPPH-Test: Determination ofScavenger Properties, http://www.baltic-analytics.de/index. php?id=7&L=1, diakses tanggal 19 Mei 2013 Anonim. 2013. Spektrofotometer. id.wikipedia.org diakses tanggal 19 Mei 2013. Nadjeeb. 2012. Beberapa metode uji antioksidan. http://nadjeeb.wordpress.com/2011/06/17/beberapa-cara-uji-aktivitas- antioksidan/ Diakses pada tanggal 19 Mei 2013