Anda di halaman 1dari 31

OPTIMALISASI PENGELOLAAN AIR WADUK TILONG

UNTUK IRIGASI PERTANIAN PADA DAERAH IRIGASI TILONG








LAPORAN PENELITIAN
















Oleh:

Sr. Ir. SUSI SUSILAWATI, PI, MScHE.

Dibiayai oleh:
Dana Pembinaan Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandira
Tahun Anggaran 2004/2005



FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2004

LEMBAR PENGESAHAN




JUDUL PENELITIAN : Optimalisasi Pengelolaan Air Waduk Tilong
Untuk Irigasi Pertanian Pada Daerah Irigasi
Tilong

PENELITI : Sr. Ir. Susi Susilawati PI, MScHE

LOKASI PENELITIAN : Daerah Irigasi Tilong,
Kec. Kupang Tengah Kabupaten Kupang

SUMBER DANA : Dana Pembinaan Pendidikan Universitas
Katolik Widya Mandira Tahun Anggaran
2004/2005




Kupang, November 2004



Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik
UNIKA Widya Mandira Kupang Peneliti:




IR. PHILIPUS JERAMAN, MT SR. IR. SUSI SUSILAWATI PI, MScHE




Mengetahui:
Kepala Pusat Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
UNIKA Widya Mandira Kupang




P. PAULUS NGGANGGUNG, SVD, MSc



iii

KATA PENGANTAR


Laporan penelitian ini disusun dalam rangka untuk memenuhi prosedur
penelitian yang dikoordinir oleh Pusat Penelitian Universitas Katolik Widya
Mandira Kupang.

Penelitian ini diajukan terdorong untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu di bidang penelitian. Adapun judul penelitian yang
diajukan adalah: Optimalisasi Pengelolaan Air Waduk Tilong Untuk
Irigasi Pertanian Pada Daerah Irigasi Tilong .

Besar harapan kami bahwa laporan penelitian ini dapat kiranya diterima
sehingga akan menambah kasanah wawasan dalam kegiatan penelitian
khususnya dan Universitas Katolik Widya Mandira pada umumnya sebagai
lembaga pendidikan dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kritik dan saran atas laporan penelitian ini sangat kami harapkan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Atas kerja sama semua pihak yang
terlibat hingga selesainya laporan penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.


Kupang, November 2004
Peneliti,
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Perumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
II. TINJ AUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Irigasi, Sistem Irigasi dan Tujuan Irigasi 6
2.2. Kebutuhan Air Irigasi 7
2.3. Cropwat Program Komputer 9
2.4. Pengelolaan Air Irigasi pada Pertanaman Padi Sawah 13

2.5. Pengelolaan Air Irigasi untuk Tanaman Bukan Secara
Persawahan

17
III. METODOLOGI PENELITIAN 19
IV. SURVEY DAN ANALISA DATA
4.1. Survey Data 21
4.2. Analisa Data 21
4.3. Konsep Pengelolaan 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN 24
DAFTAR PUSTAKA vii
LAMPIRAN LAMPIRAN:
Lampiran 1: Skema J aringan Utama DI Tilong
Lampiran 2: Data Survey Lapangan DI Tilong
Lampiran 3: Data Klimatologi
Lampiran 4: Output Perhitungan Cropwat
Lampiran 5: Analisa Kebutuhan Air
Lampiran 6: Analisa Pola Tanam
Lampiran 7: Analisa Neraca Air
v
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.1 Lahan Irigasi yang memanfaatkan air waduk Tilong th. 2003 2
Tabel 1.2 Analisa keseimbangan air dari pemanfaatan air waduk
Tilong

3
Tabel 1.3 Kebutuhan air untuk irigasi pada lahan irigasi potensial 4
Tabel 2.1 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija J enis J agung 8
Tabel 2.2 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija J enis J agung (FAO
ID No. 33)

8
Tabel 2.3 Kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya 9
Tabel 2.4 Kebutuhan air tanaman palawija sesuai tahap pertumbuhan-
nya

9

vi
DAFTAR GAMBAR


Halaman
Gambar 2.1 Pemberian air irigasi dengan penggenangan terus
menerus

14
Gambar 2.2 Cara pemberian air irigasi dengan pengaliran terus
menerus

14
Gambar 2.3 Cara pemberian air irigasi dengan pengaliran terputus
putus

14
Gambar 2.4 Cara pembagian air dengan penggenangan tetap dan
merata

15
Gambar 2.5 Cara golongan 15
Gambar 2.6 Bertanam padi sistem surjan 16
Gambar 2.7 Pertanaman J agung, Kedelai, Kacang Tanah dan
Kacang Hijau

18
Gambar 3.1 Diagram alir Metodologi Penelitian 19

vii
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Dirjen
Pengembangan Perdesaan Proyek Irigasi J awa Tengah, KEBUTUHAN
AIR IRIGASI seri Modul PT 1, Semarang, 2000
2. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Dirjen
Pengembangan Perdesaan Proyek Irigasi J awa Tengah, SISTEM IRIGASI
seri Modul IR 1, Semarang, 2000
3. Dirgutiswa, IRIGASI DAN BANGUNAN AIR, Penerbit Gunadarma, J akarta,
1996
4. FAO Irrigation and Drainage Paper N 24, CROP WATER
REQUIREMENT, Rome Italy, 1979
5. FAO Irrigation and Drainage Paper N 33, YIELD RESPONE TO
WATER, Rome Italy, 1979
6. FAO Land and Water Development division, MANUAL FOR CROPWAT,
Rome Italy, 1989
7. Sub-Dir. Perenc. Teknik Dir. Irigasi I DirJ en Pengairan DPU, PEDOMAN
KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN PADI DAN TANAMAN LAIN PSA
010, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, J akarta, 1985
8. Sub-Dir. Perenc. Teknik Dir. Irigasi I DirJ en Pengairan DPU, STANDAR
PERENCANAAN IRIGASI Kriteria Perencanaan bagian J aringan Irigasi
(KP-01), Ed. Bahasa Ind., DirJ en Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum, CV. Galang Persada, Bandung, 1986

2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Bendungan Tilong merupakan bendungan besar pertama tipe urugan dengan
inti dan tinggi 45 m, dibangun sejak tahun 1999 dan selesai pada bulan
Desember tahun 2001 terletak di sungai Tilong, Desa Oelnasi, Kecamatan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Bendungan ini secara teknis dibangun dengan menggunakan type urugan
dan mempunyai daerah aliran sungai (DAS) =36.47 km
2
, luas genangan =
154,97 hektar, volume total waduk =19,07 juta m
3
, volume effektif waduk =
17,31 juta m
3
, elevasi muka air normal =+100 m, elevasi muka air banjir
untuk kala ulang 1000 tahun (Q=1000) adalah + 102,37 m yang akan
mengairi lahan potensial seluas 1.484 hektar dan menyediakan air baku
sebesar 150 liter/detik. (Dinas KIMPRASWIL, 2002)

Dari penelitian terdahulu berjudul: Kajian Pemanfaatan Air Waduk Tilong
untuk Irigasi Pertanian, dapat diketahui:
a. Curah hujan tahun 2003, terjadi pada bulan J anuari Desember:
menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi cukup lumayan besar
dengan total keseluruhan jumlah hujan yaitu 1.768 mm. (Stasiun
Klimatologi Lasiana Kupang)
b. Debit air yang tertampung pada waduk tahun 2003 menunjukkan bahwa:
pada saat musim hujan mencapai elevasi maksimum 102 m dan saat
musim kemarau pada tangal 1 Desember 2003 muka air mencapai elevasi
minimum, yaitu: 86,64 m.
c. Survey lahan irigasi yang memanfaatkan air waduk Tilong tahun 2003
menunjukkan seperti yang tercantum dalam Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1. Lahan irigasi yang memanfaatkan air waduk Tilong tahun 2003:
Tilong Kiri:
Saluran
induk
Fatukanutu
dinamo = 3,50 Ha Padi padi
FK 3 Ka = 6 Ha Padi padi
FK 4 Ka = 3,50 Ha Padi
MFK 7 Ka = 1,50 Ha Padi
Total = 14,50 Ha 9,50 Ha (MT 1-2)
5 Ha (MT 1)

3
Tilong Kanan:
Saluran
induk
Maunifu
M 1.2 Ki = 1,50 Ha J agung
M 3 Ki = 5,25 Ha Padi padi
M 6 Ki = 11,25 Ha Padi padi
M 6 Ka = 3,50 Ha Padi padi
Total = 21,50 Ha 20 Ha (MT 1-2)
1,50 Ha (MT 1)
Oelpuah OP 3 Ka = 11,25 Ha Padi padi
Saluran
sekunder
Puluti
P 1 Ki = 3,50 Ha Padi
P 2 Ki = 9,50 Ha Padi
P 5 Ki = 1 Ha Padi
Total = 14 Ha MT 1

Saluran
sekunder
Batuoe
BO 1 Ki = 50 Ha Padi padi (35 Ha) gagal
Padi jagung (15Ha) berhasil
BO 1 Ka = 50 Ha Padi
BO 2 Ka = 7 Ha Padi
BO 3 Ki = 2 Ha Padi
BO 3 Ka = 4 Ha Padi
Total = 113 Ha 50 Ha (MT 1-2)
63 Ha (MT 1)
Sub DI Noelbaki = 285 Ha Padi padi
Sumber: Hasil survey
J adi lahan irigasi yang memanfaatkan air waduk Tilong pada tahun 2003
(Musim Tanam 1 dan Musim Tanam 2):
375,75 Ha (MT 1-2) atau: MT 1 seluas =459,25 Ha
83,50 Ha (MT 1) MT 2 seluas =375,75 Ha
Catatan: MT 1 (Musim Tanam 1): 13 J anuari April 2003
MT 2 (Musim Tanam 2): 29 J uli Oktober 2003
d. Analisa keseimbangan air dari pemanfaatan air waduk Tilong untuk irigasi
pertanian disajikan dalam Tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2: Analisa keseimbangan air dari pemanfaatan air waduk Tilong
untuk irigasi pertanian
Bulan 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ketersediaan air
(liter/det)
650 650 518 518 518 885 885 885 885 885 885 885
Kebutuhan air total
(liter/det)
532 458 0 192 222 0 2 307 198 217 153 0
Selisih 118 192 518 326 296 885 883 578 687 668 732 885
Sumber: Hasil analisa
Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pemberian air irigasi dari waduk
terlampau besar. Tetapi dari survey debit air yang lewat bangunan ukur
dan saluran dapat ditemukan bahwa air banyak hilang di sepanjang

4
saluran karena saluran banyak retak-retak. Rembesan air ini ternyata
keluar dan masuk di kali Dendeng sehingga debit air di kali Dendeng
menjadi sekitar 250 liter/det dari sebelum adanya Tilong sebesar sekitar
60 liter/det. Air ini dimanfaatkan untuk irigasi pertanian di Sub DI
Noelbaki.
e. Dari analisa kebutuhan air irigasi untuk lahan irigasi potensial seperti
dalam Tabel 1.3 diketahui bahwa air waduk Tilong dapat memenuhi
kebutuhan air irigasi lahan potensial 1.484 Ha bila pola tanam seperti
dalam analisa. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan J uli sebesar
1.980 liter/det sedangkan ketersediaan air yang dapat diambil dari waduk
adalah 2.000 liter/det.
Tabel 1.3: Kebutuhan Air untuk Irigasi pada Lahan Irigasi Potensial (1.484 Ha)
Keterangan
Area
(Ha) Satuan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Padi (tanam15 Jan) mm 163 0 20 55 158
Padi (tanam1 Jun) mm 447 252 262 236
Padi (tanam1Aug) mm 450 279 284 215
Jagung (tanam1 Mei) mm 49 122 136
Jagung (tanam1 Sep) mm 58 123 128
Jagung (tanam1 Aug) mm 57 155 123

Fatukanutu (padi-padi)

233 l/det 142 0 18 49 392 243 255 187 138
Maunifu (padi-padi)

303 l/det 184 0 23 64 509 316 332 243 179
Tasipah (padi-padi)

177 l/det 108 0 13 37 298 185 194 142 104
Noelbaki (padi-padi-
jagung)

285 l/det 173 0 22 60 476 277 278 251 63 130 141 168
Batuoe/puluti (padi-
jagung)

486 l/det 296 0 37 102 103 290 223 287
Kebutuhan air (Eff=60%)

1.484 l/det 1504 0 188 520 793 462 2461 1829 1891 1541 235 1460

Fatukanutu (padi-padi)

233 l/det 142 0 18 49 389 227 227 205 138
Maunifu (padi-padi)

303 l/det 184 0 23 64 509 316 332 243 179
Tasipah (padi-padi)

177 l/det 108 0 13 37 296 172 173 156 104
Noelbaki (padi-padi-
jagung)

285 l/det 173 0 22 60 476 277 278 251 63 130 141 168
Batuoe/puluti (padi-
jagung)

486 l/det 296 0 37 102 103 290 223 287
Kebutuhan air (Eff=60%)

1.484 l/det 1504 0 188 520 1935 1127 1980 1718 1142 994 235 1460
Sumber: Hasil analisa

Uraian-uraian tersebut menimbulkan pertanyaan: mengapa dari ketersediaan
air pada musim hujan dengan elevasi ketinggian mencapai +102 m tidak
dapat memenuhi kebutuhan air untuk irigasi pada musim tanam tahun 2003

5
sedangkan dengan elevasi ketinggian air tersebut sesuai dengan
perencanaan dapat mengairi daerah irigasi Tilong seluas 1.484 hektar.
Terusik oleh keingin tahuan bagaimana air waduk Tilong dapat melayani
kebutuhan air irigasi di musim kering secara optimal, maka dilakukanlah
penelitian dengan judul: Optimalisasi Pengelolaan Air Waduk Tilong
Untuk Irigasi Pertanian Pada Daerah Irigasi Tilong

1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan air
waduk Tilong untuk keperluan irigasi pertanian pada Dareah Irigasi Tilong?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: melakukan analisis teoritis dan survey
lapangan dalam simulasi program computer Cropwat untuk mengetahui:
1. Pola tanam yang efisien dan ekonomis serta sesuai untuk Daerah Irigasi
Tilong.
2. Areal tanam yang dapat memanfaatkan air waduk Tilong dengan pola
tanam yang sesuai di atas secara optimal.
3. Pengelolaan yang sesuai dengan pola tanam dan areal tanam di atas
sehingga ditemukan pemanfaatan air waduk Tilong yang optimal.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah bagi instansi terkait dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperkembangkan pelayanan, sarana prasarana
irigasi di Daerah Irigasi Tilong.

6
II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Irigasi, Sistem Irigasi dan Tujuan Irigasi
Irigasi dapat didefinisikan sebagai upaya manusia untuk:
i. mengambil air dari sumber
ii. mengalirkannya ke dalam saluran
iii. membagikan ke petak sawah
iv. memberikan air pada tanaman, dan
v. membuang kelebihan air ke jaringan pembuang/drainasi

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam irigasi terdapat beberapa
unsur yaitu:
i. unsur manusia
ii. unsur alam dan lingkungan misalnya dalam bentuk air dan sumber air,
lahan, ataupun iklim
iii. unsur fisik, yaitu dalam bentuk jaringan irigasi
iv. unsur tanaman yang mencakup jenis tanaman, budidaya beserta pola
tanamnya, dan
v. unsur teknik dalam bentuk operasi dan pemeliharaannya
Kelima unsur tersebut saling bersesuaian, berhubungan dan bersatu
sehingga dapat dikatakan bahwa irigasi merupakan suatu sistem. Masing-
masing unsur tersebut disebut sub sistem. Oleh sebab itu irigasi sering
disebut sebagai sistem irigasi.

Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai
suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam
hubungannya dengan prosentase kandungan air dan udara diantara butir-
butir tanah. Pemberian air dapat juga mempunyai tujuan sebagai pengangkut
bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Secara tidak langsung,
pemberian air juga dapat menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara:
a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang mempunyai
suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman
maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air
yang bertujuan merendahkan suhu tanah.

7
b. Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat
adanya unsur-unsur dalam tanah. Salah satu usaha misalnya
penggenangan air di sawah untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya
tersebut kemudian genangan air dialirkan ke tempat pembuangan.
c. Memberantas hama, sebagai contoh dengan pengenangan maka liang
tikus bisa direndam dan tikus keluar, lebih mudah dibunuh.
d. Mempertinggi permukaan air tanah, misal dengan perembesan melalui
dinding saluran permukaan air tanah dapat dipertinggi dan
memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar
meskipun permukaan tanah tidak dibasahi.
e. Membersihkan buangan air kota, misal dengan prinsip pengenceran
karena tanpa pengenceran tersebut air kotor dari kota akan
berpengaruh sangat jelek bagi pertumbuhan tanaman.
f. Kolmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan
mengalirkan air berlumpur dan akibat endapan lumpur tanah rendah
tersebut menjadi cukup tinggi sehingga genangan yang terjadi
selanjutnya tidak terlampau dalam kemudian dimungkinkan adanya
usaha pertanian.

2.2. Kebutuhan Air Irigasi
Komponen kebutuhan air irigasi yang utama adalah:
a. Kebutuhan air bagi tanaman
b. Perkolasi atau rembesan ke bawah dan ke samping
c. Hujan efektif
d. Efisiensi irigasi

Secara praktis, kebutuhan air bagi tanaman/evapotranspirasi potensial dari
tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu evapotranspirasi tetapan/referensi
dan koefisien tanaman k
c
dengan mengikuti persamaan:

0 c crop
ET k ET =

dimana:
k
c
: koefisien tanaman, menunjukkan karakteristik spesifik tanaman, dan
ET
0
: evapotranspirasi tetapan/referensi yang tergantung dari faktor iklim.

8
Koefisien tanaman dapat dibedakan dalam 4 tingkatan:
I. Tingkatan awal (initial stage) dari tanggal tanam sampai permukaan tanah
ditutupi tanaman (S
c
) sekitar 10 %
II. Tingkatan pertumbuhan tanaman (crop development stage) yaitu dari S
c
=
10 % sampai S
c
=70 80 %
III. Tingkatan pertengahan (mid-season stage) yaitu dari S
c
= 70 80 %
sampai tanaman dewasa
IV. Tingkatan akhir (late season stage) yaitu dari tanaman dewasa sampai
berbuah atau panen.

Di Indonesia, koefisien tanaman biasanya mengacu pada tabel koefisien
tanaman yang diusulkan oleh Nedeco/Prosida atau FAO yang telah
dimodifikasi. Koefisien tanaman yang mengacu pada makalah FAO-ID No.33,
nilainya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dari tanaman (4 tingkatan).
Koefisien tanaman untuk padi dan palawija jenis jagung menurut
Nedeco/Prosida atau FAO dapat dilihat dalam tabel 2.1, sedangkan koefisien
tanaman padi dan palawija jenis jagung menurut FAO ID No.33 dapat dilihat
dalam tabel 2.2.
Tabel 2.1: Koefisien Tanaman Padi dan Palawija J enis J agung
Umur
(bulan)
Padi (Nedeco/Prosida) Padi (FAO) J agung
(90) Lokal Unggul Lokal Unggul
0.5 1.20 1.20 1.10 1.10 0.50
1.0 1.20 1.27 1.10 1.10 0.59
1.5 1.32 1.33 1.10 1.05 0.96
2.0 1.40 1.30 1.10 1.05 1.05
2.5 1.35 1.15 1.05 0.95 1.02
3.0 1.24 0.00 1.05 0.00 0.95
3.5 1.12 0.95
4.0 0.0 0.0
Sumber: Dir. Jen. Pengairan, 1985
Tabel 2.2: Koefisien Tanaman Padi dan Palawija J enis J agung (FAO ID No.33)
Crop Development Stages Padi J agung
Initial 1 1.15 0.3 0.5
Crop development 1 1.15 0.7 0.9
Mid Season 1.1 1.3 1.05 1.2
Late Season 0.95 1.05 1.0 1.15
Harvest 0.95 1.05 0.95 1.1
Total growing period 1.05 1.2 0.8 0.95
Sumber: FAO ID No. 33
Catatan: First figure: under high humidity (Rhmin >70 %) and low wind (U <5 m/sec)
Second figure: under low humidity (Rhmin <20 %) and strong wind (U >5 m/sec)

9
Menurut buku seri modul Pelatihan Tata Guna air PT 1: Kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhanya dituliskan dalam
tabel 2.3, sedangkan kebutuhan air tanaman palawija sesuai tahap
pertumbuhannya dituliskan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.3: Kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya
Tahap Kegiatan/
Pertumbuhan
Varietas lokal Varietas unggul
mm/hari l/det/ha
Periode
(hari)
mm/hari l/det/ha
Periode
(hari)
Pengolahan tanah 12.7 1.5 - 12.7 1.5 -
Pembibitan 3.0 0.4 20 3.0 0.4 20
Tanam s.d. primordia 7.5 0.9 40 6.4 0.75 35
Primordia s.d. bunga 8.8 1.0 25 7.7 0.9 20
Bunga 10% s.d. penuh 8.8 1.0 20 9.0 1.0 20
Bunga penuh s.d. panen 8.4 1.0 20 7.8 0.9 20
Sumber: Seri Modul Kebutuhan Air Irigasi (PT1), 2000
Tabel 2.4: Kebutuhan air tanaman palawija sesuai tahap pertumbuhannya
J enis
Tanaman
Kebutuhan air sesuai periode pertumbuhannya (l/det/ha)
Permulaan
tumbuh
Pengembangan Pertumbuhan Masak
J agung 0.25 0.36 0.50 0.37
Kedelai 0.25 0.35 0.50 0.30
Kacang hijau 0.17 0.30 0.40 0.30
Kacang tanah 0.17 0.34 0.40 0.35
Sumber: Seri Modul Kebutuhan Air Irigasi (PT1), 2000

2.3. Cropwat Program Komputer
Selanjutnya perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) dilakukan dengan
menggunakan Cropwat . Cropwat merupakan suatu program komputer
under DOS (Program yang dipakai melalui perintah DOS) untuk menghitung
evapotranspirasi Penman Modifikasi dan kebutuhan air untuk tanaman.
Selanjutnya dapat juga menghitung kebutuhan air irigasi, jadwal pemberian
air irigasi untuk macam-macam kondisi pengelolaan dan suplai air untuk
seluruh daerah irigasi dengan bermacam-macam pola tanam tertentu. Untuk
perhitungan tersebut, dibutuhkan data-data klimatologi dan data-data lainnya
misalnya data tanaman dan data pola tanam.

Prosedur dalam perhitungan kebutuhan air bagi tanaman dan rencana
kebutuhan air untuk irigasi ini didasarkan pada makalah FAO ID No. 24
mengenai Kebutuhan air bagi tanaman dan No. 33 mengenai Respon
tanaman terhadap air.


10
Program ini berarti sebagai alat praktis untuk membantu para ahli melakukan
perhitungan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu daerah irigasi. Lebih
lanjut, program ini diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi
untuk memperbaiki irigasi yang telah ada, dan merencanakan jadwal irigasi
yang sesuai dengan kondisi suplai air yang beraneka ragam.

Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan penggunaan komputer
model Cropwat ini antara lain mengenai: perhitungan evapotranspirasi
referensi; pemrosesan data curah hujan; pola tanam dan data tanaman.

PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI REFERENSI/TETAPAN
Evapotranspirasi referensi atau ET
o
adalah evapotranpirasi potensial dari
tanaman rumput yang sehat dan mendapat air cukup. Kebutuhan air untuk
tanaman lain secara langsung dibandingkan dengan parameter iklim ini.

Metode Penman Modifikasi (FAO ID No.24) secara umum telah diterima
sebagai metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data
klimatologi seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran
(sunshine) dan kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil
dari stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama
yang penting dari stasiun klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude)
dan latitude. Masukan data klimatologi meliputi tiap bulanan:
1. Temperatur; dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur rata-rata
harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembaban udara (air humidity); dapat diberikan sebagai kelembaban
relatif (relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure
dalam mbar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di
atas, nilai vapour pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya
12.5 mbar ditulis 12.5.
3. Penyinaran (daily sunshine); dapat diberikan sebagai persentase (20
100) dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau
pecahan (0 1) atau sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).

11
4. Kecepatan angin (windspeed); dapat diberikan dalam km/hari (10
500) atau m/det (0 10).
Nilai >10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai <10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det

PEMROSESAN DATA CURAH HUJAN
Hujan memberikan kontribusi yang besar dari kebutuhan air untuk tanaman.
Selama musim hujan sebagian besar kebutuhan air dipenuhi oleh hujan,
sementara dalam musim kering dipenuhi oleh air irigasi. Berapa jumlah air
yang datang dari curah hujan dan berapa jumlah air yang harus dipenuhi oleh
air irigasi adalah sulit diperkirakan. Curah hujan sangat bervariasi setiap
tahunnya.

Untuk mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air
irigasi diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah hujan
yang panjang. Sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh digunakan
oleh tanaman. Sebagian hujan hilang karena limpasan permukaan (run off)
atau karena perkolasi yang dalam jauh di luar daerah akar tanaman.

Untuk menentukan bagian hujan yang dapat diperhitungkan sebagai air yang
dapat digunakan oleh tanaman, beberapa definisi diberikan:
1. Curah hujan rata-rata bulanan ( average monthly rainfall ); adalah
nilai rata-rata dari suatu data curah hujan. Digunakan dalam
perhitungan kebutuhan air tanaman dalam keadaan iklim yang rata-
rata.
2. Dependable rainfall ; jumlah hujan dapat tergantung dari 1 di luar 4
atau 5 tahun tergantung pada 75 atau 80 % kemungkinan terlampaui
dan menunjukkan suatu tahun kering normal. Dependable rainfall
digunakan untuk merencanakan kapasitas sistem irigasi.
3. Hujan dalam tahun basah, tahun normal dan tahun kering; adalah
hujan dengan kemungkinan terlampaui 20% untuk tahun basah, 50%
tahun normal dan 80% untuk tahun kering. Ketiga nilai tersebut sangat
berguna untuk merencanakan suplai air irigasi dan simulasi dari
macam-macam kondisi pengelolaan irigasi.

12
4. Effective rainfall ; didefinisikan sebagai bagian dari hujan yang
secara efektif digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karena
limpasan permukaan (run off) dan perkolasi yang dalam
diperhitungkan. Hujan efektif ini digunakan untuk menentukan
kebutuhan irigasi bagi tanaman.

Untuk perencanaan suplai air dan pengelolaan irigasi, data hujan dalam tahun
basah, tahun normal dan tahun kering biasanya digunakan. Suatu estimasi
dari data curah hujan yang ada dapat ditemukan dengan menghitung dan
mengeplotkan data pada grafik probabilitas dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Tabulasikan data curah hujan tahunan yang ada
b) Atur data dalam urutan nilai yang menurun
c) Tabulasikan ploting posisi menurut:
1 N
m
100 Fa
+
=
di mana: N =jumlah data
m =nomer urut
Fa =ploting posisi
d) Plot nilai pada kertas grafik log-normal
e) Pilih nilai tahunan untuk kemungkinan terlampaui 20 %, 50 % dan 80 %
f) Nilai curah hujan bulanan untuk tahun kering dihitung dengan
persamaan:
av
dry
av i dry i
P
P
P P =

di mana:
av i
P
=curah hujan rata-rata bulanan pada bulan i

dry i
P
=curah hujan bulanan dalam tahun kering pada bulan i

av
P
=curah hujan rata-rata tahunan

dry
P
=curah hujan tahunan pada 80 % kemungkinan
terlampaui
Dengan cara yang sama dapat dihitung curah hujan bulanan untuk tahun
normal dan tahun basah.

13
POLA TANAM DAN DATA TANAMAN
Kebutuhan air irigasi selain tergantung dari curah hujan juga tergantung dari
data tanaman dan pola tanam yang disusun. Data tanaman meliputi: sifat-sifat
dari tanaman yang diungkapkan oleh koefisien tanaman k
c
dan lama
pertumbuhan tanaman yaitu dalam tingkatan-tingkatan pertumbuhan. Dari
data tanaman ini dapat dihitung kebutuhan air untuk tanaman. Dengan
menambahkan data tanggal tanam pertama, maka kebutuhan air irigasi untuk
tanaman dapat ditemukan. Data pola tanam dari beberapa jenis tanaman
yang tumbuh dalam daerah irigasi yang disusun secara skematik diperlukan
untuk menghitung kebutuhan air irigasi

2.4 Pengelolaan Air Irigasi pada Pertanaman Padi Sawah
Pengelolaan air irigasi pada pertanaman padi sawah meliputi antara lain:
1. Pemberian air irigasi
2. Pembagian air irigasi
3. Cara menanam padi
4. Kebutuhan air irigasi

2.4.1 Pemberian Air Irigasi pada Pertanaman Padi Sawah
Disebutkan dalam buku seri modul pelatihan tata guna air yang dikeluarkan
oleh Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Direktorat
J enderal Pengembangan Perdesaan Proyek Irigasi J awa Tengah Bagian
Proyek Penyuluhan Tata Guna Air, cara pemberian air irigasi, khususnya
untuk tanaman padi sawah, ada tiga macam:
a. Penggenangan air terus menerus: penggenangan air irigasi yang
dilakukan terus menerus dengan ketinggian yang sama sepanjang
pertumbuhan tanaman. Keadaan ini dapat dilakukan apabila jumlah air
yang tersediadalam kondisi cukup. Dengan tinggi genangan < 5 cm,
maka diperoleh produksi yang tinggi dan air lebih efisien (hemat).

14

Gambar 2.1: Pemberian air irigasi dengan penggenangan terus menerus
b. Pengaliran air terus menerus: pengaliran air irigasi yang dilakukan
terus menerus. Cara ini dilakukan bila ketersediaan air dalam jumlah
yang melimpah. Air dialirkan dari petak sawah ke petak lainnya melalui
batang bambu atau lubang di pematang sepanjang masa pertumbuhan
tanaman. Cara ini dinilai boros air serta pemakaian pupuk maupun
pestisida tidak efisien.

Gambar 2.2: Cara pemberian air irigasi dengan pengaliran terus menerus
c. Pengaliran air terputus-putus: pemberian air secara terputus-putus
yaitu memberikan air dengan penggenangan yang diselingi dengan
pengeringan (pengatusan) pada jangka waktu tertentu, yaitu saat
pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena dapat
meningkatkan produksi dan menghemat penggunaan air.

Gambar 2.3: Cara pemberian air irigasi dengan pengaliran air terputus-putus

15
2.4.2 Pembagian Air Irigasi pada Pertanaman Padi Sawah
Terdapat tiga macam pembagian air yaitu: penggenangan tetap dan merata,
cara golongan, dan cara rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut tergantung
pada jumlah air yang tersedia.
a. Penggenangan tetap dan merata:
Air dibagikan ke seluruh areal yang ditanami secara merata dan tetap.
Sawah digenangi terus menerus dengan ketinggian tetap selama masa
pertumbuhan tanaman. J umlah air yang dibagikan disesuaikan dengan
kebutuhan air tanaman secara maksimal. Cara ini dapat ditempuh
apabila jumlah air tersedia dalam jumlah cukup banyak.

Gambar 2.4: Cara pembagian air dengan penggenangan tetap dan merata
b. Cara golongan:
Cara ini dilakukan bila jumlah air sangat terbatas, sementara
kebutuhan air (terutama saat pengolahan tanah) sangat besar. Maka
saat tanam dilakukan secara bertahap dari satu petak tersier ke petak
lainnya. Kelompok-kelompok dalam petak tersier ini disebut sebagai
golongan, yang idealnya satu daerah irigasi dibagi dalam 3 5
golongan dengan jarak waktu tanam biasanya 2 3 minggu. Untuk
memudahkan operasional jaringan irigasi, tiap pintu tersier diberi
tanda/papan nama yang menunjukkan urutan golongan dan tanggal
menerima air irigasi. Urut-urutan pemberian air irigasi setiap tahun
dapat berubah sehingga permulaan masa tanam untuk tiap golongan
tiap tahunnya juga berubah.

Gambar 2.5: Cara golongan
Gol. I
1/10
Gol. II
21/10
Gol. III
11/11

16
c. Cara rotasi:
J ika terjadi kekurangan air akibat kebutuhan air yang besar sementara
tersedianya air kurang, maka perlu dilakukan pemberian air seca
rotasi/giliran antar petak tersier atau antar petak sekunder. Apabila
jumlah air yang tersedia sangat kecil, maka dimungkinkan dilakukan
giliran dalam petak tersier sendiri. Idealnya periode giliran adalah 2 3
hari dan jangan lebih dari 1 minggu karena akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.

2.4.3 Cara Menanam Padi
Cara menanam padi dikenal paling tidak ada empat cara, yaitu: bertanam
padi di lahan sawah; bertanam padi di lahan kering (gogo); bertanam padi
sistem gogorancah, dan bertanam padi sistem surjan. Bertanam padi lahan
sawah dilakukan dengan sistem penggenangan terhadap tanaman mulai dari
persemaian sampai dengan panen. Bertanam padi lahan kering dilakukan
dengan mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan. Bertanam padi
sistem gogorancah adalah memanfaatkan air hujan secara berdayaguna dan
tepat dengan memadukan sistem sawah dan lahan kering.
Sedangkan bertanam padi sistem surjan dilakukan dengan menggali
sebagian lahan kemudian menimbunkannya di bagian lain dengan bagian
bawah (cekungan) ditanami padi sedangkan bagian atas (punggung) ditanami
palawija.

Gambar 2.6: Bertanam Padi sistem surjan

2.4.4 Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi untuk pertanaman padi sawah diperkirakan untuk
menentukan skala akhir proyek yaitu dengan jalan melakukan analisis sumber
air untuk keperluan irigasi. Perimbangan antara air yang dibutuhkan dan debit
sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia.

17
Kebutuhan air irigasi ini diperhitungkan untuk beberapa pertimbangan dalam
proses pertanaman padi di sawah, antara lain: kebutuhan air untuk penyiapan
lahan, penggunaan konsumtif oleh tanaman itu sendiri, adanya perkolasi,
penggantian lapisan air dan adanya curah hujan efektif.

2.5 Pengelolaan Air Irigasi untuk Tanaman Bukan Secara Persawahan
Pertanaman tidak secara sawah yang diusahakan petani pada umumnya
yaitu palawija. Tebu, karet, teh dan sejenisnya umumnya diusahakan oleh
perkebunan. Pemberian air secara terputus-putus sering dilakukan untuk
pertanaman bukan secara sawah ini. Pada kenyataannya beberapa jenis
tanaman perkebunan dapat baik dengan mengandalkan air hujan saja apabila
keadaan tanah dan iklimnya memang sesuai. Tetapi tanaman tebu umumnya
masih memerlukan penyiraman pada musim kemarau misalnya 0,25 0,30
lt/det tiap ha, dengan lama penyiraman dan interval waktu tertentu mengingat
keadaan tanah dan iklim setempat. Pertanaman palawija yaitu jenis-jenis
tanaman yang bisa juga ditanam di sawah sesudah selesai musim hujan yaitu
pada musim kemarau pada saat kekurangan air. J enis tanaman palawija ini
pada umumnya diusahakan oleh petani pada areal pertegalan.

J enis palawija dipandang dari segi kebutuhan air, dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok secara garis besar:
a. palawija yang butuh banyak air: bawang, kacang tanah, ketela
b. palawija yang butuh sedikit air: cabe, jagung, tembakau, kedelai
c. palawija yang butuh sangat sedikit air: ketimun, lembayung.

Kebutuhan air untuk palawija lebih kecil dibanding dengan padi. Pemberian
air secara tepat disertai pembuangan yang efektif merupakan kunci
keberhasilan penanaman palawija. Palawija tidak perlu genangan air, yang
diperlukan adalah tanah dalam keadaan lembab. Bahkan kalau tergenang
dalam waktu yang cukup lama, tanaman akan mati. Pemberian air yang
ekonomis sesungguhnya adalah pemberian air sampai kapasitas lapang saja,
lalu dihentikan kemudian ditambah lagi sebelum mendekati titik layu. Dengan
cara tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kehilangan air untuk perkolasi.


18

Pertanaman J agung:
- irigasi alur yang paling baik
- tidak tahan terhadap
genangan air
- diairi 4 kali (saat tanam,
sebelum keluar malai,
keluarnya rambut,
pembentukan tongkol) @ 60
mm
- pengairan tergantung
kelembaban tanah

Pertanaman Kedelai:
- tidak tahan terhadap
genangan air
- musim kemarau diairi 3 kali @
50 mm, pada saat tanam, 14
hari, dan 30 hari setelah
tanam
- bila tidak diolah air dilewatkan
alur-alur
- alur dibuat 3-5 m terdiri atas
10-16 baris tanaman dengan
jarak 30 cm

Pertanaman Kacang Tanah:
- diairi 5-7 hari setelah tanam,
kemudian setiap 7-10 hari
sampai tanaman berumur 2,5
bulan
- agar tidak tergenang air,
pengairan dilakukan melalui
alur dengan lebar 40-60 cm


Pertanaman Kacang Hijau:
- air diperlukan tiap minggu,
sampai 1 minggu menjelang
panen
- air terbanyak pada saat
menjelang berbunga dan
pembentukan polong
Gambar 2.8: Pertanaman J agung, Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau


19
III. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dan
analisa yang dapat diilustrasikan seperti dalam diagram alir berikut ini:

Gambar 3.1: Diagram alir Metodologi Penelitian

MANUAL CROPWAT VERSI 5.5
Cara pemakaian program Cropwat :
1. Ketik nama file Cropwat pada prompt DOS
2. Pilih menu yang ada dalam program tersebut.
3. Untuk perhitungan ETo Penman, pilih menu ETo-Penman calculation
4. Masukkan data-data yang diminta, yaitu :
a. Data stasiun klimatologi
b. Data-data iklim rata-rata bulanan, meliputi :
c. data temperatur harian rata-rata (C)
d. data kelembaban udara (% atau mbar)
e. data intensitas penyinaran matahari (jam atau %)
Survey Analisa
Simulasi Cropwat
untuk pola tanam
dan areal tanam
yang optimal pada
DI Tilong
Konsep
pengelolaan air
irigasi yang sesuai
pada DI Tilong
Kesimpulan
dan saran
Data

20
f. data kecepatan angin (km/hari atau m/s)
g. Isikan data-data tersebut sebanyak bulan yang diinginkan.
5. Hasil dari ETo Penman dapat dilihat pada tabel.
6. Simpan hasil tersebut.
7. Untuk perhitungan kebutuhan air tanaman, pilih menu Crop Water
Requirement
8. Masukkan nama file yang telah disimpan dari hasil perhitungan ETo
Penman.
9. Masukkan data curah hujan (mm/bulan)
10. Masukkan persentase curah hujan efektif (effective rainfall).
11. Hasil perhitungan curah hujan efektif (effective rainfall) akan terlihat
pada output.
12. Dilanjutkan dengan memasukkan data-data tanaman, yaitu mengenai
umur-umur tanaman, beserta lama masa pertumbuhan yang dibagi
dalam beberapa periode, yaitu :
a. initial stage : masa permulaan
b. development stage : masa pertumbuhan
c. mid season : masa pembungaan
d. late season : masa pemasakan dan panen
13. Kemudian data mengenai area persemaian, laju perkolasi dan
kedalaman pembajakan sawah.
14. Setelah data-data tanaman lengkap, dilanjutkan dengan memasukkan
data waktu tanam, yaitu tanggal permulaan tanam (planting date).
15. Hasil output dari kebutuhan air untuk tanaman tersebut dapat dilihat
pada output.
16. Hal ini diulangi sampai beberapa simulasi.
17. Simpan hasil output tersebut.
18. Perhitungan rencana kebutuhan air irigasi bulanan, menu Scheme
Water supply.
19. Masukkan nama file dari kebutuhan air tanaman yang telah disimpan.
20. Masukkan berapa persen pembagian area tanam.
21. Ulangi untuk masa berikutnya, sesuai dengan pola tanam.
22. Kebutuhan air irigasi bulanan dapat dilihat pada output.


21
IV. SURVEY DAN ANALISA DATA

4.1. Survey Data
Kegiatan survey data yang dilakukan meliputi:
1. Survey debit air
2. Survey lahan irigasi dan pola tanam
3. Survey data klimatologi
Skema jaringan irigasi potensial yang dapat memanfaatkan air waduk Tilong
disajikan dalam lampiran 1. Survey data lapangan yang meliputi survey debit
air dan survey lahan irigasi serta pola tanam disajikan dalam lampiran 2.
Sedangkan survey data klimatologi disajikan dalam lampiran 3.

4.2. Analisa Data
Kegiatan analisa data yang dilakukan meliputi:
1. Analisa curah hujan
2. Analisa kebutuhan air bagi tanaman dengan model Cropwat
3. Analisa pola tanam yang sesuai untuk DI Tilong dengan program
Excell
4. Analisa neraca air dengan program Excell untuk menemukan areal
tanam yang dapat memanfaatkan air waduk Tilong secara optimal.

4.2.1. Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan dilakukan untuk menemukan kondisi tahun hujan basah,
tahun hujan kering dan tahun hujan normal. Metode analisa yang digunakan
adalah metode ploting posisi seperti ditunjukkan dalam lampiran 3-5 dan
grafik ploting posisi pada lampiran 3-6. Kondisi tahun hujan basah, tahun
hujan kering dan tahun hujan normal ditunjukkan dalam grafik lampiran 3-7.
Selanjutnya analisa curah hujan ini dipakai sebagai input dalam program
Cropwat untuk menemukan kebutuhan air bagi tanaman.

4.2.2. Analisa Kebutuhan Air Tanaman
Analisa ini diawali dengan menghitung evapotranspirasi potensial dengan
menggunakan model Cropwat yang didasarkan pada metode Penman

22
Modifikasi dengan data klimatologi seperti: temperatur, kelembaban, radiasi
penyinaran dan kecepatan angin. Kemudian ditentukan besarnya curah hujan
efektif yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada kondisi tahun hujan
kering (tilong-d), tahun hujan basah (tilong-w) dan tahun hujan normal (tilong-
n). Dalam analisa ini digunakan perhitungan berdasarkan fixed percentage of
rainfall artinya bahwa jumlah persentase tertentu dari hujan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Diambil persentase sebesar 65%. Selanjutnya
dilakukan analisa kebutuhan air tanaman padi sawah, padi ladang, jagung
dan kacang tanah untuk tanggal tanam tertentu dengan menggunakan model
Cropwat. Analisa kebutuhan air ini dilakukan untuk kondisi tahun hujan
kering (tilong-d), tahun hujan basah (tilong-w) dan tahun hujan normal (tilong-
n). Hasil perhitungan model Cropwat untuk evapotranspirasi potensial, curah
hujan efektif dan kebutuhan air tanaman disajikan dalam lampiran 4.
Analisa kebutuhan air tanaman dari hasil model Cropwat ini kemudian
ditransfer ke analisa kebutuhan air tanaman dengan menggunakan program
Excell seperti disajikan dalam lampiran 5. Dari program Excell ini dapat
ditentukan tanggal tanam tertentu yang membutuhkan air paling ekonomis
untuk tanaman padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah yaitu:
1. Untuk tanaman padi sawah:
masa tanam pertama (MT 1):
tanggal tanam: 15 Desember dan 01 J anuari
masa tanam kedua (MT 2) tanggal tanam: 15 April dan 01 Mei
2. Untuk tanaman padi ladang
masa tanam pertama (MT 1):
tanggal tanam: 01 Desember dan 15 Desember
masa tanam kedua (MT 2) tanggal tanam: 01 April dan 15 April
3. Untuk tanaman jagung
masa tanam kedua (MT 2) tanggal tanam: 01 April dan 15 April
masa tanam ketiga (MT 3):
tanggal tanam: 15 J uli dan 15 Agustus
4. Untuk tanaman kacang tanah
masa tanam ketiga (MT 3):
tanggal tanam: 15 J uli dan 15 Agustus


23
4.2.3. Analisa Pola Tanam dan Analisa Neraca Air
Analisa pola tanam yang sesuai untuk DI Tilong, dengan pertimbangan survey
data lapangan yang telah dilakukan; areal tanam potensial yang dapat
memanfaatkan air waduk Tilong secara optimal, dilakukan dalam 16 simulasi
untuk tahun hujan normal, tahun hujan kering dan tahun hujan basah seperti
disajikan dalam lampiran 6-1; 6-2 dan 6-3. Sebelum dilakukan analisa neraca
air maka dilakukan pengelompokan lahan irigasi dalam golongan yaitu 2
golongan (lihat lampiran 6-4). Selanjutnya dilakukan analisa neraca air dalam
8 simulasi untuk tahun hujan normal, tahun hujan kering dan tahun hujan
basah seperti dalam lampiran 7.

Dari analisa pola tanam dan neraca air dengan program Excell ditemukan
pola tanam yang ekonomis membutuhan air adalah pola tanam simulasi E
dan G. Tetapi bila dibandingkan dari kedua simulasi tersebut maka yang lebih
optimal dan ekonomis adalah simulasi G karena pada bulan oktober tengah
bulan kedua sampai november tengah bulan kedua tidak membutuhkan air
irigasi dimana waduk juga dalam keadaan kosong. Simulasi G ini mempunyai
pola tanam golongan 1 =357.30 Ha: padi jagung jagung; 203.60 Ha: padi
ladang jagung jagung dan golongan 2 =401.30 Ha: padi padi; 271.52
Ha: padi ladang padi ladang. Total kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan
Desember tengah bulan pertama sebesar 1113 liter per detik untuk tahun
kering (lampiran 7B-4), atau sebesar 1712 l/det setelah diperhitungkan
efisiensi irigasi sebesar 65 %. Hal ini masih dapat dipenuhi oleh air waduk
Tilong yang mampu mensuplai air untuk irigasi sebesar 2000 l/det.

4.3. Konsep Pengelolaan
Pengelolaan yang sesuai adalah diatur dalam 2 golongan dengan 4
pengelompokan areal tanam dapat dijelaskan dengan menggunakan analisa
neraca air simulasi G pada lampiran 7A-5, lampiran 7B-5 dan lampiran 7C-5:
a. Golongan 1: Fatukanutu, Manifu dan Oelpuah (lihat lampiran 6-4)
areal tanam =357.30 Ha, pola tanam padi sawah, palawija
areal tanam =203.60 Ha, pola tanam padi ladang, palawija
b. Golongan 2: Puluti, Batuoe dan Oefafi (lihat lampiran 6-4)
areal tanam =401.30 Ha, pola tanam padi sawah, palawija

24
areal tanam =271.52 Ha, pola tanam padi ladang, palawija

Untuk tahun normal, pemberian air dimulai pada bulan November kedua
sebesar 716 l/det dialirkan ke golongan 1. Bulan Desember pertama air
dialirkan sebesar 1619 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 735 l/det dan
golongan 2 sebesar 884 l/det. Pada bulan Desember kedua air dialirkan
sebesar 1078 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 276 l/det dan golongan
2 sebesar 803 l/det. Begitu seterusnya untuk bulan J anuari dan seterusnya
seperti dalam lampiran 7A-5. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan J uni
pertama dengan debit sebesar 1635 l/det dari waduk dialirkan ke golongan 1
sebesar 618 l/det dan golongan 2 sebesar 1018 l/det.

Untuk tahun kering, pemberian air dimulai pada bulan November kedua
sebesar 726 l/det dialirkan ke golongan 1. Bulan Desember pertama air
dialirkan sebesar 1712 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 807 l/det dan
golongan 2 sebesar 905 l/det. Pada bulan Desember kedua air dialirkan
sebesar 1279 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 374 l/det dan golongan
2 sebesar 905 l/det. Begitu seterusnya untuk bulan J anuari dan seterusnya
seperti dalam lampiran 7B-5. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan
Desember pertama dengan debit sebesar 1712 l/det dari waduk dialirkan ke
golongan 1 sebesar 807 l/det dan golongan 2 sebesar 905 l/det.

Untuk tahun basah, pemberian air dimulai pada bulan November kedua
sebesar 678 l/det dialirkan ke golongan 1. Bulan Desember pertama air
dialirkan sebesar 1317 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 516 l/det dan
golongan 2 sebesar 802 l/det. Pada bulan Desember kedua air dialirkan
sebesar 667 l/det dari waduk ke golongan 1 sebesar 82 l/det dan golongan 2
sebesar 585 l/det. Begitu seterusnya untuk bulan J anuari dan seterusnya
seperti dalam lampiran 7C-5. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan J uni
pertama dengan debit sebesar 1619 l/det dari waduk dialirkan ke golongan 1
sebesar 610 l/det dan golongan 2 sebesar 1009 l/det.

25
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat ditemukan dalam analisa optimalisasi pengelolaan air
waduk Tilong untuk Irigasi pertanian pada DI Tilong:
1. Pola tanam dan areal tanam yang sesuai serta optimal dan ekonomis
adalah pola tanam simulasi G. Areal tanam golongan 1 =357.30 Ha
dengan pola tanam: padi jagung jagung; 203.60 Ha: padi ladang
jagung jagung dan golongan 2 =401.30 Ha: padi padi; 271.52 Ha:
padi ladang padi ladang. Total kebutuhan air terbesar terjadi pada
bulan Desember tengah bulan pertama sebesar 1113 liter per detik
untuk tahun kering (lampiran 7B-4), atau sebesar 1713 l/det setelah
diperhitungkan efisiensi irigasi sebesar 65 %.
2. Areal tanam seluruhnya yang dapat memanfaatkan air waduk Tilong
dengan pola tanam yang sesuai adalah 1233.72 Ha.
3. Pengelolaan yang sesuai adalah diatur dalam 2 golongan dengan 4
pengelompokan areal tanam:
a. Golongan 1: Fatukanutu, Manifu dan Oelpuah
areal tanam =357.30 Ha, pola tanam padi sawah, palawija
areal tanam =203.60 Ha, pola tanam padi ladang, palawija
b. Golongan 2: Puluti, Batuoe dan Oefafi
areal tanam =401.30 Ha, pola tanam padi sawah, palawija
areal tanam =271.52 Ha, pola tanam padi ladang, palawija
Untuk tahun normal, kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan J uni
pertama dengan debit sebesar 1635 l/det dari waduk dialirkan ke
golongan 1 sebesar 618 l/det dan golongan 2 sebesar 1018 l/det.
Untuk tahun kering, kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan
Desember pertama dengan debit sebesar 1712 l/det dari waduk
dialirkan ke golongan 1 sebesar 807 l/det dan golongan 2 sebesar 905
l/det. Untuk tahun basah, kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan
J uni pertama dengan debit sebesar 1619 l/det dari waduk dialirkan ke
golongan 1 sebesar 610 l/det dan golongan 2 sebesar 1009 l/det.

Anda mungkin juga menyukai