Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh:
DEWI KHUSNIAWATI
(201210461011019)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(BBLR)
A. PENGERTIAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya <
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
B. PENGGOLONGAN
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi
itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi
(SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).
2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas
persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.

4. Penggolongan berdasarkan usia kehamilan


a. Extremely prematur : 24 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 27
minggu masih sukar hidup terutama dinegara belum atau sedang
berkembang. Untuk 28 30 minggu mungkin dapat hidup dengan
perawatan yang intensive.
b. Moderat prematur : 31 36 minggu, pada golonganini kesanggupan untuk
hidup jauh lebih baik
c. Borderline prematur : 37 38 minggu, bayi ini mempunyai sifat premature
dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi
matur, akan tetapi sering timbul problem seperti bayi prematur misalnya
sindroma gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia.
C. PENYEBAB
1. Prematur murni dapat disebabkan oleh:
a. Faktor Ibu
1) Umur (< 20 tahun).
2) Paritas.
3) Ras.
4) Infertilitas.
5) Riwayat kehamilan tak baik.
6) Rahim abnormal.
7) Jarak kelahiran terlalu dekat.
8) BBLR pada anak sebelumnya.
9) Malnutrisi sebelum hamil (pertambahan berat badan kurang selama
hamil).
10) Penyakit akut dan kronik. (penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan, misalnya toksemia grafidarum, truma fisik dan psikologis,
penyakit lain ialah nefritis akut atau tindakan operatif dapat merupakan
factor etiologi prematuritas)
11) Kebiasaan tidak baik (pengobatan selama hamil, merokok, alkohol,
radiasi).

12) Keadaan penyebab insufisiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru,


hipertensi, DM, preeklamsi).
13) Keadaan sosial ekonomi (status gizi dan pengawasan ANC yang kurang
baik).
b. Faktor Placenta
1) Penyakit vaskuler.
2) Kehamilan ganda.
3) Malformasi.
4) Tumor.
c. Faktor Janin
1) Kelainan kromosom.
2) Malformasi.
3) Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (misal; TORCH).
4) Kehamilan ganda.
2. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat
antara ibu dan janin.
D.

PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko

gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;


1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek
hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm


mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas
dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga
sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan akan kalori.
E.

GEJALA KLINIS
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai
berikut:
1. Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm,
lingkar kepala < 33 Cm.
2. Masa gestasi < 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala
relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub
kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia
immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki
fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum
sempurna.
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena pusat pengaturan suhu badan yang masih
dalam taraf perkembangan, cadangan energi yang kurang (glikogen dan lemak
coklat di subkutan kurang), jaringan lemak subkutan tipis sehingga
memudahkan penguapan, luas permukaan tubuh relative lebih luas sehingga
resiko kehilangan panas dan air lebih besar.
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.

3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.


4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah
terkena penyakit membran hyalin dan pernafasan tidak teratur.
5. Gangguan pencernaan dan nutrisi, motilitas usus berkurang, volume lambung
kecil dan waktu pengosongan lambung bertambah enzim lactase masih kurang
sehingga penyerapan berkurang.
6. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu.
F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari.
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah (812 jam post natal).
c. Analisa gas darah
d. Elektrolit darah (k/p)
e. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1)

(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin


artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.

2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.


3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
G.

H.

KOMPLIKASI
0

1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).

2. Hipoglikemi simtomatik.

3. Asfiksis neonatorum

4. Penyakit membran hialin.

5. Hiperbilirubinemia.
PENATALAKSANAAN

Setelah bayi lahir dilakukan:

1. Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
2. Tindakan Khusus
a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi barulahir
dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL
2000 garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan
lampu.
b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindroma aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan foto thorax.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan
umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
2) Periksa kadar gula darah 812 jam post natal.
3) Periksa refleks hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI.
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yangdapat
diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan
mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuan.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.

i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.


I.

PROGNOSIS
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi
(semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka
kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan
pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll).

J.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR


Masalah keperawatan yang sering muncul pada BBLR adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas otot pernafasan
2. pola makan bayi tidak efektif berhubungan dengan prematuritas
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
4. Menyusui tidak efektif behubungan dengan prematuritas, reflek hisap lemah.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan belum sempurnanya status imun.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No
1

Diagnosa
Keperawatan
Pola nafas tidak
efektif b.d imaturitas
otot pernafasan

Tujuan

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan


1. Managemen jalan nafas
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Pelihara kepatenan jalan nafas
1. status respirasi : ventilasi klien
- Posisikan pasien untuk
membaik dari skala sangat
memaksimalkan ventilasi
bermasalah (1) menjadi tidak
- Auskultasi bunyi nafas, adanya
bermasalah (5) dengan indikator :
penurunan atau tidak adanya
- Frekwensi pernafasan dalam
ventilasi dan adanya suara nafas
batas normal
tambahan.
- Irama pernafasan dalam batas
- Monitor pernafasan dan status
normal
oksigenasi
- Kemudahan bernafas
- Hilangkan sekresi dengan
- Pengeluaran sputum
menggunakan suction jika perlu
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Lakukan terapi fisik dada jika perlu
- Ekspansi dada simetris
- Berikan terapi O2
- Tidak ada dispneu saat istirahat
- Posisikan pasien untuk mengurangi
maupun saat beraktifitas
dispnea
- Suara perkusi dan auskultasi
- Berikan terapi nebulezer jika perlu
sesuai yang diharapkan
- Atur intake cairan untuk
2. Suara pernafasan : kepatenan
mempertahankan keseimbangan
jalan nafas membaik dari skala
cairan.
sangat bermasalah (1) menjadi
2. Monitor respirasi
tidak bermasalah (5) dengan
- Monitor rata-rata, kedalaman, irama
indikator :
dan usaha nafas
- Tidak ada demam
- Catat pergerakan dada, amati
- Frekwensi pernafasan dalam
kesimetrisan, penggunaan otot
batas normal
tambahan, retraksi supraclavikular
- Sputum keluar dari saluran
dan intercostal

Rasionalisasi
- Memfasilitasi kepatenan jalan
nafas.

- Agar jalan nafas terbuka dan pola


nafas lancar
- Fisioterapi dada membantu untuk
mengeluarkan sumbatan / sekret

- Mengetahui kemampuan
pengembangan paru

pernafasan
- Bebas dari suara nafas
tambahan
- Irama pernafasan dalam batas
normal

- Monitor suara nafas


- Monitor pola nafas : bradipnea,
takipnea, kusmaul, cheyn stokes,
biot.
- Palpasi kesamaan ekspansi paru
- Catat perubahan nilai AGD, saturasi
O2
- Asukultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan nafas
- Posisikan pasien pada satu sisi untuk
mencegahaspirasi
3. Vital sign monitoring
- Monitor nadi, suhu dan RR
- Monitor frekwensi dan irama
pernafasan
- Monitor suara paru
Pola makan bayi tidak Setelah dilakukan tindakan
1. Enteral Tubing Feeding
efektif berhubungan keperawatan pemberian breast
- Pasang NGT, OGT
dengan prematuritas
feeding : bayi efektif dari skala tidak
- Monitor kepatenan insersi NGT /
mencukupi (1) menjadi sepenuhnya
OGT
tercukupi (5) dengan indikator :
- Cek peristaltic usus
- Pertumbuhan bayi dalam rentang
- Monitor adanya muntah / distensi
normal
abdomen
- Perkembangan infant dalam
- Cek residu 4 6 jam sebelum
rentang normal
pemberian enteral.
- Bayi menyusui minimal 5 10

- Perubahan nilai AGD dan


saturasi O2 merupakan indikasi
adanya gangguan dalam
pernafasan klien
- Crakles dan ronchi adalah
indikator adanya cairan / sekret
dalam jalan nafas
- Mengetahui kondisi
hemodinamik klien

- NGT/OGT membantu
tercukupinya nutrisi klien
- Peristatik usus merupakan
indikasi kesiapan saluaran
pencernaan untuk menerima ASI
- Untuk mengetahui penyerapan
nutrisi dalam saluran pencernaan
bayi

2. TPN (total Parenting Nutrition)


- Pelihara tehnik steril dalam persiapan
cairan
- Cek TPN kebenaran cairan nutrisi
sesuai order
- Gunakan infus pump
- Monitor intake output
- Monitor hasil GDS, protein dan
elektrolit
- Monitor BB tiap hari
3. Membantu menyusui bayi
- Monitor reflek hisap bayi
- Ajarkan orang tua untuk menyusui
- Ajarkan orang tua untuk memeras
ASI
- Berikan susu formula jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
1. Thermoregulasi
keperawatan , selama perawatan
- Monitor temperature tiap 2 jam atau
Thermoregulasi neonatus
sesuai kebutuhan
terkontrol dengan rentang skala
- Monitor temperature bayi baru lahir
sangat bermasalah (1) sampai tidak
sampai suhu stabil
bermasalah (5) dengan indikator :
- Monitor nadi, suhu dan RR
- Temperatur tubuh dalam batas
- Monitor warna kulit dan temperature
normal (36,5 37, 5)
- Monitor dan laporkan tanda-tanda
- Warna kulit dalam batas normal
dan gejala hipotermi dan
(kemerahan)
hyperthermia
- Tidak ada tanda-tanda respiratory
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
distress
- Selimuti bayi setelah lahir untuk
- Hidrasi adequat
mencegah kehilanagn panas
- Balance cairan dalam batas
- Tempatkan bayi dalam incubator atau
-

Thermoregulasi tidak
efektif b.d imaturitas

menit
Minimal ibu menyusui 8 kali
dalam sehari
Eliminasi antara 6 atau lebih
dalam sehari
Berat badan menngkat
Bayi puas setelah menyusu.

- Mencegah timbulnya masalah


seperti diare danlainnya.
- Untuk menjaga kepatenan jumlah
cairan yang masuk
- Untuk mengetahui status hidrasi
klien
- Untukmengetahui adanya
peningkatan / penurunan BB
- Reflek hisap hisap yang baik
merupakan tanda perkembangan
bayi membaik.

- Untuk mengetahui peningkatan


dan penurunan suhu bayi
- Temperatur bayi yang ekstrim
dapat menyebabkan masalah
yang serius pada BBLR
- Perubahan Temperatur dan warna
kulit indikator adanya kelainan
pada bayi (gangguan
termoregulasi)
- Intake cairan dan nutrisi dapat
meningkatkan BB sehingga
termoregulasi bayi bisa stabil
- Selimut bisa mencegah hipotermi

dibawah pemancar panas (warmer)


- Gunakan linen yang hangat
- Lakukan perawatan kanguru mother
care jika memungkinkan.
Setelah dilakukam asuhan
1. Kontrol infeksi
keperawatan selam 3 x 24 jam
- Monitor tanda-tanda vital
1. Resiko infeksi dapat terkontrol
- Pertahankan kebersihan diri dan
dari skala sangat bermasalah (1)
lingkungan
menjadi tidak bermasalah (5)
- Batasi jumlah pengunjung
dengan indikator :
- Anjurkan untuk mencuci tangan
- Tidak ditemukan tanda-tanda
sebelum dan sesudah kontak dengan
infeksi
pasien
- Tanda vital dalam batas normal
- Gunakan universal precaution
2. Status imun klien meningkat
- Anjurkan intake nutrisi dan cairan
dengan skala sangat bermasalah
yang sesuai
(1) sampai tidak bermasalah (5)
- Ganti IV line sesuai petunjuk
- Klien bebas dari tanda dan
- Managemen antibiotik sesuai
gejala infeksi
program
- Status gastrointestinal, status 2. Proteksi infeksi
respirasi, status genitourinaria,
- Monitor tanda-tanda dan gejala
temperatur dan berat badan
infeksi sistemik dan lokal
sesuai yang diharapkan
- Monitor nilai hasil laboratorium :
- Jumlah leukosit (WBC) dalam
WBC dan granulosit
batas normal
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap redness, extreme warmth,
atau drainase
- Pertahankan prinsip steril selama
perawatan
- Pertahankan nutrisi yang adekuat
-

Resiko infeksi
berhubungan dengan
belum sempurnanya
status imun

normal
Akral hangat

- Suhu inkubator bisa


menghangatkan tubuh bayi
- Untuk mempertahankan suhu
tubuh stabil
- Untuk meningkatkan status
ksehatan klien
- Paparan lingkungan bias
meningkatkan infeksi
- Meminimalkan INOS

- Untuk meningkatkan imunitas


- Mencegah terjadinya infeksi
- Antibiotic dapat mencegah
/mengobati infeksi
- Untuk mengetahui secara dini
tanda-tanda infeksi
- Nilai WBC yang meningkat
indikator adanya infeksi
- Kemerahan, hangat dan drainase
adalah tanda awal terjadi infeksi
- Mencegah terjadinya infeksi
- Meningkatkan status imun

DAFTAR PUSTAKA
Doegus ME. Moorhause. MF.2001.RENCANA KEPERAWATAN MATERNITAS / BAYI.
EDISI 2. egc. JAKARTA.
Mc.Closkey,J.C., Bulechek,G.M,1996, NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION
(NOC0, Mosby, St.Louis.Philadelpia.
NANDA INTERNASIONAL, 2005. NURSING DIAGNOSIS ; DEFINITION &
CLATIFICATION 2005- 2006. Nanda. Philadelphia.
Nelson KA,JAFFE.Ms.1989. MATERNAL INFANT HEALT CARE PLANNING SECORD.
Edition Sptinghouse Laporation, Pennsyvaria.
------------,1994. ILMU KESEHATAN ANAK, Jilid I , ECG. Jakarta.
Prawirohardjo,S., 1999, ILMU
Prawirohardjo, Jakarta

KEBIDANAN,

Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Short,JR, et.al, Alih bahasa Eric Gultom, 1994, IKHTISAR PENYAKIT ANAK, Binarupa
Aksara, Jakarta
Sujono A, 1998. PENATALAKSANAAN NEONATUS RESTI, Naus & Canarff, EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai