Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Unity gain
Jika R
f
= R
1
maka penguatan tegangan = - 1
b. Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real
Tentu saja Op-Amp yang ada tidak persis seperti Op-Amp ideal,tetapi terdapat
beberapa sifat yang tidak ideal. Pada banyak rangkaian dan pemakaian rangkaian
tersebut, pengaruh sifat real dari Op-Amp pelu diperhatikan karena pengaruh pada fungsi
rangkaian cukup besar. Rangkaian ini misalnya rangkaian ukur yang harus memberikan
hasil yang sangat teliti atau rangkaian dimana Op- Amp dirangkai bersama dengan
resistivitas yang sangat besar pada masukkan Op-Amp.
c. Diferential Amplifier
Gambar 3.2.6 Rangkaian Diferential Amplifier
Differential amplifier adalah rangkaian yang banyak digunakan dalam
IC.Perhatikan bahwa rangkaian mempunyai dua input dan dua output. Jika sinyal input
diaplikasikan pada salah satu input, dengan input yang lain dihubungkan ke ground,
operasi kerjanya disebut dengan single-ended. Jika dua input dengan polaritas berlawanan
diaplikasikan, disebut dengan double-ended.
Jika input yang sama diaplikasikan pada ke dua terminal input, disebut dengan
common mode. Dalam operasi common-mode, input sinyal yang sama menghasilkan
sinyal yang berlawanan pada masing-masing collector. Kedua sinyal saling meniadakan
sehingga outputnya menjadi nol. Dalam praktek, nilai output tidak benar-benar nol, tapi
menghasilkan sinyal yang kecil. Fitur utama dari differential amplifier adalah gain yang
sangat besar jika sinyal yang berlawanan diberikan pada input, dibandingkan dengan gain
yang sangat kecil yang dihasilkan dari common input. Ratio dari perbedaan penguatan ini
disebut common mode rejection.
Gambar 3.2.7 Rangkaian Bias DC
Arus emitter :
Dengan asumsi kedua transistor sama (Q
1
= Q
2
) maka
Menghasilkan tegangan collector
d. Penguatan Diferensial
Sifat dari Op-Amp ideal adalah voltase pasa keluaran hanya tergantung dari
selisih antara kedua masukkan dan penguatan diferensialnya tak terhingga. Sebenarnya
penguatan diferensial memiliki nilai yang terhingga. Penguatan diferensial biasa disebut
sebagai AD dan terdifinisi sebagai berikut :
)
Di mana :
V
out
= voltase pada keluaran Op-Amp
V
pos
= voltase pada masukkan non-inverting ( tak membalik )
V
neg
= voltase pada masukkan inverting ( membalik )
V
pos
-V
neg
= perubahan dari perbedaan antara voltase pada kedua masukan
Op-Amp.
e. Penguatan Bersama ( Common Amplification )
Pada Op-Amp ideal voltase keluaran hanya tergantung dari perbedaan voltase
pada kedua masukkan dn tidak tergantung dari besar potensial pada masukkannya. Berarti
keluaran sama persis ketika kedua masukan sama-sama mempunyai potensial IV terhadap
GND atau mempunyai potensial 8V terhadap GND. Pada Op-Amp real potensial bersama
dari input akan mempengaruhi keluaran. Terhadap penguatan bersama AC ( common
Amplification ) dengan definisi sebagai berikut :
dimana :
V
out
: perubahan voltase output
V
in bersama
: perubahan voltase bersama pada kedua
masukan,dimana voltase bersama terdefinisi sebagai
Common Mode Rejection Ratio ( CMRR ) sering dinyatakan dengan huruf besar
G adalah perbandingan antara penguatan diferensial AD dan bersama AC:
f. Input Op-Amp
Untuk Op-Amp ideal voltase keluaran nol ketika perbedaan voltase input
nol,tetapi dalam Op-Amp real voltase input biasanya berbeda dari nol ketika keluaran nol.
Perbedaan voltase input dimana voltase output nol tersebut Input Offset, V
off
. Besar dari
input offset tergantung dari Op-Amp dan biasanyan besarnya antara 25V dan 5mV.
Kalau suhu berubah maka voltase offset juga berubah. Besar perubahan voltase offset
Voff per perubahan suhu T, (
karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
Selanjutnya
atau
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, maka dapat ditulis
..........(1)
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah
0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
..........( a )
Arus IDC yang mengalir dari D ke C terdapat ari Hukum Ohm :
..........( b )
Jika persamaan b dimasukkan ke persamaan a maka terdapat persamaan potensial
:
ruas kanan dari persamaan diatas dapat diubah menjadi :
sehingga persamaan menjadi :
Voltase output dari Op-Amp dapat ditemukan persamaan sebagai berikut :
V
output
= ( V
input 1
V
input 2
) . A
V
output
= ( V
in
+
- V
in
-
) . A
)
b. Penguat Linear yang Non-Inverting dengan Op-Amp
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan
pada gambar 3.2.9 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang
dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini
akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp
non inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian inverting.
Gambar 3.2.9 Penguat Non-Inverter
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta
yang ada, antara lain :
V
in
=V+
V+=V- =V
in
.......... lihat aturan 1.
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R
2
adalah V
out
V- =V
out
V
in
, atau i
out
=(V
out
-V
in
)/R
2
Lalu tegangan jepit pada R
1
adalah V- = V
in
, yang berarti arus iR
1
= V
in
/R
1
.
Hukum kirchoff pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa i
out
+
i(-) = iR
1
. Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang
sebelumnya, maka diperoleh i
out
= iR
1
dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-
masing maka diperoleh
(V
out
V
in
)/R
2
=V
in
/R
1
yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
V
out
=V
in
(1 +R
2
/R
1
)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan
masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting
G =V
out
/ V
in
=(1 +R
2
/R
1
) .......... (2)
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input
non-inverting op-amp ersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi
input Zin = 108 to 1012 Ohm.
c. Rangkaian Diferensiator
Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah :
Jika komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di depan, maka
akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 3.3. Dengan analisa yang
sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan penguatannya :
Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout pada
rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh praktis dari hubungan
matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka outputnya akan
mengahasilkan sinyal kotak.
Gambar 3.2.10 Differensiator
Bentuk rangkaian differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting.
Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting
dan pada rangkaian differensiator diketahui,
maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator
()
Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass
filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun demikian,
sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi.
Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain).
Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan R. Dengan
cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai frekuensi cutoff tertentu.
Gambar 3.2.11 Rangkaian OPAmp sebagai Differensiator
Gambar diatas merupakan rangkaian differensiator, yaitu rangkaian yang akan
mendifferensialkan sinyal yang masuk ke rangkaian tersebut. Output dari rangkaian ini
seakan-akan merupakan fungsi hasil pendifferensialan dari fungsi masukan. Rangkaian
ini dinamakan pula the differentiation amplifier. Dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 3.2.12 Pendiferensialan sinyal kotak
Sama halnya dengan sinyal-sinyal lain yang dimasukkan ke rangkaian itu,
keluarannya akan terdifferensialkan.
d. Rangkaian Integrator
Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan
respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya adalah
rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4. Rangkaian dasar sebuah
integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian umpanbaliknya
(feedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor C.
Gambar 3.2.13 Integrator
Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan menganalisa
rangkaian opamp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan opamp (golden rule) maka
pada titik inverting akan didapat hubungan matematis :
i
in
= (V
in
V-)/R = V
in
/R ,
dimana V- = 0 (aturan1)
i
out
= -C d(V
out
V-)/dt = -C dv
out
/dt;V- = 0
i
in
= i
out
; (aturan 2)
Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan :
i
in
= i
out
= V
in
/R = -C dV
out
/dt,
atau dengan kata lain :
)
Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan
keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan
nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian Miller Integral.
Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian
pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak.
Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana
penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus :
()
Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan mengingat
rumus dasar penguatan op-amp inverting G = - R2/R1. Pada rangkaian integrator (gambar
3) tersebut diketahui
Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti
persamaan (5) atau agar terlihat respons frekuensinya dapat juga ditulis dengan
()
Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkain integrator ini merupakan
dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara matematis, penguatan akan
semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input
semakin besar.
Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan sebuah
resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu yang diinginkan.
Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan berupa saklar terbuka.
Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya akan saturasi sebab rangkaian
umpanbalik op-amp menjadi open loop (penguatan open loop op-amp ideal tidak
berhingga atau sangat besar). Nilai resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin.
Gambar 3.2.14 Rangkaian OPAmp sebagai Integrator
Perhatikan perbedaannya dengan rangkaian differensiator pada gambar 3.2.14
diatas. Yaitu tidak adanya capasitor pada jalur input. Bila diberikan sinyal kotak sebagai
masukan, akan dihasilkan sinyal mirip segitiga. Dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.2.15 Pengintegralan sinyal kotak
e. Inverting Amplifier
Rangkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting amplifier,
seperti gambar berikut :
Gambar 3.2.16 Rangkaian Inverting Amplifier
Output diperoleh dengan mengalikan input dengan suatu konstanta penguatan
yang nilainya ditentukan oleh resistor input R
1
dan resistor umpan balik R
f
. Output ini
terbalik (inverted) dari input (beda phase 180
o
).
f. Unity Follower
Unity follower menghasilkan gain = 1 tanpa pembalikan phase. Dengan demikian
maka V
o
= V
1
. Ini berarti bahwa output mempunyai magnitud dan phase yang sama
dengan input.
Gambar 3.2.17 Unity Follower
g. Summing Amplifier
Gambar 3.2.18 Summing Amplifier
Rangkaian menunjukkan penguatan dengan tiga input yang menghasilkan suatu
fungsi penjumlahan. Masing-masing input dikuatkan dengan suatu konstanta penguatan
sebelum dijumlahkan. Tegangan output yang dihasilkan adalah :
)
h. Comparator
Rangkaian comparator digunakan untuk membandingkan tegangan masukan.
Apakah positif ataukan negatif. Rangkaian ini dapat digunakan sebagai sensor. Dengan
mengetahui masukan bertegangan positif/negatif output maka akan mempengaruhi output
rangkaian, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan bila
suatu gejala tertentu terjadi. Gambar rangkaian sebagai berikut :
Gambar 3.2.19 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator
Karena sinyal input dimasukkan melalui kaki + maka bila V
in
positif maka V
out
juga positif. Demikian pula bila V
in
negatif maka Vout negatif. Bila masukan nol, maka
sinyal keluaran juga akan nol. Untuk rangkaian dengan tipe :
Gambar 3.2.20 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator
i. Adder
Gambar 3.2.21 Rangkaian OpAmp sebagai adder
Rangkaian adder merupakan rangkaian yang menjumlahkan tegangan masukan
menjadi tegangan output. Juga tergantung dari berapa besar penguatannya.
Sehingga bila dimasukkan tegangan masing-masing 1V, 2V dan 3V maka output
yang didapat adalah 6V.
Dihitung dengan persamaan :
disederhanakan :
Sedangkan bila kita hitung V
o
berdasarkan V
1
sebagai berikut
Karena = 2k dan = 1k maka besarnya gain sebesar 1+2 = 3.
)
(
maka :
)
Sehingga telah terbukti secara matematis bahwa rangkaian diatas merupakan
adder/penjumlah.
3.3 Daftar Komponen dan Alat
1. IC op-amp
2. Resistor dan kapasitor
3. Potensiometer
4. Osiloskop
5. Multimeter
6. Disket / Flashdisk
7. Milimeterblock
8. Pulpen / pensil
9. Penggaris / mistar
3.4 Cara Kerja
- Non Inverting
Rumus Dasar
Gain tegangan =
Konfigurasi sirkuit diagram
Langkah 1
Ikuti Posisi osiloskop:
CH1 dan CH2 : 0,5V/div, AC coupling
Waktu dasar : 1ms/div, AC coupling
Langkah 2
menghubungkan kekuatan untuk sirkuit dan menyesuaikan output dari generator
sinyal untuk pp voltage 1v dan mengatur frekuensi sampai 400 Mhz. Apa
perbedaan antara dua sinyal ketika input dari penguat posioned di sisi atas layar
osciloskop dan output diposisikan pada sisi bawah? satu-satunya perbedaan adalah
bahwa valeu sinyal output than.that lebih besar dari sinyal input seperti pada
(gambar 2-22) sebagai fase sinyal input dan fase sinyal output yang sama, sinyal
dua menjadi modus umum?
(gambar 2-22) Input dan Output bentuk gelombang non-inverting amplifier
Langkah 3
apa nilai dari output p-p tegangan?
Vo(p-p)=
jika nilai yang terukur pp sekitar 2v, apa gain tegangan?
Acl=
apa yang akan menjadi tegangan jika dibandingkan dengan rumus dasar? dengan
kata lain, apa perbedaan antara nilai yang dihitung dan nilai ukuran?
perbedaan
Langkah 4
mempertahankan tingkat input seragam pada tegangan 1V p-p, dan melengkapi
tabel berikut dengan mengubah Rb perlawanan. apakah hasil eksperimen sesuai
dengan formula dasar.
- Inverting
Konfigurasi sirkuit diagram
Rumus Dasar
Gain tegangan =
Langkah 1
Ikuti posisi osiloskop:
CH1 dan CH2 : 0,5V/div, AC coupling
Waktu dasar : 1mS/div, AC coupling
Langkah 2
Membangun sirkuit seperti yang ditunjukkan pada diagram rangkaian dan
menghubungkan kekuasaan. menyesuaikan output dari generator sinyal untuk p-
pvoltage 1V, dan mengatur frekuensi untuk 500Hz. posisi tegangan input pada sisi
atas layar osiloscope dan tegangan output pada sisi bawah layar. apa perbedaan
antara dua sinyal? fase sinyal output terbalik seperti pada (gambar 2-24).
dibandingkan dengan sinyal input.
karena ketika sinyal input menghasilkan puncak negatif, sinyal output
menghasilkan puncak positif, ada perbedaan fasa 180
o
.
(gambar 2-24) Input dan Output bentuk gelombang non-inverting amplifier
Langkah 3
apa yang output p-p tegangan? tegangan output pp menjadi 1V sebagai tegangan
input. Sebagai hasilnya, keuntungan tegangan -1.0, di mana simbol negatif
membalikkan fase input.
Gain tegangan =
Langkah 4
mempertahankan tingkat input seragam pada tegangan 1V pp, dan melengkapi
tabel berikut dengan mengubah RB perlawanan. apakah hasil eksperimen cocok
dengan gain tegangan diperoleh atas dasar dari rumus dasar?
3.5 Lembar Kerja dan Data Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Non Inverting
R
B
Measured valve Vo (P-P) Voltage Gain
1 k 1,46 V 1
20 k 2,16 V 3
47 k 5,04 V 5,7
100 k 7,92 V 7
Tabel 3.2 Inverting
R
B
Measured valve Vo (P-P) Voltage Gain
10 k 760 mV -1
20 k 1,4 V -2
47 k 3,2 V -4,7
60 k 4,24 V -6
3.6 Analisa Pembahasan Hasil Percobaan
Vpp = Div Vertikal x Volt/Div
Rumus diatas digunakan untuk mencari tegangan puncak peak to peak secara teori
Voltage gain
=1+
+2=3.33
Persentase kesalahan dapat dicari berdasarkan rumus berikut :
% kesalahan relatif =
Vteori
Vteori n Vpengukura
x 100 %
Perhitungan kesalahan pengukuran
=
x 100% = 69.96%
Berikut tabel perbandingan kesalahan antara teori dan perhitungan
Tabel 3.3 perbandingan teori dan perhitungan non inverting
Voltage Gain
Teori
Voltage Gain
Praktek
Persentase
kesalahan (%)
3.33 1 69.96
9 3 50
10 5.7 75.4
13 7 85.7
Tabel 3.4 perbandingan teori dan perhitungan inverting
Voltage Gain
Teori
Voltage Gain
Praktek
Persentase
kesalahan (%)
3.33 - 1 76
9 -2 122
10 -4.7 570
13 -6 146
Kesalahan dalam perhitungan dalam tabel diatas dikarenakan kurangnya presisi alat
ukur serta pembacaan hasil pengukuran yang kurang teliti.
3.7 Pertanyaan dan Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP?
2. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP!
3. Buatlah symbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing masing
bagiannya!
4. Jelaskan fungsi dari masing masing kaki OP-AMP (pada OP AMP
741)menurut datasheet yang anda peroleh!
5. Tentukan besarnya gain bagi amplifier membalik dan tak membalik!
6. Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (voltage follower)!
7. Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan op-amp nyata!
8. Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari amplifier penjumlah/adder!
9. Apa yang dimaksud dengan frekuensi cut-off atau putus dan berapa besarnya gain
pada kondisi ini?
10. Berapa frekuensi cut-off dari filter-filter pada percobaan yang anda lakukan dan
bandingkan hasil ini dengan perhitungan/teorinya!
Jawaban Pertanyaan
1. Penguat operasional (op-amp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai dua
masukan dan satu keluaran. Op-amp biasa terdapat di pasaran berupa rangkaian
terpadu (integrated circuit-IC).
Gambar 3.7.1 Rangkaian dasar penguat operasional
Gambar 3.7.1 menunjukkan sebuah blok op-amp yang mempunyai berbagai tipe
dalam bentuk IC. Seperti terlihat pada gambar 3.7.2, op-amp memiliki masukan
tak membalik v+ (non-inverting), masukan membalik v- (inverting) dan keluaran
vo. Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik (v-), maka
pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran akan berlawanan fase
(berlawanan tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya jika isyarat masukan
dihubungkan dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat keluaran akan
sefase. Sebuah opamp biasanya memerlukan catu daya 15 V. Dalam
menggambarkan rangkaian hubungan catu daya ini biasanya dihilangkan.
2. Fungsi dari op-amp antara lain :
Karakteristik terpenting dari sebuah op-amp yang ideal adalah:
Penguatan loop terbuka amat tinggi
Impedansi masukan yang sangat tinggi sehingga arus masukan dapat
diabaikan
Impedansi keluaran sangat rendah sehingga keluaran penguat tidak
terpengaruh oleh pembeban.
3.
Gambar 3.7.2 simbol penguat operasional
Keterangan gambar :
1. Inverting Input
2. Non-Inverting Input
3. Output.
4. Fungsi dari masing-masing kaki Op-Amp pada Op-Amp 741 adalah :
Gambar 3.7.3 Rangkaian penguat operasional 741
Pin 1(3) + Pin 5(9) untuk penyetelan 0 volt.
Pin 2 (4) untuk inverting input.
Pin 3 (5) untuk noninverting input.
Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negatif.
Pin 6 (10) terminal keluaran (output).
Pin 7 (11) untuk tegangan positif
5. a.Amplifier membalik :
Gambar 3.7.4 amplifier membalik
1
1
0
V
R
R
V
f
;
1
0
V
V
G
Sehingga :
1
R
R
G
f
b. Amplifier tak membalik :
Gambar 3.7.5 amplifier tak membalik
o
f
V
R R
R
V
1
1
1
;
1
0
V
V
G
Sehingga :
1
1
R
R R
G
f
1
1
R
R
f
6. Rangkaian buffer/voltage follower adalah rangkaian yang inputnya sama
dengan hasil outputnya. Dalam hal ini seperti rangkaian common colektor yaitu
berpenguatan = 1. Rangkaiannya seperti pada gambar berikut ini
Gambar 3.7.6 Rangkaian Buffer/Voltage Follower
Nilai R yang terpasang berguna untuk membatasi arus yang di keluarkan. Besar
nilainya tergantung dari indikasi dari komponennya, biasanya tidak dipasang
karena arus dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan op-ampnya.
7. Sifat op-amp ideal dan hubungannya dengan op amp nyata adalah :
Sifat op-amp ideal yaitu :
a. Faktor penguat open loop gain tak terhingga
b. Bila inputnya sama dengan 0 maka outputnya juga 0
c. Impedansi input tak terhingga dan impedansi outputnya sangat rendah
(0).
d. Lebar bandwidth tidak terhingga artinya penguatan dari DC sampai
frekuensi tak terhingga tetap sama.
e. Rise time = 0
f. Tidak peka terhadap perubahan tegangan sumber atau perubahan
temperatur.
Hubungannya dengan kenyataan adalah :
Faktor penguatan open loop gain walaupun cukup besar tetapi terbatas kira-
kira 100.000 kali.
Bila harga pada inputnya nol, outputnya belum tentu tepat nol.
Impedansi inputnya cukup tinggi namun terbatas hanya beberapa ratus kilo
ohm (K), sedangkan impedansi outputnya berkisar hanya beberapa ratus
sampai puluh ohm () saja.
Rise timenya tidak nol.
Kalau perubahan tegangan sumber atau temperatur cukup besar, kerjanya
akan terpengaruh.
8. Hubungan tegangan input dan output pada amplifier penjumlah adalah Output
akan menghasilkan penjumlahan dari beberapa input yang dimasukkan. Dengan
faktor penguat diperoleh dari perbandingan Rf dengan masing-masing Rinput
pada input. Output yang dihasilkan juga akan berbalik phasa dengan input yang
diberikan.
9. Yang dimaksud dengan frekuensi cut-off adalah dapat dilihat pada rumus
RC
f
H
2
1
= cut-off frekuensi tinggi dari filter
3.8 Kesimpulan
1) Operational Amplifier (Op Amp) adalah penguat beda (differential amplifier)
dengan impedansi input tinggi dan output impedansi rendah.
2) Op amp banyak digunakan untuk pengubah tegangan (amplitudo dan polaritas),
osilator, filter dan rangkaian instrumentasi.
3) Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Amplifier Membalik termasuk percobaan yang berhasil karena
didapatkan persentase kesalahan yang relatif kecil
b) Amplifier tak membalik termasuk percobaan yang berhasil karena
didapatkan persentase kesalahan yang relatif kecil
c) Pengikut Tegangan atau Voltage Follower termasuk percobaan yang
berhasil karena didapatkan persentase kesalahan yang relatif kecil
d) Amplifier Penjumlah termasuk percobaan yang kurang berhasil karena
didapatkan persentase kesalahan yang relatif besar
e) Low Pass Filter termasuk percobaan yang kurang berhasil karena
didapatkan persentase kesalahan yang relatif besar
f) High Pass Filter termasuk percobaan yang kurang berhasil karena
didapatkan persentase kesalahan yang relatif besar
4) Persentase kesalahan yang besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya
ketelitian praktikan, kondisi alat ukur maupun alat percobaan maupun kesalahan
kesalahan paralax yang tidak disengaja
3.9 Daftar Referensi Buku
Malvino, A.P. 1987. Prinsip-Prinsip Elektronika. Erlangga: _ _ _.
Millmann, Jacob. 1986. Mikroelektronika, Sistem Digital dan Rangkaian
Analog. Erlangga:_ _ _.
http://www.scribd.com/doc/33212313/OP-AMP-Dan-Rangkaian-OP-AMP
http://id.wikipedia.org/wiki/Penguat_operasional
http://elka.ub.ac.id/praktikum/de/de.php?page=5
http://abonk.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/2_op-amp.pdf
http://www.96147.com/no/rangkaian%20elektronika%20dasar.html
LAMPIRAN
Gambar 3.8.1 gelombang sinyal non inverting V 1.46 V
Gambar 3.8.2 gelombang sinyal non inverting V 2.46 V
Gambar 3.8.3 gelombang sinyal non inverting V 5.04 V
Gambar 3.8.4 gelombang sinyal non inverting V 7.92 V
Gambar 3.8.5 gelombang sinyal inverting V 760 mV
Gambar 3.8.6 gelombang sinyal inverting V 1.4 V
Gambar 3.8.7 gelombang sinyal inverting V 3.2 V
Gambar 3.8.8 gelombang sinyal inverting V 4.24 V