Anda di halaman 1dari 128

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas

Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.


PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
DAN FAKTOR PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENDERITA TB PARU DALAM PENGOBATAN
DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN KOTA MEDAN
TAHUN 2009





Oleh :

IMELDA ZULIANA
NIM. 041000170















FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.


PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
DAN FAKTOR PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENDERITA TB PARU DALAM PENGOBATAN
DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN KOTA MEDAN
TAHUN 2009





SKRIPSI




Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat





Oleh:




NIM. 041000170
IMELDA ZULIANA










FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
DAN FAKTOR PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENDERITA TB PARU DALAM PENGOBATAN
DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN KOTA MEDAN
TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:


IMELDA ZULIANA
NIM. 041000170

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 20 Juni 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I



Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes dr. Heldy BZ, MPH
NIP. 132231812 NIP. 131124052

Penguji II Penguji III



Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dr. Fauzi, SKM
NIP. 131996170 NIP. 140052649

Medan, Juni 2009
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara,
Dekan,



dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
NIP. 131124053


Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

ABSTRAK

TB Paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2006, terdapat sekitar 9,2 juta
kasus baru TB secara global dan sekitar 1,7 juta orang meninggal. Jumlah penderita
TB Paru BTA positif di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan pada tahun 2006
sebanyak 24 orang dengan angka kesembuhan 62%. Pada tahun 2007, terdapat 20
penderita TB Paru BTA positif tapi angka kesembuhan hanya 20%. Hal ini berarti
terjadi penurunan angka kesembuhan dan Puskesmas Pekan Labuhan belum
mencapai target yang ditetapkan yaitu minimal 85%.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, dan efek samping Obat Anti Tuberkulosis), faktor pelayanan
kesehatan (ketersediaan obat, sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan
kesehatan, kunjungan rumah), dan peran PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru. Populasi adalah seluruh penderita TB Paru yang berobat dengan
sampel sebanyak 38 orang yang sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan kategori
1 (total sampling). Uji statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru adalah pengetahuan
(p=0,004) dan peran PMO (p=0,000). Variabel yang tidak memiliki pengaruh adalah
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, efek samping OAT, dan faktor pelayanan
kesehatan (p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan di Puskesmas Pekan
Labuhan perlu melakukan penyuluhan kesehatan secara intensif dan
berkesinambungan kepada penderita TB Paru dan PMO agar tercapai keberhasilan
pengobatan.

Kata kunci: Tuberkulosis, Kepatuhan Berobat.
















Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

ABSTRACT

Lung TB is one of public health problems in the world especially in
developing countries including Indonesia. In 2006, globally, there were
approximately 9.2 million new cases, and about 1.7 million people died. The number
of people with lung TB positive BTA as much as 24 patients with 62% cure rate at
Pekan Labuhan Health Centre Medan City, by the year 2006. In 2007, there were 20
people with lung TB positive BTA but the cure rate was 20%. This means decreasing
in numbers of cure rate and Pekan Labuhan Health Centre did not reach the target yet
that was set at least 85%.
The type of research was explanatory research that aims to explain the
influence of individual characteristics (age, sex, education, employment, knowledge,
side effects of OAT), health service factors (availability of drugs, health- officer
attitudes, location/distance, health promotion, home visits), and the role of PMO on
the obedience level of lung TB patients in treatments. The population were all lung
TB patients which taking medicine and the samples were 38 patients in first category
that were currently undergoing advanced treatment (total sampling). The statistic test
was used multiple linier regression.
The results of research shows that the variables which have significant
influence on the obedience level of lung TB patients in treatments are knowledge (p =
0.004) and the role of PMO (p =0.000). The variables which have no influence are
age, sex, education, employment, side effects of OAT, and health service factors
(p>0.05).
Based on the results of research, health-officers at Pekan Labuhan Health
Centre do health promotion for lung TB patients and PMO in order to achieve the
success of the treatment.

Keywords: Tuberculosis, Obedience in treatments.
















iv

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : IMELDA ZULIANA
Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Timur, 03 Juli 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 5 (anak ke-4 dari 5 bersaudara)
Alamat Rumah : J l. Pelajar Timur Griya Unimed No. 29 Medan 20228
Riwayat Pendidikan :
1. 1991 - 1992 : TK Dharma Patra Pertamina Rantau, Aceh Timur
2. 1992 - 1995 : SD Negeri No. 1 Rantau Pauh, Aceh Timur
3. 1995 - 1998 : SD Negeri No. 069 Babussalam, Duri-Riau
4. 1998 - 2001 : SLTP Negeri 2 Mandau, Duri-Riau
5. 2001 - 2004 : SMA Negeri 2 Mandau, Duri-Riau
6. 2004 - 2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan














v

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Faktor Peran
Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru
dalam Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih
terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,
bantuan, saran dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
sekaligus Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran dan
masukan kepada penulis.
3. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing skripsi I atas
bantuan, waktu, bimbingan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
vi

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

4. Bapak dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah
banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK, selaku Dosen Penasehat Akademik di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu dr. Hj. Aisyah Umeda selaku Kepala Puskesmas Pekan Labuhan yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Bapak dr. M. Chairani dan Ibu Susi Wahyuni selaku petugas kesehatan di
Puskesmas Pekan Labuhan yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan,
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
9. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen AKK yang telah
membimbing selama perkuliahan.
10. Sahabat-sahabat terbaikku: Dinda, Dita, Fika, Fira, Wiwid, Yana yang selalu
mengingatkan, mendoakan, membantu tanpa pamrih, tempat berbagi, dan yang
selalu menenangkan jiwa.
11. Terima kasih untuk Dina, Lia, Wella atas kebersamaan mulai dari bangku SD
hingga saat ini. Kalian adalah sahabat selamanya.
12. Teman-teman PBL Bandar Baru: Debby, Fani, Laya, Noni, dan Sumisan yang
telah menginspirasi penulis dengan kekuatan dan perjuangan kalian selama ini.
13. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK: Abang Zai, Abang Telpa, Roni,
Imron, Laina, Nia, Ninit, Tina, Fitri, Mita, yang telah banyak membantu penulis.
vii

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

14. Sang Pelipur lara Cokil tersayang, terima kasih telah menemani hari-hari penuh
perjuangan dan juga buat Vidi, Butet, Monik, Aura, dan Bunda.
15. Rekan-rekan stambuk 2004 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada
Abah dan Ibu yang kakak hormati dan sayangi, Syawalluddin Lubis dan Nurhayati,
atas segala doa, kekuatan, kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan yang diberikan
dengan segenap hati yang tulus selama ini. Selanjutnya kepada abang-abangku Budi
Lubis, ST, Jurelly Lubis, ST, dan Hendra Syahputra yang selalu melindungi dan
mengawal setiap langkah penulis, dan adikku Dewi Astuti atas dukungan moril
maupun material dan doanya selama ini. Terima kasih buat semua perhatian dan cinta
yang diberikan keluarga kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.
Medan, Juni 2008
Penulis,

(IMELDA ZULIANA)





viii

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR ISI
Hal

Halaman Pengesahan ...... ii
Abstrak .................................................................................................................. iii
Abstract ................................................................................................................ iv
Riwayat Hidup Penulis ........................................................................................ v
Kata Pengantar ..................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................... ix
Daftar Tabel ......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1. Penyakit Tuberkulosis Paru .............................................................. 9
2.1.1. Cara Penularan ......................................................................... 10
2.1.2. Penemuan Penderita TB Paru .................................................. 11
2.1.3. Risiko Penularan ..................................................................... 11
2.1.4. Gejala Klinis TB Paru .............................................................. 12
2.1.5. Tipe Penderita TB Paru ........................................................... 12
2.1.6. Pemeriksaan Dahak ................................................................. 13
2.1.7. Prinsip Pengobatan .................................................................. 15
2.1.8. Efek Samping OAT.................................................................. 18
2.2. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) 18
2.3. Konsep Perilaku ................................................................................ 20
2.4. Kepatuhan Berobat ........................................................................... 25
2.5. Penyuluhan Tuberkulosis .................................................................. 29
2.6. Pengawas Menelan Obat (PMO)....................................................... 30
2.6.1. Persyaratan PMO...................................................................... 30
2.6.2. Siapa yang Bisa Menjadi PMO ................................................ 31
2.6.3. Tugas Seorang PMO ................................................................ 31
2.7. Kerangka Konsep .............................................................................. 32
2.8. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 34
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................. 34
3.2. Lokasi Penelitian .............................................................................. 34
3.3. Populasi dan Sampel ......................................................................... 34
ix

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

3.3.1. Populasi .................................................................................... 34
3.3.2. Sampel ..................................................................................... 35
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 35
3.5. Definisi Operasional ......................................................................... 35
3.6. Aspek Pengukuran ............................................................................ 37
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ......................................... 37
1. Karakteristik Individu ........................................................... 37
2. Faktor Pelayanan Kesehatan ................................................. 38
3. Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) ............................... 39
3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ....................................... 39
3.7. Teknik Analisa Data.......................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 41
4.1. Gambaran Umum Puskesmas Pekan Labuhan ................................. 41
4.1.1. Data Geografis ......................................................................... 41
4.1.2. Data Demografi ....................................................................... 41
4.2. Karakteristik Responden . 43
4.3. Faktor Pelayanan Kesehatan ............................................................. 49
4.4. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)............................................. 52
4.5. Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru................................ 54
4.6. Gambaran Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Penderita
TB Paru ............................................................................................. 56
4.7. Hasil Uji Statistik Bivariat ................................................................ 57
4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat ........................................................... 59

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 62
5.1. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat ................... 62
5.2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat ..... 64
5.3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat ........... 64
5.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat ............. 65
5.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat ........ 66
5.6. Pengaruh Efek Samping OAT Terhadap Tingkat Kepatuhan
Berobat .............................................................................................. 68
5.7. Pengaruh Faktor Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat ........................................................................... 69
5.8. Pengaruh Peran PMO Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat .......... 72

BAB VI KESIMPUAN DAN SARAN ................................................................. 75
6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 75
6.2. Saran ................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 77



x

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

LAMPIRAN :
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil-hasil Pengolahan Statistik
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian








































xi

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu........................... 37

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan
Tahun 2009......................................................................................... 42

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009............................................. 42

Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan
Labuhan Tahun 2009.......................................................................... 43

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 . .......................................... 44

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 ............................................ 47

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping OAT di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 ................................. 48

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 ............... 51

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Peran PMO di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 ............................................ 53

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran PMO di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 .................................. 53

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Berobat di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009.................... 55

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan Berobat
di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009................ 56

Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson................................................... 59

Tabel 4.13. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Tahun 2009.......................... 61


xii

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 32






































xiii

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Penyakit ini merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia
sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari semua pihak.
TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya.
Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan
global penyakit TB, karena jumlah kasus TB meningkat dan tidak terkendali
khususnya pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB
besar (high burden countries) (Depkes RI, 2007).
Pada tahun 2006, terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB secara global.
Diperkirakan 1,7 juta orang (25/100.000) meninggal karena TB termasuk mereka
yang juga memperoleh infeksi HIV (200.000) pada tahun 2006 (Depkes dan WHO,
2008).
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB Paru.
Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB Paru secara signifikan.
Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB Paru terhadap obat anti TB
(multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak
1

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
epidemi TB Paru yang sulit ditangani (Depkes RI, 2007).
Laporan TB Paru dunia oleh WHO yang terbaru tahun 2006, masih
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang terbesar nomor tiga di dunia setelah
India dan Cina atau sekitar 10% dari total jumlah pasien TB Paru di dunia. Jumlah
kasus baru sekitar 539.000 setiap tahunnya dan jumlah kematian sekitar 101.000 per
tahun (Depkes RI, 2007).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
bahwa penyakit TB menduduki ranking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4% dari
total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernapasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Hasil Survei
Prevalensi TB Paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi
TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk.
Secara regional, prevalensi TB Paru BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam
tiga wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera 160 per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa
dan Bali 110 per 100.000 penduduk; 3) wilayah Indonesia Timur 210 per 100.000
penduduk (Achmadi, 2005).
Besar dan luasnya permasalahan akibat TB Paru mengharuskan kepada semua
pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan penanggulangan
TB Paru. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian
TB Paru merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Oleh karena itu, perang terhadap TB Paru
2

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat
TB Paru (Depkes RI, 2007).
Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan WHO
melaksanakan suatu evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang
menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada
strategi penanggulangan TB Paru di Indonesia yang kemudian disebut Strategi
DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse) yang menandai era baru
pemberantasan TB Paru di Indonesia. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai
salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam pelayanan
kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya (Dirjen P2M &
PL, 1997).
DOTS adalah strategi yang komprehensif untuk digunakan oleh petugas
kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB
Paru. Penanggulangan TB Paru dengan strategi DOTS dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi di mana WHO menargetkan angka kesembuhan minimal
85% dari penderita TB Paru BTA positif yang terdeteksi (Dirjen P2M & PLP, 1997).
Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap penderita
agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat. Strategi ini diawasi
oleh petugas Puskesmas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pihak-pihak lain
yang paham tentang program DOTS. Di samping itu, keluarga sangat perlu
keterlibatannya dalam pengawasan dan perawatan penderita TB Paru ini (Dirjen P2M
& PL, 1997).
3

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh Puskesmas yang ada di Kota
Medan yang berjumlah 39 Puskesmas. Salah satunya adalah Puskesmas Pekan
Labuhan yang berada di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan yang memiliki
laboratorium sehingga menjadi Pusat Rujukan Mikroskopis (PRM) untuk
pemeriksaan dahak.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2006, diketahui
bahwa dari 24 penderita TB Paru BTA positif yang ada di Puskesmas Pekan
Labuhan, sebanyak 13 orang dinyatakan sembuh (62%). Pada tahun 2007, Puskesmas
Pekan Labuhan merupakan Puskesmas dengan angka kesembuhan paling rendah
hanya sebesar 20%. Dari jumlah penduduk 26.325 jiwa ditemukan penderita TB Paru
klinis sebanyak 162 penderita dan yang dinyatakan BTA positif sebanyak 20 orang.
Angka kesembuhan yang dicapai pada tahun tersebut hanya sebesar 20% atau
sebanyak 5 (lima) orang. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Puskesmas Pekan Labuhan belum bisa mencapai target yang ditetapkan yaitu angka
kesembuhan minimal 85% dan bahkan mengalami penurunan pencapaian angka
kesembuhan dari tahun 2006 ke tahun 2007. Keadaan ini memprihatinkan, padahal
Depkes RI telah menyediakan obat gratis bagi penderita TB Paru yang berobat ke
Puskesmas. Pada tahun 2008, terdapat 161 kasus TB Paru dengan 22 kasus baru BTA
positif. Dari 33 penderita yang diobati 19 orang dinyatakan sembuh (57,58%).
Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program, karena masih memberi
peluang terjadinya penularan penyakit TB Paru kepada anggota keluarga dan
masyarakat sekitarnya. Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB
4

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Paru terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), sehingga menambah penyebarluasan
penyakit TB Paru, meningkatkan kesakitan dan kematian akibat TB Paru (Amiruddin,
2006).
Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan berobat
bagi setiap penderita. Paduan OAT jangka pendek dan peran Pengawas Menelan Obat
(PMO) merupakan strategi untuk menjamin kesembuhan penderita. Walaupun paduan
obat yang digunakan baik tetapi apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka
umumnya hasil pengobatan akan mengecewakan (Depkes RI,1996).
Menurut WHO, tanpa pengobatan selama lima tahun, 50% dari penderita TB
Paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang
tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular (Depkes RI, 2002).
Pengobatan penyakit TB Paru zaman sekarang ini sudah semestinya tidak
menjadi masalah lagi. Apabila dilihat dari penyebab penyakitnya sudah dapat
diketahui dengan pasti, sarana penunjang diagnostiknya sudah ada, bahkan obatnya
yang ampuh pun sudah ada, apalagi mengenai dokternya kalau boleh dikatakan sudah
berlebihan. Akan tetapi kenyataan yang ada membuktikan bahwa pengobatan
tuberkulosis tidaklah semudah yang diperkirakan. Banyak faktor yang sangat
memengaruhi keberhasilan pengobatan, seperti lamanya waktu pengobatan,
kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tubuh, juga faktor
sosial ekonomi penderita yang tidak kalah pentingnya (Situmeang, 2004).
Kenyataan lain bahwa penyakit TB Paru sulit dibasmi karena obat yang
diberikan harus beberapa macam sekaligus serta pengobatannya makan waktu yang
lama, setidaknya enam bulan. Hal ini menyebabkan penderita putus berobat. Hal lain
5

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya perhatian pada tuberkulosis dari
berbagai pihak terkait, akibatnya program penanggulangan TB Paru di berbagai
tempat menjadi amat lemah (Dinkes SU, 2005).
Menurut Aditama (1994), kalau pengobatan tidak tuntas malah menyebabkan
kuman kebal obat dan tentu akan muncul kuman yang lebih ganas. Setelah makan
obat dua atau tiga bulan tidak jarang keluhan pasien hilang tetapi belum berarti
sembuh total. Padahal saran dari WHO, dengan strategi DOTS dijalankan dengan
baik, pada tahun 2010 sedikitnya 70% kasus TB Paru dapat terdiagnosis dan terobati.
Menurut WHO, bila 70% dari perkiraan penderita baru yang ada, dapat
ditemukan dan diobati dengan angka kesembuhan 85% dapatlah dikatakan bahwa
program ini berhasil. Dengan kata lain indikator keberhasilan dapat dilihat dari
kesembuhan penderitanya.
Kepatuhan berobat penderita TB Paru juga ditentukan oleh perhatian tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan, penjelasan kepada penderita, kalau perlu
mengunjungi ke rumah. Keteraturan pengobatan tetap merupakan tanggung jawab
petugas kesehatan. (Dirjen P2M dan PLP, 1997).
Penelitian Eliska (2005) menunjukkan bahwa faktor pelayanan kesehatan
yaitu penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan berobat penderita TB
Paru di Puskesmas Teladan Kota Medan. Berdasarkan penelitian Wahab (2002),
faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap keberhasilan program
penanggulangan TB Paru di Puskesmas Helvetia adalah sikap pasien, sikap petugas,
tipe pengobatan dan penghasilan.
6

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan penelitian Senewe (1997), penyuluhan kesehatan, kunjungan
rumah, mutu obat dan jarak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepatuhan
berobat penderita TB Paru. Penelitian Tanjung, dkk (1995) di Kecamatan Kotanopan,
Tapanuli Selatan menunjukkan bahwa tingginya angka kesakitan, kekambuhan, dan
kematian pada penderita TB Paru disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
rendahnya penghasilan, pendidikan dan pengetahuan yang kurang, rendahnya
kepatuhan berobat, tidak cocoknya paduan obat, resistensi obat, supervisi dan
penyuluhan yang kurang dari petugas.
Menurut Nukman (Permatasari, 2005), faktor-faktor yang memengaruhi
keberhasilan pengobatan TB Paru adalah: 1) faktor sarana yang meliputi tersedianya
obat yang cukup dan kontinyu, edukasi petugas kesehatan, dan pemberian OAT yang
adekuat; 2) faktor penderita yang meliputi pengetahuan, kesadaran dan tekad untuk
sembuh, dan kebersihan diri; 3) faktor keluarga dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa angka kesembuhan penderita TB
Paru di Puskesmas Pekan Labuhan belum mencapai target nasional yang telah
ditetapkan sehingga penulis tertarik untuk meneliti pengaruh karakteristik individu
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan efek samping
Obat Anti Tuberkulosis), faktor pelayanan kesehatan (ketersediaan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT), sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan
dan kunjungan rumah), dan faktor peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap
tingkat kepatuhan pengobatan penderita TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas
Pekan Labuhan Kota Medan tahun 2009.

7

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh karakteristik individu, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap
tingkat kepatuhan penderita TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan efek
samping OAT), faktor pelayanan kesehatan (ketersediaan OAT, sikap petugas
kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan dan kunjungan rumah), dan faktor
peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat kepatuhan penderita TB Paru
dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
rangka penanggulangan penyakit TB Paru.
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan dalam
rangka melaksanakan program penanggulangan TB Paru dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan kepada penderita TB paru.
3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti mengenai upaya
penanggulangan penyakit TB Paru.

8

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya. Tuberkulosis yang dulu disingkat
menjadi TBC karena berasal dari kata tuberculosis saat ini lebih lazim disingkat
dengan TB saja. Tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan tetapi dapat ditularkan
dari seseorang ke orang lain (Aditama, 1994).
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman
yang bernama Robert Koch ditahun 1882. Hasil penemuannya ini dilaporkan olehnya
kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882. Penemuan ini merupakan
peristiwa besar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis, dan tanggal 24 Maret
setiap tahunnya sampai kini diperingati sebagai TB Day (Hari Tuberkulosis)
(Aditama, 1994).
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga hanya
dapat dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya sekitar satu sampai empat mikron dan
lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Basil tuberkulosis akan tumbuh secara
optimal pada suhu sekitar 37C yang sesuai dengan tubuh manusia. Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan dirinya, dan dari satu basil
membelah menjadi dua dibutuhkan waktu 14 sampai 20 jam lamanya. Kalau dilihat
struktur kimia, basil ini terdiri dari lemak dan protein (Aditama, 1994).
9

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB Paru
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2002).

2.1.1. Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2002).
Perlu diketahui bahwa kuman TB Paru dari dalam paru tidak hanya keluar
ketika penderitanya batuk saja. Kuman ini juga dapat keluar bila penderitanya
10

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

bernyanyi, bersin atau bersiul. Secara umum dapat dikatakan bahwa penularan
penyakit TB Paru banyak tergantung dari beberapa faktor seperti jumlah kuman yang
ada, tingkat keganasan kuman, dan daya tahan tubuh orang yang tertular (Aditama,
1994).

2.1.2. Penemuan Penderita TB Paru
Menurut Depkes RI (2002), penemuan penderita TB Paru dilakukan secara
pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang
berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK). Penemuan secara pasif tersebut
didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini
biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding (penemuan penderita
secara pasif dengan promosi yang aktif). Selain itu, semua kontak penderita TB Paru
BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

2.1.3. Risiko Penularan
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection=ARTI)
di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada daerah dengan
ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk sepuluh orang akan
terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB
Paru, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB Paru.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah
dengan ARTI 1%, maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita
TB Paru setiap tahun, di mana 50 penderita adalah BTA positif. Faktor yang
11

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB Paru adalah daya tahan
tubuh yang rendah, di antaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS (Depkes RI,
2002).

2.1.4. Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam hari
walau tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI, 2002).
Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB Paru. Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut
di atas, dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB Paru, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI, 2002).

2.1.5. Tipe Penderita TB Paru
Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa tipe penderita TB Paru berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya yaitu:
1. Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian).
12

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Kambuh (relaps) adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan (transfer in) adalah penderita TB Paru yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten
ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan.
4. Setelah Lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita TB Paru
yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti dua bulan atau lebih,
kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
5. Lain-lain
Gagal yaitu penderita BTA positif yang tetap masih positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau lebih. Bisa juga penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
Kasus Kronis yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.

2.1.6. Pemeriksaan Dahak
Menurut Depkes RI (2002), diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan tiga spesimen Sewaktu Pagi Sewaktu
(SPS) dahak secara mikroskopis langsung merupakan pemeriksaan yang paling
efisien, mudah dan murah, dan hampir semua unit laboratorium dapat melaksanakan.
13

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
Paru adalah:
1. Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe/klasifikasi.
2. Menilai kemajuan pengobatan.
3. Menentukan tingkat penularan.
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan
pada:
- Akhir tahap intensif
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-2 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan
ulang penderita BTA positif kategori 2.
- Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2.
- Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif
dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang
BTA positif dengan kategori 2.
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (sembuh atau gagal).


14

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.1.7. Prinsip Pengobatan
Adapun tujuan dari pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat
penularan. Obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TB Paru
akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Untuk menjamin kepatuhan penderita
menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung
(DOTS=Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
Menurut Depkes (2002), pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap
yaitu:
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama
ripamfisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 (dua)
minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) pada akhir pengobatan intensif.


15

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan pengobatan sampai
selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan. Program
Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT:
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan
Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru TB Paru BTA positif
Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat
Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Satu paket kombipak berisi 114 blister harian.
2. Kategori 2 ((2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniazid(H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan
Streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan dengan 1 bulan Isoniazid (H),
16

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah
penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk :
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
Satu paket kombipak berisi 156 blister harian.
3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan Rontgen positif sakit ringan
Penderita Ekstra Paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis),
pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Satu paket kombipak berisi 114 blister harian.
4. OAT Sisispan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari
selama satu bulan.
17

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.1.8. Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB Paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu,
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada penderita tanda-
tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu
penderita mengambil OAT.
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makan, mual, sakit
perut, nyeri sendi, kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki, dan warna
kemerahan pada air seni. Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan kemerahan
kulit, tuli, gangguan keseimbangan, ikterus tanpa penyebab lain, bingung dan
muntah-muntah, gangguan penglihatan, purpura dan syok (Depkes RI, 2002).

2.2. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
Strategi DOTS adalah strategi penanggulangan TB Paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO, yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
1995/1996. Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembuhan TB
Paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60% saja. Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85% dari penderita TB Paru
BTA positif yang ditemukan (Aditama, 2002).
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita
agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan
pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan.
18

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Kalau diurai dari kata-katanya, pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB untuk memberi direct attention dalam usaha
menemukan penderita. Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik, kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat. Kemudian, setiap
pasien harus di-observed dalam memakan obatnya, setiap obat yang ditelan pasien
harus di depan seorang pengawas. Selain itu, tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat
secara baik. Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik, artinya
pengobatan short course standard yang telah terbukti ampuh secara klinik. Akhirnya,
harus ada dukungan dari pemerintah yang membuat program penanggulangan TB
mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan (Aditama, 2002).
Strategi DOTS mempunyai lima komponen:
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2. Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB.



19

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.3. Konsep Perilaku
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari
dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal
ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor
antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan
dan sebagainya. Secara garis besar faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat (Blum,
1974). Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh:
1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan sebagainya.
2. Perilaku.
3. Pelayanan kesehatan.
4. Keturunan (hereditas).
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
memengaruhi derajat kesehatan. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan
kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Menurut Green (Notoatmodjo, 2003),
perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
20

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, rumah sakit, Posyandu, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di
sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 (empat) alasan pokok yaitu:
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling)
Yakni dalam bentuk pengetahuan, kepercayaan dan sikap. Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, sedangkan kepercayaan
biasanya diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan
seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang
paling dekat.


21

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Orang penting sebagai referensi (Personal reference)
Perilaku orang, lebih-lebih anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang
yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting baginya, maka apa yang
orang tersebut katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (Resources)
Mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya yang berpengaruh positif
ataupun negatif terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
4. Kebudayaan (Culture)
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu
berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban manusia.
Anderson (Notoatmodjo, 2003) menggambarkan model sistem kesehatan
(health system model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model
Anderson ini terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Karakteristik Predisposisi (predisposing characterstics)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang
digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok:


22

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan, dan
sebagainya.
c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
2. Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak menggunakannya,
kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.
3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan.
Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling
itu ada. Kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori, dirasa atau
preceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).
Menurut Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yakni :

23

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
c. Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat meningkatkan kesehatan
seseorang, tetapi sebaliknya dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian pengobatan (health behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga, atau masyarakatnya.


24

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.4. Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menuruti, disiplin.
Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku
penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan
kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan
tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.
Menurut Sacket (Ester, 2000), kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
Menurut Sarafino (Bart, 1994) secara umum, ketidaktaatan meningkatkan
risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk
kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang
memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya
bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah
penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota
keluarga, saudara atau teman khusus.

25

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
empat bagian yaitu:
1. Pemahaman Tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan padanya. Ley dan Spelman (Ester, 2000) menemukan bahwa lebih
dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang
instruksi yang diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh
kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap,
penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus
diingat oleh pasien.
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
DiNicola dan DiMatteo (Ester, 2000), yaitu:
a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.
b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.
c. J ika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat,
maka akan ada efek keunggulan, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang
pertama kali ditulis.
d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal
yang perlu ditekankan.
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian
yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi
profesional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
26

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang
dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.
3. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menetukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan
membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
4. Keyakinan, Sikap, Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian
secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-
orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas,
sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.
Blumenthal et al (Ester, 2000) mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out)
dari program pengobatan.
Menurut Schwart & Griffin (Bart, 1994), faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh.
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya dianggap
sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
27

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan
jenis kelamin. Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru
menekankan faktor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko
mengenai kesehatannya.
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan:
1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk (Bart, 1994), perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit
kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang
jelas), saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan
yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas.
Menurut Sarafino (Bart, 1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk
menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar
78%, untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat
tersebut menurun sampai 54%.
2. Komunikasi antara pasien dan dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter memengaruhi tingkat
ketidaktaatan misalnya, informasi dengan pengawasan yang kurang,
28

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasan
terhadap pengobatan yang diberikan (Bart, 1994).
3. Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari. Secara umum,
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian, dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis. Misalnya, penggunaan pengaruh
normatif pada pasien, yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan atau
menghambat perilaku ketaatan.
4. Ciri-ciri individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan.
Sebagai contoh : di Amerika Serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Bart, 1994).

2.5. Penyuluhan Tuberkulosis
Menurut Depkes RI (2002), penyuluhan TB Paru perlu dilakukan karena
masalah TB Paru berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat.
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan TB Paru.
Penyuluhan TB Paru dapat dilaksanakan dengan menyampaikan pesan
penting secara langsung ataupun menggunakan media. Dalam program
29

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

penanggulangan TB Paru, penyuluhan langsung perorangan sangat penting artinya
untuk menentukan keberhasilan pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditujukan
kepada suspek, penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan
secara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat menjaga,
melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan TB
Paru. Penyuluhan dengan menggunakan bahan cetak dan media massa dilakukan
untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, utuk mengubah persepsi
masyarakat tentang TB Paru dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
memalukan, menjadi suatu penyakit yang berbahaya tapi bisa disembuhkan.
Penyuluhan langsung perorangan dapat dianggap berhasil bila:
Penderita bisa menjelaskan secara tepat tentang riwayat pengobatan sebelumnya.
Penderita datang berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan.
Anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya.

2.6. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO.

2.6.1. Persyaratan PMO
Menurut Depkes RI (2002), persyaratan seorang PMO adalah:
- Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita.
30

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

- Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
- Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
- Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.

2.6.2. Siapa yang Bisa Menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,
sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, atau tokoh
masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

2.6.3. Tugas Seorang PMO
Menurut Depkes RI (2002), tugas seorang PMO adalah:
- Mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
- Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat secara teratur.
- Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah
ditentukan.
- Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB Paru yang mempunyai
gejala-gejala tersangka TB Paru untuk segera memeriksakan diri ke UPK.
Tugas seorang PMO bukanlah untuk menggantikan kewajiban penderita
mengambil obat dari UPK (Depkes RI, 2002).



31

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.7. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, maka kerangka konsep
penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen











Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Definisi konsep :
1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB Paru
yang memengaruhi tingkat kepatuhan dalam melaksanakan program pengobatan
dengan strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya,
meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, efek samping
OAT.
Karakteristik Individu

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan
6. Efek samping OAT
Faktor Pelayanan
Kesehatan

1. Ketersediaan OAT
2. Sikap petugas kesehatan
3. Lokasi/J arak
4. Penyuluhan kesehatan
5. Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Tingkat Kepatuhan
Penderita TB Paru
32

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB Paru terhadap
upaya yang diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani
penderita TB Paru meliputi: ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan,
lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan, dan kunjungan rumah.
3. Faktor peran PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah penilaian dari penderita TB
Paru terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seorang pengawas menelan obat
yang memengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB Paru dalam melaksanakan
pengobatan, meliputi: penyuluhan, memberi dorongan, mengingatkan dan
mengawasi.
4. Tingkat kepatuhan adalah tingkat ketaatan penderita TB Paru dalam
melaksanakan pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan.

2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat kepatuhan penderita TB
Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2009.
2. Ada pengaruh faktor pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan penderita
TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2009.
3. Ada pengaruh faktor PMO (Pengawas Menelan Obat) terhadap tingkat kepatuhan
penderita TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2009.



33

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Pekan
Labuhan Kota Medan tahun 2009 (Notoatmodjo, 2005).

3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, pada
bulan Maret sampai April tahun 2009. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan
angka kesembuhan penderita TB Paru pada Puskesmas ini belum mencapai target
yang ditetapkan yaitu minimal 85%. Masih rendahnya angka kesembuhan berdampak
negatif pada kesehatan masyarakat dan keberhasilan program, karena masih memberi
peluang terjadinya penularan penyakit TB Paru kepada anggota keluarga dan
masyarakat sekitarnya.

3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru kategori 1
yang mengikuti program DOTS di Puskesmas Pekan Labuhan mulai bulan Oktober
tahun 2008 sampai dengan Maret 2009 berjumlah 38 orang.

34

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang mengikuti
pengobatan dengan strategi DOTS kategori 1 di Puskesmas Pekan Labuhan yang
pada saat penelitian sudah menjalani pengobatan di atas 2 (dua) bulan atau sedang
dalam tahap lanjutan yaitu sebanyak 38 orang (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer, diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB Paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuesioner penelitian yang telah ditetapkan dan melakukan cross check.
2. Data sekunder, diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, Kartu Pengobatan TBC
(formulir TB.01), Formulir Permohonan Laboratorium TBC Untuk Pemeriksaan
Dahak (formulir TB.05), dan profil Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.5. Definisi Operasional
1. Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir,
yang dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota
Medan tahun 2008, yaitu: 1) Orang muda: 15-24 tahun; 2) Dewasa: 25-49 tahun;
3) Orang tua: 50 tahun
2. Jenis Kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan.
35

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil ditamatkan
responden yang dibedakan atas: tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA,
Akademi/Sarjana.
4. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai sumber
pendapatan utama, yang dibedakan atas bekerja dan tidak bekerja.
5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB Paru.
6. Efek samping OAT adalah gejala/keluhan yang diderita responden akibat menelan
OAT selama pengobatan.
7. Ketersediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT yang
diperoleh dari Puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan kualitasnya.
8. Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap tanggapan atau
reaksi petugas kesehatan kepada responden selama mereka menjalani pengobatan.
9. Lokasi/jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan yang ditempuh
dari tempat tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak, dan sarana
transportasi.
10. Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru, untuk
mencapai suatu keadaan di mana penderita TB Paru dapat hidup lebih sehat.
11. Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden.
12. Faktor peran Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah pandangan responden
tentang tugas yang dilaksanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan,
36

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

memberi dorongan, mengingatkan jadwal pemeriksaan dahak, dan mengawasi
penderita menelan obat.
13. Kepatuhan berobat adalah ketaatan responden dalam menelan obat, mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan.

3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
1. Karakteristik Individu
Aspek pengukuran variabel karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 3.1.
di bawah ini:

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
Individu
Indi-
kator
Kategori
Bobot
Nilai
B. Nilai
seluruh
indikator
Skor Skala
Umur a. 15-24 tahun
b. 25-49 tahun
c. 50 tahun
Rasio
Jenis kelamin a. Laki-laki
b. Perempuan
Nominal
Tingkat
pendidikan
a. Tidak tamat SD
b. SD
c. SLTP
d. SLTA
e. Akademi / S1
Ordinal
Pekerjaan a. Tidak bekerja
b. Bekerja
Ordinal
Pengetahuan 9 a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
3
2
1
27 21-27
15-20
9-14
Interval
Efek samping
OAT
a. Ada
b. Tidak ada
Ordinal


37

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pengukuran faktor pelayanan kesehatan yang meliputi ketersediaan OAT yang
diukur dengan 2 pertanyaan, sikap petugas kesehatan diukur dengan 8 pertanyaan,
lokasi/jarak diukur dengan 3 pertanyaan, penyuluhan kesehatan diukur dengan 6
pertanyaan, dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan, berdasarkan jawaban
pertanyaan yang diberikan oleh responden, selanjutnya dikategorikan menjadi tiga (3)
yaitu :
a. Baik, jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi
(nilainya >32).
b. Sedang, bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik, karena kebutuhan yang diinginkan hanya sebagian
saja yang terpenuhi (nilainya 17-32).
c. Buruk, bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang tidak baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak
terpenuhi (nilainya <17).

3. Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu :
a. Baik, bila semua tugas PMO yang diterima responden terlaksana dengan baik
yaitu mengawasi, memberikan dorongan, mengingatkan dan memberikan
penyuluhan (nilainya >11).
38

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

b. Sedang, bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11).
c. Buruk, bila tugas PMO yang diterima responden semuanya tidak terlaksana
dengan baik (nilainya <6).

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru
Aspek pengukuran pada variabel ini menggunakan skala interval, yang diukur
berdasarkan 3 (tiga) kategori yaitu:
Patuh, apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal, tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal yang telah ditetapkan
dan menaati nasihat dari petugas kesehatan (Bobot 3).
Kurang patuh, jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memeriksakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (Bobot 2).
Tidak patuh, jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat dari petugas
kesehatan (Bobot 1).

39

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

3.6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda yaitu untuk membuktikan pengaruh karakteristik individu
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, dan efek
samping Obat Anti Tuberkulosis), faktor pelayanan kesehatan (ketersediaan Obat
Anti Tuberkulosis, sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan, dan
kunjungan rumah), dan faktor peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan pengobatan penderita TB Paru dalam pengobatan di Puskesmas Pekan
Labuhan Kota Medan tahun 2009 dengan =0,05.













40

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB IV
HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Puskesmas Pekan Labuhan
4.1.1. Data Geografis
Puskesmas Pekan Labuhan terletak di Jalan K. L. Yos Sudarso kilometer 18,5
Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Puskesmas ini didirikan pada
bulan Mei 1991 yang diresmikan oleh Walikota Medan Bach Djafar. Pada tahun 1993
Puskesmas Pekan Labuhan menjadi Puskesmas rawat inap dengan jumlah staf 6
(enam) orang. Luas wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan sekitar 781 Ha,
mencakup dua kelurahan yaitu Kelurahan Pekan Labuhan dan Kelurahan Nelayan
Indah. Dalam pelayanan kesehatan, Puskesmas Pekan Labuhan dibantu satu satelit
yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu) Nelayan Indah yang terletak di Kelurahan
Nelayan Indah. Letak wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan memiliki batas
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah masyarakat : 30 m
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Gudang Farmasi : 30 m
c. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Medan Belawan : 40 m
d. Sebelah Barat berbatasan dengan tanah masyarakat : 40 m

4.1.2. Data Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan sebanyak
28.078 jiwa. Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dan
jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak terdapat di Kelurahan Pekan Labuhan
41

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

dengan 19.124 jiwa dan 4781 KK. Jumlah lingkungan terbanyak terdapat di
Kelurahan Pekan Labuhan yaitu 31 lingkungan, sedangkan wilayah terluas di
Kelurahan Nelayan Indah dengan luas wilayah 420 Ha.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan
Tahun 2009
NO KETERANGAN
KELURAHAN
TOTAL
Pekan Labuhan Nelayan Indah
1. Luas (Ha) 361 420 781
2. Jumlah Lingkungan 31 8 39
3. Jumlah KK 4781 2239 7020
4. Jumlah Penduduk (orang) 19124 8954 28078
Sumber: SP2TP Puskesmas Pekan Labuhan, 2008.

Mata pencaharian penduduk terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pekan
Labuhan adalah sebagai nelayan sebanyak 5019 orang, sedangkan mata pencaharian
sebagai ABRI hanya 84 orang. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
NO. Mata Pencaharian Pekan Labuhan Nelayan Indah
1. Pegawai Negeri 445 63
2. Pegawai Swasta 1443 1082
3. ABRI 76 8
4. Petani 2478 2152
5. Nelayan 2639 2380
6. Pensiunan 80 36
7. Lainnya 9271 3081
Sumber: SP2TP Puskesmas Pekan Labuhan, 2008.

Berdasarkan Tabel 4.3. terlihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas
Pekan Labuhan berjumlah 35 orang. Jenis tenaga kesehatan terbanyak adalah perawat
yaitu 18 orang, Bidan 6 orang, Dokter Umum, Asisten Apoteker, dan LPCK masing-
42

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

masing 2 (dua) orang, dan Dokter Gigi, Sarjana Keperawatan, Analis, Gizi, dan
SPPH masing-masing 1 (satu) orang.

Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pekan Labuhan
Tahun 2009
NO. Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. Bidan 6
4. Sarjana Keperawatan 1
5. Perawat 18
6. Asisten Apoteker 2
7. Analis 1
8. Gizi 1
9. SPPH 1
10. LPCK 2
Jumlah 35
Sumber: SP2TP Puskesmas Pekan Labuhan, 2008.

4.2. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan dan efek samping OAT di
wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, seperti yang tercantum pada
Tabel 4.4.
Umur responden yang terbanyak terdapat pada kelompok umur 25-49 tahun
yaitu 21 responden (55,3%); sebanyak 21 responden (55,3%) berjenis kelamin laki-
laki sedangkan 17 responden (44,7%) adalah perempuan; pendidikan responden yang
terbanyak adalah SLTP yaitu 15 responden (39,5%). Sebanyak 20 responden (52,6%)
bekerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden yang
terbanyak berada pada tingkat sedang yaitu sebanyak 22 responden (57,9%); sebagian
43

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

besar responden menyatakan ada efek samping OAT yang dialami yaitu sebanyak 28
responden (73,7%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Karakteristik Responden Jumlah %
1. Umur (Tahun)
1. 15-24 (Orang muda) 14 36,8
2. 25-49 (Dewasa) 21 55,3
3. 50 (Orang tua) 3 7,9
Jumlah 38 100
2. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 21 55,3
2. Perempuan 17 44,7
Jumlah 38 100
3. Pendidikan
1. Tidak tamat SD 4 10,5
2. SD 5 13,1
3. SLTP 15 39,5
4. SLTA 12 31,6
5. Akademi/Sarjana 2 5,3
Jumlah 38 100
4. Status Pekerjaan
1. Tidak Bekerja 18 47,4
2. Bekerja 20 52,6
Jumlah 38 100
5. Pengetahuan
1. Rendah 12 31,6
2. Sedang 22 57,9
3. Tinggi 4 10,5
Jumlah 38 100
6. Efek Samping OAT
1. Tidak ada 10 26,3
2. Ada 28 73,7
Jumlah 38 100

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuan penderita TB Paru berada pada tingkat pengetahuan sedang yaitu
44

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

sebanyak 22 responden (57,9%). Hal ini ditunjukkan dari 27 responden (71,1%)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyakit TB Paru adalah penyakit batuk
berdarah, sedangkan responden yang mengatakan bahwa penyakit TB Paru adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru dan dapat
disembuhkan hanya 6 responden (15,7%) dan sisanya 5 responden (13,2%) menjawab
tidak tahu.
Berdasarkan pertanyaan tentang penyebab penyakit TB Paru, 18 responden
(47,4%) menjawab disebabkan oleh bibit penyakit/merokok dan hanya 6 responden
(15,8%) yang menjawab kuman Tuberkulosis. Sisanya 14 responden (36,8%)
tergolong tidak mengetahui penyebab penyakit TB Paru karena sebagian dari mereka
memang menjawab tidak tahu dan sebagian lainnya mengatakan bahwa TB Paru
disebabkan oleh keturunan, angin malam, ganja, dan bahkan ada yang menjawab
datang dari Tuhan.
Berdasarkan pertanyaan tentang cara penularan TB Paru, 24 responden
(63,1%) menjawab melalui batuk dan makanan, 12 responden (31,6%) menjawab
tidak tahu, dan hanya 2 responden (5,3%) yang menjawab melalui batuk, bersin yang
mengandung kuman TBC dan terhirup oleh orang lain. Berdasarkan pertanyaan
tentang keadaan yang dapat memperburuk penderita TB paru, 31 responden (81,6%)
menjawab kebiasaan merokok atau lingkungan yang kotor, 3 responden (7,9%)
menjawab kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi, sedangkan sisanya 4
responden (10,5%) tidak tahu.
Menurut 22 responden (57,9%), semua orang tanpa batas usia dapat terkena
penyakit TB Paru sedangkan 10 responden (26,3%) menyatakan bahwa orang yang
45

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

rentan terhadap penyakit TB Paru adalah orang dewasa. Sisanya 6 responden (15,8%)
tidak tahu. Berdasarkan pertanyaan tentang lama pengobatan TB Paru yang diketahui,
sebanyak 28 responden (73,7%) menjawab tidak tahu dengan alasan tidak pernah
diberi informasi oleh petugas Puskesmas berapa lama harus mengkonsumsi obat,
sedangkan responden yang menjawab 2 bulan sebanyak 8 responden (21%) dan yang
menjawab 6 bulan hanya 2 responden (5,3%).
Berdasarkan pertanyaan tentang pengobatan TB Paru, sebagian besar yaitu 33
responden (86,8%) menjawab minum obat setiap hari pada tahap awal dan tiga kali
dalam seminggu pada tahap lanjutan. Hanya 4 responden (10,6%) yang menjawab
pada tahap awal obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan tiga kali dalam
seminggu ditambah dengan pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali. Sisanya 1
responden (2,6%) menjawab tidak tahu.
Menurut 17 responden (44,7%) manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo
Rontgen adalah untuk memastikan penyakit atau memantau kemajuan pengobatan.
Hanya 3 responden (7,9%) yang menjawab lengkap yaitu untuk memastikan
penyakit, memantau kemajuan pengobatan dan memastikan kesembuhan sedangkan
sebanyak 18 responden (47,4%) menjawab tidak tahu. Menurut 11 responden
(28,9%) penyakit TB Paru dapat dicegah dengan meningkatkan gizi atau lingkungan
yang bersih, sedangkan sisanya 27 responden (71,1%) menjawab tidak mengetahui
cara pencegahan penyakit TB Paru (Tabel 4.5).



46

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Pengetahuan Responden Jumlah %
1. Penyakit TB Paru
1. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang
menyerang paru dan dapat disembuhkan
6 15,7
2. Penyakit batuk darah 27 71,1
3. Tidak tahu 5 13,2
Jumlah 38 100
2. Penyebab Penyakit
1. Kuman Tuberkulosis 6 15,8
2. Bibit penyakit dan merokok 18 47,4
3. Tidak tahu 14 36,8
Jumlah 38 100
3. Cara Penularan
1. Melalui batuk, bersin yang mengandung kuman
TBC yang terhirup orang lain.
2 5,3
2. Melalui batuk dan makanan 24 63,1
3. Tidak tahu 12 31,6
Jumlah 38 100
4. Keadaan yang Memperburuk
1. Kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi 3 7,9
2. Kebiasaan merokok atau lingkungan / kurang gizi 31 81,6
3. Tidak tahu 4 10,5
Jumlah 38 100
5. Usia Rentan TB Paru
1. Semua orang tanpa batas usia 22 57,9
2. Semua orang terutama orang dewasa 10 26,3
3. Tidak tahu 6 15,8
Jumlah 38 100
6. Lama Pengobatan
1. 6 bulan 2 5,3
2. 2 bulan 8 21,0
3. Tidak tahu 28 73,7
Jumlah 38 100
7. Pengobatan TB Paru
1. Pada tahap awal minum obat setiap hari dan pada
tahap lanjutan tiga kali dalam seminggu
4 10,6
2. Pada tahap awal minum obat setiap hari dan pada
tahap lanjutan tiga kali dalam seminggu dan
pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali
33 86,8
3. Tidak tahu 1 2,6
Jumlah 38 100
47

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Lanjutan Tabel 4.5.
No. Pengetahuan Responden Jumlah %
8. Manfaat Pemeriksaan Dahak dan Rontgen
1. Untuk memastikan menderita penyakit TB Paru,
memantau kemajuan pengobatan dan memastikan
kesembuhan
3 7,9
2. Untuk memastikan menderita penyakit TB Paru atau
memantau kemajuan pengobatan atau memastikan
kesembuhan
17 44,7
3. Tidak tahu 18 47,4
Jumlah 38 100
9. Cara Pencegahan
1. Meningkatkan gizi, memberikan imunisasi BCG,
memberikan pengobatan pencegahan
0 0
2. Meningkatkan gizi atau memberikan imunisasi BCG
atau memberikan pengobatan pencegahan
11 28,9
3. Tidak tahu 27 71,1
Jumlah 38 100

Berdasarkan hasil penelitian, 28 responden (73,7%) mengalami efek samping
selama mengkonsumsi OAT dengan efek yang banyak dirasakan adalah warna
kemerahan pada urine, mual dan gangguan pencernaan lainnya, gatal dan kemerahan
pada kulit, kesemutan dan rasa terbakar di kaki, dan nyeri sendi (Tabel 4.6).

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping OAT di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Efek Samping OAT Ada % Tidak %
1. Efek samping yang dialami 28 73,7 10 26,3
2. Mengganggu aktivitas sehari-hari 25 65,8 13 34,2
3. Mengatasi dengan cara sendiri 13 34,2 25 65,8

Sebanyak 25 responden (65,8%) mengaku terganggu aktivitas sehari-harinya
akibat efek samping tersebut sekitar 1-7 hari. Awalnya responden akan mengatasi
gangguan tersebut dengan cara yang diketahuinya sendiri seperti membeli obat yang
dijual bebas di warung-warung atau membiarkannya saja sampai efek tersebut hilang
48

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

dengan sendirinya. Namun, sebagian responden memilih berobat ke Puskesmas untuk
menghindari bertambah parahnya penyakit

4.3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan pada penelitian ini meliputi: ketersediaan OAT, sikap
petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan, dan kunjungan rumah.
Ketersediaan OAT dilihat dari tersedia atau tidaknya OAT pada saat jadwal
pengambilan obat responden dan kualitas obat yang diperoleh dari Puskesmas. Sikap
petugas kesehatan diukur melalui keramahan petugas, perhatian terhadap keluhan
responden, penjelasan tentang penyakit yang diderita responden, mengingatkan
jadwal periksa ulang, perhatian terhadap kemajuan dan efek samping yang mungkin
dialami responden, dan tentang pemungutan biaya perobatan.
Lokasi/jarak diukur dengan jarak tempuh, transportasi dari dan ke
Puskesmas, dan biaya transportasi. Kunjungan rumah dinilai berdasarkan pernah atau
tidaknya petugas berkunjung ke rumah responden dan kegiatan yang dilakukan pada
saat kunjungan tersebut, s
edangkan penyuluhan kesehatan diukur dari ada tidaknya penjelasan petugas
tentang penyakit TB Paru, penjelasan tentang jadwal minum obat, penjelasan manfaat
minum obat secara benar, penjelasan tentang kemungkinan adanya efek samping dari
OAT dan penjelasan tentang PMO.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden (100%) menyatakan bahwa
OAT selalu tersedia dan berkualitas baik yaitu kondisi fisik obat dan kemasannya
selalu dalam keadaan bagus dan warna obat tidak berubah, namun responden tidak
49

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

pernah memerhatikan tanggal kadaluarsa obat. Dalam hal sikap petugas kesehatan,
sebanyak 38 responden (100%) menyatakan bahwa petugas kesehatan di Puskesmas
Pekan Labuhan ramah, memerhatikan keluhan responden, memberikan keterangan
yang jelas tentang cara memakan obat, selalu menanyakan kemajuan pengobatan dan
menanyakan ada tidaknya efek samping yang diderita oleh responden. Terdapat 3
responden (7,9%) yang pernah dipungut bayaran pada awal pengobatan TB Paru di
Puskesmas Pekan Labuhan. Biaya yang dipungut oleh petugas kesehatan berkisar
antara Rp.1000,- sampai dengan Rp.5000,-. Petugas kesehatan menjelaskan bahwa
uang tersebut bukanlah pungutan wajib melainkan uang terima kasih karena dahak
pasien yang diperiksa terlalu parah dibandingkan dengan pasien yang lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 responden (86,8%) menyatakan jarak
dari tempat tinggal mereka ke Puskesmas tidak menjadi hambatan karena sebagian
besar tempat tinggal responden relatif tidak jauh dan berada satu lingkungan dengan
Puskesmas; seluruh responden (100%) mengatakan bahwa alat transportasi baik
karena Puskesmas Pekan Labuhan dilalui oleh banyak angkutan kota dan juga ojek;
sebanyak 29 responden (76,3%) menyatakan bahwa biaya transportasi yang
dibutuhkan terjangkau, hal ini dikarenakan Puskesmas yang dapat dicapai hanya
dengan berjalan kaki atau dengan ongkos angkutan kota sekitar Rp.2000,- pulang
pergi.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 33 responden (86,8%) pernah diberi
penyuluhan tentang penyakit TB Paru; seluruh responden (100%) pernah dijelaskan
tentang jadwal minum obat; sebanyak 30 responden (78,9%) pernah mendapatkan
penyuluhan tentang manfaat minum obat secara teratur. Namun, responden tersebut
50

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

mengatakan bahwa manfaat minum obat secara teratur supaya cepat sembuh bukan
untuk mencegah resistensi kuman. Responden yang tidak pernah diberi penyuluhan
tentang efek samping OAT yang mungkin timbul pada penderita yaitu sebanyak 36
orang (94,7%); dan sejumlah 34 responden (89,5%) mengatakan bahwa tidak pernah
diberi penjelasan tentang perlunya seorang PMO. Seluruh responden (100%)
mengatakan bahwa tidak ada kunjungan rumah dari pihak Puskesmas yang berkaitan
dengan pengobatan TB Paru (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan OAT Baik % Tidak Baik %
1. Ada/tidak ada OAT 38 100 0 0
2. Kualitas OAT 38 100 0 0
Sikap Petugas Kesehatan Baik % Tidak Baik %
1. Keramahan 38 100 0 0
2. Perhatian terhadap keluhan 38 100 0 0
3. Penjelasan tentang penyakit 37 97,4 1 2,6
4. Penjelasan cara minum obat 38 100 0 0
Pernah % Tidak Pernah %
5. Mengingatkan periksa ulang 38 100 0 0
6. Menanyakan kemajuan pengobatan 38 100 0 0
7. Menanyakan gejala efek samping 38 100 0 0
8. Meminta bayaran 3 7,9 35 92,1
Lokasi/Jarak Ada % Tidak Ada %
1. Hambatan jarak ke Puskesmas 5 13,2 33 86,8
2. Ketersediaan transportasi 38 100 0 0
3. Keterjangkauan biaya perjalanan 29 76,3 9 23,7
Penyuluhan Kesehatan Pernah % Tidak Pernah %
1. Penyakit TB Paru 33 86,8 5 13,2
2. Jadwal minum obat 38 100 0 0
3. Manfaat minum obat teratur 30 78,9 8 21,1
4. Kemungkinan adanya efek samping 2 5,3 36 94,7
5. Perlunya PMO 4 10,5 34 89,5
Kunjungan Rumah Ada % Tidak Ada %
1. Ada/tidak ada kunjungan rumah 0 0 38 100

51

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan kategori pengukuran faktor pelayanan kesehatan maka seluruh
responden (100%) termasuk ke dalam kategori baik.

4.4. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)
Peran PMO yang diukur meliputi penyuluhan kepada keluarga penderita,
memberi dorongan untuk berobat, mengingatkan penderita berobat dan
memeriksakan dahaknya pada waktu yang telah ditentukan dan mengawasi penderita
menelan obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki
PMO yang berasal dari keluarga sebanyak 32 responden (84,3%); petugas kesehatan
Rumah Tahanan (Rutan) sebanyak 3 responden (7,9%); teman, tetangga dan kader
masing-masing 1 responden (2,6%). Sebanyak 21 responden (55,3%) menyatakan
bahwa PMO tidak pernah memberikan penyuluhan kepada keluarganya, hal ini
dikarenakan PMO tidak pernah diberi informasi atau penyuluhan tentang tugasnya
oleh petugas Puskesmas. Biasanya petugas Puskesmas akan menanyakan kepada
penderita TB Paru nama salah satu anggota keluarga atau orang terdekat yang dapat
ditunjuk sebagai PMO namun dengan tugas hanya sebagai pengambil obat jika
penderita berhalangan hadir ke Puskesmas. Penunjukkan PMO ini hanya diketahui
oleh penderita dan petugas kesehatan saja tanpa ada tindak lanjut yakni bertemu
dengan PMO yang telah ditentukan untuk memberitahu tugas-tugas mereka.
Responden yang menyatakan bahwa PMO kadang-kadang memberikan
dorongan untuk berobat ada 27 responden (71%) dan responden yang mengatakan
bahwa PMO kadang-kadang mengingatkan untuk berobat dan periksa dahak ada 27
52

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

responden (71%). Sebagian besar responden menyatakan bahwa PMO tidak pernah
mengawasi mereka menelan obat ada 24 responden (63,2%) (Tabel 4.8).

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Peran PMO di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Peran PMO
Ada % Tidak Ada %
1. Penderita TB Paru yang memiliki
PMO
38 100 0 0

Selalu
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
2. Penyuluhan kepada keluarga
penderita
0

17
(44,7%)
21
(55,3%)
3. Dorongan berobat 3
(7,9%)
27
(71%)
8
(21,1%)
4. Mengingatkan periksa dahak 3
(7,9%)
27
(71%)
8
(21,1%)
5. Mengawasi menelan obat 0

14
(36,8%)
24
(63,2%)

Berdasarkan pengkategorian jawaban, 34 responden (89,5%) menyatakan
bahwa peran PMO berada pada kategori sedang; peran PMO pada kategori baik
hanya 1 responden (2,6%) dan yang menyatakan peran PMO pada kategori buruk ada
3 responden (7,9%) (Tabel 4.9).

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran PMO di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Peran PMO Jumlah %
1. Baik 1 2,6
2. Sedang 34 89,5
3. Buruk 3 7,9
Jumlah 38 100



53

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

4.5. Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru
Tingkat kepatuhan penderita TB Paru dibagi menjadi 3 kategori yaitu patuh,
apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan yaitu
setiap hari pada tahap awal, tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan mengambil
obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan menaati
nasihat dari petugas kesehatan; kurang patuh, jika responden kadang-kadang menelan
obat sesuai ketentuan petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8
minggu selama tahap pengobatan lanjutan dan tidak memeriksakan dahak sesuai
jadwal yang telah ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan;
tidak patuh, jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap pengobatan
lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak sesuai jadwal
yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat dari petugas kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan kadang-
kadang meminum obatnya pada tahap lanjutan yaitu 15 responden (39,5%);
responden yang menyatakan selalu minum obat sesuai dosis yang dianjurkan
sebanyak 32 responden (84,2%); dan sebagian besar responden menyatakan tidak
mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah ditentukan yaitu 27 responden
(71,1%) sedangkan responden yang mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah
ditetapkan hanya 11 responden (28,9%).
Secara rinci tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru dapat dilihat pada
Tabel 4.10 berikut ini:

54

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Berobat di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Kepatuhan Berobat Jumlah %
1. Mematuhi petunjuk menelan obat
1. Selalu 9 23,7
2. Kadang-kadang 27 71,0
3. Tidak 2 5,3
Jumlah 38 100
2. Minum obat setiap hari pada tahap awal
1. Selalu 22 57,9
2. Kadang-kadang 12 31,6
3. Tidak 4 10,5
Jumlah 38 100
3. Minum obat 3x seminggu pada tahap lanjutan
1. Selalu 10 26,3
2. Kadang-kadang 15 39,5
3. Tidak 13 34,2
Jumlah 38 100
4. Minum obat sesuai dosis
Ya 32 84,2
Tidak 6 15,8
Jumlah 38 100
5. Mematuhi jadwal pemeriksaan dahak
Ya 11 28,9
Tidak 27 71,1
Jumlah 38 100

Menurut hasil penelitian dan berdasarkan hasil cross check dengan Kartu
Pengobatan TBC (formulir TB.01) dan Formulir Permohonan Laboratorium TBC
Untuk Pemeriksaan Dahak (formulir TB.05) masing-masing penderita TB Paru di
Puskesmas Pekan Labuhan maka responden yang termasuk dalam kategori patuh
hanya 5 responden (13,1%); sebagian besar responden yaitu 21 responden (55,3%)
termasuk kurang patuh; dan ada 12 responden (31,6%) yang tergolong tidak patuh
(Tabel 4.11).

55

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan Berobat di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Kategori Kepatuhan Berobat Jumlah %
1. Patuh 5 13,1
2. Kurang patuh 21 55,3
3. Tidak patuh 12 31,6
Jumlah 38 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak patuh
berobat dikarenakan responden sudah merasa sembuh, keluhan yang dirasakan sudah
hilang setelah beberapa minggu menelan obat, lupa minum obat karena bekerja
sebagai nelayan yang waktu kerjanya tidak menentu atau merasa bosan karena terlalu
lama minum obat.

4.6. Gambaran Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Pederita TB Paru
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap 16 tempat tinggal responden
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan diketahui bahwa seluruh
responden tinggal di lingkungan padat penduduk dan sangat berdebu. Berdasarkan
kepadatan huniannya, sebanyak 9 tempat tinggal responden (56,25%) termasuk ramai
(overcrowded) dengan jumlah penghuni berkisar antara 4 sampai 10 orang per rumah.
Semakin padat, maka perpindahan penyakit khususnya yang melalui udara akan
semakin mudah dan cepat. Keadaan ventilasi 11 tempat tinggal responden (68,75%)
tidak memenuhi persyaratan rumah sehat yaitu 10% dari luas lantai. Berdasarkan
kelembaban pada tempat tinggal responden maka seluruhnya (100%) tidak ditemukan
jamur tapi cahaya matahari kurang. Keadaan seperti ini sangat memungkinkan
56

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

terjadinya penularan kepada anggota keluarga yang lainnya karena kuman
Tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab.
Observasi yang dilakukan di Rumah Tahanan Medan Labuhan tempat
dilakukannya wawancara terhadap 3 responden menunjukkan bahwa kamar sel
tahanan sangat tidak sehat karena pencahayaannya kurang sehingga terasa lembab
dan kepadatan hunian setiap selnya melebihi 25 orang (overcrowded).

4.7. Hasil Uji Statistik Bivariat
Berdasarkan analisis univariat, diketahui bahwa variabel ketersediaan OAT
dan kunjungan rumah hanya memiliki satu jawaban, yaitu seluruh responden (100%)
menyatakan ketersediaan OAT di Puskesmas dalam keadaan baik dan seluruh
responden (100%) menyatakan tidak ada kunjungan rumah yang berkaitan dengan TB
Paru dari pihak Puskesmas. Oleh karena itu, variabel ketersediaan OAT dan
kunjungan rumah tidak dilakukan uji selanjutnya. Untuk menjelaskan hubungan
karakteristik penderita TB Paru, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor peran PMO
dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru digunakan uji statistik korelasi
Pearson Product Moment dengan hasil sebagai berikut:
1. Pada karakteristik responden, variabel pendidikan (=0,004), variabel
pengetahuan (=0,000) dan variabel efek samping OAT (=0,048) menunjukkan
hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru
karena nilai <0,05. Pada faktor pelayanan kesehatan, variabel sikap petugas
kesehatan (=0,028) berhubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan
57

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

berobat. Variabel peran PMO (=0,002) juga menunjukkan hubungan signifikan
dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
2. Variabel umur responden, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi/jarak dan penyuluhan
kesehatan tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan
berobat penderita TB Paru (>0,05).
3. Berdasarkan acuan Colton (Hastono, 2001) mengenai tingkat kekuatan/keeratan
hubungan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil korelasi Pearson sebagai berikut:
a. Hubungan variabel pendidikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita
TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,455) dan berpola positif,
artinya semakin tinggi jenjang pendidikan responden maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
b. Hubungan variabel pengetahuan responden dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,661) dan berpola
positif, artinya semakin tinggi pengetahuan responden maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
c. Hubungan variabel efek samping OAT dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,323) dan berpola
positif, artinya semakin baik efek samping responden maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
d. Hubungan variabel sikap petugas kesehatan dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,358) dan berpola
positif, artinya semakin baik sikap petugas kesehatan maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
58

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

e. Hubungan variabel peran PMO dengan tingkat kepatuhan berobat penderita
TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,484) dan berpola positif,
artinya semakin tinggi peran PMO maka akan terjadi peningkatan kepatuhan
berobat penderita TB Paru.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson
No. Variabel Correlation Coefficient (r) Sig ()
1. Umur -0,179 0,282
2. Jenis Kelamin 0,306 0,062
3. Pendidikan 0,455 0,004
4. Pekerjaan 0,022 0,896
5. Pengetahuan 0,661 0,000
6. Efek Samping OAT 0,323 0,048
7. Sikap Petugas Kesehatan 0,358 0,028
8. Lokasi/J arak 0,276 0,094
9. Penyuluhan Kesehatan 0,150 0,369
10. Peran PMO 0,484 0,002

4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat di atas, diketahui bahwa variabel jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, efek samping OAT, sikap petugas kesehatan,
lokasi/jarak, dan peran PMO menunjukkan -value<0,25, sehingga variabel-variabel
tersebut dapat dilanjutkan analisis multivariat regresi linier ganda.
Hasil uji statistik regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95%
(=0,05) menunjukkan bahwa:


59

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengetahuan responden
(=0,003) dan variabel peran PMO (=0,000) terhadap tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru karena nilai <0,05. Variabel jenis kelamin, pendidikan, efek
samping OAT, sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak tidak memiliki pengaruh
yang bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru.
2. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,634, artinya
pengetahuan, dan peran PMO memberikan pengaruh sebesar 63,4% terhadap
tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru, sedangkan sisanya 36,6%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti
variabel status gizi dan faktor lingkungan.
3. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung 10,141 (F=10,141) dan =0,000<0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, dan peran PMO secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru.
4. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Y =-12,125 (konstanta) +0,305 X3 +0,558 X7
Keterangan:
Y =Variabel Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru
X3 =Variabel Pengetahuan
X7 =Variabel Peran PMO



60

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan persamaan di atas dapat dideskripsikan bahwa apabila
dinaikkan satu poin variabel pengetahuan maka tingkat kepatuhan penderita TB
Paru akan meningkat sebesar 0,305 dan apabila dinaikkan satu poin variabel
peran PMO maka tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru akan meningkat
sebesar 0,558.
Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan tabel 4.31 berikut ini:

Tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik
Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan Peran PMO Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.
No. Variabel
Taraf
Signifikan
B R
R
Square
P
Value
1. Jenis Kelamin 0,455 0,305
0,838 0,634 0,000
2. Pendidikan 0,450 0,223
3. Pengetahuan 0,003 0,305
4. Efek Samping OAT 0,654 0,086
5. Sikap Petugas Kesehatan 0,290 0,586
6. Lokasi/J arak 0,433 0,235
7. Peran PMO 0,000 0,558










61

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB V
PEMBAHASAN


Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan regresi linier berganda
menunjukkan bahwa pengetahuan dan peran PMO mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru, sedangkan jenis
kelamin, pendidikan, efek samping OAT, dan faktor pelayanan kesehatan tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru di Puskesmas
Pekan Labuhan Kota Medan.

5.1. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden sebagian besar pada usia
produktif (15-49 tahun) yaitu 35 orang (92,1%). Hal ini karena pada usia produktif
manusia cenderung mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga kemungkinan untuk
terpapar kuman TB lebih besar, selain itu setelah pubertas tubuh lebih mampu
mencegah penyebaran penyakit melalui darah, tetapi kemampuan untuk mencegah
penyebaran penyakit di dalam paru berkurang jauh (Crofton, 2002).
Menurut Warren (Achmadi, 2005), risiko mendapatkan TBC dapat dikatakan
seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena di
atas 2 (dua) tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap TBC dengan baik.
Puncaknya pada dewasa muda, dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, umur responden tidak berhubungan
dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru (p=0,282>0,05). Hal ini karena
62

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

semua penderita TB Paru ingin sembuh dari penyakitnya sehingga dia patuh untuk
mengikuti paduan obat yang diberikan walaupun memakan waktu yang lama.
Menurut Bart (1994), di Amerika Serikat orang yang berusia lanjut cenderung
mengikuti anjuran dokter, lebih memiliki tanggung jawab, lebih tertib, lebih teliti,
lebih bermoral, dan lebih berbakti dari pada usia muda. Menurut Dickson, dkk (Bart,
1994), perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat
buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas), pengobatan yang kompleks,
pengobatan dengan efek samping.
Pada usia berapa pun, tubuh hanya melawan infeksi dengan baik apabila
dicukupi dengan makanan bergizi dalam jumlah memadai. Kurangnya makanan dapat
menyebabkan malnutrisi dan mengurangi daya tahan tubuh sehingga penyakit
menjadi lebih parah dan juga meningkatkan kematian (Aditama, 2002).
Berdasarkan kenyataan di lapangan, masih ditemukan responden yang percaya
bahwa TB Paru adalah penyakit keturunan. Beberapa generasi dari keluarga mereka
mulai dari kakek/nenek, orang tua maupun anak-anaknya menderita penyakit TB Paru
dan dikucilkan oleh anggota keluarga yang sehat. Meskipun begitu, anggota keluarga
yang menderita TB Paru tetap memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas karena
mereka menginginkan kesembuhan. Hal ini sesuai dengan model sistem kesehatan
Anderson yang menyatakan bahwa faktor predisposisi dan faktor yang
memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila
hal itu dirasakan sebagai kebutuhan.


63

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

5.2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita
TB Paru.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, jenis kelamin tidak mempunyai
pengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru (p=0,455>0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eliska (2005), bahwa jenis kelamin tidak
mempunyai pengaruh terhadap ketekunan berobat penderita TB Paru.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah penderita TB Paru antara yang
berjenis kelamin laki-laki dengan yang berjenis kelamin perempuan hampir sama
yaitu laki-laki sebanyak 21 responden (55,3%) dan perempuan 17 responden (44,7%).
Menurut Crofton (1998), laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi dari pada
perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol pada laki-laki dapat menurunkan kekebalan
tubuh sehingga mudah terkena TB Paru.
Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa perempuan (80%) lebih patuh
dari pada laki-laki (20%). Ini dapat diasumsikan bahwa perempuan dengan mobilitas
yang rendah memiliki banyak waktu untuk memerhatikan kesehatannya sehingga
lebih disiplin dalam menjalani pengobatan. Selain itu, adanya stigma di masyarakat
yang menyatakan bahwa penyakit TB Paru bagi perempuan dapat menimbulkan
kemandulan menjadikan perempuan lebih patuh berobat.

5.3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB
Paru.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan, bahwa pendidikan tidak
mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru
64

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

(p=0,450>0,05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Hasibuan
(2007) bahwa pendidikan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita TB
Paru.
Menurut Robert M. Gagne (Eliska, 2005), tingkat pendidikan formal
merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan
memahami sesuatu, atau menerima dan menolak sesuatu. Tingkat pendidikan formal
juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan.
Tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi pengetahuan seseorang di
antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan
penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan
mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat (Eliska, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden menganggap penyakit TB
Paru adalah penyakit yang berbahaya sehingga baik responden yang hanya tamat SD
sampai dengan yang lulus dari perguruan tinggi terdorong untuk memeriksakan
dirinya ke fasilitas pelayanan kesehatan dan mengikuti anjuran dokter agar
penyakitnya tidak bertambah parah.

5.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB
Paru.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pekerjaan tidak mempunyai
hubungan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru (p=0,896>0,05). Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Eliska (2005) yang menyatakan bahwa
pekerjaan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan berobat
penderita TB Paru di Puskesmas Teladan Kota Medan.
65

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Menurut Anderson (1947), salah satu faktor struktur sosial yaitu pekerjaan
akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, pekerjaan seseorang dapat
mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima, informasi tersebut akan
membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, tingkat kepatuhan antara responden yang
bekerja dengan responden yang tidak bekerja hampir sama. Ini dapat diasumsikan
bahwa responden yang sebagian besar berusia produktif takut kehilangan masa
produktifnya sehingga berkeinginan untuk tetap sehat agar bisa mencari atau
menghasilkan uang.
Responden yang tidak patuh kebanyakan bekerja sebagai nelayan dengan
waktu kerja yang tidak menentu. Mereka harus melaut mulai dari pagi hingga malam
atau sebaliknya kemudian harus menjual hasil tangkapan sehingga sering kali lupa
minum obat.

5.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita
TB Paru.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa pengetahuan
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita
TB Paru (p=0,003>0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa
tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh
pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan yang
dimiliki oleh penderita TB Paru berhubungan dengan tingkat kepatuhan berobat,
66

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

semakin tinggi pengetahuan penderita tentang penyakitnya maka akan semakin patuh
berobat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang rendah tentang penyakit TB Paru. Mereka hanya mengetahui
penyakit TB Paru adalah penyakit batuk darah yang disebabkan oleh kebiasaan
merokok, angin malam, ganja dan bahkan ada yang mengatakan datang dari Tuhan.
Hal ini dikarenakan penyuluhan kesehatan kepada penderita TB Paru untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran berobat tidak pernah dilakukan. Petugas
kesehatan hanya memberikan informasi bagaimana cara menelan obat dan jadwal
mengambil obat serta jadwal memeriksakan dahak saja. Pengetahuan tentang
penyakit TB Paru yang diperoleh dari bangku sekolah yang sebagian besar responden
hanya berlatar belakang pendidikan SLTP tidak dapat diandalkan untuk
meningkatkan kepatuhan berobat responden. Tingkat pengetahuan yang rendah ini
menyebabkan responden seringkali terlambat mengobati penyakitnya atau tidak
tuntas melaksanakan pengobatan.
Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu mengikuti tahap-tahap
yakni melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge) sikap (attitude)
praktek (practice) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu,
namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu
seperti teori di atas, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya. Meskipun
demikian, Rogers (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa perilaku baru yang
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
akan bersifat langgeng (long lasting), begitu juga sebaliknya.
67

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

5.6. Pengaruh Efek Samping OAT Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa efek samping OAT tidak
mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru
(p=0,654>0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amiruddin
(2006) yang menyatakan bahwa efek samping OAT berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan minum obat penderita TB Paru. Menurut Mangunnegoro dan
Satyatenggara (Amiruddin, 2006), adanya gejala efek samping OAT merupakan salah
satu penyebab kegagalan dalam pengobatan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar dari responden yang
mengalami efek samping OAT menyatakan bahwa efek tersebut merupakan gejala
yang biasa-biasa saja dan dapat menghilang dengan sendirinya sehingga tidak
menimbulkan kekhawatiran akan menambah parah penyakit yang dideritanya.
Responden lain mengatakan bahwa efek samping OAT mengganggu aktivitas selama
1-7 hari sehingga mereka berhenti minum obat sampai efek tersebut berkurang atau
hilang tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Responden baru akan
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan apabila efek samping yang dirasakan
bertambah parah.
Menurut Notoatmodjo (2003), masyarakat atau anggota masyarakat yang
mendapat penyakit namun tidak merasakan sakit (disease but not illness) sudah
barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Alasannya
antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja
mereka sehari-hari. Mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun gejala yang
68

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati
sakitnya. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru
akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha.

5.7. Pengaruh Faktor Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepatuhan
Berobat Penderita TB Paru.

Hasil analisis statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa penyuluhan
kesehatan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepatuhan berobat
penderita TB Paru (p=0,369>0,005). Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan
bahwa sikap petugas kesehatan (p=0,290) dan lokasi/jarak (p=0,433) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan berobat penderita TB Paru.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Senewe (1997), bahwa faktor
pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru. Pada penelitian tersebut, faktor pelayanan kesehatan meliputi
penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah, ketersediaan obat TB, mutu obat TB,
ketersediaan sarana transportasi, dan jarak. Menurut hasil penelitian tersebut,
penderita yang mendapat penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan mempunyai
kemungkinan 4,19 kali untuk teratur atau patuh berobat, untuk penderita yang
mendapat kunjungan rumah oleh petugas kesehatan mempunyai kemungkinan 2,15
kali teratur atau patuh berobat, dan penderita yang mengatakan jarak dekat ke
Puskesmas mempunyai kemungkinan 3,26 kali untuk teratur berobat dibandingkan
penderita yang mengatakan jarak yang jauh ke Puskesmas.
69

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kesehatan bahwa petugas
kesehatan memberikan penyuluhan ketika pasien datang berobat pertama kali dan
hanya diberi penyuluhan tentang jadwal menelan obat, jadwal mengambil obat, dan
makan makanan yang bergizi. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan
selama ini kurang bermanfaat bagi pasien disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
penyuluhan yang diberikan secara sepotong-sepotong tidak secara menyeluruh,
penderita kurang yakin dengan petugas, rendahnya tingkat pendidikan penderita
sehingga lemah dalam menyerap isi penyuluhan.
Menurut Depkes RI (2002), dalam program penanggulangan TB, penyuluhan
langsung per orangan sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan
pengobatan penderita. Cara penyuluhan langsung per orangan lebih besar
kemungkinan untuk berhasil dibanding dengan cara penyuluhan melalui media.
Dalam penyuluhan langsung per orangan, unsur terpenting yang harus diperhatikan
adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan dengan penderita.
Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, Puskesmas, Posyandu, dan lain-lain sesuai
kesempatan yang ada.
Penyuluhan TB Paru perlu dilakukan karena masalah TB Paru berkaitan
dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan TB Paru.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tidak patuh berobat seluruhnya
tidak pernah mendapat kunjungan rumah oleh petugas kesehatan berkaitan dengan
pengobatan TB Paru. Padahal apabila kunjungan rumah dilakukan maka penderita
70

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

yang tidak patuh dapat melanjutkan pengobatannya kembali. Ini disebabkan yang
menjadi PMO penderita TB Paru semuanya keluarga sehingga petugas kesehatan
memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada PMO.
Menurut Senewe (1997), apabila dilakukan pengawasan yang penuh selama
jangka waktu pengobatan antara lain melalui kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan maka diharapkan penderita TB Paru akan teratur berobat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ester (2000). Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengobatan TB Paru seharusnya jangan
ditambah lagi dengan sikap petugas yang tidak menyenangkan. Ketidakteraturan
berobat bukan semata-mata kesalahan pasien, tapi juga gambaran kesalahan petugas
kesehatan yang gagal menyakinkan pasien untuk berobat sampai tuntas (Aditama,
2002).
Berdasarkan kenyataan di lapangan, setiap pasien tersangka TB Paru yang
datang ke Puskesmas awalnya akan diberi wadah untuk menampung dahaknya dan
disuruh kembali lagi keesokan hari dengan membawa wadah tersebut. Selanjutnya
dahak tadi diperiksa sedangkan pasien menunggu sampai hasil dari laboratorium
keluar. Apabila pasien positif menderita TB Paru maka pasien tersebut akan diberi
obat dan diingatkan untuk kembali lagi seminggu kemudian untuk mengambil obat
selanjutnya dengan membawa kemasan obat yang telah diminum sebagai bukti kalau
obat tersebut benar-benar diminum.
Petugas kesehatan tidak memberikan informasi tentang kemungkinan efek
samping yang mungkin timbul selama minum obat TB, tentang manfaat minum obat
71

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

teratur, mengenai penyakit TB Paru bahkan tentang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Petugas kesehatan hanya menanyakan nama orang terdekat pasien yang dapat
mengambil obat jika pasien tersebut berhalangan datang ke Puskesmas pada jadwal
yang telah ditentukan. Jadi sesungguhnya penderita TB Paru tidak memiliki PMO
seperti yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pada kunjungan selanjutnya (satu minggu berikutnya) pasien hanya
menunjukkan kemasan obat yang telah diminum kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan obat berikutnya. Pasien juga harus bersikap aktif menyampaikan
keluhan-keluhannya karena petugas kesehatan jarang menanyakan hal tersebut. J ika
tidak ada keluhan, maka setelah mendapatkan obat dan petugas telah mengisi
formulir pencatatan pengobatannya, pasien diperbolehkan pulang. Sedangkan jika
pasien mengalami keluhan maka akan diminta untuk menemui dokter Puskesmas.

5.8. Pengaruh Peran PMO Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita
TB Paru.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa peran PMO berpengaruh
secara bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru
(p=0,000>0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nasrin (Eliska, 2005) di
Sumatera Selatan, J awa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, tahun 1998-1999
yang menunjukkan bahwa PMO meningkatkan kepatuhan berobat sehingga penderita
cenderung akan mengkonsumsi obat dengan teratur yang mendorong kesembuhan
penderita TB Paru.
Menurut Depkes RI (2002), salah satu komponen DOTS adalah pengobatan
dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO untuk
72

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

menjamin penderita TB Paru menyelesaikan pengobatannya dengan minum obat
secara teratur di depan PMO. Oleh sebab itu, PMO perlu mendapatkan penyuluhan
bersama dengan penderita sehingga pengobatan dapat mencapai target yang
ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden mengatakan
peran PMO dalam kategori sedang yaitu sebesar 89,5%. Ini karena yang menjadi
PMO seluruhnya keluarga sehingga mereka lebih memerhatikan kesehatan responden
dan selalu memberikan dorongan kepada responden untuk menjalani pengobatannya.
Secara umum responden yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang biasanya cenderung lebih mudah
mengikuti nasihat medis dari pada pasien yang tidak mendapat dukungan sosial.
Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting.
Berdasarkan hasil wawancara dengan PMO, bahwa sebagian besar PMO tidak
pernah memberi penyuluhan kepada keluarga penderita yang mempunyai gejala-
gejala tersangka TB untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan. Hal
ini karena PMO tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan
berkaitan dengan penyakit responden dan tidak pernah diberitahu tugas-tugas mereka
sebagai PMO. Biasanya petugas Puskesmas akan menanyakan kepada penderita TB
Paru nama salah satu anggota keluarga atau orang terdekat yang dapat ditunjuk
sebagai PMO namun dengan tugas hanya sebagai pengambil obat jika penderita
berhalangan hadir ke Puskesmas. Penunjukkan PMO ini hanya diketahui oleh
penderita dan petugas kesehatan saja tanpa ada tindak lanjut yakni bertemu dengan
PMO yang telah ditentukan untuk memberitahu tugas-tugas mereka.
73

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Anggota keluarga yang dicatat sebagai PMO di formulir TB pada dasarnya
tidak pernah tahu kalau dirinya adalah seorang PMO yang mempunyai tugas-tugas
penting demi tercapainya kesembuhan penderita TB Paru. Tidak jarang mereka juga
tidak mengetahui penyakit apa yang sedang diderita oleh salah satu anggota
keluarganya tersebut. Oleh karena itu, peran PMO yang seharusnya memberikan
penyuluhan, mendorong, mengingatkan dan mengawasi penderita TB Paru menelan
obat tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Sebagian besar PMO selalu memberi
dorongan kepada responden untuk berobat, ini karena PMO khawatir penyakit
responden menjadi bertambah parah atau tidak menunjukkan arah kesembuhan dan
untuk memberikan semangat kepada penderita dalam menjalani pengobatannya.
PMO yang baik adalah yang paling dekat dengan penderita, dihormati dan
disegani penderita. Orang yang dihormati penderita biasanya semua saran yang
diberikannya akan dilaksanakan oleh penderita. Hal ini sesuai dengan yang
dianjurkan oleh WHO, yakni perilaku orang lebih-lebih anak kecil banyak
dipengaruhi orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting bagi kita
maka apa yang dikatakannya cenderung untuk dilaksanakan (Notoatmodjo, 2003).







74

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan karakteristik responden, sebagian besar responden berusia 25-49
tahun yaitu 21 responden (55,3%); sebanyak 21 responden (55,3%) berjenis
kelamin laki-laki; pendidikan responden yang terbanyak adalah SLTP yaitu 15
responden (39,5%); sebanyak 20 responden (52,6%) bekerja. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden yang terbanyak berada pada
tingkat sedang yaitu sebanyak 22 responden (57,9%); sebagian besar responden
menyatakan ada efek samping OAT yang dialami yaitu sebanyak 28 responden
(73,7%).
2. Berdasarkan kategori pengukuran faktor pelayanan kesehatan maka seluruh
responden (100%) termasuk ke dalam kategori baik.
3. Sebanyak 34 responden (89,5%) menyatakan bahwa peran PMO berada pada
kategori sedang; peran PMO pada kategori baik hanya 1 responden (2,6%) dan
yang menyatakan peran PMO pada kategori buruk ada 3 responden (7,9%).
4. Berdasarkan hasil penelitian dan berdasarkan hasil cross check maka responden
yang termasuk dalam kategori patuh hanya 5 responden (13,1%); sebagian besar
responden yaitu 21 responden (55,3%) termasuk kurang patuh; dan ada 12
responden (31,6%) yang tergolong tidak patuh.
75

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

5. Terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadap tingkat
kepatuhan berobat penderita TB Paru di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan,
di mana nilai p=0,003.
6. Terdapat pengaruh yang bermakna antara peran PMO terhadap tingkat kepatuhan
berobat penderita TB Paru di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, di mana
nilai p=0,000.
7. Adapun variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, efek samping OAT,
dan faktor pelayanan kesehatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru, di mana nilai p>0,05.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Pekan Labuhan meningkatkan pelayanan
pengobatan dan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas kesehatan
sehingga penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan baik.
2. Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas Pekan Labuhan melakukan penyuluhan
kesehatan secara berkesinambungan dalam rangka peningkatan pengetahuan
penderita TB Paru dan melakukan pelatihan kepada PMO serta mengadakan
kunjungan ke rumah penderita TB Paru.
3. Diharapkan penderita TB Paru yang mengalami efek samping OAT tetap teratur
menelan obat. Untuk mengurangi timbulnya gejala efek samping, penderita
sebaiknya menelan obat tidak sekaligus dalam jumlah banyak tetapi menelan
obatnya satu per satu dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.
76

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi, 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit
Buku Kompas. Jakarta.

Aditama, Tjandra Y, 1994. Tuberkulosis Paru: Masalah dan Penanggulangannya.
UI Press. Jakarta.

------------------------, 2002. Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi dan Masalahnya.
Yayasan IDI. Jakarta

Amiruddin, R., 2006. Faktor Keberhasilan Konversi Pada Penderita TB Paru di
Puskesmas Jongaya Tahun 2006. Laporan Penelitian, FKM Unhas.
Makassar.

Bart, Smet, 1994. Psikologi Kesehatan. P.T. Grasindo. Jakarta.

Crofton, J., 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi 2, Widya Medika. Jakarta.

Depkes RI, 1996. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya.
Jakarta.

-------------, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

-------------, 2007. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya.
Edisi 2. Jakarta.

Depkes RI dan WHO, 2008. Lembar Fakta Tuberkulosis. Jakarta.

Dinkes Kota Medan, 2006. Profil Kesehatan Kota Medan. Medan

------------------------, 2007. Profil Kesehatan Kota Medan. Medan

------------------------, 2008. Profil Kesehatan Kota Medan. Medan
Dinkes Sumatera Utara, 2005. Laporan Tahunan Program TB. Medan.

Dirjen P2M & PLP, 1997. Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala
Indonesia. Jakarta.

Eliska, 2005. Pengaruh Karakteristik Individu, faktor Pelayanan Kesehatan, dan
Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2005. Skripsi,
FKM USU. Medan.
77

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.


Ester, Monica., 2000. Psikologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Hasibuan, Harmaini., 2007. Pengaruh Karakteristik Individu Penderita TB Paru
Terhadap Tingkat Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Aek Kota
Batu Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2007.
Skripsi, FKM USU. Medan.

Hastono, S.P., 2001. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.

-----------------------------, 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.

Permatasari, A., 2005. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
Bagian Paru, Fakultas Kedokteran USU, Medan.

Sarumpaet, Sorimuda., 1991. faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketekunan
Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Mengikuti Program Pengobatan di
TB Center di Kotamadya Medan. Laporan penelitian, Fakultas
Kedokteran USU. Medan.

Senewe, Telly., 1997. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat
Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok. Penelitian Kesehatan,
Vol.30, No.1. 2002.

Simamora, Jojor, 2004. Faktor yang Memengaruhi Ketidakteraturan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004. Tesis,
Pascasarjana USU. Medan.

Situmeang, Taufan, 2004. Pengobatan Tuberkulosis Paru Masih Menjadi
Masalah. Di akses melalui situs www.gizi.net . Tanggal 26 Oktober 2008.

Tanjung, Azhar, dkk, 1995. Tuberkulosis Paru Dewasa Pada Penderita Batuk
Kronik di Kecamatan Kotanopan. ISSN. Jakarta.

Wahab, Irwana, 2002. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Program
Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2002.
Skripsi, FKM USU. Medan.


78

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
DAN FAKTOR PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENDERITA TB PARU DALAM PENGOBATAN
DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN KOTA MEDAN
TAHUN 2009

A. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Nomor Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan : 1. Tidak tamat SD
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/Sarjana
Pekerjaan : 1. Tidak bekerja 2. Bekerja
(..................................)
Penghasilan/bulan :


1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan penyakit TB Paru ?
Pengetahuan :
a. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan yang menyerang
paru disembuhkan.
b. Penyakit batuk berdarah
c. Tidak tahu
2. Menurut Anda apakah yang menjadi penyebab penyakit TB Paru ?
a. Kuman Tuberkulosis
b. Bibit penyakit dan merokok
c. Tidak tahu
3. Menurut Anda bagaimana cara penularan penyakit TB Paru ?
a. Melalui batuk, bersin yang mengandung kuman TBC yang terhirup
orang lain.
b. Melalui batuk dan makanan
c. Tidak tahu
4. Apakah Anda mengetahui kebiasaan yang memperburuk penderita TB Paru?
a. Kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi
b. Menjawab salah satu dari jawaban a
c. Tidak tahu
5. Menurut Anda siapa saja yang rentan terhadap penyakit TB Paru ?
a. Semua orang tanpa batas usia
b. Semua orang terutama orang dewasa
c. Tidak tahu


Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

6. Berapa lama pengobatan TB Paru yang Anda ketahui ?
a. 6 bulan
b. 2 bulan
c. Tidak tahu
7. Apakah Anda mengetahui pengobatan TB Paru ?
a. Pada tahap awal (2 bulan) obat diminum setiap hari dan pada tahap
lanjutan (6 bulan) obat diminum 3 kali dalam seminggudan pemeriksaan
dahak sebanyak 3 kali.
b. Minum obat setiap hari pada tahap awal dan pada tahap lanjutan 3 kali
dalam seminggu.
c. Tidak tahu
8. Menurut Anda apa manfaat dari pemeriksaan dahak atau photo rontgen ?
a. Untuk memastikan menderita penyakit TB Paru, memantau kemajuan
pengobatan dan memastikan kesembuhan.
b. Menjawab minimal 2 dari jawaban a
c. Tidak tahu
9. Menurut Anda bagaimana cara pencegahan penyakit TB Paru ?
a. Meningkatkan gizi, memberikan imunisasi BCG, memberikan
pengobatan pencegahan kepada seseorang yang tinggal bersama dengan
penderita TB Paru.
b. Menjawab minimal 2 dari jawaban a
c. Tidak tahu


1. Apakah pengobatan TB Paru menimbulkan gejala efek samping ?
Efek Samping OAT :
a. Tidak
b. Ya
2. Apakah efek samping OAT mengganggu aktivitas sehari-hari Anda ?
a. Tidak
b. Ya
3. Bila terjadi efek samping OAT, apa yang Anda lakukan ?
a. Berobat ke Puskesmas
b. Mengatasinya dengan cara yang diketahui.
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Nyeri sendi
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki Warna kemerahan pada urine
Gatal dan kemerahan kulit Tuli
Gangguan keseimbangan Bingung dan muntah-muntah
Gangguan penglihatan Syok
Beri tanda () pada efek samping yang pernah diderita






Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

B. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN

1. Apakah OAT selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di
puskesmas?
Ketersediaan OAT :
a. Ya
b. Tidak
2. Bagaimana kualitas OAT yang Anda peroleh dari puskesmas ?
a. Baik
b. Tidak baik


1. Sikap petugas kesehatan dalam melayani Anda :
Sikap Petugas Kesehatan :
a. Ramah
b. Tidak ramah
2. Sikap petugas kesehatan terhadap keluhan yang Anda sampaikan :
a. Memperhatikan keluhan Anda
b. Tidak memperhatikan keluhan Anda
3. Sikap petugas kesehatan dalam memberikan penjelasan mengenai penyakit
Anda :
a. Jelas
b. Tidak jelas
4. Sikap petugas kesehatan dalam memberikan penjelasan tentang cara memakan
obat :
a. Jelas
b. Tidak jelas
5. Apakah petugas kesehatan pernah mengingatkan Anda untuk periksa ulang
dan mengambil obat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
6. Apakah petugas kesehatan pernah menanyakan kemajuan yang Anda peroleh
selama berobat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
7. Apakah petugas kesehatan pernah menanyakan adanya gejala efek samping
OAT ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
8. Apakah petugas kesehatan meminta bayaran selama berobat ?
a. Tidak pernah
b. Pernah


1. Apakah jarak dari tempat tinggal Anda ke puskesmas menjadi hambatan ?
Lokasi/Jarak :
a. Tidak b. Ya

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Bagaimana transportasi dari tempat tinggal saudara ke Puskesmas ?
a. Baik
b. Tidak baik

3. Bagaimana biaya perjalanan dari tempat tinggal Anda ke Puskesmas ?
a. Terjangkau
b. Tidak terjangkau


1. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang penyakit TB Paru ?
Penyuluhan Kesehatan :
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang jadwal minum obat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan bahwa pengobatan penyakit
TB Paru harus teratur dan obat harus diminum secara benar ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
4. Kalau pernah, mengapa ?
a. Untuk mencegah resistensi kuman
b. Lainnya : ...................................................................................................
5. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang kemungkinan adanya
gejala efek samping dari OAT ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
6. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang perlunya seorang
Pengawas Menelan Obat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah


1. Apakah petugas kesehatan pernah datang ke rumah Anda ?
Kunjungan Rumah :
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. J ika pernah, pada tahap mana ?
a. Tahap intensif
b. Tahap lanjutan
3. Kegiatan apa yang dilakukan petugas kesehatan saat mengunjungi rumah
saudara ?
a. Memberi peyuluhan
b. Lainnya : ...................................................................................................



Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

C. PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
1. Apakah ada yang mengawasi Anda menelan obat ?
a. Ada (kader, keluarga, tetangga, tokoh masyarakat)
b. Tidak ada
2. Apakah PMO tersebut selalu memberikan penyuluhan kepada keluarga Anda?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
3. Apakah PMO selalu memberikan dorongan kepada Anda untuk berobat ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Apakah PMO selalu mengingatkan Anda untuk berobat dan memeriksakan
dahak pada waktu yang telah ditentukan ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
5. Apakah PMO selalu mengawasi Anda dalam menelan obat ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

D. KEPATUHAN BEROBAT
1. Apakah Anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dalam menelan
obat ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
2. Apakah Anda selama dalam pengobatan tahap awal meminum obat setiap hari
selama 2 bulan ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Apakah Anda selama pengobatan tahap lanjutan meminum obat 3 kali
seminggu ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah Anda selalu minum obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Anda selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah
ditetapkan ?
a. Ya
b. Tidak

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.


1. Bagaimana kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal Anda ?
Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal :
a. Jarang
b. Sedang
c. Padat
2. Bagaimana kondisi kepadatan hunian di tempat tinggal Anda ?
a. Tidak ramai
b. Sedang
c. Ramai (over crowded)
3. Bagaimana keadaan ventilasi udara pada rumah Anda ?
a. Ada dan memenuhi persyaratan
b. Ada tapi tidak memenuhi persyaratan
c. Tidak ada
4. Bagaimana kelembaban pada tempat tinggal Anda ?
a. Baik (tidak ada jamur dan cahaya matahari langsung masuk ke rumah)
b. Sedang (tidak ada jamur tapi cahaya matahari kurang)
c. Buruk (terdapatnya jamur)





























Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

MASTER DATA

U
U
K JK Pdk Pkj Pn PnK Ef EfK K SPK L PK KR TotY TotYK PMO PMOK Pth PthK
25 2 1 4 2 15 2 4 2 4 16 5 8 2 35 3 10 2 10 2
22 1 2 1 1 12 1 4 2 4 16 6 10 2 38 3 12 3 8 1
21 1 2 4 2 17 2 6 2 4 16 6 9 2 37 3 6 1 8 1
19 1 1 3 2 15 2 3 1 4 16 4 9 2 35 3 7 2 7 1
26 2 1 5 2 24 3 4 2 4 16 6 10 2 38 3 8 2 13 3
32 2 2 2 1 13 1 3 1 4 15 6 10 2 37 3 7 2 7 1
30 2 2 3 1 14 1 6 2 4 16 6 9 2 37 3 8 2 10 2
40 3 1 3 1 18 2 4 2 4 16 6 10 2 38 3 11 2 10 2
42 4 2 1 2 16 2 4 2 4 16 6 9 2 37 3 11 2 13 3
48 4 1 3 2 15 2 4 2 4 16 6 8 2 36 3 9 2 9 2
65 6 1 1 2 13 1 3 1 4 15 4 9 2 34 3 6 1 6 1
15 1 2 3 1 13 1 6 2 4 16 4 8 2 34 3 10 2 10 2
22 1 2 4 2 19 2 4 2 4 16 6 10 2 38 3 8 2 12 2
40 3 1 1 2 13 1 4 2 4 16 6 9 2 37 3 8 2 8 1
21 1 1 4 1 19 2 6 2 4 16 5 9 2 36 3 6 1 9 2
64 6 1 2 2 17 2 4 2 4 16 6 8 2 36 3 9 2 11 2
23 1 2 4 1 20 2 4 2 4 16 5 9 2 36 3 7 2 9 2
25 2 2 2 2 13 1 4 2 4 16 6 8 2 36 3 10 2 10 2
26 2 1 4 2 16 2 3 1 4 16 6 9 2 37 3 8 2 10 2
43 4 1 2 1 15 2 4 2 4 16 6 9 2 37 3 7 2 6 1
17 1 2 3 1 14 1 4 2 4 16 6 9 2 37 3 9 2 10 2
28 2 1 4 2 15 2 4 2 4 16 4 8 2 34 3 7 2 8 1
34 3 2 4 1 21 3 3 1 4 16 6 9 2 37 3 8 2 10 2
31 2 1 3 2 13 1 3 1 4 16 6 7 2 35 3 7 2 8 1
43 4 1 4 2 17 2 6 2 4 16 6 9 2 37 3 8 2 10 2
20 1 1 4 2 18 2 6 2 4 16 4 10 2 36 3 8 2 11 2
25 2 2 3 1 18 2 4 2 4 16 6 9 2 37 3 10 2 11 2
47 4 1 3 2 14 1 3 1 4 16 6 7 2 35 3 7 2 8 1
37 3 1 3 1 15 2 4 2 4 16 6 7 2 35 3 8 2 11 2
17 1 2 4 1 22 3 6 2 4 16 6 9 2 37 3 9 2 13 3
28 2 1 2 1 13 1 3 1 4 14 6 10 2 36 3 10 2 8 1
28 2 1 3 2 15 2 4 2 4 16 6 9 2 37 3 9 2 10 2
58 5 1 3 2 15 2 6 2 4 16 5 9 2 36 3 10 2 10 2
17 1 2 3 1 14 1 3 1 4 16 6 9 2 37 3 8 2 8 1
24 2 2 4 1 20 2 3 1 4 16 6 9 2 37 3 9 2 13 3
18 1 2 3 1 15 2 4 2 4 16 6 9 2 37 3 9 2 11 2
23 1 1 3 1 16 2 6 2 4 16 6 9 2 37 3 10 2 10 2
35 3 2 5 2 24 3 6 2 4 16 6 10 2 38 3 11 2 13 3





Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Frequency Table

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15
1 2.6 2.6 2.6
17
3 7.9 7.9 10.5
18
1 2.6 2.6 13.2
19
1 2.6 2.6 15.8
20
1 2.6 2.6 18.4
21
2 5.3 5.3 23.7
22
2 5.3 5.3 28.9
23
2 5.3 5.3 34.2
24
1 2.6 2.6 36.8
25
3 7.9 7.9 44.7
26
2 5.3 5.3 50.0
28
3 7.9 7.9 57.9
30
1 2.6 2.6 60.5
31
1 2.6 2.6 63.2
32
1 2.6 2.6 65.8
34
1 2.6 2.6 68.4
35
1 2.6 2.6 71.1
37
1 2.6 2.6 73.7
40
2 5.3 5.3 78.9
42
1 2.6 2.6 81.6
43
2 5.3 5.3 86.8
47
1 2.6 2.6 89.5
48
1 2.6 2.6 92.1
58
1 2.6 2.6 94.7
64
1 2.6 2.6 97.4
65
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0


Umur Responden Kategori
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 15-24 tahun(orang muda)
14 36.8 36.8 36.8
25-49tahun(dewasa)
21 55.3 55.3 92.1
>50tahun(lanjut usia)
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0






Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Jeni s Kelami n

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki
21 55.3 55.3 55.3
Perempuan
17 44.7 44.7 100.0
Total
38 100.0 100.0

Pendi di kan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tamat SD
4 10.5 10.5 10.5
SD
5 13.2 13.2 23.7
SLTP
15 39.5 39.5 63.2
SLTA
12 31.6 31.6 94.7
Akademi/Sarjana
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0

Status Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bekerja
18 47.4 47.4 47.4
Bekerja
20 52.6 52.6 100.0
Total
38 100.0 100.0

Pendapatan Kel uarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 500000
6 15.8 15.8 15.8
600000
3 7.9 7.9 23.7
630000
1 2.6 2.6 26.3
650000
2 5.3 5.3 31.6
700000
4 10.5 10.5 42.1
750000
5 13.2 13.2 55.3
800000
1 2.6 2.6 57.9
870000
1 2.6 2.6 60.5
900000
2 5.3 5.3 65.8
950000
1 2.6 2.6 68.4
1000000
2 5.3 5.3 73.7
1200000
3 7.9 7.9 81.6
1500000
5 13.2 13.2 94.7
1700000
1 2.6 2.6 97.4
1980000
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Pendapatan Kel uarga Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <UMSK
23 60.5 60.5 60.5
>UMSK
15 39.5 39.5 100.0
Total
38 100.0 100.0

Pengetahuan Responden

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12
1 2.6 2.6 2.6
13
7 18.4 18.4 21.1
14
4 10.5 10.5 31.6
15
9 23.7 23.7 55.3
16
3 7.9 7.9 63.2
17
3 7.9 7.9 71.1
18
3 7.9 7.9 78.9
19
2 5.3 5.3 84.2
20
2 5.3 5.3 89.5
21
1 2.6 2.6 92.1
22
1 2.6 2.6 94.7
24
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0

Pengetahuan Responden Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah
12 31.6 31.6 31.6
Sedang
22 57.9 57.9 89.5
Tinggi
4 10.5 10.5 100.0
Total
38 100.0 100.0

Efek Sampi ng OAT

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3
10 26.3 26.3 26.3
4
18 47.4 47.4 73.7
6
10 26.3 26.3 100.0
Total
38 100.0 100.0






Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Efek Sampi ng OAT Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada
10 26.3 26.3 26.3
Ada
28 73.7 73.7 100.0
Total
38 100.0 100.0

Ketersedi aan OAT

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4
38 100.0 100.0 100.0

Si kap Petugas Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 14
1 2.6 2.6 2.6
15
2 5.3 5.3 7.9
16
35 92.1 92.1 100.0
Total
38 100.0 100.0

Lokasi/Jarak

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4
5 13.2 13.2 13.2
5
4 10.5 10.5 23.7
6
29 76.3 76.3 100.0
Total
38 100.0 100.0

Penyul uhan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 7
3 7.9 7.9 7.9
8
6 15.8 15.8 23.7
9
21 55.3 55.3 78.9
10
8 21.1 21.1 100.0
Total
38 100.0 100.0








Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Kunj ungan Rumah

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2
38 100.0 100.0 100.0

Total Faktor Pel ayanan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 34
3 7.9 7.9 7.9
35
5 13.2 13.2 21.1
36
8 21.1 21.1 42.1
37
17 44.7 44.7 86.8
38
5 13.2 13.2 100.0
Total
38 100.0 100.0

Total Faktor Pel kes Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0

Peran PMO

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6
3 7.9 7.9 7.9
7
7 18.4 18.4 26.3
8
10 26.3 26.3 52.6
9
7 18.4 18.4 71.1
10
7 18.4 18.4 89.5
11
3 7.9 7.9 97.4
12
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0

Peran PMO Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah
3 7.9 7.9 7.9
Sedang
34 89.5 89.5 97.4
Tinggi
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0




Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Kepatuhan Berobat

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6
2 5.3 5.3 5.3
7
2 5.3 5.3 10.5
8
8 21.1 21.1 31.6
9
3 7.9 7.9 39.5
10
12 31.6 31.6 71.1
11
5 13.2 13.2 84.2
12
1 2.6 2.6 86.8
13
5 13.2 13.2 100.0
Total
38 100.0 100.0

Kepatuhan Berobat Kategori

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Patuh
12 31.6 31.6 31.6
Kurang Patuh
21 55.3 55.3 86.8
Patuh
5 13.2 13.2 100.0
Total
38 100.0 100.0


Frequency Table

Pengetahuan1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
5 13.2 13.2 13.2
Penyakit batuk darah
27 71.1 71.1 84.2
Penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri dan
dapat disembuhkan
6 15.8 15.8 100.0
Total
38 100.0 100.0


Pengetahuan2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Tahu
14 36.8 36.8 36.8
Bibit penyakit dan
merokok
18 47.4 47.4 84.2
Kuman Tuberkulosis
6 15.8 15.8 100.0
Total
38 100.0 100.0



Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Pengetahuan3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
12 31.6 31.6 31.6
Melalui batuk dan makanan
24 63.2 63.2 94.7
Melalui batuk, bersin yang
mengandung kuman TBC
dan terhirup oleh orang lain
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Pengetahuan4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
4 10.5 10.5 10.5
Menjawab salah satu
dari jawaban "a"
31 81.6 81.6 92.1
Kebiasaan merokok,
lingkungan dan kurang
gizi
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Pengetahuan5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
6 15.8 15.8 15.8
Semua orang terutama
orang dewasa
10 26.3 26.3 42.1
Semua orang tanpa batas
usia
22 57.9 57.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Pengetahuan6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
28 73.7 73.7 73.7
6-12 bulan
8 21.1 21.1 94.7
6-8 bulan
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0







Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Pengetahuan7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
1 2.6 2.6 2.6
Minum obat setiap hari
pada tahp awal dan 3x
pada tahap lanjutan
33 86.8 86.8 89.5
Pada tahap awal obat
diminum setiap hari dan
pada tahap lanjutan 3x
dalam seminggu dan
pemeriksaan dahak
sebanyak 3x
4 10.5 10.5 100.0
Total
38 100.0 100.0




Pengetahuan8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
18 47.4 47.4 47.4
menjawab minimal 2 dari
jawaban "a"
17 44.7 44.7 92.1
Memastikan penyakit,
memantau kemajuan
pengobatan, dan
memastikan kesembuhan
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0




Pengetahuan9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tahu
27 71.1 71.1 71.1
Menjawab minimal 2
dari jawaban "a"
11 28.9 28.9 100.0
Total
38 100.0 100.0












Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12
1 2.6 2.6 2.6
13
7 18.4 18.4 21.1
14
4 10.5 10.5 31.6
15
9 23.7 23.7 55.3
16
3 7.9 7.9 63.2
17
3 7.9 7.9 71.1
18
3 7.9 7.9 78.9
19
2 5.3 5.3 84.2
20
2 5.3 5.3 89.5
21
1 2.6 2.6 92.1
22
1 2.6 2.6 94.7
24
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Pengetahuan Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah
12 31.6 31.6 31.6
Sedang
22 57.9 57.9 89.5
Tinggi
4 10.5 10.5 100.0
Total
38 100.0 100.0


Efek1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya
28 73.7 73.7 73.7
Tidak
10 26.3 26.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Efek2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya
25 65.8 65.8 65.8
Tidak
13 34.2 34.2 100.0
Total
38 100.0 100.0








Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Efek3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Mengatasinya dengan
cara yang diketahui
13 34.2 34.2 34.2
Berobat ke Puskesmas
25 65.8 65.8 100.0
Total
38 100.0 100.0


Efek4
Frequency Percent
Missing System
38 100.0

Total Efek
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3
10 26.3 26.3 26.3
4
18 47.4 47.4 73.7
6
10 26.3 26.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Efek Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berdampak buruk
10 26.3 26.3 26.3
Berdampak baik
28 73.7 73.7 100.0
Total
38 100.0 100.0


Ketersedi aan OAT1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya
38 100.0 100.0 100.0


Ketersedi aan OAT2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya
38 100.0 100.0 100.0


Total Ketersedi aan OAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4
38 100.0 100.0 100.0



Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Ketersedi aan OAT Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ramah
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Memperhatikan keluhan
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak J elas
1 2.6 2.6 2.6
J elas
37 97.4 97.4 100.0
Total
38 100.0 100.0


Si kap Petugas4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid J elas
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah
38 100.0 100.0 100.0


Si kap Petugas7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah
38 100.0 100.0 100.0




Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Si kap Petugas8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah
3 7.9 7.9 7.9
Tidak pernah
35 92.1 92.1 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Si kap Petugas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 14
1 2.6 2.6 2.6
15
2 5.3 5.3 7.9
16
35 92.1 92.1 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Si kap Petugas Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0


Lokasi 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya
5 13.2 13.2 13.2
Tidak
33 86.8 86.8 100.0
Total
38 100.0 100.0


Lokasi 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0


Lokasi 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak terjangkau
9 23.7 23.7 23.7
Terjangkau
29 76.3 76.3 100.0
Total
38 100.0 100.0







Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Lokasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4
5 13.2 13.2 13.2
5
4 10.5 10.5 23.7
6
29 76.3 76.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Lokasi Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0


Penyul uhan Kesehatan1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
5 13.2 13.2 13.2
Pernah
33 86.8 86.8 100.0
Total
38 100.0 100.0


Penyul uhan Kesehatan2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah
38 100.0 100.0 100.0


Penyul uhan Kesehatan3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
8 21.1 21.1 21.1
Pernah
30 78.9 78.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Penyul uhan Kesehatan4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lainnya
35 92.1 92.1 92.1
Untuk mencegah
resistensi kuman
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0







Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Penyul uhan Kesehatan5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
36 94.7 94.7 94.7
Pernah
2 5.3 5.3 100.0
Total
38 100.0 100.0


Penyul uhan Kesehatan6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
34 89.5 89.5 89.5
Pernah
4 10.5 10.5 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Penyul uhan Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 7
3 7.9 7.9 7.9
8
6 15.8 15.8 23.7
9
21 55.3 55.3 78.9
10
8 21.1 21.1 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Penyul uhan Kesehatan Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik
38 100.0 100.0 100.0


Kunj ungan Rumah1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
38 100.0 100.0 100.0


Kunj ungan Rumah2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lainnya
38 100.0 100.0 100.0


Total Kunj ungan Rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2
38 100.0 100.0 100.0

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Kunj ungan Rumah Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak baik
38 100.0 100.0 100.0


Peran PMO1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada
38 100.0 100.0 100.0


Peran PMO2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
21 55.3 55.3 55.3
Kadang-kadang
17 44.7 44.7 100.0
Total
38 100.0 100.0


Peran PMO3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
8 21.1 21.1 21.1
Kadang-kadang
27 71.1 71.1 92.1
Selalu
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Peran PMO4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
8 21.1 21.1 21.1
Kadang-kadang
27 71.1 71.1 92.1
Selalu
3 7.9 7.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Peran PMO5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak pernah
24 63.2 63.2 63.2
Kadang-kadang
14 36.8 36.8 100.0
Total
38 100.0 100.0







Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Peran PMO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6
3 7.9 7.9 7.9
7
7 18.4 18.4 26.3
8
10 26.3 26.3 52.6
9
7 18.4 18.4 71.1
10
7 18.4 18.4 89.5
11
3 7.9 7.9 97.4
12
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Peran PMO Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Buruk
3 7.9 7.9 7.9
Sedang
34 89.5 89.5 97.4
Baik
1 2.6 2.6 100.0
Total
38 100.0 100.0


Kepatuhan1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
2 5.3 5.3 5.3
Kadang-kadang
27 71.1 71.1 76.3
Selalu
9 23.7 23.7 100.0
Total
38 100.0 100.0


Kepatuhan2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
4 10.5 10.5 10.5
Kadang-kadang
12 31.6 31.6 42.1
Selalu
22 57.9 57.9 100.0
Total
38 100.0 100.0

Kepatuhan3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
13 34.2 34.2 34.2
Kadang-kadang
15 39.5 39.5 73.7
Selalu
10 26.3 26.3 100.0
Total
38 100.0 100.0

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Kepatuhan4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
6 15.8 15.8 15.8
Ya
32 84.2 84.2 100.0
Total
38 100.0 100.0


Kepatuhan5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak
27 71.1 71.1 71.1
Ya
11 28.9 28.9 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6
2 5.3 5.3 5.3
7
2 5.3 5.3 10.5
8
8 21.1 21.1 31.6
9
3 7.9 7.9 39.5
10
12 31.6 31.6 71.1
11
5 13.2 13.2 84.2
12
1 2.6 2.6 86.8
13
5 13.2 13.2 100.0
Total
38 100.0 100.0


Total Kepatuhan Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak patuh
12 31.6 31.6 31.6
Kurang patuh
21 55.3 55.3 86.8
Patuh
5 13.2 13.2 100.0
Total
38 100.0 100.0










Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Crosstabs Case Processi ng Summary




Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Responden * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Umur Responden Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
J enis Kelamin * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Pendidikan * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Status Pekerjaan * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Pendapatan Keluarga * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Pendapatan Keluarga Kategori * Kepatuhan Berobat
Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Pengetahuan Responden * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Pengetahuan Responden Kategori * Kepatuhan Berobat
Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Efek Samping OAT * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Efek Samping OAT Kategori * Kepatuhan Berobat
Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Ketersediaan OAT * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Sikap Petugas Kesehatan * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Lokasi/J arak * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Penyuluhan Kesehatan * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Kunjungan Rumah * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Total Faktor Pelayanan Kesehatan * Kepatuhan Berobat
Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Total Faktor Pelkes Kategori * Kepatuhan Berobat
Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Peran PMO * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Peran PMO Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.










Umur Responden * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Umur
Responden
15
0 1 0 1
17
1 1 1 3
18
0 1 0 1
19
1 0 0 1
20
0 1 0 1
21
1 1 0 2
22
1 1 0 2
23
0 2 0 2
24
0 0 1 1
25
0 3 0 3
26
0 1 1 2
28
2 1 0 3
30
0 1 0 1
31
1 0 0 1
32
1 0 0 1
34
0 1 0 1
35
0 0 1 1
37
0 1 0 1
40
1 1 0 2
42
0 0 1 1
43
1 1 0 2
47
1 0 0 1
48
0 1 0 1
58
0 1 0 1
64
0 1 0 1
65
1 0 0 1
Total
12 21 5 38










Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Umur Responden Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Umur
Responden
Kategori
15-23
4 8 1 13
24-32
4 6 2 12
33-41
1 3 1 5
42-50
2 2 1 5
51-59
0 1 0 1
60-68
1 1 0 2
Total
12 21 5 38


Jeni s Kelami n * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
J enis Kelamin Laki-laki
8 12 1 21
Perempuan
4 9 4 17
Total
12 21 5 38

Pendi di kan * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Pendidikan Tidak tamat SD
3 0 1 4
SD
3 2 0 5
SLTP
4 11 0 15
SLTA
2 8 2 12
Akademi/Sarjana
0 0 2 2
Total
12 21 5 38


Status Pekerjaan * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Status Pekerjaan Tidak Bekerja
5 11 2 18
Bekerja
7 10 3 20
Total
12 21 5 38










Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Pendapatan Kel uarga * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Pendapatan
Keluarga
500000
4 1 1 6
600000
0 3 0 3
630000
0 1 0 1
650000
1 1 0 2
700000
1 3 0 4
750000
4 1 0 5
800000
0 1 0 1
870000
0 1 0 1
900000
1 0 1 2
950000
0 1 0 1
1000000
0 2 0 2
1200000
0 3 0 3
1500000
1 3 1 5
1700000
0 0 1 1
1980000
0 0 1 1
Total
12 21 5 38

Pendapatan Kel uarga Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Pendapatan Keluarga
Kategori
<UMSK
10 12 1 23
>UMSK
2 9 4 15
Total
12 21 5 38

Pengetahuan Responden * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ation
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Pengetahuan
Responden
12
1 0 0 1
13
5 2 0 7
14
2 2 0 4
15
3 6 0 9
16
0 2 1 3
17
1 2 0 3
18
0 3 0 3
19
0 2 0 2
20
0 1 1 2
21
0 1 0 1
22
0 0 1 1
24
0 0 2 2
Total
12 21 5 38

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Pengetahuan Responden Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Pengetahuan
Responden
Kategori
Rendah
8 4 0 12
Sedang
4 16 2 22
Tinggi
0 1 3 4
Total
12 21 5 38


Efek Sampi ng OAT * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Efek Samping
OAT
3
7 2 1 10
4
4 12 2 18
6
1 7 2 10
Total
12 21 5 38


Efek Sampi ng OAT Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Efek Samping
OAT Kategori
Berdampak Buruk
7 2 1 10
Berdampak Baik
5 19 4 28
Total
12 21 5 38


Ketersedi aan OAT * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Ketersediaan OAT 4
12 21 5 38
Total
12 21 5 38


Si kap Petugas Kesehatan * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ation
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Sikap Petugas
Kesehatan
14
1 0 0 1
15
2 0 0 2
16
9 21 5 35
Total
12 21 5 38




Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Lokasi/Jarak * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ation
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Lokasi/J arak 4
3 2 0 5
5
0 4 0 4
6
9 15 5 29
Total
12 21 5 38


Penyul uhan Kesehatan * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Penyuluhan
Kesehatan
7
2 1 0 3
8
1 5 0 6
9
6 12 3 21
10
3 3 2 8
Total
12 21 5 38


Kunj ungan Rumah * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Kunjungan Rumah 2
12 21 5 38
Total
12 21 5 38


Total Faktor Pel ayanan Kesehatan * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Total Faktor
Pelayanan
Kesehatan
34
2 1 0 3
35
3 2 0 5
36
1 7 0 8
37
5 9 3 17
38
1 2 2 5
Total
12 21 5 38







Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Total Faktor Pel kes Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Total Faktor Pelkes
Kategori
Baik
12 21 5 38
Total
12 21 5 38


Peran PMO * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabul ati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Peran
PMO
6
2 1 0 3
7
6 1 0 7
8
2 7 1 10
9
0 5 2 7
10
1 6 0 7
11
0 1 2 3
12
1 0 0 1
Total
12 21 5 38


Peran PMO Kategori * Kepatuhan Berobat Kategori Crosstabulati on
Count

Kepatuhan Berobat Kategori
Total Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh
Peran PMO
Kategori
Rendah
2 1 0 3
Sedang
9 20 5 34
Tinggi
1 0 0 1
Total
12 21 5 38

















Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.






Correlations
1 -.451** -.393* .383* -.132 -.125 .039 -.216 -.049 -.179
.004 .015 .018 .430 .456 .815 .192 .770 .282
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.451** 1 .034 -.418** .163 .072 .245 .244 .233 .306
.004 .841 .009 .329 .666 .138 .139 .159 .062
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.393* .034 1 .072 .725** .323* -.068 .072 -.181 .455**
.015 .841 .666 .000 .048 .683 .669 .278 .004
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
.383* -.418** .072 1 -.004 -.012 -.197 -.186 -.142 .022
.018 .009 .666 .983 .941 .236 .264 .393 .896
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.132 .163 .725** -.004 1 .276 .121 .354* .015 .661**
.430 .329 .000 .983 .093 .468 .029 .930 .000
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.125 .072 .323* -.012 .276 1 -.144 .145 .149 .323*
.456 .666 .048 .941 .093 .387 .385 .372 .048
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
.039 .245 -.068 -.197 .121 -.144 1 .070 .268 .276
.815 .138 .683 .236 .468 .387 .678 .104 .094
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.216 .244 .072 -.186 .354* .145 .070 1 .218 .150
.192 .139 .669 .264 .029 .385 .678 .188 .369
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.049 .233 -.181 -.142 .015 .149 .268 .218 1 .484**
.770 .159 .278 .393 .930 .372 .104 .188 .002
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
-.179 .306 .455** .022 .661** .323* .276 .150 .484** 1
.282 .062 .004 .896 .000 .048 .094 .369 .002
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Umur Responden
J enis Kelamin
Pendidikan
Status Pekerjaan
Pengetahuan Responden
Efek Samping OAT
Lokasi/J arak
Penyuluhan Kesehatan
Peran PMO
Kepatuhan Berobat
Umur
Responden
J enis
Kelamin Pendidikan
Status
Pekerjaan
Pengetahuan
Responden
Efek Samping
OAT Lokasi/J arak
Penyuluhan
Kesehatan Peran PMO
Kepatuhan
Berobat
Correlation is significant atthe 0.01 level (2-tailed). **.
Correlation is significant atthe 0.05 level (2-tailed). *.

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Regressi on



Variables Enter ed/Removed
b
Peran PMO, Pengetahuan Responden, J enis Kelamin, Sikap
Petugas Kesehatan, Lokasi/J arak, Efek Samping OAT,
Pendidikan
a
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat b.




Model Summary
b
.838
a
.703 .634 1.160 2.235
Model
1
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Peran PMO, Pengetahuan Responden, J enis Kelamin, Sikap Petugas
Kesehatan, Lokasi/J arak, Efek Samping OAT, Pendidikan
a.
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat b.





ANOVA
b
95.469 7 13.638 10.141 .000
a
40.347 30 1.345
135.816 37
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Peran PMO, Pengetahuan Responden, J enis Kelamin, Sikap Petugas
Kesehatan, Lokasi/J arak, Efek Samping OAT, Pendidikan
a.
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat b.



Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Coefficient s
a
-12.125 8.305 -1.460 .155
.305 .402 .080 .757 .455 .885 1.130
.223 .291 .122 .766 .450 .389 2.571
.305 .094 .493 3.236 .003 .426 2.348
.086 .191 .051 .452 .654 .776 1.289
.586 .543 .119 1.078 .290 .817 1.224
.235 .295 .087 .796 .433 .819 1.221
.558 .140 .442 3.973 .000 .800 1.251
(Constant)
J enis Kelamin
Pendidikan
Pengetahuan Responden
Efek Samping OAT
Sikap Petugas Kesehatan
Lokasi/J arak
Peran PMO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standar
dized
Coeffici
ents
t Sig.
Toler
ance VIF
Collinearity
Statistics
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat a.







Collinearity Diagnostics
a
7.723 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
.115 8.196 .00 .29 .16 .01 .02 .00 .00 .01
.074 10.196 .00 .63 .10 .00 .03 .00 .01 .04
.050 12.468 .00 .05 .02 .01 .76 .00 .03 .00
.018 20.858 .00 .01 .06 .01 .05 .00 .06 .92
.012 25.734 .00 .01 .57 .93 .02 .00 .00 .03
.009 30.018 .01 .01 .06 .05 .10 .01 .90 .00
.000 175.788 .98 .00 .04 .00 .03 .99 .00 .00
Dimen
sion
1
2
3
4
5
6
7
8
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index
(Cons
tant) J K Pdkn Pthn Efek SPK L/K PMO
Variance Proportions
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat a.



Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Resi dual s Stati sti cs
a
5.69 14.34 9.71 1.606 38
-2.501 2.884 .000 1.000 38
.320 1.018 .515 .138 38
5.43 14.92 9.73 1.649 38
-2.225 2.159 .000 1.044 38
-1.918 1.862 .000 .900 38
-2.201 2.214 -.007 1.010 38
-2.988 3.052 -.017 1.320 38
-2.363 2.380 -.010 1.044 38
1.841 27.550 6.816 4.658 38
.000 .253 .034 .057 38
.050 .745 .184 .126 38
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of Predicted
Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat a.


Charts

Regression Standardized
Residual
2 1 0 -1 -2
F
r
e
q
u
e
n
c
y
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat
Mean =-4.16E- 16 Std. Dev. =0.9 N =38


Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas
Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Observed Cum
Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
E
x
p
e
c
t
e
d

C
u
m

P
r
o
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kepatuhan Berobat

Regression Standardized
Predicted Value
3 2 1 0 -1 -2 -3
R
e
g
r
e
s
s
i
o
n

S
t
u
d
e
n
t
i
z
e
d

R
e
s
i
d
u
a
l
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Kepatuhan Berobat

Anda mungkin juga menyukai