Anda di halaman 1dari 64

Steel Connection

Nur Anisah 2-MK


Ryan Rahadian 2-MK
Sambungan Las
Las Tumpul :
Untuk menyambung pelat atau profil baja
dengan las tumpul ada 4 jenis yaitu :
Macam-Macam Las Tumpul
Las tumpul persegi panjang : Sambungan jenis
ini hanya dipakai bila tebal logam dasar tidak
lebih dari 5 mm

Macam-Macam Las Tumpul
Las tumpul V tunggal : Sambungan jenis ini
tidak ekonomis bila logam dasar tebalnya
melebihi 15 mm.


Macam-Macam Las Tumpul
Las tumpul V ganda : sambungan jenis ini
lebih cocok untuk seluruh kondisi.

Macam-Macam Las Tumpul
Las tumpul U tunggal : Sambungan jenis ini
cocok untuk logam dasar yang tebalnya tidak
lebih dari 30 mm

Las Sudut
Untuk menyambung pelat atau profil baja
dengan las sudut ada 3 jenis yaitu :
Las sudut datar : Sambungan jenis ini adalah
sambungan las yang paling umum digunakan
karena memberikan kekuatan yang sama
dengan pemakaian elektroda yang lebih sedikit
Macam-Macam Las Sudut
Las sudut datar : Sambungan jenis ini adalah
sambungan las yang paling umum digunakan
karena memberikan kekuatan yang sama
dengan pemakaian elektroda yang lebih
sedikit

Macam-Macam Las Sudut
Las sudut cekung : Pemakaian elektroda lebih
banyak dibandingkan dengan las sudut datar.

Macam-Macam Las Sudut
Las sudut cembung : Pemakaian elektroda
lebih banyak sama seperti las sudut cekung.

Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
Untuk menyambung pelat atau profil baja
dengan menggunakan las harus berpedoman
kepada Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia (PPBBI) tahun 1983, pasal 8.5, antara
lain :
Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
1) Panjang netto las adalah :

Ln = Lbruto 3a
Dimana : a = tebal las

Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut ini
Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las





Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
2) Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40
mm atau 8 a 10 kali tebal las.
3) Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40
kali tebal las. Kalau diperlukan panjang netto las
yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat
las yang terputus-putus.
Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
4) Untuk las terputus pada batang tekan, jarak
bagian-bagian las itu tidak boleh melebihi 16 t
atau 30 cm. Sedangkan pada batang tarik, jarak
itu tidak boleh melebihi 24 t atau 30 cm, dimana
t adalah tebal terkecil dari elemen yang dilas.

5) Tebal las sudut tidak boleh lebih dari t 2
Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
6) Gaya P yang ditahan oleh las membentuk
sudut dengan bidang retak las, maka tegangan
miring diizinkan adalah :

Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las

Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
Tegangan miring yang terjadi dihitung dengan
:



dimana : P = Gaya yang ditahan oleh las
A = Luas Bidang retak las
Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan
:

Peraturan Sambungan Dengan
Menggunakan Las
7) Gaya yang diizinkan untuk beberapa macam
sambungan las


Latihan

Kesimpulan
Di dalam sambungan pelat atau profil baja
yang menggunakan las akan diperoleh
sambungan yang sangat kaku apabila
dibandingkan dengan baut atau paku keling. Pada
konstruksi baja biasanya ada 2 macam las yaitu
las tumpul dan las sudut, dimana penggunaannya
tergantung kepada konstruksi yang akan
disambungkan. Untuk menyambung pelat atau
profil baja dengan menggunakan las harus
berpedoman kepada PPBBI pasal. 8.5
Sambungan Baut
Baut adalah salah satu alat penyambung profil
baja, selain paku keling dan las. Baut yang
lazim digunakan sebagai alat penyambung
profil baja adalah baut hitam dan baut
berkekuatan tinggi.
Baut hitam terdiri dari 2 jenis, yaitu : Baut
yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir
penuh, sedangkan baut berkekuatan tinggi
umumnya terdiri dari 3 type yaitu :
Tipe 1 : Baut baja karbon sedang,
Tipe 2 : Baut baja karbon rendah,
Tipe 3 : Baut baja tahan karat.
Pada umumnya baut yang digunakan untuk
menyambung profil baja ada 2 jenis, yaitu :
Baut yang diulir penuh
Baut yang tidak diulir penuh
Jenis Baut
Baut Yang Diulir Penuh :
Baut yang diulir penuh berarti mulai dari
pangkal baut sampai ujung baut diulir.
Diameter baut yang diulir penuh disebut
Diameter Kern (inti) yang ditulis dengan notasi
k d atau 1 d pada Tabel Baja tentang Baut,
misalnya :
Diameter yang dipergunakan untuk menghitung
luas penampang (Abaut) ialah :

Jadi kalau anda ingin mengetahui luas
penampang baut M16 diulir penuh, maka
anda harus menghitung dengan rumus dari
tabel di atas, yaitu :

Kalau baut yang diulir penuh digunakan
sebagai alat penyambung, maka ulir baut akan
berada pada bidang geser. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar berikut.
Baut Yang Tidak Diulir Penuh :
Baut yang tidak diulir penuh ialah baut yang
hanya bagian ujungnya diulir.Untuk lebih
jelasnya, perhatikan Gambar ini.
Diameter nominal baut yang tidak diulir penuh
ialah diameter terluar dari batang baut. Diameter
nominal ialah diameter yang tercantum pada
nama perdagangan,misalnya baut M16 berarti
diameter nominal baut tersebut = 16 mm.
Mengenai kekuatan tarik baut, anda dapat
melihat pada tabel konstruksi baja. Sebagai
contoh, berikut ini diuraikan kekuatan baut
masing-masing dari baut hitam dan baut
berkekuatan tinggi.
Kalau baut hitam, ada tertulis di kepala baut
4,6 ini berarti tegangan leleh minimum baut =
4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2. Sedangkan, untuk
baut berkekuatan tinggi, ada tertulis di kepala
baut A325 atau A490. untuk baut A325
dengan diameter 16 mm, maka kekuatan tarik
baut = 10700 kg.
Untuk menghitung luas penampang baut tidak
diulir penuh digunakan rumus :

Jenis-jenis Sambungan Yang
Menggunakan Baut

Ada 4 jenis sambungan yang menggunakan
baut, yaitu :
Jenis-jenis Sambungan Yang
Menggunakan Baut

Jenis-jenis Sambungan Yang
Menggunakan Baut

Jenis-jenis Sambungan Yang
Menggunakan Baut

Besarnya tegangan izin baut pada sambungan
yang menggunakan baut telah diatur pada
PPBBI pasal. 8.2 yaitu :
Tegangan geser izin : = 0,6
Tegangan Tarik izin : tarik = 0,7
Tegangan idiil (akibat geser dan tarik) izin :
Tegangan tumpuan izin :
tumpu =1,5 untuk St 2d
tumpu = 1,2 untuk 1,5 St 2d
(Ket. St = Jarak sumbu baut paling luar ke tepi
pelat yang disambung)
Tetapi perlu diperhatikan, apabila pelat tidak
kuat bila dibandingkan dengan baut, maka
lubang baut pada pelat akan berubah bentuk
dari bulat akan berubah menjadi oval. Karena
itu harus dihitung kekuatan tumpuan dengan
rumus :

dimana :
Np = Kekuatan tumpuan
d = diameter lubang
s = tebal pelat terkecil di antara planet yang
disambung dan pelat penyambung.
tp = tegangan tumpuan izin.


Jarak Baut
Mengenai jarak baut pada suatu sambungan, tetap
harus berdasarkan PPBBI pasal 8.2, yaitu :
Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris
yang sejajar arah gaya, tidak boleh lebih dari 5
buah.
Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi atau
ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh
kurang dari 1,2 d dan tidak boleh lebih besar dari
3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang
disambungkan).
Pada sambungan yang terdiri dari satu baris
baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari 2 baut
yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d
dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.

Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris
baut yang tidak berseling, maka jarak antara
kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke
sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu
baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak
boleh lebih besar dari 7 d atau 14

Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu
baris baut yang dipasang berseling, jarak
antara baris-baris buat (u) tidak boleh kurang
dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d
atau 14 t, sedangkan jarak antara satu baut
dengan baut terdekat pada baris lainnya (s2)
tidak boleh lebih besar dari 7d 0,5 u atau 14
t 0,5 u.

Latihan
Diketahui suatu sambungan tergambar, gaya
yang bekerja = 25 ton dan diameter baut = 20
mm. Lebar pelat = 300 mm, dan tabel pelat
adalah 12 mm dan 16 mm. Mutu baja BJ 37.


Ditanya :
1) Hitunglah besarnya tegangan yang timbul
2) Periksa tegangan yang timbul terhadap
tegangan izin
3) Hitunglah besarnya gaya yang dapat
didukung sambungan tersebut.
Jawab :
1) Besarnya tegangan yang timbul
a. Tegangan tarik :

Fn = Fbr t (d + 0,1 mm) 3 lubang
= (30 x 1,6) 1,6 (2,0 + 0,1) 3
= 37,92 cm2
Maka = 25000 kg / 37,92 cm2
= 659,28 kg/cm2
b. Tegangan Geser : = P / nFs
Fs = 2 (1/4 d2)
= 2 (1/4 x 3,14 x 2,02)
= 6,28 cm2
Maka : = P / nFs
= 25000 / 3 x 6,28
= 1326,96 kg / cm2
c. Tegangan tumpu : = P / nFtp
Ftp = d x t
= 2,0 cm x 1,6 cm
= 3,20
Maka : tp = P / nFtp
= 2500 kg / 3 x 3,20 cm2
= 2604,16 kg / cm2
2) Periksa terhadap tegangan yang dizinkan
a. Tegangan tarik : trk < 0,7
659, 28 kg/cm2 < 0,7 x 1600 kg/cm2
ternyata 659,28 kg/cm2 < 1120 kg/cm2
b. Tegangan geser : < 0,6
1326,96 kg/cm2 > 0,6 x 1600 kg/cm2
ternyata 1326,96 kg/cm2 > 960 kg/cm2
c. Tegangan tumpu : tp = 1,5
2604, 16 kg/cm2 > 1,5 x 1600 kg/cm2
ternyata 2604, 16 kg/cm2 > 2400 kg/cm2
3) Besarnya gaya yang dapat didukung sambungan adalah :
a. Gaya Tarik : Ptrk = Fn x 0,7
= 37,92 cm2 x 0,7 x 1600 kg/cm2
= 42470,4 kg = 42,470 ton

b. Gaya geser : Pgr = n x Fs x 0,6
= 3 x 6,28 cm2 x 0,6 x 1600 kg/cm2
= 18086,4 kg = 18,086 ton

c. Kekuatan tumpu : Ptp = n x Ftp x tp
= 3 x 3,2 cm2 x 2400 kg/cm2
= 23040 kg = 23,040 ton
Kesimpulan
Didalam sambungan yang menggunakan baut
dapat digunakan baut yang diulir penuh dan
baut yang tidak diulir penuh. Besarnya
tegangan izin baut pada sambungan yang
menggunakan baut harus sesuai dengan PPBBI
pasal 8.2.
Demikian juga halnya mengenai jarak baut
harus tetap sesuai dengan aturan PPBBI Pasal
8.2.

Anda mungkin juga menyukai