Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat antara lain air, udara, tanah. Udara yang segar, air yang bersih, tanah yang subur dan tidak tercemar, menjadi dambaan setiap orang. Kondisi lingkungan yang sehat berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat yang optimum. Upaya untuk menjaga kesehatan lingkungan perlu disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi sedini mungkin munculnya berbagai penyakit yang berbasis lingkungan. Pemanfaatan teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan adalah salah satu cara untuk menyosialisasikan bagaimana cara menjaga kesehatan lingkungan sehingga dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan antara lain pemanfaatan sampah menjadi kompos, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, penyediaan air bersih tanpa pompa (gravitasi), pengolahan limbah cair rumah tangga, pembuatan briket bioarang dari sampah anorganik, pembuatan chlorine difusser untuk mendisinfeksi air, pengendalian vektor (nyamuk, kecoa, dan tikus), teknologi tepat guna pengolahan limbah cair rumah tangga, dan teknologi tepat guna lainnya. Pengenalan teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan kepada semua komponen yang ada di masyarakat, tentunya membutuhkan tempat yang cukup untuk memvisualisasikannya sehingga dapat menjadi sumber belajar bagi masyarakat umum, kalangan pelajar, mahasiswa perguruan tinggi, institusi/lembaga yang concern terhadap kesehatan lingkungan. Air dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun social. Permasalahan yang timbul dan sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bisa dikatakan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radiologist. Sehingga dalam proses penyediaan air bersih ini perlu dilakukan suatu upaya mengurangi resiko negatif yang berdampak bagi kesehatan masyarakat.
II. TUJUAN 2.1 TUJUAN UMUM Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu menerapkan teknologi tepat guna kesehatan lingkungan di wilayahnya masing-masing.
2.2 TUJUAN KHUSUS Tujuan Pembelajaran Khusus: A. Pelatihan Pengolahan Air Bersih, dengan kompetensi: 1. Memahami Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2. Memahami inovasi dan rekayasa teknologi tepat guna untuk penyediaan/penjernihan air 3. Memahami prinsip prinsip penyediaan/penjernihan air bersih 4. Mampu melakukan uji dan analisis air sederhana 5. Mampu melakukan analisis potensial kesehatan lingkungan 6. Mampu melakukan penjernihan air dengan metode koagulasi dan sedimentasi 7. Mampu melakukan penyaringan air dengan metode aerasi 8. Mampu melakukan penyaringan air dengan media tumbuhan (sekam padi, arang, dan ijuk) 9. Mampu melakukan penyaringan (filtrasi) air dengan metode saringan pasir cepat 10.Mampu melakukan disinfeksi air dengan tabung kaporit (difuser klorinasi) & metode solar disinfection water (sodis) 11.Mampu melakukan analisis potensial kesehatan lingkungan
B. Pelatihan pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga 1. Memahami Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2. Memahami inovasi dan rekayasa teknologi tepat guna untuk pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga 3. Memahami prinsip prinsip pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga 4. Memahami analisis potensial kesehatan lingkungan 5. Mampu melakukan pembuatan Jamban Keluarga 6. Mampu melakukan pembuatan dry toilet 7. Mampu melakukan pembuatan SPAL sederhana 8. Mampu melakukan pengelolaan limbah organik/cair menjadi biogas, pupuk padat dan cair 9. Mampu melakukan analisis potensial kesehatan lingkungan
C. Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 1. Memahami Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2. Memahami inovasi dan rekayasa teknologi tepat guna untuk pengelolaan sampah rumah tangga 3. Memahami prinsip prinsip pengelolaan sampah rumah tangga 4. Mampu melakukan analisis potensial kesehatan lingkungan 5. Mampu melakukan pembuatan pupuk padat dan cair menggunakan sampah organik 6. Mampu melakukan pembuatan briket pengganti bahan bakar minyak menggunakan sampah organik 7. Mampu melakukan pembuatan bahan pengawet makanan alternatif menggunakan asap cair dari sampah organik 8. Mampu melakukan pembuatan kompos menggunakan metode takakura 9. Mampu melakukan analisis potensial kesehatan lingkungan
III. STRUKTUR PROGRAM
A. Paket Pelatihan Penyediaan/Penjernihan Air
No. Materi Pelatihan Alokasi Waktu T P PL Total MATERI DASAR 1 Kebijakan Diklat Kesehatan Lingkungan dalam Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2 2 2 Inovasi dan rekayasa Teknologi Tepat Guna Kesehatan Lingkungan 2 2 3 Analisis Potensi Kesehatan Lingkungan
2 3 8 13 No. Materi Pelatihan Alokasi Waktu T P PL Total MATERI INTI 1 Prinsipprinsip Penyediaan/penjernihan Air Bersih 2 2 2 Uji dan Analisis Air Sederhana 2 3 4 9 3 Penyaringan Air dengan Media Tumbuhan (sekam padi, arang, dan ijuk) 2 3 4 9 4 Penyaringan (filtrasi) Air dengan Metode Saringan Pasir Cepat 2 3 4 9 5 Penjernihan Air dengan Metode Koagulasi (pengendapan) 2 3 4 9 6 Disinfeksi Air dengan Tabung Kaporit (Difuser Klorinasi) & Metode Solar Disinfection Water (Sodis) 2 3 4 9 7 Penyaringan air dengan metode aerasi 2 3 4 9 MATERI PENUNJANG 1 Membangun Komitmen Belajar 2 2 2 Lokakarya Mini 2 2 6 10 3 Rencana Tindak Lanjut 2 2 4 JUMLAH 24 27 38 89 Persentase (%) 27.0 30.3 42.7 100
B. Paket Pelatihan Pengelolaan Tinja dan Air Limbah Rumah Tangga
No. Materi pelatihan Alokasi Waktu T P PL Total MATERI DASAR 1 Kebijakan Diklat Kesehatan Lingkungan dalam Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2 2 2 Inovasi dan Rekayasa Teknologi Tepat Guna Kesehatan Lingkungan 2 2 3 Analisis Potensi Kesehatan Lingkungan 2 3 8 13 MATERI INTI 1 Prinsipprinsip Pengelolaan Kotoran Manusia dan Air Limbah Rumah Tangga 2 2 2 Pembuatan Jamban Keluarga 2 4 6 12 3 Pembuatan Toilet Kering (Dry Toilet) 2 4 6 12 4 Pembuatan SPAL Sederhana 2 4 6 12 5 Pengelolaan Limbah Organik/cair Menjadi Biogas, Pupuk Padat dan Cair 2 4 6 12 MATERI PENUNJANG 1 Membangun Komitmen Belajar 2 2 2 Lokakarya Mini 2 2 6 10 3 Rencana Tindak Lanjut 2 2 4 JUMLAH 20 25 38 83 Persentase (%) 24.1 30.1 45.8 100 C. Paket Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
No. Materi pelatihan Alokasi Waktu T P PL Total MATERI DASAR 1 Kebijakan Diklat Kesehatan Lingkungan dalam Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2 2 2 Inovasi dan Rekayasa Teknologi Tepat Guna Kesehatan Lingkungan 2 2 3 Analisis potensi kesehatan lingkungan 2 3 8 13 MATERI INTI 1 Prinsip prinsip pengelolaan sampah rumah tangga 2 2 2 Pembuatan pupuk padat dan cair menggunakan sampah organik 2 4 6 12 3 Pembuatan briket pengganti bahan bakar minyak menggunakan sampah organik 2 4 6 12 4 Pembuatan bahan pengawet makanan alternatif menggunakan asap cair dari sampah organik 2 4 6 12 5 Pembuatan kompos menggunakan metode takakura 2 4 6 12 MATERI PENUNJANG 1 Membangun Komitmen Belajar 2 2 2 Lokakarya mini 2 2 6 10 3 Rencana Tindak Lanjut 2 2 4 JUMLAH 20 25 38 83 Persentase (%) 24.1 30.1 45.8 100
Form 005 / PROS-MPU2-001-BAPELKES-QMS Revisi: 0 02/05/2011 HALAMAN: DARI
IV. DESAIN PELATIHAN
Alur proses pembelajaran dapat dilihat pada bagan berikut:
PEMBUKAAN Tes Penjajagan Pengarahan Prog. Diklat Orientasi lapangan : 1. Pengumpulan data 2. Lokakarya mini
TEORI/ PRAKTEK: MATERI INTI
Proposal/ Proyek Implementasi Post test & Penutupan Seminar Kebijkan Diklat Kesling Building Learning Comm. Bagan 1. Alur Proses Permbelajaran
Form 005 / PROS-MPU2-001-BAPELKES-QMS Revisi: 0 02/05/2011 HALAMAN: DARI
V. PEMBELAJARAN Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi ini menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk: a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya. b. Dipertimbangkan setiap ide, dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan. 2. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk: a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi berbagai kasus dengan menggunakan metode pembelajaran antara lain demonstrasi/ peragaan, studi kasus, dan praktik baik secara individu maupun kelompok. b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu dengan bimbingan fasilitator/instruktur 3. Prinsip pembelajaran berorientasi kepada peserta dengan memperhatikan hak-hak peserta untuk: a. Mendapatkan paket bahan belajar berupa modul pelatihan. b. Mendapatkan pelatih yang profesional, yang dapat memfasilitasi dengan berbagai metode dan menguasai materi. c. Belajar dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial, maupun kinestetik. d. Belajar dengan modal pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka. f. Melakukan evaluasi (terhadap fasilitator dan penyelenggara) dan dievaluasi tingkat pemahaman dan ketrampilannya.
VI. PESERTA A. Peserta 1. Kualifikasi Peserta pelatihan sebagai berikut: a. Petugas Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Puskesmas b. Karang Taruna/Masyarakat yang peduli kesehatan lingkungan c. Lembaga swadaya masyarakat 2. Kriteria peserta a. Latar belakang pendidikan minimal SLTA
Form 005 / PROS-MPU2-001-BAPELKES-QMS Revisi: 0 02/05/2011 HALAMAN: DARI
b. Usia maksimal 40 tahun c. Sehat jasmasni dan rokhani (dibuktikan dengan surat keterangan dokter). d. Dapat bekerjasama dalam tim. 3. Jumlah peserta Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang
VII. FASILITATOR Pelatih dalam pelatihan ini menggunakan pendekatan Team Learning, dengan kriteria pelatih sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan di bidang Kesehatan Lingkungan b. Pendidikan minimal D3 Kesehatan c. Menguasai materi spesifik yang akan diampu d. Mempunyai pengalaman mengajar/melatih sesuai materi yang diampu.
VIII. PENYELENGGARAAN 8.1 PENYELENGGARA Penyelenggara pelatihan ini berasal dari Bapelkes Cikarang, Bekasi. 8.2 WAKTU Pelatihan ini berlangsung pada tanggal 27 Maret s/d 6 April 2012 di Bapelkes Cikarang, Bekasi. 8.3 SUMBER DANA Sumber dana pelatihan ini berasal dari anggaran DIPA Bapelkes Cikarang, Bekasi.
IX. EVALUASI Evaluasi yang digunakan selama proses pembelajaran, terdiri dari evaluasi terhadap: 9.1 EVALUASI PESERTA, meliputi: a. Tes penjajagan b. Ujian komprehensif 9.2 EVALUASI FASILITATOR, meliputi: a. Penguasaan materi b. Pencapaian tujuan pembelajaran c. Pengelolaan proses d. Ketepatan waktu
Form 005 / PROS-MPU2-001-BAPELKES-QMS Revisi: 0 02/05/2011 HALAMAN: DARI
e. Sistematika penyajian f. Penggunaan metode dan alat bantu diklat g. Kesempatan tanya jawab h. Kemampuan menyajikan i. Kerjasama antar tim pelatih j. Memotivasi peserta k. Kepribadian l. Empati dan sikap kepada peserta m. Penampilan 9.3 EVALUASI PENYELENGGARA, meliputi: a. Pengalaman peserta dalam pelatihan ini b. Antusiasme peserta untuk mengikuti program pelatihan c. Kenyamanan ruang kelas d. Penyediaan alat bantu pelatihan dalam kelas e. Penyediaan dan pelayanan bahan belajar (seperti penggandaan dan bahan diskusi) f. Penyediaan konsumsi dan akomodasi g. Kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan
X. SERTIFIKASI Peserta wajib mengikuti materi pelatihan ini sekurang-kurangnya 95% dari alokasi waktu pelatihan. Jika dinyatakan lulus dalam mengikuti ujian akhir (uji komprehensif), peserta pelatihan berhak memperoleh sertifikat dengan ketentuan sebagai berikut: A. Pelatihan Penyediaan/Penjernihan Air, memperoleh 2 (dua) angka kredit. B. Pelatihan Pengelolaan Kotoran Manusia dan Air Limbah Rumah Tangga, memperoleh 2 (dua) angka kredit. C. Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, memperoleh 2 (dua) angka kredit.
XI. PENUTUP Demikianlah outline kerangka acuan diklat ini disusun sebagai bahan acuan teknis penyelenggaraan pelatihan tersebut. Semoga dapat bermanfaat.