Anda di halaman 1dari 20

J URUS AN T E K NI K

ME S I N
F AKUL T AS
T EKNI K
UNI VERSI TAS
NEGRI
SURABAYA
2012

NAMA ANGGOTA :
1. ANISA NOVIA ALFIYANA
115524239
2. ANI ANGGRAENI SULISTYO
115524232
3. INDA NUR KHUMAIDAH
115524256
4. MUHAMMAD NADZIR
115524022
5. RUDINI ARDIYANTO
085524279
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
2 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

BAB I
MODEL MODEL PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
B. Macam Macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Konstruktivis
Model pembelajaran konstruktivis adalah model pembelajaran yang tidah hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus dapat
membangun pengetahuan di dalam pikirannya guna dapat membantu peran tersebut
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
dan menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa agar menyadari dan secara
sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Guru dapat memberikan tanggapan kepada siswa yang dapat membantu mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun diupayakan agar siswa sendiri yang
memenjat. Teori konstruktivis memendang siswa secara terus menerus memeriksa
informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan
memperbaiki aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Strategi konstruktivis sering
disebut dengn Student Cenered Instruction yang membantu siswa menemukan
fakta konsep dan prinsip bagi diri mereka sendiri.
Teori konstruktivis menyarankan untuk menggunakan kelompok belajar dengan
kemapuan anggota yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan pengertian
belajar.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa
menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan
yang terjadi dalam hubungan yang erat dalam pengalaman sesungguhnya. Nurhadi,
dkk.(2003 : 13)
3 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kasus pembelajaran kontekstual yaitu:
a) Belajar berbasis masalah : suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah.
b) Pembelajaran autentik
c) Pembelajaran berbasis inquiriy
d) Belajar berbasis proyek/tugas
e) Belajar berbasis kerja
f) Belajar berbasis jasa layanan
g) Belajar kooperatif
Ada 5 (lima) strategi umum pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (200 : 23)
disingkat dengan REACT yaitu :
1) Relating :Belajar dikaitkan dengn konteks pengalaman kehidupan
nyata.
2) Experiencing :Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
Penemuan (discovery), dan Penciptaan (invention).
3) Appling :Belajar bilamana pengetahuan diperesentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya.
4) Cooperating :Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian dan sebagainya.
5) Transferring :Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi
atau konteks baru.

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah yang dalam bahasa inggris disebut Problem Based
Instruction (PBI) merupakan model pembelajarang yang efektif untuk proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends yang dikutip
Tenwey Gerson Ratumanan (2000:119) merupakan suatu pendekatan pemnbelajaran
4 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

dimana siswa mengerjakan permasalahan otentif dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir
tingkat legih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri karakteristik PBI
adalah :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain
3. Penyelidikan otentik
4. Menghasilkan hasil karya dan memamerkannya
5. Kolaborasi
PBI sebenarnya didesain bukan untuk membantu guru menyampaikan sejumlah
informasi (materi pelajaran) kepada siswa. Tujuan utama pengembangan PBI adalah
untuk membantu siswa mengembangkan proses berpikirnya, belajar secara dewasa
melalui pengalaman yang menjadikan siswa mandiri.
Penggunaan model PBI dalam pembelajaran membutuhkan persiapan baik.
Menurut Arends (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tugas
perencanaan pembelajaran dengan penggunaan PBI sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan
Penetapan tujuan khusus pada PBI merupakan salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan, Untuk mengukur tingkat keberhasilan model tersebut.
2. Merancang situasi permasalahan secara tepat
Perumusan masalah yang tepat dengan menyesuaikan fasilitas yang tersedia
merupakan salah satu tugas penting bagi guru. Hal ini dapat mengarahkan siswa
terhadap bantuan memperbaiki penguasaan masalah yang disesuaikan dengan
bahan dan peralatan yang ada. 5 kriteria utama situasi permasalahn yang baik,
antara lain:
a. Harus otentik
b. Masalah harusnya bersifat misteri atau teka-teki
c. Masalah harus bermakna bagi siswa
d. Masalah yang disajiakn harus cukup luas
5 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

e. Masalah yang disajikan harus bermanfaat atau menguntungkan bagi usaha
kelompok

3. Mengorganisasikan sumber belajar serta merencanakan alat dan bahan guru
bertanggung jawab mengorganisasikan sumber-sumber belajar, merencanakan dan
mempersiapkan atau menyediakan alat dan bahan, ini akan maebantu siswa untuk
bekerja dan belajar secar opyimal dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Kanchak dan Eggen yang dikutip Tanwey
Gerson Ratumanan (2002:10) merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang
digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu.
Jadi pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling
membantu untuk mempelajari suatu materi.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Mohamad Nur (2000:6-7) yaitu ;
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan ketrampilan social. Dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa tipe antara lain :

6 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n



a. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok ini
harus heterogen yang terdiri dari laki perempuan, berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, rendah. Untuk menuntaskan materi yang telah
diberikan guru, maka mereka harus saling membantu satu sama lain melalui
diskusi.
b. Jigsaw
Dalam jigsaw ini, sebenarnya hamper sama dengan STAD , namun disini setiap
anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari
bahan yang telah diberikan oleh guru. Anggota kelompok lain juga diberikan
tugas dengan topic yang sama, berdasarkan topic yang sama mereka berkumpul
dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok
ahli.












7 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n


BAB II
MENJELASKAN DASAR PEMILIHAN STRATEGI
PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran Konstruktivitis
Dasar pemilihan strategi dalam pembelajaran ini dikarenakan siswa dituntut untuk
membangkan pengetahuanya di dalam pemikirannya. Agar bias berjalan dengan baik
maka peran tersebut ditunjang dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa agar
menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Dikarenakan teori konstruktivisits ini cenderung menitik beratkan kepada siswa
untuk terus mencari informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan
lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.
a. Kelebihan
1. Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan beru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
2. Faham : keterlibatan murid secara langsung dalam membina pengetahuan baru maka
mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikan dalam semua situasi.
3. Ingatan : karena murid terlibat secara langsung dengan aktif mereka lebih faham
dalam memahami konsep dan lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah
dalam situasi baru.
4. Kemahiran social : kemahiran social diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Nyaman : akibat keterlibatan mereka sehingga mereka merasa nyaman belajar dalam
membina pengetahuan baru.



8 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

b. Kelemahan
1. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang
begitu mendukung.
2. Perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Ketidaksediaan murid untuk merancang strategi berpikir, dan menilai sendiri teori
pengajaran berdasarkan pengalaman sendiri.
4. Situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama,karena tidak semua sekolah memiliki
sarana dan prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

B. Model Pembelajaran Kontekstual
Dasar pemilihan ini karena proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan
pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas
kegiatan elajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang
lebih bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata ) melalui keterlibatan aktivitas siswa
dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.
a. Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
9 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan
menghafal.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental
4. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru
6. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna
b. Kelamahan
1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif
3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah
sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
10 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
C. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Dasar pemilihan ini diperoleh dari apa yang ditemui pertama dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan bagian dari pergeseran dari
paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg, 1995). Fokusnya adalah
pada apa yang dipelajari siswa bukan apa yang sedang diajarkan guru (Lloyd-Jones,
Margeston dan Bligh, 1998). Masalah diperoleh dari apa yang ditemui pertama dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan bagian dari pergeseran dari
paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg, 1995). Fokusnya adalah
pada apa yang dipelajari siswa bukan apa yang sedang diajarkan guru (Lloyd-Jones,
Margeston dan Bligh, 1998).
a. Kelebihan
1. PBM adalah lingkungan belajar yang mengaktifkan sebagian besar prinsip-prinsip yang
kita ketahui dapat meningkatkan pembelajaran yaitu: aktif, bekerja sama, mendapatkan
umpan balik yang cepat, disesuaikan dengan preferensi belajar siswa (pemberdayaan dan
akuntabilitas). Oleh karena itu, kualitas pembelajaran siswa akan meningkat terutama bila
dibandingkan dengan ceramah.
2. PBM memaksa siswa untuk belajar prinsip-prinsip dasar subjek yang dibutuhkan dalam
konteks untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, subjek pengetahuan yang dipelajari
dalam format
berbeda dari format subjek berbasis tradisional. Hal ini seharusnya membuat peningkatan
yang berarti terhadap kemampuan siswa untuk mengingat dan menggunakan subjek
pengetahuan selanjutnya.
3. PBM menawarkan kesempatan untuk berlatih, menggunakan, (dan bahkan
mengembangkan) kemampuan pemrosesan seperti pemecahan masalah, interpersonal,
kelompok dan keterampilan tim, kemampuan untuk mengatasi perubahan, keterampilan
belajar seumur hidup atau mandiri dan keterampilan penilaian diri. Siswa harus memiliki
dengan "baik" kemampuan pengolahan keterampilan ini jika mereka ngin mendapatkan
11 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

yang terbaik dari PBL. Untuk beberapa batas tertentu, keberhasilan PBL akan tergantung
pada keterampilan pengolahan siswa.
4. PBL adalah tentang belajar subjek pengetahuan dalam konteks menggunakan dan
mengembangkan keterampilan proses. Terlalu sering kita fokus hanya pada subjek
pengetahuan yang dipelajari.
Beberapa mungkin mencoba PBL untuk pertama kalinya dan mengadaptasi prinsip-
prinsip untuk menerapkan situasi pada mereka.
b. Kekurangan
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini dan pengajar masih
terbawa kebiasaan.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Karena peruses PBM membutuhkan waktu yang lebih
lama, peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang di
berikan sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengn beban kurikulum.
3. Menurut fincham et al. (1997), PBM tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih
pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,
Siswa tidak dapat benar benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk
belajar terutama di daerah yang mereka tidak memilik pengalaman sebelumnya.
4. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBM mengkin tidak dapat untuk menutup sebagai
bahan sebanyak kurus kuliah berbasis konvensional. PBM bias sangat menantang untuk
melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras guru. Ini bias
sulit pada awalnya bagi guru untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator,
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada memberikan solusi.

D. Metode Pembelajaran Kooperatif
Dasar pemilihan ini digunakan karena memberikan kesempatan kepda siswa untuk
mengembangkan kemampuan dalam kegitan pembelajaran.
a. Kelebihan pembelajaran kooperatif
1. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang.
Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang
12 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar.
Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan
kebosanan.
2. Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika
sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat
nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin
mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
3. Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang
dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada
masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok,
seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri.
Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam
kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan
kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide
yang saling melengkapi.
4. Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan
suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan
suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa
yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
5. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan
peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara
kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya
akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat
begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara,
emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di
kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini
dapat kurang kuat.
13 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n


b. Kelemahan
1. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat
mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar,
seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
2. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok.
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering
berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus
dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit
mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
3. Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya
sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat
salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya.
Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi
dalam buku untuk pendalaman.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Dasar pemilihan pembelajaran ini karena dipandang sebagai metode yang paling
sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif . Di dalamnya siswa diberi
kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan (Arindawati, 2004: 83 - 84).
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang
berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan
untuk membantu teman.
a. Kelebihan
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
14 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan
kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
b. Kekurangan
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan
mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya
mengajar berbeda.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Dasar pemilihan pembelajaran ini siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga
melibatkan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar mengajar. Keaktifan disini
berarti keaktifan mental walaupun untuk ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan
langsung keaktifan fisik dan tidak hanya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang
hanya mengandalkan satu sumber komunikasi.
Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru
maembuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berakibat pada rendahnya prestasi belajar
siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi
yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya.
a. Kelebihan
1. Guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa dalam mem[elajari
materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada teman-temannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
15 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
b. Kekurangan
1. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya
lemah semua.
2. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara kemampuan
dengan kompetensi yang harus dipelajari.
3. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
4. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadinya
kesalahan(miskonsepsi).









16 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

Contoh Skenario Pembelajaran


Topik/Kegiatan : Mendeskripsikan Benda Misteri
Kompetensi Dasar : Menulis Paragraf Deskripsi
Bidang Studi : Bahasa Indonesia
Kelas/Caturwulan : 2/2
Waktu : 90 menit

A. Tujuan
Melatih siswa mendeskripskan ciri dan menemukan karakteristik benda-benda, kemudian
mengungkapkannya dalam sebuah paragraf deskriptif.

B. Media
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan media:
1. 4 buah benda misteri yang dibungkus rapi (korek api, kotak sabun, akar pohon, dll).
2. 1 lembar pengamatan.

C. Skenario Pembelajaran
1. Guru menjelaskan rencana kegiatan saat itu, yaitu mendeskripsikan benda misteri.
Kemampuan yang dilatihkan adalah cara mendeskripsikan atau menemukan ciri benda-
benda.
2. Siswa dibagi dalam empat kelompok, dengan cara guru menghitung siswa satu, dua, tiga,
dan empat. Yang nomor satu, masuk kelompok satu, yang nomor dua masuk kelompok
dua, dan seterusnya.
3. Guru membagi benda yang telah disiapkan. Jangan sampai kelompok lain mengintip.
Kemudian dibagikan juga blanko.
17 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

4. Siswa mendeskripsikan benda misteri dengan mengisi blangko yang ada. Pertama
menjelaskan ciri benda dengan dua kata, kemudian dalam kalimat. Usahakan
deskripsinya lengkap, tetapi tidak merujuk pada benda api itu.
5. Setelah 15 menit, secara bergantian masing-masing kelompok mendeskripsikan secara
lisan benda itu. Setelah itu, kelompok lain menebaknya. Sebelum menebak, kelompok
lain boleh bertanya.
6. Siswa menyusun sebuah paragraf deskripsi berdasarkan data yang diperolehnya secara
kelompok.

D. Penilaian
Data kemajuan belajar diperoleh dari:
1. Partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok.
2. Lembar pengumpulan data deskriptif.
3. Cara siswa menyampaikan ulasan deskriptif secara lisan.
4. Paragraf deskripsi yang ditulis siswa

CATATAN:
Setelah berakhir, lakukan refleksi atas pembelajaran itu!
1. Tanyakan kepada siswa, Apakah kalian senang dengan kegiatan tadi? Dengan cara itu,
kalian lebih mudah menyusun paragraf deskripsi.
2. Refleksi CTL
Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh siswa.
Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, mengajukan
usul, dan menebak.
Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan
kelompok lain.


18 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh,makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Dalam memilih
model pembelajran yang baik harus dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,
sintaks(pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya untuk mencapai tujuan dan kompetensi
dari hasil belajar dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

Macam-Macam Model Pembelajaran
1. Pembelajaran Kontruktivitis
2. Pembelajaran Kontekstual
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
4. Model Pembelajaran Kooperatif

SARAN
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang
sesuai denganmateri yang diajarkan.Guru harus bersikap cekatan dan dinamis dalam merancang
dan merencanakan proses pembelajaranyang efektif dan efisien.







19 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

DAFTAR PUSTAKA
Sudiyono. H. dkk. Strategi Pembelajaran Partisipasi di Perguruan Tinggi. UIN Malang Press, 2006
http://toqotabaha.wordpress.com/2011/06/18/cara-menyusun-langkah-langkah-pembelajaran-dalam-rpp/
http://www.situsbahasa.info/2011/05/perencanaan-pembelajaran.html
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/?p=1636


[1] . http://www.situsbahasa.info/2011/05/perencanaan-pembelajaran.html
[2] . H. Sudiyono, dkk. Strategi Pembelajaran Partisipasi di Perguruan Tinggi. UIN Malang Press,
2006 ,hlm, 43 - 44
[3] . http://toqotabaha.wordpress.com/2011/06/18/cara-menyusun-langkah-langkah-pembelajaran-dalam-rpp/
[4] . http://www.situsbahasa.info/2011/05/perencanaan-pembelajaran.html
[5] . http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/?p=1636










20 | M o d e l - M o d e l P e m b e l a j a r a n

Anda mungkin juga menyukai