Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA SISWA

KELOMPOK 1 DAN 4

Nama Sekolah : MAN Terpadu 3 Malang
Mata Pelajaran : Geografi
Materi Pokok : Vulkanisme (Gunung Merapi)
Kelas / Semester : X IPS _/

1. Judul
Analisis Vulkanisme Gunung Api di Indonesia

2. Pendahuluan
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari dalam
perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas
yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran
lempeng kulit bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Aktivitas vulkanisme menyebabkan terbentuknya
gunung api, berbagai jenis tipe letusan, munculnya material erupsi vulkanis.

3. Langkah Kegiatan
3.1. Membaca referensi tentang vulkanisme
3.2. Mendiskusikan peristiwa erupsi yang terjadi pada gunung api di Indonesia
3.3. Secara berkelompok mengamati tipe gunung api, tipe letusan dan material erupsi
yang dikeluarkan
3.4. Setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dari topik dan pertanyaan
yang telah disajikan
3.5. Membuat laporan mengenai hasil diskusi yang telah dilaksanakan
3.6. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
3.7. Kelompok lain diharapkan memberi masukan tanggapan baik berupa pertanyaan
maupun saran

4. Tujuan
4.1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan terbentuknya gunung api
4.2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe gunung api
4.3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menggambarkan tipe-tipe letusan gunung api
4.4. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi bahan yang keluar dari
hasil erupsi
4.5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe letusan gunung
api
4.6. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis penga ruh vulkanis me terhadap
kehidupan
4.7. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membuat laporan tertulis hasil diskusi
mengenai vulkanisme
4.8. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan pengetahuan dan
keterampilan.

5. Bahan / Alat / Sumber
5.1. Bahan:
5.1.1. Handout Vulkanisme
5.1.2. Buku geografi

5.2. Alat:
5.2.1. Alat tulis
5.2.2. Komputer
5.2.3. LCD Proyektor
5.2.4. Screen
5.2.5. Lembar isian diskusi
5.2.6. Lembar soal individu

5.3. Sumber:
5.3.1. Buku Paket Geografi:
5.3.1.1. K. Wardiyatmoko dan Prof. H. R. Bintarto, Geografi SMA, Jakarta,
Erlangga.
5.3.1.2. Yusman Hestiyanto, Bianglala Geografi, Bogor, Yudhistira.
5.3.1.3. Yoga Aribowo, Geografi, Bandung, Ganesha.
5.3.1.4. Bambang W. M. dan Purwadi Suhandini, Tiga Serangkai.
5.3.2. Artikel & Jurnal Internet

6. ARTIKEL
Perhatikan dua wacana berikut ini!








































Sejarah Letusan Gunung Merapi (2006 dan 2010)

Gunung Merapi adalah salah satu gunung teraktif di dunia. Dalam kurun 10 tahun terakhir ini telah terjadi paling tidak dua letusan besar
yaitu di tahun 2006 dan tahun 2010.
Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan
deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah
disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status
awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi
sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava
terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng
Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul
09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian
kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

Erupsi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah
menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin
meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober
BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km
dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan
material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman.[12] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang
muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.[13] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak
pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.

Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah
peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari
Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.
Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada
dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak.
Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat
Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat
melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[14] dan
Bogor.[15]

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di
sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).
[16][rujukan?]

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas,
namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi
15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius
bahaya 20 km.[17]
Sumber: http://bpbd.magelangkab.go.id/content/view/184?cid=24




































Detik-Detik Erupsi Gunung Merapi 2014. Masyarakat Diminta Tenang Tetapi
Waspada

Erupsi Gunung Merapi pada Kamis, 27 Maret 2014, pukul 13.12 WIB diawali dengan terjadinya gempa tektonik dengan terjadi dua
kali getaran kuat pada pukul 01.16 dan 03.52 WIB. Kejadian pada dini hari itu disusul dengan adanya hembusan di puncak dengan durasi
selama 4 menit.
Demikian kronologi erupsi atau letusan Gunung Merapi sebagaimana penjelasan dari pihak Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Saat terekam hembusan dengan durasi 4 menit itu, pada pukul 13.12 13.16 WIB, museum Gunung Merapi mencatat adanya
getaran kaca. Kemudian pada pukul 13.32 WIB, terjadi hujan abu, pasir dan kerikil di Glagaharjo (Sruwen, Gading) Kendalsari,
Argomulyo, Deles, Kepuharjo (Manggong) , Ngemplak, Seneng dan Balerante.
Pada waktu yang hampir bersamaan, suara gemuruh dan getaran kaca terdengar dan terasa di daerah Pakem, Aromulyo, Glagaharjo,
Besi, Museum G Merapi, Tlogolele dan Tegalrandu.
Berhamburan ke luar rumah
Ketika terjadi erupsi Merapi, sejumlah warga di Dusun Kemiren, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung langsung berhamburan
keluar rumah, khususnya begitu mendengar suara gemuruh yang berasal dari puncak gunung.
Kami langsung keluar rumah begitu mendengar suara gemuruh. Suara gemuruh terdengar hanya satu menit, ujar salah satu warga
Kemiren, Kaliurang, Srumbung, Suharno, sebagaimana dilansir Tribun Jogja.com.
Dia mengatakan, warga langsung keluar rumah lantaran hal serupa pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya. Kami sudah biasa
mendengar. Kami keluar rumah hanya antisipasi kalau ada gempa, jelasnya.
Petugas Pengamat Pos Merapi Babadan, Triyono, menjelaskan suara gemuruh sempat terjadi dalam beberapa menit. Meski demikian,
visual Merapi dari Babadan yang berjarak sekitar 4,5 kilometer dari puncak Merapi belum terlihat.

Tertutup kabut
Erupsi Gunung Merapi itu juga tercatat dalam pantauan seismik di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang. Petugas PGM
Lasiman, membenarkan telah terjadi aktivitas. Namun, karena visual gunung tertutup kabut, tidak dapat terpantau secara kasat mata.
Memang terjadi aktivitas berdasarkan pantauan seismik, namun tidak dapat terlihat secara langsung apa yang terjadi, karena tertutup
kabut tebal. kemungkinan terjadi guguran di puncak, tuturnya.
Berkaitan dengan erupsi terakhir Merapi ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Joko
Sudibyo, mengimbau warga untuk tenang, tetapi tetap waspada terkait aktivitas Merapi belakangan ini.
Menurut Joko, Merapi sering menunjukkan gejala-gejala tertentu karena karakteristiknya yang sudah berubah sejak erupsi 2010 lalu.
Joko menjelaskan, kawah Merapi saat ini terbuka sehingga kemungkinan akan sering terjadi fenomena-fenomena tertentu, misalnya
embusan asap sulfatara seperti yang terjadi pada Kamis (27/3/2014) siang.
Karakteristik Merapi sudah berubah karena bentuk kawah yang terbuka sehingga akan sering terjadi embusan asap sulfatara, yang
biasanya berdampak hujan abu, ujar Joko dihubungi melalui telepon.
Joko melanjutkan, sejumlah warga telah melaporkan adanya suara gemuruh disertai getaran dari arah gunung Merapi sekitar pukul
13.00 WIB. Mereka merupakan warga yang tinggal di Dusun Paten, Kecamatan Dukun dan Dusun Jurang Jero, Kecamatan Srumbung,
atau sekitar 5 7 kilometer dari puncak Merapi.
Warga juga melihat ada kepulan asap berwarna kecoklatan membubung tinggi dari puncak Merapi, imbuh Joko.Kendati demikian,
menurut pantauan BPBD, tidak terjadi hujan abu di sekitar wilayah tersebut. Pihaknya pun telah mengirimkan setidaknya 6.000 masker
kepada warga untuk antisipasi jika terjadi hujan abu.
Kami imbau warga untuk tenang namun tetap waspada. Carilah informasi tentang Merapi dari sumber yang valid dan resmi, tandas
Joko.

Aktif normal
Setelah erupsi Kamis (27/3/2014) hari ini, status gunung itu masih dinyatakan aktif normal. Hal tersebut ditegaskan Kepala
BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo. Setelah terjadi embusan, kami putuskan Merapi tetap normal, kata Subandriyo.
Sementara itu, untuk ketinggian embusan Subandriyo tidak menyebutkan secara pasti karena visual yang tidak memungkinkan.
Sedangkan untuk hujan abu, menurut Subandriyo hal tersebut bisa terjadi maksimal hingga radius 7 kilometer dari puncak dengan arah
selatan tenggara atau mengarah ke Klaten.
Untuk ketinggian kami belum bisa memastikan berapa, namun untuk hujan abu maksimal 7 kilometer ke arah selatan tenggara, ujar
Subandriyo.
Menurutnya, embusan yang terjadi adalah hal biasa yang sering terjadi pascaerupsi Merapi 2010. Di mana sering kali terjadi
pelepasan gas dari perut Merapi, karena kandungan gas di dalam Merapi sangat tinggi.
Biasanya, embusan terjadi diakibatkan adanya gempa tektonik dan juga sering dipicu dengan adanya gempa vulkanik dalam.
Subandriyo juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan apabila ada informasi terbaru akan disampaikan kepada publik.
Kami sudah melaporkan ke BPBD setempat , mengimbau tidak perlu mengungsi, kalau kemungkinan besar akan kita informasikan,
ujarnya.

Sumber: http://simomot.com/2014/03/27/detik-detik-kronologi-erupsi-gunung-merapi-2014-masyarakat-diminta-tenang-tetapi-waspada/
7. FORMAT DISKUSI KELOMPOK





MATERI :
HARI/TANGGAL :
A. RUMUSAN MASALAH




B. IDENTIFIKASI MASALAH



C. ANALISIS PERMASALAHAN



D. SOLUSI/PEMECAHAN




E. KESIMPULAN








NAMA KELOMPOK :
1. ...................... 3. .....................
2. ....................... 4. .....................

KELOMPOK:

LEMBAR KERJA SISWA
KELOMPOK 2 DAN 5

Nama Sekolah : MAN Terpadu 3 Malang
Mata Pelajaran : Geografi
Materi Pokok : Vulkanisme (Gunung Sinabung)
Kelas / Semester : X IPS _ /

1. Judul
Analisis Vulkanisme Gunung Api di Indonesia

2. Pendahuluan
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari dalam
perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas
yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran
lempeng kulit bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Aktivitas vulkanisme menyebabkan terbentuknya
gunung api, berbagai jenis tipe letusan, munculnya material erupsi vulkanis.

3. Langkah Kegiatan
3.1. Membaca referensi tentang vulkanisme
3.2. Mendiskusikan peristiwa erupsi yang terjadi pada gunung api di Indonesia
3.3. Secara berkelompok mengamati tipe gunung api, tipe letusan dan material erupsi
yang dikeluarkan
3.4. Setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dari topik dan pertanyaan
yang telah disajikan
3.5. Membuat laporan mengenai hasil diskusi yang telah dilaksanakan
3.6. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
3.7. Kelompok lain diharapkan memberi masukan tanggapan baik berupa pertanyaan
maupun saran

4. Tujuan
4.1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan terbentuknya gunung api
4.2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe gunung api
4.3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menggambarkan tipe-tipe letusan gunung api
4.4. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi bahan yang keluar dari
hasil erupsi
4.5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe letusan gunung
api
4.6. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis penga ruh vulkanis me terhadap
kehidupan
4.7. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membuat laporan tertulis hasil diskusi
mengenai vulkanisme
4.8. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan pengetahuan dan
keterampilan.

5. Bahan / Alat / Sumber
5.1. Bahan:
5.1.1. Handout Vulkanisme
5.1.2. Buku geografi

5.2. Alat:
5.2.1. Alat tulis
5.2.2. Komputer
5.2.3. LCD Proyektor
5.2.4. Screen
5.2.5. Lembar isian diskusi
5.2.6. Lembar soal individu

5.3. Sumber:
5.3.1. Buku Paket Geografi:
5.3.1.1. K. Wardiyatmoko dan Prof. H. R. Bintarto, Geografi SMA, Jakarta,
Erlangga.
5.3.1.2. Yusman Hestiyanto, Bianglala Geografi, Bogor, Yudhistira.
5.3.1.3. Yoga Aribowo, Geografi, Bandung, Ganesha.
5.3.1.4. Bambang W. M. dan Purwadi Suhandini, Tiga Serangkai.
5.3.2. Artikel & Jurnal Internet

6. ARTIKEL






















Sejarah Letusan Gunung Api Sinabung

Gunung Api Sinabung yang terletak di tanah Karo Sumatra Utara, semalam pukul 02:51
tanggal 15 September 2013 kembali menunjukkan keperkasaannya. Banyak warga mengungsi
untuk menghindari dampak negatif dari letusan gunung tersebut. Saat ini, Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi telah menaikkan status gunung api Sinabung menjadi
Siaga atau level III dimana sebelumnya berstatus waspada atau level II.
Sejarah Letusan Sinabung
Gunung api Sinabung yang terletak di Sumatra Utara tersebut, pada awalnya merupakan
gunung api Tipe B dimana setelah tahun 1600 tidak pernah menunjukkan aktifitas letusan. Karena
awalnya dikategorikan gunung api tipe B maka pemerintah kita tidak melakukan pengamatan
terhadap gunung api tersebut. Letusan Gunung api Sinabung tahun 2010 membuka mata kita semua
bahwa gunung api Tipe B juga bisa menimbulkan letusan yang luar biasa.
Sejak 2010 tersebut, gunung Sinabung tercatat pernah meletus pada tanggal 27 Agustus 2010 pada
pukul 18:30 wib, kemudian diikuti tanggal 29 Agustus pukul 0:10 wib, 30 Agustus pukul 06:23 wib, 03
September pukul 04:38 wib dan 17:59 wib, dan 07 September pukul 0:23 wib terjadi letusan
terbesar. Setelah kejadian beberapa letusan tahun 2010 tersebut, Gunung api Sinabung yang
merupakan gunung api jenis Strata tersebut oleh Pemerinta kita dijadikan Gunung Api Tipe A yang
harus mendapatkan perhatian khusus berupa pembuatan pos pengamatan.


Sumber: : http://www.ibnurusydy.com/sejarah-letusan-dan-pengamatan-gunung-api-sinabung/#ixzz39lcwusRC

Gunung Sinabung Kembali Meletus
Gunung Sinabung kembali meletus pada Minggu (29/6/2014) malam kemarin. Berdasarkan laporan BNPB,
letusan terjadi pada pukul 19.29 WIB.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Gunung Sinabung yang
awalnya berstatus Siaga atau level III, memuntahkan isinya hingga 4.000 meter.

"Sedangkan awan panas hingga 4.500 meter ke arah tenggara," kata Sutopo dalam pesan singkatnya yang
diterima Metrotvnews.com pada Senin (30/6/2014).

Secara visual, kata Sutopo lagi, letusan berdurasi 67 menit dengan amplitudo maksimum 105 mm itu tidak
terlihat karena kondisi malam hari dan cuaca hujan. Pengamatan didasarkan pada instrumentasi Pos
Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG.

"Peningkatan aktivitas Gunung Sinabung telah disosialisasikan kepada warga dan sampai saat ini masih
dalam keadaan aman karena awan panas mengarah ke desa Berastepu yang masih dikosongkan," kata
Sutopo.

Hingga saat ini jumlah pengungsi mencapai 14.382 jiwa (4.475 KK) terdiri dari 13.170 jiwa, (4.105 KK) di 28
titik penampungan dan 1.212 jiwa (370 KK) di hunian sementara/rumah sewa. Pemerintah memberikan uang
sewa rumah kepada pengungsi yang direncanakan untuk direlokasi nantinya.
Sumber: http://news.metrotvnews.com/read/2014/06/30/258920/gunung-sinabung-kembali-meletus
7. FORMAT DISKUSI KELOMPOK





MATERI :
HARI/TANGGAL :
A. RUMUSAN MASALAH




B. IDENTIFIKASI MASALAH


C. ANALISIS PERMASALAHAN



D. SOLUSI/PEMECAHAN




E. KESIMPULAN








KELOMPOK:

NAMA KELOMPOK :
1. ...................... 3. .....................
2. ....................... 4. .....................


LEMBAR KERJA SISWA
KELOMPOK 3 DAN 6

Nama Sekolah : MAN Terpadu 3 Malang
Mata Pelajaran : Geografi
Materi Pokok : Vulkanisme (Gunung Slamet)
Kelas / Semester : X IPS _/

1. Judul
Analisis Vulkanisme Gunung Api di Indonesia

2. Pendahuluan
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari dalam
perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas
yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran
lempeng kulit bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Aktivitas vulkanisme menyebabkan terbentuknya
gunung api, berbagai jenis tipe letusan, munculnya material erupsi vulkanis.

3. Langkah Kegiatan
3.1. Membaca referensi tentang vulkanisme
3.2. Mendiskusikan peristiwa erupsi yang terjadi pada gunung api di Indonesia
3.3. Secara berkelompok mengamati tipe gunung api, tipe letusan dan material erupsi
yang dikeluarkan
3.4. Setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dari topik dan pertanyaan
yang telah disajikan
3.5. Membuat laporan mengenai hasil diskusi yang telah dilaksanakan
3.6. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
3.7. Kelompok lain diharapkan memberi masukan tanggapan baik berupa pertanyaan
maupun saran

4. Tujuan
4.1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan terbentuknya gunung api
4.2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe gunung api
4.3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menggambarkan tipe-tipe letusan gunung api
4.4. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi bahan yang keluar dari
hasil erupsi
4.5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis pengaruh tipe letusan gunung
api
4.6. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis penga ruh vulkanis me terhadap
kehidupan
4.7. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membuat laporan tertulis hasil diskusi
mengenai vulkanisme
4.8. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan pengetahuan dan
keterampilan.

5. Bahan / Alat / Sumber
5.1. Bahan:
5.1.1. Handout Vulkanisme
5.1.2. Buku geografi

5.2. Alat:
5.2.1. Alat tulis
5.2.2. Komputer
5.2.3. LCD Proyektor
5.2.4. Screen
5.2.5. Lembar isian diskusi
5.2.6. Lembar soal individu

5.3. Sumber:
5.3.1. Buku Paket Geografi:
5.3.1.1. K. Wardiyatmoko dan Prof. H. R. Bintarto, Geografi SMA, Jakarta,
Erlangga.
5.3.1.2. Yusman Hestiyanto, Bianglala Geografi, Bogor, Yudhistira.
5.3.1.3. Yoga Aribowo, Geografi, Bandung, Ganesha.
5.3.1.4. Bambang W. M. dan Purwadi Suhandini, Tiga Serangkai.
5.3.2. Artikel & Jurnal Internet

6. Artikel
























Gunung Slamet Kembali Keluarkan Letusan Abu


Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, Kamis,
kembali mengeluarkan suara dentuman.
"Dalam 24 jam terakhir, tercatat sebanyak tujuh kali suara dentuman yang terdengar sampai di Pos Pengamatan
Gunung Api (PGA) Slamet di Desa Gambuhan, Pemalang," kata Ketua Pos PGA Slamet, Sudrajat saat dihubungi dari
Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Dia mengakui bahwa suara dentuman dari Gunung Slamet kembali terdengar dalam satu bulan terakhir. Akan tetapi,
kata dia, suara dentuman yang terdengar dalam 24 jam terakhir tersebut merupakan yang terbanyak jika dibanding yang
terdengar beberapa hari sebelumnya.
Selain dentuman, lanjut dia, Gunung Slamet juga masih mengeluarkan letusan abu.
"Dalam 24 jam terakhir terjadi 16 kali letusan abu kecokelatan dengan tinggi 400-600 meter yang condong ke barat dan
empat kali sinar api dengan tinggi lebih kurang 50-300 meter. Dari sisi kegempaan tercatat 21 kali gempa letusan dan
419 kali gempa embusan," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan status Gunung Slamet ditingkatkan menjadi "Siaga", dia mengatakan bahwa
berdasarkan evaluasi yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Gunung
Slamet masih berstatus "Waspada".
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari
puncak Gunung Slamet.
"Jalur pendakian pun masih ditutup. Kami sering dihubungi para pendaki yang mengonfirmasikan masalah pendakian
Gunung Slamet," katanya.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/07/18/n8wi9z-gunung-slamet-kembali-keluarkan-
letusan-abu

Gunung Api 'Tidur' di Jawa Tengah Berpotensi Aktif
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memperingatkan penduduk yang
tinggal di sekitar gunung yang tidak aktif. Sebab, Gunung Sinabung di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara, yang tidur selama 400
tahun meletus beberapa waktu lalu. "Gunung api tipe B masih ada potensi aktif kembali," kata Subandriyo, Kepala BPPTKG
Yogyakarta, Kamis, 21 November 2013.

Gunung Sinabung adalah gunung api tipe B. Gunung api tipe B adalah gunung api yang dinyatakan tidur atau tidak aktif sejak tahun
1600. Gunung api dengan tipe yang sama di Jawa Tengah adalah Gunung Lawu di Karanganyar. Gunung-gunung itu dalam
geologi masuk dalam kategori gunung muda, ujar Subandriyo. Gunung muda, katanya, mungkin bisa aktif kembali.

Menurut Subandriyo, Gunung Lawu masih meninggalkan jejak aktivitas. Juga masih ada bau belerang, katanya . Jika berada di
atas gunung di puncak Argodumilah, di bawah puncak itu ada tanah lapang. Dulu tanah lapang itu merupakan kawah Gunung
Lawu.

Sedangkan Gunung Sindoro yang juga berada di Jawa Tengah sampai saat ini masih aktif. Hanya, tingkat aktivitasnya tidak seperti
Merapi dan belum terdeteksi adanya pergerakan magma. Namun, beberapa waktu lalu sempat muncul asap sulfatara. Tetapi
hanya sebatas itu saja, ujar Subandriyo. Saat ini juga masih diteliti kenapa aktivitas Sindoro tidak sampai erupsi. Selain itu, Gunung
Slamet, juga di Jawa Tengah, pun berpotensi aktif. "Untuk aktifnya kapan belum ada kepastian."

Aktivitas penduduk di sekitar Lawu dan Sindoro sangat berdekatan dengan gunung. Mereka bahkan bertani hingga ke kawasan atas
gunung untuk menanam tembakau, seperti di Temanggung dan Wonosobo. Sedangkan di Gunung Lawu, penduduk bertanam
sayuran. Tapi, ujar Subandriyo, mitigasi bencana di dua gunung itu belum seintensif Gunung Merapi. Menurut dia, perlu sosialisasi
ancaman bencana bagi penduduk di dua gunung itu. "Soal mitigasi itu tugas pemerintah pusat dan daerah, kami men-support dan
memonitor aktivitas gunungnya," katanya.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/11/21/058531420/Gunung-Api-Tidur-di-Jawa-Tengah-Berpotensi-Aktif
7. Format Diskusi Kelompok





MATERI :
HARI/TANGGAL :
A. RUMUSAN MASALAH




B. IDENTIFIKASI MASALAH


C. ANALISIS PERMASALAHAN



D. SOLUSI/PEMECAHAN




E. KESIMPULAN








KELOMPOK:

NAMA KELOMPOK :
1. ...................... 3. .....................
2. ....................... 4. .....................

Anda mungkin juga menyukai