Anda di halaman 1dari 25

HUKUM TATA NEGARA

Dosen :
Dr. 1 Gde Pantja Astawa, S.H., MH.

MATERI KULIAH
Antara lain meliputi :
1. Pengertian Hukum Tata Negara (HTN);
1.1. Peristilahan (terminologi),
1.2. HTN dalam arti sempit,
1.3. HTN dalam arti luas.
2. Ruang lingkup (scope) HTN;
2.1. Objek Pengkajian HTN.
3. Hubungan HTN dengan ilmu-ilmu kenegaraan yang lain;
3.1. HTN dengan Ilmu Hubungan Negara,
3.2. HTN dengan Ilmu Politik,
3.3. Hubungan HTN dengan Hukum Administrasi Negara (HAN),
3.4. Hubungan HTN dengan perbandingan HTN.
4. Sumber HTN;
4.1. Sumber HTN formil; dilihat dari segi bentuknya,
4.2. Sumber HTN materiil: dilihat dari isi (substansi).
5. Sejarah ketatanegaraan RI;
6. Bentuk dan sistem pemerintahan;
- Bentuk negara; kesatuan atau federal,
- Bentuk pemerintahan; republik atau kerajaan (monarki),
- Sistem pemerintahan; presidentil atau parlemen.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
1
PENGERTIAN
Peristilahan (Terminologi)
Terdapat dua istilah yang dipakai di Indonesia, yaitu :
1. Hukum Negara,
2. Hukum Tata Negara.
Kedua istilah ini diterjemahkan dari bahasa Belanda Staatsrecht, yang umum
digunakan sekarang adalah HTN.
Dalam HTN dikenal; Hukum Tata Pemerintahan (HTP), Hukum Tata Usaha Negara
(HTUN), dan Hukum Administrasi Negara (HAN) yang merupakan terjemahan dari
Adminisirative Recht.
Di Inggris istilah HTN dikenal dengan :
1. State's Law ; yaitu negara sebagai suatu organisasi.
2. Constitutional Law, yaitu negara sebagai suatu konstitusi.
Di Prancis istilah HTN dikenal dengan Droit Constitutional.
Di Jerman dikenal dengan nama Recht Verfassung.

Definisi
Dalam arti sempit : HTN dalam arti luas - HAN.
Dalam arti luas : HTN dalam arti sempit + HAN.
HAN : hukum yang mengkaji negara dalam keadaan bergerak/ dinamis sedangkan
HTN yang menjadi fokus utama: organisasi negara yang di dalamnya terdapat organ-
organ yaitu lembaga negara/ mengkait negara dalam keadaan diam/ statis. Misalkan:
DPR (lembaga negara sebagai organ) memiliki fungsi dan wewenang yang ditentukan
HTN sedangkan bagaimana menggerakkan fungsi dan wewenang tersebut adalah
ditentukan oleh HAN yaitu dalam UUD 1945.
Pengertian HTN menurut para pakar :
Di Belanda :
1. J.R. Stellinga:
Merumuskan bahwa HTN adalah hukum yang mengatur wewenang dan kewajiban
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
2
alat-alat perlengkapan negara serta mengatur hak dan kewajiban negara.
2. Logemann :
HTN merupakan hukum mengenai organisasi negara yang menyelidiki dan
mempelajari :
a. Jabatan-jabatan apakah yang terdapat dalam susunan kenegaraan tertentu, yang
dimaksud jabatan di sini adalah lembaga negara/ organ negara (ambt)/ institusi.
b. Siapa yang mengadakan jabatan-jabatan tersebut. Siapa di sini adalah rakyat.
c. Bagaimana cara melengkapinya dengan pejabat-pejabat.
d. Apakah tugas (lingkungan pekerjaan) dan wewenang dalam hukumnya,
e. Apakah hubungan kekuasaan satu sama lain,
f. Dalam batas-batas apakah organisasi negara dan bagian-bagiannya menjalankan
tugas kewajibannya.
Di Inggris :
Wade dan Philips :
Constitutional law is then the body of rules which prescribes:
a) the structure
b) the function of the organs of central and local government, artinya:
HTN adalah keseluruhan aturan-aturan yang menggambarkan stuktur dan fungsi
dari lembaga negara tingkat pusat dan daerah.
Di Perancis :
1. R. Bonard:
HTN adalah ketentuan-ketentuan mengenai perlengkapan negara yang tertinggi.
2. Maurice Duverger:
HTN adalah hukum mengenai lembaga-lembaga kenegaraan.
Di Indonesia :
Usep Ranawidjaja:
HTN sebagai hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
organisasi negara minus hal-hal yang diatur oleh Hukum Tata Usaha Negara; meliputi
persoalan ketatanegaraan.
Para ahli memberikan beberapa definisi yang berbeda, perbedaan antara lain
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
3
disebabkan karena :
1. Yang dianggap penting akan menjadi titik berat dalam merumuskan HTN,
2. Pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berlainan.

Kedudukan
Ada 3 pendapat dari pakar HTN asal Belanda :
1. Vand Wijk - Willem Koninbelt
Hk. Perdata
materiil
Hukum Hk. Pidana materiil
mengatur mema
ksa
Administrasi Materiil Tersebar dalam berbagai
Undang-undang
HukumPidana
umum KUHP
Hk.Acara Perdata Hk. Acara
Administrasi
Hk. Acara pidana
Organisasi
peradilan
Hk. organisasi
peradilan
Organisasi peradilan
HUKUM TATA NEGARA
2. Crince Le Roy :

HUKUM TATA NEGARA
Hk.Privat Hk.Administrasi Hk.Pidana
HUKUM ACARA

3. van Vollenhoven
HUKUM
Hk.Tata
Negara
Hk. Administrasi Hk.Perdata Hk.Pidana

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
4
Hk.Materiil Hk.Materiil & formal
Distribusi
Kewenangan
Penggunaan kewenangan
Regering : Regering:
1. Regeling. 1. Regering,
2. Bestuur, 2. Bestuur.
3. Rechtsprak, 3. Rechtspraak Hk. Materiil Hk. Materiil
4. Politie. a. Staats Procesrecht,
b.Administration Procesrecht,
c. Straft Procesrecht,
d. Burgerlijk Procesrecht.
4. Polite.
Kedudukan HTN disebut sebagai catur praja, kedudukannya sama dengan Ilmu Hukum
yang lainya.
van Vollenhoven memasukkan atau menempatkan HTN sebagai bagian dari Ilmu
Hukum dan sejajar bersama cabang Ilmu Hukum lainnya.
Menurut van Vollenhoven, polisi dimasukkan ke dalam wewenang. Di Indonesia polisi
dimasukkan ke dalam :
1. Di bawah naungan Dep. Dalam Negeri thn 1950,
2. Di bawah angkatan bersenjata,
3. Langsung di bawah Presiden.
Mengapa polisi dimasukkan ke dalam eksekutif?
Sebab polisi menjalankan salah atau fungsi daripada pemerintah secara umum,
pemerintah berfungsi untuk mewujudkan ketertiban dan keamanan negara, polisi adalah
sebagai aparat dari pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan tersebut.
Tugas dari polisi :
1. Penyidikan; bukti diproses verbal,
2. Penyelidikan, pencarian bukti.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
5
RUANG LINGKUP
Objek Pengkajian
Ada 3 pendapat mengenai objek ilmu HTN:
1. Burkens :
Bahwa objek ilmu HTN adalah sistem pengambilan keputusan seperti yang diatur
dalam hukum positif termasuk di dalamnya kebiasaan/ konvensi (konvesi
ketatanegaraan)
2. Belifante :
Sistem pengambilan keputusan baik yang diatur dalam hukum positif maupun di
luar hukum positif; Hukum Adat Ketatanegaraan; berlaku secara umum dan lebih
luas dari Hukum Adat biasa misalnya rembuk desa.
3. Prof. Donner :
Bahwa objek HTN adalah penerobosan negara dengan hukum (de door dringing
van de staat met het recht). Maksud dari penerobosan di sini adalah negara yang
dibatasi oleh hukum sehingga tidak terjadi apa yang dinamakan negara kekuasaan.
Pada umumnya ketiga pakar ini memandang negara sebagai suatu organisasi yang
memiliki pejabat yang menempati organ, pejabat ini mempunyai wewenang untuk
mengambil keputusan.
Sistem inilah yang dijadikan objek HTN yang terdapat atau yang diatur dalam hukum
positif : Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Susunan dan Kedudukan
DPR dan DPRD, dll.
Menurut Donner :
Bahwa negara adalah organisasi kekuasaan, jika tidak dibatasi dengan hukum maka
negara tersebut menjadi negara kekuasaan (machtstaat), oleh karena itu negara
memerlukan institusi hukum (lembaga hukum) yang membatasi kekuasaan negara.



Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
6
HUBUNGAN HTN DENGAN ILMU-ILMU KENEGARAAN LAIN
Hubungan HTN dengan Ilmu Negara
Ilmu Negara merupakan pengantar untuk mempelajari HTN karena dalam Ilmu Negara
itu sendiri dipelajari, diselidiki mengenai asas-asas dan pengertian-pengertian pokok
mengenai negara dan HTN pada umumnya.
Ilmu Negara lebih mementingkan segi nilai teoritisnya sehingga dikatakan sebagai
Staats wissenschaft. Sedangkan HTN lebih mementingkan segi atau nilai prakteknya
yaitu : yang secara langsung diterapkan dalam praktek sehingga dikatakan sebagai
Recht wissenschaft dan Normativen wissenschaft.
HTN menyelidiki hukum positif.

Hubungan HTN dengan Ilmu Politik
Menurut Barent :
HTN - Ilmu Politik, bagai kerangka manusia dengan daging yang membalut. Ilmu
politik lebih dominan mempengaruhi HTN.
Sasaran akhir dari Ilmu Politik adalah kekuasaan, sedangkan sasaran akhir HTN adalah
kekuasaan yang dibatasi oleh kaidah-kaidah, kekuasaan tersebut dibingkai oleh norma
kaidah.
Keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa yang banyak mempengaruhi
terhadap HTN, Contohnya :
Timbulnya stelsel parlemen yang terjadi dahulu dengan dikeluarkannya Maklumat
Wakil Presiden No. X, 16 Oktober 1945 yang diikuti dengan Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945; keputusan politik sebagai usaha Sutan Sjahrir untuk
mengadakan pendemokrasian dengan jalan pertama; Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat ikut menentukan Haluan Negara dan kedua; menteri-menteri tidak
bertanggung jawab kepada Presiden tetapi kepada komite Nasional Indonesia Pusat
adalah tidak konstitusional. Karena keputusan politik ini kemudian diterima oleh rakyat
maka walaupun menurut UUD bertentangan: tetapi ia menjadi kebiasaan yang
berangsur-angsur berlaku sebagai bagian dari Hukum Tata Negara Indonesia yang
hidup pada waktu itu.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
7
Hubungan HTN dengan HAN
Skema :
HTN HAN



Organisasi Negara Bagaimana cara menggerakkannya

HTN dan HAN memiliki objek yang sama yaitu negara, hanya saja HTN mempelajari
negara sebagai suatu organisasi negara/lembaga-lembaga negara dengan kewenangan
negara sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
HTN adalah kaidah-kaidah yang mengatur mengenai bagaimana cara menggerakkan
organisasi tersebut.
HTN mengatur negara dalam keadaan diam/ statis sedangkan HAN mengatur negara
dalam keadaan bergerak/dinamis.

Hubungan HTN dengan Perbandingan HTN
HTN mengkaji hukum positif; perbandingan HTN hanya sebagai instrumen bukan
tujuan.
Di dalam mempelajari HTN sering mengalami kesulitan jika tidak ditunjang dengan
perbandingan HTN ini acapkali digunakan dalam mengkaji HTN dalam arti HTN
positif. Meskipun demikian melakukan perbandingan itu bukanlah tujuan melainkan
alat/instrumen belaka. Contohnya:
Masa pergantian Presiden RI dari Soeharto ke Habibie (pada 1998) ketika Suharto
secara sepihak mengundurkan diri, sedangkan hal ini tidak diatur dalam UU khususnya
UUD 1945 Pasal 8 yang hanya menyebutkan jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak
dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil
Presiden sampai habis waktunya. Pengunduran diri tidak disebutkan, pengunduran diri
tersebut tidak sah karena tidak melakukan pertanggungan jawab terhadap MPR
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
8
sedangkan Presiden itu sendiri diangkat oleh MPR sehingga seharusnya Presiden
apabila mengundurkan diri harus bertanggung jawab terlebih dahulu kepada MPR yang
telah mengangkatnya. Di saat konstitusi kita tidak dapat memberi jalan keluar maka
kita melihat perbandingan HTN dari negara lain misalnya: Pada HTN Amerika Serikat
(AS) karena AS memiliki sistem pemerintahan yang mirip dengan Indonesia; pada saat
John F. Kennedy ditembak (meskipun kasus ini tidak sama).
Dari perbandingan dengan HTN negara lain kita lihat perbedaan dan persamaannya.

SUMBER HUKUM
Ada 2 sumber HTN:
1. Sumber hukum dalam arti pengenal (kenbron): formal.
2. Sumber hukum dalam arti penyebab (welbron): materiil.

Ad l): Sumber hukum dalam arti pengenal (kenbron): formal
Sumber hukum Kenbron terdiri dari 4 macam :
1. Kaidah-kaidah hukum tertulis atau peraturan perundang-undangan yang terdiri dari :
a. UUD,
b. Tap MPR,
c. UU/Perpu,
d. PP,
e. Keppres,
f. Perda, dll.
2. Hukum tidak tertulis terdiri dari:
a. Konvensi,
b. Hukum adat ketatanegaraan.
3. Yurisprudensi:
Kumpulan keputusan pengadilan mengenai persoalan ketatanegaraan yang telah
disusun secara sistematis memberikan kesimpulan tentang adanya ketentuan-
ketentuan hukum tertentu yang diketemukan dan dikembalikan oleh badan
peradilan. Misalnya: mengenai pelanggaran Pemilu.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
9
4. Doktrin:
Ajaran-ajaran tentang HTN yang dikemukakan dan dikembangkan di dalam dunia
ilmu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan, pemikiran seksama berdasarkan
logika formal yang berlaku.

Ad 2): Sumber hukum dalam arti penyebab (welbron): materiil
Sumber HTN dalam arti materiil : UUD/ konstitusi.
Sumber hukum yang menentukan isi hukum.
Di Indonesia, Pancasila merupakan sumber hukum dalam arti materiil.

Konstitusi (UUD)
Konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani Purba, hanya masih diartikan konstitusi
dalam arti materiil karena belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis.
Aristoteles membedakan istilah politea (diartikan sebagai konstitusi), dan nomoi
(diartikan sebagai undang-undang biasa).
Istilah-istilah untuk konstitusi :
Contitution (Inggris), Constitutie (Belanda), Verfassung (Jerman), Constitutional
(Prancis), Constitutio (Latin).
Istilah-istilah untuk Undang-undang Dasar :
Gronwet (Belanda), Grundgesetz (Jerman).
Kenapa terjadi dua peristilahan yaitu UUD dan konstitusi?
Karena para pakar Belanda ada yang mengidentifikasikan (menyamakan) dan ada juga
yang membedakan.
Menurut Herman Heller : Konstitusi lebih luas daripada UUD. UUD hanya sebagian
dari pengertian konstitusi saja yaitu konstitusi yang ditulis.
Menurut Lasale dan Struyken : Konstitusi pengertiannya sama dengan UUD. Paham
kodifikasi: semua peraturan harus ditulis untuk mencapai kesatuan hukum,
kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Dalam konteks konstitusi/UUD, semua
hal yang pokok dan penting harus dimuat.
Lasale menghendaki agar semua hal penting ditulis dalam konstitusi.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
10
Struyken menghendaki agar konstitusi hanya memuat garis-garis besar dan asas-asas
tentang organisasi negara.
Kelemahan kedua pendapat di atas adalah bahwa keduanya tidak memiliki kejelasan
mengenai tolak ukur penting dan pokok.
Batasan konstitusi:
Menurut Wade dan Phillips :
Sebuah naskah yang memaparkan rangka tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan dasar-dasar cara kerja badan-badan
tersebut.
Menurut C.F. Strong :
Himpunan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kekuasaan pemerintah/ hak-hak
yang diperintah dan hubungan diantara keduanya.
Persamaan : Sama-sama menekankan adanya organisasi negara, maksudnya dalam
konstitusi mesti ada mengenai kekuasaan pemerintahan.
Perbedaan : Strong, lebih luas selain meletakkan satu hubungan antara organ satu
dengan lain juga meletakkan mengenai organ pemerintah dengan organ rakyat yang
diperintah; termasuk hak-hak yang diperintah (rakyat).
Wade dan Phillips; memfokuskan organ-organ negara berikut tugas, fungsi, dan
hubungan yang satu dengan yang lain.
Fungsi dan tujuan konstitusi:
Fungsi :
1. Menjamin perlindungan hukum terhadap HAM,
2. Memberikan landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu
sistem ketatanegaraan tertentu (Pasal 28 a - 28 j tentang kebebasan berpendapat).
Tujuan sesungguhnya :
Setiap negara mempunyai konstitusi yang tujuannya membatasi seluruh kekuasaan
organ-organ kenegaraan.
Materi muatan konstitusi, pada pokoknya ada 3 hal :
1. Ada jaminan terhadap HAM dan warga negara,
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
11
3. Ada pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental,
Yang lainnya:
4. Bentuk negara,
5. Bentuk pemerintahan
6. Prinsip-prinsip/asas-asas buatan rakyat dan negara hukum,
7. Hal keuangan
8. Identitas negara; bendera, bahasa lambang negara
9. Perubahan
Nilai konstitusi, meliputi :
1. Nilai normatif : seluruh ketentuan dalam konstitusi dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai nominal : suatu konstitusi secara hukum berlaku, namun berlakunya tidak
sempurna karena ada beberapa pasal dalam kenyataan tidak berlaku. Misal : aturan
peralihan dan tambahan.
3. Nilai semantik : konstitusi sccara hukum berlaku, namun dalam kenyataan tidak
lebih dari sekedar alat kekuasaan. Misal : Pasal 33 ayat 1, 2, dan 3;
Ayat 1 : Makna kekeluargaan (contoh penyimpangannya yaitu dengan nepotisme
keluarga cendana).
Ayat 3 : Makna dikuasai oleh negara (negara hanya mengontrol/ mengatur, dalam
hal turut serta pemerintah masih memiliki saham).
Klasifikasi konstitusi.
1. Konstitusi dalam bentuk tertulis dan bukan dalam bentuk tertulis (written
constitution and no written constitution).
K.C Wheare :
Konstitusi tertulis: konstitusi yang dituangkan ke dalam sebuah/ beberapa dokumen
formal.
Konstitusi tak tertulis: konstitusi yang tidak dituangkan ke dalam sebuah/ beberapa
dokumen formal. Pendapat ini mendapat kritikan dari C.F. Strong, menurutnya
adalah tak benar kalau konstitusi itu diklasifikasikan ke dalam bentuk tertulis dan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
12
tak tertulis karena menurutnya tidak semua dalam bentuk tertulis tapi ada bagian
tertulis dan sebaliknya. Misal: Belanda konstitusinya tertulis tapi ada dari konstitusi
ini yang tak tertulis, misalnya setiap Menteri di negeri Belanda harus mendapat
dukungan dari Staten General (Majelis Umum), terjadi 2 majelis : Eerste Kamer
dan Twede Kamer (sebagai DPR) yang memiliki kedudukan sama (sejajar) dengan
Dewan Menteri (eksekutif) yang dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Seorang Menteri yang tidak mendapat dukungan dari Staten General harus
mengundurkan diri (mosi tidak percaya), hal seperti itu tak ada dalam konstitusi
Belanda, sebagai tandingannya Staten General dapat dibubarkan oleh Dewan
Menteri apabila Staten General tidak benar menjalankan tugasnya. Inggris tak
memiliki konstitusi melainkan UU, statuta, yurisprudensi, kebiasaaan, dsb. Tidak
memiliki konstitusi tertulis tapi ada yang tertulis yaitu seperti yang telah disebutkan
di atas. Yang benar menurut Strong ;
1. Documentary constitution,
2. Non Documentary constitution
2. Konstitusi flexible dan konstitusi rigid,
Konstitusi flexible; konstitusi yang mempunyai ciri:
a. Elastis; mudah menyesuaikan diri,
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti UU.
Konstitusi rigid, konstitusi yang mempunyai ciri:
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain,
b. Hanya dapat diubah dengan cara khusus/istimewa.
3. Supreme constitution and not supreme constitution,
Supreme constitution adalah konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam negara baik isi maupun kedudukan dan syarat-syarat mengubahnya pun
berat.
Not supreme constitution adalah konstitusi yang mempunyai kedudukan rendah
dalam negara baik ini maupun kedudukan dan syarat-syarat mengubahnya pun
ringan.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
13
4. Federal constitution and unitary constitution,
Konstitusi ini berhubungan dengan bentuk negara, apakah kesatuan atau federal.
Federal : Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian diatur.
Kesatuan : Kesatuan sentralistik; semua kekuasaan diatur oleh pemerintah pusat.
5. Presidential executive constitution dan parliament executive constitution.
Presidential executive constitution yaitu konstitusi yang didalamnya memuat ciri-
ciri sistem pemerintahan presidential, memuat:
a. Presiden selain sebagai kepala negara adalah kepala pemerintahan.
b. Presiden tidak termasuk/ bukan merupakan bagian dari legislatif.
c. Presiden tak dapat membubarkan legislatif.
d. Presiden dan pemegang kekuasaan legislatif dipilih untuk masa jabatan yang
tetap.
Parlement executive constitution yaitu konstitusi yang memuat ciri-ciri sistem
pemerintahan parlemen, yaitu :
a. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dibentuk oleh atau berdasarkan
kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.
b. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya/ sebagian adalah anggota parlemen
dan mungkin sebagian/ seluruhnya bukan bagian anggota parlemen.
c. Perdana Menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran/ pendapat (nasehat) Perdana Menteri dapat
membubarkan parlemen dan meminta diadakan pemilu.
Perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong, ada 4 cara perubahan :
1. By the ordinary legislature, but under certain restrictions,
Perubahan yang dilakukan badan legislatif dengan batasan-batasan tertentu.
2. By the people through a referendum,
Perubahan oleh rakyat dengan referendum.
3. By a majority of all units of a federal state,
Perubahan oleh mayoritas negara federal.
4. By a special conventions,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
14
Dengan konvensi ketatanegaraan konvensi melengkapi konstitusi bila konstitusi
pasif.
Menurut K.C. Wheare, ada 4 cara perubahan :
1. Some primary forces,
Didorong oleh beberapa kekuatan yang muncul di dalam masyarakat. Contoh: di
Filipina, Cori terhadap pemerintahan Marcos.
2 Formal amandement,
Secara formal - sesuai dengan apa yang diatur dalam konstitusi, dalam hal ini
didalam konstitusi kita diatur dalam pasal tentang perubahan yaitu pasal 37.
3 Judicial interpretation,
Perubahan dilakukan oleh hukum, dalam hal ini biasanya adalah oleh MA - melalui
penafsiran MA. Sebagai contoh; dengan menafsirkan pasal II Tap MPR No. VII/
MPR/2000 tentang Kewenangan presiden untuk mengangkat memberhentikan
Kapolri, dimana menurut pasal ini sebelum Presiden mengangkat Kapolri harus
dengan persetujuan DPR yang ketentuannya diatur dalam UU, tapi UU-nya sendiri
belum ada sedang situasi dan kondisi menghendaki pergantian tersebut di saat
seperti itu maka yang semestinya dilakukan penilaian terhadap apa yang dilakukan
oleh Presiden dengan mengangkat Kapolri baru tanpa persetujuan DPR adalah
penafsiran MA dengan menafsirkan Tap tersebut yaitu pasal 10.
4 Usage and convention,
Berangkat dari aturan dasar yang tidak tertulis.
Cara perubahan yang dianut di kita adalah :
1. Formal amandement, diatur dalam pasal 37,
2. Conventions,
3. Legislatif oleh MPR berdasarkan pasal 37.

Ad 2): Conventions
Mengenai konvensi, termuat dalam penjelasan umum UUD 1945: "Undang-undang
dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu . UUD ialah
hukum dasar yang tertulis sedangkan disampingnya UUD itu berlaku hukum dasar yang
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
15
tak tertulis ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis...."
Contoh konvensi:
Pasal 5ayat (l),
Presiden mengajukan RUU kepada DPR, DPR menyetujui RUU dengan segala
penambahan dan pengurangannya dan untuk selanjutnya Presiden (pada masa orba)
tidak pernah menolak RUU tersebut sehingga langsung disahkan sehingga hal ini
menjadi sebuah konvensi.
Ketaatan orang terhadap konvensi bukan karena ancaman hukum melainkan karena
nilai yang ada dalam konvensi tersebut dinilai baik.
Perubahan UUD 1945:
Perubahan pertama UUD 1945;
Menurut konstitusi dilakukan oleh MPR, MPR terlebih dahulu melakukan referendum
kepada rakyat dan mengenai jawaban ya atau tidaknya maka ditampung kembali oleh
MPR dan untuk selanjutnya maka keputusan ada di tangan MPR sebagai perwujudan
suara dari hasil referendum tersebut.
Sistem ini sesuai dengan kedaulatan rakyat yang merupakan wujud demokrasi langsung
(referendum, pemilu, inisiatif, recall, dsb.), sebagai usaha untuk mencegah
kesewenang-wenangan MPR dalam bertindak, di sini perlu digarisbawahi bahwa MPR
tidak identik dengan rakyat melainkan merupakan pelaksana daripada keinginan rakyat.
Adapun permasalahan yang timbul pada sistem yang sedang berjalan di kita sekarang
adalah dalam hal perubahan UUD, mengapa tidak masuk dalam Tap MPR padahal
MPR-lah yang mengubahnya. Pada prinsipnya MPR kita mengikuti Kongres Amerika
Serikat, padahal Kongres tidak identik dengan MPR sedangkan bentuk hukum untuk
segala keputusan MPR adalah berupa Tap sedangkan kedudukan Tap MPR lebih
rendah dari UUD sehingga hal ini bertentangan dengan UUD.

Ketetapan (Tap) MPR
Undang-Undang (UU)
Perpu
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
16
Peraturan Presiden (PP)
Keputusan Presiden (Keppres)
(Lihat: Catatan Kuliah Ilmu Perundang-undangan - Materi Muatan)

Konvensi
Konvensi ketatanegaraan adalah perbuatan dalam kehidupan ketatanegaraan yang
dilakukan berulang kali, sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan.
Konvensi-konvensi tersebut antara lain:
1. Kebiasaan (custom),
2. Praktek-praktek (practices),
3. Asas-asas (maxims)
4. Dll.
Hukum kebiasaan mengikat karena :
1. Kebiasaan itu dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus.
2. Opinio necesitas (anggapan umum bahwa hal itu memang diperlukan).
Dalam hukum internasional, konvensi berarti perjanjian.
Perbedaan antara konvensi dengan hukum adat :
Konvensi : aturan-aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara (ruang lingkupnya lebih luas).
Hukum Adat : hukum yang timbul dan terpelihara sebagai manifestasi dari putusan
penguasa adat (ruang lingkupnya terbatas).
Persamaan keduanya adalah sama-sama tidak tertulis.
Syarat konvensi di Indonesia :
1. Memperkokoh sendi negara hukum,
2. Memperkokoh sendi demokrasi,
3. Memperkokoh sendi konstitusi.
Jika ternyata konvensi yang ada bertentangan dengan ketiga hal di atas maka disebut
inkonstitusional.
Konvensi terbentuk dengan 2 cara (menurut K.C. Wheare):
1. Suatu praktek tertentu berjalan untuk waktu yang lama, mula-mula bersifat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
17
persuasif lalu diterima sebagai suatu hal yang wajib.
2. Terjadi melalui kesepakatan antara rakyat untuk melaksanakan sesuatu dengan
cara-cara tertentu dan sekaligus menetapkan ketentuan mengenai cara-cara
melaksanakannya.
Fungsi konvensi adalah sebagai pelengkap konstitusi (dalam rangka mengubah
konstitusi).

Traktat
Sumber hukum formil lain yang lain adalah traktat atau perjanjian.
Berdasarkan Surat Presiden No. 2826/HK/1960, ada 2 macam bentuk perjanjian
internasional, yakni: traktat (treaty) dan perjanjian (agreement).
Traktat adalah perjanjian yang terikat pada bentuk tertentu, sedangkan perjanjian tidak
selalu terikat pada bentuk tertentu.
Materi yang diklasifikasikan sebagai treaty harus diratifikasi UU, materi-materi
tersebut antara lain:
1. Soal politik/ yang mempengaruhi haluan politik luar negeri negara seperti halnya
pada perjanjian-perjanjian persahabatan, perjanjian persekutuan (aliansi), perjanjian
perubahan wilayah/penetapan tapal batas, dll.
2. Ikatan-ikatan yang sedemikian rupa sifatnya sehingga mempengaruhi haluan
politik luar negeri.
3. Soal-soal yang menurut UUD/ sistem perundang-undangan kita harus diatur dengan
UU seperti soal kewarganegaraan dan soal-soal kehakiman.
Di luar materi tersebut di atas maka dapat dicantumkan dalam bentuk agreement dan
diratifikasi dalam bentuk Keppres.

Judicial Review
(Lihat: Catatan Kuliah Ilmu Perundang-undangan - Pendahuluan)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
18
SEJARAH KETATANEGARAAN Rl
Dalam sejarah perkembangan maka yang dikaji secara spesifik adalah lembaga negara.
Sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia secara garis besar dapat dibagi
menjadi :
1. Masa 17 Agustus 1945 - 27 Desember 1949,
2. Masa 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950,
3. Masa 17 Agustus 1950-5 Juli 1959,
4. Masa 5 Juli 1959 - sekarang.

Ad 1): Masa 17 Agustus 1945 - 27 Desember 1949
Merupakan periode pertama berlakunya UUD 1945.
Periode ini adalah masa transisi dimana lembaga yang baru terbentuk adalah Presiden
dan wakil Presiden yang dibantu oleh KNIP. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan
pasal IV aturan peralihan yang menentukan bahwa sebelum MPR dan DPR dibentuk
menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah
Komite Nasional (KNIP).
Ketentuan pasal tersebut menimbulkan gelombang politik dimana sistem yang hendak
diterapkan oleh pemerintah adalah sistem pemerintahan diktatorial.
Ada yang mengatakan bahwa sistem yang diterapkan pada saat itu adalah sistem
pemerintahan yang diletakkan pada satu tangan dan revolusioner (revolutionary and
absolutely centralized govermental system) karena semua kekuasaan ada di satu tangan
Presiden.
Adanya tuduhan Eropa bahwa RI adalah negara boneka Jepang dibantah dengan
dikeluarkannya Maklumat Wapres No. X tanggal 16 Oktober 1945 untuk mempertegas
fungsi KNIP dimana KNIP tidak lagi membantu Presiden tapi berfungsi sebagai badan
legislatif (pembahas RUU) dan melaksanakan kewajiban MPR yaitu menentukan
GBHN.

Ad 2): Masa 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
Dimulai dengan lahirnya konstitusi RIS.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
19
Jika semula menteri-menteri bertanggung jawab kepada Presiden maka selanjutnya
timbul pemikiran bahwa menteri-menteri bertanggung jawab kepada legislatif (KNIP),
pemikiran ini dituangkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
yang berisi tentang perubahan sistem pemerintahan dari presidential menjadi
parlementer.
Selanjutnya diangkat Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri.
Hal yang luar biasa dari maklumat tersebut dimana sebuah maklumat mengubah UUD
sehingga maklumat tersebut dianggap inkonstitusional.

Ad3) : Masa 17 Agustus 1950 5 Juli 1959
Sistem pemerintahan kembali ke bentuk presidential.

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN
(Bentuk negara: Kesatuan/ Federal, bentuk pemerintahan : Republik/ Monarki
(Kerajaan)).
Ada 2 macam menurut konsep dasar, yaitu:
1. Sistem pemerintahan parlementer
2. Sistem pemerintahan presidential
Kedua istilah ini dijumpai dalam kepustakaan HTN dan Politik.
Dalam praktek ada 2 varian :
Baik sistem parlementer maupun sistem presidensiil, keduanya menempatkan eksekutif
sebagai fokus pengawasan yang dilakukan oleh parlemen/ lembaga legislatif sekaligus
menunjukkan bahwa kedua sistem ini memperlihatkan hubungan kekuasaan antara
eksekutif dan legislatif. Bagi kekuasaan yang mendapat pengawasan langsung dari
parlemen/legislatif diberi nama sistem parlementer. Dalam konteks penamaan ini, Alm
R- Ball menyebut dengan istilah The Parliamentary Type of Government sedangkan
C.F. Strong menamakannya dengan Parliamentary Executive. Sementara itu bagi
kekuasaan eksekutif yang tidak mendapat pengawasan langsung/ berada diluar
pengawasan parlemen/ Iembaga legislatif dinamakan dengan SP Presidensiil. Alm R-
Ball menyebutnya dengan The Presidential Type of Government, sedangkan C.F.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
20
Strong menyebutnya dengan The Non Parliamentary Executive/ The Fixed Executive.
CF. Strong menamakan The Non Parliamentary Executive oleh karena pemegang
kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada parlemen, hal ini sebagai akibat
tidak dipilihnya pemegang kekuasaan eksckutif oleh lembaga legislatif. Dinamakan The
Fixed Executive oleh karena masa jabatan pemegang kekuasaan eksekutif adalah
tertentu, artinya dalam masa jabatannya pemegang kekuasaan eksekutif tidak dapat
dijatuhkan oleh parlemen/ lembaga eksekutif dan masa jabatan eksekutif akan berakhir
apabila waktu yang telah ditentukan oleh konstitusi telah lewat.

Sistem Parlementer
Dua (2) macam ciri utama sistem parlementer
1. Ada 2 macam eksekutif :
a. Eksekutif nominal (nominal executive),
Tidak memiliki kekuasaan yang riil melainkan lebih berkedudukan sebagai
simbol (pemersatu bangsa) dengan kata lain eksekutif nominal tidak dapat
diminta pertanggungjawaban atas pemerintahan sehari-hari. Dalam praktek
dijabat sebagai Kepala Negara (head of state).
Tiap-tiap negara dalam hal nama untuk kepala negara ini berbeda-beda
tergantung kepada bentuk pemerintahannya :
Republik : Presiden, misalnya; Singapura, India, dsb.
Monarki : Raja, misalnya; Muangthai, Denmark, Swedia, dsb.
Ratu, misalnya; Inggris, Belanda dsb.
Sultan, misalnya; Brunei, dsb.
Yang dipertuan Agung, misalnya ; Malaysia, dsb.
Kaisar, misalnya; Jepang dsb.
b. Eksekutif riil (real executive).
Eksekutif Riil dijabat oleh Dewan Menteri/Kabinet yang dipimpin oleh seorang
Perdana Menteri (PM). Karena Dewan Menteri yang menjalankan
pemerintahan riil sehari-hari maka mereka pula yang bertanggung jawab kepada
parlemen termasuk mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
21
eksekutif nominal, karena berlaku prinsip The king can do no wrong (Raja tak
dapat diganggu gugat), karena ia berkedudukan sebagai simbol saja.
2. Ada pertanggungjawaban eksekutif, dimana eksekutif bertanggung jawab kepada
parlemen ;
Eksekutif-Legislatif,
Dewan Menteri - Parlemen.
Eksekutif sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak
percayanya (check and balance system). Contoh pada sistem pemerintahan
parlemen Belanda dan Inggris.
Perbedaanya :
Inggris :
Parlemen -- Kabinet oleh (PM). Semua kabinet dari parlemen. Contoh: Di Inggris
ada 2 partai besar pemilu, yaitu Partai Konservatif dan Partai Buruh. Partai buruh
menang. Maka Parlemen diduduki oleh Partai Buruh sedangkan Partai Konservatif
menjadi oposisi (oposisi loyal; artinya bila benar didukung, bila salah dikritik
tajam). Anggota parlemen ada yang ditarik menjadi menteri dan juga jelas menteri-
menteri inti pun diambil dari parlemen juga. Dan salah satunya diangkat menjadi
Perdana Menteri.
Belanda :
Parlemen -- Kabinet oleh (PM). Anggota kabinet tidak boleh merangkap sebagai
anggota parlemen. Ciri selengkapnya dari sistem parlementer :
1. Kabinet yang dipimpin oleh PM dibentuk oleh/berdasarkan kekuatan yang
menguasai parlemen. Contoh di Inggris.
Parlemen + Dwi partai = stabil
Parlemen + Multi partai = stabil
2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya adalah anggota parlemen (misal di
Inggris), atau mungkin juga seluruhnya bukan anggota parlemen (misal di
Belanda).
3. Kabinet dengan ketuanya bertanggung jawab kepada parlemen. Apabila
anggota kabinet (menteri) satu/lebih mendapat mosi tidak percaya dari
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
22
parlemen maka anggota kabinet tersebut harus mengundurkan diri.
4. Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka kepala negara dengan
saran/ nasehat PM dapat membubarkan parlemen. Dengan demikian dari 4 ciri
tersebut tampak satu hal yang menonjol yaitu dalam SP Parlementer dijumpai
adanya check and balance system (sistem saling mengontrol dan
menyeimbangi).

Sistem Presidensiil
Dua (2) Macam ciri utama SP Presidensiil :
1. Hanya ada 1 macam eksekutif (single executive) yaitu dijabat oleh Presiden.
Dengan kata lain Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif (chief executive)
bertanggungjawab tunggal atas jalannya pemerintahan sehari-hari. Wapres dan
menteri dipertanggungjawabkan oleh presiden.
Eksekutif
(single executive)


Presiden


Sebagai Kepala Negara* Sebagai Kepala Pemerlntahan**.

(*merupakan jabatan nominal, artinya hanya merupakan simbol saja).
(**merupakan jabatan riil, artinya jabatan sebenarnya yang perlu dipertanggung-
jawabkan) Contoh : perintah sebagai kekuasaan dalam mengangkat dubes,
pernyataan perang, dsb.

2. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif (kekuasaan parlemen)
karena presiden tidak dipilih oleh badan legislalif melainkan oleh rakyat secara
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
23
langsung.
Di Amerika jika Presiden melakukan kesalahan berat, penghinaan, dan atau
kejahatan berat maka yang menjadi penuntut umumnya adalah DPR sedangkan
hakimnya adalah Senat.
Ciri selengkapnya dari sistem presidensiil :
1 Presiden selain sebagai Kepala Negara juga adalah sebagai Kepala Pemerintahan.
2 Presiden tidak dipilih oleh lembaga legislatif tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih
(seperti contoh di Amerika) dan karenanya tidak dapat diberhentikan oleh badan
legislatif.
3 Presiden tidak dapat membubarkan badan legislatif. Meskipun dalam sistem
presidensiil dijumpai adanya check and balance system namun dalam praktek
peranan/ kekuasaan eksekutif lebih menonjol daripada legislatif.
Di luar daripada 2 sistem ini dalam praktek dijumpai varian dimana salah satu segi
yang dominan daripada yang lainnya. Misalnya; sistem pemerintahan dimana yang
dominan adalah segi-segi parlementer akan tetapi ada pula segi-segi presidensiilnya
dan sebaliknya. Varian dari sistem ini ada yang menyebutnya dengan Kuasi
Parlementer/ Kuasi Presidensiil/ Sistem Pemerintahan Kombinasi/ Sistem
Pemerintahan Campuran.
Contoh; Prancis di bawah naungan Konstitusi Republik ke-5 1958, Swiss, Indonesia
menurut UUD 1945.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
24
REFERENSI

Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, oleh Dr. Bagir manan, S.H., MCL.
dan Kuntana Magnar, S.H., MH. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, oleh
Prof. Dr. R. Sri Somantri M., S.H,

Capita Selecta Hukum Tata Negara, oleh Abu Daud Busroh, S.H.

HTN, oleh Abubakar Busro, S.H. dan Abu Daud Busroh, S.H.,

HTN Indonesia, oleh Usep Ranawidjaja, S.H.,

Pengantar HTN Indonesia, oleh Moh. Kusnadi, S.H. dan Armaili Ibrahim, S.H.

Tentang Lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945, Prosedur dan Sistem
Perubahan Konstitusi, Prof. Dr. R. Sri Somantri M.,S.H.,

Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum Nasional,
Konvensi Ketatanegaraan, Lembaga Kepresidenan. Perjalanan Historis Pasal 18
UUD 1945, oleh Prof. Dr. Bagir manan, S.H., MCL.

Dll.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005
Campus in Compact Hukum Tata Negara
25

Anda mungkin juga menyukai