Anda di halaman 1dari 3

JEJAK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan atau sering lebih dikenal dengan PPKn
atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dari
SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
masih tetap ada. Hal ini dimaksudkan, agar para kader penerus bangsa dapat menjalankan
tugas yang seharusnya dijalankan dengan semestinya. Namun, hal itu belum sepenuhnya
terwujud.
PKn adalah program pendidikan yang digunakan untuk memberikan bekal kepada
peserta didik tentang hubungan negara dengan warganegara serta pengetahuan bela negara.
Pengetahuan tentang Bela Negara diajarkan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara (PPBN). Pembelajaran ini diberikan dengan tujuan agar peserta didik memiliki
motivasi. Bahwa, Pendidikan Kewarganengaraan berkaitan erat dengan peran dan kedudukan
serta kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
sebagai warga negara Indonesia yang terdidik.
Namun pada kenyataannya, tujuan tersebut masih jauh dari yang diinginkan. Hal ini
terlihat di jenjang perguruan tinggi yaitu pada saat mahasiswa melakukan aksi demonstrasi.
Tata cara yang telah diajarkan dalam PKn seringkali terlupakan bahkan hampir tidak pernah
memenuhi pembelajaran PKn. PKn seringkali efektif hanya pada saat diajarkan di kelas,
terlepas dari itu PKn seperti angin yang berlalu. Apakah seperti ini, hubungan PKn dan para
peserta didiknya?. Ditambah lagi, PKn adalah salah satu pedoman sikap dan etika kita dalam
berwarganegara. Mungkinkah kesalahan ini berasal dari pengajar ? atau memang peserta
didik yang kurang serius dalam mempelajari PKn ?
Perjalanan PKn dari dulu sampai sekarang, lambat laun semakin hilang. Ditambah
lagi dengan adanya globalisasi. Globalisasi sepertinya membutakan para penerus bangsa akan
budaya bangsanya. Mungkin inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa PKn tetap
diberikan walaupun di Perguruan tinggi sekalipun. Seandainya para peserta didik yang telah
menerima pembelajaran PKn mampu menjalankan dan melaksanakan segala sesuatunya
sesuai dengan semestinya, maka tidak mustahil masyarakat madani (tujuan utama dari PKn)
akan terwujud.
Dari masa ke masa generasi penerus bangsa mulai meremehkan adanya PKn,
seringkali terlontar hari gini masih ada PKn? Apa hubungannya sama jurusanku?
setidaknya hal itulah yang sering terlontar di kalangan mahasiswa yang jurusannya diluar
jurusan hukum. Mungkin mereka tidak menyadari atau bahkan memang sengaja acuh dengan
pembelajaran ini. Padahal pembelajaran ini merupakan tonggak kedua setelah Pendidikan
Agama yang menentukan sikap dan akhlak kita. Memang, kita tidak bisa secara langsung
melihat manfaatnya. Namun, jurusan apapun yang namanya PKn sangat berpengaruh
terhadap karaktek peserta didik yang akan dicetak. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
terjadi bukan karena disengaja namun karena ada peluang dan lemahnya pengertian si pelaku
terhadap hak dan kewajibannya sendiri. Anarkisme pemuda, korupsi yang merajarela,
pincangnya sistem pemerintahan tidak lain disebabkan karena lemahnya kesadaran akan
kewarganegaraan.
Sampai disinikah kewarganegaraan ini akan terhapus? Sedangkan hal itu sudah ada
sejak dulu. Hal tersebut kita kembalikan lagi kepada bangsa, para generasi penerus dan para
petua yang akan mengayomi generasi berikutnya. Mahasiswa yang memiliki trilogi
perguruan tinggi seharusnya mampu memikul beban ini serta menerapkannya dalam tatanan
kehidupan selanjutnya. Sekali lagi, PKn sangat perlu untuk diberikan kepada peserta didik
agar tujuan Negara menjadi masyarakat madani tercapai serta perbaikan ahklak dan sikap
generasi penerus bisa lebih baik.

ARTIKEL TENTANG PKn
JEJAK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN














Oleh :

1. Syamsul Arifin 100411100048
2. Hariyanto 100411100049
3. Sudiyanto 100411100075
4. Aditya Wahyu P. 100411100076
5. M. Taufiq Iqbal 100411100078

Kelas C



FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2010 - 2011

Anda mungkin juga menyukai