Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling, ia dapat
diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu
hal dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-
lahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen.
(6)
4. Terapi Bicara
Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus bagi manusia. Bicara
dan bahasa memegang peranan penting dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikiran
seseorang kepada orang lain. Retardasi mental sering disertai dengan keterbatasan yang
signifikan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian telah memperlihatkan bahwa
aplikasi sistematis teknik terapi wicara, efektif dalam meningkatkan kemampuan bicara dan
bahasa. Terapi bicara dibutuhkan pada anak dengan retardasi mental.
(6)
5. Pendidikan
Anak dengan retardasi mental ringan(IQ 50-70), yang disebut golongan mampu didik,
mendapatkan pelajaran setaraf sekolah dasar, namun dengan cara dan kecepatan mengajar yang
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pengajar haruslah guru khusus terdidik dalam bidang
pendidikan mereka.
Anak dengan retardasi mental sedang (IQ 35-49) digolongkan ke dalam kelompok
mampu latih. Pada mereka lebih banyak diberikan latihan dalam berbagai macam bidang
keterampilan seperti menjahit, menyulam, memasak dan membuat kue pada anak wanita, atau
pertukangan, perbengkelan, peternakan, dan perkebunan pada anak laki-laki.
6. Pelatihan Kejuruan
Devia Suciyanti |
Harus diingat bahwa mendapatkan pekerjaan juga akan berdampak baik bagi kesehatan mental,
kepuasan diri, dan status social dari para penderita retardasi mental.
PENCEGAHAN
Prevensi primer adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, yang dapat
dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) Memberikan perlindungan yang spesifik terhadap penyakit-
penyakit tertentu, misalnya dengan memberikan imunisasi; (2) Meningkatkan kesehatan dengan
memberikan gizi yang baik, perumahan yang sehat, mengajarkan cara-cara hidup sehat, dengan
maksud meninggikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Prevensi sekunder adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan
pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat.
PROGNOSIS
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental
ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur
harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang
berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
(7)
Devia Suciyanti |
DAFTAR PUSTAKA
1. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In: Shreiner
Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18
th
ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2007. p. 191-7.
2. Armatas V. Mental Retardation: Definitions, Etiology, Epidemiology, and Diagnosis. Jurnal
of Sport and Health Research 2009; 1 (2): 112-122.
3. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal Hingga
Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA, Hartanto H,
Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20
th
ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-
9.
4. OCallaghan M. Developmental Disability. In: Roberton DM, South M, editor. Practical
Pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2006. p. 108-14.
5. Santrock John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.
6. Sularyo Titi Sunarwati, Kadim Muzal. Retardasi Mental. Sari Pediatri 2000 Dec; 2 (3): 170-
7.
7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.