Anda di halaman 1dari 11

Jenis jenis Maceral

1. Vitrinitit ialah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa
(C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody
tissues) seperti batang, akar, daun, dan akar.
2. Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar dan sebagian lagi berasal dari
hasil proses oksidasi maseral lainnya atau proses decarboxylation yang disebabkan
oleh jamur dan bakteri.
3. Liptinite (Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan
berasal dari sisa tumbuhan atau dari dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora,
ganggang (algae), kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen) )

Liptinite
Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat dibedakan menjadi
sporinite (spora dan butiran pollen), cutinite (kutikula), resinite (resin/damar), exudatinite
(maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinite lainnya yang keluar pada proses
pembatubaraan), suberinite (kulit kayu/serat gabus), fluorinite (degradasi dari resinite),
liptodetrinite (detritus dari maseral liptinite lainnya), alginite (ganggang) dan bituminite
(degradasi material algae). Relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya akan hidrogen
atau bisa juga sekunder, dimana terjadi selama proses pembatubaraan dari bitumen.
Sifat optis: reflektivitas rendah dan fluoresense tinggi, dari liptinit mulai gambut dan
batubara pada rank rendah sampai pada batubara sub bituminus relatif stabil (Taylor et.al.,
1998). Di bawah mikroskop, kelompok liptinite menunjukkan warna kuning muda hingga kuning
tua di bawah sinar fluoresence, sedangkan di bawah sinar biasa kelompok ini terlihat berwarna
abu-abu sampai gelap. Liptinit mempunyai berat jenis 1,01,3 dan kandungan hidrogen yang
paling tinggi dibanding dengan maseral lain, sedang kandungan volatille matter sekitar 66%.
Pada petrografi dari kelompok liptinite tentang macerals yaitu semuanya memiliki reflektansi
yang lebih lebih rendah dari maceral vitrinit dalam batubara yang sama. Macerals kelompok ini
sangat sensitif terhadap pembatubaraan dengan pendekatan maju dan macerals liptinite mulai
dari rank batubara menengah dan volatile tidak hadir dalam rank batubarat rendah-
volatile. Ketika macerals liptinite dijumpai dalam batubara, maceral ini cenderung
mempertahankan bentuk tanaman aslinya dan sehingga maseral ini berupa fosil tanaman atau
phyterals. Sifat phyteral dari macerals liptinite adalah dasar utama yang diklasifikasikan.

Group Lipnite
1. Asal macerals liptinite yang berasal dari bagian tanaman seperti spora,kutikula, dan
resin.
2. Kelimpahan yang macerals liptinite umumnya membuat tentang 5-15% dari sebagian
besar Amerika Utara bara. Mereka umumnya paling banyak diAppalachian bara. Pada
suatu reflektansi dari 1,35-1,40 sebagian besar macerals liptinite menghilang dari batubara.
3. Density yang macerals liptinite memiliki kerapatan terendah dari setiap kelompok maseral
berkisar antara 1,18-1,28 gram / ml.
4. Coking Properties dalam proses coking beberapa macerals liptinite devolatilize sebagai
gas dan ter tetapi mereka juga berkontribusi terhadap massa kokain.
5. Kimia dalam batubara diberi macerals liptinite memiliki kandungan hidrogen tertinggi dan
kadar karbon terendah.
6. Ketangguhan di polishing, yang macerals liptinite dapat menunjukkan lega positif.
7. Reflektansi dalam batubara diberi liptinite macerals mempunyai reflektansi terendah.
8. Fluoresensi semua macerals liptinite berpendar saat bersemangat oleh cahaya ultra-
violet.


















Liptinite Group

Sporinite
sporinite adalah salah satu maseral dari grup maseral liptinite yang paling umum
yang berasal dari lapisan lilin spora fosil dan serbuk sari. Pada umumnya maseral ini memiliki
bentuk bulat pipih dengan bagian atas dan belahan rendah dikompresi sampai datang secara
bersama-sama. Permukaan luar dari macerals sporinite sering menunjukkan berbagai macam
ornamen. Perlu dicatat bahwa dalam bagian yang paralel atau dekat sejajar terhadap bidang
perlapisan batubara, yang macerals sporinite akan muncul untuk mengambil sebuah disk atau
yang dapat berbentuk oval dengan resinite. Dalam Paleozoikum bara dua jenis spora yang
umum. Yang lebih kecil, biasanya <100 mikron dalam ukuran disebut mikrospora dan yang
lebih besar berkisar sampai beberapa milimeter diameter disebut megaspores. Sporinite juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan ketebalan dinding spora berdinding tipis (tenuispores) dan
berdinding tebal (crassispores). Spora terbentuk dalam kantung (sporangium) pada tanaman
asli yang mereka dipadatkan menjadi empat kelompok tetrahedral. Bukti formasi ini kadang-
kadang dapat dilihat di bawah mikroskop sebagai trilete bekas luka






Gambar 1. Maseral sporinite (S) yang nampak pada microscop

Cutinite
Meskipun tidak sangat berlimpah, maseral ini umumnya ditemukan di sebagian besar batubara
dan berasal dari lapisan luar lilin daun, akar dan batang. Hal ini terjadi
sebagai stringer panjang, yang seringkali memiliki satu permukaan yang cukup datar, dan
permukaan yang lain adalah crenulated. Cutinite biasanya memiliki reflektansi yang sama
dengan yang sporinite. Kadang-kadang stringer dari cutinite yang terdistorsi. Karena cutinite
terjadi pada fragmen lembaran dan sangat tahan terhadap cuaca, kadang-kadang
terkonsentrasi dalam cuaca





Gambar 2. Maseral cutinite (Cu)

Resinite
macerals Resinite adalah mana-mana, meskipun dalam jumlah yang kecil
kecil, komponen di sebagian besar Amerika bara di bawah jenjang menengah-volatile
aspal. Mereka biasanya tidak hadir dalam bara peringkat lebih tinggi. Meskipun macerals
resinite biasanya kurang dari 3% dari kebanyakan US bara, mereka sangat berlimpah di
batubara dari Dataran Tinggi Wasatch di Utah di mana mereka dapat ditemukan dalam jumlah
sekitar 15% dari macerals ini. macerals Resinite memiliki dua mode umum terjadi. Pada
sebagian besar Appalachian dan pertengahan barat batubara US resinites terjadi sebagai
primer (hadir pada saat deposisi) tubuh bulat dengan sumbu panjang berkisar antara 25-200
mikrometer. Sementara tubuh bulat utama resinite juga ditemukan di AS barat bara Kapur /
umur Tersier, banyak resinite dalam bara terjadi sebagai cleat sekunder dan pengisi
kekosongan. Resinite sekunder ini menunjukkan hubungan mengganggu batubara host dan
sering menunjukkan tekstur aliran dan membawa xenoliths batubara di veinlets
resinite. Mikroskop fluoresensi menunjukkan bahwa hanya ovoid resinite primer umumnya
menunjukkan oksidasi atau rims reaksi yang menyarankan perubahan permukaan. Pendar
analisis spektral biasanya dapat membedakan resinite dari macerals lain dan dalam
kebanyakan kasus juga bisa membedakan resinites berbeda.





Gambar 3. Maseral Resinite (R)

Alginite
Alganit adalah maceral pada batubara yang berasal dari jamur jamur yang tumbuh
pada saat pembentukan gambut dan ikut terakumulasi pada saat proses pembatubaraan.
Batubara yang pada umumnya seperti ini banyak terbentuk pada zaman pra kambrium . Jarang
terjadi di sebagian besar batubara dan sering sulit membedakan dari materi mineral. Namun,
dalam ultra-violet menyalakannya fluoresces dengan warna kuning cemerlang dan
menampilkan penampilan seperti bunga khas.


Gambar 4. Maseral Alginite (Ag)


Liptodetrinite
adalah bentuk klastik dari liptinite di mana fragmen fragmen dari berbagai jenis
maceral muncul berbagai liptinite sebagai partikel tersebar.


Gambar 5. Maseral Liptodetrinite

Suberinit
Merupakan maceral yang terdapat dalam batubara yang memperlihatkan atau masih
menampakkan bentuk-bentuk dari serat kayu dari bahan pembentuknya yang tidak
terhancurkan secara baik pada saat proses pembatubaraan. Dengan maceral ini, kita dapat
mengetahui dari jenis tumbuhan apa batubara tersebut terbentuk.


Gambar 6. Maceral suberinit


















Jenis jenis rank Batubara dan Kegunaannya
1. Peat/ gambut, (C
60
H
6
O
34
) dengan sifat :
Warna coklat
Material belum terkompaksi
Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
Sangat mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
merupakan bahan bakar.

2. Lignit/ brown coa, (C
70
OH
5
O
25
) dengan ciri :
Warna kecoklatan
Material terkornpaksi namun sangat rapuh
Mempunyai kandungan air yang tinggi
Mempunyai kandungan karbon padat rendah
Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
Mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan rendah.
Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat
sederhana

3. Subbituminous (C
75
OH
5
O
20
) - Bituminous (C
80
OH
5
O
15
) dengan ciri :
Warna hitam
Material sudah terkompaksi
Mempunyai kandungan air sedang
Mempunyai kandungan karbon padat sedang
Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
Sifat oksidasi rnenengah
Nilai panas yang dihasilkan sedang.
pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu
tinggi.
dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri

4. Antrasit (C
94
OH
3
O
3
) dengan ciri :
Warna hitam mengkilat
Material terkompaksi dengan kuat
Mempunyai kandungan air rendah
Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
Mempunyai kandungan karbon terbang rendah
Relatif sulit teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan tinggi.
Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur
tinggi.
Grafik klasifikasi rank Batubara








Sampling menurut ASTM
1. Sample sebelum dianalisa diequilibrium di udara terbuka untuk mencapai kesetimbangan
dengan lingkungan ruangan laboratorium sehingga pengaruh dari perubahan kelembaban
dan temperatur ruangan laboratorium selama penimbangan dan analisa tidak signifikan
terhadah hasil moisture.
2. Moisture (air) ada dalam batubara sebagai inherent moisture, surface atau free moisture,
air terikat di mineral matter dan dekomposisi moisture. Pengukuran secara analisa yaitu
moisture holding capacity, total moisture, air dry loss, residual moisture dan moisture in
analysis sample. Mengacu pada metode ISO/BS sample batubara dipanaskan pada
temperatur 107 C untuk menguapkan air dan dialirikan gas nitrogen untuk menghindari
oksidasi.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini adalah
sample harus dipanaskan sampai berat tetap.
jika sample tidak ditimbang sesegera mungkin setelah pemanasan air kembali ke sample.
gas nitrogen harus dialirkan melewati desicant (penyerap uap air) karena jika gas tidak
kering hasilnya rendah.
Pipa gas outlet MFS tersumbat menyebabkan moisture tertahan di oven sehingga hasilnya
rendah.

Blending
Blending merupakan suatu cara untuk mendapatkan nilai kalori batubara yang sesuai
dangan permintaan konsumen yang dilakukan dangan cara mencampur tipe jenis batubara
yang tidak hanya dari satu jenis tipe saja tetapi dipakai dengan dua tipe atau lebih agar
mendapatkan nilai kalori yang sesuai permintaan pasar (konsumen).
Prioritas perhatian untuk melakukan/memutuskan Blending:
Prioritas 1
1. Kemurnian sfesifikasi market brand, tetapi parameter parameter kualitas adalah CV (AD),
dan TS (% AD). Kadar abu hanya untuk rujukan atau referensi.
2. Rencana penjualan yang memuaskan, jangka panjang, menengah, 1 tahun dan 4 bulan
rencana pemutaran (Produksi dan Penjualan).
3. Keuntungan dari market brand yang berurutan;
4. Manfaatkan secara optimal semua hasil penambangan.
5. Untuk mendapatkab kondisi pada poin 4 dua merk tambang di campur.

Prioritas 2.
1. Urutan prioritas untuk memilih pasangan blending.
2. Pemikiran tentang karakter pembakaran pada pemakai.
o Tinggi atau rendah (HGI) .... Blending dangan antrasit.
o Bagian Volatile rendah (antrasit).
o Blending dengan pasangan dari nilai kalori terbaik.
3. Memikirkan tentang rantai batubara yang ekonomis seperti metode blending dan tranportasi.
4. Dalam produksi batubara, pikirkan penggunaan maksimal dari batubara dengan high sulfur
dan Low Sulfur.
5. Periksa penyimpanan mine brand pada masing masing stock yard untuk pekerjaan blending

Coking dan Caking
Sifat Caking dan Coking Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free
swelling index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan
batubara pada pemanasannya. Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisis dan pengujian
tersebut diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu dan
terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat berbeda. Oleh karenanya
perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya.
Dengan demikian akan diperoleh angka-angka yang dapat dikorelasi terhadap hasil analisis dan
pengujian dari sampel batubara.
Caking dan coking properties adalah sifat atau perilaku batubara pada saat dipanaskan
serta sifat coke yang terbentuk dari pemanasan tersebut.
Caking adalah sifat yang menggambarkan kemampuan batubara membentuk gumpalan yang
mengembang selama proses pemanasan. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang
cepat. Tes untuk mengukur sifat caking ini adalahcrucible swelling number (disebut juga
dengan free swelling index (ASTM), dancoke button index) dan caking power yang diukur
dengan roga test.
Coking adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama
prosescarbonisation (proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang
dihasilkannya. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan
tingkat pemanasan pada coke oven. Tes untuk mengukur sifatcoking ini adalah Gray-king coke
type, dilatometry (Audibert-Arnu), plastometry(Gieseler).

Anda mungkin juga menyukai