Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Penulisan
Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak orang yang
mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu orang dengan
orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut dengan negara jika mempunyai 3 unsur
terpenting yang harus ada didalamnya yaitu :
1. Wilayah
2. Pemerintah
3. Rakyat
Ketiga unsur tersebut harus ada dalam suatu negara. Jika salah satu dari
unsur tersebut tidak ada maka tempat tersebut tidak dapat dinamakan negara. Ketiga unsur
tersebut saling melengkapi dalam suatu negara. Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki
oleh suatu negara adalah pengakuan dari negara lain. Pengakuan dari negara lain harus
dimiliki oleh suatu negara supaya keberadaan negara tersebut diakui oleh negara-negara lain.
Setelah suatu negara terbentuk maka negara tersebut berhak membentuk undang-
undang atau konstitusi. Konstitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu bahkan
sebelum kemerdekaan Indonesia, konstitusi telah ada yang berfungsi mengatur kehidupan
bermasyarakat yang disebut dengan adat istiadat yang ada karena kesepakatan dari suatu
masyarakat yang terlahir dan dipakai sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat. Adat
istiadat mempunyai suatu hukum yang dinamakan hukum adat. Pada jaman dahulu walaupun
belum ada undang-undang seperti halnya sekarang, tetapi kehidupan masyarakat sudah diatur
dengan adat istiadat dan yang melanggar adat istiadat akan dikenakan suatu hukum yang
telah masyarakat setempat sepakati yaitu hukum adat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu negara supaya
tertatanya kehidupan dalam negara. Jika dalam adat istiadat, pelanggar adat istiadat akan
dikenai hukum adat. Maka dalam konstitusi, pelanggar konstitusi dikenai hukuman yang
telah diatur dalam undang-undang. Maka untuk mengatur kehidupan Negara dan unsur-unsur
di dalamnya, konstitusi sangat dibutuhkan keberadaannya. Suatu Negara tanpa konstitusi atau
undang-undang seperti halnya mobil yang tanpa stir yang tidak dapat diatur geraknya yang
jika dibiarkan akan menabrak, seperti halnya suatu negara yang tanpa konstitusi maka semua
hal dalam negara tidak dapat diatur pergerakannya yang jika dibiarkan mengakibatkan negara
akan kacau, bobrok, runtuh dan berdampak buruk dengan hilang keberadaannya.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian negara itu?
2. Apakah tujuan negara dan apa fungsinya?
3. Apa saja unsur-unsur untuk terbentuknya sebuah negara?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari negara.
2. Untuk mengetahui fungsi, tugas, dan sifat-sifat negara.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara yang ada di seluruh dunia.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat di suatu negara.

2

1.4 Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan kita tentang pengertian suatu negara.
2. Kita dapat mengetahui fungsi, tugas, sifat, dan bentuk negara.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Negara

2.1.1 Pengertian Negara
Secara etimologis, negara berasal dari bahasa asing Staat (Belanda, Jerman), atau
State (Inggris). Kata staat maupun State berasal dari bahasa latin, yaitu status atau stratum
yang berarti menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan.
Kata situs juga dapat diartikan sebagai satu keadaan yang menunjukkan sifat atau keadaan
tegak dan tetap. Sementara itu, Niccolo Machiavelli memperkenalkan istilah La Stato dalam
bukunya II Principe yang mengartikan negara sebagai kekuasaan. Buku itu juga
mengajarkan bagaimana seharusnya seorang raja memerintah dengan sebaik-baiknya.
Kata negara yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta
nagari atau nagara, yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Pada masa Kerajaan
Majapahit babat XIV, seperti tertulis dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu
Prapanca (1365), digambarkan tentang pemerintahan Majapahit yang menghormati
musyawarah, hubungan antar daerah, dan hubungan dengan negara-negara tetangga.
Berikut ini pengertian menurut beberapa pakar kenegaraan:
No Nama Tokoh Pendapat yang Dikemukakan
1 George Jellinek Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
mendiami wilayah tertentu.
2 G.W.F. Hegel Negara adalah organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis
dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
3 Mr. Kranenburg Negara adalah satu organisasi yang timbul karena adanya kehendak
dari satu golongan atau bangsa.
4 Karl Marx Negara adalah alat kelas yang berkuasa (kaum borjuis/kapitalis)
untuk menindas atau mengeksploitasi kelas lain (proletariat/buruh).
5 Logeman Negara adalah organisasi kemasyarakatan (ikatan kerja) yang
mempunyai tujuan untuk mengatur dan memelihara masyarakat
tertentu dengan kekuasaannya. Organisasi itu adalah ikatan fungsi
atau lapangan-lapangan kerja tetap.
6 Roger F Soltau Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama rakyat.






4

Dari beberapa pengertian tentang negara oleh para ahli, berikut ini adalah klasifikasi
pengertian negara ditinjau dari sudut pandang: organisasi kekuasaan, organisasi politik,
organisasi kesusilaan dan integritas antara pemerintah dengan rakyat.
1



















2.1.2 Sifat Hakikat Negara
Berdirinya satu negara, sangat berkaitan erat dengan adanya keinginan manusia yang
membentuk satu bangsa karena adanya berbagai kesamaan ras, bahasa, adat-istiadat, dan
sebagainya. Hakikat berdirinya satu negara, sangat penting artinya bagi rakyat atau bangsa
yang membutuhkan wadah yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Menurut Prof.
Miriam Budiardjo (1984), sifat hakikat negara mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Sifat memaksa
Negara memiliki sifat memaksa, dalam artinya mempunyai kekuatan fisik secara
ilegal. Sarana untuk itu, adalah polisi, tentara, dan alat penjamin hukum lainya.
Dengan sifat memaksa ini, diharapkan semua peraturan perundangan yang berlaku
ditaati supaya keamanan dan ketertiban negara tercapai. Bentuk paksaan yang dapat
dilihat dam satu negara adalah adanya UU Perpajakan yang memaksa setiap warga
untuk membayar pajak dan bila melanggar, akan dikenakan sanksi hukum tertentu.

1
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 5
TINJAUAN
NEGARA
ORGANISASI KEKUASAN:
Menurut J.H.A. Logeman, negara adalah satu organisasi kekuasaan
yang bertujuan mengatur dan menyelenggarakan masyarakat dengan
kekuasaan tersebut. Sedangkan menurut pandangan Kranenburg,
negara adalah satu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa.
ORGANISASI POLITIK:
Negara adalah satu organisasi politk yang berbeda dengan organisasi
lain, karena negara memiliki kedaulatan tertnggi dan
keanggotaannya bersifat mengikat semua orang. Untuk hal tersebut
maka negara membutuhkan hukum. Tokohnya Robert Mc. Lver.
ORGANISASI KESUSILAAN:
Dalam pandangan G.W.F Hegel, negara adalah satu organisasi
kesusilaan yang tmbul dari sintesis antara kemerdekaan universal
dengan kemerdekaan individual.
INTEGRLISTIK:
Menurut pandangan tokoh teori ini, negara merupakan satu integrasi
antara pemerintah dengan rakyat, Negara mengatasi seluruh
golongan dalam masyarakat dan merupakan satu kesatuan yang
organis. Tokoh teori adalah B. Spinoza, Adam Muller, dan di Indonesia
Soepomo.
5

2. Sifat monopoli
Negara mempunyai sifat monopoli, yaitu dam menetapkan tujuan bersama
masyarakat. Misalnya, negara dapat mengatakan bahwa aliran kepercayaan atau partai
politik tertentu dilarang karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3. Sifat mencakup semua (all-embracing)
Semua peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa
kecuali. Hal itu perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada diluar ruang lingkup
aktivitas negara, maka usaha negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-
citakan akan gagal.
2

2.1.3 Terjadinya negara
Pada umumnya ada 3 (tiga) pendekatan dalam mempelajari terjadinya negara, yaitu:
pendekatan retoris, proses pertumbuhan primer dan sekunder, dan pendekatan faktual.
1). Pendekatan Teoritis
Terjadinya negara secara teoritis, adalah pendekatan yang didasarkan pada pendapat
para ahli yang masuk akal dari berbagai penelitian. Secara ringkas pendekatan teoritis dap
dilihat pada matriks di bawah ini:
Teori Tokoh Ajaran yang Dikemukakan
Teori Ketuhanan 1. Agustinus
2. FJ. Stahl
3. Haller
4. Kranenburg
5. Jean Bodin
1. Negara ada karena kehendak Tuhan,
hal ini didasarkan pada kepercayaan
bahwa segala sesuatu terjadinya
karena kehendak Tuhan.
2. Terbagi dalam Teori Ketuhanan
Langsung dan Tidak Langsung.
a. Teori Ketuhanan Langsung:
Bahwa satu negara pada awalnya
ada karena sudah kehendak Tuhan
yang langsung, sehingga raja
dianggap sebagai penjelmaan
Tuhan, utusan Tuhan, Dewa bahkan
Tuhan itu sendiri. Contoh: Kaisar
Tenno Heika Jepang dianggap
sebagai keturunan Dewa Matahari
dan Raja Firaun di Mesir Kuno
mengaku dirinya sebagai Tuhan.
b. Teori Ketuhanan Tidak
Langsung:
c. Bahwa negara memang ada karena
kehendak Tuhan, namun tidak
secara langsung melainkan melalui
penciptaan manusia terlebih dahulu,
yang kemudian menjadi raja. Raja
memerintah atas nama Tuhan. Pada

2
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 6
6

negara modern, dap diketahui
melalui konstitusinya dengan
mencantumkan kalimat by the
grace of the got (Atas berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa).

Teori Perjanjian
Masyarakat
1. Thomas Hobbes
2. Jhon Locke
3. J.J. Rousseau
4. Montesquieu
3. Negara Terjadi karena adanya
kontrak sosial (perjanjian
masyarakat). Masyarakat
mengadakan perjanjian untuk
membentuk negara dan
menyerahkan sebagian
kedaulatannya kepada negara untuk
menyelenggarakan kepentingan
masyarakat.
4. John Locke, bahwa pada tap I
perjanjian antarindividu diadakan
untuk membentuk negara (pactum
unionis). Pada tahap II, perjanjian
diadakan dengan penguasa (pactum
subjectiones). Negara yang
dikehendaki monarki
Konstitusional.
5. Thomas Hobbes, menghendaki
monarki absolut.
6. J.J. Rousseau, (disebut Bapak
Kedaulatan Rakyat) menghendaki
bahwa raja hanyalah mandataris
rakyat dan karena itu diganti.
Teori Kekuasaan 1. Horald
2. J. Laski
3. Leon Duguit
4. Karl Marx
1. Negara terbentuk atas dasar
kekuasaan, dan kekuasaan adalah
ciptaan mereka yang paling kuat
dan berkuasa.
Teori Kedaulatan 5. Oppencheimer
6. Kallikles
2. L. Duguit, seseorang karena
kelebihannya atau keistimewaannya
baik karena fisik, kecerdasan,
ekonomi maupun agama dapat
memaksakan kehendaknya kepada
orang lain.
3. Karl Marx, negara dibentuk untuk
mengabdi kepentingan kelas yang
berkuasa, yaitu kaum kapitalis.
Teori Hukum
Alam
1. Vonthering
2. Paul Laband
3. G. Jellinek

1. Krabbe
1. Plato
2. Aristoteles
a. Kedaulatan Negara: Kekuasaan
tertinggi ada pada negara, bukan
pada kelompok orang yang
menguasai kehidupan negara, dan
negaralah yang menciptakan hukum
untuk mengatur kepentingan rakyat.
b. Kedaulatan Hukum: Hukum
7

3. Agustinus
4. Thomas Aquinas
memegang peranan dalam negara,
hukum lebih tinggi dari negara yang
berdaulat.
A. Hukum alam bukan buatan negara,
melainkan kekuasaan alam yang
berlaku setiap waktu dan tempat,
serta bersifat universal dan tidak
berubah.
B. Aristoteles, manusia adalah zoon
politicon. Dari hakikat manusia
seperti ini, terbentuklah berturut-
turut Keluarga > Masyarakat >
Negara.
C. Agustinus, negara terjadi karena
adanya keharusan untuk menembus
dosa orang-orang yang ada di
dalamnya. Negara yang baik
mewujudkan cita-cita agama, yakni
keadilan.
D. Plato, terjadinya negara merupakan
lembaga.
E. Thomas Aquinas, negara
merupakan lembaga alamiah yang
diperlukan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan
umum.
3


2). Pertumbuhan primer dan sekunder
Terjadinya negara berdasarkan pendekatan pertumbuhan primer secara ringkas dapat
kita lihat pada bagan dibawah ini.











3
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 9
Suku/Persekutuan
Masyarakat
(genootschaf)
Kerajaan (Rijik)
Negara Nasional
Negara Demokrasi
8

Keterangan:
a. Fase Genootschaft
Kehidupan manusia diawali dari sebuah keluarga, kemudian berkembang luas
menjadi kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu (suku). Sebagai pimpinan,
kepala suku bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kehidupan bersama.
Kepala suku merupakan primus interpares (orang pertama di antara yang sederajat)
dan memimpin satu suku, yang kemudian berkembang luas baik karena faktor alami
maupun karena penaklukan-penaklukan.
b. Fase kejuaraan (rijik)
Kepala suku sebagai primus interpares kemudian menjadi seorang raja dengan
cakupan wilayah yang lebih luas. Untuk menghadapi kemungkinan adanya
wilayah/suku lain yang memberontak, kerajaan membeli senjata dan membangun
semacam angkatan bersenjata yang kuat sehingga raja menjadi berwibawa. Dengan
demikian lambat laun tumbuh kesadaran akan kebangsaan dalam bentuk negara
nasional.
c. Fase negara nasional
Pada awalnya negara nasional diperintah oleh para raja yang absolut dan
tersentralisasi. Semua rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya
ada satu identitas kebangsaan. Fase demikian dinamakan fase nasional.
d. Fase negara demokrasi
Rakyat yang semakin lama memiliki kesadaran kemudian tidak ingin diperintahkan
oleh raja yang absolut. Ada keinginan rakyat untuk mengendalikan pemerintahan dan
memilih pemimpinnya sendiri yang dianggap dapat mewujudkan aspirasi mereka.
Fase ini lebih dikenal dengan kedaulatan rakyat, yang pada akhirnya mendorong
lahirnya negara demokrasi.
Menurut pendekatan pertumbuhan sekunder, negara sebelumnya telah ada. Namun
karena adanya revolusi, intervensi, dan penaklukan, muncullah negara yang menggantikan
negara yang ada tersebut. Kenyataan terbentuknya negara secara sekunder tidak dap
dipungkiri, meskipun cara terbentuknya kadang-kadang tidak sah menurut hukum. Contoh:
lahirnya Negara Indonesia setelah melewati revolusi panjang yang mencapai klimaksnya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Lahirnya Negara Indonesia otomatis mengakhiri
pemerintahan Nederlands Indie (Hindia Belanda) di Indonesia, dan negara lain kemudian
mengakuinya baik secara de factor maupun secara de jure.
4


3). Pendekatan faktual
Pendekatan faktual adalah pendekatan yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan
yang benar-benar terjadi, yang terungkap dalam sejarah (kenyataan historis). Pendekatan
faktual antara lain mencakup:


4
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 9
9

a. Occopatie (Penduduk)
Hal ini terjadi ketika satu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai kemudian
diduduki dan dikuasai Oen sak atau kelompok tertentu.
Contoh: Liberia yang didiami oleh budak-budak Negro kemudian menjadi negara
merdeka tahun 1847.
b. Fusi (Peleburan)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami satu wilayah mengadakan
perjanjian untuk saling melebur negara baru.
Contoh: Terbentuknya Federasi Kerajaan Jerman pada tahun 1871.
c. Cessie (Penyerahan)
Hal ini terjadi ketika satu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan
perjanjian tertentu.
Contoh: Wilayah Sleewijik diserahkan oleh Austria kepada Prussia (Jerman) karena
adanya perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan negara yang
dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah
pada Perang Dunia I.
d. Accesie (Penarikan)
Pada mulanya satu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai atau timbul dari
dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh sekelompok orang sehingga
akhirnya membentuk negara.
Contoh: Negara Mesir yang terbentuk dari delta sungai Nil.
e. Anexatie (Pencaplokan/Penguasaan)
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh bangsa lain tanpa
reaksi berarti.
Contoh: Ketika dibentuk pada tahun 1948, Negara Israel banyak mencaplok daerah
Palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.
f. Proclamtion (proklamasi)
Hal ini terjadi karena pendudukan pribumi dari satu wilayah yang diduduki oleh
bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan) sehingga berhasil merebut kembali
wilayahnya dan menyatakan kemerdekaan.
Contoh: Negara Republik Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari
penjajahan Belanda dan Jepang.
g. Innovation (PembentukanBaru)
Suatu negara baru muncul di atas wilayah satu negara yang pecah karena suatu hal
dan kemudi lenyap.
Contoh: Negara Kolumbia yang pecah dan lenyap. Kemudian di wilayah negara
tersebut muncul negara baru, yaitu Veneuzela dan Kolumbia Baru.

10

h. Separatisme (Perpisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya,
kemudian menyatakan kemerdekaan.
Contoh: Pada tahun 1939 Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan
kemerdekaan.
5





5
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegararaan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 10
11

2.2 Unsur-Unsur Terbentuknya Negara

2.2.1 Unsur-unsur Terbentuknya Negara
Suatu negara dapat terbentuk apabila memenuhi minimal unsur-unsur konstitusi.
Unsur konstitusi merupakan syarat mutlak yang harus ada untuk mendirikan negara, yakni
berupa: adanya rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Adapun unsur lain yang
tidak mutlak (formalitas untuk memperlancar dalam tata pergaulan internasional) yang dapat
dipenuhi setelah negara tersebut berdiri, adalah pengakuan dari negara lain (unsur deklaratif).
Untuk lebih jelas perhatikan bagan berikut:













Keterangan:
a). Unsur Konstitutif Negara

Unsur Konstitutif Negara adalah unsur yang menentukan ada tidaknya suatu negara,
seperti:
Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu negara atau menjadi penghuni
negara, meliputi:
1. Penduduk
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau berdomisili tetap di dalam
wilayah negara (menetap).

2. Bukan Penduduk
Bukan Penduduk adalah mereka yang berada di dalam wilayah negara, tetapi tidak
bermaksud bertempat tinggal di negara itu. Misalnya : Wisata Asing yang sedang
melakukan perjalanan wisata

3. Warga Negara
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari
negara (menurut undang-undang diakui sebagai warga negara).
Wilayah
Konsttutf
Rakyat
Unsur-unsur
Terbentuknya
Negara
Pemerintahan
Berdaulat
Deklarasi
de facto de jure
tdak mutlak
mutlak
12

4. Bukan Warga Negara
Bukan Warga Negara adalah mereka yang mengakui negara lain sebagai negaranya.

Wilayah adalah bagian tertentu dari permukaan bumi dimana penduduk suatu negara
bertempat tinggal secara tetap. Wilayah suatu negara meliputi: wilayah daratan, lautan, dan
udara.
1. Daratan
Batas wilayah darat suatu negara biasanya ditentukan dengan perjanjian antara suatu
negara dengan negara lain dalam bentuk traktat. Perbatasan antara negara dapat
berupa:
Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, atau lembah.
Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri
Batas menurut geofisika, misalnya: lintang utara/selatan, bujur timur/barat.

2. Lautan
Menurut Konferensi Hukum Laut internasional III pada 10 Desember 1982 yang
diselenggarakan oleh PBB di Montego Bay, Jamaica, menghasilkan batas wilayah
Negara sebagai berikut:
Laut Teritorial
Setiap negara mempunyai kedaulatan atas laut teritorial selebar 12 mil laut, yang
diukur berdasarkan garis lurus yang ditarik dari garis dasar (base line) garis pantai
ke arah laut bebas.

Zona Bersebelahan
Zona bersebelahan merupakan batas laut selebar 12 mil laut dari garis batas laut
teritorial atau batas laut selebar 24 mil laut dari garis dasar.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif merupakan batas lautan suatu negara pantai lebarnya 200
mil laut dari garis dasar. Dalam batas ini, negara pantai berhak menggali kekayaan
alam yang ada dan menangkap para nelayan asing yang kedapatan sedang
melakukan penangkapan ikan.

Landas Benua
Landas benua adalah wilayah daratan negara pantai yang berada di bawah lautan
di laut ZEE, selebar lebih kurang 200 mil di lautan bebas.

Landas Kontinen
Landas kontinen merupakan daratan yang berada di bawah permukaan air di luar
laut teritorial sampai kedalaman 200 m. Bagi negara pantai, landas kontinen
dinyatakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah daratan.

3. Udara
Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan wilayah lautan negara itu.
Pembatasan wilayah suatu negara sangat penting sekali karena menyangkut
pelaksanaan kedaulatan suatu negara dalam segala bentuk, seperti hal-hal berikut :
Berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada di dalamnya.
Berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga negaranya dalam wilayah
tersebut bila tidak memiliki izin dari negara itu.
13

Pemerintah yang Berdaulat.


Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan sebagai berikut
Kedaulatan ke dalam, artinya wibawa, berwenang menentukan dan menegakkan
hukum atas warga dan wilayah negaranya.
Kedaulatan keluar adalah mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara lain,
sehingga bebas untuk menentukan hubungan diplomatik dengan negara lain.

Pengertian Pemerintah dan Kedaulatan
Pemerintah : suatu negara memiliki pemerintah, yaitu suatu organisasi yang
berwenang untuk memutuskan dan memerintah seluruh warga Negara di dalam
wilayahnya.
Kedaulatan : suatu negara memiliki kedaulatan, yaitu kekuasaan tertinggi untuk
membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia
untuk mengatur kehidupan warganya.

b). Unsur Deklaratif Negara
Pengakuan dari negara-negara lain merupakan unsur deklaratif negara. Unsur ini
bersifat menerangkan saja tentang adanya negara. Makna pengakuan dari negara lain adalah
untuk menjamin suatu negara baru berhak menduduki tempat yang sejajar sebagai suatu
organisasi politik yang merdeka dan berdaulat ditengah keluarga bangsa-bangsa.
Adapun unsur deklaratif negara ada dua pengakuan, yaitu:

1. Pengakuan de facto
pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan ini berdasarkan kenyataan bahwa
satu komunitas politik telah terbentuk dan memenuhi ketiga unsur konstituf negara,
yaitu : wilayah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat.
2. Pengakuan de jure
pengakuan bahwa keberadaan sah atau tidaknya suatu negara menurut hukum
internasional.
6


2.3 Fungsi dan Tujuan Negara

2.3.1 Fungsi Negara
Negara sebagai sebuah organisasi dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat,
memiliki fungsi, yaitu sebagai pengatur kehidupan dalam negara untuk menciptakan tujuan-
tujuan negara. Menurut para ahli kenegaraan, fungsi-fungsi negara mencangkup hal-hal
berikut:
1. Pertahanan dan Keamanan
Negara harus dapat melindungi rakyat, wilayah serta pemerintahan dari ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.


6
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006 Berbasis
Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007, hal 13
14

2. Keadilan
Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur
kepentingan tertentu. Setiap warga negara harus dipandang sama di depan hukum.



3. Pengaturan dan Ketertiban
Negara harus mempunyai peraturan (UU) dan peraturan-peraturan lainnya untuk
menjalankannya agar terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara.

4. Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara harus mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan rakyat guna mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran.

2.3.2 Tujuan Negara
Tujuan negara sangat erat dengan organisasi negara yang bersangkutan. Tujuan
masing-masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai sosial-budaya, kondisi geografis,
sejarah terbentuknya, serta pengaruh politik dari penguasa yang bersangkutan. Adapun pada
umumnya tujuan negara ada 3, yaitu:
1. Untuk menciptakan kesejahteraan;
2. Ketertiban; dan
3. Ketenteraman semua rakyat yang menjadi bagiannya.

Adapun tujuan negara secara umum menurut ahli-ahli tata negara sebagai berikut:
1. Menurut Roger H. Soltan, tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta mengembangkan daya ciptanya sebebas mungkin (1942).
2. Menurut Harold J. Laski, bahwa tujuan negara ialah menciptakan keadaan yang
baik agar rakyatnya dapat mencapai keinginan secara maksimal (1936).
3. Menurut J.J. Rousseau, tujuan negara ialah menciptakan persamaan serta kebebasan
bagi warganya (dalam James P. Sterba: 1998).
7


2.4 Bentuk-Bentuk Negara

2.4.1 Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno
Pada masa Yunani kuno dahulu hanya dikenal adanya 3 bentuk pokok dari negara.
Pada waktu itu pengertian dari negara, pemerintahan dan masyarakat masih belum dibedakan,
hal ini disebabkan karena susunan negara masih sangat sederhana sekali, bila dibandingkan
dengan luas daerah negara dan jumlah penduduknya belum sebesar asa sekarang ini. Negara
hanya seluas kota saja oleh karena itu pada hakikatnya hanya merupakan negara-kota saja.
Negara-kota ini ada istilahnya yaitu polis. Selain itu sifat dari urusan negara masih sangat
sederhana sekali. Dalam pandangan masyarakat dan para ahli negara, belum ada perbedaan
antara pengertian negara, pengertian masyarakat dan pengertian pemerintahan.
8


7
Rima Yuliastuti, Wijianto, Budi Waluyo, Pendidikan Kewarganegaraan 1 untuk SMA/MA/SMK
kelas X, Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukukan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2011, hal 14
8
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1984), hal 18.
15

Adapun tiga bentuk pokok daripada negara pada masa Yunani kuno tersebut ialah:
Monarchi, Oligarchi, dan Demokrasi. Dipergunakan sebagai ukuran untuk membedakan
bentuk-bentuk tersebut diatas yaitu: jumlah dari pemegang kekuasaan.
Jika yang memegang kekuasaan itu satu orang akan membentuk negaranya Monarchi
(bahasa Yunani monos berarti satu sedangkan archien berarti memerintah). Jika
memegang pemerintahan itu beberapa orang maka bentuk negaranya itu Oligarchi (bahasa
Yunani oligai berarti beberapa). Jika yang memegang pemerintahan rakyat maka bentuk
negaranya disebut Demokrasi (bahasa Yunani Demos berarti rakyat).

2.4.2 Bentuk Negara pada Masa Modern Sekarang.
Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah: negara
kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi).
9

1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi ke dalam 2 macam sistem pemerintahan yaitu:
Sentral dan Otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah pemerintahan yang langsung
dipimpin oleh pemerintahan pusat, sementara pemerintahan daerah di bawahnya
melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat. Model pemerintahan Orde Baru di
bawah pemerintahan presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan
model ini.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan di wilayah sendiri.
Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan
negara Malaysia dan pemerintahan pasca Orde Baru di Indonesia dengan sistem
otonomi khusus dapat dimasukkan ke dalam model ini.
10


2. Negara serikat
Negara serikat atau Federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara bagian
tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Setelah
menggabungkan dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan
sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada Negara Serikat. Penyerahan
kekuasaan dari negara-negara bagian kepada negara serikat tersebut dikenal dengan istilah
limitatif (satu demi satu) dimana hanya kekuasaan yang diberikan oleh negara-negara bagian
saja (delagated powers) yang menjadi kekuasaan Negara Serikat. Namun pada perkembangan
selanjutnya, negara serikat mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar
negeri, keamanan dan pertahanan negara.
Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara pemerintahan federasi dan
pemerintahan negara-negara bagian yang disebut adalah urusan-urusan yang diselenggarakan

9
C. S. T, Kansil, Ilmu Negara (umum dan indonesia), (Jakarta: Pradya Paramita, 2004) hal 135.
10
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE Uin Syarif Hidayatullah, 2000) hal 34.
16

oleh pemerintah negara-negara bagian, yang berarti bahwa bidang kegiatan federal adalah
urusan-urusan kenegaraan selebihnya (reseduary powers).
11

Disamping 2 bentuk diatas, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk
Negara dapat digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi.

A. Monarki
Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Dalam prakteknya, monarki ada dua jenis yaitu: Monarki absolut dan monarki
konstutional.
a) Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan
satu orang Raja atau Ratu. Termasuk dalam kategori ini adalah negara Arab Saudi,
Brunai, Swazilan, dll.
b) Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala
negaranya (perdana menteri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara.
Praktek monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktekkan di
beberapa negara, seperti Thailand, Jepang, Inggris, Yordania dan lan-lain.
12

c) Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan yang bertanggung jawab atas
kebijaksanaan pemerintahannya adalah menteri, Termasuk dalam kategori ini adalah
negara Inggris, Belanda, dan Malaysia.
Dengan demikian pengertian negara yang berbentuk monarki adalah negara dimana
cara penunjukan kepala negaranya berdasarkan keturunan dari raja yang sebelumya.
13

B. Oligarki
Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
14

C. Demokrasi
Pemerintahan model demokrasi adalah pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan
rakyat atau berdasarkan kekuasaannya pada pilihan atau kehendak rakyat malalui
mekanisme pemulihan Umum (pemilu) yang berlangsung secara jujur, bebas, dan adil.
Dalam teori Ilmu Negara pengertian tentang teori bentuk Negara sejak dahulu kala
dibagi menjadi dua yaitu: monarchie dan republik. Untuk menentukan suatu Negara itu
berbentuk monarchie dan republik, dalam Ilmu Negara banyak macam ukuran yang dipakai.
Antara lain Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemene Staatslehre memakai sebagai
kriteria bagaimana caranya kehendak negara itu dinyatakan. Jika kehendak Negara itu
ditentukan oleh satu orang saja, maka bentuk Negara itu monarchie dan jika kehendak Negara
itu ditentukan oleh orang banyak yang merupakan suatu majelis, maka bentuk negaranya
adalah republik.
15
Pendapat Jellinek ini tidak banyak penganutnya karena banyak
mengandung kelemahan. Paham Duguit lebih lazim dipakai, yang menggunakan sebagai

11
C. S. T. Kansil, Op, Cit, 136
12
Tim ICCE UIN Jakarta, Op, Cit, hal 35
13
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1984), hal 21
14
Tim ICCE UIN Jakarta, Long, Cit.
15
Jellinek, Allgemene Staatslehre 1914 , hal 665
17

kriteria bagaimana caranya kepala Negara itu diangkat. Dalam bukunya yang berjudul Traite
de Droit Contitutionel jilid 2, diutarakan jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak
waris atau keturunan maka bentuk negaranya disebut monarchie dan Kepala Negaranya
disebut raja atau ratu. Jika kepala negara dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa
jabatan yang ditentukan, maka bentuk negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya
adalah seorang Presiden.
16

Sama halnya monarki republik itu dapat dibagi menjadi:
Republik mutlak (absolute)
Republik konstitusi
Republik parlemen
Menurut ketentuan yang telah dijelaskan di atas maka negara Indonesia mempunyai
bentuk negara sebagai republik. Hal ini didasarkan atas cara pemilihan presiden, bahkan
bukan hanya oleh majelis melainkan langsung dipilih oleh Rakyat.
Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa negara Indonesia ialah negara
kesatuan, yang berbentuk Republik.
17

Selanjutnya bagaimana dengan susunan negaranya apakah negara kesatuan atau
federal Perbedaan negara federal dan negara kesatuan dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Negara Federal Negara Kesatuan
Bagian-bagian negara disebut
negara bagian
Bagian-bagian Negara bukan
merupakan negara bagian, lazimnya
disebut provinsi
Negara-negara bagian memiliki
wewenang untuk membuat
UUD sendiri dan dapat menentukan
bentuk-bentuk organisasinya
masing-masing yang tidak
bertentangan dengan konstitusi
Organisasi bagian-bagian
negarasecaragaris besar ditentukan
oleh pembuat undang-undang di pusat
danmerupakan pelaksanaan sistim
desentralisasi.
Wewenang pembuat UU pemerintah
pusat ditentukan secara terperinci
dan wewenang lainnya ada pada
negara bagian
Wewenang secara tereperinci terdapat
pada propinsi-propinsi dan residu
powernya ada pada pemerintah pusat

Maka dari perbedaan di atas dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia merupakan
negara kesatuan yang berbentuk republik.
2.4.3 Bentuk Kenegaraan
Adapun bentuk kenegaraan meliputi bentuk-bentuk Negara yang pernah ada antara
lain sebagai berikut:

16
Duguit, Traite de Droit Contitutionel jilid 2, 1923, hal 607
17
C. S. T. Kansil, Op, Cit, 136
18

a). Serikat Negara (konfedarasi): Adalah perserikatan beberapa negara yang merdeka dan
berdaulat penuh baik kedalam maupun keluar. Pada umumnya Konfederasi dibentuk
berdasarkan perjanjian untuk mengadakan kerjasama dalam bidang tertentu, misalnya
penyelenggaraan politik luar negeri, pertahanan keamanan bersama. Konfederasi
bukanlah merupakan negara dalam pengertian hukum internasional, karena negara
negara anggotanya secara masingmasing tetap mempertahankan kedudukannya secara
internasional. Contoh konfederasi: Persekutuan Amerika Utara (1776 1787).

b). Negara Domonion: Bentuk semacam ini khusus terdapat dalam lingkungan negara
kerajaan Inggris. Negara domonion ini ialah suatu negara yang tadinya daerah jajahan
Inggris, yang telah merdeka dan berdaulat, yang mengakui raja Inggris sebagai rajanya,
sebagai lambang persatuan mereka.

c). Negara Protektorat: suatu negara yang berada dibawah lindungan negara lain. Biasanya
soal hubungan luar negeri dan pertahanan dari negara protektorat itu dengan persetujuan
diserahkan kepada negara pelindung. Contoh negara protektorat;
Mesir, protektorat dari Turki (1917)
Zanzibar, protektorat dari Inggris (1890)
Albania, protektorat dari Italia (1936).
18


d). Negara Trustee (Perwalian): bentuk negara yang pemerintahannya berada di bawah
pengawasan Dewan Perwalian PBB. Munculnya Trustee merupakan hasil perjanjian San
Francisco sesudah perang dunia II. Menurut Piagam PBB, perwalian meliputi :
Daerahdaerah mandat dahulu.
Daerahdaerah yang dipisahkan dari negaranegara yang kalah dalam perang dunia II.
Daerahdaerah yang secara sukarela menyerahkan urusan pemerintahannya kepada
Dewan Perwalian PBB.
Tujuan Perwalian adalah untuk meningkatkan kemajuan rakyat daerah trustee dibidang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan serta perkembangan hak asasi manusia menuju
pemerintahan sendiri.
Contoh Daerah Perwalian: Tanzania menjadi perwalian PBB sejak tahun 1945 dan
merdeka tahun 1962. Dan Namibia menjadi perwalian PBB sejak tahun 1967 dan
merdeka 1990.
e). Negara Koloni atau jajahan: bentuk negara yang berada di bawah kekuasaan negara lain.
Contoh: Indonesia sebelum 17 Agustus 1945.

f). Negara mandat: bentuk negara bekas jajahan negaranegara yang kalah dalam Perang
Dunia I, yang diletakkan dalam pemerintahan mandat dari negaranegara yang menang
perang di bawah pengawasan Dewan Mandat Liga BangsaBangsa. Contoh : Kamerun
bekas jajahan Jerman menjadi Mandat Perancis.

g). Negara Uni: bentuk gabungan dua negara atau lebih yang dikepalai seorang raja. Ada 2
(dua) macam uni :
Uni Personil: Uni yang terjadi apabila dua negara yang tergabung secara kebetulan
mempunyai kepala negara yang sama. Contoh : Uni Belanda Luxemburg (1839
1890), Uni Inggris Skotlandia (1603 1707).

18
C. S. T. Kansil, Ibid, hal 137
19

Uni Riil: Uni yang terjadi apabila negaranegara yang tergabung memiliki
kelengkapan Negara yang sama untuk menyelenggarakan kepentingan bersama, yang
dibentuk melalui perjanjian.
20

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang bertujuan kesejahteraan umum,
dimana semua hubungan individu dan sosialnya dalam hidup sehari-hari diatur dan
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan serta suatu negara
mempunyai unsur dan sifat.
2. Unsur terbentuknya negara dapat dibedakan antara unsur konstitusi (wajib) dan unsur
deklaratif (pernyataan). Unsur konstitutif mencakup rakyat, wilayah (darat, laut, dan
udara), pemerintahan yang berdaulat serta wilayah ekstrateritorial. Sedangkan unsur
deklaratif, merupakan pengakuan dari negara lain yang diperlukan sebagai
persyaratan dalam tata hubungan internasional.
3. Setiap negara yang didirikan akan memiliki fungsi dalam pengaturan kehidupan
negara guna menciptakan tujuan-tujuan negara. Fungsi negara pada umumnya
mencakup fungsi melaksanakan penertiban, fungsi mengusahakan kesejahteraan,
fungsi pertahanan, dan fungsi menegakkan keadilan.
4. Tujuan didirikannya negara sangat penting dalam rangka menyusun, mengatur dan
mengendalikan segala kegiatan bagi seluruh kelengkapan negara. Pada umumnya,
negara didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan, ketertiban, dan
ketenteraman semua rakyat yang menjadi bagiannya.
5. Bentuk negara yang terpenting dan banyak dianut berbagai negara di dunia ialah:
negara kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi). Disamping 2
bentuk itu, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk Negara dapat
digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi. Dan monarki
terbagi menjadi tiga yaitu: Monarki absolute, Monarki konstitusional, dan Monarki
parlementer.
6. Dalam teori Ilmu Negara pengertian tentang teori bentuk Negara sejak dahulu kala
dibagi menjadi dua yaitu: monarchie dan republik. Jika seorang kepala negara
diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk negaranya disebut
monarchie dan Kepala Negaranya disebut raja atau ratu. Jika kepala negara dipilih
melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan yang ditentukan, maka bentuk
negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya adalah seorang Presiden.

3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang
berkaitan dengan negara agar lebih memahami apa itu negara. Kita pun harus menjunjung
tinggi hakikat negara kita Indonesia. Serta selalu melestarikan dan menghargai nilai-nilai
budaya kita sendiri. Terutama kita harus bangga terhadap produk-produk yang telah
dihasilkan oleh negara kita sendiri, dan kita jangan pernah bangga atau senang terhadap
produk-produk yang dibuat oleh negara lain.




21

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Standar Isi 2006
Berbasis Kompetensi. Jakarta, Penerbit Erlangga. 2007.
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1984).
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE Uin Syarif Hidayatullah,
2000).
C. S. T. Kansil, Op, Cit.
Tim ICCE UIN Jakarta, Op, Cit.
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1984).
Tim ICCE UIN Jakarta, Long, Cit.
Jellinek, Allgemene Staatslehre 1914.
Duguit, Traite de Droit Contitutionel jilid 2, 1923.
C. S. T. Kansil, Op, Cit.
C. S. T. Kansil, Ibid.
Rima Yuliastuti, Wijianto, Budi Waluyo, Pendidikan Kewarganegaraan 1 untuk
SMA/MA/SMK kelas X, Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukukan, Kementerian
Pendidikan Nasional, 2011.
C. S. T, Kansil, Ilmu Negara (umum dan indonesia), (Jakarta: Pradya Paramita, 2004).

Anda mungkin juga menyukai