Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

Agustus 3, 2009, 5:02 am


Filed under: Makalah
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM



I. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana
pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama,
karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkai tan dengan
bagaimana seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang kesesatan
dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang
muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan
fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-
kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik yang kemudian
memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang
kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-
pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan
bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam
dengan bersumber pada alQuran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

II. ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M)
yang ditandai dengan munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak setuju dengan
sikap Ali yang menerima Tahkim dalam menyelesaikan konfliknya dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur syam, pada
waktu perang siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan Kelompok Khawarij.
Lahirnya Kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya selanjutnya, menjadi dasar kemunculan kelompok
baru yang dikenal dengan nama Murjiah. lahirnya Aliran teologi inipun mengawali kemunculan berbagai Aliran-Aliran
teologi lainnya. Dan dalam perkembangannya telah banyak melahirkan berbagai Aliran teologi yang masing-masing
mempunyai latar belakang dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda.Berikut ini akan dibahas tentang pertumbuhan
dan perkembangan Aliran tersebut berikut pokok-pokok pikiran nya masing-masing.
1. Aliran Khawarij.
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut
ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak
dan telah di sepakati para jemaah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabiin secara
baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada
mereka yang keluar dari barisan Ali.[1] Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah yang berarti golongan
yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari
kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada
Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan Muawiyah.[2]
Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang memisahkan diri, dengan beralasan ketidak
setujuan mereka terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan
persilisihan dan konfliknya dengan muawiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu merupakan penyelesaian masalah yang tidak di
dasarkan pada ajaran Al-Quran, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan
al-quran adalah kafir. Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.[3]
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali
beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Muawiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk
itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil
terbunuh ditangan mereka.
1. Tokoh-tokoh Khawarij
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :
1. Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij
pertama)
2. Urwah bin Hudair
3. Mustarid bin saad
4. Hausarah al-Asadi
5. Quraib bin Maruah
6. Nafi bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7. Abdullah bin Basyir
8. Zubair bin Ali
9. Qathari bin Fujaah
10. Abd al-Rabih
11. Abd al Karim bin ajrad
12. Zaid bin Asfar
13. Abdullah bin ibad[4]
C. Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij
Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini
hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut adalah: [5]
1. Al-Muhakkimah
2. Al-Azariqah
3. Al-Najdat
4. Al-baihasyiah
5. Al-Ajaridah
6. Al-SaAlibah
7. Al-Ibadiah
8. Al Sufriyah
Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:
1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi
tahAlib) dan para pelaku tahkimtermasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat. [6]
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda
memenuhi syarat-syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat islam, dan di
jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya Usman r.a dianggap
telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).[7]
1. 2. Aliran Murjiah
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murjiah
Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap
orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian
terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui
keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan
mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada tuhansealin allah dan Nabi
Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap
mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap
mukmin, bukan kafir.[8]
Pandangan mereka itu terlihat pada kata murjiah yang barasal dari kata arja-a yang berarti menangguhkan, mengakhirkan
dan memberi pengharapan.
Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran murjiah antara lain adalah : [9]
1. adanya perbedaan pendapat antara Syiah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan
ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui tahkim dalam perang siffin.
2. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan terjadinya perang jamal.
3. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin Affan. [10]
1. Ajaran-ajaran Murjiah
1. Ajaran-ajaran pokok murjiah dapat disimpulan sebagai berikut: .
2. Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati
3. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut tetap mukmin selama ia
mengakui dua kalimat syahadt.
4. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat[11]
1. Tokoh dan sekte dalam murjiah
Dalam perkembangannya, Murjiah mengalami berbagai perbedaan pendapat dikalangan pengikutnya yang mendasari
lahirnya aliran-
aliran,

selanjutnya, aliran murjiah ini
terpecah menjadi beberapa macam sekte, ada yang moderat, ada pula yang ekstrem.
Tokoh murjiah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusufdan
beberapa ahli hadits[12], yang berpendapat, bagaimanapun besarnya dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan
dari tuhan masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan.
Kelompok ini berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.[13]
1. 3. Aliran Qadariyah
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan.Sedangkan
sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan
penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham
qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan[14]
Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan
dengan ajaran Mutazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mutazilah, kesamaan keduanya
terletak pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya,
dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan
qadar Allah SWT.[15]
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip ajaran Al -Quran dan hadits sendiri.
Al-Quran dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa
menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba
terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Quran dan Hadits,
bukan sebaliknya.[16]
Tokoh utama Qadariyah ialah Mabad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang
Qadar.
1. Pokok-pokok ajaran Qadariyah
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran qadariyah adalah :
1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk itu masuk neraka
secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang menciptakannyadan karena
itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan
buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak
disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat
azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka
Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,
walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang
menyebabkan baik atau buruk. [17]
Selanjutnya terlepas apakah paham qadariyah itu di pengaruhi oleh paham luar atau tidak, yang jelas di dalam Al-Quran
dapat di jumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham qadariyah .
Dalam surat Al Raad Ayat 11, di jelaskan
c) !$# w i t $ tB BQqs)/ 4Lym (#ri t $ tB NkRr/ 3
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan diri mereka sendiri
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 29, allah menegaskan
@%ur ,ys9$# `B O3n/ ( `yJs u!$x `Bs =s tBur u!$x 3u =s
Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir.
Dengan demikian paham qadariyah memilki dasar yang kuat dalam islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang
menilai paham ini sesat atau kelaur dari islam
1. 4. Aliran Jabariyah

1. Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah.
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa
Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada
Allah.[18] Dan dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa
perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum agama Islam datangke masyarakat arab.
Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberi ka
n pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu.
Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk dan
patuh kepada kehendak tuhan.[19]
Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di
irak, jabariyah di khurasan. Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-jaad bin dirham. Namun, dalam perkembangannya.
Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
1. Pokok-pokok paham jabariyah.
Selanjutnya, yang menjadi dasar yang sejajar dengan pemahaman pada aliran jabariyah ini dijelaskan Al-Quran
diantaranya :
Dalam surat al-saffat ayat 96 :
!$#ur /3s)n=s{ $tBur tbq=yJs?
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.
Dalam surat al Insan ayat 30, dinyatakan
$ tBur tbr!$tn@ Hw) br & u!$to !$# 4
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai pilihan dan kekuasaan. Manusia
tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah di lakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan
yang mesti di kerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa yang dia ciptakan pada benda-
benda yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa merupakan paksaan
dalam arti bahwa allah telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus memberi pahala dan allah telah mentakdirkan
seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.
Sehingga, dalam realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi apatis dan beku hidupnya, tidak bisa berbuat
apa-apa, selain berpangku tangan, menunggu takdir Allah semata-mata dan berusahapun tidak. Karena mereka telah
berkeyakinan bahwa allah telah mentakdirkan segala sesuatu, dan manusia tidak bisa mengusahakan sesuatu itu.
Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala atau siksa karena perbuatan baik atau jahat
yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan
adanya pahala dan siksa.
Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan Jaham bin Shafwan adalah paham yang
ekstrem. Sementara itu terdapat pula paham jabariyah yang moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin Muhammad
al.Najjar dan Dirar Ibn Amr.
Menurut Najjar dan Dirar, bahwa Tuhanlah yang menciptakan perbuatan Manusia baik perbuatan itu positif maupun negatif
Tetapi dalam melakukan perbuatan itu manusia mempunyai bagian daya yang diciptakan dalam diri manusia oleh tuhan,
mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan perbuatanitu.Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatan inilah yang kemudian disebut Kasb atau acquisition.[20]
Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh dalang, tetapi manusia dan Tuhan terdapat
kerja sama dalam mewujudkan suatu perbuatan, dan manusia tidak semata-mata di paksa dalam melaksanakan
perbuatannya.
1. 5. Aliran Mutazilah

1. Pengertian dan latar belakang munculnya Mutazilah
Perkataan Mutazilah berasal dari kata tizal yang artinya memisahkan diri, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang
dari luar mutazilah karena pendirinya, Washil bin Atha, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al -
Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mutazilah dan di gunakan sebagai
nama dari bagi aliran teologi mereka.
Aliran mutazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai
sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para
sahabat yang memisahkan diri atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya
perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut
dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mutazilah diatas tidaklah sama dan tidak ada hubungannya karena
yang pertama lahir akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.[21]
Dalam perkembangannya, Mutazilah pimpinan Washil bin Atha lah yang menjadi salah satu aliran teologi dalam islam.
1. Pokok-pokok ajaran Mutazilah
Ada lima prinsip pokok ajaran Mutazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini untuk memegangnya, yan dirumuskan
oleh Abu Huzail al-Allaf :
1. al Tauhid (keesaan Allah)
2. al Adl (keadlilan tuhan)
3. al Wad wa al waid (janji dan ancaman)
4. al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5. amar mauruf dan Nahi mungkar.[22]
1. Tokoh-tokoh Mutazilah
Diantara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mutazilah yaitu:
1.
1. Washil bin Atha
2. Abu Huzail al-Allaf
3. Al Nazzam
4. Al-Jubbai[23]
1. 6. Ahlussunah Wal- Jamaah

1. Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran mereka.
Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan jemaah berarti sahabat nabi. Jadi
Ahlussunnah wal jamaah mengandung arti penganut Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat beliau.[24]
Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni
dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah, Dalam pengertian ini, Mutazilah sebagai mana juga Asyariyah
masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asyariyah dan
merupakan lawan Mutazilah.[25]
Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asyariyah dan maturidiyah,dua aliran yang menentang ajaran-
ajaran Mutazilah.
Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al Asyari dan Abu Mansur al Maturidi.
a. Abu al Hasan al Asyari
1. Pokok-pokok pemikirannya
Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam Alquran, yang di sebut sebagai
sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari
zatnya.
Al-Quran, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti.
Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu
sendiri.
Antrophomorphisme
Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di
akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah
kafir dan tetap mukmin.[26]
1. Abu manshur Al-Maturidi
1.Pokok-pokok pemikirannya :
Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asyari
Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di wujudkan oleh manusia itu sendiri, dan bukan
merupakan perbuatan tuhan.
Al Quran. Pendapatnya sejalan dengan al Asyari
Kewajiban tuhan. Menurutnya, tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asyari
Janji tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan janji tuhan yang tidak mungkin di
pungkirinya.
Antrophomorphisme. [27]
1. 7. Aliran Syiah

1. Pengertian dan kemunculannya Syiah
Secara bahasa Syiah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib.
Secara istilah Syiah sering di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu
merujuk pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk
pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syiah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad
SAW.
Para pengikut ali yang disebut syiah ini diantaranya adalah Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin Al aswad dan Ammar bin
Yasir.[28]
Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama menurut Abu Zahrah, Syiah mulai muncul
pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib, Adapun menurut Watt, Syiah bener-bener muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah yang
dikenal denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap arbitrase yang diatwarkan
Muawiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak di sebut Syiah dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak di sebut Khawarij.[29]
1. Pokok-Pokok Pikiran Syiah[30]
Kaum Syiah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh penganutnya. Kelima prinsip itu adalah :
1. al Tauhid
Kaum Syiah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa, tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak
beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai adanya sifat-
sifat Allah.
1. al adl
Kaum Syiah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk,
ia tidak melakukan perbuatan buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat zalim.
1. al Nubuwwah
Kepercayaan Syiah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut
mereka, Allah mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.
1. al imamah
Menurut Syiah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam
memelihara Syariat, melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.
1. al maad
Maad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syiah sangat percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari
akhirat itu pasti terjadi.
1. 8. Aliran Salafiyah

1. Pengertian dan latar belakang munculnya Salafiyah
Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang
terdahulu yang semasa Rasul SAW, para sahabat, para tabiin, dan tabitt tabiin. sedangakan salafiyah berarti orang-orang
yang mengikuti salaf.[31]
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan
yang tidak puas memahami al Quran dan hadits tanpa tawil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari
ayat-ayat al-Quran sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT.[32]
Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah
tahun 300 H termasuk dalam kategori khalaf.

1. Tokoh-tokoh ulama salaf dan perkembangan Aliran salafiyah.
Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya, Ahmad, bin Muhammad bin Hambal, beliau juga
di kenal sebgai pendiri dan tokoh mazhab Hambali. .
Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abd al salam bin
Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah al Hambali, atau yang lebih di kenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan
seorang teolog dan ahli Hukum yang banyak menghasilkan karya tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.
Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal ini, selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu
Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara
Spodaris.
Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-tokohnya adalah Jamaluddin al Afgani, Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha.
Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :
1. Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di wujudkan jika mereka kembali kepada
ajaran Islam yang masih murni dan kembali pada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pokok hidup
sahabat Nabi. Komponen pertama ini merupakan satu unsur yang di miliki oleh salfiyah sebelumnya.
2. perlwanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik, ekonomi, maupun kebudayaan.
3. pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al Afgani dapat di katakan sebagai penganut salafiyah modern karena dalam rumusan pahamnya yang banyak meletakkan
unsur-unsur moderenismesebagai mana terlihat pada komponen 2 dan 3 diatas.
Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid Ridaha adalah murid dari Muhammad Abduh,
meskipun dalam beberapa hal antara dengan guru berbeda dalam banyak hal mereka sama.
III. PENUTUP


Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai pelopor lahirnya pemikiran-pemikiran yang hingga
sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi
mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada
alQuran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
Sekarang, bagaimana kita menaggapi pemikiran-pemikiran tersebut yang kesemuanya memiliki titik pertentangan dan
persamaan masing-masing dan tentunya pendapat-pendapat mereka memiliki argumentasi-argumentasi yang bersumber
pada al-Quran dan Hadits. Namun pendapat mana diantara pendapat-pendapat tersebut yang paling baik, tidaklah bisa kita
nilai sekarang. Kerana penilaian sesungguhnya ada pada sisi Allah yang akan diberikanNya di akhirat nanti.
Penilaiaan baik tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin di lakukan dengan mencoba menghubungkan
pendapat tersebut dengan peristiwa-peristiwa yang berkembang dalam sejarah. Disisi lain, kita juga bisa menilai baik
tidaknya suatu pendapat atau paham dengan mengaitkannya pada kenyataan yang berlaku dimasyarakat dan dapat
bertahan dalam kehidupan manusia, dan juga pendapat tersebut banyak di ikuti oleh Manusia.



MAKALAH
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
dalam Mata Pelajaran Ilmu Kalam
Disusun Oleh :
MUFDIL TUHRI
FIRMANSYAH
RIZKIAWAN HASRA PUTRA
RISKA TRIA WULANDARI
DINA EPRIANA
Guru Bidang Studi :
YESI NOFIA, S.PdI
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
(MAN) 1 SUNGAI PENUH
TAHUN 2007

KATA PENGANTAR
Pertama tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat, hidayah serta inayahNya yang
telah dilimpahkan kepada penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan, selanjutnya, Sholawat dan salam penulis
haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia menuju jalan
kebenaran, Rahmatan lil Alamin.
Makalah yang berjudul ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM ini disusun untuk melengkapi tugas dalam mata pelajaran
Ilmu Kalam dan disampaikan pada diskusi dalam pembahasan Ilmu Kalam.
Selanjutnya, dalam penyusunannya makalah ini tentunya tidaklah luput dari kekurangan-kekurangan maka dari itu, Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritikan dari yang sehat dari pembaca sekalian untuk lebih kesempurnaan makalah ini.
Sungai Penuh, Agustus 2007
PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996
Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995
Rozak, Abdul, dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006.
Zainuddin, H, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992
DAFTAR PUSTAKA

[1] Drs. Abuddin Nata, M.A, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf,. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995. Hal. 29
[2] Drs. H. M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996. Hal.
[3] Ibid. Hal. XV
[4] Ibid, Hal. 104
[5] Drs. Abuddin Nata, op. cit. Hal. 30
[6] Drs. H. M. Yusran asmuni, op.cit. Hal. 105.
[7] DR. Abdul Rozak,M.Ag. dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006. Hal. 51et.seq
[8] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 33
[9] Drs. H.M Yusran Asmuni, op.cit. Hal. 106
[10] Ibid, Hal. 34
[11] Ibid, Hal. 106
[12] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 34
[13] Drs. H.M Yusran Asmuni, op.cit. Hal. 108
[14] Drs. Abuddin Nata, op.cit.Hal 36
[15] Drs. H.M. Yusran Asmuni, po.cit. Hal. 109
[16] Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992. Hal. 45
[17] Ibid. hal. 47
[18] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 39
[19] Ibid. hal. 40
[20] Ibid. Hal. 42
[21] Drs. H. M. Yusran Asmuni. Op.cit.Hal 114
[22] Ibid, Hal. 115
[23] Ibid, Hal. 117 et seq
[24] Ibid. Hal. 121.
[25] DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op.Cit.Hal. 119.
[26] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 122 et seq.
[27] Ibid. Hal. 128 et seq
[28] DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op.Cit.Hal. 89
[29] Ibid, Hal. 90
[30] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 135 et seq.
[31] Ibid, Hal. 147
[32] Ibid, Hal. 147

Anda mungkin juga menyukai