Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013







Supervisi manajerial merupakan kegiatan supervisi berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan, dan sumber daya lainnya.

Berubahnya kurikulum dari KTSP 2006 ke KTSP 2013 secara langsung
menuntut peningkatan fungsi supervisi manajerial seorang pengawas. Dengan
munculnya manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah,
pengawas harus melakukan pendampingan secara efektif sebagai wujud
tajamnya supervisi manajerial dengan target berlangsungnya perubahan-
perubahan di sekolah dengan baik untuk implementasi kurikulum 2013.

Ruang lingkup supervisi manajerial terdiri dari pemantauan, penilaian, dan
pembinaan. Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dalam supervisi manajerial adalah monitoring dan evaluasi. Tetapi
metode lainnya dapat digunakan sesuai dengan kondisi sekolah dan masalah
yang akan dipecahkan di sekolah.

Dalam kegiatan pembelajaran ini, saudara akan mendiskusikan bahan ajar
pelaksanaan supervisi manajerial terkait dengan implementasi kurikulum 2013,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Pelaksanaan pengawasan
manajerial dilakukan melalui pemantauan, penilaian dan pembinaan. Penilaian
dilaksanakan terhadap kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah.

Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, penilaian
dan pembinaan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di

dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas
sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka
mencapai tujuan sekolah serta memenuhi 8 standar nasional pendidikan.

Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan administrasi
dan pengelolaan sekolah. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan
metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat. Administrasi sebagai tugas
(kewajiban) dalam konteks pendidikan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi : 1. Administrasi standar isi, 2. Administrasi standar
kompetensi lulusan, 3. Administrasi standar proses, 4. Administrasi standar
pendidik dan tenaga kependidikan, 5. Administrasi standar sarana dan
prasarana, 6. Administrasi standar pengelolaan, 7. Administrasi standar
pembiayaan, dan 8. Administrasi standar penilaian. Tujuan supervisi terhadap
kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan baik dan
dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan
segenap sumber daya sekolah secara efisien dalam penyelenggaraan
pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.

Supervisi pada kegiatan administrasi sekolah dilakukan agar pengawas
memastikan bahwa administrasi sekolah dapat :
1. Memberi arah dalam penyelenggaraan sekolah
2. Menjadi umpan balik bagi perbaikan proses dan hasil pendidikan
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah
4. Tertib administrasi
5. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
6. Menunjang tercapainya program sekolah secara efektif dan efisien.

Salah satu fokus penting lainnya dalam supervisi manajerial oleh pengawas
terhadap sekolah, adanya hal berkaitan pengelolaan atau manajemen sekolah.
Sebagaimana diketahui dalam dasa warsa terakhir telah dikembangkan wacana
manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai bentuk paradigma baru
pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang memberikan otonomi
kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat (Sudarwan
Danim, 2006: 4). Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligus
mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai dengan konteks sosial
budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.
1. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial.
a. Pemantauan
Pemantauan manajemen perubahan mengarah pada pencapaian 8
standar nasional pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.
b. Penilaian
Penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam hal menjadi agen
perubahan pertama di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
c. Pembinaan
Pembinaan dilakukan pengawas tentang pengelolaan sekolah meliputi :
1) penyusunan KTSP 2013 berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan,
2) membantu kepala sekolah mengembangkan pusat sumber
belajar (PSB) dan sumber-sumber belajar lainnya
dalam mendukung terselenggaranya pembelajaran dengan
pendekatan saintifik,
3) mengembangkan kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan
program dan pelaksanaan peminatan dan ekstra kurikuler
wajib Pramuka,
4) melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam
melaksanakan pengelolaan dan administrasi sekolah secara
umum,
5) melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, serta
6) melakukan pendampingan kepala sekolah dalam mengevaluasi
keterlaksanaan program-program sekolah,
7) melaporkan hasil evaluasinya kepada pemangku kepentingan,
dan
8) menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan data hasil evaluasi
tersebut.

Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus dijadikan dasar untuk
peningkatan kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah dan
ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan baik berupa pembimbingan
dan/atau pelatihan kepala sekolah.

Pada implementasi kurikulum 2013 supervisi manajerial sangat dibutuhkan
mengingat adanya perubahan mindset dan perilaku warga sekolah yang
dipimpin oleh kepala sekolah. Karena itu pengawas harus melakukan
pendampingan kepada kepala sekolah agar mendapat kepastian bahwa
implementasi kurikulum berjalan sesuai dengan harapan.

Seperti telah dikemukakan di depan, dalam melaksanakan supervisi
manajerial, pengawas harus melakukan perencanaan terlebih dahulu.
Perencanaan meliputi :
1) penyusunan Program Pengawasan Tahunan,
2) Program Semester,
3) Program Pembinaan Kepala Sekolah,
4) Program Pemantauan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
5) Program Penilaian Kinerja Kepala Sekolah,
6) Rencana Pengawasan Manajerial (RPM), dan
7) membuat Instrumen Supervisi Manajerial.

Seluruh program yang disiapkan harus mengacu pada standar penilaian
kinerja pengawas sekolah (PKPS). Hal ini penting, sebab selain untuk menjadi
patokan pendokumenan hasil supervisi sekolah binaan, secara individual
setiap pengawas memerlukan nilai kinerja minimal baik dalam rangka
peningkatan karirnya. Sebagai pedoman dalam penyusunan program yang
memenuhi kriteria PKKS, pengawas hendaknya menganalisis instrumen
penilaian kinerja pengawas sekolah (menurut Permendiknas no
21 tahun 2010 tentang tugas pengawas sekolah dan angka kreditnya).

2. Metode dan Teknik Supervisi Manajerial.

Metode pelaksanaan pengawasan manajerial dapat dilakukan dengan cara
observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, dan
rapat dengan kepala sekolah. Secara spesifik berikut ini saudara akan
membaca penjelasan jenis-jenis metode dan teknik supervisi manajerial.


a. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.

1) Monitoring

Monitoring adalah kegiatan pengontrolan pelaksanaan program-
program penyelenggaraan sekolah dengan konsekuen sesuai
dengan rencana, program dan/atau standar yang telah ditetapkan.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau
pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan.
Sebagai contoh, pengawas melakukan monitoring terhadap:
1) penyusunan KTSP 2013,
2) memantau penyusunan program peminatan dengan melibatkan
guru bimbingan dan konseling,
3) memantau penyusunan program penerimaan peserta didik
baru,
4) memantau program supervisi akademik kepala sekolah untuk
memastikan terselenggaranya proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik,
5) memantau penyusunan program pengelolaan sarana prasarana
sekolah menyangkut sarana pendukung terselenggaranya
pembelajaran saintifik, mulai dari
o penyediaan buku siswa dan buku guru,
o kegiatan analisis buku siswa dan analisis buku guru,
o menyiapkan laboratorium IPA, laboratorium komputer,
laboratorium bahasa, perpustakaan, dan sumber-sumber belajar
lainnya,
o menyusun administrasi keuangan yang efisien, transparan dan
akuntabel,
o menyusun program penilaian otentik secara makro dan mikro,
o menyusun program peningkatan kualitas hubungan sekolah
dengan masyarakat terkait pelaksanaan kurikulum 2013, dan
o menyusun program pengembangan diri dan layanan khusus, di
antaranya program peminatan dan ekstra kurikuler.
Pengawas harus memantau program pelaksanaan ekstra kurikuler
Pramuka mengingat Pramuka sudah ditetapkan sebagai ekstra
kurikuler wajib. Monitoring lebih bersifat klinis, pengawas dapat
segera mengatasi hambatan dan gangguan yang ditemukan selama
program masih berjalan. Namun jangan lupa, pengawas harus
memastikan bahwa apa yang dimonitornya adalah hal-hal yang
dikembangkan dan dijalankan dalam rencana pengembangan sekolah
(RPS).


Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus
melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat
seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. Secara
tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan:
(a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi,
(b) mengukur prestasi,
(c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan
(d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi
standar (Nanang Fattah, 1996: 102).

Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam
dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri,
yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini
tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat
internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga
pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.

2) Evaluasi

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauh
mana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk
(a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program,
(b) mengetahui keberhasilan program,
(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun
berikutnya, dan
(d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.

Sebagai contoh pengawas melakukan evaluasi keterlaksanaan
kurikulum 2013, pengukuran dilakukan dengan menggunakan
instrumen seperti berikut ini : (contoh hanya menunjukkan supervisi
manajerial saja, tidak mencantumkan supervisi akademik).



















No Skor Keterangan
Kepala Sekolah :
1. Mengembangkan (1) rencana perubahan
berdasarkan visi, misi, dan tujuan
sekolah; (2) mendeskripsikan kondisi
nyata sekolah; (3) mendeskripsikan
kondisi yang sekolah harapkan; dan (4)
menentukan strategi untuk mewujudkan
harapan.
Skor
maksimal 4
jika seluruh
aspek
terpenuhi.
2. Menetapkan rencana dan melaksanakan
program (1) peningkatan keberterimaan
perubahan kurikulum, (2) membangun
suasana sekolah yang kondusif, (3)
menetapkan target terbaik yang
mencerminkan keyakinan yang tinggi,
(4) menyebarkan informasi kepada yang
berkepentingan dan (5)
mengembangkan kerja sama yang
harmonis antarseluruh pemangku
kepentingan.
Skor
maksimal 5
jika seluruh
aspek
terpenuhi.
3. Menetapkan prioritas program
pengembangan kompetensi pendidik
untuk mendukung (1)proses
pembelajaran dan (2)penilaian.
Skor
maksimal 2
4. (1)Melaksanakan program analisis
konteks, (2) mengkaji kesesuaian SKL,
KI, KD, indikator hasil belajar, buku
guru, dan buku siswa.
Skor
maksimal 2
5. (1) Mengelola implementasi peminatan,
Skor




INSTRUMEN PEMANTAUAN KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013


Sekolah : .....................................
Alamat : .....................................
Kepala Sekolah : .....................................
Hari/Tanggal : .....................................
A. INSTRUMEN PEMANTAUAN MANAJERIAL









No Uraian Skor Keterangan
(2) mengembangkan struktur kurikulum
(3) memetakan tugas siswa (4)
merumuskan kalender akademik (5)
mentetapkan peraturan akademik
maksimal 5
6. Menjamin pelaksanaan pendekatan
saintifik, yang divariasikan dengan
penerapan metode inkuiri, pemecahan
masalah dan proyek melalui kegiatan
pembinaan atau supervisi
Skor 1
7. Menetapkan prioritas program
penyediaan sarana-prasarana
pembelajaran.
Skor 1
8 Memantau perkembangan hasil belajar
siswa secara berkala dalam evaluasi
keterlaksanaan perubahan.
Skor 1
Perolehan skor

Total skor

Persentase Ketercapaian



Kesimpulan:






Rekomendasi:






Mengetahui,
,.

Kepala Sekolah, Pemantau,




------------------------------ ----------------------
NIP. NIP


b. Refleksi dan Focused Group Discussion

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu
pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau
kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai
standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang
dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite
sekolah dan guru.
Misalnya pengawas menyampaikan hasil monitoring pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.








Temuan-temuan dari monitoring itu disampaikan kepada stakeholders
sekolah, misalnya :
o tentang RPP yang belum saintifik,
o pembelajaran belum berhasil mengeksplorasi kegiatan yang bersifat
saintifik,
o alat bantu pembelajaran belum mendukung penggunaan IT secara
optimal,
o guru banyak yang belum melakukan analisis buku siswa dan buku
guru,
o guru belum dapat mengelola waktu pembelajaran dengan efektif dan
seterusnya.

Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi
terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor
penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Permasalahan tersebut ditindaklanjuti untuk dibahas melalui forum.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion
(FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi
kelompok terfokus ini dilakukan dalam beberapa putaran sesuai
dengan kebutuhan. Putaran pertama membahas RPP, putaran
berikut membahas pendekatan saintifik, kemudian membahas media
pembelajaran, dan seterusnya.

Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder
mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta
menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan
diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini
adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila
diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.

c. Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep
MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas
dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi
daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.

Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam
susunan kalimat yang bagus, tanpa dilandasi oleh filosofi dan
pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi
tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga
sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering
menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya
sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas
pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid dan guru untuk
membicarakan masalah peminatan, masalah ekstra kurikuler, masalah
pembiayaan suatu kegiatan, dan masalah penilaian otentik, maka
biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu
yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta
hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak
pihak.
Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai
berikut:




1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap
memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai
pengembangan sekolah;
2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama/identitas;
3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta
yang dimintai pendapatnya.

d. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau
urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok
Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh,
pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP 2013, sistem administrasi, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

3. Pelaksanaan Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial pada tahun ini diberi tambahan tugas berupa
implemetasi Kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia.
Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja
tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP
2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013.
Pada kegiatan ini akan dibahas supervisi yang berkaitan langsung
dengan terselenggaranya kurikulum 2013, di antaranya :

a. manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik
b. manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan
c. administrasi buku guru dan buku siswa
d. analisis ratio PTK dalam program peminatan
e. manajemen keuangan
f. hubungan sekolah dan masyarakat
g. layanan khusus peminatan.
h. dan sebagainya.



Manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik

Seperti halnya manajemen kurikulum KTSP 2006, kepala sekolah harus
menyusun KTSP 2013 dengan pembelajaran saintifik. Pengawas harus









melakukan pemantauan dan pendampingan dalam penyusunan KTSP 2013.
Pengawas memastikan bahwa kepala sekolah telah memahami petunjuk
penyusunan KTSP dalam Permendikbud No 81 A lampiran I tentang
penyusunan KTSP dan peraturan terkait lainnya. Supervisi kepada kepala
sekolah sangat diperlukan karena pada implementasi kurikulum 2013
kepala sekolah harus melakukan perubahan-perubahan baik perubahan
terhadap struktur organisasi, hubungan kerja dan job deskripsi yang jelas,
perubahan terhadap teknologi proses kerja, metode kerja, dan peralatan
kerja, maupun perubahan persepsi, perubahan sikap (perubahan mindset)
dan kebiasaan dari para pemangku kepentingan, baik individu maupun
kelompok. Pengawas harus merekam data perubahan-perubahan di
sekolah secara lengkap, melaporkan temuan kepada sekolah agar segera
dilakukan penyelesaiannya.

Supervisi yang dilakukan pengawas harus memantau kepala sekolah
melakukan manajemen perubahan melalui Planning, Organizing, Leading,
dan Controlling. Pengawas harus mendapat kepastian bahwa kepala
sekolah memahami apa yang berubah, ke mana arah perubahan, dan
menguasai bagaimana cara merubah sekolah menuju kurikulum 2013.

Selama supervisi penyusunan KTSP pengawas memberi saran dan masukan
untuk terciptanya KTSP yang kondusif bagi partisipasi seluruh warga
sekolah membentuk berbagai kerja yang sinergis, memiliki agen perubahan
yang akomodatif mengeliminasi setiap gejala resistensi perubahan.
Pengawas juga dapat mendorong kepala sekolah menyiapkan program
evaluasi pelaksanaan KTSP 2013 dan rencana perbaikan berkelanjutan.

Manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan untuk mendukung perkembangan
peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan
sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler
peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan
mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan
manfaat sosial yang besar.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement
dan complement) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam
rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan. Pengawas
dapat merekam data program ekstrakurikuler dengan cara membaca
program ekstrakurikuler yang disusun oleh sekolah. Di dalam program
tersebut harus tergambar pengelolaan kepala sekolah, meliputi penentuan
ekstrakurikuler pilihan, mengembangkan kegiatan pramuka, pemilihan
pembina dan pelatih yang handal, menentukan teknis pelaksanaan
ekstrakurikuler dan pembiayaannya.

Pengawas harus memberikan pembimbingan kepada kepala sekolah agar
penyusunan program ekstrakurikuler mengacu kepada petunjuk
pelaksanaan ekstrakurikuler dalam Permendikbud No. 81A lampiran II.









Administrasi
buku guru dan
buku siswa

Administrasi buku guru dan buku siswa kali ini
merupakan prioritas manajemen sarana
prasarana sekolah, karena analisis buku guru
dan analisis buku siswa menjadi bagian penting
dalam implementasi kurikulum
2013. Supervisi yang dilakukan dapat melalui
observasi hasil analisis buku yang dilakukan oleh
guru, observasi rekapitulasi hasil analisis buku,
observasi data jumlah buku yang tersedia.

Analisis ratio PTK
dalam program
peminatan

Dalam penyusunan program peminatan
pengawas hendaknya melakukan pembimbingan
dan pemantauan termasuk pembimbingan
dalam analisis PTK dengan struktur kurikulum.
Selanjutnya pengawas melakukan FGD bersama
kepala sekolah, komite sekolah dan PTK terutama
guru BK untuk memperoleh dasar pengambilan
keputusan tentang jumlah rombel setiap jurusan.

M
a
n
a
j
e
m
e
n

k
e
u
a
n
g
a
n




Supervisi terhadap manajemen keuangan tetap
dijadikan prioritas setiap tahun mengingat seluruh
kegiatan yang tercantum dalam RKT melibatkan
pembiayaan. Pengawas melakukan pemantauan
dalam penyusunan RKT/RKAS berbasis
transparansi, efisien dan akuntabel.

Hubungan
sekolah dan
masyarakat

Hubungan sekolah dan masyarakat dalam
konteks implementasi kurikulum
2013 melibatkan lebih banyak komponen
masyarakat yang diharapkan dapat mendukung
terselenggaranya kurikulum di sekolah dengan
baik.

Lay
ana
n
khu
sus
pem
inat
an

Dalam pelaksanaan program peminatan,
pengawas harus memantau dan membimbing
penyusunan program peminatan melibatkan
guru BK dan Wakil kepala sekolah urusan
kesiswaan. Selanjutnya program peminatan
disosialisasikan kepada stakeholder sekolah.







Rangkuman

Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan
sekolah, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Supervisi manajerial hendaknya diarahkan
pada peningkatan mutu berbasis sekolah yang
bermuara pada kemandirian, pemberdayaan dan
mutu sekolah sehingga dapat memberikan pelayanan
sebaik-baiknya terhadap peserta didik,
masyarakat, dan pemerintah.





Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 2, saudara dapat
melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan
berikut ini !

1. Apakah saudara sudah memahami tentang
pelaksanaan supervisi manajerial implementasi
kurikulum 2013 yang akan diaplikasikan pada
sekolah binaan?

2. Pengalaman penting apa yang saudara peroleh
setelah mempelajari materi ini?
3. Apa manfaat materi pelaksanaan supervisi
manajerial implementasi kurikulum 2013
terhadap tugas seorang pengawas sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut supervisi yang akan
saudara lakukan setelah
kegiatan ini?

Anda mungkin juga menyukai